Anda di halaman 1dari 20

TEKNOLOGI PENGENDALIAN PENCEMAR PARTIKULAT

Karya Tulis Ilmiah Ini Dibuat Guna Memenuhi Salah Satu Tugas Mata
Kuliah Pengendalian Pencemaran Udara

DISUSUN OLEH :

Kelompok 4
Suci Amelia 1810941016
Vitrya Qurratu Ayuni Khanh 1810941020
Andiani Herlina 1810941022
Meuthia Melliaroza 1810941028
Suci Keiva Mulyana 1810941934
Huwaid Azijah N 1810942005
Nurul Hanifah 1810942015
Tiffany Azhra Amanda 1810942024
Shinta Cyntiana Hendri 1810943005
Ratri Aliffa 1810943007
Bunga Rifania 1810943012
Hillary Citra Aribah 1810943015
Salsa Bhilla Nadifa 1810943017

Pengendalian Pencemaran Udara Kelas A

DOSEN PEMBIMBING :
Dr. Ir. Fadjar Goembira, S.T., M.Sc.

JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS ANDALAS
2020
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT yang telah memberikan
rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah
ini dengan judul Teknologi Pengendalian Pencemar Partikulat. Karya tulis ilmiah
ini disusun dalam rangka memenuhi salah satu tugas mata kuliah Pengendalian
Pencemar Udara. Dalam menyusun karya tulis ilmiah ini Penulis memperoleh
bantuan serta bimbingan dari beberapa pihak. Oleh karena itu Penulis ingin
menyampaikan terimakasih kepada Dr. Ir. Fadjar Goembira, S.T., M.Sc., selaku
dosen pembimbing dan pihak lain yang telah membantu.

Penulis menyadari tidak ada manusia yang sempurna, begitu juga dalam
pembuatan karya tulis ilmiah ini. Apabila nantinya terdapat kekurangan dan
kesalahan dalam penulisan karya tulis ilmah ini, penulis berharap kepada seluruh
pihak agar dapat memberikan kritik dan saran.

Akhir kata, semoga karya tulis ilmiah ini dapat memberikan manfaat bagi kita
semua.

Padang, 24 Agustus 2020

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ................................................................................................ i

KATA PENGANTAR ............................................................................................ ii

DAFTAR ISI .........................................................................................................iii

DAFTAR GAMBAR ............................................................................................. iv

BAB I PENDAHULUAN........................................................................................ 1

1.1 Latar Belakang ...................................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah ................................................................................. 2

1.3 Batasan Masalah ................................................................................... 2

1.4 Tujuan Penelitian ................................................................................... 2

1.5 Manfaat Penelitian ................................................................................. 2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................................... 3

2.1 Gravity Settlers ...................................................................................... 3

2.2 Cyclone (Centrifugal Separators) ........................................................... 4

2.3 Electrostatic Precipitators (ESP) ............................................................ 7

2.4 Baghouse/ Fabric Filter.......................................................................... 9

2.5 Wet Scrubber....................................................................................... 13

BAB III PENUTUP ............................................................................................. 15

3.1 Simpulan ............................................................................................. 15

3.2 Saran ................................................................................................... 15

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 16

iii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2. 1 Gravity Settling Chamber ................................................................ 3


Gambar 2. 2 Prinsip Kerja Cyclone Separator ..................................................... 5
Gambar 2. 3 Hubungan Diameter Partikel Debu terhadap Efisiensi Pemisahan
pada Cyclone....................................................................................................... 5
Gambar 2. 4 Partikel pada Plat ............................................................................ 7
Gambar 2. 5 Ash Hopper ..................................................................................... 8
Gambar 2. 6 Bagian Lengkap ESP ...................................................................... 8
Gambar 2. 7 Fabric Filter ................................................................................... 11
Gambar 2. 8 Interior dan Exterior Filtration ........................................................ 12
Gambar 2. 9 Packed-Bed Wet Scrbber .............................................................. 13
Gambar 2. 10 Bagian-Bagian Wet Scrubber ...................................................... 14

iv
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pencemaran udara adalah masuk atau dimasukkannya makhluk hidup, zat,


energi dan/atau komponen lain ke udara. Pencemaran udara juga dapat diartikan
sebagai berubahnya tatanan udara oleh kegiatan manusia atau oleh proses alam
sehingga kualitas udara turun sampai ke tingkat tertentu. Pencemaran udara
menyebabkan kualitas udara menjadi kurang atau tidak dapat berfungsi lagi
sesuai dengan peruntukkannya. Sumber pencemar adalah setiap usaha dan/atau
kegiatan yang mengeluarkan bahan pencemar ke udara yang menyebabkan
udara tidak dapat berfungsi seBagaimana mestinya (Peraturan Pemerintah
Nomor 41, 1999).

Pencemaran udara dapat disebabkan oleh berbagai zat diantaranya partikulat.


Sumber partikel atau partikulat sangat bervariasi. Mereka dapat dipancarkan
langsung ke udara dari sumber stasioner, seperti pabrik, pembangkit listrik, dan
pembakaran terbuka, ataupun dari kendaraan yang bergerak. Partikel juga dapat
terbentuk dari gas yang sebelumnya dipancarkan, seperti ketika gas yang
dilepaskan dari bahan bakar terbakar bereaksi dengan sinar matahari dan uap
air. Produksi umum "partikel sekunder" tersebut terjadi ketika gas mengalami
reaksi kimia di atmosfer yang melibatkan O2 dan uap air (H2O). Fotokimia dapat
menjadi langkah penting dalam pembentukan partikel sekunder. Fotokimia juga
menimbulkan adanya gas pencemar udara seperti sulfur dioksida (SO2), nitrogen
oksida (NOx), dan gas organik yang dipancarkan oleh sumber antropogenik dan
alami (Vallero, 2008).

Keberadaan partikulat di udara dapat mereduksi radiasi matahari dan


meningkatkan kemungkinan presipitasi. Jumlah dan jenis radiasi sinar matahari
yang dapat mencapai permukaan bumi dipengaruhi oleh penyebaran dan sifat
absorbs partikulat yang terdapat di atmosfer. Penurunan visibilitas merupakan
salah satu dampak yang langsung dirasakan ketika terjadi pencemaran oleh
partikulat. Penurunan visibilitas bisa jadi berbahaya, misalnya ketika
mengendarai kendaraan (Af'idah, 2019). Pengaruh partikel debu bentuk padat
maupun cair yang berada di udara tergantung kepada ukurannya. Ukuran partikel
debu yang membahayakan kesehatan umumnya berkisar antara 0,1 mikron

1
sampai dengan 10 mikron. Pada umumnya ukuran partikel debu sekitar 5 mikron
merupakan partikel udara yang dapat langsung masuk kedalam paru-paru dan
mengendap di alveoli. Ukuran partikel yang lebih besar dari 5 mikron dapat
mengganggu saluran pernafasan bagian atas dan menyebabkan iritasi. Keadaan
ini akan lebih bertambah parah apabila terjadi reaksi sinergistik dengan gas SO2
yang terdapat di udara juga (Purigawati, 2010).

Partikulat memiliki dampak yang buruk baik terhadap kesehatan mau pun
lingkungan. Oleh karena itu diperlukan pengendalian dan pencegahan terhadap
masalah yang disebabkan oleh partikulat. Pengendalian pencemaran partikulat
akan dibahas secara teori dalam makalah ini.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang, rumusan masalah terdiri atas alat-alat pengendalian


pencemaran udara diantaranya:
1) Gravity Settlers
2) Cyclone
3) Electrostatic Precipirator
4) Baghouse atau Fabric Filter
5) Wet Scrubber

1.3 Batasan Masalah

Berdasarkan identifikasi rumusan masalah, batasan masalah penelitian ini


adalah menganilisis teknologi pengendalian partikulat secara teoritis.

1.4 Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah, tujuan penelitian adalah untuk menganalisis


teknologi pengendalian partikulat.

1.5 Manfaat Penelitian

Berdasarkan tujuan penulisan, maka manfaat yang dapat diperoleh adalah


sebagai berikut.
1. Sebagai bahan pembelajaran bagi mahasiswa untuk menambah
wawasan
2. Sebagai pengetahuan umum bagi masyarakat untuk lebih memahami
pengendalian partikulat.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Gravity Settlers

Gravity Settlers adalah alat pengendali partikulat pertama yang sering dipakai
untuk menurunkan emisi debu. Saat ini sudah jarang dipakai karena tingkat
efisiensinya yang rendah untuk patikel berukuran kecil. Prinsip penyisihan
partikulat dalam Gravity Settler, yaitu gas yang mengandung partikulat dialirkan
melalui suatu ruang (chamber) dengan kecepatan rendah sehingga memberikan
waktu yang cukup bagi partikulat untuk mengendap secara gravitasi ke bagian
pengumpul debu (dust collecting hoppers).

Gambar 2. 1 Gravity Settling Chamber

Jenis Gravity Settler


1. Settling chamber sederhana, terdiri dari box panjang yang dilengkapi inlet
dan outlet. Gas yang mengandung partikel masuk melalui inlet , partikel
berukuran besar akan mengendap secara gravitasi
2. Howard settling chamber, terdiri dari beberapa plat tipis yang dipasang
secara horisontal untuk mengurangi volume udara yang berlebihan untuk
pengendapan partikel

Kelebihan
1. Desain alat sederhana, mudah untuk dibuat konstruksinya
2. Pemeliharaan yang mudah dan biaya pemeliharaan sangat rendah

3
Kekurangan
1. Ukurannya besar, memerlukan lahan yang luas
2. Harus dibersihkan secara manual dalam interval waktu tertentu
3. Hanya dapat menyisihkan partikel berukuran besar (10-50μm)

2.2 Cyclone (Centrifugal Separators)

Cyclone Separator adalah unit operasi dust collector yang menggunakan prinsip
kerja gaya sentrifugal digunakan untuk memisahkan gas dan material/debu yang
terbawa dalam aliran. Cyclone Separator lebih efisien jika bekerja pada tekanan
rendah.

Cyclone atau centrifugal separator terdiri dari 3 bagian yaitu:

1. Badan berbentuk silinder vertikal dengan bagian bawah berbentuk corong


(conical),
2. Pipa inlet tangensial gas/fluida,
3. Pipa outlet pada bagian bawah untuk mengeluarkan partikulat hasil
pemisahan, dan pipa outletgas pada bagian atas untuk mengalirkan gas
bersih.

Prinsip aliran pada Cyclone Separator ini ditunjukkan pada Gambar 2.2. Bentuk
kerucut Cyclone menginduksikan aliran gas atau fluida untuk berputar,
menciptakan vortex, sehingga material padatan akan terpisah ke dasar kerucut,
sedangkan udara bersih akan kembali mengalir ke atas melalui pusat Cyclone.
Efektifitas pemisahan pada Cyclone sangat dipengaruhi oleh massa jenis dan
ukuran partikel yang terbawa dalam aliran fluida. Gaya sentrifugal timbul saat
partikulat di dalam udara masuk ke puncak kolektor silindris pada suatu sudut
dan diputar dengan cepat mengarah ke bawah seperti pusaran air. Aliran udara
mengalir secara melingkar dan partikulat yang lebih berat mengarah ke bawah
setelah menabrak ke dinding Cyclone, dan meluncur ke bawah ke ujung corong
conical yang disebut dengan dust hopper.

4
Gambar 2. 2 Prinsip Kerja Cyclone Separator

Cyclone separator sangat cocok untuk memisahkan material yang terbawa oleh
aliran gas, dengan diameter material < 10 mikron. Hubungan efisiensi Cyclone
dengan ukuran partikel debu dapat dilihat pada Gambar 2.3.

Gambar 2. 3 Hubungan Diameter Partikel Debu


terhadap Efisiensi Pemisahan pada Cyclone

Berdasarkan Hukum Stokes, efisiensi pemisahan partikel padatan pada Cyclone


Separator tergantung pada beberapa parameter, antara lain adalah:
1. Ukuran partikel. Semakin besar ukuran partikel, maka efisiensi Cyclone
akan semakin meningkat karena diameter partikel berbanding lurus
dengan terminal settling velocity (kecepatan partikel berhenti bergerak)

5
2. Diamater Cyclone. Diameter Cyclone berbanding terbalik dengan gaya
sentrifugal, sehingga semakin kecil diameter Cyclone maka semakin
besar efisiensinya. Apabila laju fluida gas sangat besar, bukan diameter
Cyclone yang diperbesar tetapi jumlah Cyclone yang diperbanyak secara
paralel. Dengan membagi aliran utama menjadi beberapa aliran, dan
pada setiap aliran dipasang Cyclone Separator dengan diameter yang
kecil (optimal) maka akan didapatkan efisiensi pemisahan yang lebih
besar. Hal ini jauh lebih efisien dibandingkan memasang sebuah
Cycloneberdiameter besar pada satu aliran masuk.
3. Viskositas gas. Semakin besar viskositas gas yang mengalir pada inlet
Cyclone maka efisiensi Cyclone semakin kecil.
4. Densitas partikel. Semakin besar densitas partikel maka akan semakin
besar efisiensi Cyclone. Partikel dengan densitas yang besar akan mudah
jatuh karena adanya gravitasi bumi.
5. Dust loading (jumlah partikel debu dalam gas). Semakin banyak dust
loading maka akan semakin baik efisiensi karena kemungkinan terjadinya
tumbukan antar partikel semakin besar.
6. Inlet velocity (kecepatan masuk gas), Semakin besar inlet velocity maka
akan semakin besar efisiensi Cyclone, karena memudahkan partikel yang
terbawa bertumbukan dengan dinding Cyclone sehingga debu mudah
masuk ke dalam dust hopper.

Kelebihan

1. Capital cost yang rendah


2. Dapat dioperasikan pada temperatur tinggi
3. Pemeliharaan yang mudah

Kekurangan

1. Efisiensi rendah (terutama untuk partikel yang sangat kecil), oleh karena
itu, sering dipakai sebagai unit pengolahan pendahuluan, dan
multicyclones digunakan untuk meningkatkan efisiensi
2. Biaya operasi tinggi karena tingginya pressure drop.

6
2.3 Electrostatic Precipitators (ESP)

Electrostatic Precipitator (ESP) adalah alat pengendali pencemar partikulat yang


didasari pada konsep presipitasi akibat gaya elektrostatik. Sangat efektif sebagai
pengendali partikulat yang berukuran <10 mikron.

Cara kerja dari Electrostatic Precipitator (ESP) adalah

1. Melewatkan gas buang (flue gas) melalui suatu medan listrik yang
terbentuk antara discharge electrode dengan collector plate, flue gas
yang mengandung butiran debu pada awalnya bermuatan netral dan
pada saat melewati medan listrik, partikel debu tersebut akan terionisasi
sehingga partikel debu tersebut menjadi bermuatan negatif (-).
2. Partikel debu yang sekarang bermuatan negatif (-) kemudian menempel
pada pelat-pelat pengumpul (collector plate).

Gambar 2. 4 Partikel pada Plat

3. Debu yang dikumpulkan di collector plate dipindahkan kembali secara


periodik dari collector plate melalui suatu getaran (rapping). Debu ini
kemudian jatuh ke bak penampung (ash hopper)

7
Gambar 2. 5 Ash Hopper

4. Ditransport (dipindahkan) ke flyash silo dengan cara di vakum atau


dihembuskan.

Bagian-bagian dari Electristatic Precipitator dapat dilihat pada gambar berikut,

Gambar 2. 6 Bagian Lengkap ESP

8
Jenis

1. High Voltage Single-Stage, paling sering digunakan untuk jenis partikulat


cair maupun padat seperti industri smelter, steel furnace, semen,
incinerator.
2. Low Voltage Two-Stage, sering digunakan untuk jenis partikulat cair
seperti emisi industri pengasapan daging, mesin pelapis pipa, mesin
grinding

Kelebihan

1. Efisiensi penyisihan partikel sangat tinggi


2. Mampu menyisihkan partikel berukuran kecil
3. Dapat menangani debit aliran gas besar dengan kehilangan tekan yang
rendah. Kehilangan tekanan sekitar 2,458 x10^-3 atm
4. Dapat digunakan untuk pengumpul sistem kering bagi materi yang
bernilai, atau pengumpul sistem basah untuk fumedan mist, dapat
didesain aliran gas dengan temperatur cukup tinggi
5. Biaya operasi rendah, kecuali untuk efisiensi yang sangat tinggi.

Kekurangan

1. Capital cost yang tinggi


2. Hanya menyisihkan partikulat dan tidak dapat menyisihkan pencemar
dalam bentuk gas
3. Tidak terlalu fleksibel
4. Memerlukan lahan yang luas
5. Tidak dapat digunakan untuk partikel yang memiliki resistivitas elektrik
(electrical resistivity) yang terlalu tinggi (>10^6 ohm.cm) atau terlalu
rendah (10^4 -10^7 ohm.cm)
6. Ozon dihasilkan dari pemberian muatan negatif terhadap elektroda pada
saat ionisasi gas, dibutuhkan personel yang memiliki keahlian khusus
dalam pemeliharaan EP.

2.4 Baghouse/ Fabric Filter

Fabric filter adalah unit pengendali pencemaran udara yang disisihkan melalui
mekanisme impaksi, intersepsi dan difusi. Menggunakan bahan filter tertentu

9
seperti nilon atau wol untuk menyisihkan partikel dari aliran gas. Salah satu
kelebihan unit ini yakni dapat diterapkan untuk skala pembebanan kecil hingga
tinggi.

Alat ini umum digunakan di industri carbon black dan cemen serta industry lain
yang menangani powder-powder yang jika dibiarkan akan menyebabkan
pencemaran lingkungan. Pencemaran lingkungan yang paling utama yaitu
pencemaran udara berupa partikulat (debu). Mengingat debu yang dihasilkan
dari pabrik semen sebenarnya merupakan produk juga (hanya belum sempurna),
maka debu yang tertangkap alat pengendali partikulat akan dikembalikan lagi ke
proses hingga diperoleh produk dengan kehalusan yang sesuai. Sedangkan
untuk pencemaran air dan tanah tidak terlalu berdampak pada lingkungan.

Di industri carbon black, alat ini digunakan untuk produk keluaran reaktor furnace
(fluffy black) merupakan padatan tersuspensi dengan ukuran partikel yang
sangat kecil (sekitar 0,3 mikron). Efektvitas pemisahan pada fabric bag filter
adalah sebesar 99 – 99,9 %. Lapisan debu atau dust cake yang terkumpul dalam
kain fabric bag filter sangat berkontribusi pada besarnya efisiensi pemisahan alat
ini. Cake tersebut, menjadi pembatas dengan pori melengkung yang menyaring
partikel selama melewati cake. Temperatur gas hingga 260 oC hingga 288 oC
masih dapat ditangani dengan konfigurasi tertentu. Pressure drop yang terjadi
pada sistem penyaringan alat ini adalah sekitar 5-20 inch H2O. Batasan pada
penggunaan bag filter adalah karakteristik gas (temperatur dan korosivitas) dan
karakteristik partikel (tingkat kelengketan) yang berpengaruh pada kain dan
operasi pemisahan yang terjadi.

Proses yang terjadi dalam fabric bag filter diawali dengan pengaliran produk
reaksi berupa campuran antara carbon black dengan gas hidrogen, metan, CO2,
dll. Pengaliran campuran gas ini (fluffy black) dibantu dengan menggunakan fan.
Fan tersebut ada yang dipasang pada saluran gas kotor (positive pressure
baghouse) ada juga yang dipasang pada saluran gas bersih (negative pressure
baghouse). Fluffy black selanjutnya melewati bag filter dan partikel carbon black
tertahan pada permukaan kain atau serat. Setelah disaring pada selang waktu
tertentu, aliran gas masuk compartment pertama dihentikan dan flaffy black
dilewatkan melalui compartment lain.

10
Mekanisme Fabric Filter :
1. Penyisihan partikel dilakukan dengan mengalirkan udara melalui sejumlah
filter yang menyebabkan partikulat tertahan pada filter tersebut.
2. Kemampuan penyisihan meningkat akibat terbentuknya cake

Gambar 2. 7 Fabric Filter

Ada 3 cara mekanisme utama:

1. Impaction : partikel memiliki gaya inersia yang terlalu besar untuk


mengikuti aliran, sehingga tertumbuk pada permukaan filter
2. Interception: partikel memiliki inersia yang sangat kecil (partikel kecil),
partikel berada pada aliran viscous, bergerak melambat dan meyentuh
filter
3. Diffusion: untuk partikel < 1 µm, dipengaruhi oleh gerak Brown, sehingga
terjadi intersepsi partikel dengan filter

Proses Filtrasi pada Fabric Filter


Ada 2 jenis desain filtrasi:

1. Interior filtration: partikel dikumpulkan pada bagian dalam bag. Gas


masuk melalui bawah kolektor dan diarahkan ke dalam bag dengan
diffuser vanes dan cell plate (logam tipis yang mengelilingi bagian bag
yang terbuka), sehingga terkumpul di bagian dalam bag.

11
2. Exterior filtration: partikel dikumpulkan pada bagian luar dari bag.
Diperlukan bag support spt internal bag cage/ring yang dilekatkan pada
fabric filter

Gambar 2. 8 Interior dan Exterior Filtration

Kelebihan

1. Efisiensi penyisihan partikulat yang sangat tinggi baik partikel kasar


maupun halus, bahkan sangat halus
2. Relatif tidak sensitif terhadap pertumbuhan aliran gas (efisiensi dan
kehilangan tekan relatif tidak dipengaruhi oleh jumah muatan partikel
pada inlet)
3. Bahan yang terkumpul dapat direcovery untuk digunakan kembali pada
proses atau dibuang
4. Tidak dihasilkan air buangan.

Kekurangan

1. Partikulat tertentu memerlukan pengolahan khusus untuk mengurangi


terjadinya rembesan partikel pada filter
2. Konsentrasi partikel pada kolektor (`50 g/m^3) dapat memicu terjadinya
kebakaran atau bahaya ledakan
3. Relatif memerlukan biaya pemeliharaan yang tinggi
4. Umur kain saring dapat menjadi pendek akibat temperatur tinggi dan

12
adanya partikulat yang bersifat alkali
5. Materi higroskopis, kondensasi uap, atau komponen adhesif dapat
mengakibathan penyumbatan pada fabric filter sehingga diperlukan aditif
tertentu
6. Personel yang melakukan penggantian kantong penyaring harus
terlindungi sistem pernafasannya.

2.5 Wet Scrubber

Wet scrubber dirancang dengan konsep menambah kadar air pada partikulat
sehingga akan terpisah dari aliran udara emisi. Kriteria desain unit ini tergantung
pada konsumsi energi yang diperlukan selama proses penyisihan, makin tinggi
energi yang digunakan makin tinggi pula efisiensi penyisihannya.

Prinsip penyisihan menggunakan wet scrubber dapat melalui 4 mekanisme,


diantaranya:

1. Impingement : memperbesar ukuran partikulat dengan membubukkan


spray air pada jalur edar partikulat
2. Difusi : adanya gradien konsentrasi antara spray air dan partikulat
menyebabkan difusi yang menghasilkan deposisi basah
3. Kondensasi : butir spray air terkondensasi pada permukaan partikulat
4. Manambah tingkat kelembaban dan gaya electrostatic antar partikel.

Gambar 2. 9 Packed-Bed Wet Scrbber

13
Gambar 2. 10 Bagian-Bagian Wet Scrubber

Kelebihan

1. Kebutuhan lahan yang relatif kecil


2. Tidak terdapat potensi terjadinya re-suspension
3. Dapat menyisihkan partikel dan gas
4. Dapat menanggulangi temperatur dan kelembapan yang tinggi
5. Tidak memiliki potensi terbakar dan meledak.

Kekurangan

1. Masalah korosi dan pencemaran air Mengalami pressure drop yang tinggi
2. Kesulitan melakukan recovery partikel.

14
BAB III
PENUTUP

3.1 Simpulan

Adapun kesimpulan yang diperoleh adalah sebagai berikut:

1) Gravity Settler adalah alat penyisihan partikulat dengan prinsip gas yang
mengandung partikulat dialirkan melalui suatu ruang (chamber) dengan
kecepatan rendah;
2) Cyclone Separator adalah unit operasi dust collector yang menggunakan
prinsip kerja gaya sentrifugal digunakan untuk memisahkan gas dan
material/debu yang terbawa dalam aliran;
3) Electrostatic Precipitator (ESP) adalah alat pengendali pencemar partikulat
yang didasari pada konsep presipitasi akibat gaya elektrostatik;
4) Fabric filter adalah unit pengendali pencemaran udara yang disisihkan melalui
mekanisme impaksi, intersepsi dan difusi.
5) Wet scrubber dirancang dengan konsep menambah kadar air pada partikulat
sehingga akan terpisah dari aliran udara emisi.

3.2 Saran

1) Masyarakat hendaknya mengurangi penggunaan bahan bakar emisi tinggi


dan menggunakan kendaraan umum;
2) Pemerintah dan institusi terkait dianjurkan mengevaluasi kebijakan secara
berkala terkait pencemaran partikulat;
3) Sarjana teknik lingkungan diharapkan mampu melakukan tindakan nyata
melalui penelitian inovatif guna mereduksi pencemaran udara, khususnya
partikulat.

15
DAFTAR PUSTAKA

Af'idah, N. (2019). Analisis Hubungan Konsentrasi Total Suspended Particulate


(TSP) di Dalam dan di Luar Ruangan dan Faktor-Faktor yang
Berhubungan (Studi Kasus: Pt. Japfa So Good Food Sidoarjo). Surabaya:
Skripsi UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA.

Afiuddin, Ahmad Herlan. 2019. Karakterisasi dan Pemilihan Alat Pengendali


Limbah Sandblastingdi Bengkel Blasting Industri Konstruksi Kapal. Politeknik
Perkapalan Negeri Surabaya: Surabaya

Peraturan Pemerintah Nomor 41. (1999). Pengendalian Pencemaran Udara.

Purigawati, A. (2010). Rancang Bangun dan Uji Kinerja Alat Pengukur Total
Suspended Particulate (TSP) dengan Metode High Volume Air Sampling.
Bogor: Skripsi Institut Pertanian Bogor.

Sufiana, Uphi. 2011. Unit-unit Pengendali Debu (Partikulat).


file:///C:/Users/Acer/AppData/Local/Temp/Unit_unit_Pengendali_Debu_Partikulat.
pdf

Sriyono. 2012. Analisis Dan Pemodelan Cyclone Separator Sebagai Prefilter


Debu Karbon Pada Sistem Pemurnian Helium Reaktor Rgtt200k. Pusat
Teknologi Reaktor dan Keselamatan Nuklir (PTRKN) – BATAN. Banten

Vallero, D. A. (2008). Fundamentals of Air Pollution. Durham: Academic Press.

16

Anda mungkin juga menyukai