Anda di halaman 1dari 20

Jurnal Studi Pembangunan, Kemasyarakatan & Lingkungan ; Tahun I/1999 No.

3; 25-38

LUMPUR AKTIF : ALTERNATIF PENGOLAH LIMBAH CAIR

Oleh : Ignasius DA. Sutapa1 Abstrak Pengolahan limbah dengan sistem lumpur aktif mulai dikembangkan di Inggris pada tahun 1914 oleh Ardern dan Lockett, dan dinamakan lumpur aktif karena prosesnya melibatkan massa mikroorganisme yang aktif, dan mampu menstabilkan limbah secara aerobik. Istilah lumpur aktif diterapkan baik pada proses maupun padatan biologis di dalam unit pengolahan. Efisiensi pengolahan limbah cair dengan sistem lumpur aktif sangatlah penting agar sistem tersebut dapat menyisihkan bahan pencemar sehingga efluen yang dikeluarkan memenuhi standar yang ditetapkan. Problem yang sering dihadapi adalah timbulnya fenomena bulking yang sangat menurunkan efektivitas pengolahan limbah tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji kemampuan reaktor seri dalam menurunkan beban organik dan mencegah terjadinya bulking. Kata kunci : lumpur aktif, limbah cair.
Pendahuluan Air limbah (waste kegiatan rumah tangga, apotik,

adalah air buangan dari masyarakat, rumah tangga, industri, air tanah, buangan air permukaan (Yoseph serta A.S. lainnya

water)

rumah sakit, rumah makan, kegiatan perkantoran dan sebagainya. terdiri atas zat organik, baik Secara kualitatif limbah tersebut berupa padat atau cair, bahan berbahaya dan beracun, garam terlarut, bakteri E. Coli, jasad patogen dan dan bakteri, terutama

1958). Limbah domestik adalah semua buangan yang berasal dari


1

Peneliti Puslitbang Limnologi-LIPI, Cibinong.

25

Jurnal Studi Pembangunan, Kemasyarakatan & Lingkungan ; Tahun I/1999 No. 3; 25-38

parasit.

Sedangkan

air

limbah

terlarut

(Wibisono, mata,

1989). dan

Air

yang berasal dari pabrik, industri, pertanian, peternakan, perikanan, dan lain-lain disebut dengan limbah non domestik. Kehadiran zat-zat organik yang terbawa oleh air limbah oksigen domestik dapat menyebabkan

limbah domestik ini tidak sedap dipandang jumlah berbahaya, terutama karena

sangat

organisme

penyebab

penyakit yang dikandungnya. Di daerah beriklim tropis, air limbah domestik dapat segera kehilangan busuk atau septik oksigen terlarut sehingga menjadi yang menimbulkan bau yang sangat menyengat. Komposisi Air Buangan Sesuai asalnya, mempunyai sangat tetapi dan dengan air dari komposisi sumber limbah yang setiap air maka bervariasi secara padatan, dari garis

penurunan

kandungan

terlarut yang terdapat di dalam air sungai. Air sungai memerlukan kandungan untuk oksigen terlarut minimum 5 ppm, yang berguna menjaga kelangsungan aerobik hidup mahluk air seperti ikan dan mikroorganisme (Eckenfelder, 1989). Air limbah yang masih baru umumnya berupa cairan keruh berwarna abu-abu dan berbau tapi tidak menyengat. Buangan ini mengandung padatan yang terapung dan tersuspensi, misalnya tinja, sampah , dan padatan tersuspensi yang misalnya kertas, lebih kecil , daun dan

tempat dan setiap saat. Akan besar limbah domestik terdiri dari air dimana padatan yang terdiri zat organik

berupa karbohidrat, lemak, dan protein serta zat anorganik yang berupa logam garam-garam, dan butiran logamseperti

padatan yang sangat halus dalam suspensi koloid, yaitu suspensi yang tidak bisa mengaendap, serta zat pencemar dalam bentuk

diperlihatkan pada skema pada gambar 1 (Sugiharto, 1987).

26

Jurnal Studi Pembangunan, Kemasyarakatan & Lingkungan ; Tahun I/1999 No. 3; 25-38

Air Limbah

Padatan (0,1 %) Air (99 %)

Organik

Anorganik

Protein

Lemak

Karbohidrat 25 %

10 %

Garam

85 %

Butiran

Logam

Gambar 1 : Skema pengelompokan bahan yang terkandung di dalam air buangan

Tabel 1 : Karakteristik umum limbah domestik


Parameter Kuat BOD COD Organik-N NH3-N Total-N 400 1000 35 50 85 Konsentrasi (mg/l) Sedang 220 500 15 25 40 Lemah 110 250 8 12 20

27

Jurnal Studi Pembangunan, Kemasyarakatan & Lingkungan ; Tahun I/1999 No. 3; 25-38

Total-P Total Padatan Padatan Terlarut

15 1200 350

8 720 220

4 350 100

Sumber Metcalf dan Eddy, 1991


Sistem Lumpur Aktif Di dalam limbah yang mengandung bahan organik terdapat zat-zat yang merupakan makanan dan kebutuhan-kebu-tuhan lain bagi mikroorganisme yang akan digunakan dalam proses lumpur aktif. Proses lumpur aktif adalah salah satu proses pengolahan air limbah secara biologi, dimana air limbah dan lumpur aktif dicampur dalam suatu reaktor atau tangki aerasi. Padatan biologis aktif akan mengoksidasi kandungan zat di dalam air limbah secara biologis, yang di akhir proses akan pedipisahkan dengan sistem Lockett (Metcalf dan Eddy, 1991), dan dinamakan lumpur aktif karena prosesnya melibatkan massa mampu secara aktif menstabilkan aerobik. Istilah baik mikroorganisme yang aktif, dan limbah lumpur pada

diterap-kan

proses maupun padatan biologis di dalam unit peng-olahan. Proses lumpur aktif terdiri

dari dua tangki (gambar 2), yaitu : - Tangki aerasi : di dalam bak ini terjadi organik reaksi oleh penguraian zat mikroorganisme

dengan bantuan oksigen terlarut. - Bak pemisah (Clarifier): yaitu tempat lumpur aktif dipisahkan dari cairan untuk dikembalikan ke tangki dibuang. Tangki Sedimentasi Outlet aerasi, kelebihannya

ngendapan. Proses lumpur aktif mulai dikembangkan di Inggris pada tahun 1914 oleh Ardern dan Inlet
Tangki Aerasi

Lumpur yang dikembalikan 28

Lumpur yang dibuang

Jurnal Studi Pembangunan, Kemasyarakatan & Lingkungan ; Tahun I/1999 No. 3; 25-38

Gambar 2 : Kegiatan dan alat proses sistem lumpur aktif


Deskripsi Proses Aliran umpan air limbah/ subtrat, bercampur dengan aliran lumpur aktif yang dikembalikan sebelum masuk rektor. Campuran lumpur aktif dan air limbah membentuk disebut cairan tercampur (mixed aktif dengan cepat memanfaatkan zat organik dalam limbah untuk men-degradasinya. diperoleh oksigen Pemberian dilakukan secara oksigen Kondisi lingkungan aerobik dengan ke memberikan aerasi. dapat tangki oksigen suatu campuran yang mekanik mempunyai dua fungsi, yaitu yang aktif pemberi sempurna dan udara antara dan lumpur di pencampur agar terjadi kontak senyawa organik

dalam limbah. (clarifier), padatan lumpur aktif Pada tangki pengendapan

liquor). Memasuki aerator, lumpur

mengendap dan terpisah dengan cairan sebagai effluent. Sebagian lumpur aktif dari dasar tangki pengendap dipompakan kembali ke reaktor dan dicampur dengan umpan (subtrat) yang masuk, reaktor sebagian lagi dibuang. mikroorganisme bahan-bahan persamaan Eddy,1991): Dalam mendegradasi organik stoikiometri dengan pada

dengan

penyebaran injeksi dengan

udara tekan, aerasi permukaan mekanik, murni. atau Aerasi

reaksi di bawah ini

(Metcalf dan

difusi udara tekan atau aerasi Proses Oksidasi dan Sintesis :


CHONS + O2 + Nutrien bakteri

CO2 + NH3 + C5H7NO2

Sel bakteri baru

+ Produksi lainnya

C5H7NO2 + 5 O2 (sel)

Proses Respirasi Endogenus :

5CO2 + 2H2O + NH3 + Energi

29

Jurnal Studi Pembangunan, Kemasyarakatan & Lingkungan ; Tahun I/1999 No. 3; 25-38

Komposisi dari padatan lumpur aktif (flok) dapat digambarkan

oleh total area pada gambar 3 (Rich, 1963).

30

Jurnal Studi Pembangunan, Kemasyarakatan & Lingkungan ; Tahun I/1999 No. 3; 25-38

III. Anorganik II. Non Living Organik

I. Microorganism

Gambar 3 : Komposisi dari padatan lumpur aktif Keterangan gambar 3 : Padatan Aktif = I Padatan Volatil = I + II Padatan Inert = III Total Padatan = I + II + III

Parameter Operasional sering lumpur digunakan aktif

Definisi dari parameter yang dalam sebagai

pengolahan limbah cair sistem adalah berikut : (Davis dan Cornwell, 1985 ; Verstraete dan Vaerenberg, 1986)

a. Mixed Liquor Suspended Solids (MLSS).

Isi dari tangki aerasi suatu liquor. Mixed liquor

sistem lumpur aktif dinamakan mixed suspended solids adalah jumlah dari bahan organik dan mineral 31

Jurnal Studi Pembangunan, Kemasyarakatan & Lingkungan ; Tahun I/1999 No. 3; 25-38

berupa padatan terlarut, termasuk mikroorganisme di dalam mixed liquor. Dimana : F/M = food ratio, S0 to hari-1 microorganism

b. Mixed Liquor Volatile Suspended Solids (MLVSS)


disebut mengandung MLVSS, bentuk

= konsentrasi influen COD atau BOD, mg/l (g/m3) = waktu = V/Q hari detensi hidrolis,

Bagian Organik dari MLSS dimana mikrobial Q X

organik, baik itu mikroorganisme mati 1980). (Nelson dan

yang hidup maupun yang sudah Lawrence,

= debit influen (m3/ hari) = Konsentrasi suspended (g/m3) solid, volatile mg/l

c. F/M ratio ( rasio makanan per mikroorganisme)

Parameter ini menunjukan

beban organik pada suatu sistem lumpur aktif, dirumuskan sebagai kilogram BOD atau COD per kilogram MLSS perhari. (Curds dan Hawkes,1983 ; Natanson,1986). Dapat dihitung dengan (Metcalf rumus dengan dan perbandingan Eddy, 1991). S0 F/M = --------- . X makanan

d. Waktu Retensi Hidrolis ( Hydraulic Retention Time, HRT)


Waktu rata-rata

yang

dibutuhkan oleh cairan limbah yang masuk ke dalam tangki aerasi suatu proses lumpur aktif untuk dapat tercampur dengan merata, berbanding dimana terbalik nilainya dengan

mikroorganisme

tingkat pengenceran yang terjadi, D ( Sterritt dan Laster, 1988 ). Dapat dirumuskan dengan persaman :

32

1 V HRT = --- = --D Q

Jurnal Studi Pembangunan, Kemasyarakatan & Lingkungan ; Tahun I/1999 No. 3; 25-38

SSe

= suspended solids efluent (padatan efluen, mg/l) tersuspensi

SSw Dimana : V Q D = volume tangki aerasi = debit influen (limbah yang masuk) = tingkat pengenceran waktu retensi hidrolis (dalam satuan waktu, biasanya hari ) HRT = Qe Qw

= suspended solids waste (padatan lumpur mg/l) = debit efluen (m3/hari) = debit lumpur yang dibuang (m3/hari) tersuspensi yang dibuang,

Kinetika Pertumbuhan Mikrobiologi Pada sistem lumpur aktif

e. Umur Lumpur (Sludge Age)


rata mikroorganisme lumpur di

Adalah waktu tinggal ratadalam dapat

aliran kontinyu (terus menerus limbah yang masuk) pertumbuhan mikroorganismenya sangat berbeda periodik subtrat volume dengan (misal bacth sistem reactor). aliran

suatu sistem pengolahan limbah secara dirumuskan sebagai ( Hammer, 1986).


Umur Lumpur ( hari ) = MLSS x V SSe x Qe + SSw + Qw

aktif,

Dimana pada aliran terus menerus ditambahkan V dan kontinyu pada debit Q pada reaktor dengan mengandung X. konsentrasi biomassa

Penambahan nutrien, parameter Dimana : MLSS = mixed liquor suspended solids (mg/l) V = volume tangki aerasi (l) lingkungan seperti kadar oksigen, temperatur, dasarnya terbalik dan pH pada Tingkat retensi terkontrol. dengan waktu

pengenceran D, yang berbanding hidrolis dirumuskan sebagai : 33

Jurnal Studi Pembangunan, Kemasyarakatan & Lingkungan ; Tahun I/1999 No. 3; 25-38

menurunkan konsentrasi dari sel D = Q/V = 1/t Dimana : D = pengenceran (waktu-1), v = volume reaktor (l), Q = debit subtrat ( l/waktu), dan T = waktu Maka pertumbuhan mikrobiologis yang terjadi pada aliran kontinyu sebagai : dapat dirumuskan Mikroorganisme Aktif dung Dalam Lumpur dan terjadi penurunan populasi mikroorganisme ( Bitton, 1994).

Flok lumpur aktif mengansel-sel bakteri baik itu maupun organik.

anorganik

Ukuran flok ini bervariasi dari < 1m (ukuran sel bakteri) hingga 1000 m atau lebih (Parker et. al., 1971). (a) Bakteri Merupakan komponen utama dari flok lumpur aktif, lebih dari 300 jenis bakteri hidup dalam sistem lumpur aktif.

dx/dt = X - DX = X ( - D )

Dimana : dx/dt = tingkat pertumbuhan mikro-organisma per satuan waktu D X = pertumbuhan spesifik mikroorganisma = tingkat pengenceran = biomassa Persamaan di atas memperlihatkan bahwa tingkat suplai dari nutrien yang terkontrol untuk tingkat pertumbuhan spesifik . Pada 34 D > max, akan

Bakteri-bakteri mendegradasi nutrien. sering Jenis

tersebut bahan-bahan umum yang dalam

organik dan mentransformasi ditemukan

Pseudomonas, Flavobacterium, Alkaligenes, Bacillus, AchroCorynebacterium, mobacter, Comomonas, Brevibacterium, dan Acenetobactes juga

lumpur aktif adalah Zooglea,

Jurnal Studi Pembangunan, Kemasyarakatan & Lingkungan ; Tahun I/1999 No. 3; 25-38

termasuk mikroorganisme filamen bulking yang pada lumpur menyebabkan aktif

seperti

Beggiatoa,

(Bitton,1994).

Sphaerotillus, dan Vitreoscilla

35

Jurnal Studi Pembangunan, Kemasyarakatan & Lingkungan ; Tahun I/1999 No. 3; 25-38

Tabel 2 : Persentase bakteri aerobik heterotropik pada lumpur aktif


Genus atau Grup Persentase dari total isolat 50,0 5,8 1,9 11,5 1,9 1,9 13,5 1,9 1,9 5,8 1,9 1,9

Comamonas-Pseudomonas Alcaligenes Pseudomonas (grup Paracoccus


flourescent)

Unidetified (gram negatif

Aeromonas Flavobacterium-Cytophaga Bacillus Micrococcus Coryneform Arthobacter AureobacteriumMicrobacterium Sumber Hirashi et. al., 1989
(b) Fungi Yang umum ditemukan adalah

batang)

pengolahan menggunakan

air lumpur

limbah aktif

Geotrichum, Penicilium, Chephalos porium, Clados porium, dan Alternaria (Pipes


dan Cooke,1969; Tomlinsom dan Williams, 1975).

seperti halnya yang terjadi di lingkungan alami (Curds,1982 ; Drakides, 1980). (d) Rotifera Paling umum ditemukan dan adalah jenis Bdelloidea (e.g.

(c) Protozoa Merupakan bakteri 36 pada predator suatu siatem dari

Philodina

spp.)

Jurnal Studi Pembangunan, Kemasyarakatan & Lingkungan ; Tahun I/1999 No. 3; 25-38

Monogononta

spp).

(e.g.

Lecane

persamaan

yang

dikemukakan

Pada

suatu berbagai

pengolahan lumpur aktif macam dominan

oleh Monod sebagai :

limbah terdapat

dengan

S U = Um ----------

mikroorganisme

yang

dengan waktu yang tertentu dapat dilihat pada gambar 4. ( Metcalf dan Eddy, 1991). Pertumbuhan Sel Mikro organisme Baik maupun sel bakteri sistem dapat kultur bacth kontinyu pertumbuhan dirumuskan Dimana, U = laju pertumbuhan spesifik, waktu-1 Um = laju pertumbuhan spesifik maksimum, waktu-1 S Rg = UX Dimana Rg = laju pertumbuhan bakteri, massa/volume.waktu U X = laju spesifik = konsentrasi mikroorganisme, massa/volume Secara ditemukan dapat bahwa eksperimen efek telah dari oleh pertumbuhan Perhitungan Jumlah Bakteri Dapat menggunakan
1000

sebagai :

= konsentrasi massa/volume

subtrat,

Ks

= konsentrasi subtrat pada setengah pertumbuhan maksimum, massa/volume laju

dihitung rumus

(Capucino,1983) :
V sampel

Jml bakteri =--- x jml koloni x pengenceran

pembatasan pemberian substrat didefinisikan

(dalam sel/ml)

37

Jurnal Studi Pembangunan, Kemasyarakatan & Lingkungan ; Tahun I/1999 No. 3; 25-38

Bakteri

Silia Zooflagel Suctoria

Stalked Silia Fitoflagel Sarcodina

Rotifera

Gambar 4 : Pertumbuhan mikroorganisme dalam sistem lumpur aktif

Waktu

Hasil Tabel 3 merangkum hasil perhitungan efisiensi penyisihan COD diperoleh berdasarkan di laboratorium data yang dan

menggunakan rumus perhitungan seperti yang telah disampaikan di atas. Sedangkan jumlah bakteri yang dihitung untuk setiap beban dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 3 : Efisiensi penyisihan COD


Beban Organik , F/M 0,05 0,1 Efisiensi Penyisihan COD (%) 74,55 91,11

(kg COD/kg biomassa.hari)

42

Jurnal Studi Pembangunan, Kemasyarakatan & Lingkungan ; Tahun I/1999 No. 3; 25-38

0,15 0,25 0,3 0,4 0,5 0,6 0,7 0,8

91,52 96,61 98,90 97,50 96,38 96,99 74,26 58,35

Tabel 4 : Jumlah Populasi Bakteri


F/M biomassa.hari Sebelum feeding 0,05 0,1 0,15 0,25 0,3 0,4 0,5 0,6 0,7 0,8 32 480 300 440 500 5360 12800 200000 40000 26000 16 120 100 940 980 1560 12200 180000 80000 220000 8 40 360 1000 1020 10200 15800 320000 80000 6000 32 4 260 1200 1100 40 6000 320000 150000 2000 28 8 2 46 360 20 8000 60000 260000 20000 8 40 40 500 40 40 400 26000 220000 20000 21 115 177 688 667 2870 9200 184333 138333 49000 (kg COD/kg R1 64 R2 80 Jumlah Populasi bakteri (sel/ml) Dalam ribuan R3 80 R4 40 R5 120 C 40 Rata-Rata 70

34

Jurnal Studi Pembangunan, Kemasyarakatan & Lingkungan ; Tahun I/1999 No. 3; 25-38

Grafik Hubungan Antara Kenaikan Beban Dengan Pertumbuhan Populasi Bakteri


700000000 600000000 Populasi bakter 500000000 400000000 300000000 200000000 100000000 0 0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7 0.8 0.9

Beban Organik (kg COD/kg biomassa, per hari)

Gambar 5 : Pengaruh beban organik terhadap populasi bakteri

Pembahasan Dari hasil perhitungan di atas antara dengan dimana terjadi dapat dilihat hubungan populasi maksimal organik beban pertumbuhan pertumbuhan pada peningkatan beban

pertumbuhan dengan (

populasi

mikrospesifik

organisme akan bertambah sesuai


maksimum)

pertumbuhan Tetapi

mikroorgan-isme disisi lain bakteri

tersebut.

pertumbuhan

yang terlampau melimpah akan menyebabkan produksi lumpur yang semakin banyak yang perlu penanganan tambahan, sehingga tidak hubungan beban populasi pertumbuhan efektif. antara Dari peningkatan dilihat cukup 35 grafik

populasi

sebesar 0,6 kg COD/kg biomassa per hari. Pertumbuhan populasi bakteri penambahan beban sebesar 0,4 ini sesuai dengan teori meningkat tajam sejak

kg COD/ kg biomassa perhari. Hal yang diungkapkan oleh Monod, dimana

dengan

pertumbuhan yang

dapat

Jurnal Studi Pembangunan, Kemasyarakatan & Lingkungan ; Tahun I/1999 No. 3; 25-38

optimum sebesar

yaitu 0,2

pada

beban 0,4 kg

mengatakan beban yang efektif sebesar 0,2 sampai 0,3 (Metcalf dan Eddy, 1991).

COD/kg biomassa per hari, hal ini

sampai

juga sesuai dengan teori yang

G H b n anA taraPertu b h Bak D g Efisien Pen anC D rafik u u g n m u an teri en an si yisih O 700000000 600000000 500000000 400000000 300000000 200000000 100000000 0 91.11 96.61 98.9 97.5 96.38 96.99 74.26 58.25 Efisien Pen anC D(%) si yisih O

Gambar 6 : Grafik hubungan antara populasi bakteri dengan efisiensi COD

Dari

Populasi Bakteri (sel/m

grafik

hubungan populasi

antara bakteri

pertumbuhan populasi yang terus meningkat. terjadinya bakteri, terjadi penurunan efisiensi akibat penurunan sehingga populasi dapat Setelah beban 0,6

peningkatan terhadap penyisihan

efisiensi COD

peningkatan terlihat

dapat

bahwa efektifitas penyisihan COD di atas 95% terjadi beban diantara 0,1 36 sampai 0,6 dimana

disimpulkan bahwa pertumbuhan populasi mempengaruhi efisiensi

Jurnal Studi Pembangunan, Kemasyarakatan & Lingkungan ; Tahun I/1999 No. 3; 25-38

penyisihan COD. Efisiensi terus meningkat antara 0,1 hingga 0,3, dimana efisiensi penyisihan COD sebesar 98 %. Secara perbandingan populasi bakteri pada beban 0,3 dengan beban 0,6 lebih besar populasi pada beban 0,6, tetapi efisiensi penyisihan COD yang dihasilkan lebih baik pada beban 0,3 kg COD/kg biomassa per hari. Hal ini disebabkan setelah beban biomassa per hari, ada meningkat di atas 0,3 kg COD/kg jenis terbesar terjadi pada beban 0,3

mikroorganisme bang filamen secara yang

yang

berkemjenis

cepat

menyebabkan pemisahan

yaitu

bulking

(masalah

padatan), dimana bakteri jenis ini kurang baik dalam mendegradasi bahan organik. Setelah beban melampaui 0,6 kg COD/kg biomassa per hari, efisiensi penyisihan COD terus menurun hal ini berhubungan dengan penurunan jumlah populasi bakteri akibat peningkatan beban organik sebasar 0,6 tersebut.

G rafik H ubungan Antara B eban D engan E fisiensi Penyisihan CO D


100 90 80 70 60 50 40 30 20 10 0 0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7 0.8

B eban O rganik (kg CO /kg biomassa, per hari) D

37

Jurnal Studi Pembangunan, Kemasyarakatan & Lingkungan ; Tahun I/1999 No. 3; 25-38

Gambar 7 : Grafik hubungan antara beban organik dengan efisiensi penyisihan COD

Dari grafik

peningkatan

beban

beban organik sebesar 0,3 kg COD/ Sedangkan pertumbuhan populasi kg biomassa per hari.

terhadap efisiensi dapat dilihat efisiensi yang baik terjadi pada beban antara 0,1 sampai 0,6 kg COD/kg biomassa per hari. Tetapi bila dibandingkan dengan tingkat pertumbuhan yang paling optimum adalah pada populasi bakteri,

bakteri optimum terjadi pada saat kondisi beban sebesar 0,6 kg COD/kg biomassa per hari. si) antara Terdapat hubungan (korelapeningkatan beban terhadap efisiensi

beban organik sebesar 0,2 sampai 0,4 kg COD/kg biomassa per hari dimana produksi lumpur dapat ditekan sehingga dapat mengurangi biaya pengolahannya. Kesimpulan Hasil penelitian ini membuktikan bahwa sistem lumpur aktif mampu menurunkan beban COD dengan efisiensi yang baik yaitu berkisar antara 91% hingga 98 % pada kondisi beban organik (F/M) sebesar 0,1 hingga 0,6 kg COD/kg biomassa per hari. Efisiensi penyisihan COD optimum sebesar 98 % terjadi pada kondisi 38

organik

penyisihan COD dan pertumbuhan populasi. Demikian pula terdapat hubungan antara efisiensi penyisihan COD dengan jumlah populasi bakteri, dimana semakin banyak akan bakteri semakin maka baik. efisiensi Dapat

disimpulkan pada beban antara 0,2 sampai dengan 0,4 kg COD/ kg biomassa per hari, efisiensi tangki aerator seri sangat baik dengan organisme pertumbuhan optimum mikrodimana

produksi lumpur dapat ditekan.

Jurnal Studi Pembangunan, Kemasyarakatan & Lingkungan ; Tahun I/1999 No. 3; 25-38

Eckelfelder.

Industrial Water Polution Control. Mc-Graw


Hill. USA. 1989.

Daftar Pustaka Anonimus.

Jenkins, David et. al. Manual On

Associations. Japan. 1995. Anonimus.

Japan Industrial Standards Handbook Environmental Technology. Japanese Standarts


Tokyo,

Linvil, G. Rich. Unit Process Of Wiley And Son. New York, Metcalf And Eddy. London. 1963.

Michigan, USA. 1993.

The Causes And Control Of Activited Sludge Bulking And Foaming 2nd Edition. Lewis Publisher.

USA. 1997. Bitton, Gabriel.

HACH DR/2010 Spectrophotometer Handbook.Hach Company. Waste Microbiology.


James G.

Sanitary Engineering. John

Wileyet. al..

Water
Qasim,

Engineering
1991.

Mc-Graw Hill. Singapore. Syed R.

Waste Water 3rd Edition.

Capucino,

Lissinc. Singapore.1994.

Microbiology a Laboratory Manual. Addison-Wesley


USA. 1983. R..

Waste Water Treatment Plant, Planing, Design, And Operation.


University of Texas, USA. 1985.

Publishing Company Inc..

Corbitt,

Handbook Of Environmental Engineering. Mc-Graw Hill.


USA.1987.

Sugiharto. Dasar-Dasar Pengolah-

an Air Limbah. UI Press.


Jakarta.1987.

39

Anda mungkin juga menyukai