Anda di halaman 1dari 8

PLTSa Gedebage

Lokasi Pembangunan









Pembangkit Listrik Tenaga Sampah Gedebage adalah sebuah Iasilitas pembangkitan listrik
berkapasitas 7 MW yang menggunakan sampah sebagai bahan bakarnya. PLTSa Gedebage
dibangun di Bandung Timur untuk mengatasi masalah sampah di kota Bandung Raya. PLTSa ini
akan dibangun oleh PT Bandung Raya Indah Lestari (BRIL) diatas lahan seluas 10 hektar , 3
hektar akan digunakan untuk Iasilitas Pembangkit listrik , sedangkan 7 hektar akan digunakan
sebagai sabuk hijau mengelilingi Iasilitas pembangkit.







Rencana PLTSa yang akan dibangun telah melalui proses studi kelayakan (termasuk di
dalamnya Analisa Dampak Lingkungan; AMDAL) yang dilakukan melalui kerjasama dengan
Institut Teknologi Bandung (ITB). Sedangkan mengenai rencana lokasi pembangunannya, hal
tersebut didasarkan pada Rancana Detail Tata Ruang (RDTR) Kota Bandung. Dalam
pembangunan PLTSa di Gede Bage, BPLH sebagai Ketua Tim Penguji AMDAL berpedoman
pada:
1. Undang-undang Nomor 23 Tahun 2003 Tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup;
2. Peraturan Pemerintah No. 27 Tahun 1999 Tentang Analisis Mengenai Dampak
Lingkungan (AMDAL);
3. Peraturan Pemerintah RI No. 41 Tahun 1999 Tentang Pengendalian Pencemaran Udara;
4. Peraturan Menteri Lingngan Hidup No. 8 Tahun 2006 Tentang Pedoman Penyusunan
AMDAL;
5. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup No. 11 Tahun 2006 Tentang Jenis Rencana
Kegiatan/Usaha Yang Wajib Dilengkapi dengan AMDAL;
6. Keputusan Kepala Bappedal No. 8 Tahun 2000 Tentang Keterlibatan Masyarakat dan
Keterbukaan InIormasi dalam Proses AMDAL;

Penggambaran Sistem












Sampah yang datang akan diturunkan kadar airnya dengan jalan ditiriskan dalam bunker
selama 5 hari. Setelah kadar air berkurang tinggal 45, sampah akan dimasukan ke dalam
tungku pembakaran, kemudian dibakar pada suhu 850'C-900'C , pembakaran yang menghasilkan
panas ini akan memanaskan boiler dan mengubah air didalam boiler menjadi uap. Uap yang
tercipta akan disalurkan ke turbin uap sehingga turbin akan berputar.Karena turbin dihubungkan
dengan generator maka ketika turbin berputar generator juga akan berputar. Generator yang
berputar akan mengahsilkan tenaga listrik yang kan disalurkan ke jaringan listrik milik PLN. Uap
yang melewati turbin akan kehilangan panas dan disalurkan ke boiler lagi untuk dipanaskan ,
demikian seterusnya. Sisa pembakaran abu dan debu terbang sebesar 20 dari berat semula akan
diuji kandungannya apakah mengandung Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) atau tidak, di
laboratorium. Jika tidak mengandung B3, dapat dijadikan sebagai bahan baku bangunan seperti
batako. Namun jika mengandung B3, akan diproses dengan teknologi tertentu sesuai ketentuan
yang berlaku. Untuk menampung abu ini, di lokasi PLTSa akan dibuat penampungan abu dengan
kapasitas 1.400 M3, yang mampu menampung abu selama 14 hari beroperasi.

Pengolahan limbah

1. Limbah padat
Sisa pembakaran abu dan debu terbang sebesar 20 dari berat semula akan diuji
kandungannya apakah mengandung Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) atau tidak, di
laboratorium. Jika tidak mengandung B3, dapat dijadikan sebagai bahan baku bangunan seperti
batako. Namun jika mengandung B3, akan diproses dengan teknologi tertentu sesuai ketentuan
yang berlaku. Untuk menampung abu ini, di lokasi PLTSa akan dibuat penampungan abu dengan
kapasitas 1.400 M3, yang mampu menampung abu selama 14 hari beroperasi.
2. Limbah gas
Sisa gas buang akan diproses melalui pengolahan yang terdiri dari :
1. Gas buang hasil pembakaran akan dilakukan pada squenching chamber. Dari sini gas buang
disemprot dengan air untuk menurunkan temperatur gas dengan cepat guna mencegah dioxin
terbentuk kembali dan menangkap zat pencemar udara yang larut dalam air seperti NOx, Sox,
HCL, abu, debu, dan partikulat.
2. Kemudian gas yang akan dilakukan pada reaktor akan ditambahkan CaO sebanyak 12 kg/ton
sampah. Tujuannya menghilangkan gas-gas asam, Sox HCL, H2S, VOC, HAP, debu dan
partikulat.
3. Pada saat gas keluar dari reaktor, pada gas akan disemburkan karbon aktiI sebanyak 1 kg/ton
sampah, bertujuan menyerap uap merkuri, dioksin, CO.
4. Kemudian gas akan dialirkan ke ag Filler dengan tujuan menyaring partikel PM10 dan PM
2,5.
5. Terakhir, gas buang akan dilepaskan ke udara melalui cerobong dengan ketinggian sekitar 70
meter.

3. Limbah cair
Pada kegiatan penirisan sampah akan menghasilkan lindi dan bau. Lindi akan ditampung
kemudian diolah sampai pada tingkat tertentu. Kemudian akan disalurkan ke Bojongsoang untuk
diolah lebih lanjut. Rencana pembuangan hasil olahan lindi ke pengolahan air kotor Bojongsoang
sesuai perjanjian kerja sama antara PT BRIL dengan PDAM Kota Bandung. Intinya, PDAM
akan membangun saluran air buangan dari PLTSa dan membangun Iasilitas pengolahan limbah
PLTSa, sedangkan PT BRIL akan membayar jasa pengolahan ke PDAM. Sedangkan bau yang
ditimbulkan berada dalam bunker bertekanan negatiI sehingga tidak akan keluar tetapi tersedot
dalam tungku pembakaran sehingga tidak menimbulkan bau sampah di luar bangunan.

anfaat
Diperkirakan dari 500 - 700 ton sampah atau 2.000 -3.000 m3 sampah per hari akan
menghasilkan listrik dengan kekuatan 7 Megawatt. Sampah sebesar itu sama dengan sampah
yang dibuang ke TPA Sarimukti sekarang. Dari pembakaran itu, selain menghasilkan energi
listrik, juga memperkecil volume sampah kiriman. Jika telah dibakar dengan temperatur tinggi ,
sisa pembakaran akan menjadi abu dan arang dan volumenya 5 dari jumlah sampah
sebelumnya. Abu sisa pembakaran pun bisa dimanIaatkan untuk bahan baku pembuatan batu
bata. Perubahan pengolahan sampah dari landIill ke PLTSa pembakaran langsung diakui dapat
mengurangi emisi gas-gas rumah kaca (Pengakuan dan metoda perhitungannya tercantum dalam
dokumen UNFCCC nomor AM0025). Dengan demikian pembangunan PLTSa Gedebage sejalan
dengan Bali Roadmap, dan merupakan salah satu usaha untuk mencegah terjadinya perubahan
iklim. Menurut EcoSecurity, konsultan CDM yang berbasis di Eropa, dengan adanya PLTSa
Gedebage dapat dicegah minimal 150.000 ton CO
2
eq emisi pertahun.

%ahapan Kegiatan
Tahapan pertama adalah penyiapan lahan 10 ha. Lahan tersebut dibeli dari para petani
atau pemilik sawah/lahan. Selanjutnya, mobilisasi tenaga kerja untuk membangun PLTsa,
mobilisasi peralatan berat, konstruksi, pembersihan lahan, penyiapan lahan, pemasangan Iondasi,
mobilisasi bahan bangunan, mobilisasi peralatan PLTSa, instalasi PLTSa, dan pelepasan tenaga
kerja kontruksi.
Setelah tahapan dilakukan, PLTSa akan diuji coba dahulu sebelum benar-benar layak
dioperasikan. Sampah-sampah segera didatangkan oleh PD Kebersihan kemudian diturunkan ke
bunker berkapasitas 10.000 m3, yang cukup untuk menyimpan sampah 5 hari. Sampah tersbeut
akan ditiriskan selama 3-5 hari.
Pada saat start, tungku akan dipanaskan dengan bahan bakar minyak bumi sampai 850 derajat
Celcius untuk membakar sampah dan akhirnya akan menghasilkan energi listrik dan juga
berkurangnya volume sampah. Uji coba ini akan terus dilakukan dengan dihadiri sekaligus
ditangani oleh para teknisi dari China (vendor). Selagi masa uji coba dilakukan, PT BRIL akan
melakukan pelatihan bagi pekerjanya. Jika pekerjanya telah dianggap mampu, akan langsung
menangani PLTSa.

Studi Kelayakan
Untuk melihat apakah PLTSa layak dibangun di wilayah Bandung sebagai bentuks olusi
terhadap permasalahan sampah kota Bandung, dijalankan sebuah studi kelayakan. Berdasarkan
hasil studi kelayakan (FS) tersebut, dari sekitar 2785 m
3
sampah yang dihasilkan penduduk
Bandung setiap harinya, sekitar 25,22 adalahsampah yang masih bisa didaur ulang, sedangkan
74,78 sisanya adalah sampahyang dapat digunakan sebagai sumber energi, karena sebagian
besar komposisis ampah di Bandung adalah sampah organik (42 berat, atau 58 volume). Juga
diperlihatkan bahwa sebagian besar sampah di kota Bandung, kandungan utamanya adalah
'volatile matter', yang akan menguap ketika volume sampah direduksi dengan cara dibakar.
Mengenai berbagai kekhawatiran tentang masalah kesehatan masyarakat dan keamanan yang
sempat timbul dari masyarakat Bandung, utamanya daerahGedebage, lokasi di mana PLTSa
tersebut akan dibangun, Tim FS memperlihatkan hasil studi bandingnya ke beberapa negara, di
antaranya Singapura dan Cina,dimana WTE yang telah dibangun di sana, dan telah beroperasi
selama beberapa tahun, hanya berjarak beberapa ratus meter saja dari pemukiman penduduk.Tim
FS juga menjelaskan mengenai skema operasi PLTSa tersebut dan menjawab pertanyaan
mengenai kemungkinan bocornya racun dioksin yang merupakan hasilsamping pembakaran yang
tidak sempurna, ke lingkungan sekitar PLTSa. Tim FS engaku telah berbicara kepada investor
PLTSa, dimana mereka setuju untuk memasang alat pengukur kadar dioksin yang dapat
mengukur kadar dioksin tersebut secara 'real-time' saat proses insinerasi sedang dilakukan.
PLTSa dengan bahan bakar sampah merupakan salah satu pilihan strategis dalam
menanggulangi masalah di Kota Bandung , selain berpotensi mengurangi volume sampah secara
lebih eIektiI, juga bisa menghasilkan energi listrik. Listrik ini akan membantu atau meringankan
beban PLN dalam penyediaan listrik bagi masyarakat.
Perubahan pengolahan sampah dari landIill ke PLTSa pembakaran langsung diakui dapat
mengurangi emisi gas-gas rumah kaca (Pengakuan dan metoda perhitungannya tercantum dalam
dokumen UNFCCC nomor AM0025). Dengan demikian pembangunan PLTSa Gedebage sejalan
dengan Bali Roadmap, dan merupakan salah satu usaha untuk mencegah terjadinya perubahan
iklim. Menurut EcoSecurity, konsultan CDM yang berbasis di Eropa, dengan adanya PLTSa
Gedebage dapat dicegah minimal 150.000 ton CO
2
eq emisi pertahun.
Pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Sampah mempunyai dua manIaat yaitu:
1) PLTS menghasilkan energi listrik yang dapat dimanIaatkan oleh masyarakat. Hal ini berarti
membantu menutupi deIisit energi listrik PLN. Jadi, sudah waktunya sampah diolah jadi energi
listrik. Dengan begitu, krisis listrik yang dihadapi dapat teratasi dan tariI pun bisa murah.
2) Keberadaan TPA tidak hanya menguntungkan pengelola tetapi juga masyarakat sekitar.
Adanya PLTS membuat masyarakat sekitar TPA dapat menggunakan listrik dengan gratis. Solusi
ini dapat mencegah penolakan masyarakat sekitar.
Perlu diketahui bahwa setiap pembangunan akan menimbulkan resiko, baik dampak
positiI maupun negatiI, termasuk pembangunan PLTSa. Oleh karena itu, PLTSa Gedebage juga
wajib dilengkapi AMDAL yang akan dinilai oleh Tim Komisi AMDAL (terdiri dari instansi
terkait, masyarakat terkena dampak langsung kegiatan, LSM, Perguruan Tinggi, dan pakar
lingkungan) sehingga PLTSa diharapkan mampu menjadi tempat pengelolaan sampah dengan
tetap mempertahankan kualitas dan kelayakan lingkungan.
Jadi, menurut saya pembangunan PLTSa gedebage cukup layak untuk diteruskan terkait
dengan manIaat- manIaat yang akan diperoleh dari pembangunannya namun perlu dipastikan
bahwa pembangunannya tidak akan menganggu penduduk dan terjamin keamanannya.
Sebaiknya pembangunan PLTSa ini jauh dari pemukiman penduduk dan tidak merusak area
hijau.


















Teknik Kimia Produksi Bersih
PLTSa Gedebage

Dosen : Ir. Mukhtar Ghozali
Disusun Oleh : Endah Yunita Sari
NIM : ( 091411008 )
Kelas : 3A








1URUSAN TEKNIK KIMIA
POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
2011

Anda mungkin juga menyukai