CPO
160-200 kg
600-700 kg
Serat (Fibre)
130-150 kg
Cangkang
60- 65 kg
230-250 kg
150-175 kg
350-450 kg
Air hidroksiklon
100-150 kg
20 m3
360-480 ton/hari
Biogas (CH4)
12- 16 ton/hari
Konsentrat BOD
25.000 mg/l
Penelitian ini menggunakan biomassa lignoselulosa yaitu Tandan Kosong Kelapa Sawit (TKKS)
karena tidak berkompetesi dengan pangan maupun pakan, tersedia melimpah, murah dan
terbaharukan. TKKS merupakan bagian dari kelapa sawit yang berfungsi sebagai tempat untuk buah
kelapa sawit. Tandan Kosong Kelapa Sawit merupakan limbah padat terbesar yang dihasilkan oleh
perkebunan kelapa sawit (PKS). Setiap pengolahan 1 ton TBS (Tandan Buah Segar) dihasilkan TKKS
sebanyak 22 23% atau sebanyak 220 230 kg TKKS. Jika PKS berkapasitas 100 ton/jam maka
dihasilkan sebanyak 22 23 ton TKKS. Jumlah limbah TKKS seluruh Indonesia pada tahun 2004
diperkirakan mencapai 18.2 juta ton (Aryafatta, 2008). Tandan kosong kelapa sawit merupakan
limbah berlignoselulosa yang belum termanfaatkan secara optimal. Selama ini pemanfaatan tandan
kosong hanya sebagai bahan bakar boiler, kompos dan juga sebagai pengeras jalan di perkebunan
kelapa sawit.
Tujuan dan Manfaat Penulisan
Tulisan ini memiliki tujuan untuk :
1. Memanfaatkan Tandan Kosong Kelapa Sawit (TKKS) sebagai bahan baku pembuatan
2.
3.
4.
5.
bioethanol
Mengetahui pengaruh penambahan jumlah enzim terhadap ethanol yang dihasilkan
Mengetahui kondisi optimum proses hidrolisis asam dan fermentasi
Mengetahui pengaruh waktu fermentasi terhadap kadar ethanol
Sebagai alternatif pembuatan energi terbaharukan
a) Menambah wawasan mengenai proses hidrolisis asam dan fermentasi pembuatan bioethanol
dari limbah TKKS beserta beberapa variabel yang mempengaruhi optimalisasi kadar
ethanolnya.
b) Menjadikan bioethanol sebagai bahan bakar yang dapat mengurangi krisis energi
c) Mengurangi limbah TKKS dan membantu melestarikan lingkungan
d) Menciptakan lapangan pekerjaan baru bagi masyarakat
GAGASAN
Kondisi kekinian
Dewasa ini perkebunan kelapa sawit telah menyebar di 22 propinsi, yang pada tahun 2010 luasnya
mencapai 8,3 juta Ha, yang mana sekitar 41% merupakan perkebunan rakyat (Ditjenbun, 2012).
Semakin luasnya perkebunan kelapa sawit akan diikuti dengan peningkatan produksi dan jumlah
limbah kelapa sawit. Dalam proses produksi minyak sawit, TKKS merupakan limbah terbesar yaitu
sekitar 23% tandan buah segar (TBS). Komponen utama limbah pada kelapa sawit ialah selulosa dan
lignin, sehingga limbah ini disebut sebagai limbah lignoselulosa (Widiastuti dan Tri, 2007). Dalam satu
ton kelapa sawit, terdapat 230-250 kg tandan kosong kelapa sawit, 130-150 serat, 65 kg cangkang
dan 55-60 kg biji dan 160-200 kg minyak mentah (Fauzi, 2005).
Contoh gambaran, apabila sebuah pabrik kelapa sawit dengan kapasitas 30 ton/jam akan
menghasilkan LCPKS 360 m3/hari dan TKKS 138 m3/hari sehingga hasil perpaduan kedua limbah
tersebut akan diolah menghasilkan kompos TKKS sebesar 70 ton/hari. Limbah sebanyak ini
semuanya dapat diolah sehingga tidak menimbulkan masalah pencemaran, sekaligus mengurangi
biaya pengolahan limbah yang cukup besar (PPKS, 2008).
Senyawa
Presentase (%)
Lignin
17-20
Alfa-selulosa
43-44
Pentosan
27
Hemiselulosa
34
Abu
0,7-4
Silika
0,2
Sumber: Dian Anggraini dan Han Roliadi, 2011
Tandan kosong kelapa sawit (TKKS) merupakan salah satu jenis limbah padat yang dihasilkan dalam
industri minyak sawit. Jumlah TKKS ini cukup besar karena hampir sama dengan jumlah produksi
minyak sawit mentah. Limbah tersebut belum banyak dimanfaatkan secara optimal. Komponen
terbesar dari TKKS adalah selulosa (40-60 %), disamping komponen lain yang jumlahnya lebih kecil
seperti hemiselulosa (20-30 %), dan lignin (15-30 %) (Dekker, 1991). Salah satu alternatif
pemanfaatan tandan kosong kelapa sawit adalah sebagai pupuk organik dengan melakukan
pengomposan (Fauzi et al., 2002).
Tandan kosong kelapa sawit mengandung serat yang tinggi. Kandungan utama TKKS adalah selulosa
dan lignin. Selulosa dalam TKKS dapat mencapai 54- 60%, sedangkan kandungan lignin mencapai
22-27% (Hambali, 2007).
selulosa adalah bagian pangkal dan bagian ujung tandan kosong sawit yang agak runcing dan agak
keras. (Hasibuan, 2010).
Solusi Terdahulu
Menghadapi kondisi masa sekarang yang membutuhkan bahan pengganti BBM yang diperlukan
adalah sikap kritis dan kreatif masyarakat untuk menghadapi kondisi yang ada pada saat ini. Salah
satunya dengan memanfaatkan limbah yang ada di sekitar lingkungan atau perkebunan. Tandan
Kosong Kelapa Sawit (TKKS) sendiri merupakan limbah perkebunan kelapa sawit yang terbesar
yaitu sekitar 23% dari perkebunannya, sebelumnya TKKS sendiri sebelum diketahui khasiatnya
biasanya hanya dijadikan bahan bakar boiler dan pengeras jalan.
Untuk menghadapi kelangkaan energi yang terjadi para peneliti mencari dan menginovasikan bahanbahan ramah lingkungan untuk dikembangkan menjadi bahan baku pembuatan energi.
Gagasan pembuatan bioethanol, biofuel dan biodiesel menjadi alternatif yang paling memungkinkan
manusia untuk menggantikan bahan bakar fosil.
Pemerintah telah melakukan berbagai macam upaya untuk menanggulangi kelangkaan energi salah
satunya dengan menggalakkan pembangunan bahan bakar nabati berupa bioethanol dari singkong
untuk mengatasi kelangkaan bensin. Saat ini, banyak dikembangkan bahan bakar nabati berupa
bioethanol yang berasal dari singkong. Namun seiring berjalannya waktu ternyata solusi tersebut
menimbulkan masalah.
Bioethanol mengundang pro dan kontra karena bioethanol tersebut berbahan baku pangan
(singkong) dikhawatirkan akan terjadi persaingan antara kebutuhan bahan bakar dan bahan pangan.
Maka dari itu perlu dikembangkan bahan bakar alternatif sumber bioethanol dari bahan non-pangan
agar kepentingannya tidak bertolak belakang dengan kebutuhan pangan.
Solusi yang Ditawarkan
Bioethanol
Bioetanol merupakan salah satu biofuel yang hadir sebagai bahan bakar alternative yang lebih ramah
lingkungan dan sifatnya yang terbarukan. Pada umumnya pembuatan bioetanol menggunakan jagung
dan tebu sebagai bahan baku. Penggunaan kedua bahan baku tersebut bepotensi menimbulkan
kontradiksi terhadap kebutuhan bahan pangan bila diterapkan di Negara berkembang seperti
Indonesia. Oleh sebab itu, selulosa berpotensi menjadi salah satu bahan baku
alternatifnya dan Tandan Kosong Kelapa Sawit (TKS) memiliki potensi yang besar menjadi sumber
biomassa selulosa ddengan kelimpahan cukup tinggi dan sifatnya terbarukan. (Dea,I.A, 2009).
Bahan baku untuk proses produksi bioetanol diklasifikasikan menjadi tiga kelompok, yaitu gula, pati,
dan selulosa. Sumber gula yang berasal dari gula tebu, gula bit, molase dan buah-buahan, dapat
langsung dikonversi menjadi etanol. Sumber dari bahan berpati seperti jagung, singkong, kentang
dan akar tanaman harus dihidrolisis terlebih dahulu menjadi gula. Sumber selulosa yang berasal dari
kayu, limbah pabrik pulp dan kertas, semuanya harus dikonversi menjadi gula dengan bantuan asam
mineral. Biokonversi glukosa menjadi bioetanol, memerlukan perantara mikroba lain yang umumnya
menggunakan Saccharomyces cereviceae dan zymonas mobilis.
Beberapa hal penting yang perlu diketahui pada proses produksi bioetanol antara lain, komponen
ligniselulosa dan enzim pendegradasinya.(Trisanti Anindyawati, 2009). Bioetanol secara umum dapat
digunakan sebagai bahan baku industri turunan alkohol, campuran bahan bakar untuk kendaraan.
Grade bioetanol harus berbeda sesuai dengan pengunaanya. Bioetanol yang mempunyai grade 90%
- 96,5% volume digunakan pada industri, grade 96% - 99,5% digunakan dalam campuran untuk miras
dan bahan dasar industri farmasi. Besarnya grade bioetanol yang dimanfaatkan sebagai campuran
bahan bakar untuk kendaraan harus betul betul kering dan anhydrous supaya tidak menyebabkan
korosi, sehingga bioetanol harus mempunyai grade sebesar 99,5% - 100% (Khairani, 2007).
Bioetanol yang digunakan sebagai bahan bakar mempunyai beberapa kelebihan, diantaranya lebih
ramah lingkungan, karena bahan bakar tersebut memiliki nilai oktan 92 lebihtinggi dari premium nilai
oktan 88, dan pertamax nilai oktan 94. Hal ini menyebabkan bioetanol dapat menggantikan fungsi zat
aditif yang sering ditambahkan untuk memperbesar nilai oktan.
Zat aditif yang banyak digunakan seperti metal tersier butil eter dan Pb, namun zat aditif tersebut
sangat tidak ramah lingkungan dan bisa bersifat toksik. Bioetanol juga merupakan bahan bakar yang
tidak mengakumulasi gas karbon dioksida (CO2) dan relatif kompetibel dengan mesin mobil berbahan
bakar bensin. Kelebihan lain dari bioetanol ialah cara pembuatannya yang sederhana yaitu fermentasi
menggunakan mikroorganisme tertentu (Mursyidin, 2007).
merupakan asam yang paling bannyak diteliti dan dimanfaatkan untuk hidrolisis asam. Hidrolisis
asam dapat dikelompokkan menjadi : hidrolisis asam pekat dan hidrolisis asam encer.
Pati merupakan senyawa polisakarida yang terdiri dari monosakarida yang berikatan melalui ikatan
oksigen. Monomer dari pati yaitu glukosa yang berikatan dengan ikatan yaitu (1,4)-glikosidik, yaitu
ikatan kimia yang menggabungkan 2 molekul monosakarida yang berikatan kovalen terhadap
sesamanya. Pati merupakan zat tepung dari karbohidrat dengan suatu polimer senyawa glukosa yang
terdiri dari dua komponen utama, yaitu amilosa dan amilopektin. Polimer linier dari D-glukosa
membentuk amilosa dengan (1,4)-glukosa. Sedangkan polimer amilopektin adalah terbentuk ikatan
(1,4)-glukosa dan membentuk cabang pada ikatan -(1,6)-glukosida.
Hidrolisis pati dapat dilakukan oleh asam atau enzim. Jika pati dipanaskan dengan asam akan terurai
menjadi molekul-molekul yang lebih kecil secara berurutan, dan hasil akhirnya adalah glukosa.
(
C6 H 10 O5 )n
Pati
H2O
air
C6 H 10 O6
glukosa
Ada beberapa tingkatan dalam reaksi diatas. Molekul-molekul pati mula-mula pecah menjadi unit-unit
rantaian glukosa yang lebih pendek yang disebut dextrin. Dextrin ini dipecah lebih jauh menjadi
maltose (dua unit glukosa) dan akhirnya maltose pecah menjadi glukosa. (Murdijati Gardjito, 1992).
Pati
dextrin
maltose
glukosa
Metode Fermentasi
Fermentasi merupakan kegiatan mikroba pada bahan pangan sehingga dihasilkan produk yang
dikehendaki. Mikroba yang umumnya telibat dalam fermentasi adalah bakteri, khamir dan kapang..
Contoh bakteri yang digunakan dalam fermentasi adalah Acetobacter xylimnum pada pembuatan
nata de coco, Acetobacter aceti pada pembuatan asam asetat. Contoh khamir dalam fermentasi
adalah Saccharomyces cereviseae dalam pembuatan alkohol.
Prinsip dasar fermentasi adalah mengaktifkan kegiatan mikroba tertentu untuk tujuan mengubah sifat
bahan, agar dapat dihasilkan sesuatu yang bermanfaat. Misalnya asam dan alkohol yang dapat
mencegah pertumbuhan mikroba yang beracun.(Widayati E, 1996).
Awalnya, fermentasi adalah pemecahan gula menjadi alkhol dan karbondioksida. Tetapi banyak
proses yang dikatakan fermentasi tidak selalu menggunakan substrat gula dan menghasilkan alkohol
serta karbondioksida, contohnya perubahan laktosa menjadi asam laktat oleh bakteri Streptococcus
lactis pada kondisi anaerobic. Hasil-hasil fermentasi terutama tergantung pada jenis substrat, macam
mikroba dan kondisi di sekelilingnya yang mempengaruhi pertumbuhan dan metabolisme mikroba
tersebut. (Winarno F.G,1980).
Menurut Judoamidjojo dkk. (1992), menyatakan bahwa beberapa langkah utama yang diperlukan
dalam melakukan suatu proses fermentasi diantaranya adalah :
a. Seleksi mikroba atau enzim yang sesuai dengan tujuan.
b. Seleksi media sesuai dengan tujuan.
c. Sterilisasi semua bagian penting untuk mencegah kontaminasi oleh mikroba yang tidak
dikehendaki.
Langkah-langkah yang dibutuhkan untuk membuat bioethanol dari TKKS melalui metode fermentasi
adalah :
1. Alat yang digunakan pada proses fermentasi disterilisasi dalam autokalf pada suhu 121
5 menit.
Pihak-Pihak Terkait
Pihak-pihak yang terkait dalam implementasi gagasan ini antara lain:
1.
Pemerintah Daerah
Pemerintah daerah berperan sebagai penggalak utama dalam kegiatan pengolahan limbah
2.
TKKS ini menjadi bioethanol dengan memberikan dana riset dan mengatur pelaksanaannya.
Pemilik Perusahaan Kelapa Sawit
Pemilik perusahaan kelapa sawit berperan sebagai pihak yang membantu pemerintah daerah
3.
untuk mengumpulkan, memilah, dan memisahkan limbah TKKS untuk diolah lebih lanjut.
Lembaga Riset dan Penelitian
Lembaga penelitian berperan dalam menguji kandungan lignoselulosa dan keefisienan dalam
menghasilkan bioethanol yang telah diolah dari TKKS menggunakan hidrolisis asam dan
fermentasi ini dan melakukan penelitian yang lebih mendalam tentang kelebihan dan
4.
Merancang gagasan dan menyediakan alat yang dibutuhkan untuk melakukan pembuatan
bioethanol.
Melakukan kerjasama antara pemerintah dan pemilik perkebunan kelapa sawit untuk
Peluang dan Tantangan dalam Mengaplikasikan Proses Pembuatan Bioethanol dari Tandan
Kosong Kelapa Sawit
Peluang-peluang yang didapat dari pembuatan biogas dari limbah batang pisang adalah:
1.
Bioethanol ini bisa menjadi sumber energi baru yang dapat diaplikasikan menjadi lebih dari
satu jenis energi seperti, energi bahan bakar.
2.
Bioethanol ini mudah diaplikasikan dalam kehidupan di masyarakat serta ramah lingkungan.
3.
Bahan baku bioethanol ini yaitu limbah tandan kosong kelapa sawit sangat melimpah di
Indonesia.
4.
Mengurangi dampak dari pemanasan global dan mengatasi krisis energi yang semakin parah.
Dan tantangan yang akan dihadapi untuk menerapkan pembuatan bioethanol dari tandan kosong
kelapa sawit adalah:
1.
Kurangnya peran serta pemerintah dan dinas perkebunan mengenai tandan kosong kelapa
sawit ini untuk dikembangkan lebih lanjut.
2.
3.
Kurangnya edukasi dan kemampuan pembuatan bioethanol yang masih tergolong rumit dan
memerlukan biaya alat yang cukup besar membuat masyarakat kurang tertarik.
4.
Dengan kondisi masyarakat yang sudah terbiasa menggunakan bahan bakar fosil sehingga
mereka enggan menggunakan energi alternatif ini.
KESIMPULAN
Gagasan yang Diajukan
Dari pembahasan diatas, dapat disimpulkan bahwa pembuatan bioethanol dari TKKS sebagai sumber
energi alternatif merupakan suatau solusi energi yang terbaharukan dimana masyarakat Indonesia
sendiri ketergantungan akan pengunaannya. Masalah ini mendorong terlahirnya PKM ini yaitu
Pemanfaatan Tandan Kosong Kelapa Sawit Menjadi Sumber Energi Terbarukan Bioethanol. Bahan
yang digunakan berasal dari bahan yang selama ini dihambur hamburkan dan menjadi sampah.
Namun, yang paling penting, bahannya berasal dari sumber energi yang terbarukan (khususnya
biomassa). Berdasarkan penelitian yang saya tulis, pembuatannya menggunakan metodologi
hidrolisis asam dan fermentasi yang melalui tahap pretreatment, hidrolisis/fermentasi, dan destilasi.
Pemilihan bahan baku berupa TKKS dikarenakan ketersediaannya yang melimpah di Indonesia
sehingga dapat di jadikan energi alternatif dan kandungan selulosa dan lignoselulosa yang dimilikinya
cukup tinggi. Diharapkan dengan adanya energi alternatif ini krisis energi menghilang, energi fosil
tidak akan habis, dan membantu melestarikan lingkungan.
Teknik Implementasi
Tahapan pengimplementasian dari PKM ini yaitu dengan pertama tama pengambilan bahan yaitu
limbah TKKS dari perkebunan kelapa sawit, lalu tahap penelitian dan pengujian dari produk apakah
sudah sesuai dengan kebutuhan dan standar bahan bakar, kemudian tahap pendistribusian yang
awalnya diawali dengan sosialisasi kepada masyarakat terhadap produk bioetanol dari TKKS ini.
Lalau penyuluhan dan pencerdasan masayarakat mengenai teknik pembuatan bioethanol dari TKKS
tersebut. Langkah strategis utama yang dilakukan, yaitu bekerjasama dengan lembaga penelitian dan
riset untuk dilakukan penelitian lebih lanjut. Dibuat tata tertib dan prosedur pembuatan bioethanol oleh
pemerintah dan Kementerian ESDM. Lalu dilakukan sosialisasi kepada masyarakat oleh pemerintah
dan lembaga sosial melalui media sosial, cetak dan penyuluhan langsung.
Prediksi Hasil
Inovasi ini memerlukan peran serta mahasiswa sebagai pembawa gagasan dan perubahan,
masyarakat luas sebagai pengguna fasilitas, serta pemerintah bersama dinas energi dan sumber
daya alam terkait, sehingga dapat diperkirakan bahwa inovasi ini memiliki peluang dan tantangan
tersendiri untuk mengimplementasikan. Berdasarkan hasil wawancara dan penelitian yang dilakukan,
inovasi ini memiliki peluang diantaranya adalah inovasi ini dapat diterima dengan mudah oleh
masyarakat karena pemanfaatan tandan kosong kelapa sawit sebagai bioethanol dapat dijadikan
energi alternatif menggantikan energi bahan bakr fosil. Selain itu bahan-bahan yang digunakan juga
mudah ditemukan, berlimpah dan murah, yaitu limbah tandan kosong kelapa sawit yang porsinya
sangat besar di perkebunan kelapa sawit. Selain itu dengan menggunakan limbah tersebut kita juga
turut mengupayakan pelestarian lingkungan dan membuat sumber energi alternatif yang ramah
lingkungan. Dibutuhkan kerja sama dengan pihak pemerintah dan perusahaan untuk menghimbau
kesadaran masyarakat tentang pentingnya pemanfaatan tandan kosong kelapa sawit ini. Semua
inovasi yang dibuat tentunya diawali dengan suatu hipotesa mengenai hasil. Rencana mengenai hasil
yang dicapai adalah suatu penerapan dan penggunaan produk hasil inovasi yang bertujuan untuk
meningkatkan minat dan kesadaran masyarakat dalam pemanfaatandan pembuatan bioethanol dari
tandan kosong kelapa sawit.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 2009. Bioetanol Sebagai Energi Alternatif Yang Kompetitif.
http://skadrongautama.blogspot.com Diakses 28 Oktober 2014.
Isroi. 2008. Potensi Biomassa Lignoselulosa di Indonesia Sebagai Bahan Baku Bioetnaol: Tandan
Kosong Kelapa Sawit. http://isro.wordpress.com Diakses 29 Oktober 2014
Kusuma, Betaria. 2012. Pembuatan Bioetanol dari Limbah Sabut Kelapa dengan Metodologi
Fermentasi Ragi Tape. http://www.slideshare.net/riabetaria/proposal-penelitian-pkm-1 Diakses 29
Oktober 2014
Manurung, M 2012, Sakarifikasi dan Fermentasi Simultan (SFS) dari Limbah Ekstraksi Alginat untuk
Pembuatan Bioetanol, Skripsi, Institut Pertanian Bogor,
http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/53441?show=full Diakses 30 Oktober 2014
Prawita, Dewi. 2008. Mengolah Limbah Sawit Menjadi Bioetanol dan Kompos. http://blogs.unpad.ac.id
Diakses 30 Oktober 2014
Shofinita, Dian. 2009. Bioetanol Generasi Kedua: Teknik pengkonversian lignoselulosa. http://
http://majarimagazine.com/2009/02/bioetanol-generasi-kedua/ Diakses 1 November 2014
Andayani, Rina. 2010. Pembuatan Bioetanol Dari Tandan Kosong Kelapa Sawit Melalui Proses
Fungal
Treatment
Aspergillus
niger
dan
Fermentasi
oleh
http://digilib.its.ac.id/public/ITS-Master-17188-2308201004-Presentation.pdf
Zymomonas
mobilis.
Diakses 1 November
2014
Nuryanto, eka. 2008. Pemanfaatan Tandan Kosong Kelapa Sawit Sebagai Sumber Lignin.
http://repository.usu.ac.id/handle/123456789/7285 Diakses 2 November 2014
http://energibarudanterbarukan.blogspot.com/2011/02/kondisi-ebt-saat-ini-di-indonesia.html
Kondisi EBT di INDONESIA / Renewable Enery in INDONESIA
Sektor energi di Indonesia mengalami masalah serius, karena laju permintaan energi di dalam negeri
melebihi pertumbuhan pasokan energi. Minyak mentah dan BBM sudah diimpor sehingga memaksa
bangsa Indonesia mencari sumber energi lain guna mengatasi permintaan energi yang melonjak dari
tahun ke tahun.
Energi Baru dan Terbarukan (EBT) terus dikembangkan dan dioptimalkan, dengan mengubah pola
fikir (mind-set) bahwa EBT bukan sekedar sebagai energi altenatif dari BB fosil tetapi harus menjadi
penyangga pasokan energy nasional dengan porsi EBT >17%
Keppres no.5/2006 tentang Kebijakan Energi nasional) berupa biofuel >5%, panas bumi >5%, EBT
lainnya >5%, dan batubara cair >2%, sementara energi lainnya masih tetap dipasok oleh minyak bumi
<20%, Gas bumi >30% dan Batubara >33%.
Pemerintah berkomitmen mencapai visi 25/30, yaitu pemanfaatan EBT 25% pada tahun 2030
(semula diprediksi 25/25, tetapi dalam prakteknya diduga tidak akan tercapai). Bulan Januari 2012,
Sekjen PBB mendorong pemanfaatan energi terbarukan (ET) dunia duakali lipat (dari 15% menjadi
30%) hingga tahun 2030, apalagi negara berkembang saat ini menguasai setidaknya 50% kapasitas
global EBT.
Program-program untuk mencapai target hingga 25% EBT adalah listrik pedesaan, interkoneksi
pembangkit EBT, pengembangan biogas, Desa Mandiri Energi (DME),
Integrated Microhydro
Development Program (IMIDAP), PLTS perkotaan, pengembangan biofuel, dan proyek percepatan
pembangkit listrik 10 GW tahap II berbasis ET (panas bumi dan hidro). Untuk mencapai itu, Indonesia
membutuhkan dana USD36miliar.
Pemerintah akan menambah kapasitas pasokan listrik 35 GW hingga 2019, 24 GW dari PLTU
sisanya 11 GW dari EBT. Saat ini EBT hanya menyumbang 10,7 GW dari total 53 GW. Rencana EBT
sebesar 11 GW itu berasal dari PLTP 4,9 GW; PLTA 13,4 GW; PLT Bioenergi 2,8 GW; PLTS 0,25 GW;
PLT Bayu 0.044 GW, dan PLT Arus laut 1 MW.
Seluruh pembangkit secara bertahap akan dinaikkan mulai 2015 hingga 2019.
Pemerintah mendukung inovasi pemanfaatan PLTS, misalnya untuk penerangan jalan, dan
mendorong pula pemasangan panel surya di atap-atap pusat pertokoan dan mal agar mereka
mendapatkan pasokan listrik sendiri.
Upaya penganekaragaman (diversifikasi) sumber energi lainnya selain minyak bumi terus dilakukan,
di antaranya pemanfaatan gas, batubara, dan EBT (air/mikrohidro, panas bumi, biomassa, surya,
angin, gelombang/arus laut, BB Nabati, nuklir, batu bara tercairkan atau liquefied coal, batubara
tergaskan/gasified coal, dan gas hidrat). UU no.30 tahun 2007 mengklasifikasikan bahwa Energi
Baru (EB) terdiri atas nuklir, hidrogen, gas metana batubara (CBM, Coal Bed Methane), batu bara
tercairkan (liquified coal), dan batu bara tergaskan (gasified coal). Sementara, ET terdiri atas panas
bumi, angin/bayu, bioenergi, sinar matahari/surya, aliran dan terjunan air, dan gerakan dan
perbedaan suhu lapisan laut.
Tahun 2015, hanya 5.000 desa terpencil, tertinggal, dan di perbatasan menjadi target DME sebagai
sasaran CSR (dari ~10ribu desa terpencil; total ada 74.045 desa di Indonesia per 10 Des 2014),
sedangkan kesejahteraan desa ditingkatkan dengan salah satunya membangun BUMDes seperti
yang telah dicapai desa Gumung Kidul, DIY. Kampung Waitabar, Sumba Barat, NTT dipilih menjadi
DME percontohan oleh Men Desa PDT&T. Sebelumnya, telah hadir PLTMH & PLTS di Sumba
(PLTMH: Kamanggih 1x40kW, Lapopu 2x800kW, Lokomboro 2,3MW, dan Laputi 32 kW; PLTS: Salura
1x150kW, dan Bilachenge 480 kWp).
Tahun 2012-2014, pengembangan Desa Mandiri Energi (DME) ditekankan kepada pengembangan
biogas untuk memasak dan penerangan. Tahun 2011, Pemerintah mengembangkan 35DME berbasis
non BBN, yaitu PLTMH 10 lokasi (5 di Sumatera, 2 di Jawa, 3 di Kalimantan 4 di Sulawesi, 2 di Nusa
Tenggara, 1 di Maluku dan Papua), arus laut 1 lokasi, Hibrid 1 lokasi, peralatan produksi (sisa energi
listrik dari EBT) 10 lokasi. Tahun 2010, DME dikembangkan di 15 wilayah di Indonesia, 9 di luar P.
Jawa dan 6 di P. jawa. Th 2009, program DME mencapai 633 desa, dengan rincian Tenaga Air 244
desa, BB Nabati 237 desa, Tenaga Surya 125 desa, Biogas 14 desa, Tenaga Angin 12 desa,
Biomassa 1 desa.
Di lain fihak, PT Pertamina (Persero) berkomitmen mengembangkan 5 jenis EBT, yaitu
menggandeng AS.
Alga,
Angin (Bayu).
Di sisi lain, Pertamina meneken MoU dengan Akuo Energy (IPP, Paris, Perancis) yang difokuskan
kepada pengembangan PLTBayu, PV Surya, dan OTEC di lokasi terpencil. Sasaran dalam waktu
dekat, kerma itu akan menetapkan 3 pulau untuk lokasi PLTS 5MW pada tahun 2016. PLTBayu 60
MW akan dikembangkan pada tahun 2017. Kemudian, PLTS, PLTB dan OTEC akan dikembangkan
hingga 560 MW pada tahun 2018.
Beberapa pengusaha asing tertarik untuk berpartisipasi dalam pengembangan EBT di Indonesia,
misalnya Australia yang berpengalaman di bidang infrastruktur energi di bidang panas bumi, solar,
alga, mikrohidro, biomassa untuk pembangkit listrik tertarik untuk mengembangkan EBT di
Indonesia.
Austria menawarkan kerjasama membangun PLTA.
Jerman, Perancis (tanam US$ 10 miliar), Amerika Serikat, dan Selandia Baru ingin bekerja sama di
bidang panas bumi (geothermal).
Selandia Baru telah meneken kerjasama dengan RI (April 2012) guna membangun PLTP 4 GW th
2015.
Chevron Co. (produsen gas terbesar kedua th 2011 sesudah ExxonMobil Indonesia) juga tertarik
berinvestasi di bidang panas bumi dan energi laut dalam.
Turki tertarik pula untuk mengembangkan energi geothermal di wilayah Palembang/Sumsel, Argo
Puro/Jatim, dan Pidie/Aceh.
Di sisi lain, Amerika Serikat yang diwakili oleh Exxon dan General Electric akan membantu di sektor
efisiensi energi, salah satunya adalah mengembangkan turbin dan Pembangkit Listrik skala kecil
berbasis EBT di pulau-pulau terluar dan di daerah nelayan.
Kanada (Biotermika Technology) tertarik menginvestasikan dananya di bidang sampah kota di kotakota besar, seperti Bandung, Surabaya, dan Jakarta guna membangun pembangkit listrik dari
sampah.
Selain itu, Kanada juga tertarik di bidang PLTU (Brookfield Power and Utilities), PLTMH (Esensi
Lavalin), dan PLTS (Expert Development of Canada, dan Senjaya Surya Pro).
Sementara, Singapura tertarik mendirikan industri pupuk dari sampah TPA di Desa Ngembalrejo, Kec.
Bae, Kudus, sedangkan Jepang dan Korea Selatan tertarik mendirikan industri pupuk dan
pengolahan limbah plastik menjadi bahan bakar / solar / premium dari sampah kota di TPA
Palembang, Sumsel.
Brunei Darussalam tertarik untuk mengembangkan industri pengolahan sorgum untuk bahan
makanan dan bioetanol di Soloraya.
China dan KorSel tertarik untuk mengembangkan PLTA.
Finlandia mengajukan kerjasama dengan menghibahkan 4 juta Euro di bidang PLT biomassa di Prop.
Kalteng dan Riau, dan KorSel juga bekerjasama di bidang PLT biomassa di Gorontalo. Jepang
(NEDO) tertarik membangun pabrik bioetanol dari tetes di Mojokerto, Jatim.
Rusia dan Australia tertarik mengembangkan PLT biomassa (jerami+sekam padi) di Sergai, Sumut,
sedangkan China tertarik menggunakan limbah cangkang kelapa sawit.
Rusia juga tertarik mengembangkan EBT lainnya termasuk nuklir & batubara.
Estonia tertarik mengembangkan pasir minyak dan biomassa.Denmark mendukung program efisiensi
dan konservasi energi di Indonesia dengan memberikan dana US$10juta untuk program 4 tahun.
Indonesia memberlakukan
regulasi
dengan
memberikan insentif
pajak kepada
perusahaan
pengembang EBT dengan tetap melibatkan fihak lokal terutama pembangunan pembangkit
berkapasitas di bawah 10 MW.
Sistem FiT, feed-in-tariff, kebijakan fiskal, insentif pada pendanaan, insentif dukungan pasar, dan
pemudahan
mendorong
implementasi
EBT
secara
komersial
(sebelumnya
Rp.975/kWh);
Vrendah:
Rp.1.400/kWh
(sebelumnya
Rp.1.325/kWh). Sementara, pembelian tenaga listrik dari PLTA oleh PLN s.d. 10 MW dapat dilihat
pada Permen ESDM No. 12 th 2014.
Besai (92,8 / 2x46,4 MW), Batutegi (28 / 2x14 MW); Jabar: Ubrug/Cibadak (27,9 / 2x10,8+6,3 MW)
(saat ini mati, bendungan jebol), Bengkok (10,15 / 3x3,15+0,7 MW), Cikalong (19,2 / 3x3,64 MW),
Cirata (1000 / 8x126 MW), Saguling (700 / 4x178 MW), Jatiluhur (187 MW); Lamajan (19,2 / 3x6,4
MW), Parakan Kondang (9,92 / 4x2,48 MW); Jateng: Sudirman (Mrica) (3x61,5 MW), Jelok (4x5 MW),
Timo (3x4 MW), Wonogiri (2x6 MW), Garung (2x6 MW), Sempor (1x1 MW), Ketenger-1 dan
Ketenger-2 (2x3,5 MW), Ketenger-3 (1x1 MW), Wadaslintang (2x9 MW), Kedung Ombo (1x22,5 MW),
Klambu (1x1,17 MW), Pejengkolan (1x1,4 MW), Sidorejo (1x1,4 MW), Gajah Mungkur (12,4
MW), Jatim: UP Brantas (281 MW): terdiri atas 12 unit PLTA, yaitu [Sengguruh (29 / 2x14,5 MW),
Mendalan (23,2 / 4x5,8 MW), Siman (10,8 / 3x3,6 MW), Selorejo (1x4,48 MW), Giringan (3,2 / 2x1,35
+ 1x0,5 MW), Golang (2,7 MW), Ngebel (2,2 MW), Wlingi (54 / 2x27 MW), Lodoyo (1x4,5 MW),
Tulung Agung (2x23 MW),Wonorejo (6,3 MW), Karangkates/Sutami (105 / 3x35 MW)], Tulis (2x7
MW); Kalsel: Riam kanan (30/3x10 MW); Sulut: Tonsea Lama (14,38 / 1x4,44 + 1x4,5 + 1x5,44 MW),
Tanggari-1 (1x17,2 MW), Tanggari-2 (1x19 MW); Sulsel: Balambano (110 / 2x55 MW), Larona (165 /
3x55 MW),Karebbe (90 / 2x45 MW), Bakaru (126 / 2x63 MW); Sulteng: Sulewana-Poso I (160 / 4x40
MW), Sulewana-Poso II (180 / 3x60 MW), Sulewana-Poso III (400 / 5x80 MW).
Status PLTA yang sedang/akan dibangun di Indonesia (Maret 2014, & Jan 2015):
Sumatera
Rencana PLTA di masa depan: Sumatera Utara (763 MW).
PLTA Redelong (3x6 MW) (2019); PLTM Kerpap (2MW) (2017); PLTM Kr Isep (2x5 MW)
(2017); PLTM Subulussalam (7 MW) (2017) ; PLTM Lawe Gurah (5 MW) (2017); PLTM Lawe
Sikap (7 MW) (2017); PLTM Lawe Mamas (7 MW) (2017); PLTM Bidin (2x3,3 MW) (2017);
PLTM Tembolon (3,1 MW) (2017); PLTM Ketol (3x3,3 MW); PLTM Lumut (2x5 MW) (2018);
NAD.
PLTA Peusangan 89 MW (Peusangan-1 (2x22,5 MW), dan Peusangan-2 (2x22,5 MW),
Takengon, dibangun oleh PLN yang pekerjaan sipilnya dikerjakan oleh Hyundai + PT PP Tbk,
pek. metal oleh Wika Amarta, pek. jaringan transmissi 150 KV & gardu induk oleh PT Balfour
Beatty
Sakti
PT
Karunia
Berca
dengan
nilai
investasi
Rp.3
triliun.
Energi
listrik Peusangan akan dialirkan ke Saluran Udara Tegangan Tinggi (SUTT) 150 kV Sumut &
Aceh via GI (Gardu Induk) Takengon dan GI Bireun. Pinjaman berasal dari JICA Rp.2,6 triliun
PLTA Sidikalang-1 (15 MW) (2019); PLTA Hasang (40 MW), Sumut (FTP-2), 2019.
PLTA Wampu 45 MW di sekitar Danau Toba, (Sumut) dibangun oleh PLN dan Konsorsium
(Kepco) Daewoo dengan dana investasi Rp.2,5 triliun, dan skema IPP (Independent Power
Producer).
PLTA Asahan-3 (174 / 2x87 MW) (Rp.2,3 triliun) (Sumut) belum dibangun, dan molor ke th
Co
Ltd.
dengan
menggandeng
Perusahaan
Daerah
(BUMD)
yang
aluminium ingot.
PLTA Kumbih-4, Medan, dana dari Jerman.
PLTM Tersebar Sumut (161,7 MW) (2017).
PLTM Tersebar Sumbar (31 MW) (2017).
PLTA Simpang Aur (23 MW), Bengkulu (FTP-2).
PLTA Ketahun-3 (61 MW), Bengkulu.
PLTA Merangin (350 MW), Kerinci, Jambi,
selesai
sekitar
tahun
2021.
PLN
Jawa
PLTA ini direncanakan hanya bergerak di malam hari saja, guna mengatasi beban puncak Jawa-Bali.
Bendungan I (upper reservoir) 10,5 km2 (kecil), bendungan II (lower reservoir) luasnya 355 km2
(besar), beda tinggi200m.
Siang hari, ada 2.000 MW/hari arus listrik menganggur, maka listrik tsb (asal PLTU/batubara
Indramayu dan Labuhan) digunakan untuk memompa air dari II (S. Cisokan) ke I (S. Cirumanis).
Sementara, malam hari (5-10 malam), air dari I diglontorkan ke II via 4 turbin (4x260MW).
PLTA Jatigede (110 / 2x55 MW) (memanfaatkan waduk Jatigede, membendung S.Cimanuk)
di Ds. Cijeunjing, Kec. Tomo & Jatigede, Sumedang, Jabar, masih tahap lelang desain,
konstruksi th 2016, rampung sekitar 2019 dengan investasi US$239,573juta, (BUMN China
US$144,067juta sisanya APBN), Kontraktor DN: PT WIKA, PT Waskita Karya, dan PT PP;
LN: Sinohydro (China). Problem: protes penggenangan desa (11.469 KK direlokasi) (guna
pengendalian banjir di Cirebon dan Indramayu). Total lahan: 4.983 Ha (termasuk lahan
warga).
PLTA Rajamandala 1x47 MW di sungai Citarum, Kec. Haurwangi, Cianjur, Jabar. PLN
menggandeng PT REP (US$150 juta, full Turnkey, BOOT). PLN membeli listriknyasebesar
US$8,66 sen/kWh, selama 30 tahun yang akan beroperasi pada tahun 2017.Hyundai
Engineering + Hyundai Amco meneken kontrak kerma USD91,3juta dengan REP untuk
dibeli PLN.
PLTA Sutami, Malang (+2x50MW), dan PLTA Lodoyo, Blitar (+1x9MW), Jatimdioptimalkan (th
2015), dan PLTA Kesamben/Blitar (2x18MW) (baru) dibangun oleh PJB (PT Pembangkit Jawa
Bali).
Rencana: PLTA Grindulu PS (1.040 / 4x260 MW), Tegalombo, Pacitan, Jatim, COD 2021.
PLTM Tersebar Jawa-Bali (192 MW) (2017-2019).
NTB
Potensi hidro di Sumbawa, NTB sekitar 67,5 MW, sedangkan potensi lokasi PLTM NTB: Lombok 3
lokasi (Sungai Muntur 2,8 MW, Sungai Kokok Putih 4,2 MW, Sungai Pekatan 5,3 MW), Lombok
Utara 10, Lombok Barat 15, Lombok Tengah 17, Lombok Timur 16, Sumbawa 17 lokasi (Sungai
Brang Rhee 16 MW, Sungai Bintang bano 40 MW, Sungai Brang Beh 103,5 MW), Sumbawa Barat 9
lokasi, Dompu 9 lokasi, dan Bima 5 lokasi. PLTM Tersebar NTB sekitar 18,7 MW (2018-2019). Oleh
karena itu, PT PLN akan membangun 11 PLTM, yaitu,
NTT
Kalimantan
Sulawesi
sekitar 90 MW dengan masa kontrak 4 tahun dan dana Rp. 3 triliun, diharapkan selesai 2020.
PLTA Sawangan (12 MW), Sulut, 2019.
PLTA Watunohu-1 (20 MW), Sultra, 2021.
PLTA Konawe (50 MW), Sultra, 2021.
PLTA Poso-2 (130 MW), Sultra, 2021/2022.
PLTA Karama (450 MW, Unsolicited 150 MW, baseload unsolicited 300 MW), Sulbar,
2020/2021. Investor China (PT CMH / China Mikro Hidro) membangun 2 unit bendungan di
lokasi PLTA di Desa Karama, Kec. Kalumpang, Kab. Mamuju, Sulbar, dengan kapasitas total
sekitar 1.800 MW dan biaya sekitar US$4,5 miliar (Rp. 7 triliun) selama 3 tahun. Sementara,
sungai Karama yang melewati Kec. Bonehau memberikan kontribusi PLTA berkapasitas (600
Maluku
Papua
untuk wilayah Genyem dan Grimenawa. Orya-2 (10 MW) sedang dikerjakan.
PLTA Baliem (50 MW) (S. Baliem) dibangun oleh PLN; PLTA Baliem-1 (10 MW) dan Baliem-2
(40 MW) sedang dikerjakan yang diharapkan beroperasi th 2017. Sungai Baliem berpotensi
setidaknya 7 PLTA di masa depan (800 MW, dengan perkiraan dana sekitar Rp.5triliun).
Rencana: PLTA Supiori 15 MW dan PLTA Urumuka (300 MW).
PLTA Urumuka (300-350 MW) (2010) diharapkan dibangun oleh Pemprov Papua. Proyek
senilai Rp 14 triliun tsb direncanakan selesai 3-4 tahun. Akan tetapi, PLN tidakdilibatkan,
dan masyarakat sekitar
PLTA Mamberamo ternyata
menolak
proyek
belakangan
tersebut.
(2014)
Proyek
diduga fiktif,
dan
ada
kasus korupsi DED(APBN 2009/2010) (Detail Engineering Design). Dana Rp.29,5M dan
Rencana PLTA di masa depan: S. Memberamo berpotensi menggerakkan PLTA 10.000 MW, dan
sungai lainnya via PLTM tersebar 2.000MW.
Percepatan sumber daya air:
PLTA (5 GWe) akan dibangun di 12 waduk pilihan dari 261 waduk di Indonesia dengan nilai
investasi Rp.100 triliun (2-3jutaUS$/MW).
Studi kelayakan pembangunan PLTA itu akan menelan dana Rp.36-60miliar. Baru 22 waduk memiliki
PLTA, dan Indonesia perlu 460 waduk lagi seukuran waduk Jatiluhur, Purwakarta, Jabar.
Bendungan untuk tandon air dan irigasi:
Bendungan/waduk Pandan Duri 340 Ha (Rp.728 miliar), Ds.Suwangi, Kec.Sakra, Kab. Lombok Timur,
NTB selesai dibangun dengan sumber air dari sungai Palung. Dusun yang terendam: Embung Raja,
Gunung Sager, Kelagaq, dll.
Waduk
Waduk yang akan dibangun sebanyak 49 (dari tahun 2015-selesai):
Cipanas,
Leuwikeris,
Sadawarna,
Jambo Aye;
Santosa,
Perbaikan waduk
Sukahurip
(Jabar);
Tiro
Logung
Jawakisa
(usulan
Gubernur)
(TTS,
(Kupang); Roti
Timor
Tengah
2015.
Bajul Mati (40%, Banyuwangi-Situbondo, 115 Ha, 2015);
Nipah (masalah pembebasan Lahan, Desa Montor, Sampang, Madura, Jatim).
Jati Gede (Sumedang, Jabar); masalah: banyak pohon yang harus ditebang & ada situs
PU (2014) berencana memanfaatkan 200 waduk untuk pengairan sawah dengan memasang turbin
baru menjadi PLTA agar dapat menghasilkan listrik.
AIR (PLTMH)
(Mini Hidro: 100-1000 kW; Mikro Hidro: 5-100 kW; Piko Hidro: ratusan Watt-5 kW)
Potensi: 230.913 MW (231 GW) (th 2006). Tahun 2014, kapasitas terpasang hanya 75 MW.
Dalam RIPEBAT (Rencana Induk Pengembangan EBT) 2010-2025, enam provinsi memiliki
potensiPLTMH seperti 1) Papua (ada 52 sungai berpotensi maksimal hingga 15,6 GW, di antaranya
adalah sungai Memberamo/10 GW; Derewo, Ballem, Tuuga / 1,6 GW; Wiriagar / Sun, Kamundan,
Digul / 1,5GW; Yuliana / 2,3 GW; Lorentz / 232 MW, dan Kladuk); 2) Kaltim: S.Kerayan, Mentarang,
Tugu, Mahakam, Boh, Sembakung dan Kelai (total 6.743MW); 3) Sulsel; 4) Kalbar; 5) Sumut; dan 6)
Aceh.
menghemat
BBM
dan CER
sangat
besar.
PT Indonesia
Power meyakinkan, bahwa Produksi listrik PLTMH Cileunca berkapasitas 1 (2x0,5) MW (menelan
biaya Rp.13 milyar), desa Warnasari, Kec. Pangalengan, Kab. Bandung, dapat menghemat Rp. 10
milyar setahun. Bila seluruh PLTMH dapat mencapai kapasitas 500 MW, penghematan biaya sekitar
Rp.4,27 triliun dan keuntungan dari CER US$ 6 juta, serta ada pemasukan kas desa (PADES,
Pendapatan Asli Desa) Rp.2 triliun/tahun. Sistem Off-Grid disarankan untuk digunakan di desa, yaitu
sistem pemeliharaan alat/jaringan listrik dan tagihan listrik dikelola oleh masyarakat / koperasi desa
sendiri, agar kemandirian dan pertumbuhan desa dapat terwujud.
PTPSE (Pusat Teknologi Pengembangan Sumber Daya Energi) BPPT berhasil mendaftarkan rintisan
CDM (Clean Development Management) PLTMH dari UNFCCC (United Nations Framework
Convention on Climate Change) untuk PLTMH di desa Rantabella, Kec. Lotimojong, Kab. Lawu,
Sulawesi Selatan.
Bila jaringan PLN sudah masuk desa, maka desa dapat menjual listriknya ke PLN (kalau harga yang
ditawarkan PLN sesuai, dengan melalui proses panjang dan melelahkan). Contoh: PLTMH Curug
Agung yang dibangun th 1991, th 1995 berkompetisi dulu dengan PLN ketika jaringan listrik PLN
masuk desa. Akhirnya th 2000, produk listriknya masuk ke jaringan PLN. Sementara, PLTMH Cintamekar 10kW, Subang, Jawa Barat, menjual seluruh produk listriknya ke PLN. PLTMH Kombongan 85
kW, Garut juga masuk jaringan listrik nasional.
PLTMH yang berencana / sedang dibangun adalah:
Sumatera
PLTMH Lodagung (1.300 kW) di Ds.Jegu, Kec.Sutojayan, Kab. Blitar, Tulungagung akan
sebagian dijual ke PT PLN distribusi Jatim bila negosiasi harga per kWh nya tercapai.
Pemkab Banyumas membangun 12 PLTMH dengan total biaya Rp.300 miliar. Salah satunya,
PLTMH Kali sasak 4 MW Kec. Cilongok, Banyumas yang dikelola oleh PT BIJ (Banyumas
Investama Jaya) bekerjasama dengan PT IndoPower dengan dana sebesar Rp.60 milyar
untuk 8.000 KK. Sebelumnya PLTMH Tapen (1x0,75 MW), Ketenger-1/-2/-3, lalu beberapa
PLTMH di UPB Mrica (Desa Siteki, Blumbungan, Banjarnegara) Sempor Kab. Kebumen, dan
Wadaslintang sudah
dibangun
di
Banyumas.
Lainnya,
PLTMH
percontohan Karangtengah 17kW dari sungai Prukut (debit air 300 liter/detik) untuk 66 KK,
hasil kerma PT IndoPower (pemodal) dengan TNI (bantuan tenaga kerja).
AHM (PT Astra Honda Motor) memberdayakan masyarakat dengan membangun PLTMH 6,5
kW, sungai Cibarengkok, untuk 63 KK, di TNGHS, Sukamulya, Sukabumi, Jabar,
Rp.408 juta yang digunakan untuk mesin pompa pengairan dan air bersih.
Proyek PLTMH yang sedang berjalan adalah di Kab. Bogor (Rp.855 jt), Kab. Cianjur (Rp.1,4
Kalimantan
PLTMH Lobong (1.300 kW), Kotamobagu, Kaltim, didanai oleh pinjaman ADB (Proyek PLN).
Potensi PLTMH di Kaltim: sungai Kerayan, Mentarang, Tugu, Mahakam, Boh, Sembakung, dan Kelai
dengan total potensi mencapai 6.743 MW.
Sulawesi
Bupati Lutim.
Empat unit PLTMH dengan kapasitas total 8,1 MW di Mamuju, Sulbar, yaitu Balla (2x350 kW),
Kalukku (2x700 kW), Bone Hau (2x2MW), dan Budong-budong (2x1 MW) dapat menghemat
BBM Rp 200 miliar/tahun. Beban puncak sekitar 12 MW, 67% dari air
NTT
Papua
PLTMH Prafi (1.000 kW), Manokwari, Papua, didanai oleh pinjaman ADB (Proyek PLN).
PLN telah memiliki 2 PLTMH, yaitu PLTMH Werbar, Fak-fak, (2x800 kW) dan PLTMH Walesi,
Wamena, (2x600 kW).
LAUT
Sejak dikeluarkan UU no.17/2007 RPJPN 2005-2025, upaya menyusun Road map (peta jalan)
pengembangan energi
Sementara,
UU
Kelautan
sebagai
dasar
penyusunanroad map yang mencakup tata ruang laut nasional 200mil (17.499 pulau, dan garis pantai
104.000 km terpanjang kedua dunia) telah disahkan DPR akhir Sep 2014 sekaligus hal itu sebagai
cikal bakal pembangunan poros maritim. Oleh karena itu, para investor masih menunggu UU
dan Road map tsb guna meyakinkan kepastian hukum berusaha dimana potensi ekonomi laut
Indonesia ditaksir > Rp.3000 triliun, bahkan total potensi ekonomi laut termasuk SDA nonkonvensional lainnya ditaksir lebih dari 1,2 triliun USD/th yang lebih besar dari PDB Indonesia (1
triliun USD/th).Mapping energi laut Indonesia ditampilkan (2011).
Ada tiga jenis energi laut yang dapat dimanfaatkan, yaitu gelombang laut, arus laut (Tidal+Ocean
current energy), dan panas laut. Prediksi potensi teoritis ketiganya menurut ASELI sekitar 727 GW.
Prakteknya, gelombang laut 1.995 MW, arus laut 18 GW, dan panas laut 41 GW.
GELOMBANG AIR LAUT (Wave Energy)
Potensi gelombang di Indonesia sangat tinggi, yaitu sekitar 2-2,5 m (Laut Selatan Jawa), dan pantai
Barat Sumatera sekitar 4-5 meter. ASELI (th 2011) menyatakan gelombang laut mempunyai potensi
teoritis 510
GW,
potensi
teknis
GW,
dan
potensi
praktis
1,2
GW.
Metode Energi Listrik Gelombang Air Laut (400 W) karya mahasiswa dan dosen Politeknik Manufaktur
Timah, Bangka Berlitung mendapat hak Paten dari Kementrian Hukum dan Ham RI, dan biaya hak
paten ditanggung Dikti Kemendiknas. Karya lainnya, oleh M. Imron (T. Kelautan, ITB).
PLTGL-SB Vertikal
Percobaan PLTGL-SB (Horizontal)
(Sistem
Bandul)
Zamrisyaf (pemilik
paten
No.
HAKI
PLTAL >80 kW
Potensi EAL Indonesia menghasilkan listrik sangat besar, yaitu sekitar 5,6-9 TW (5.600-9.000 GW))
(versi Bappenas). Angka itu kira-kira 30-50ribu kali PLTA Jatiluhur (187 MW). Bandingkanlah dengan
daya listrik dari 430 unit PLTN dunia yang hanya sekitar 363 GW (2009) < 1 TW. Potensi teoritis arus
pasang surut versi BPPT sebesar 160 GW, teknis 22,5 GW, dan praktis 4,8 GW.
Bappenas mendorong EAL sebagai sumber EBT yang handal guna memenuhi permintaan
masyarakat pesisir 18 ribu pulau di Indonesia yang tidak terjangkau oleh jaringan listrik nasional. Laju
arus pasang-surut (tidal) di pantai umumnya kurang dari 1,5 m/detik, kecuali di selat-selat di antara P.
Bali, Lombok, dan NTT dapat mencapai 2,5-3,4 m/detik. Arus pasang-surut terkuat tercatat di Selat
antara P. Taliabu dan P. Mangole di kepulauan Sula, Maluku Utara dengan laju 5,0 m/detik.
Uji-coba PLTAL karya UPT-BPPH (BPPT) di Suramadu (2013) (3,5 kW, arus laut malam hari
hanya 1,3 m/detik), Surabaya dan di Larantuka (Flores Timur) (10kW ~4,3m/detik) telah
dilakukan). Sebelumnya (2010) uji-coba di Larantuka telah dilakukan. Daya listrik 2kW
diperoleh.
Sabella (Perancis) meneken MoU dengan PT PLP & PT Meindo Elang Megah untuk
mengembangkan proyek energi arus laut Indonesia. Sejumlah turbin 100-2500 kW akan
PANAS LAUT
OTEC (Ocean Thermal Energy Conversion) dibedakan 3 macam, daur tertutup, daur terbuka, dan
daur gabungan (hibrid). Potensi Panas Laut: 222 GW. Lima lokasi sedang dijajagi, Selat Sunda, Bali
Utara, Bali Selatan, Maluku Utara, dan NTT. Bali Utara terpilih untuk survei dengan kapasitas
pembangkit sekitar 100 kWe.
Tahun 1987, PLTP Kamojang-II dioperasikan. Pertamina, Amoseas of Indonesia Inc., dan PLN
melakukan kerma eksplorasi panas bumi di Gunung Drajat, Jabar.
Tahun 1991, keluar Keppres meleluasakan Pertamina dan kontraktor mengeksplorasi dan
mengeksploitasi panas bumi, dan menjual uap / listrik kepada PLN.
Tahun 1994, PLTP Gunung Drajat-I beroperasi, PLTP Gunung Salak-I dan II beroperasi, dan
Pertamina melakukan kontrak dengan 4 perusahaan swasta.
Tahun 1995, Nota kesepahaman dilakukan Pertamina dan PLN untuk membangun PLTP Lahendong
1x20 MW, Sulut, dan PLTP Sibayak 2 MW, Sumut.
Sayangnya, sekitar 70% lokasi PLTP yang potensial berada di kawasan hutan lindung, sehingga
terjadi konflik kepentingan dengan Kementrian Kehutanan, apakah membangun PLTP (hanya butuh
lahan 0,3-4 Ha) atau mempertahankan kawasan konservasi.
Untuk mengatasi hal tersebut, DPR telah mengesahkan RUU Panas Bumi (26/08/2014) sebagai revisi
UU No. 27/2003, yang ringkasan isinya sbb:
1. Panas
bumi
sebagai
sumber
energi
alternatif.
Eksplorasi
&
Produksi
panas
mundur
tahun
dari
rencana
semula.
Pemerintah
menyiapkan SKB
Energy bernegosiasi dengn PT PLN (Persero) dengan dana investasi US$650 juta.
PLTP Bonjol (165 / 2x55 MW), 2022.
Supreme
PLTP Sungai Penuh-1&2 (110/2x55 MW) di Jambi, 2022. ADB (Asian Development Bank)
Energy),
pinjaman
sebesar
Rp
100,7
miliar.
beroperasi2017/2018/2019.
PLTP Rantau Dadap (220 / 2x110 MW), Sumsel, 2019/2020. Konsorsium yg terdiri atasPT
Supreme Energy, GDF Suez, dan Marubeni Corp menandatangani PPA dg PT PLN dengan
Kemenhut diperoleh.
PLTP Ulubelu-3 & 4 (2x55MW), Tanggamus, Lampung, dibangun oleh PGE, didanai
oleh World Bank sekitar Rp 576,8/2 miliar, beroperasi 2012 & 2016/2017.
PLTP Suoh Sekincau (220 / 4x55 MW), lampung, 2021/2022.
PLTP Danau Ranau (110 / 2x55 MW), Lampung., 2022
PLTP Ulubelu-3 & 4 (2x55MW), Tanggamus, Lampung, dibangun oleh PGE, didanai
oleh World Bank sekitar Rp 576,8/2 miliar, beroperasi 2012 & 2016/2017.
PLTP Dairi Prima (25 MW), Sumut.
Investor asal Turki, Hitay Group, sedang mensurvei blok Tanjung Sakti dan Empat Lawang,
Sumsel.
Jawa
PT SBG (Sintesa Banten Geothermal) mengeksplorasi PLTP (potensi 225 MW) di Gunung
dibatalkan
Development
Bank)
pemerintah
(Soeharto)
mengucurkan
dana
saat
krisis
US$500/3
ekonomi
juta.
PGE
menggandeng
Sulawesi
NTB
PLTP Hu'u, Dompu, Sumbawa (20 / 2x10 MW, hingga >60 MW dalam 3 tahap, 2020) akan
dikerjakan oleh PT Pasifik Geoenergy (PAGE) (10%) dan Ormat Tech. Inc.(Amerika) (90%)
teken kontrak menginvestasikan dana US$200juta. Akan tetapi, Okt 2014, PAGE mundur,
kapasitas uap rendah, kawasan yang dipinjamkan bertabrakan dengan penambang emas, PT
STM).
PLTP Sembalun-1 (70 MW), Sembalun-2 (40 MW, Rp.500 miliar), Lombok Timur, 2019.
NTT
PLTP Ulumbu (10 / 4x2,5 MW) Flores, NTT. PLTP Ulumbu 3& 4: 5 MW sudah beroperasi Okt
Maluku
PLTP Jailolo (10 / 2x5 MW), potensi 75 MW, Halmahera Barata, Maluku Utara, 2016.
PLTP Songa Wayaua (1x5 MW), Maluku Utara, 2017.
PLTP Tulehu (20 / 2x10MW), Salahutu, Kab. Maluku Tengah, 2016.
BIOMASSA
Potensi energi biomassa Indonesia diperkirakan: 49.810 MW (50 GW) yang berasal dari perkiraan
produksi 200 juta ton biomassa/tahun dari residu pertanian, kehutanan, perkebunan dan limbah
padat/sampah kota, sementara daya terpasang: hanya 1.716,5 MW (th 2013) atau sekitar 3,45 % saja
dengan hutan produktif dan perkebunan seluas 23 juta Ha.
Itu berarti pemanfaatan biomassa untuk energi listrik masih sangat sedikit. Oleh karena itu
ESDM mengeluarkan Permen No. 27 th 2014 guna mendorong pemanfaatan biomassa (PLTBm) dan
biogas (PLTBg) seoptimal-mungkin menjadi listrik.
Program jangka pendek Kementrian ESDM meliputi promosi investasi, insentif fiskal dan pajak,
kebijakan penetapan harga energi, penyebarluasan informasi, dan penelitian dan pengembangan.
PT Semen Indonesia (Persero) Tbk. PT Semen Padang, dan PT Semen Tonasa telah memanfaatkan
biomassa sebagai pengganti batubara.
PT Growth Asia di bawah GSG / Growth Steel Group (PLTU Biomassa, 2x15 MWe dengan TKDN
70%, Rp10miliar/MW dari BCA Bioler/Indon, generator/turbin/Tiongkok, modul pengatur turbin/AS)
memanfaatkan limbah kering cangkang sawit (1 kWh listrik perlu 1,2 kg cangkang), serat sawit,
sekam padi, bonggol jagung, serbuk kayu, ampas tebu, dll. untuk menapis listrik. PLTU sejenis sudah
dibangun di
Medan/Sumatera: PT GSI / Growth Sumatra Industry, Unit-1 excess power 6 MW, COD Des
2013;
Cilegon/Jawa: PT Indocoke, Unit-1 PLTU 1x15 MW (Clean energy + HRSG); COD Maret
Kelapa Sawit
Indonesia adalah produsen kelapa sawit terbesar di dunia dengan areal sekitar 10,9 juta Ha (2014)
(milik rayat / Perkebunan rakyat 41,55%, Negara (PTPN) 6,83%, swasta asing 1,54%, sisanya swasta
nasional/lokal 50,08%).
Produksi CPO sekitar 29,3 juta ton (2014) terdiri atas milik rakyat 10,68juta ton, Negara 2,16juta ton,
dan swasta 16,5juta ton.
Sebelumnya (2013), produksi CPO sekitar 24 juta ton (18 juta ton CPO/th diekspor) dengan potensi
biomassa dari residu minyak kelapa sawit dan 350 pabrik minyak kelapa sawit dalam jumlah besar
pula, berupa tandan kosong kelapa sawit (TKKS) sekitar 27,5 juta ton basah (1ton TBS/Tandan Buah
Segar menghasilkan 200 kg CPO, limbah TKKS 250 kg, dan limbah cair 0,5 m3).
Masih ada limbah sawit lain, seperti pelepah 4%, cangkang 6,5%, serat 13%.
Pemerintah melarang membakar TKKS langsung guna menghindari pencemaran udara.
Riau sedang membangun PLTGBm Sencalang 140 kW (250-300 KK) dari pelepah sawit
di Siak dan Inhil. KEI (PT Kreatif Energi Indonesia) membangun PLTBiogas 4 MW dari limbah
selama 100 menit) yang bersistem semi-gasifikasi dengan aliran udara alami tanpa listrik
sama sekali. Limbah cangkang tersedia sekitar 5% dari TBS, atau sekitar 5 juta ton/tahun
dengan harga Rp300/kg di Kalimantan dan Sumatra, atau sekitar Rp1000,- di Jawa yang
membangun
pembangkit
listrik
berbasisbiomassa TKKS. Pasokan bahan baku TKKS dari kebun sawit seluas 80.000 Ha
Ampas Tebu
Penggunaan ampas tebu (bagas): sebagai bahan bakar PLTBm, bioetanol, kompos, pakan ternak,
bahan
baku
gel,
media
tanam
(jamur
tiram), adsorsi minyak bebas dalam minyak jelantah, arang aktif, dll. Pabrik gula Ngadirejo, Kediri,
Jatim, menyisakan ampas tebu yang cukup besar jumlahnya, sebagai BB PLTU Biomassa untuk
menghasilkan listrik (8 MW) dan uap untuk kebutuhan pabrik. Tebu segar 6200 ton/hari menghasilkan
30-40% ampas tebu (sekitar 1860-2480 ton/hari). Listrik yang diperlukan di pabrik hanya 4,5 MW
maka sisanya (3,5 MW) dijual kepada PLN.
Batok Kelapa
Pemerintah akan membangun PLT Biomassa berbasis batok kelapa dari Wonosobo/Kalimantan di
Pulau Karimunjawa, Jawa Tengah dengan daya 0,5MW (2015).
Hal itu dimaksudkan untuk mengganti PLTD BBM yang saat ini beroperasi sangat mahal (Rp. 3
miliar/tahun). PLN Sulut,Sulteng, dan Gorontalo juga memanfaatkan batok kelapa sebagai umpan
PLT Biomassa (daya per unit 0,1 MW). Pulau-pulau kecil di sekitar Gorontalo adalah produsen kopra,
sehingga limbah seperti batok & serabut kelapa, ranting pohon, cangkang pala, dll cukup melimpah,
sehingga beberapa unit PLTBm sangat memungkinkan untuk dibangun di sana.
Pelet Kayu/Limbah Kayu
Kaliandra Merah
Kebutuhan Eropa: 15 juta ton (th 2013), Indonesia baru memenuhi 40 ribu ton th 2009.
Pelet kayu digunakan untuk energi pemanas rumah tangga (musim dingin), energi dapur masak, dan
energi pembangkit tenaga listrik khusus pelet kayu dan sebagai campuran BB batubara pada
PLTU batubara.
Kayu kaliandra (merah) yang banyak pula ditanam di Madura mempunyai nilai kalori yang tinggi (di
samping bunganya
madu),
sehingga
dijadikan
Jepang memanfaatkan dahan & ranting kayu (30% dari pohon tebangan) guna membangun
industri ET di Bengkulu sebagai pilot project di Indonesia (bila sukses akan diteruskan ke
Gambut itu bahan bakar (tahap awal pembentukan batubara, sebagai pengganti batubara kadar
rendah), dan kelimpahannya di Indonesia ternyata sangat luas, keempat terbesar di dunia
(20,6 juta Ha, 10,8%) setelah Kanada (170juta Ha), Rusia (150 Ha), dan AS (40 juta Ha).
Gambut tersebar di Sumatera (~35%, dataran rendah pantai Timur, terutama di Riau, Sumsel, Jambi,
Sumut, dan Lampung), Kalimantan (~30%, Kalteng, Kalbar), Papua (~30%, Papua Barat, Papua,
Papua Timur), dan Sulawesi (~3%). Ketebalan gambut di Indonesia diperkirakan rerata 3-5 m di
bagian Barat, dan 1-2 m di bagian Timur.
Gambut terbentuk, karena curah hujan merata sepanjang tahun dan topografi tak rata, sehingga
banyak daerah cekungan dengan genangan air disertai onggokan bahan organik.
Suasana kurang oksigen membuat tanaman lambat hancur, menyerap karbon, dan membentuk lahan
tersusun oleh bahan organik dengan ketebalan hingga 20 meter. Kegunaan gambut lainnya adalah
untuk menyuburkanrerumputan yang kering di musim kemarau dengan cara cukup menaburkannya di
atas rumput.
Kemampuan gambut menyerap & menahan air dimanfaatkan untuk menumbuhkan tanaman
(tomat, blueberries, bawang merah, nenas, dll) tanpa perawatan.
Status lahan gambut Indonesia (Sumatera, Kalimantan, dan Papua): Hutan (sebagian besar dibalak,
61%); Terbakar (7%); Semak belukar (tidak ada hutan, terganggu, 24%); dan
Dibudidayakan/
dikelola (5%).
Sekitar 23% luasan lahan gambut berada di tangan para pemegang konsesi (sawit, dan kayu) baik
digunakan maupun tidak, yang akan terus terdegradasi, dan sulit direstorasi bila para pemegang
konsesi tidak bekerjasama.
Nilai bakar Gambut Kalbar kering 5628,73 kkal/kg dekat dengan nilai bakar batubara kadar rendah
(~6000 kkal/kg). Komposisi kimianya adalah C 56,82% , H2 6,58% , N2 1,65% , O2 30,21%, S 0,17%
dan abu 4,57%. Komposisi abu gambut terutama terdiri atas SiO2 31,66 %, Al2O3 18,89%,
Fe2O3 11,29%, dan 7,46% MgO. Penambangan dan perataannya menggunakan teknik khusus
terutama untuk bahan bakar PLTU dan holtikultura [chek kualitas gambut, penggalian &
perataan,pemotongan, 4, 5].
Gambut kering dapat pula dibuat pelet terlebih dahulu (mirip kayu) untuk menaikkan nilai kalornya,
atau dicampur dengan biomassa lainya sebelum diumpankan ke dalam PLTU.
Gambut
dapat
digunakan
sebagai bahan
Bakar (PLTU,
briket,
keperluan
rumah
tangga /kompor dengan memperhatikan dampak lingkungan secara hati-hati dan tata-kelola air yang
baik).
Hal itu sebagai langkah awal pemanfaatan lahan gambut daripada dibiarkan terus menerus terbakar/
dibakar [1, 2, 3, 4, 5] oleh oknum tertentu sepanjang tahun tanpa menghasilkan listrik, sekaligus si
pemilik konsesi gambut dapat menjaga arealnya dari pembakaran liar.
Gambut dengan tebal 2 m dan luas 7.500 Ha dapat menghasilkan listrik ~120MW selama 20 tahun
yang dapat menekan biaya energi listrik hingga 5 sen USD/kWh (2011). Langkah berikutnya (setelah
dimanfaatkan untuk PLTU dan abu sisa pembakaran ditebarkan kembali ke tempat semula) lahan
gambut dapat dihutankan kembali.
Di lain fihak, limbah PLTU chip dan cangkang sawit (abu layang sawit) dapat menaikkan pH gambut.
Rerata pH gambut awal 4,35 sedangkan pH abu layang sawit 10,44.
Sepuluh (10) ton abu layang sawit per Ha dapat menaikkan pH lahan gambut menjadi 6,36 setelah 2
bulan penambahan.
Abu layang sawit mengandung kation-kation yang diperlukan tanaman seperti Ca, Mg, Zn, K, dan P
serta tidak mengandung logam-logam berat berbahaya bagi tanah dan tanaman.
PLTU Gambut pertama di Indonesia, PLTU Mempawah (3x67 MW), Kab. Pontianak, Kalbar
berbahan bakar gambut akan dibangun oleh PT Sebukit Power (SP) sebagai IPP, investasi
US4400juta dengan teknologi Finlandia. PT SP meneken MoU dengan PLN untuk penjualan
listrik selama 30 tahun, 4,774 sen US$/kWh. PLTU yang direncanakan dibangun di atas lahan
19.350 Ha, 2000 Ha digunakan untuk konservasi. Akan tetapi, status PLTU saat ini tidak
jelas (tampaknya proyek tsb terhenti, adanya aturan bahwa gambut adalah hutan lindung
dijadikan
BB
PLTU
di
negaranya
masing-masing.
PLTUToppila adalah PLTU gambut terbesar di dunia yang terletak di Oulu, Finlandia dengan
kapasitas
190
MW
(2
unit,
77
MW
dan
113
MW).
Sementara
dan
Technology yang
negara-negara
dicampur
di
dengan
Baltik
dengan
BB
biomassa
menggunakan Peat
lainnya.
Contoh
Combustion
PLTU
Rusia
adalahShatura Power station yang menggunakan BB gas alam 78%, gambut 11,5%, minyak
bakar 6,8%, batubara 3,7%). Semula, PLTU (shatura-1, 2x210MW), sejak 1925,
menggunakan gambut 40%, lalu diturunkan hingga 1% pada tahun 1980. Kemudian, BB
buah naga,
karet,
nenas,
gaharu,
timun,
padi,
menghindari
ancaman
guna
kebakaran dengan
pemberian
teknik
pengelolaan tata-air,
abu
layang
sawit,
dan Restorasi ekosistem yang dilakukan dengan bantuan skema emisi karbon.
Limbah Jagung (+sekam padi)
PLTBm bonggol jagung Pulubala (1x0,5MW) Ds. Pongaila, Kec. Pakubala, Kab. Gorontalo
Jerami+sekam padi
Per 1 Ha sawah menghasilkan kira-kira 5 ton jerami dan 1 ton sekam. Artinya, 1 MW listrik dihasilkan
dari 1500 Ha sawah.
Sementara, luas lahan padi Indonesia sekitar 12,87 juta Ha (th 2010) yang berarti energi listrik
setidaknya 8.600 MW dapat dipetik dari jerami+sekam padi, bila panen dilaksanakan setahun sekali
(panen umumnya dilaksanakan dua kali setahun).
PT Xoma Power Nusantara menggandeng pengembang listrik swasta dari Rusia (JSC
PromSvyaz Automatika) dan Babcock and Brown (Australia, penyandang dana sekitar
Rp.220 miliar) akan membangun PLTBm dari jerami+sekam berkapasitas 10-22 MW
(tergantung ketersediaan Jerami+sekam) di Serdang Bedagai (Sergai), Sumut. Kalori
jerami+sekam sekitar 3.180 kalori/kg sedangkan batu bara sekitar 5.000-6.000 kalori/kg.
GALFAD
Sampah diolah dengan 5 cara:
1) Ball Press, sampah dipres, padatan dibungkus plastik, untuk dijadikan penahan erosi, air yang
keluar dijadikan pupuk;
2) Incinerator skala besar, 900-1800 ton dibakar;
3) GALFAD (Gasification, Landfill, an Aerobic Digestion), gas metan yang timbul di TPA dimanfaatkan
untuk menjadi energi listrik. 1 MW setara dengan 30-50 ton sampah;
4) Bio Pupuk: sampah terpilih dihancurkan dengan tekanan hingga menjadi bubur, lalu diberi mikroba
dalam bak cerna tanpa oksigen;
5) Limbah menjadi Energi: sampah digunakan sebagai bahan baku PLBM. 1500-1800 ton/hari akan
menghasilkan listrik 20 MW.
Sampah (ton/hari) di kota besar Indonesia sungguh besar jumlahnya. Jakarta menghasilkan
sampah6500, Bandung 1.100, Denpasar 2.000, Surabaya 1.800, Medan 1.700, Makassar 870,
Palembang 750, Yogyakarta 300, dan Semarang 700.
Dari sampah itu, limbah organik saja yang akan masuk ke TPA, sedangkan lainnya (kertas, plastik,
logam, gelas, dll) didaur-ulang.
Setiap 500 ton/hari sampah yang diolah setara dengan daya listrik 5-6 MW.
Pem. Swedia bekerjasama dengan pemkot. Palu, Palangkaraya, dan Sleman membangun
proyek pilot penyediaan listrik dari biogas yang berasal dari sampah.
PLTSa Batam 10 MW, Kep Riau, direncanakan dibangun oleh Pemkot Batam + Bright guna
Rp.1250-1.598/kWh).
Pemkot Denpasar, Pemkab Badung, Gianyar, dan Tabanan (SARBAGITA) bersama dengan
PT NOEI membangun IPST (Instalasi Pengolahan Sampah Terpadu) guna mengubah
sampah menjadi energi listrik 9-10 MW. IPST dibangun di TPA Suwung, Denpasar di atas
tanah seluas 10 Ha (tersedia 40 Ha). Jumlah sampah dari kawasan SARBAGITA yang
diperkirakan sekitar 800 ton/hari diubah menjadi energi listrik menggunakan teknologi
GALFAD. Sampah sekitar 165 ton di Bengkala, Singaraja di TPST diolah menjadi gas metan
(PLTG) guna menggerakkan generator menjadi listrik dengan sasaran hingga 2 MW.
PLTSa di Bantar Gebang (proyek 700 milyar) di Bekasi memproduksi listrik 10 MW dengan
teknologi GALFAD dan kapasitas itu akan terus dinaikkan hingga 100 MW pada tahun 2014
guna memanfaatkan sekitar 6.000 ton sampah/hari dari Jakarta, dan 1.000 ton/hari dari
Bekasi. Pertamina yang bekerjasama dengan PT Gondang Tua Jaya danSolena Fuels ikut
terlibat dalam pemanfaatan sampah Bantar Gebang tersebut dengan menyuntikkan dana
sekitar US$300juta guna membangun PLTsa lebih besar, 138 MW, (terbesar di dunia), yang
akan beroperasi th 2016. Di samping itu, pabrik kompos dari sampah organik telah dibangun
dan telah mencapai 60 ton/hari dengan target 300 ton/hari pada 2013. Capaian PLTSa
tersebut sempat disampaikan di Pertemuan Penanganan Perubahan Iklim C40 di Sao Paulo,
Brasil, 1-3 Juni 2011. Kesuksesan di Bekasi itu akan ditularkan pula ke Ciangir, Legok
Tangerang, dan Marunda, Jakarta Utara. IPST Ciangir berada di atas lahan 50 Ha dan 48 Ha
lainnya sebagai lahan hijau milik Pemerintah DKI Jakarta yang akan menerima 1.500 ton
sampah/hari dari Jakarta Barat dan 1.000 ton/hari dari Tangerang, sedangkan IPST Marunda
dibangun di atas lahan 76 Ha di kecamatan Cilincing, Jakarta Utara yang disiapkan untuk
menerima sampah dari Jakarta Utara dengan kapasitas desain perolehan energi listrik
sebesar 10 MW.
Sisa sampah organik di Bantar Gebang diubah menjadi pupuk organik yang dikelola oleh PT
Gondang Tua Jaya dengan kapasitas produksi 350 ton/hari dan PT Mitra Patriot milik
Perusda Bekasi (50 ton/hari) yang potensinya dapat ditingkatkan menjadi 2.000 ton/hari.
PT Gikoko Kogyo Indonesia mengembangkan PLT gas metan dari TPA di Makasar, Bekasi,
Sumedang.
Workshop Pelatihan /
training
pengelolaan
sampah
menjadi
biogas
dilakukan
di
Biogas dapat menjadi solusi alternatif untuk kompor, penerangan dan energi listrik (bioelektrik) dari
genset biogas.
Sumber penghasil biogas di pedesaan dan di lingkungan pesantren adalah kotoran ternak (sapi,
kerbau kuda, babi)/tinja santri, sampah, buah busuk, ampas tahu, limbah pertanian (sawit, padat/cair,
dll), eceng gondok, rumput laut, dll.
UGMtelah mengembangkan teknologi purifikasi biogas (dari gas impuritas seperti CO2, H2S, uap air,
dll. menggunakan resin / tukar ion) dan menyimpan biogas dalam tabung agar dapat digunakan pada
mesin-mesin/genset.
Contoh teknologi pembuatan biogas dijelaskan (Badan Litbang Petanian); LIPI (P2-Telimek) (limbah
kotoran sapi khusus pedesaan, Instalasi biogas di Ds.Girimekar, Kec.Cilengkrang, Bandung);
Limbah ternak/manusia
Peluang pengembangan biogas Indonesia sangat menjanjikan.
Th 2014, Indonesia memiliki 15,19 juta sapi ternak dan perah; 36,2 juta kambing/domba/kerbau;
0,455juta kuda; 7,87juta babi; 1.590,07juta ayam (buras + ras petelur + ras pedaging); 52,78juta itik;
dan 252 juta penduduk Indonesia penghasil biogas yang amat besar.
Seekor sapi dewasa menghasilkan sekitar 25 kg kotoran/hari.
Setiap 20 ekor sapi menghasilkan 20 m3 biogas/hari yang setara dengan energi listrik12 kWh yang
cocok untuk 6 rumah selama 10 jam dengan daya 100-200 Watt/rumah.
Proses pembuatan biogas dari kotoran ternak (+tinja) dijelaskan. biogas akan keluar mendorong
slurry dan gas disimpan, sedangkan slurry ditampung untuk dijadikan pupuk organik.
Potensi: 1 juta unit (bak cerna = digester).
Tiga ratus unit yang memanfaatkan kotoran sapi dibangun di DME Haurngombong, kec.
Pamulihan, Kab. Sumedang, Prov. Jabar. Energi biogas baru dimanfaatkan 40% yang
membangkitkan 130 instalasi, sedangkan satu instalasi melayani 3-4 KK. SDAEMSleman,
juga
membidik
Bangli,
Buleleng,
Tabanan,
Badung,
Klungkung), Sulsel, Jabar, Jateng, Jatim, dan DIY untuk mencapai target itu.
Pemerintah Kabupaten Kulon Progo, provinsi DIY, memanfaatkan biogas dari limbah
ternak dan limbah pabrik tahu dengan membangun bak cerna 136 unit yang dikembangkan
sejak tahun 2008. Penduduk Kulon Progo juga telah membangun 200 unit yang tersebar di
Kab. Kulon Progo. Daerah yang dikenai Pilot Project adalah Lendah, Temon, Wates,
Pengawasih, dan Galur. Tahun 2011 pemerintah memberikan dana Rp.388juta untuk
membangun 21 unit bak cerna bagi keluarga miskin yang memiliki sapi dan kerbau. Setiap
unit memerlukan dana Rp.18juta untuk 3 KK yang membutuhkan kotoran 3-4 ekor sapi.
Daerah lain di Kulon Progo yang juga mengembangkan biogas hingga mencapai 160 unit
Buah Busuk
Banyak sekali buah dan sayur mayur busuk di pasar tradisional Indonesia yang juga berpotensi untuk
dijadikan biogas dan menghasilkan listrik.
sumber
listrik).
Sekitar
ton
buah
busuk/hari
(terutama
semangka
&
500 KK (termasuk penerangan jalan dan pasar Gemah Ripah) dengan dana 1,6 milyar.
Pemkot Balikpapan berencana membangun PLT Biogas di sekitar pasar-pasar tradisional
Balikpapan guna memanfaatkan limbah sayuran dan buah-buahan (sekitar 292-310 ton/hari)
sekaligus memenuhi kebutuhan listrik di pasar selain pemanfaatannya sebagai kompos.
Pilot project dilakukan di Pasar Pandansari dengan harapan studi kelayakan selesai th 2012.
Satu PLT Biogas diduga akan menelan biaya Rp 800 juta termasuk transmisi dan instalasi
pada lapak pedagang di pasar. Keberhasilan PLT Biogas di Pandansari akan ditularkan ke
pasar Klandasan dan Pasar Induk.
Di Indonesia terdapat 84.000 industri tahu yang menghasilkan limbah cair 20 juta m3/tahun. PTL
BPPT (Pusat Teknologi Lingkungan BPPT) membantu mengolah limbah tsb menggunakan Fixed Bed
Reactor di desa Kalisari dan Cikembulan, Kab. Banyumas dengan dana Kemenristek.
Satu m3 limbah cair tahu menghasilkan 6.500 liter biogas.
Sementara, biogas juga dapat diperoleh pula dari ampas tahu.
Sekitar 2,4 liter larutan ampas tahu dapat menghasilkan 381,82 liter biogas (via bak-cerna).
Contoh: air limbah tahu (Ds. Kalisari, Banyumas, Jateng; Ds. Pekalongan, Jateng; Tarakan,
Kalimantan) diproses (digester, anaerob) menjadi biogas.
Contoh: ampas tahu + Kotoran sapi diubah manjadi biogas: Kanoman, Boyolali, Jateng.
Limbah Cair Sawit
PTPN V Pekanbaru, Jambi mengembangkan pembangkit listrik dengan memanfaatkan limbah cair
(PLT Biogas) dan limbah padat (PLTBm) tanaman sawit.
Th 2011, dari PLT biogas diperoleh 13,8 MW, dan dari PLTBm diperoleh 35,6 MW. Pada th 2012,
ditargetkan 14,8 MW (PLT biogas) dan 38,3 MW (PLTBm).
Limbah Mendong/eceng gondok, dll
Eceng gondok (EG) banyak menyerap oksigen dalam air sehingga populasi ikan dalam waduk /
danau menurun, dan bila EG mati menjadi lumpur, maka lumpur tsb akan mendangkalkan rawa.
Penduduk
di
sekitar
IP),Cihampelas,
Batujajar
dll
EG difermentasi menjadi bioetanol (B.Permadi, dusun Nyamplung, Ds. Sumo Kali, kec.
Candi, Kab.Sidoarjo) untuk dijadikan BB motor. Satu liter bioetanol diproduksi dari 50 kg EG
menjadi biogas.
Mahasiswa T.Kimia UNDIP Semarang, Jateng memanfaatkan enceng godok (EG) menjadi
biogas (+kotoran sapi sebagai stater awal pemberian bakteri anaerob, 1x saja) di Rawa
pening.
Distamben Kalsel mengembangkan instalasi biogas dari eceng gondok di Kab. Hulu Sungai
Utara (1 unit) dan kab. Hulu Sungai Tengah (1 unit). Instalasi biogas lainnya dibangun di Kab.
Tabalong (34), Balangan (41), Hulu Sungai tengah (13), Tanah Laut (122), Tapin (25), Hulu
Sungai Selatan (50), Barito Kuala (70), Tanah Bumbu (40 unit), Kotabaru (50 unit), dan Banjar
(5).
Kaltim (Kukar) yang memiliki danau Jempang 15.000 Ha, Danau Semayang 13000 Ha, dan
Danu Melintang 11.000 Ha yang penuh eceng gondok diusulkan oleh PT Cipta Visi Sinar
Kencana untuk mengembangkan teknologi bioelektrik, dan diduga akan menghasilkan listrik
sangat besar, 13,6 GW.
Rumput laut
Susanto, Undip Semarang, memanfaatkan rumput laut Sargassum, Gracilaria dan Padina sebagai
penghasil biogas yang masing-masing dengan kadar metan rerata 18,23%, 17,1% dan 14,58%.
CBM (Coal Bed Methane) (Sweet Gas, tanpa gas H2S)
Potensi gas metan batubara Indonesia: 6 terbesar dunia, 453,3triliun kaki kubik (TCF) (cadangan
terbukti 112,47 TCF, potensial 57,60 TCF) (6% cadangan total dunia) tersebar di 11 cekungan, di
antaranya adalah 1) high prospective: Sumsel (183TCF), Kalsel (Barito, 101,6), Kaltim (Kutai, 80,4),
Sumteng (Riau, 52,5); 2)Medium: Tarakan Utara (17,5), Berau (8,4), Ombilin (0,5), Pasir/Asam-asam
(3), dan Jatibarang/Jabar (0,8); 3) Low prospective: Sulawesi (2), dan Bengkulu (3,6). Th 2011
pemerintah memiliki 23 + 13 + 10 + 4 kontrak WK CBM. Tahun 2015, diharapkan mencapai 500juta
ft3/hari
(500
MMSCPD),
1000
(th
2020),
dan
1500
(th
CBM lebih
murah dari rigmigas biasa, pengeboran hanya sekitar 700-1000m, keluar pertama adalah air,
kemudian gas metan. Sekitar 20 Rig CBM (Lemigas+ Balitbang ESDM+UPN) akan dibangun.
Kandungan gas metan dalam CBM adalah 93-97% (ion Cl ~400 ppm, sisanya gas CO2, dll. di-flare).
Operator West Sangatta I, Sekayu, Tanjung Enim, Barito Banjar, dan Sanga-sanga (Kaltim)
Blok Muara Enim III, Ds.Jiwa Baru, Kec.Lubai, Muara Enim, Sumsel).
Perusahaan lain terlibat CBM: Ephindo, Medco Energy International, Pertamina Hulu Energi
(PHE), Energi Mega Persada, dan Bumi Resources.
SHALE GAS
Shale Gas yang diperoleh dari serpihan batuan shale atau tempat terbentuknya gas bumi yang
tersembunyi dalam perut bumi, di kedalaman sekitar 2000-2300m.
Teknologi pengeluarannya: Horizontal drilling dan hydraulic fracturing.
Pertamina yang pertama mengusahakannya dengan menggandeng AS (negara yg lebih dulu
berpengalaman di bidang shale gas).
Pengusahaan Shale gas (migas non konvensional, MNK) diatur dalam Permen ESDM No.5 tahun
2012. Shale gas dan CBM (distudi 2010-2013) termasuk MNK, selain itu ada Shale oil, tight sand
gas (distudi 2014-2016), metana batubara, dan metan hidrat. Th 2017, diharapkan gas-gas tsb
dikomersialkan.
Potensi: diperkirakan sekitar 574 TCF (sementara CBM: 453,3 TCF; dan Gas bumi 334,5 TCF).
Studi bersama diminta oleh 10 investor bersama 5 Perguruan Tinggi yang ditunjuk pemerintah: ITB,
UGM, UPN, Univ. Trisakti, dan Univ. Padjadjaran.
Saat ini ia tersedia di 7 cekungan: Sumatera (3) (Baong shale, Telisa shale, dan Gumai shale), P.
Jawa (2), Kalimantan (2), dan Papua (1) sebagai Klasafet formation. Ladang pertama shale
gas adalah di WK Sumbagut (Sumatera Bagian Utara) yang dioperasikan oleh PT PHE MNK
Sumbagut (18,56 TCF) sejak 2011.
GAS HIDRAT METAN
Gas hidrat metan berada di dasar laut yang dikenal sebagai sumber gas alam bawah laut atau
sumber bencana alam di laut bila cerobohmenanganinya.
BPPT, BGR Jerman, dan JAMSTEC-Jepang mengobservasi bahwa cadangan gas Hidrat Indonesia
sekitar 17,7 triliun m3 (amat besar) di perairan Selatan Sumsel, selat Sunda, dan Selatan Jawa Barat
(cadangan gas alam Natuna sekitar 1/3-nya), sedangkan di laut Sulawesi sekitar 6,6 triliun m3.
Teknologi eksplorasi gas hidrat (yang harus ditangani sangat hati-hati) belum dikuasai Indonesia.
Jepang berhasil mengeksplorasi gas hidrat untuk pertama kalinya pada bulan Maret tahun 2013,
sehingga diharapkan teknologi tsb akan dikomersialkan tahun 2016.
BATUBARA TERCAIRKAN (Liquefied Coal)
Kilang batubara tercairkan dengan kapasitas 800.000-1,1juta barrel akan dibangun di Sumsel oleh PT
Tambang
Batubara
Bukit
Asam
(PT
TBBA)
yang
bernegosiasi
(MoU)
dengan
South
Musi Banyuasin, Sumsel (2,9 miliar ton batubara), danBerau, Kaltim (3 miliar ton batubara). Sekitar
30.000 ton batubara akan menghasilkan 130.000 barrel minyak/hari.
BATUBARA TERGASKAN (Gasified coal)
PT PLN melakukan ujicoba batubara tergaskan (syngas, Synthetic natural gas) sebagai bahan bakar
PLTD (konversi BB diesel ke gas) dengan menggandeng PT Bio Energy Prima Indonesia (via MoU)
di PLTD Sorek 250 kW.
PT Sekawan Intipratama Tbk meneken kontrak dengan ProCone GmbH (kontraktor EPC) asal Swiss
memulai proyek gasifikasi batubara ke etanol dengan nilai investasi 500-750 juta Euro untuk produksi
0,48-1,35juta ton etanol/tahun (beroperasi akhir th 2016).
Tanah seluas 60 Ha telah dibebaskan yang berdekatan dengan batubara (5ribu Ha) di Kutai Barat,
Kaltim.
BB NABATI
Potensi
BBN
Indonesia:
sangat
besar,
bervariasi
dan
tersedia
cukup
melimpah.
Kapasitas per tahun: Bio-diesel: 5,7 juta kL; bio-etanol: 535 ribu kL; bio-oil/PPO: 120 ribu kL; Bioavtur (BB pesawat berasal dari minyak jarak pagar, minyak kelapa dan CPO): direncanakan (2016):
40ribu kL (Garuda Indonesia: 2 ribu kL).
Target
serapan
(2015)
juta
Pertamina menjualnya dalam bentuk biosolar kepada 3.213 SPBU (dari total seluruh Indonesia: 4800
unit, Jawa+Sumatera: 4570 unit), misalnya, ada 134 SPBU di Jakarta, 335 di Banten, 85 di Medan
(197 di Sumut), 19 di NAD, 54 di Riau, 15 di Lampung, 27 di Sumsel, 827 di Jabar, 663 di Jateng &
DIY, 668 di Jatim, dan 165 di Bali & sekitarnya.
Sumber: minyak kelapa (jelantah, cocodiesel), CPO (Crude Palm Oil) (minyak Sawit, Limbah CPO),
limbah pabrik minyak goreng sawit, jelantah, Jarak Pagar (jatropha Curcas), Nyamplung
(Calophyllum Inophyllum), Kemiri Sunan, biji karet, Alga, biota laut, dll.
Kebutuhan solar yang harus diganti oleh biodiesel sekitar 26juta kL per tahun. Produksi biodiesel
nasional baru5,7jutakL. Pemerintah menyaratkan campuran biosolar pada Jan 2015 harus sudah
mencapai 10% (Permen ESDM No.25 th 2013) atau B10. Produsen akan menaikkan hingga 7-8 juta
kL bila Pemerintah serius masuk ke B20 (2016).
Produsen biodiesel: PT Eterindo Wahanatama (0,31 juta ton/th, beragam/CPO); PT Sumi Asih (0,1
juta ton/th, RBD Stearin), Wilmar Bioenergy (1,1 juta ton/th, CPO), PT Bakrie RB (0,15 juta ton/th,
CPO), PT Musim Mas (0,42 juta ton/th), Dharmex (0,15juta ton/th), Sweden Bioenergy NTT
(0,35jutakL/th), PT Indo Biofuels Energy (0,2juta kL/th), PT Ciliandra (0,25juta ton/th), PT Petro AN
(0,15juta kL/th), PT Pelita AAI (0,2juta ton/th); PT Cemerlang EP (0,4juta ton/th), PT Damai SS (0,12
juta ton/th), PT Oil Tanking (0,504juta ton/th); dan produsen menengah-kecil lainnya adalah PT
Sintong Abadi (35ribu kL/th), PT Pasadena BM (10ribu kL/th), PT Multikimia IP (14ribu kL/th); PT
Energy A (7ribu ton/th), PT Primanusa PE (24ribu kL/th), PT Eternal BC (40ribu ton/th), PT Anugerah
IG (40ribu ton/th), PT Bioenergy PJ (66ribu ton/th), PT Wahana ATT (13,2ribu kL/th), PT Alia MP
(11ribu kL/th), PT Indo BBN (50ribu ton/th, beragam), Platinum Serang (20ribu kL/th), PT Ganesha
Energy (4ribu ton/th, CPO), BPPT, Lemigas, RAP, dan beberapa BUMN (Pertamina, PT Perkebunan
Nusantara (PTPN) I, II, III (6.000 ton/th), IV (2.400 ton/th), V, VI, VII, VIII, IX, X, XI, XII, XIII, XIV, dan
RNI).
Minyak Sawit
Kebun sawit sekitar 10,9 juta Ha (2014). Produksi CPO Indonesia sekitar 31 juta ton/tahun (Jan 2015)
(2020: diduga 40juta ton/th) sedangkan 18juta ton CPO/th diekspor (yang mestinya untuk mencukupi
biosolar dalam negeri / BBN untuk transportasi dan listrik PLN).
Sisanya untuk minyak sayur DN dan sebagian dijadikan biodiesel / BBN / PPO.
Pasar luar negeri menginginkan biodiesel Indonesia guna memenuhi BB transportasi dan pembangkit
listrik mereka, dan sebagian diubah pula jadi minyak makan.
Harga CPO Indonesia berkisar US$880/ton.
Tahun 2014 ekspor CPO menurun, sehingga CPO dialihkan untuk memproduksi BBNabati lokal yang
terus meningkat.
Wilmar Nabati Indonesia memproduksi 5.000 ton biodiesel sawit/hari (3.000 ton/hari di Gresik dan
2.000 ton/hari di Riau).
Produksi itu akan ditambah masing-masing 1.000 ton/hari.
Kapasitas pabrik diperbesar dengan mengglontorkan dana US$1 miliar dalam waktu 5 tahun.
Masih ada 35 juta Ha lahan terdegradasi yang dapat dimanfaatkan untuk penanaman sawit, bukan di
lahan primer. Pendirian perguruan Tinggi guna menciptakan SDM ahli sawit sedang dikaji.
Limbah pabrik minyak goreng Sawit
Proses metanolosis digunakan untuk mengubah limbah pabrik minyak goreng sawit (PFAD, Palm
Fatty Acid Distillate) menjadi biodiesel sesuai standar solar Pertamina.
Minyak Kelapa
Lahan kelapa di Indonesia sekitar 3,81 juta Ha, (th 2012), atau 31,2% luas areal kelapa dunia dengan
produksi minyak kelapa sekitar 3,2juta ton/tahun (21,6 juta ton kelapa/th, dunia: 64,3 juta ton/th).
BPPI (Badan Penelitian dan Pengembangan Industri) Dep. Perindustrian tahun 2005 mengujicobakan produksi cocodiesel di 3 lokasi, Manado (Sulut), Pameung Peuk (Garut Selatan, Jabar),
Banyuwangi (Jatim).
Kelebihan cocodiesel ialah ia dapat langsung digunakan 100% tanpa campuran solar pada mesin
diesel pabrik/industri, tetapi dicampur 70 % solar pada kendaraan bermotor (B30), karena cocodiesel
pada suhu di bawah 25oC memadat dan dapat menyumbat filter engine dan mengendap pada
injektor.
BALITKA (Balai Penelitian Kelapa dan Palma Lain) Manado menyarankan komposisi baik adalah
cocodiesel 20% dan 80 % solar (B20). Produksi 200 L cocodiesel/hari.
Satu liter biodiesel kelapa memerlukan 5-10 butir buah kelapa atau 2 kg kelapa.
Kalau harga kelapa Rp.2500,-/kg, maka biaya produksi biodiesel kelapa sekitar Rp.6000,BPPT mengembangkan bioavtur dari minyak kelapa yang diduga tanpa melakukan campuran avtur.
Minyak Jelantah
Limbah minyak goreng, jelantah, dapat diolah menjadi biodiesel jelantah, dan dijadikan bisnis yang
menarik. KLM menggunakan biosolar jelantah 25% (rute Amsterdam - New York) dalam penerbangan
trans-atlantiknya.
Toniaga Djie, produsen biodiesel jelantah di Jonggol, Bogor memproduksi sekitar 6.000-9.000 liter
biodiesel/hari, memperoleh jelantah dari pengepul (Rp 4.250,-/liter), kemudian menjual produk
biodiesel (9.000,-/liter).
Biaya produksi Rp 2.000,-/liter. Prosesnya sederhana meliputi penyaringan, penghilangan warna dan
bau, dan esterifikasi hingga menjadi biodiesel dengan rendemen 70% (seliter jelantah menghasilkan
0,7 liter biodiesel).
Puji Sudarmaji, Sidoarjo, pengepul jelantah ke pabrik-pabrik biodiesel jelantah.
Dia mendapat pasokan dari individu (200-500 kg/bulan) dan perusahaan (5 ton/bulan) dengan harga
bervariasi tergantung kualitas jelantah dari sisi warna dan baunya, harga jelantah kualitas rendah
Rp.3.500,-/kg, kualitas tinggi Rp.7.500,-/kg.
Sepuluh dari 30 bus Trans Pakuan, Bogor, menggunakan biodiesel jelantah (baru 4 ton/bulan dari
kebutuhan 12 ton/bulan).
Walikota Bogor memaksa pemilik restoran di Bogor menyerahkan jelantahnya untuk diolah menjadi
biodiesel. BPLH Bogor bekerjasama dengan PT Bumi Energi Equatorial, menerima sumbangan
jelantah per bulan dari rumah makan (warteg dan warung nasi kaki lima) 400 liter, organisasi gereja
400 liter, Chevron Sukabumi 400 liter, masyarakat 800 liter, dan PT Carrefour 1.600 liter (dari 42 toko
Carrefour se Jabodetabek), dan lain-lain untuk diolah menjadi biodiesel.
Hasil samping pengolahan jelantah menjadi biodiesel berupa gliserol (gliserin) yang masih dapat
dimanfaatkan menjadi sabun batangan / sabun foam untuk cuci piring, atau dilanjutkan menjadi
bahan bakar lain seperti etanol, butanol dan produk lain menggunakan bakteri anaerobik.
Penggunaan biodiesel jelantah telah dilakukan terhadap mobil Isuzu Panther 2007 dengan jarak 2900
km (Jakarta-Bali PP nonstop) selama 5 hari dengan konsumsi biodiesel sebanyak 245 liter
dibandingkan menggunakan solar murni 266 liter.
Sejak th 2010, PTFI (Freeport Indonesia) menggunakan 5 % biodiesel jelantah atau + 1.200 liter/
minggu pada kendaraan perusahaannya. Bus wisata Jakarta diharapkan menggunakan jelantah
sebagai bahan abakar.
Anak didik di sekolah (Madiun, Bogor, Pekanbaru, dll.) juga diberi pengetahuan membuat biodiesel
dari minyak jelantah.
Jelantah juga dapat langsung dipakai sebagai bahan bakar kompor.
Kompornya sendiri disebut kompor nabati yang dibanderol sekitar Rp 275 ribu.
Produsennya terus berupaya, agar harganya lebih murah lagi. Satu liter jelantah mampu untuk
memasak selama 4 jam.
Kompor biji jarak pagar (UB-16), hasil rekayasa kompor minyak tanah telah sukses dipopulerkan
oleh Eko W sekaligus membantu usaha para pengrajin kompor. Kompor tsb disempurnakan lagi (UB16S) agar mampu mengakomodasi bji-bijian dan bahan nabati lainnya.
Akhir-akhir ini jarak pagar dilirik kembali, karena ditujukan bukan untuk substitusi solar tetapi untuk
substitusi bioavtur. Apalagi akan ada ketentuan bahwa maskapai penerbangan Eropa dan Amerika
yang berkunjung ke negara ASEAN wajib menggunakan bioavtur.
Tahun 2016, Garuda Indonesia berencana menggunakan 2% bioavtur dalam BB pesawatnya yang
akan dipasok oleh Pertamina.
Nyamplung (biodiesel / biokerosin / biofuel)
Nyamplung (Calophyllum
Inophyllum)
yang
disebut
juga
bintangur sebagai
BBN
lebih unggul ketimbang jarak pagar, rendemennya 2 kali lebih banyak (74%), kualitas lebih bagus,
budidaya lebih mudah, produktivitas lebih tinggi (nyamplung:20 ton/Ha; jarak pagar: 5 ton/Ha).
Sebaran nyamplung di seluruh pantai Indonesia sekitar 480 ribu Ha, dan 60% nya di kawasan hutan.
Kemenhut menyediakan 3 juta bibit untuk ditanam di pesisir pantai seluas 3.000 Ha, salah satunya
ditanam di pesisir pantai Cilacap seluas 350 Ha pada tahun 2007.
Pilot project penanaman 10 juta biji nyamplung di areal 10 ribu Ha dilakukan di Madura pada tahun
2009 dengan harapan tahun 2012 sudah berproduksi, dan target 70 ribu kliter biodiesel nyamplung
pada tahun 2025 dapat tercapai.
Minyak nyamplung juga baik digunakan sebagai biokerosin (pengganti minyak tanah, tetapi daya
kapilernya lebih rendah, sehingga perlu sumbu kompor lebih pendek).
Kualitas biodiesel nyamplung sesuai dengan SNI 04-7182-2006 dengan rendemen konversi FFA
menjadi metil ester 97,8%, dan biodiesel nyamplung dapat digunakan langsung pada kendaraan
bermotor (B100) tanpa campuran solar.
Perusahaan yang mengembangkan biji nyamplung adalah PT Tracon Industry dan PT Nabati
Sumber Energi.
DME Sumber Makmur Desa Buluagung, Kec. Silir Agung, Banyuwangi, Prov Jatim
memproduksi 250 liter/hari biodiesel nyamplung dari 1 ton nyamplung. Untuk setiap 100 liter
biodiesel itu diperlukan 70 liter metanol. CV Cahaya Khatulistiwa memproduksi awal 1000
liter
biodiesel
nyamplung
per
hari
pada
tahun
2012
dengan harga Rp
8500-
Kemiri itu disebut Kemiri Sunan, sebagai penghargaan kepada ponpes Sunan Drajat, Jatim yang
telah mengembangkannya menjadi salah satu bahan pembuatan biodiesel.
Dulu disebut kemiri cina atau jarak bandung atau muncang priangan.
Kementerian ESDM berencana menggandeng lebih dari 20.000 ponpes untuk menanam kemiri
sunan. Komposisi minyak kemiri sunan terdiri atas asam palmitat (10%), stearat (9%), oleat (12%),
linoleat (19%), dan alpha-elaeostearat (50%). Buah masak/kering langsung jatuh ke tanah dengan
sendirinya.
Rendemen biji kemiri sunan dapat mencapai 50%, diperoleh 88% biodiesel, 12% gliserol
menggunakan teknologi esterifikasi maupun trans-esterifikasi.
Konversi minyak ke biodiesel memerlukan bahan penunjang seperti air, katalis asam (H2SO4 98%),
Katalis basa (NaOH), dan metanol.
Buah kemiri sunan bisa mencapai 50-289 bahkan dapat mencapai500 kg per pohon per tahun.
Minyak kasar kemiri sunan mencapai 10 ton /Ha/tahun, sedangkan kelapa sawit hanya mencapai 6
ton/Ha/tahun dan jarak pagar 3 ton/Ha/tahun.
Tanaman mulai berbuah 5 hingga 25 tahun bahkan 50 tahun atau lebih cepat dari 5 tahun bila
menggunakan pemuliaan tanaman. Ia dapat dijadikan tanaman konservasi, termasuk lahan kritis dan
lahan bekas tambang (mis. tambang timah (4Ha), Kel. Parit Padang, Bangka, dan tambang
batubara), pohonnya rimbun, sekitar 80.000 helai per pohon dengan akar kuat dan dalam (dapat
mencapai 4 m).
Bungkil Minyak kemiri sunan, sisa hasil perasan minyak, masih dapat digunakan untuk maksud lain,
misalnya untuk cat, tinta, bahan pengawet, bio-pestisida, vernis, briket, biogas, sabun, pupuk organik,
pakan ternak, pelumas, minyak kain, resin, kulit sintetis, kampas, lapisan pelindung kawat dan logam,
dll. Bungkil itu juga masih dapat dijadikan biogas.
Dari 3 kg bungkil diperoleh 1,5 m3 biogas, setara dengan 1 liter minyak tanah. Satu rumah tangga
memerlukan 2-3 m3/hari biogas atau sekitar 6-9 kg bungkil/hari atau 2-3 ton bungkil/tahun atau 6 ton
biji kering/tahun atau 15 pohon kemiri sunan.
PT BHL (Bahtera Hijau Lestari) sudah memiliki benih sekitar 0,6juta pohon siap tanam di
Sumbawa dan Lombok. Contoh tanaman terawat ada di Bali dan Lombok. PT BHL siap
membeli kemiri sunan Rp500,-/kg dari masyarakat. Perkiraan biaya produksi biodiesel kemiri
sunan sekitar Rp 4500-5000/liter, dengan kemampuan mereduksi karbon dan oksigennya
melumasi mesin.
Biodiesel kemiri sunan telah diuji oleh di fasilitas uji PT Tri Ratna Diesel Indonesia, Gresik,
Jatim yang hasilnya setara dengan solar (B100, tanpa campuran solar, tanpa modifikasi
mesin).
Kementerian
Pertanian
menganggarkan
Rp.122,13
juta
untuk
proyek
percontohan
Manfaat biji karet cukup banyak, misalnya cangkang biji dapat dijadikan arang aktif, pencampur obat
nyamuk; bijinya diambil minyaknya untuk cat/pernis, batik, sabun, alkolid resin, dll.
Univ Palangkaraya bekerjasama dengan Jerman (Dr. Ad de Leeuw & Erwin Wilbers,
Rijksuniversiteit Groningen, RUG) memroses biji karet Kalimantan menjadi PPO dan biosolar
skala internasional.
Botryococcus Brunii
Mikroalga yang menghasilkan minyak adalah bersel satu, tak berakar, tak berdaun, berkhlorofil,
terutama yang hidup di laut.
Pembiayaan budi-daya mikroalga memang lebih mahal (teknologi tinggi), tetapi menghasilkan
minyak lebih banyak.
Jika faktor kering 50%, maka 5 kg mikroalga basah dapat menghasilkan 2,5 kg sel mikroalga, dan bila
faktor lipida 40%, maka akan diperoleh 1 liter biofuel.
Biofuel mikroalga merupakan B100, langsung dapat dipakai sebagai bahan bakar tanpa campuran.
Spesies Euchema dan Gracilariapada lahan 1 Ha menghasilkan 58.700 liter biodiesel/th (dengan
asumsi mengandung minyak 30%), sedangkan sawit hanya 5.900 liter/th.
Panen mikroalga hanya 7-10 hari, minyak jarak perlu 3 bulan (1,6kL/Ha), dan sawit perlu 5 bulan.
Di Indonesia, mikroalga ini dapat dipanen lebih dari 50 juta ton/th sekali panen.
Mikroalga memerlukan nutrisi (pupuk NPK, ZA, dll), gas CO2 (2,88 ton per 1 ton mikroalga), dan
matahari.
Pengeluaran minyak dari mikroalga menggunakan teknik pengepresan, ekstraksi dengan bantuan
heksana, dan ekstraksi ultrasonik.
Jenis mikroalga dengan minyak tinggi adalah Botryococcus brunii (70%), Schizochytrium sp (60%),
dan Chlorella (30-40%).
Belanda, Kanada, dan Selandia Baru tertarik untuk membudidaya mikroalga terutama di
Mikroalga jenis Gelidium sp dipilih oleh kerma Indonesia dan Korsel untuk menghasilkan BBN
biodiesel, karena tidak dimanfaatkan untuk bahan makanan. Indonesia sebagai tempat
budidaya gelidium sp dan Korsel (KITECH = Korea Institute of Industrial Technology) siap
menerapkan teknologi biodiesel dengan biaya produksi 1-2 US$/liter. Budidaya gelidium
diupayakan di perairan Lombok hingga Papua, Maluku seluas 20.000 Ha, dan Belitung
10.000 Ha.
Biota Laut
PPO lebih
murah
bila
dibandingkan
dengan
biodiesel
(pengganti
solar),
karena
proses
memperolehnya lebih sederhana sehingga biaya lebih murah dan dapat langsung digunakan dalam
mesin tertentu (tidak bergerak, genset).
Penggunaan PPO di kendaraan bermotor memerlukan modifikasi mesin, misalnya mengurangi
kekentalannya (pemanasan awal dari mesin / listrik) untuk menyempurnakan pembakaran dan
penghilangan karbonasi.
Selain dari bahan baku CPO, PPO dapat dibuat pula dari kelapa, biji karet dan jarak pagar. PLN
menargetkan pemanfaatan PPO pada tahuan 2015 sekitar 165.000 kL.
PLN menggunakan PPO dari minyak sawit (CPO) untuk menyalakan 114 pembangkit listrik
skala kecil dan menengah (PLTD), seperti proyek percontohan di Lampung (11 MW) dan di
Nusa
Penida (1,5
MW),
mengembangkan
teknologi
pembuatan PPO tersebut. Bahan bakar PLTD adalah campuran 80% PPO dan 20%
Diesel. Contoh PLTD di provinsi lainnya, Kalsel: PLTD Muara Teweh-Kuala Kapuas
(0,425MW), Pangkalan Bun (lama) (3MW), Buntok-Kuala Kapuas (4MW), Kotabaru-Kotabaru
(4MW), Pagatan-Kotabaru (4,5MW); Kaltim: PLTD Petung (10MW), Long Ikis (2,5MW), Melak
(1,25MW), Kota Bangun (2MW), Nunukan (5MW), Tanjung Selor (4,25MW), Malinau
(1MW); Sumut: PLTD Gunung Sitoli-Nias (4,5MW); Maluku: PLTD Piru-Ambon (0,75MW),
Bula (0,375MW), Sofifi (0,75MW), Malifut (0,55MW), Maffa (0,150MW), Kairatu (0,7MW),
Masohi (0,7MW); Kep. Riau: PLTD TB Karimun (13 MW), Teluk Kuantan (1,1MW).
PLN telah meneken kerma jual-beli PPO dengan 3 perusahaan besar seperti PT SmartTbk
(3.320 ton untuk PLTD Titi Kuning, di Medan), PT Wilmar Nabati Indonesia (1.250 ton untuk
PLTD Bagan Besar & Bagan Siapi-api, di Dumai), dan PT Wilmar Cahaya Indonesia (2.150
ton untuk PLTD Sudirman, PLTD Sambas, PLTD Menyurai, Sintang, dan PLTD Semboja / 5,3
MW, Sanggau, Kalbar).
awal
itu
berfungsi
untuk
menurunkan
densitas
dan
viskositas
BB,
memperpendek ignition delay, sehingga pembakaran lebih baik, deposit pada ruang bakar lebih
sedikit, dan tidak menimbulkan keausan abnormal pada komponen mesin.
Pemilihan temperatur pemanasan disesuaikan dengan konsentrasi campuran CPO.
Sementara, Campuran CPO 50% dengan solar fosil 50% masih dapat langsung digunakan tanpa
pemanasan awal.
/ ampas tebu, aren, nipah, rumput laut, alga, jerami padi, sagu, bonggol pisang, gas CO2, batubara,
dll.
Produsen bioetanol: BPPT Lampung (2,5ML/th, singkong);PT Sugar Group (PT Indo Lampung
Distillery, ILD), Lampung (70ML/th, Tetes, terintegrasi); Molindo Raya (50ML/th, tetes eks PTPN)
Lawang, Malang, Jatim; PT Indo Acidatama (50ML/th, tetes) Karanganyar, Solo, Jateng;
PT Aneka Kimia Nusantara (17 ML/th, tetes) Mojokerto, Jatim; PASA Jatiroto (7,5 ML/th) Lumajang,
Jatim; PT Madu Baru (7 ML/th) Yogyakarta; PSA Palimanan (7 ML/th) Cirebon, Jabar; Basis Indah
(5,5 ML/th) Makassar, Sumsel; Permata Sakti (5 ML/th) Medan, Sumut; Molasindo Alur Pratama (3,6
ML/th) Medan, Sumut; PTPN X (30ML/th, 120kton/th tetes); PT Medco Ethanol (60 ML/th, singkong/)
Lampung; PT Madusari Lampung Indah (50 ML/th, Singkong + Tebu) Lampung; PT Indonesia Ethanol
Industry (50 ML/tahun, singkong) Lampung Tengah, Lampung; Sampoerna Bio Energi (60 ML/th,
singkong) Jateng & Jatim; dan Humpuss (60 ML/th) Kotabumi, Lampung. Jadi, total produksi setahun
sekitar 535 ML/th = 535 ribu kL/th.
Sepuluh pabrik etanol siap memproduksi Gasohol (10% etanol + 90% premium) 2 di Jatim, 1 di
Jateng, 1 di DIY, 2 di Jabar, 3 di Sumatera, 1 di Sulsel. Bila gasohol E-10 harus diwujudkan,
Indonesia butuh sekitar 3.000 ML/th atau 3 juta kLiter bioetanol/th, sedangkan produksi nasional baru
535 ribu kL/th (17,8%). Oleh karena itu, bila pemerintah serius, pengusaha Indonesia perlu
meningkatkan produksi bioetanol besar-besaran.
Toyota
Indonesia
(TMMIN)
telah
membuat mobil
etanol(E100) sejak
2010,
tetapi
dengan produksi 500-600 unit per bulan TMMIN terpaksa mengekspor 18.060 mesin Toyota Hilux ke
Argentina yang selanjutnya ke Brazil, karena terbentur kebijakan pemerintah yang belum pro etanol
(Pengalihan kebijakan energi dari BBM ke BBG).
Pengembangan mesin yang dapat menyerap etanol 85% sedang dilakukan untuk pasar Thailand dan
negara ASEAN lainnya.
Toyota juga mampu mengubah mesin bensin ke bioetanol dengan menambah komponen spesifik di
beberapa bagian. Mesin etanol tersebut merupakan tipe mesin 2TR-FFTV berkapasitas 2.694cc
menggunakan IN-VVT, dengan sistemgasoline sub-tank, yang menghasilkan tenaga maksimal hingga
120/5.000 (kW/rpm) dan torsi maksimal 245/3.800 (Nm/rpm).
Di sisi lain, masyarakat terutama mahasiswa sangat tertarik untuk memanfaatkan bioetanol pengganti
BBM menjadi BB masa depan.
Contoh: Tim Rakata ITB merakit purwarupa mobil roda tiga ber BB bioetanol murni (Khusus lomba)
dengan konsumsi 1 liter bioetanol (nilai oktan 105-110) mencapai 350 km, sekaligus menyabet juara I
(kategori Shell Student Energy Challange, 2013). Th 2011 sejauh 244 km, dan th 2012 sejauh 291
km.
Tim Horas USU (mesin USU III) juga ikut mengembangkan mobil etanol sekaligus meraih juara
internasional mobil pick-up rakitan SEM Asia (2014) di Manila yang berhasil menempuh jarak 101,4
km per 1 liter bioetanol.
KNMI (Komisi Nasional Masyarakat Indonesia) bekerjasama dengan PT Energi Karya Madani
menemukan pengganti bahan bakar premium yang disebut Biopremium yang ramah lingkungan
dengan bahan dasar bioetanol (kadar etanol 96-99 %) yang berasal dari proses fermentasi singkong.
Satu liter etanol perlu 6 kg singkong. Singkong emas juga dimanfaatkan untuk diubah menjadi
bioetanol di Kupang, NTT.
ICMI Orwil Jawa Barat mendirikan pabrik bioethanol (90-94%) berbahan baku singkong 1,5 ton/hari di
Ds. Cijambe, Kec. Cikelet, Kab.Garut, yg beroperasi sejak Maret 2009 dg kapasitas 200 liter/hari.
Harga per liter bioetanol dipatok Rp.10 ribu dari biaya produksi Rp 7 ribu.
Sri Nurhatika (Ika) Dosen Biologi ITS dan timnya mengenalkan bioetanol dari singkong raksasa/telo
genderuwo/limbah pabrik tepung tapioka beserta kompornya. Kompor aluminium diproduksi bersama
Koperasi Manunggal Sejahtera. Ika + tim mengenalkan produknya kepada pembatik di Jawa.
Limbah TKKS
Indonesia dapat menghasilkan 150 juta ton biomassa limbah pertanian dan perkebunan (sawit saja
per tahun: 5,53 juta ton pelepah, 4,46 juta ton tandan kosong.
Bila hanya 20%-nya diubah menjadi bioetanol, maka energi yang dihasilkan setara dengan kebutuhan
BBM 3 juta mobil per tahun.
Akan tetapi, 15 perusahaan dari Jambi mengekspor 26,2juta ton (2014) ke Malaysia & Singapura
selanjutnya ke Eropa.
Sebelumnya Menteri ESDM melarang ekspor cangkang sawit, bahkan mendorong pembangunan
PLTU biomassa bagi para pengusaha sawit agar memiliki listrik sendiri (Biaya PLTU biomassa 2x15
MW sekitar 220miliar).
BPPT PTPSE (Pusat Teknologi Pengembangan Sumberdaya Energi) dan MHI (Mitsubishi Heavy
Industries Ltd.) bekerjasama memanfaatkan TKKS (potensi sekitar 20 juta ton basah atau 10 juta ton
kering per tahun) sebagai bahan baku (lignoselulosa bioetanol) untuk memproduksi bioetanol.
Proses dari TKKS menjadi Saccharide liquid menggunakan teknik hydrothermal dilakukan oleh MHI,
kemudian cairan yang dihasilkan difermentasi dan dijadikan etanol oleh B2TP (Balai Besar Teknologi
Pati).
LIPI (Kimia Terapan) dan pemerintah Korea Selatan (KOICA, dengan bantuan KIST dan
Changhae Engineering Co.Ltd,) bekerjasama melakukan penelitian TKKS menjadi bioethanol via
fermentasi.
Teknologi yang ditemukan mampu mengolah 80 kg sampah menjadi 10 liter/hari bioetanol dengan
tingkat kemurnian 99,5%. Korsel memberikan dana hibah US$3 juta, dan LIPI memberikan dana
pendamping US$ 600 ribu. Stasiun percontohan Laboratorium Penelitian Energi, Lingkungan dan
Bahan Kimia Alami dibangun di Serpong.
Rumput Teki (Cyperus rotundus) diproses oleh mahasiswa TEP FTP-UB, Malang
dengan
FKIP Univ. Tadulako memanfaatkan air limbah kelapa menjadi bioetanol dengan hasil 27,9% yang
menggunakan starter air kelapa+air masak: ragi tape = 6:3:1.
Hadi memfermentasi (selama 70 jam) 200 L limbah air kelapamenjadi 90 L bioetanol 70%, sedangkan
dari 200 L legen menjadi 110 L bioetanol 70%. Pemanasan untuk proses penyulingan (sekitar 8085oC) menggunakan serbuk gergaji. Proses cepat terhadap air kelapa perlu dilakukan karena di
udara ia akan segera berubah menjadi asam yang tentu saja akan mengurangi kadar gula.
Limbah Buah
Limbah buah seperti salak, maja, pepaya, mengkudu, nenas,pisang, dll dapat diubah menjadi
bioetanol.
Mahasiswa UGM Yogyakarta mengembangkan kompor bioetanol dari limbah buah salak yang cacat
atau busuk.
Dusun Ledoknongko, Kec. Turi, Kab. Sleman, DIY, adalah sentra penghasil salak dengan limbah
salak sekitar 1-3 ton/bulan. Satu liter bioetanol diperoleh dari 10 kg limbah salak melalui proses
fermentasi selama sepekan dengan menambah ragi dan urea, kemudian cairan yang dihasilkan
dikenai proses distilasi pada temperatur 70oC.
Di sisi lain, pelepah/daun salak melalui proses pirolisis dapat diubah menjadi bio-briket dan
biokerosin. Sementara, biji salak dapat diubah menjadi briket biji salak (ampas kelapa+sereh).
Siswa Smanela (SMAN 5 Denpasar) mengelola limbah buah maja menjadi bioetanol.
Sorgum
Keunggulan sorgum:
1) beradaptasi pada berbagai agroekologi (pantai-pegunungan);
2) butuh air sedikit, 150-200 mm/musim (1/2 dari jagung, 1/3 tebu);
3) tahan di lahan marjinal (asam, asin, basa) atau tandus; 4) dapat tumbuh di lahan miring;
5) tahan hama. Sorgum mengandung karbohidrat 73,8% (beras 76%, terigu 77%); protein 9,8%
(beras 5%, terigu 12%); mineral Ca, Fe, P, dan vitamin B1 lebih unggul dibanding beras.
Jadi, sorgum dapat berfungsi sebagai beras alternatif. Sorgum dapat dipanen setiap 100 hari atau
dapat dipanen 3 kali setahun. Biji sorgum sebagai pengganti beras, batang sorgum diperas untuk
mendapatkan niranya guna
pembuatan
gula
kristal
(atau MSG/penyedap
makanan,
sirup)
industri bahan makanan (gandum lokal) dan bioenergi (bioetanol untuk ekspor).
Investor jepang PT Panen Energi (Syswave Holding Co.) memperkenalkan bibit sorgum
(varietas B6, B8, dan KOI) di Karang Tengah, Wonogiri yg bisa dipanen 3 bulan sekali, tinggi
2,5-5 m, yang diharapkan mampu menghasilkan bioetanol 2.000-3.500 liter/Ha/musim.
Kementerian BUMN mengembangkannya untuk konsumsi di Sumbawa dan Jember seluas
100 Ha.
LIPI memproduksi bioetanol di Riau dengan target 400 ton/Ha/tahun. Th 2014 direncanakan
sorgum ditanam di lahan 10.000 Ha yang bermitra dengan RPN, PT Samirana, dan pemda
yang berkenan.
PT Pertamina & PT Askes bekerjasama memproduksi sorgum di Atambua pada lahan seluas
200 Ha. PTP II membudidaya sorgum di Ngawi dan Banyuwangi seluas 3.000 Ha di sela-sela
pohon karet, kapuk randu, dan kelapa.
Hingga th 2008 sorgum telah dikembangkan di 7 provinsi (Jawa, Bali, Sumatera, Nusa
Tenggara, Sulawesi, Maluku, dan Papua) & 12 Kab. yang mencapai 6.226.500 Ha.
Tetes Tebu/Tebu
Produk tetes seluruh pabrik gula di Indonesia (2013) sekitar1,4 juta ton/th, digunakan untuk
industri bioetanol hanya 600 ribu ton/th, sisanya diambil industri MSG/moto + industri pakan ternak
(600 ribu), dan diekspor (200ribu).
Namun, tingginya harga tetes di pasar internasional menyebabkan produsen tetes menaikkan
ekspornya hingga 800 ribu ton/th (DN: US$98,2/ton, LN: US$120/ton).
Bila konversi tetes 600 ribu ton/th itu ke bioethanol 4:1, maka produksi bioethanol masih di bawah
rencana pemerintah 194 ribu kL.
PTPN X (Rp.311milyar) bekerjasama dengan Jepang, NEDO(Rp.150milyar) membangun pabrik
bioetanol tetes dengan kapasitas 30 ML/th di samping pabrik gula Mojokerto dan sudah berproduksi.
Ekspor bioetanol yang dijinkan sekitar 20 ML/th, maka 4 ML/tahun diekspor ke Filipina (untuk
campuran BB 10-20%, Singapura 12 ML/tahun dan hanya 60 kliter/bulan (0,72ML/tahun) diserap oleh
PT Pertamina.
Medco akan membangun pabrik bioetanol di Papua dengan bahan baku tebu.
Tanah seluas 65.000 Ha (dari total 200.000 Ha) telah dialokasikan di Papua Selatan.
PT Barata Indonesia (Persero) yg menggandeng Sapporo & Tsukisima Kogyo Jepang menggarap
proyek putar kunci bioetanol (99,6%) kapasitas 100 kL/hari milik PTPN X yang berlokasi di pabrik
Gula Gempolkrep, Mojokerto. Uji-coba dilakukan th 2013. Limbahnya berupa gas metan sebagai
umpan diesel gas engine menjadi listrik 2,5 MW.
Ampas Tebu
PTPN X (Persero) mendiversifikasi umpan pabrik bioetanol menggunakan ampas tebu (baggase) (th
2015) (teknologi bioetanol generasi 2) dengan kapasitas produksi 130ribu ton bioetanol/th (=
130.000.000 x 1/0,789 L/th = 164,8 ML/th) (umpan ampas sebanyak 1.492,4 ton/hari, dg bahan
pembantu: H2SO4, Ca(OH)2, H3PO4, (NH4)2SO4, Z. Mobilis, dan antifoam).
Tahap 1: pemecahan ikatan lignin dan konversi hemiselulosa menjadi xylosa (katalis H2SO4 1,5%, T:
190oC, P:13bar).
Tahap 2: hidrolisis selulosa menjadi glukosa (dg biokatalis enzim selulosa 12 FPU/gr selulosa, pada T
65oC).
Tahap 3: fermentasi glukosa dan xylosa (dg bakteriZymomonas Mobilis pada T: 32oC, t:48 jam).
Tahap 4: distilasi dan dehidrasi (dg molecular sieve) guna menghasilkan bioetanol 99,6%.
Limbah berupa gas CO2, lignin tak larut, gypsum, dan biomass sisa lainnya. Satu liter bioetanol
memerlukan 5 kg ampas tebu (Rp.1000,-) atau 4 kg tetes tebu (Rp.4000,-).
Sekitar 1,3-1,5 juta ton tebu menghasilkan 300-500ribu ton ampas tebu yang dapat dikonversikan ke
bioetanol. Tebu digiling oleh 11 PG milik PTPN X sekitar 6juta ton/th yang menghasilkan ampas
tebu 1,8juta ton/th.
Sisa ampas tebu digunakan untuk pembangkit listrik di PG Ngadirejo/Kediri (10MW),
PG Pesantren Baru/Kediri, PG Kremboong/Sidoarjo, dan PG Gempolkrep/Mojokerto.
Produk samping Bioetanol (tetes & ampas tebu) dan listrik (dari ampas tebu) menurunkan biaya
operasi pabrik gula sekaligus menaikkan laba perusahaan, sehingga tidak dipengaruhi lagi oleh
naik/turunnya harga gula.
Satu pohon menghasilkan nira 15-20 liter/hari, diproses menjadi satu liter bioetanol 99,5 %, atau
sekitar 36.000-40.000 liter bioetanol/Ha/tahun (pohon aren produktif disadap selama 6-8 tahun, baru
dapat disadap setelah berumur 5 tahun).
Produksi bioetanol dari aren itu tertinggi dibandingkan jagung (4.000), singkong (2.000), biji sorgum
(4.000), jerami padi, dan ubi jalar (7.800). Harga bersih bioethanol di pasaran dunia sekitar 1,15-1,3
US$/galon /US$40/ton (2009).
Sekitar 60% pohon aren dunia ada di Indonesia (Sulawesi, Maluku, Sumatera, Papua, Jawa,
Kalimantan, Sulawesi, Bengkulu, Nangroe Aceh Darussalam, dan daerah lainnya) dengan perkiraan
total luas di 14 propinsi 70.000 Ha.
Di Sulut saja ada 2942 Ha (th 2004), terdapat 300-400 pohon per Ha. Pacitan menyiapkan areal
kebun aren hingga 10.000 Ha guna mengakomodasi 4 juta pohon aren di daerah aliran sungai (DAS)
Girindulu, sekitar kec. Bandar, Hawangan, Tegalombo, Arjosari, dan Tulakan. Kabupaten Hulu Sungai
Tengah
(HST),
KalSel
juga
sedang
menyiapkan
kebun
aren
seluas
668
Ha.
Pabrik yang diketahui memproduksi bioetanol dari aren adalah Kreatif Energi Indonesia dan
PTBLUE Indonesia.
Investor yang tertarik: PT Halmahera Engineering. PT Molindo Raya Industrial, Sugar Crop Company
(SGC), PT Tirtamas Majutama. Investor Canada, Amerika, dan Brazil juga berminat untuk mendanai
sekaligus membeli bioetanol aren Indonesia.
Dana sekitar US$ 17 juta diperlukan untuk membangun pabrik bioetanol dengan kapasitas 500
ton/hari.
Tahun 2011 dibangun pabrik bioetanol skala pilot (400 L/hari) dari bahan baku nipah dengan dana
dari Kementrian ESDM (via Dirjen EBT dan Konservasi Energi) di lokasi bekas pelabuhan Lantamal
TNI AL Kuala Mempawah, Pontianak, dengan luas pabrik sekitar 520 m2. Tahap awal, Kementrian
ESDM juga akan membantu 150 unit kompor bioetanol untuk dibagikan ke masyarakat.
Investor yang tertarik memproduksi bioetanol nipah adalah PT FFI (First Flower Indonesia).
PT FFI dan tim teknis Univ. Lambung Mangkurat melakukan penelitian/kajian pemanfaatan nira nipah
menjadi bioetanol pada th 2012 hingga membangun pabrik pada tahun 2017, sementara pemkab
Tanah Laut (Tala), Kalsel, menyediakan lahan tanam nipah 8.000 Ha di 3 kecamatan, yaitu Bati-bati,
Kurau, dan Bumi Makmur.
PT FFI menargetkan 200 juta liter/th bioetanol nipah pada lahan 40.000 Ha di Kalsel dan Kaltim.
PT FFI juga melirik kebun nipah di Sulsel.
Lahan 8000 Ha juga disiapkan di Meranti, Riau untuk memproduksi gula, sirup, dan bioetanol.
Rumput Laut (Makroalga, bioetanol / biofuel)
Rumput laut banyak mengandung aneka protein dan selulosa, sehingga sangat mungkin untuk dibuat
bioetanol. Spesies rumput laut terpilih adalah Caulerpa serrulata dan Gracilaria verrucosa, karena
mengandung selulosa tinggi yang dapat dihidrolisis menjadi glukosa dan difermentasi menjadi
bioetanol.
Kelebihan rumput laut:
1) Lahan budidaya di laut yang saat ini dimanfaatkan baru seluas 222.180 Ha, hanya 20% dari
1.110.900 Ha tersedia di perairan Indonesia;
2) Waktu budidaya hanya 1,5-2 bulan;
3) menyerap gas CO2 kira-kira 7 kali lebih besar dari kayu;
4) Lebih murah, dapat dipanen 6 kali setahun (100-125 ton/th/Ha).
Kebun bibit disediakan di Lampung, DKI jakarta, Banten, Jabar, Jateng, Jatim, Bali, NTT, NTB, Kalsel,
Kaltim,
Sulut,
Sulsel,
Sultera,
Maluku,
dan
Papua.
Norwegia
memanfaatkan
rumput
Tumbuhan eceng gondok yang dianggap gulma air di danau / waduk difermentasi oleh B. Permadi (+
4 temannya, Mandiri Energi) (Ds. Sumo Kali, Kec. Candi, Sidoarjo, Jatim) menjadi bioetanol murni
(disuling 4 kali) untuk sepeda motornya sebagai sarana transportasi.
Satu liter bioetanol diperoleh dari 50 kg eceng gondok kering.
Dengan satu liter bioetanol tsb dia dapat bergerak dan menempuh jarak 50 km. Di sisi lain, eceng
gondok dapat diubah menjadi biogas, kerajinan tangan, dan pakan ternak (+bekatul + ampas tahu +
gilingan jagung, difermentasi basah 5 jam).
parvum(gambar
samping,
populasinya
membunuh
ikan
di
Alga Spyrogyra yang berkarbohidrat tinggi telah diteliti oleh mahasiswa ITS Surabaya untuk
mendapatkan bioetanol. Satu liter bioetanol diperoleh dari 6 kg singkong, atau 5 kg jagung, dan
hanya 0,67 kg dari alga spyrogyra.
LIPI mengembangkan alga Chlorella sp. di Pasir putih, Siak Hulu, Kampar untuk bioetanol dan
biodiesel.
Jerami Padi
tergantung
jenis
padi)
yang
dapat
diubah
menjadi
bioetanol
Saat ini Indonesia penyumbang 60% sagu dari populasi sagu dunia, yang diperkirakan mencapai 4-6
juta hektar (30% berada di Papua, sisanya di Sumatera, kalimantan, Sulawesi, dan Maluku),
kemudian disusul oleh Papua Nugini 20%, Malaysia 20%, dan lain-lain 5%. Maluku memiliki lahan
sagu seluas 31.000 Ha dan 3,1 juta pohon sagu dengan produksi 25 ton/Ha/tahun yang tersebar di 7
kabupaten dengan masa panen 10 tahun setelah ditanam.
Populasi per hektar 100150 pohon atau lebih, dan per pohonnya dapat menghasilkan 250400 kg
pati. Produk tepung sagu basah dari Maluku dikirim ke Cirebon. Sagu Meranti (dari Kepulauan
Meranti, Riau, produsen sagu terbesar di Indonesia 440.309 ton dari areal 44.657 Ha, 2,98% luas
tanaman sagu nasional, 2006) dinobatkan menjadi pusat pengembangan Sagu nasional.
Tepung sagu Meranti dikirim ke Cirebon 400 ribu ton/bulan guna diolah menjadi penganan dari sagu,
bahan kosmetik, kesehatan, dan lainnya. Pemanfaatan sagu lainnya adalah bahan plastik alami,
sorbitol, sirup, dll.
Karbohidrat sagu lebih banyak dibanding tanaman lainnya. Satu Ha lahan tapioka menghasilkan pati
5,5 ton/th, kentang 2,5 ton/th, jagung 5,5 ton/th, beras 6 ton/th, dan sagu 15-25 ton/th. Sagu sangat
berpotensi sebagai bahan baku bioetanol dengan kadar karbohidrat 82-85%.
Dari Satu ton sagu, dapat diperoleh 550 liter bioetanol melalui proses hidrolisis, fermentasi, destilasi,
dan dehidrasi.
Limbah/ampas sagu dapat dibuat menjadi briket arang dengan teknik ampas sagu dikeringkan dan
dibakar terbatas hingga jadi serbuk arang, dicampur dengan cairan tapioka sebagai perekat, dan
dikeringkan di bawah sinar matahari. Finlandia (via PT Sara Rasa Biomass) melirik limbah
pengolahan tual sagu berupa kulit batang sagu (uyung) (petani sagu menjualnya Rp75.000/kg ke PT
SRB, 2013) yang dapat dijadikan BB bioenergi pengganti minyak tanah atau dibuat peletpencampur
batubara untuk keperluan ekspor ke Eropa.
Tim
Finlandia
berharap
ekspor
uyung
10.000
ton/bulan ke
Eropa
dapat
terwujud.
Tiga perusahaan domestik PT National Timber (10 ribu Ha), PT Nusa Ethanolasia (50 ribu Ha), dan
PT Austindo Nusantara Jaya (ANJ Agri) (50 ribu Ha di Kab. Sorong Selatan, Papua) membangun
perkebunan sagu di Riau dan Papua Barat untuk memenuhi pasokan bahan baku pabrik bioetanol
sagu.
ANJ Agri berencana membangun pabrik pengolahan sagu dengan investasi US$20 juta di Sorong
Selatan dengan kapasitas produksi 3.000 ton sagu/bulan.
PT Sampoerna Agro Tbk (SGRO) via anak perusahaannya PT Sampoerna Bio Fuels membeli saham
95% PT National Sago Prima (NSP) seharga US$12juta guna menggarap lahan sagu sekaligus
menjadi raja sagu di Indonesia.
Proyek pertama Sampoerna Agro adalah garapan lahan seluas 22.000 Ha di Selat Panjang, Riau
yang telah ditanami sagu seluas 10.000 Ha.
Lahan sagu kedua terletak di Papua seluas 51.000 Ha yang telah ditanami sagu secara alami. Lahan
ketiga terletak di Sambas, Kalbar seluas 15.000 Ha.
Sampoerna masih mengincar lahan seluas 6.000 Ha di Lingga, Riau. Pembangunan pabrik bioetanol
dianggarkan US$8juta dengan bahan baku 100 ton sagu/hari dan dana replanting (tanam kembali)
sekitar US$5juta. NSP akan membangun pabrik sagu di distrik Sentani, Kab. Jayapura, Papua.
Bonggol pisang (Musa paradisiaca L)
Bonggol pisang (BP) mengandung pati (76%), air (20%), sisanya protein dan vitamin. BP dapat
berasal dari pisang kepok, raja, susu, ambon, batu, dll.
Ada 230 varietas pisang. Akan tetapi, hanya pisang batu yang bonggolnya diolah untuk makanan
seperti risoles, snack, abon, bakso bakar, keripik,steak, pudding, dan nugget BP, karena kandungan
gizi dan serat yang tinggi.
Di samping itu, airnya berguna sebagai obat disentri, pendarahan usus, obat kumur, menumbuhkan
dan menghitamkan rambut.
BP jenis lain mengandung banyak getah dan keras, sehingga mereka dibuang begitu saja.
BP juga mengandung MOL (Mikro Organisme Lokal) yang mempercepat penghancuran bahan
organik menjadi pupuk.
BP yang dibuang dapat diubah menjadi bioetanol via hidrolisis, fermentasi, distilasi dan dehidrasi
seperti pada sagu.
Luas lahan panen pisang di Indonesia (2010) sekitar 4,2 juta Ha dengan produksi pisang 18juta
ton/tahun (Jatim terbesar 5,2juta ton/th) yang tersebar di Jawa (Jabar/Sukabumi, Cianjur, Bogor,
Jateng/Demak, DIY, Jatim/Tuban, Madura), Sumut, Sumsel, Sumbar, dan Lampung, Gorontalo, Sulut,
Sulsel, NTT, Maluku, dll.
Satu ton BP menghasilkan bioetanol murni sekitar 307 liter.
Gas CO2
Pemanfaatan gas CO2 menjadi etanol menarik perhatian peneliti dari UGM (FMIPA + Teknik Kimia).
Tujuannya adalah produk bioetano saat ini hanya 250 jutaliter/tahun,
Berarti ada defisit 1.200 juta liter/tahun untuk mendapatkan gasohol 3% (BB premium nasioanl 48 juta
kliter/tahun).
Jumina dkk. + PT Madubaru Yogyakarta (via Rusnas UGM) mengkonversi gas CO2 menjadi etanol
melalui 2 tahap, yaitu:
1) pereaksiGrignard (bantuan logam divalen) menjadi produkintermediate yang dilanjutkan dengan
2) reduksi produkintermediate menggunakan senyawa boran (hidrogenasi katalitik), dengan konversi
60-70%.
Bila ditambah satu langkah lagi: grignard-esterifikasi-reduksi, maka konversi menjadi 65-75% (lebih
tinggi).
Di lain fihak, peneliti Stanford Univ. (California) M. Kanan & C. Li menemukan cara mendapatkan
etanol dari gas CO2 via sel elektrokatalisis dengan teknik
1) mengubah CO2 menjadi CO, lalu
2) air yang dijenuhkan oleh gas CO dielektrokatalisis (listrik berasal dari surya/bayu) menggunakan
anoda & katoda (terbuat dari kristal nano oksida tembaga yang menempel pada tembaga metalik)
pada voltage rendah agar CO dalam larutan berubah menjadi etanol.
Biasanya pada anoda, air berubah menjadi gas O2, dan di katoda, air berubah menjadi gas H2.
Namun, tantangannya adalah bagaimana caranya katoda hanya mereduksi CO menjadi etanol,
bukan mereduksi air menjadi gas H2.
Batubara
Konversi batubara menjadi etanol sintetik untuk BB kendaraan bermotor dilakukan oleh SIAP (PT
Sekawan Intipratama Tbk) dengan menggandeng dan meneken MoU dengan Procone GmbH
(Perusahaan Swiss berteknologi Jerman, sebagai kontraktor EPC).
PT Indo Wana Bara berlokasi di Kab.Kutai, Kaltim, diakuisisi, sehingga SIAP mendapatkan batubara
seluas 5.000 Ha (cadangan batubara sekitar 300ribu ton) yang terletak 3,5 km tepi S. Mahakam.
Pabrik gasifikasi batubara menjadi etanol (260ribu ton/th) di atas lahan 60 Ha dekat S. Mahakam
dibangun dengan investasi 180 juta Euro yang diharapkan beroperasi th 2016.
Celanese Corp. AS akan membangun pabrik etanol sintetik (1,1 juta ton/th) dengan investasi USD2,5
miliar (Rp. 21,34 triliun) di Palembang, Sumsel (kerma dengan Pertamina) yang butuh lahan 150-200
Ha. Pabrik perlu 4-5 juta ton batubara per tahun.
Pemanfaatan bioetanol berbagai konsentrasi
Larutan
etanol
30-80% dapat
menghasilkan
gas
H2 via
PEM)
danelektrolisis plasma.
Peneliti lain menemukan bahwa elektrolisis metanol (V = 0,02 volt) dengan bantuan PEM hanya perlu
energi listrik 1/3 dibandingkan dengan elektrolisis air (V=1,23 volt).
.
BIOBUTANOL
Biofuel dari bahan pangan dikategorikan sebagai biofuel generasi pertama. Biofuel generasi kedua
berasal dari bahan non pangan. Salah satu pilihan adalah biobutanol yang dapat diperoleh dari bahan
non-pangan
yang
difermentasi
(melalui proses
A.B.E menggunakan
bakteri clostridium
acetobutylicum yang disebut pula organisme Weizmann) atau non fermentasi, meski biaya proses
lebih mahal dari bioethanol.
Di lain pihak, bakteri penyebab diare, Escherichia Coli, ditemukan mampu menghasilkan n-butanol
lebih dari 10 kali lipat dibandingkan dengan proses biasa.
Kandungan energi butanol menyamai premium termasuk sifat fisika dan kimia mirip bensin dengan
angka oktan 96, sehingga menjadi pencampur bensin terbaik. Infrastruktur transportasi baru tidak
diperlukan.
Biobutanol tidak larut dalam air, tidak menyebabkan korosi, dan dapat dicampur dengan bensin
beraneka variasi. Akan tetapi, hingga saat ini belum ada rekomendasi penggunaan biobutanol 100%
pada kendaraan bermotor, kecuali bioethanol 100% (dengan memasang alat tambahan/engine
dimodifikasi yang disebut flexi-car) atau campuran bioethanol dan bensin di Brazil.
Biomassa, bagas, jerami, sekam, dan sejenisnya yang amat melimpah di Indonesia dapat diubah
menjadi biobutanol dengan hasil samping gas hidrogen, aceton, metanol, dll.
Pusat Penelitian Kelapa Sawit mengubah TKS (Tandan Kosong Sawit) menjadi 3 produk utama
biobutanol, bioetanol, dan aseton melalui fermentasi mikroba, meski hasilnya masih sangat rendah.
Tiga mahasiswa Teknik Kimia ITB (A.R.D. Hartanti, D.J. Roria S, L.W. Dianningrum) merancang
pabrik biobutanol dari (tepung) ubi kayu (Juni 2011) dengan kapasitas 18.102,44 kL/tahun melalui
proses likuefaksi, sakarifikasi, sterilisasi, fermentasi (acidogenesis, dan solventogenesis), distilasi
untuk mendapatkan biobutanol 99,5%. satu liter biobutanol Rp.14.800,- dapat diproduksi dari 5,8 kg
tepung ubi kayu seharga Rp.2.500,-.
Enzim yang diperlukan: glukoamilase (US$9,95/lb), alpha-amilase (US$14,99/lb), bakteri clostridium
acetobutylicum (US$205), dan clostridium tyrobutyricum (US$255). Produk samping berupa aseton
(US$400/ton), gas CO2 (US$0,0076/L), dan H2 (US$0,16/L).
Tiga mahasiswa Teknik Kimia ITB lainnya (E. Bratadjaja, M.E. Prasetya, dan Richard) mengolah dan
merancang pabrik pengolahan tongkol jagung menjadi biobutanol, PT Tiga Perkasa. Karya mereka
menjadi finalis Lomba Rancang Pabrik Tingkat Nasional (LRPTN) XII kategori Energi di kampus ITB
tahun 2011. Pabrik rancangan mereka membutuhkan 1,2 juta ton tongkol jagung/tahun, sedangkan
produksi nasional sekitar 12,5 juta ton tongkol jagung/tahun.
Mereka
menggunakan
teknologi thermochemical,
yaitu
proses
gasifikasi
tongkol
jagung
jagung
dikeringkan
(kadar
air
5%),
dipotong-potong
(cone
crusher),
diolah
menjadi syngas (gasifier) yang dibersihkan dari pasir olivine dan char (via cyclone), tar diubah
menjadi syngas (tar
reformer,
reaktor
berkatalis),
water
scrubber,
dan MEA
absorber
Potensi PLTS Indonesia sangat besar, di atas 1 TW (1000 GW). Indonesia adalah negara dengan
serapan tenaga suryaterbesar di ASEAN, karena matahari disajikan setiap hari sepanjang tahun.
Intensitas radiasi rata-rata 4,8 kWh/m2/hari yang setara dengan 112.000 GWp (10x potensi
Jerman/Eropa).
NTB dan Papua tertinggi 5,7 kWh/m2/hari dan Bogor terendah 2,56 kWh/m2/hari. Kapasitas
terpasang:27,23 MW (nov 2014), sedangkan target PLTS hingga 2025 yang disinggung dalam
Roadmap PLTS sekitar 870 MW atau sekitar 50 MWp/tahun.
Riset:
Sel
surya Gen.
TIO2 masih
terus
dikembangkan agar mendapatkan harga sel murah dan efisiensi serapan matahari yang
tinggi.
Mahasiswa Teknik Fisika ITB menggunakan ekstrak ketan hitam sebagai sel surya organik
pengganti silikon sintetik yang mampu menghasilkan arus listrik sekitar 1,9 mA. Penelitian
tentang dye-sensitezed solar cell (DSSC) masih terus dilanjutkan (mis. ekstrak buah
naga merah).
Tim Sapu Angin Surya Indonesia ikut berlaga dalam lomba mobil surya sepanjang 3000 km
(Darwin-Adelaide) di Australia.
Tahun 2015, Pemda Banten akam membangun 300 PLTS gratis di lokasi terpencil yang tidak
terjangkau PLN di Kab. Pandeglang (100 unit) dan Lebak (200 unit). Satu unit PLTS (berupa
1 modul surya, 1 inverter /ballast, 1 BCU (Battery Control Unit), 1 Baterai) menghasilkan
pabrik
PLTS
terdahulu
(2011)
yang
dioperasikan
oleh
PT LEN
Barat, Kab. Karawang, Jabar, dibangun di lahan bekas pabrik tekstil ISN seluas 28 Ha.
Pemprov Jateng menargetkan pembangunan 213 PLTS di Wonogiri, Sragen, dan Boyolali.
Samsung C&T Co. Korsel meneken MoU (2011) dengan pemerintah Indonesia (melibatkan
PLN dan perusahaan lokal) untuk mengembangkan PLTS berdaya sekitar 50 MW di
Madura/Bali.
PLTS yang akan dibangun di 2 dusun (Bejur & Lor Selor) (2015) di Ds. Bajur Timur, Kec.
Waru, Pamekasan, Madura, Jatim, menelan dana Rp.2miliar. Tahun 2014, PLTS berhasil
dibangun di 2 desa di Kec. Pasean. Sentara di Bangkalan, 2 PLTS (masing-masing 10 unit) di
Ds Brekas Daja (Kec. Modung), dan Ds. Galis Daja (Kec. Konang) berhasil dibangun, dan
Energi
surya
disimpan dalam 114 baterai ion Litium, yang menghasilkan daya 2 kW, dan melaju 10 knot
dengan jelajah 220 km. Teknologi tsb diperlukan untuk melistriki kapal nelayan di Jatim. Di
lain pihak, ada upaya uji-coba kapal nelayan tenaga surya yang dirakit oleh PPPTKP,
Sumatera
PLTS 20kW (150 rumah) di seberang S. Pengabuan, Kab. Tanjab barat dibangun. Proyek
yang menelan dana Rp9miliar.; Sebelumnya, PLTS di Ds. Sungai Solok juga telah digunakan.
Dinas Pertambangan dan Energi Sumut telah menyelesaikan 250 PLTS, di antaranya 85 unit
di Desa Satahi Nuli, Kec. Kolang, Kab. Tapanuli Tengah, 85 unit di Desa Parausorat
Sitabotabo, Kec. Saipar Dolok Hole, Kab. Tapanuli Selatan, dan 80 unit di Desa Napa
Gadung Laut, Kec. Padang Bolak, Kab. Padang Lawas Utara. Pembangunan itu menelan
Kalimantan
2015). PLTS sudah dibangun: 150 unit (2012), 17 unit (2013), dan 80 unit (2014).
PLTS (20kW / 250Wx180) di Ds. Mura Enggelam, Kec. Muara Wis, Kukar, dibangun dengan
dana Rp.3,25miliar.
PT PLN mengalokasikan kepada Pemkab Nunukan, Kalimantan sebanyak 400 PLTS sejak
Mei 2012 yang seluruhnya akan menjadi 3000 PLTS. Si penerima PLTS akan otomatis
Sulawesi
PT PLN & PT Surya Energi Indotama membangun (bagian dari proyek PLTS 100 pulau)
PLTS pulau Makalehi di Sitaro. Target PLN lainnya adalah Manado Tua, Nain, Mantehage,
NTB
PLTS tahap I di NTB menerangi 1.000 KK di lokasi: Longseran Barat Utara (Lombar), Poan
Selatan (Lombar), Sintung Barat (Lomteng), Kembang Sri Utara (Lomtim), Barang Panas
(Lomtim), Sukatani (Lomtim), Limbungan Barat (Lomtim), Sempol (Lomtim), Lembah Bedak
(Lomut), Temuan Sari (Lomut). PLTS tahap II di NTB akan menerangi 700 KK di lokasi Kab.
Selama ini, 5.785 unit PLTS sudah dibangun di 7 kab. di NTB, terbanyak di Pulau Lombok.
PLTS 2 MW di Lombok Utara, NTB
NTT
PLN (NTT) meneken PPA dengan LEN (pemenang tender) untuk membeli listrik (Permen
ESDM no.17/2013) dari PLTS Oelpuah 5 MW di kec. Kupang Tengah, Kab.Kupang (NTT)
dengan biaya Rp120miliar. Listrik akan melewati jaringan transmisi 20kV. COD ditargetkan 18
Maluku
Papua
PLTS Oksibil, tertinggi di dunia (3000m di atas muka laut) (300 kWp, 1280 panel surya,
Rp.14-18miliar) dari China (inverter & sel surya) dan Selandia Baru (interface) diuji-coba di
pegunungan Bintang, papua.
ANGIN / BAYU
Potensi energi: 9,3 GW. Kapasitas terpasang: ~ 2 MW.
PT PLN (Persero) membangun PLTB 5x200 kW di Waingapu (sepanjang pantai) dan di Soe
(di atas bukit) Timor Tengah, Flores, NTT dengan skema IPP (Independent Power Producer,
listrik swasta). Beberapa PLTB sudah ada di P. Rote dengan daya 2x10 kW yang
yang
dihasilkan
akan
dimanfaatkan
terutama
untuk
industri
pasir
besi
dan bandara Kulon Progo. Akan tetapi, proyek tersebut masih terus dijajagi pelaksanaannya
di tahun 2015.
Sementara, pantai Sukabumi bakal memproduksi 200 MW dengan TKDN masih 35%.
Daerah lain seperti Sulsel (Sidrat), Madura, dan Bangka Belitung berpotensi untuk dibangun
PLTB selanjutnya.
Potensi PLTB di
NTB
cukup
memadai
dengan
laju
angin
berkisar
3,5-7
telah dilakukan dengan memasang 34 unit menara setinggi 100 m guna menghasilkan listrik
PLT Hibrid SB
Energy,
(Surya+Bayu/angin)
di
Pemkab.
pesisir
Bantul,
pantai
dan
(Pantai
Baru)dusun Ngentak, Ds.Poncosari, Kec. Pandansimo, Kab. Bantul (Selatan Yogya, daerah
wisata), DIY di lahan 10-17Ha (2010). Laju angin di lokasi rerata 4m/detik, dan sinar Matahari
cerah sepanjang hari. PLTB memiliki kincir 37 unit (103kW) beraneka jenis: turbin angin 1kW
(28unit),
2,5kW
(6unit),
10kW
(2unit),
dan
50kW
(1unit);
dan
kapasitas
PLTS
17,5kWp. Reverse engineering dilakukan terhadap turbin angin 1 kW untuk pelatihan dan
pemenuhan turbin DN via IKM. PLT Hibrid tersebut dimanfaatkan oleh pabrik pengolahan es
balok bagi nelayan untuk mengawetkan hasil tangkapannya, dan es kristal bagi warung
makan / wisatawan yang berkunjung ke pantai Baru. Listrik dc itu masuk ke baterai diubah
oleh inverter ke ac (15kW untuk mengoperasikan es balok, 10kW untuk es kristal,
perkantoran, dan lampu jalan). Pusat workshop untuk warga sekitar (pembuatan sudu,
generator, tower, dan sistem kendali) & study clubmahasiswa (menjaga kelanjutan teknologi
ke masa depan). KMRT+LAPAN membuka workshop lapangan kepada lembaga/yayasan,
sumber
energi
cadangan
saja.
Beban
dapat
dipasok
dari
genset
maupun inverter secara paralel. Kelebihan daya dari genset dimasukkan ke baterai BDI yang
digunakan untuk menjembatani antara baterai dan sumber AC. BDI dapat mengisi baterai dari
genset (AC-DC converter) maupun sumber energi terbarukan, yang juga beraksi sebagai DCAC converter. PLTS dan PLTB masuk pada sisi DC, sedangkan genset masuk pada sisi AC.
Urutan kerja PLTH SBD adalah:
1. Kondisi beban rendah: pasok daya berasal dari baterai 100%, modul surya, dan angin,
sementara diesel mati.
2. Beban di atas 75%: bila baterai mulai kosong, diesel beroperasi, sekaligus mengisi
baterai hingga 70-80% (tergantung setting). Kendali hibrida berfungsi sebagai charger,
tegangan AC dari diesel diubah ke DC untuk mengisi baterai.
3. beban puncak: diesel dan inverter beroperasi paralel, bila diesel tak mampu sampai
beban puncak. Jika genset cukup memasok hingga beban puncak, maka inverter tidak
bekerja paralel dengan genset.
4. Semua pengaturan dilaksanakan oleh Kendali Hibrida.
NUKLIR
Potensi energi listrik dari ET di Indonesia sungguh sangat besar, > 8394 GW, yang berasal dari PLTA
~75 GW, PLTMH ~231 GW, PLTAL >7.000 GW, PLTP ~28,5 GW, Biomassa ~50 GW, PLTS >1.000
GW, dan PLTBayu ~9,3 GW. Jumlah itu belum termasuk potensi energi listrik dari BBM, Gas (PLTG),
dan Batubara (PLTU).
Sementara, kapasitas pembangkit terpasang di Indonesia diduga (Jan 2015) hanya ~47
GW. Kebutuhan listrik Indonesia th 2025 diperkirakan 115 GW, th 2030 diperkirakan sebesar 160
GW, dan th 2050 sekitar 450-550 GW dengan catatan kebutuhan listrik meningkat sekitar 9% per
tahun. Bila potensi ET yang sangat besar itu serius dikembangkan, maka ET dapat memenuhi
pasokan energi Indonesia yang menyamai bahkan ratusan kali melebihi pasokan energi yang
dibangkitkan oleh PLTN.
Menristekdikti menyinggung bahwa PLTN Eksperimental (EPR, jenis HTGR / HTTR Gen. IV)
25-30 MWth (8-10 MWe) (skala kecil, Rp.1,6-1,8 triliun, BATAN sebagai operator)
direncanakan Studi Kelayakannya dimulai th 2015, akan dibangun th 2017, dan diperkirakan
th 2021 beroperasi di Serpong, Tangsel, Banten, guna menyiapkan SDM Indonesia yang
trampil dan mumpuni di bidang pengoperasian PLTN. IAEA bersedia mendukung dan
membantu program EPR. Fasilitas tsb akan mempelajari kemampuan EPR menghasilkan
untuk memenuhi kebutuhan listrik dan panas di Kalimantan, Sulawesi, dan pulau lainnya.
Pengusaha Rusia berminat
mengembangkan
nuklir
di
Indonesia
dengan
menawarkantongkang PLTN-nya (akademik Lomonosov), yang sesuai dengan kontur
kepulauan di Indonesia. Kelebihan tongkang PLTN (PLTN terapung) adalah dapat berpindahpindah,
dan
limbah
nuklirnya
dibawa
pulang
ke
Rusia.
Hal
itu
diperkuat
lagi
dengan kunjunganwakil Rusia ke Wakil Presiden RI (JK) dan BATAN untuk mendukung target
2014)
menyinggung
bahwa
meski
rencana
pembangunan
ESDM.
Provinsi Bangka Belitung (Babel) merencanakan pembangunan PLTN, karena aspek geologi
yang baik / lapisan granit di pulau ini tidak bergerak. Lokasi PLTN yang paling tepat adalah di
desa Sebagin, Simpang Rimba, Kab. BaSel (1000 MWe x 4/6 PLTN), dan Teluk Manggris di
Muntok, BaBar (1000 MWe x 6/8 PLTN). Keduanya berada sekitar 30 Km dari pantai Barat
Sumatera yang mudah disambungkan ke Jawa-Sumatera grid dan Asean grid ke Singapura
dan Malaysia. BB Nuklir thorium (Th) (ditaksir sekitar 23.000 ton) juga ditemukan di Provinsi
ini bersama timah, zirkon (oksidanya / zirkonia lazim dipakai sebagai bahan baku fuel
cell, SOFC), uranium, Logam Tanah Jarang (LTJ) (Nd, Y, Sc, Eu, Gd, Dy, Er, dll). Lahan 850
Ha di Muntok dan 850 Ha di Simpang Rimba telah disiapkan untuk beberapa PLTN ke depan.
Pengembangan PLTN skala kecil menengah (SMR) di Babel, misalnya RGTT200, KLT40 (Rusia), mPower (B&W, AS), SMART (Korsel), dll. juga memungkinkan dilakukan, kendati
biaya
kWh
SMR
lebih
mahal
dibandingkan
reaktor
besar.
Selain BATAN, ITBdan UGM (Fisika Teknik) juga mengembangkan SMR. PLTN jenis SMR
ini digadang-gadang akan dibangun di Indonesia dalam waktu dekat, dan PLN siap menjadi
operatornya.
SEL TUNAM (FUEL CELL) (umpan: Gas Hidrogen / Gas Alam / Metan / Biogas / Etanol)
Puslit Fisika Terapan LIPI pernah menciptakan purwarupa sepeda motor, Versa, yang masih
perlu perbaikan. BPPT (Eniya LD dkk) juga terus mengembangkan purwarupasepeda
motor FC (PEMFC) terutama dari sisi keandalannya. INAFHE dibentuk untuk mempercepat
pengembangan FC di Indonesia.
PT Cascadiant telah memanfaatkan sel tunam dalam industri telekomunikasi sebagai daya
cadangan pada BTS (Base Transceiver Station) di daerah. Satu botol gas H2 (0,5 kg) mampu
menyediakan listrik 7 kWh. Enam botol digunakan sebagai back-up selama 42 jam. Ada 472
unit sel tunam (2011) dipakai pada BTS yang bekerjasama denganHutchinson dan Ida Tech.
Toyota Indonesia mempromosikan mobil sel tunam (FCV) dengan kemampuan jelajah 700
km (gas hidrogen) dalam ajang IIMS (2014) yang akan diproduksi April 2015.
Contohnya,
Ponpes Nurul
Bayan,
Desa
Cihampelas,
Kec.
Cililin,
Kab.
Bandung,
memanfaatkan biobriket dari enceng gondok, sedangkan ponpes Bina Insani, Ketapang,
Bojong gede, Kab. Bogor, Jabar, memanfaatkan biogas dari limbah sapi.
Ponpes Darul Qur'an, (400 santri) di Kab. Gunung Kidul, dan ponpes Al Hikmah (700 santri),
Kab. Bantul, DIY, Ponpes Rasyidiyah Khalidiyah Amuntai (Rakha), Kab.Hulu Sungai Utara,
Kalsel, menggunakan biogas dari limbah santri/manusia untuk kompor, penerangan, dan
listrik genset 5 KVA. BLH Prov. Bengkulu & LIPI memanfaatkan tinja untuk biogas dan
metagenesis
GP-7,
dan
gas
metan
yang
dihasilkan
dimurnikan
menggunakan methane purifier 12135 sehingga mendapat gas metan (> 70%) sekitar 4,6
m3/hari. Listrik dari biogas (~100 %) mampu menggerakkan genset bio elektrik 1 kW secara
ajeg selama 5 jam. Lumpur (slurry) keluaran dari bak cerna digunakan sebagai pupuk kolam
yang menghidupkan jasad renik dan plankton sebagai bahan makan ikan yang sesuai
Wonosobo;
Santri,
Lebak
(2x50
kW);
dan
Ponpes Nurussalam (Bunut Jambul, 30 kW) Tetebatu, Sikur, Kab. Lombok Timur, NTB
memanfaatkan PLTMH.
Ponpes Al-Hikmah, kec. Betung, Kab. Banyuasin, Sumsel, memanfaatkan PLTS untuk
menggerakkan Instalasi Air Minum (sumbangan PT Medco E&P yang bekerjasama
dengan Lions Club Wiesbanden, Jerman, dan METI) guna mencukupi air bersih bagi para
santri.
Ponpes Sunan Drajat, Paciran, Lamongan, Jatim memanfaatkan minyak kemiri sunan untuk
pembuatan biodiesel.
Ponpes Al-Ishlah, Grujugan, Bondowoso, Jatim via PT Biidznillah Tambang Nusantara (PT
BTN milik pesantren tsb sepakat (April 2013) menggarap proyek energi terpadu dengan 2
perusahaan yang berasal dari China (CMEC, BUMN China) dan Malaysia (BTN Power Sdn
Bhd) di Kawasan Industri Situbondo, Jatim seluas 2,000 Ha (sedang dibangun: Kawasan
industri Petrokimia, Kilang minyak mentah, dan PLTU 1x600MW). Lahan seluas 11,000 Ha di
Maluku juga disiapkan untuk memproduksi minyak sawit. Di Kawasan Industri Bantaeng, PT
BSE, PT BTN, dan CMEC membangun PLTU/batubara 2x300MW (batubara dari Kaltim yang
dioperasikan oleh PT BTN) untuk memasok listrik bagi 8 Smelter di kawasan industri tsb. Th
2014, PLTU/batubara Dumai3x150MW dibangun oleh PT BTN & CMEC (BUMN China)