Anda di halaman 1dari 13

Pencemaran Limbah Pabrik Gula Pasir

Siti Annisa - 201311188


Puspita Lysti Vania - 201311186
Sekolah Tinggi Teknologi Sapta Taruna

Latar Belakang
Indonesia adalah negara agraris dengan iklim tropis. Di sinilah tumbuh dengan subur
tanaman tebu dan bahkan Indonesia dikenal dengan cikal bakal tebu dunia. Tebu
adalah bahan baku dalam pembuatan gula di pabrik gula. Dalam operasionalnya
setiap musim giling (setahun), pabrik gula selalu mengeluarkan limbah yang
berbentuk cairan, padatan dan gas.
Tujuan
1.Dapat menjelaskan pengertian dari limbah pabrik gula pasir
2.Dapat menjelaskan jenis-jenis dari limbah pabrik gula pasir
3.Dapat menjelaskan dampak dari limbah pabrik gula
4.Dapat menjelaskan cara penanganan dari limbah pabrik gula
Rumusan Masalah
1.Apa yang dimaksud dengan limbah gula?
2.Apa saja jenis dari limbah gula?
3.Bagaimanakah dampak dari limbah gula?
4.Contoh kasus apa yang dapat ditimbulkan dari limbah gula?
5.Bagaimana cara menanganinya?
Pengertian Limbah Pabrik Gula Pasir
Limbah gula adalah bahan sisa produksi pengolahan tebu menjadi gula.
Air limbah industri gula adalah sisa dari industri gula yang berwujud cair, meliputi air
si a produksi, air jatuhan kondensor, dan/atau air abu boiler (Permen LH No. 5 Tahun
2010)

Jenis-jenis Limbah Pabrik Gula Pasir


1.

Limbah Padat

a.
Blotong
Blotong merupakan limbah padat produk stasiun pemurnian nira, berupa endapan
berbentuk padatan semi basah dengan kadar air 50 70%, dalam sehari dapat
dihasilkan 3,8 4 % dari jumlah tebu yang digiling. Blotong dimanfaatkan sebagai
tanah urug dan pengeras jalan juga sebagian besar diambil petani untuk dipakai
sebagai pupuk. Namun sebagian yang lain dibuang di lahan terbuka dan dapat
menyebabkan polusi udara, pandangan dan bau yang tidak sedap di sekitar lahan
tersebut.
b.
Ampas Tebu
Ampas tebu adalah suatu residu dari proses penggilingan tanaman tebu setelah
diekstrak atau dikeluarkan niranya pada industri pemurnian gula sehingga diperoleh
hasil samping sejumlah besar produk limbah berserat yang dikenal sebagai ampas
tebu.
c.
Abu Ampas Tebu
Abu pembakaran ampas tebu merupakan sisa pembakaran tidak sempurna ampas
tebu yang digunakan dalam proses pengolahan tebu
2.
Limbah Gas
Limbah Gas adalah limbah yang berupa asap yang dihasilkan karena proses
pembakaran didalam pabrik. Asap yang dihasilkan dapat menyebabkan gangguan
pernafasan di daerah sekitar pabrik

3.
Limbah Cair
Limbah cair pada pabrik gula terdiri dari air bekas kondensor dan air cuci tapisan.
Limbah cair tersebut tidak mengandung senyawa-senyawa kimia berbahaya, hanya
minyak yang terbawa dalam air cucian dan angka BOD-nya yang perlu
mendapatkan pengontrolan.
Dampak Limbah Pabrik Gula Pasir
1.
Limbah Padat
Dalam bentuk padatan dibagi menjadi dua yaitu abu tebu dan blotong.
Ampas bersifat meruah sehingga untuk menyimpannya perlu area yang luas. Ampas
mudah terbakar karena di dalamnya terkandung air, gula, serat dan mikroba,
sehingga bila tertumpuk akan terfermentasi dan melepaskan panas. Terjadinya
kasus kebakaran ampas di beberapa pabrik gula diduga akibat proses tersebut.
2.
Limbah Asap
Penyakit pernapasan akibat pencemaran udara asap cerobong dapat menyebabkan
berbagai penyakit pernapasan. Bila kesehatan masyarakat dan pekerja terganggu
maka produktifitas juga akan terganggu. Pada akhirnya juga akan membawa
pengaruh buruk pada kinerja perusahaan itu sendiri
3.
Limbah Cair
Dalam bentuk cairan, limbah industri ini berbahaya karena merusak ekosistem air.
Untuk itu perlu diadakan nya pemanfaatan daripada limbah cair itu sendiri untuk
mengurangi dampak yang dirasakan oleh mayarakat. Penyakit kulit akibat
pembuangan limbah cair. Limbah cair tertentu bila dibuang ke badan air dan badan
air tersebut digunakan untuk MCK masyarakat, akan dapat menyebabkan penyakit
gatal-gatal. Meski begitu banyak dampak kegiatan/usaha, pada kenyataannya
mustahil untuk menghindari dampak dengan cara melarang kegiatan/usaha, karena
berbagai aktifitas tersebut dilakukan untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia.

Benda yang memiliki bau menyengat dan unik ini berasal dari limbah
penggilingan tebu dari pabrik gula. Awalnya berbentuk cair dan bertekstur
lembut dan lunak. Apabila di keringkan kandungan air dalam ledok akan
menurun dan menjadi padat. Karena memiliki bau yang menyengat,
pengeringannya dilakukan pada areal yang jauh dari pemukiman penduduk. PG
Trangkil kabupaten Pati adalah salah satu produsen bahan organik yang
banyak manfaat ini. Sisa proses pengolahan tebu ini, biasanya di angkut dengan
truk menuju lapangan sepak bola di desa Trangkil untuk di keringkan dan
dipotong kotak-kotak.Pengeringan ini berfungsi untuk menurunkan kadar air
yang dikandung oleh ledok, bahan organik yang sudah kering ini akan digunakan
untuk bahan bakar industri pembuatan batu bata merah dan di campur dengan
sekam padi dan sisa bungkil ketela( dari desa Kajen Margoyoso). Ledok, selain
digunakan untuk bahan bakar juga dimanfaatkan untuk pembuatan pupuk
organik melalui proses fermentasi dengan bahan lainnya.
Limbah pabrik gula yang banyak manfaat ini memberikan banyak peluang usaha
bagi masyarakat di sekitar industri gula

Ampas tebu merupakan limbah lignoselulosa yang dihasilkan oleh pabrik gula
setelah tebu diambil niranya. Ampas tebu mengandung kadar sellulosa yang
tinggi sekitar 37,65%. Dari besarnya kadar sellulosa yang terdapat dalam ampas
tebu tadi, maka dapat diambil suatu analisa bahwa ampas tebu dapat
digunakan sebagai bahan baku pembuatan pulp yang sebelumnya harus
diketahui terlebih dahulu kondisi operasi pada proses pembuatannya. Banyak
alternatif lain untuk pemanfaatan ampas tebu baik untuk campuran bahan
baku industri, penghasil energi ramah lingkungan, maupun kegunaan lain
untuk skala rumah tangga. Dengan sedikit pengolahan ampas tebu dapat
bermanfaat bagi kehidupan manusia dan bernilai ekonomis tinggi.

Alternatif lain yang dapat dilakukan PTPN X dalam mewujudkan GreenPreneur


untuk ekonomi daerah adalah dengan mengolah ampas tebu menjadi PAPAN
PARTIKEL. Teknologi pembuatan papan partikel dari ampas tebu PSUH 94-3

merupakan komponen teknologi pemanfaatan hasil samping tebu. Komposisi


bahan dan teknologi pembuatan papan partikel telah memenuhi Standar Industri
Indonesia (SII). Papan partikel dari ampas tebu dibuat dengan cara pengeringan,
penggilingan, dan penyaringan ampas, pencampuran ampas dengan perekat,
resin dan parafin wax serta pencetakan dengan tekanan hidrolik pada kondisi
tekanan 10 kg/cm2, suhu 150oC selama 15 menit. Perekat terdiri dari urea
formaldehide, hardener, ammonia, dan air.

Berangkat dari limbah blotong ini, masyarakat daerah PTPN X dapat mengolahnya menjadi
PUPUK ORGANIK. Proses penggunaan pupuk organik ini tidak rumit, setelah dijemur
selama beberapa minggu / bulan untuk diaerasi di tempat terbuka, dimaksudkan untuk
mengurangi temperatur dan kandungan Nitrogen yang berlebihan. Dengan tetap
menggunakan pupuk anorganik sebagai starter, maka penggunaan pupuk organik blotong ini
masih bisa diterima oleh masyarakat.
Selanjutnya, pengolahan limbah pabrik gula lainnya ialah pemanfaatan blotong sebagai
pengganti KAYU BAKAR. Pengolahan limbah blotong sebagai kayu bakar didasarkan
bahwa limbah blotong ini dapat terbakar dengan baik sebagaimana kayu bakar, dan timbulah
pemikiran untuk memanfaatkan blotong sebagai pengganti kayu bakar dengan cara
menghilangkan kadar air yang terkandung didalamnya. Selain itu, untuk memudahkan dalam
penggunaanya sebagai kayu bakar, limbah blotong ini dicetak dalam ukuran yang mudah
diangkut dan sesuai dengan ukuran mulut kompor didapur masyarakat yang
membutuhkannya.
Proses pembuatan blotong pengganti kayu bakar sangat sederhana, limbah blotong dari
pabrik yang masih panas, diangkut dengan dump truk menuju lokasi pengrajin/ pembuat
blotong kayu bakar, blotong ini kemudian dijemur di terik matahari selama 2 3 minggu
dengan intensitas matahari penuh. Sebelum total kering, lapisan blotong ini dipadatkan
dengan tujuan untuk mempersempit pori dan membuang sisa kandungan air, kemudian
dipotong seukuran batu bata untuk memudahkan pengangkutan. Setelah dirasa cukup kering
pada satu permukaan, bata blothong ini dibalik, supaya sisi lainnya juga kering. Hasil yang
diperoleh dari proses ini adalah blothong seukuran batu bata yang bobotnya ringan karena
kandungan airnya sudah hilang.

Pengolahan limbah blotong yang dapat memiliki nilai jual dan sangat mendukung program
GreenPreneur adalah dengan memanfaatkan blotong sebagai BRIKET BIOMASSA.
Briket adalah bahan bakar alternatif pengganti dan termasuk dalam sumber energi terbarukan
Untuk pembuatan briket blotong dimulai dengan dipadatkan lalu dikeringkan. Keuntungan
menggunakan briket blotong adalah harganya yang lebih murah daripada kayu bakar dan
bahan bakar lain. Akan tetapi untuk membuat briket ini diperlukan waktu cukup lama antara
4 sampai 7 hari pengeringan, selain itu juga tergantung dari kondisi cuaca. Apabila program
GreenPreneur ini berhasil direalisasikan dan produk briket ini mampu dihasilkan, maka
sangat dimungkinkan bahwa bahan bakar alternative briket ini juga bisa digunakan sebagai
bahan bakar ketel Pabrik Gula seperti PTPN X dan dapat mengurangi konsumsi bahan bakar
minyak PTPN X

Pengolahan limbah blotong yang dapat memiliki nilai jual dan sangat mendukung program
GreenPreneur adalah dengan memanfaatkan blotong sebagai BRIKET BIOMASSA.
Briket adalah bahan bakar alternatif pengganti dan termasuk dalam sumber energi terbarukan
Untuk pembuatan briket blotong dimulai dengan dipadatkan lalu dikeringkan. Keuntungan
menggunakan briket blotong adalah harganya yang lebih murah daripada kayu bakar dan
bahan bakar lain. Akan tetapi untuk membuat briket ini diperlukan waktu cukup lama antara
4 sampai 7 hari pengeringan, selain itu juga tergantung dari kondisi cuaca. Apabila program
GreenPreneur ini berhasil direalisasikan dan produk briket ini mampu dihasilkan, maka
sangat dimungkinkan bahwa bahan bakar alternative briket ini juga bisa digunakan sebagai
bahan bakar ketel Pabrik Gula seperti PTPN X dan dapat mengurangi konsumsi bahan bakar
minyak PTPN X.

Selanjutnya, pengolahan lain dari limbah blotong ini adalah dengan menjadikannya bahan
material bangunan berupa BATA BETON. Bata beton ini menggunakan bahan baku
semen, pasir dan blotong setelah dibakar. Blotong digunakan untuk mensubstitusi semen
sehingga penggunaan semen dapat dikurangi dan menghasilkan produk dengan harga lebih
murah. Dengan penambahan abu blotong, 30% dari berat semen dapat berkurang. Bata beton
blotong ini mampu menghasilkan bata beton dengan kuat tekan 100 kg/cm2

PRESENTASI

Gula merupakan salah satu kebutuhan pokok yang sangat kita butuhkan untuk mendapatkan
energi dalam beraktivitas. Hal ini terbukti bahwa hampir semua makanan dan minuman yang
kita konsumsi sehari-hari selalu membutuhkan gula sebagai bahan utama maupun bahan
tambahan. Begitu banyak orang yang berlomba-lomba untuk terjun dalam bisnis gula pasir
karena dianggap sebagai bisnis dengan konsumen yang luas dan sangat menjanjikan. Hal ini
tentunya telah menunjukkan bahwa Pabrik Gula (PG) sangat berpengaruh dalam rantai
ekonomi nasional sehingga sangat berperan dalam meningkatkan ekonomi daerah dan
nasional.
Sayangnya, konsumsi gula yang sangat tinggi kurang diimbangi dengan pengolahan limbah
yang maksimal. Tingginya permintaan konsumen akan semakin meningkat dan permintaan
tebu beserta pengolahannya juga akan dilakukan secara besar-besaran. Pengolahan ini akan
memaksa untuk meningkatkan produksi gula dan juga akan menghasilkan limbah yang
semakin banyak pula. Limbah yang dihasilkan dalam industri gula dapat berupa limbah
padat, gas, maupun limbah cair. Limbah yang dihasilkan oleh pabrik gula ini dapat menjadi

salah satu permasalahan karena dapat memberikan dampak negatif terhadap lingkungan,
kesehatan, bahkan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) daerah sekitar pabrik tersebut.
Oleh karena itu, sangat perlu dibuatlah suatu program kreatif untuk MENYEMPURNAKAN
peran PG terhadap ekonomi daerah dan meminimalkan dampak buruk PG pada daerah
sekitarnya. Program kreatif tersebut dilaksanakan dengan memberdayakan masyarakat sekitar
pabrik, sekaligus menanggulangi dampak buruk limbah pabrik gula, dengan memaksimalkan
potensi besar yang banyak dianggap sampah.
POTENSI BESAR yang dapat diberdayakan dan dikembangkan oleh Pabrik Gula (PG)
seperti PTPN X dalam memaksimalkan perannya dalam meningkatkan ekonomi daerah tidak
hanya bersumber dari produksi gula PTPN X. Akan tetapi, dengan memanfaatkan limbah
Pabrik Gula juga sangat potensial dalam membangun ekonomi daerah. Potensi tersebut
diwujudkan dengan pelaksanaan program GREENPRENEUR, yaitu:
1.

Pengolahan Limbah

Kegiatan inti dari GREENPRENEUR adalah pengolahan limbah pabrik gula dan
menjadikannya peluang usaha bagi masyarakat lokal di daerah pabrik gula tersebut. Bentuk
pengolahan limbah yang dapat dilakukan adalah:
a. Limbah Bagasse (Ampas)
Satu diantara energi alternatif yang relatif murah ditinjau dari aspek produksinya dan relatif
ramah lingkungan adalah pengembangan bioetanol dari limbah padat industri gula (biomassa)
yang mengandung banyak lignocellulose seperti bagassse (Saccharum officinarum L.).
Industri gula menghasilkan bagas yang cukup melimpah. PTPN X juga sangat berpotensi
untuk mengolah limbah baggasse menjadi BIOETANOL yang merupakan sumber energi
terbarukan dan sangat dibutuhkan oleh bangsa dan dunia.

Secara umum sekitar 20-25% komposisi karbohidrat bagas adalah hemiselulosa. Jika kita
mampu mengkonversi hemiselulosa berarti akan meningkatkan konversi bagas menjadi
etanol. Material berbasis lignoselulosa (lignocellulosic material) memiliki substrat yang
cukup kompleks karena didalamnya terkadung lignin, polisakarida, zat ekstraktif, dan

senyawa organik lainnya. Bagian terpenting dan yang terbanyak dalam lignocellulosic
material adalah polisakarida khususnya selulosa yang terbungkus oleh lignin dengan ikatan
yang cukup kuat. Dalam kaitan konversi biomassa seperti bagas menjadi etanol, bagian yang
terpenting adalah polisakarida. Karena polisakarida tersebut yang akan dihidrolisis menjadi
monosakarida seperti glukosa, sukrosa, xilosa, arabinosa dan lain-lain sebelum dikonversi
menjadi etanol. Proses hidrolisis umumnya digunakan pada industry etanol dengan
menggunakan hidrolisis dengan asam (acid hydrolysis) dan menggunakan asam sulfat
(H2SO4) atau dengan menggunakan asam klorida (HCl). Proses hidrolisis dapat dilakukan
dengan menggunakan enzim yang sering disebut dengan enzymatic hydrolysis yaitu hidrolisis
dengan menggunakan enzim jenis selulase atau jenis yang lain. Keuntungan dari hidrolisis
dengan enzim dapat mengurangi penggunaan asam sehingga dapat mengurangi efek negatif
terhadap lingkungan. Kemudian setelah proses hidrolisis dilakukan fermentasi menggunakan
yeast seperti S. cerevisiae untuk mengkonversi menjadi etanol. Proses hidrolisis dan
fermentasi ini akan sangat efisien dan efektif jika dilaksanakan secara berkelanjutan tanpa
melalui tenggang waktu yang lama, hal ini sering dikenal dengan istilah Simultaneous
Sacharificatian dan Fermentation (SSF). Keuntungan dari proses ini adalah polisakarida yang
terkonversi menjadi monosakarida tidak kembali menjadi poliskarida karena monosakarida
langsung difermentasi menjadi etanol. Selain itu dengan menggunakan satu reaktor dalam
prosesnya akan mengurangi biaya peralatan yang digunakan.

Limbah padat pabrik gula (PG) seperti PTPN X juga berpotensi besar sebagai sumber bahan
organik yang berguna untuk kesuburan tanah. Menurut Budiono (2008), ampas (bagasse) tebu
mengandung 52,67% kadar air; 55,89% C-organik; N-total 0,25%; 0,16% P2O5; dan 0,38%
K2O, sehingga sangat mungkin untuk diolah menjadi KOMPOS. Kompos adalah hasil
dekomposisi biologi dari bahan organik yang dapat dipercepat secara artifisial oleh populasi
berbagai macam mikroba (bakteria, actinomycetes dan fungi) dalam kondisi lingkungan
aerobik atau anaerobic. Hasil pengomposan campuran blotong, ampas (bagasse) dan abu
ketel diinkubasi dengan bioaktivator mikroba selulolitik selama 1 dan 2 minggu, kemudian
diaplikasikan ke lahan tebu. Pemberian kompos 10 ton/ha mampu meningkatkan bobot tebu
sebanyak 16,8 ton/ha.

Alternatif lain yang dapat dilakukan PTPN X dalam mewujudkan GreenPreneur untuk
ekonomi daerah adalah dengan mengolah ampas tebu menjadi PAPAN PARTIKEL.
Teknologi pembuatan papan partikel dari ampas tebu PSUH 94-3 merupakan komponen
teknologi pemanfaatan hasil samping tebu. Komposisi bahan dan teknologi pembuatan papan
partikel telah memenuhi Standar Industri Indonesia (SII). Papan partikel dari ampas tebu
dibuat dengan cara pengeringan, penggilingan, dan penyaringan ampas, pencampuran ampas
dengan perekat, resin dan parafin wax serta pencetakan dengan tekanan hidrolik pada kondisi
tekanan 10 kg/cm2, suhu 150oC selama 15 menit. Perekat terdiri dari urea formaldehide,
hardener, ammonia, dan air.
b. Limbah Blotong (Padat)
Salah satu limbah yang dihasilkan PG dalam proses pembuatan gula adalah blotong. Blotong
merupakan serat tebu yang bercampur kotoran yang dipisahkan dari nira. Limbah ini
berbentuk padat mengandung air dan masih memiliki temperatur cukup tinggi (panas), dan
seperti tanah. Komposisi blotong terdiri dari sabut, wax dan fat kasar, protein kasar, gula,
total abu, SiO2, CaO, P2O5 dan MgO.

Berangkat dari limbah blotong ini, masyarakat daerah PTPN X dapat mengolahnya menjadi
PUPUK ORGANIK. Proses penggunaan pupuk organik ini tidak rumit, setelah dijemur
selama beberapa minggu / bulan untuk diaerasi di tempat terbuka, dimaksudkan untuk
mengurangi temperatur dan kandungan Nitrogen yang berlebihan. Dengan tetap
menggunakan pupuk anorganik sebagai starter, maka penggunaan pupuk organik blotong ini
masih bisa diterima oleh masyarakat.

Selanjutnya, pengolahan limbah pabrik gula lainnya ialah pemanfaatan blotong sebagai
pengganti KAYU BAKAR. Pengolahan limbah blotong sebagai kayu bakar didasarkan
bahwa limbah blotong ini dapat terbakar dengan baik sebagaimana kayu bakar, dan timbulah
pemikiran untuk memanfaatkan blotong sebagai pengganti kayu bakar dengan cara
menghilangkan kadar air yang terkandung didalamnya. Selain itu, untuk memudahkan dalam
penggunaanya sebagai kayu bakar, limbah blotong ini dicetak dalam ukuran yang mudah
diangkut dan sesuai dengan ukuran mulut kompor didapur masyarakat yang
membutuhkannya.
Proses pembuatan blotong pengganti kayu bakar sangat sederhana, limbah blotong dari
pabrik yang masih panas, diangkut dengan dump truk menuju lokasi pengrajin/ pembuat
blotong kayu bakar, blotong ini kemudian dijemur di terik matahari selama 2 3 minggu
dengan intensitas matahari penuh. Sebelum total kering, lapisan blotong ini dipadatkan
dengan tujuan untuk mempersempit pori dan membuang sisa kandungan air, kemudian
dipotong seukuran batu bata untuk memudahkan pengangkutan. Setelah dirasa cukup kering
pada satu permukaan, bata blothong ini dibalik, supaya sisi lainnya juga kering. Hasil yang
diperoleh dari proses ini adalah blothong seukuran batu bata yang bobotnya ringan karena
kandungan airnya sudah hilang.

Pengolahan limbah blotong yang dapat memiliki nilai jual dan sangat mendukung program
GreenPreneur adalah dengan memanfaatkan blotong sebagai BRIKET BIOMASSA.
Briket adalah bahan bakar alternatif pengganti dan termasuk dalam sumber energi terbarukan
Untuk pembuatan briket blotong dimulai dengan dipadatkan lalu dikeringkan. Keuntungan
menggunakan briket blotong adalah harganya yang lebih murah daripada kayu bakar dan
bahan bakar lain. Akan tetapi untuk membuat briket ini diperlukan waktu cukup lama antara
4 sampai 7 hari pengeringan, selain itu juga tergantung dari kondisi cuaca. Apabila program
GreenPreneur ini berhasil direalisasikan dan produk briket ini mampu dihasilkan, maka
sangat dimungkinkan bahwa bahan bakar alternative briket ini juga bisa digunakan sebagai
bahan bakar ketel Pabrik Gula seperti PTPN X dan dapat mengurangi konsumsi bahan bakar
minyak PTPN X.

Selanjutnya, pengolahan lain dari limbah blotong ini adalah dengan menjadikannya bahan
material bangunan berupa BATA BETON. Bata beton ini menggunakan bahan baku
semen, pasir dan blotong setelah dibakar. Blotong digunakan untuk mensubstitusi semen
sehingga penggunaan semen dapat dikurangi dan menghasilkan produk dengan harga lebih
murah. Dengan penambahan abu blotong, 30% dari berat semen dapat berkurang. Bata beton
blotong ini mampu menghasilkan bata beton dengan kuat tekan 100 kg/cm2.
c. Limbah Cair
Limbah cair tetes yang dihasilkan dari proses pengolahan tebu menjadi gula juga sangat
bernilai ekonomis dalam program GreenPreneur. Limbah cair tetes ini dapat diolah dan
dimanfaatkan sebagai ALKOHOL. Alkohol ini nantinya dapat digunakan sebagai
campuran kosmetik dan industri farmasi.
Hasil akhir dari proses produksi alkohol adalah etanol yang memiliki kadar yang tinggi yakni
berkisar antara 94%-96%. Proses pengolahan limbah tetes ini selain dapat menyelamatkan
lingkungan dari pencemaran, juga dapat menghasilkan income untuk bagi pabrik gula,
masyarakat daerah sekitar pabrik dan mampu berperan dalam meningkatkan ekonomi daerah
2.

Bekerjasama dengan Dinas Koperasi

Kerjasama dengan Dinas Koperasi hanya dimaksudkan agar kegiatan ini dapat terkoordinir
dengan baik. Memberikan pelatihan kepada masyarakat tentang pemanfaatan limbah pabrik
gula dan menjadikannya bernilai ekonomis. Sehingga peran pabrik gula terhadap ekonomi
daerah lebih maksimal, dan manfaat yang dihasilkan dengan adanya pabrik gula di suatu
wilayah tertentu tidak hanya dimanfaatkan oleh satu pihak, namun pihak lain yaitu
masyarakat disekitar pabrik yang kerap kali berinteraksi dengan limbah pabrik gula juga
dapat memperoleh manfaatnya.

Anda mungkin juga menyukai