PENDAHULUAN
Industri cat merupakan industri yang utamanya memproduksi cat, pernis dan lak serta berbagai
produk pelapis lainnya (Lorton, 1988).Aplikasi produk-produk industri cat dapat dikategorikan
berdasarkan penggunaannya menjadi empat kelompok, yaitu : pelapis arsitektur atau cat rumah, pelapis
produk industri, pelapis khusus dan penggunaan lain (Doble & Kumar, 2005). Selain itu juga dapat
dikategorikan berdasarkan jenis pelarutnya menjadi dua kelompok, yaitu: berbasis air dan berbasis
larutan (Dursun & Sengul, 2006). Lorton (1988) dan Doble & Kumar (2005) menjelaskan bahwa
meskipun bahan yang digunakan sangat bervariasi, proses produksi cat berbasis air maupun berbasis
larutan umumnya sama. Pembuatan cat berbasis air dimulai dengan penggilingan (grinding) pigmen
dengan campuran air, amonia, dispersant dan extenders. Ketika penggilingan selesai, bahan ini
kemudian dipindahkan ke tangki pencampuran. Di dalam tangki pencampuran dilakukan penambahan
resin, plasticizer, pengawet, antifoaming, emulsi polivinil asetat dan air. Setelah proses pencampuran
mencapai konsistensi yang diinginkan, cat disaring untuk menghilangkan pigmen yang tidak terdispersi
sempurna dan kemudian dikemas untuk dipasarkan. Sedangkan pembuatan cat berbasis larutan dimulai
dengan penggilingan pigmen dengan campuran resin, extender, pelarutdan plasticizer. Setelah
penggilingan selesai, bahan ini kemudian ditransfer ke tangki pencampuran dan dilakukan penambahan
pelarut serta pewarna. Setelah konsistensi yang diinginkan tercapai, cat disaring, dikemas dan siap untuk
dipasarkan. Pemahaman tentang karakteristik dan teknik pengolahan limbah B3 menjadi hal yang
penting untuk kesuksesan penanganan dan detoksifikasi limbah B3 dari industri cat. Oleh karena itu,
tujuan utama dari makalah ini adalah untuk memberikan tinjauan tentang karakteristik dan beberapa
teknik pengolahan limbah B3 yang dapat dilakukan untuk pengolahan limbah B3 dari industri cat
berdasarkan pada literatur dan aplikasi yang telah diterapkan.
1.3 TUJUAN
1. Untuk mengetahui apa yang menjadi Limbah B3 pada Industri Cat.
2. Untuk mengetahui Pengolahan IPAL Industri Cat.
3. Untuk mengetahui Pengolahan Limbah B3 Sludge IPAL dari Industri Cat
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Limbah B3 dari Industri Cat
Berbagai limbah bahan berbahaya dan beracun (limbah B3), baik dalam bentuk padat, cair
maupun gas dihasilkan selama proses produksi cat (Doble & Kumar, 2005), terutama pada proses
produksi cat berbasis larutan (Dursun & Sengul, 2006). Limbah B3 padat yang dihasilkan terutama
berupa bekas wadah atau kemasan bahan baku, filter bekas, dan cat kering. Sedangkan limbah B3 cair
berupa air limbah pencucian peralatan produksi, tumpahan dan ceceran, cat yang tidak memenuhi
syarat spesifikasi, cat kadaluarsa dan cat yang dikembalikan dari pemasaran. Sementara itu, limbah B3
gas yang dihasilkan berupa senyawa organik volatil(VOC) yang berasal dari bahan baku maupun
pelarut yang digunakan dalam produksi cat dan debu atau partikel pigmen yang terdispersi ke udara
(Dursun & Sengul, 2006; Doble & Kumar, 2005; Lorton, 1988; Vaajasaari, 2004).Jika limbah B3ini
tidakditangani dandidetoksifikasi dengan baik, maka akanmencemari lingkungan dan membahayakan
manusia (Doble & Kumar, 2005).
Secara umum, limbah B3yang dihasilkan dari proses produksi cat disajikan pada Gambar 1.
Dari semua limbah B3 tersebut, sekitar 80% berupa air limbah pencucian peralatan produksi dan
tumpahan cat (Dursun & Sengul, 2006; Lorton, 1988). Selain itu, VOC merupakan hal yang menjadi
perhatian dalam penanganan limbah B3 yang dihasilkan dari proses produksi cat (Dursun & Sengul,
2006). Sedangkan limbah B3 padat, terutama yang berupa bekas wadah atau kemasan bahan baku
dan filter bekas dioptimalkan untuk digunakan kembali dan daur ulang dalam program minimasi
limbah B3 dari industri cat (WMRC, 1993).
Pembuatan cat pada dasarnya adalah sebuah operasi pencampuran dan bukan operasi konversi
kimia, sehingga karakteristik air limbahyang dihasilkan sama dengan senyawa- senyawa yang
digunakan sebagai bahan baku proses produksi cat (Lorton, 1988). Sebagian besar bahan kimia yang
digunakan dalam pembuatan cat termasuk dalam kategori bahan kimia beracun dan berbahaya,
terutama karena mengandung logam berat dan berupa pelarut organik (Jewell et al., 2004). Estimasi
komposisi kualitatif air limbah industri cat disajikan pada Tabel 1 (Dovletoglou et al., 2002).
Karakteristik air limbah industri cat sangat bervariasi tergantung pada konsentrasi dan
komposisi kimia bahan baku yang digunakan pada proses produksi cat(Madukasi et al., 2009). Tabel 2
menunjukkan karakteristik air limbah industri cat dari beberapa literatur. Sebagaimana terlihat pada
Tabel 2, air limbah dari industri cat mengandung bahan organik (yang diwakili oleh COD) dan logam
berat dalam konsentrasi yang tinggi. Dua pertiga polutan dalam air limbah tersebut dalam bentuk
terlarut sedangkan sisanya dalam bentuk koloid, sehingga dalam pengolahannya akan menghasilkan
limbah lumpur (Hanafy & Elbary, 2005). Limbah lumpur dari instalasi pengolahan air limbah (lumpur
IPAL)ini dikategorikan sebagai limbah B3 karena mengandung logam berat dan residu pelarut organik
(Arce et al., 2010).
Sementara itu, VOC berasal dari senyawa aromatik seperti benzena, xylene, toluenedan senyawa
ester, seperti etil asetat, etil butirat yang digunakan untuk melarutkan resin dalam proses produksi
cat(He et al., 2012). Sebagian besar senyawa aromatik bersifatracun, terutama benzena yang
mutagenik, teratogenik, dan karsinogenik(Alberici & Jardim, 1997).Meskipunxylene dan toluenasaat
ini tidak diklasifikasikan sebagai karsinogen, peningkatan kasus kangker kerongkongan, dubur dan
usus besar pada pekerja dengan paparan jangka panjang terhadap senyawa ini telah
dilaporkan(Mangani et al., 2003).
Gambar 1. Proses produksi dan limbah B3 yang dihasilkan dari industri cat
(adaptasi dari Dursun & Sengul, 2006)
\
Tabel 2. Karakteristik Air Limbah Industri Cat
Keterangan Tabel 2:
[1] Onuegbu et al., 2013 [6] Akyol, 2012
[2] Dovletoglouet al ., 2002 [7] Körbahti et al ., 2007
[3] Mousa et al ., 2010 [8] Hanafy & Elbary, 2005
[4] Madukasi et al ., 2009 [9] Madukasi et al ., 2013
[5] Malakootian et al ., 2008 [10] Gandhi, 2013
*) WHO,
\
Tian et al. (2012) melaporkan hasil percobaan komposting lumpur IPAL industri cat dengan
menambahkan limbah kertas dan limbah pertanian sebagai sumber karbon, 1.5% kompos matang, 0.3%
nutrien (0.14 g/kg KH2PO4, 0.16 g/kg K2HPO4) dan 6% FGD-gypsum menghasilkan kompos dengan
kualitas yang cukup baik dan tidak mengakibatkan peningkatan konsentrasi logam berat dalam biomass
tanaman uji coba.
Teknik bioremediasi yang dikembangkan oleh Helmholtz Centre for Environmental Research
dan BAUER Environment Group untuk remediasi sedimen sungai yang tercemar logam berat dan
konsentrasi bahan organik yang tinggi (Zehnsdorf et al., 2013) berpotensi untuk diaplikasikan dalam
pengolahan sedimen IPAL industri cat.Löser et al. (2001), Seidel et al. (2004) dan Zehnsdorf et al.
(2013) menjelaskan bahwa proses bioremediasi ini dibagi menjadi 2 tahap, yaitu: 1) pengkondisian
sedimen dengan tanaman, dan 2) solid-bed bioleaching untuk menghasilkan material yang aman untuk
dikembalikan ke lingkungan. Tahap pengkondisian sedimen bertujuan untuk merubah karakteristik bio-
fisik-kimia sedimen yang semula berwarna hitam, tingkat permeabilitas rendah, kadar air yang tinggi,
aktivitas mikroflora heterotrof yang tinggi dan ketersediaan oksigen yang terbatas menjadi material
seperti tanah yang remah dan berwarna abu-abu atau coklat (Seidel et al., 2004). Sedangkan solid-bed
bioleachingpada prinsipnya adalah aplikasi dari proses ekstraksi logam berat dari senyawa pengikatnya
dengan memanfaatkan asam mineral yang dihasilkan oleh mikroorganisme (Löser et al., 2001). Löser
et al. (2001) dan Seidel et al. (2004) mengemukakan bahwa berdasarkan hasil uji coba solid-bed
bioleaching 2 m3 sedimen sungai yang telah dikondisikan, diketahui bahwa penambahan air sebanyak
50 L/hari, udara sebanyak 600 L/hari dan 2% sulfur merupakan dosis optimum untuk mengatifkan
mikroorganisme pengoksidasi sulfur menjadi asam sulfat (H2SO4). Asam sulfat inilah yang kemudian
berperan untuk mengekstrak logam berat yang ada di dalam sedimen. Logam berat yang telah
diekstraksi tersebut terlarut dalam air yang kemudian diolah pada unit waste water treatment. Selama
percobaan ini, suhu optimum untuk mendukung kinerja mikroorganisme pengoksidasi sulfur berkisar
antara 30°C sampai 40°C. Keunggulan dari metode ini adalah pada terjadinya proses pengasaman yang
merata di seluruh lapisan sedimen, sehingga proses ekstraksi dan pelarutan logam berat juga terjadi
secara merata di seluruh lapisan sedimen (Löser et al., 2001).
\
Gambar 2. Proses bioremediasi sedimen terkontaminasi logam berat
\
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Konsentrasi logam berat dan bahan organik yang tinggi merupakan karakteristik utama limbah
B3 industri cat. Limbah B3 industri cat terutama berupa air limbah pencucian peralatan produksi dan
tumpahan cat, lumpur pengolahan air limbah dan senyawa organik volatil. Karakteristik limbah B3
industri cat sangat bervariasi, tergantung pada jenis senyawa- senyawa yang digunakan sebagai bahan
baku proses produksi cat. Oleh karena itu, pemilihan teknologi pengolahan harus mempertimbangkan
sifat limbah, tingkat pengurangan bahaya yang dibutuhkan, pembiayaan serta faktor-faktor lainnya.
Pengolahan air limbah industri cat dapat dilakukan dengan koagulasi-flokulasi dan sedimentasi
atau dengan proses biologi menggunakan teknologi biofilm. Sedangkan pengolahan lumpur IPAL
industri cat dapat dilakukan dengan teknik stabilisasi/solidifikasi, komposting dan solid-bed
bioleaching.
\
DAFTAR PUSTAKA
\
\