Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN PRAKTIKUM

TEKNOLOGI REMEDIASI LINGKUNGAN

“Spiked soil dan Soil washing”

Dosen Pengajar:
Harmin Sulistiyaning Titah, ST, MT, Ph.D.
Asisten Laboratorium:
Aprilia Nurcahyaning Purwati

Disusun oleh:
Vanessa Pramessari NRP.03211840000061
Tarisa Nur Fithriani NRP.03211840000063
Alya Rohadatul ’Aisy NRP.03211840000066
Vika Harmelina NRP.03211840000072
Sabila Nur Amalia NRP.03211840000075

DEPARTEMEN TEKNIK LINGKUNGAN


FAKULTAS TEKNIK SIPIL, PERENCANAAN, DAN KEBUMIAN
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
SURABAYA
2020
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI 1
BAB I Pendahuluan 3
1.1 Tujuan Praktikum 3
1.2 Prinsip Praktikum 3
1.3 Dasar Teori 4
BAB II Metode 6
2.1 Alat dan Bahan 6
2.1.1 Alat Praktikum 6
2.1.2 Bahan Praktikum 6
2.2 Skema Praktikum 1
2.2.1 Spike soil 1
2.2.2. Water holding capacity 1
2.2.3. Soil washing 2
BAB III Pembahasan 1
3.1 Tabel Pengamatan 1
3.2 Pembahasan 5
BAB IV Kesimpulan 8
DAFTAR PUSTAKA 1
JAWABAN PERTANYAAN 1

2
BAB I
Pendahuluan

1.1 Tujuan Praktikum


Tujuan dari praktikum ini adalah membuat sampel tanah tercemar untuk proses soil
washing, mengukur water holding capacity, dan untuk menentukan efisiensi proses soil
washing pada tanah tercemar bahan organik dan pencemar organik.

1.2 Prinsip Praktikum


Water holding capacity adalah kemampuan tanah dalam menahan air. Prinsipnya
adalah menuangkan air degan volume tertentu ke atas tanah hingga tanah mampu
ditembus oleh air. Proses pencucian tanah secara ex situ, yang sering disebut sebagai
soil washing, sebagian besar didasarkan pada teknik pengolahan mineral yang secara
luas digunakan di Eropa Utara dan Amerika untuk meremediasi tanah yang
terkontaminasi. Soil washing adalah proses yang berbasis air untuk menghilangkan
kontaminan atau pencemar pada tanah secara ex situ.
Menurut Pearl (2007), prinsip utama soil washing adalah teknologi remediasi
dengan prinsip pengurangan volume/limbah berdasarkan proses fisik dan atau kimia.
Proses remediasi kontaminan dari dapat dilakukan dengan dua cara berikut:
1. Dengan melarutkan atau menampung tanah tercemar tersebut dalam larutan
pencuci (dengan variasi bahan kimia, pH, dan waktu) atau disebut proses secara
kimiawi. Larutan pencuci yang digunakan adalah larutan asam, alkali, kompleks,
pelarut lain dan surfaktan, tergantung jenis polutan yang akan diremediasi dan
atau,
2. Dengan mengubah tanah tercemar tersebut menjadi partikel yang lebih kecil
melalui ukuran pemisahan partikel, pemisahan gravitasi atau disebut proses
secara fisikal.
Sistem soil washing merupakan metode remediasi tanah terkontaminasi yang dapat
digunakan pada berbagai jenis pencemar seperti logam berat, radionuklida, dan
kontaminan organik. Pencemar di dalam partikel tanah halus dipisahkan dari tanah
tercemar melalui system berbasis air berdasar ukuran partikel. Air cuci dapat ditambah
dengan agen leaching, surfaktan, penyesuaian pH, atau agen chelating untuk
membantu menghilangkan organic dan logam berat. Air cuci setelah digunakan ini
harus diolah untuk menghilangkan kontaminan yang ada misalnya dengan serapan
pada karbon aktif atau pertukaran ion)
(Pearl, 2007).

3
1.3 Dasar Teori
Pencemaran tanah terjadi ketika bahan kimia masuk dan merubah lingkungan tanah
alami. Hal tersebut biasanya terjadi akibat kebocoran limbah cair atau bahan kimia
industri atau fasilitas komersial;penggunaan pestisida; kecelakaan kendaraan
pengangkut minyak, zat kimia atau limbah; air limbah dari tempat penimbunan sampah
serta limbah industri yang langsung dibuang ke tanah yang tidak memenuhi syarat
(illegal dumping). Zat berbahaya dan beracun yang telah mencemari permukaan tanah
akan menguap, tersapu oleh air hujan dan atau masuk ke dalam tanah yang kemudian
mengendap menjadi zat kimia beracun di tanah
(Muslimah, 2015).
Jumlah air yang diperoleh tanah tergantung pada kemampuan tanah menyerap
cepat dan meneruskan air yang diterima dari permukaan tanah ke lapisan tanah di
bawahnya. Kemampuan tanah menahan air dipengaruhi oleh tekstur tanah dan bahan
organik. Tanah bertekstur liat tidak hanya memiliki permukaan yang luas tetapi juga
bermuatan listrik. Muatan listrik memberi sifat pada liat untuk dapat mengikat air maupun
hara tanaman pada permukaannya. Inilah yang menyebabkan liat lebih banyak
menyimpan air. Bahan organic mempunyai peranan yang penting di dalam tanah yaitu
terhadap sifat-sifat tanah. Pengaruhnya sendiri terhadap sifat listrik tanah antara lain
bahan organik dapat mendorong meningkatkan daya mengikat air tanah dan
mempertinggi jumlah air tersedia untuk kebutuhan tanaman.
(Intara, et al., 2011)
Limbah minyak jelantah tersedia cukup banyak yang merupakan sisa dari
pengolahan makanan seperti rumah tangga, restoran, dan industri. Apabila dibuang ke
lingkungan limbah minyak jelantah tersebut akan sangat berdampak bagi lingkungan
seperti adanya lapisan minyak dalam air, menurunnya konsentrasi okseigen terlarut
didalam air, menjadikan pencahayaan matahari kurang maksimal sehingga organisme di
dalam air kekurangan cahaya, pada suhu rendah limbah minyak jelantah akan membeku
sehingga menyumbat saluran pipa, membuat saluran air pembuangan terganggu. Selain
itu apabila masuk ke dalam tanah, minyak jelantah bisa terendap sebagai zat kimia
beracun di tanah. Zat beracun di tanah tersebut dapat mencemari air tanah dan udara di
atasnya.
(Harahap dan Yullia, 2018)
Metode soil washing, dalam prosesnya menggunakan bahan kimia sebagai
pendegradasinya pada kondisi tertentu. Metode ini memiliki efisiensi >90% . Selain itu,
metode Soil washing mampu diterapkan untuk pengolahan tanah terkontaminasi minyak
dalam waktu yang singkat serta mampu mengolah tanah tercemar dengan beban
pengolahan yang besar. Soil washing juga merupakan metode yang ramah lingkungan

4
mulai dari proses awal hingga tanah dikembalikan ke site.
(Doug, et al., 2006)
Soil washing akan lebih tepat jika digunakan untuk tanah yang memiliki konduktivitas
hidrolis (konstanta permeabilitas) tinggi, seperti pasir (sand) dan krikil (gravel).
Kondiktivitas hidrolis yang diharapkan setidaknya 10-5 cm/s dan lebih baik lagi jika
berada lebih dari 10-3 cm/s. Kandungan silt dan clay yang tinggi dapat menurunkan
efisiensi penyisihan hidrokarbon oleh pelarut. Pelarut/ larutan surfaktan mungkin tidak
akan menyisihkan seluruh kontaminan yang terikat di dalam gumpalan tanah dengan
sempurna tetapi setidaknya dapat mengurangi
(Doug, et al., 2006)

Sampel tanah (5 gr) dimasukkan pada 50 mL tabung centrifuge dimana 25 mL


larutan soil washing yang berbeda konsentrasi ditambahkan. Tanah dan larutan pencuci
diaduk seluruhnya. Keudian, tabung centrifuge diguncang pada mesin pengguncang
selama 3 jam dengan kecepatan 180 rpm dan suhu 35 C dan dicentrifuge selama 15
menit pada kecepatan 4000 rpm. Supernatan dibuang, dan sampel tanah diambil untuk
analisis lebih lanjut.
(Wang et al., 2020).

5
BAB II
Metode

2.1 Alat dan Bahan


2.1.1 Alat Praktikum
Berikut ini merupakan alat yang digunakan untuk melakukan praktikum “Spike
soil dan Soil Washing”:
▪ Pipet
▪ Tabung reaksi
▪ Wadah untuk tanah
▪ Corong plastik
▪ Timbangan digital
▪ Gelas kaca bening

2.1.2 Bahan Praktikum


Berikut ini merupakan bahan yang digunakan untuk melakukan praktikum
“Spike soil dan Soil washing”:
▪ Tanah 1 kg
▪ Minyak jelantah
▪ Air

6
2.2 Skema Praktikum
2.2.1 Spike soil
Tanah Tidak Tercemar

1. Ditimbang tanah seberat 1 kg kemudian


diletakkan ke dalam wadah.

Minyak Jelantah
2. Dimasukkan ke dalam wadah plastic berisi 1 kg
tanah sebanyak 3.5 ml dengan menggunakan
pipet
3. Diaduk rata hingga homogen

2.2.2. Water holding capacity

Spiked soil

1. Ditimbang seberat 100 gram


2. Dimasukkan ke dalam corong plastik lalu
dimampatkan secukupnya

Air
3. Dituangkan sebanyak 25 ml ke dalam corong
berisi spiked soil
4. Ditunggu hingga air menetes keluar dari bawah
corong
5. Dituangkan Kembali settiap 1ml sampai air
menetes, apabila air tidak kunjung menetes
melalui bawah corong.
6. Dihitung nilai water holding capacity dari tanah
tersebut apabila sudah muncl tetesan air.

2.2.3. Soil washing


Percobaan soil washing

1
Tanah Tercemar
1. Ditimbang 15 gram tanah tercemar menggunakan
neraca analitik
2. Diletakkan pada botol Erlenmeyer 500 ml sebagai
reaktor soil washing
3. Diambil 5 gram sampel tanah tercemar sebelum
diproses dengan air pencuci atau air pembilas
sebagai perlakuan jam ke 0
Air Pencuci/Pembilas
4. Ditambahkan air pencuci dengan bahan kimia
yang sesuai dengan peruntukannya pada sisa
sampel tanah 10 gram pada labu Erlenmeyer
sebanyak 250 ml (Pencemar organik
ditambahkan pelarut n-heksana , pencemar
anorganik ditambahkan pelarut HNO3
5. Ditutup bagian atas Erlenmeyer dengan
aluminium foil

Sampel
6. Meletakkan erlenmeyer berisi sampel kdiatas
shaker dan digoncang dengan kecepatan 150
rpm selama 6 jam atau waktu dapat disesuaikan
7. Dilakukan penyaringan dengan vaccum filter dan
penyaringan secara manual

Hasil

Ekstraksi Pencemar Organik

Sampel Tanah Organik


1. Diambil sampel tanah sebanyak 5 gram pada
sampel jam ke 0 dan 6 setelah proses soil
washing
2. Dimasukkan sampel tanah kedalam botol
schoot ukuran 100 ml
Na2SO4

2
3. Ditambahkan sodium sulfat (Na2SO4)
sebanyak 10 ml

Diklorometan (DCM)
4. Ditambahkan diklorometan sebagai pelarut
sebanyak 50 ml

Sampel Terlarut
5. Dimasukkan botol schoot berisi sampel terlarut
kedalam Ultrasonic Cleaner selama 30 menit
dengan temperature 50°C
6. Filter sampel dan supernatan diletakkan di botol
vial berukuran 10 ml
7. Diletakkan botol vial dalam lemari asam selama
3-4 hari
Hasil

Ekstraksi Pencemar Anorganik

Sampel Tanah Anorganik

1. Dipindahkan sampel tanah sebanyak 5 gram


pada sampel jam ke 0 dan 6 jam setelah proses
soil washing ke dalam botol pengekstrakan

0.05 mol/L EDTNa2

2. Ditambahkan 50 ml larutan 0,05 mol/L EDTNa2

Sampel Terlarut
3. Digoncang campuran tersebut dengan rotator
pada 30 rpm selama 1 jam pada suhu ruangan
4. Disentrifuse sampel tersebut selama 10 menit
pada 3000 rpm

3
5. Difilter menggunakan kertas filter
6. Disimpan supernatant dalam botol plastik lalu
dimasukkan kedalam lemari pendingin hingga
waktu analisis

Hasil

4
BAB III
Pembahasan

3.1 Tabel Pengamatan


Berikut ini merupakan tabel hasil pengamatan yang dilakukan untuk pembuatan
spike soil dan menghitung nilai water holding capacity:
Tabel 1. Pembuatan Spiked soil
No Perlakuan Hasil Pengamatan Gambar
1 Mengambil sampel tanah tidak Sifat fisik sampel
tercemar. tanah tidak tercemar:
- Berupa butiran
padat
- Bersuhu
ruangan
- Berwarna coklat
kehitaman
2 Sampel tanah tidak tercemar Sifat fisik wadah:
ditimbang sebanyak 1 kg - Terbuat dari
menggunakan timbangan. Kemudian plastic
dimasukkan ke dalam wadah. - Benda padat

Timbangan terbaca:
1 kg

1
No Perlakuan Hasil Pengamatan Gambar
3 Diambil sampel pencemar organic Sifat fisik minyak
yaitu minyak jelantah sebanyak 3,5 jelantah:
mL dengan menggunakan pipet. - Berwarna
(Takaran: 1 mL = 20 Tetes) kuning
kecoklatan
- Berbau apek
- Bersuhu
ruangan
- Sedikit kental
4 Minyak jelantah yang telah diukur Sifat fisik bahan
sebanyak 3,5 mL tadi dimasukkan ke pada saat proses
dalam wadah plastic yang berisi pencampuran:
sampel tanah tidak tercemar yang Daerah tertentu dari
telah ditimbang sebanyak 1 kg. tanah sedikit basah,
karena terkena
dituangkan minyak
jelantah.

5 Setelah minyak jelantah tersebut Sifat fisik bahan yang


dituangkan ke dalam wadah plastic telah dihomogenkan:
berisikan tanah 1 kg, kemudian Tidak ada perubahan
bahan yang telah terdapat di dalam fisik yang terlihat.
wadah tersebut diaduk hingga
tercampur secara merata (homogen)

2
Tabel 2. Percobaan Water holding capacity
No Perlakuan Hasil Pengamatan Gambar
1 Mengambil sampel tanah yang telah Sifat fisik spiked soil:
diberi pencemar pada percobaan - Bersuhu
pembuatan spiked soil. ruangan
- Berwarna coklat
kehitaman

2 Diambil beberapa sampel spiked soil Timbangan terbaca:


untuk ditimbang hingga sebanyak 100 gram
100 gram.

3 Sebanyak 100 gram spiked soil yang Sifat fisik spiked soil:
telah ditimbang tadi, dimasukkan ke - Bersuhu
dalam corong plastic, kemudian ruangan
dipadatkan. - Berwarna coklat
kehitaman

Sifat fisik spiked soil


yang telah
dipadatkan:
Spiked soil menjadi
lebih liat dan padat

3
No Perlakuan Hasil Pengamatan Gambar

4 Air sebanyak 25 mL disiapkan di Sifat fisik air:


dalam beberapa tabung reaksi. - Berupa cairan
(Takaran: 20 mL menggunakan gelas - Bening
ukur + 5 mL menggunakan pipet - Tidak berwarna
dengan 1 mL = 20 tetes). - Tidak berbau
- Bersuhu
ruangan

5 Air sebanyak 25 mL pertama Sifat fisik campuran


dituangkan ke dalam corong plastic spike soil dengan air:
yang berisi 100 gram spike soil yang - Bersuhu
telah dipadatkan. ruangan
- Spiked soil
basah terkena
air yang telah
dituangkan
- Tidak berbau
- Berwarna lebih
gelap dari spike
soil yang tidak
ditambahkan air
6. Setelah air sebanyak 25 mL pertama Pada menit ke-5:
dituangkan ke dalam corong plastic Belum ada air yang
berisi spike soil yang telah menetes dari corong
dipadatkan, ditunggu beberapa saat
untuk diamati tetesan airnya.

4
No Perlakuan Hasil Pengamatan Gambar

7. Ditambahkan sebanyak 1 mL air,


dengan menggunakan pipet (1 mL
sebanyak 10 tetes), kemudian
diamati.

8. Terdapat air yang menetes melalui WHC = 26 mL/100


ujung corong plastic setelah gram
ditambahkan 1 mL air.

3.2 Pembahasan
Praktikum status lingkungan tercemar dilakukan pada hari Sabtu, 26 Desember
2020di rumah praktikan masing-masing. Tujuan dari praktikum ini adalah membuat
sampel tanah tercemar untuk proses soil washing serta mengetahui nilai water holding
capacity dan untuk menentukan efisiensi proses soil washing pada tanah tercemar
bahan organik dan pencemar organik.
Adapun prinsip dari praktikum Water holding capacity adalah kemampuan tanah
dalam menahan air. Prinsipnya adalah menuangkan air degan volume tertentu ke atas
tanah hingga tanah mampu ditembus oleh air. Soil washing adalah teknologi remediasi
dengan prinsip pengurangan volume/limbah berdasarkan proses fisik dan atau kimia.
Proses remediasi kontaminan dari dapat dilakukan dengan dua cara yaitu dengan
melarutkan atau menampung tanah tercemar tersebut dalam larutan pencuci (dengan
variasi bahan kimia, pH, dan waktu) atau dengan mengubah tanah tercemar tersebut

5
menjadi partikel yang lebih kecil melalui ukuran pemisahan partikel. Alat dan bahan yang
digunakan pada praktikum ini adalah tanah, minyak jelantah, air, pipet, wadah untuk
tanah, corong plastic, timbangan digital, gelas kaca bening.
Pada praktikum ini dibagi menjadi tiga bagian yaitu spike soil, water holding capacity
dan soil washing. Dalam percobaan spike soil, langkah pertama yang dilakukan adalah
menimbang tanah tidak tercemar seberat 1 kg kemudian tanah tersebut diletakkan ke
dalam wadah. Selanjutnya memasukkan zat pencemar organik berupa minyak jelantah
sebanyak 3.5 ml ke dalam tanah. Menurut Kusnadi, 2018 limbah minyak jelantah
tersebut akan sangat berdampak bagi lingkungan seperti adanya lapisan minyak dalam
air, menurunnya konsentrasi oksigen terlarut didalam air, menjadikan pencahayaan
matahari kurang maksimal sehingga organisme di dalam air kekurangan cahaya.
Kemudian tanah diaduk rata agar homogen.
Percobaan kedua adalah water holding capacity. Menurut Intara, et al., 2011
kemampuan tanah menahan air dipengaruhi oleh tekstur tanah dan bahan organik.
Tanah bertekstur liat tidak hanya memiliki permukaan yang luas tetapi juga bermuatan
listrik. Muatan listrik memberi sifat pada liat untuk dapat mengikat air maupun hara
tanaman pada permukaannya. Langkah pertama yaitu menimbang spiked soil seberat
100 gr. Selanjutnya tanah dimasukkan ke corong plastik dan dimampatkan dengan cara
ditekan-tekan. Tujuannya adalah untuk memberikan gambaran dari tingkat porositas
tanah sampel. Berikutnya adalah menuangkan air sebanyak 25 ml ke bagian atas
corong dan menunggu sampai air menetes melalui bagian bawah corong. Pada
percobaan ini setelah 5 menit belum ada air yang menetes sehingga ditambahkan 1 ml
air kemudian air mulai menetes melalui bawah corong. Langkah terakhir adalah
mengukur nilai water holding capacity, yaitu sebesar 26 mL/100 gram. Hasil ini
didapatkan dari jumlah mL air yang dituangkan ke tanah hingga muncul tetesan
pertama.
Percobaan ketiga adalah soil washing. Dalam percobaan soil washing dibagi menjadi
tiga proses. Yang pertama adalah percobaan secara batch. Langkah pertama
menyiapkan model alat soil washing yang akan digunakan dengan rasio tanah dengan
air pencuci atau air pembilas adalah 1:25 dengan penjelasan 1 gram tanah : 25 mL air
pembilas. Setelah itu menimbang tanah dengan pencemar organik. Lalu, meletakkan 15
g tanah tercemar dalam reaktor soil washing yang berupa erlenmeyer berukuran 500
mL. Selanjutnya mengambil sampel tanah tercemar sebanyak 5 gr sebelum
menambahkan air pencuci sebagai perlakuan jam ke-0. Tanah tercemar dalam
Erlenmeyer tersisa 10 gr. Kemudian menambahkan air pencuci dengan bahan kimia
yang sesuai dengan peruntukkannya sebanyak 250 mL. Untuk remediasi bahan
pencemar organik maka air pencuci ditambahkan pelarut berupa n-heksana, sedangkan

6
bagi remediasi bahan pencemar anorganik ditambahkan larutan HNO 3. Lalu, menutup
erlenmeyer dengan aluminium foil dan melakukan proses soil washing dengan
meletakkan erlenmeyer diatas shaker dengan kecepatan 150 rpm selama 6 jam atau
dapat disesuaikan. Selanjutnya melakukan penyaringan sampel dengan vacuum filter
dan penyaringan manual. Mengambil sampel tanah dan bekas air pencuci pada waktu
setelah proses, dan mengekstrasi bahan pencemar sesuai dengan jenis pencemarnya.
Bagian kedua adalah ekstraksi pencemar organic. Proses ekstraksi pencemar
organik dalam media tanah menggunakan metode ekstraksi pelarut dengan alat
ultrasonic. Langkah pertama mengambil sampel tanah sebanyak 5 gr pada sampel jam
ke-0 dan 6 jam setelah proses soil washing selesai. Kemudian memasukkan sampel
tanah dalam botol schoot ukuran 100 mL dan menambahkan sodium sulfat (Na2SO4)
sebanyak 10 mL serta diklorometan (DCM) sebagai pelarut sebanyak 50 mL. Setelah itu
memasukkan botol schoot yang berisi sampel dan pelarut ke dalam ultrasonic cleaner
selama 30 menit dengan temperatur 50 C. Filter sampel dan supernatan diletakkan di
botol vial berukuran 10 mL. Terakhir, meletakkan botol vial tersebut dalam lemari asam
selama 3-4 hari untuk proses evaporasi alamiah dengan tujuan menghilangkan air dan
DCM yang mungkin masih ada.
Bagian ketiga adalah ekstraksi pencemar anorganik. Dalam praktikum ini, ekstrak
pencemar anorganik logam berat dalam media tanah menggunakan metode ekstraksi
EDTA. Langkah pertama adalah memindahkan sampel tanah sebanyak 5 gr jam ke-0
dan 6 jam setelah proses soil washing selesai ke dalam botol pengekstrakan.
Menambahkan larutan 0,05 mol/L EDTANa2 sebanyak 50 mL. Selanjutnya menggoncang
campuran tersebut dengan rotator dengan kecepatan 30 rpm selama 1 jam pada suhu
ruang. Pengekstrakan harus dipisahkan dengan segera. Sampel disentrifuse selama 10
menit pada 3000 rpm. Berikutnya dilakukan filter dengan kertas filter. Menyimpan
supernatan dalam botol plastik. Hasil filtrasi disimpan dalam botol plastik dan disimpan di
dalam lemari pendingin hingga waktu analisis. Analisis konsentrasi logam berat yang
bersifat bioavailable atau bioketersediaan dalam larutan ekstrak menggunakan AAS atau
ICP.
BAB IV
Kesimpulan
Pada praktikum spike soil dan water holding capacity dapat diambil kesimpulan
bahwa tanah yang sudah tercemar dengan minyak jelantah (spiked soil) memiliki nilai water
holding capacity sebesar 26 mL/100 gram yang artinya setiap 100 gram tanah tersebut
dapat menahan air sebanyak 26 mL.
Terdapat 2 tahapan pada praktikum soil washing ini. Tahapan pertama proses soil
washing itu sendiri secara batch yang mana tanah tercemar dicuci oleh air pencuci berupa

7
larutan pencuci (dalam praktikum ini digunakan asam nitrat sebagai air pencuci untuk
pencemar anorganik, dan pelarut n-heksana untuk pencemar organik) yang kemudian
dilakukan proses shaker dan penyaringan. Tahapan terakhir ialah dengan mengekstrak
tanah tercemar yang sudah dicuci dengan menggunakan larutan EDTA dan dilakukan
proses penyaringan serta dilakukan uji AAS. Dari serangkaian proses praktikum yang
dijalani, dapat disimpulkan bahwa proses soil washing pada tanah tercemar dinilai sangat
efektif dalam menyisihkan pencemar. Selain itu, Metode ini juga sering sekali digunakan
pada industri-industri yang melibatkan logam berat pada proses produksinya. Selain karena
biaya yang terjangkau dan efisiensi tinggi, metode ini juga terbilang mudah dalam prosesnya
karena hanya perlu mencampurkan air pencuci dan bahan kimia yang sesuai dengan
peruntukkannya

8
DAFTAR PUSTAKA

Harahap dan Yullia, 2018. Potensi Pemanfaatan Limbah Minyak Jelantah Kota Banda Aceh
Sebagai Sumber Energi Alternatif (Biodesel). Elkawnie: Journal of Islamic Science
and Technology, 4(2).

Indriati dan Effendi, 2015. Remediasi tumpahan minyak menggunakan metode. Jurnal
Teknik Lingkungan, 21(2), p. 10.

Intara, et al., 2011. Pengaruh pemberian bahan organik pada tanah liat dan lempung berliat
terhadap kemampuan mengikat air. Jurnal IlmuPertanian Indonesia,16(2), pp. 130
-135.

Muslimah, 2015. Dampak Pencemaran Tanah dan Langkah Pencegahan. Jurnal Penelitian
AGRISAMUDRA, 2(1).

Wang, et al., 2020. Effect of soil washing on heavy metal removal and soil quality: A.
Ecotoxicology and Environmental Safety, p. 10.

1
JAWABAN PERTANYAAN
1. Jelaskan keuntungan dan kelemahan metode soil washing untuk meremediasi tanah
tercemar
keuntungan soil washing
 mudah diaplikasikan di lokasi langsung
 waktunya lebih singkat dibanding metode bioremediasi
 dapat mengurangi volume tanah dan kandungan kontaminannya yang selanjutnya
tanah dapat diolah dengan teknik remediasi lainnya.
 Logam yang teradsorpsi ke partikel tanah dapat diobati
 Umumnya penghapusan efisiensi polutan adalah antara 60-90%
kelemahan
 biaya mahal utk memulihkan tanah yg tercemar
 sulitnya metode ini apabila diterapkan secara in situ dikarenakan faktor scale up dari
skala laboratorium dan pilot ke skala lapangan
 metode ini tidak cocok untuk tanah dengan konten liat tinggi
 membutuhkan ruang yang cukup besar untuk peralatan

2. Apa perbedaaan antara soil washing dan soil flushing?


Soil Flushing:
- Diaplikasikan secara insitu
- Menggunakan metode fisik-kimia untuk tanah tercemar
- Dalam prosesnya melarutkan kontaminan dalam air selanjutnya dilakukan proses
- Diterapkan untuk VOC, SVOC, Bahan bakar & pestisida
- Biaya lebih murah dibandingkan dengan soil washing
- Untuk metode ini didasarkan pada permeabilitas tanah & kedalaman air
Soil washing
- Diaplikasikan secara ex situ
- Menggunakan metode fisik-kimia untuk tanah tercemar
- Dalam prosesnya mengekskavasi tanah yang tercemar lalu diproses
- Diterapkan untuk VOC, SVOC, bahan bakar, logam berat, dan pestisida tertentu
- bIaya lebih mahal dibandingkan dengan soil flushing
- Untuk metode ini didasarkan pada ukuran & bentuk partikel tanah, kadar air, dan
lama waktu tanah terkontaminasi

Anda mungkin juga menyukai