Anda di halaman 1dari 12

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/324603056

Pengolahan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun dari Industri Cat

Conference Paper · February 2014

CITATIONS READS

0 28,016

2 authors:

Gina Lova Sari Andy Mizwar


Universitas Singaperbangsa Karawang Institut Teknologi Sepuluh Nopember
17 PUBLICATIONS   82 CITATIONS    14 PUBLICATIONS   39 CITATIONS   

SEE PROFILE SEE PROFILE

Some of the authors of this publication are also working on these related projects:

Bioremediation of soil contaminated View project

Enhanced removal of polycyclic aromatic hydrocarbons from coal-contaminated soil by composting combined with surfactant addition View project

All content following this page was uploaded by Gina Lova Sari on 19 April 2018.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


SEMINAR NASIONAL 2014
201 - WASTE MANAGEMENT II
Tren Terkini dalam Pengelolaan Sampah Kota dan Limbah B3
Laboratorium Teknologi Pengelolaan Limbah Padat dan B3 – ITS Surabaya
urabaya
Surabaya, 4 Februari 2014

PENGOLAHAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN


D
DARI INDUSTRI CAT
Gina Lova Saria*, Andy Mizwara, Yulinah Trihadiningruma
a
Jurusan Teknik Lingkungan Institut Teknologi Sepuluh Nopember
*Email: Kerabat81@gmail.com
Kerabat

Abstrak

Industri cat merupakan salah satu sumber penghasil limbah bahan berbahaya dan beracun
(limbah B3) spesifik. Limbah B3 industri cat terutama berupa air limbah pencucian peralatan
produksi dan tumpahan cat, lumpur pengolahan air limbah dan senyawa organik volatil.
Makalah ini bertujuan untuk memberikan tinjauan tentang karakteristik limbah B3 industri cat
dan alternatif teknik pengolahannya. Karakteristik utama limbah B3 industri cat adalah
konsentrasi logam berat dan bahan organik yang tinggi.Pembuatan Pembuatan cat pada dasarnya
adalah sebuah operasi pencampuran maka karakteristik limbah yang dihasilkan sama
dengan senyawa-senyawasenyawa yang digunakan sebagai bahan baku prosesproduksi
cat.Pengolahan
Pengolahan air limbah industri cat dapat dilakukan dengan koagulas koagulasi-flokulasi dan
sedimentasi dengan proses biologi menggunakan teknologi biofilm. Sedangkan pengolahan
lumpur IPAL industri cat dapat dilakukan dengan teknik stabilisasi/solidifikasi, komposting
dan solid-bed bioleaching.. Sementara itu, teknologi biofiltration, bioscrubbers dan biotrickling
filters menjadi alternatif
atif yang paling efektif dan efisien
ef sien untuk kontrol pencemaran senyawa
organik volatil dari industri cat.

Kata kunci: industri cat, limbah B3, logam berat, pengolahan, senyawa organik volatil

Abstract
Industrial paint is one of sources of the specific hazardous material and toxic waste.
Hazardous waste from paint industry mainly are wastewater of washing equipment
production and paint spill, sludge from wastewater treatment and volatile organic
compounds.
mpounds. This paper aims to provide an overview the characteristics of hazardous waste
inpaint
paint industry and the alternative treatment. The main characteristics of paint industry
hazardous waste is the high concentration of heavy metals and organic mat materials.Basically,
paint manufacturing is a mixing operation then the characteristics of the waste is similar to
the compounds which is used as the raw material of paint production process process. Paint industry
wastewater treatment can besolved solved with coagulation-flocculation and sedimentation by
biological processes using biofilm technology. While the sludge from wastewater treatment of
paint industry using g stabilization/solidification, composting and solid-bed
solid bed bioleaching.
Meanwhile, biofiltration technology, bioscrubbers
bioscrubbers and biotrickling filters become the most
effective and efficientalternative for pollution control of volatile organic compounds from paint
industry.

Keywords: industrial paints, hazardous waste, heavy metals, treatment,, volatile organic
compounds

1. Pendahuluan

Industri cat
at merupakan industriyang utamanya memproduksicat,
memproduksicat pernis danlaklakserta berbagai
produk pelapis lainnya (Lorton, 1988).Aplikasi produk-produk
produk industri cat dapat
dapatdikategorikan
berdasarkan penggunaannya menjadi empat kelompok, yaitu: pelapi pelapis arsitektur
ataucatrumah, pelapis produk industri, pelapis khusus dan penggunaan lain ((Doble & Kumar,

ISBN 978-602-95595-7-6 240


Seminar Nasional Waste Management II

2005). Selain itu juga dapat dikategorikan berdasarkan jenis pelarutnya menjadi dua
kelompok, yaitu: berbasis air dan berbasis larutan (Dursun & Sengul, 2006).

Lorton (1988) dan Doble & Kumar (2005) menjelaskan bahwa meskipun bahan yang
digunakan sangat bervariasi, proses produksi cat berbasis air maupun berbasis larutan
umumnya sama.Pembuatan cat berbasis air dimulai dengan penggilingan (grinding) pigmen
dengan campuran air, amonia, dispersant dan extenders. Ketika penggilingan selesai, bahan
ini kemudian dipindahkan ke tangki pencampuran.Di dalam tangki pencampuran dilakukan
penambahan resin, plasticizer, pengawet, antifoaming, emulsi polivinil asetat dan air. Setelah
proses pencampuran mencapai konsistensi yang diinginkan, cat disaring untuk
menghilangkan pigmen yang tidak terdispersi sempurna dan kemudian dikemas untuk
dipasarkan. Sedangkan pembuatan cat berbasis larutan dimulai dengan penggilingan
pigmen dengan campuran resin, extender, pelarutdan plasticizer. Setelah penggilingan
selesai, bahan ini kemudian ditransfer ketangkipencampuran dan dilakukan penambahan
pelarut serta pewarna. Setelahkonsistensiyang diinginkan tercapai, catdisaring,
dikemasdansiap untuk dipasarkan.

Berbagai limbah bahan berbahaya dan beracun (limbah B3), baik dalam bentuk padat, cair
maupun gas dihasilkan selama proses produksi cat (Doble & Kumar, 2005), terutama pada
proses produksi cat berbasis larutan (Dursun & Sengul, 2006). Limbah B3 padatyang
dihasilkanterutama berupa bekas wadah atau kemasan bahan baku, filter bekas, dan
catkering. Sedangkan limbah B3 cair berupa air limbah pencucian peralatan produksi,
tumpahan dan ceceran, cat yang tidak memenuhi syarat spesifikasi, cat kadaluarsa dan cat
yang dikembalikan dari pemasaran. Sementara itu, limbah B3 gas yang dihasilkan berupa
senyawa organik volatil(VOC) yang berasal dari bahan baku maupun pelarut yang digunakan
dalam produksi cat dan debu atau partikel pigmen yang terdispersi ke udara (Dursun &
Sengul, 2006; Doble & Kumar, 2005; Lorton, 1988; Vaajasaari, 2004).Jikalimbah B3ini
tidakditangani dandidetoksifikasi dengan baik, maka akanmencemari lingkungan dan
membahayakan manusia (Doble & Kumar, 2005).

Pemahaman tentang karakteristik dan teknik pengolahan limbah B3 menjadi hal yang
penting untuk kesuksesan penanganan dan detoksifikasi limbah B3 dari industri cat. Oleh
karena itu, tujuan utama dari makalah ini adalah untuk memberikan tinjauan tentang
karakteristik dan beberapa teknik pengolahan limbah B3 yang dapat dilakukan untuk
pengolahan limbah B3 dari industri cat berdasarkan pada literatur dan aplikasi yang telah
diterapkan.

2. Sumber dan Karakteristik Limbah B3 Industri Cat

Secara umum, limbah B3yang dihasilkan dari proses produksi cat disajikan pada Gambar 1.
Dari semua limbah B3 tersebut, sekitar 80% berupa air limbah pencucian peralatan produksi
dan tumpahan cat (Dursun & Sengul, 2006; Lorton, 1988). Selain itu, VOC merupakan hal
yang menjadi perhatian dalam penanganan limbah B3 yang dihasilkan dari proses produksi
cat (Dursun & Sengul, 2006). Sedangkan limbah B3 padat, terutama yang berupa bekas
wadah atau kemasan bahan baku dan filter bekas dioptimalkan untuk digunakan kembali
dandaur ulang dalam program minimasi limbah B3 dariindustri cat (WMRC, 1993).

Pembuatan cat pada dasarnya adalah sebuah operasi pencampuran dan bukan operasi
konversi kimia, sehingga karakteristik air limbahyang dihasilkan sama dengan senyawa-
senyawa yang digunakan sebagai bahan baku proses produksi cat (Lorton, 1988). Sebagian
besar bahan kimia yang digunakan dalam pembuatan cat termasuk dalam kategori bahan
kimia beracun dan berbahaya, terutama karena mengandung logam berat dan berupa
pelarut organik (Jewell et al., 2004). Estimasi komposisi kualitatifair limbahindustri cat
disajikan pada Tabel 1 (Dovletoglou et al., 2002). Karakteristik air limbah industri cat sangat

ISBN 978-602-95595-7-6 241


Seminar Nasional Waste Management II

bervariasi tergantung pada konsentrasi dan komposisi kimia bahan baku yang digunakan
pada proses produksi cat(Madukasi et al., 2009). Tabel 2 menunjukkan karakteristik air
limbah industri cat dari beberapa literatur. Sebagaimana terlihat pada Tabel 2, air limbah dari
industri cat mengandung bahan organik (yang diwakili oleh COD) dan logam berat dalam
konsentrasi yang tinggi. Dua pertiga polutan dalam air limbah tersebut dalam bentuk terlarut
sedangkan sisanya dalam bentuk koloid, sehingga dalam pengolahannya akan
menghasilkan limbah lumpur (Hanafy & Elbary, 2005). Limbah lumpur dari instalasi
pengolahan air limbah (lumpur IPAL)ini dikategorikan sebagai limbah B3 karena
mengandung logam berat dan residu pelarut organik (Arce et al., 2010).

Sementara itu, VOC berasal dari senyawa aromatik seperti benzena, xylene, toluenedan
senyawa ester, seperti etil asetat, etil butirat yang digunakan untuk melarutkan resin dalam
proses produksi cat(He et al., 2012). Sebagian besar senyawa aromatik bersifatracun,
terutama benzena yang mutagenik, teratogenik, dan karsinogenik(Alberici & Jardim,
1997).Meskipunxylene dan toluenasaat ini tidak diklasifikasikan sebagai karsinogen,
peningkatan kasus kangker kerongkongan, dubur dan usus besar pada pekerja dengan
paparan jangka panjang terhadap senyawa ini telah dilaporkan(Mangani et al., 2003).

3. Teknologi Pengolahan Limbah B3 Industri Cat

Pengolahan limbah B3 merupakan serangkaian proses pengolahan secara fisik, kimia,


biologi maupun termal yang bertujuan untuk mengkonversi limbah B3 menjadi bahan yang
tidak berbahaya dan lebih ramah lingkungan (Cha et al., 1997). Karena karakteristikfisik dan
kimiadarisetiapjenislimbah B3 sangat berbeda, maka pemilihan teknologi pengolahan harus
mempertimbangkansifatlimbah, tingkat penguranganbahayayang dibutuhkan, pembiayaan
serta faktor-faktorlainnya (Eduljee, 2009).

Pada makalah ini, pembahasan tentang teknologi pengolahan limbah B3 difokuskan pada
pengolahan air limbah, pengolahan lumpur IPAL dan kontrol VOC yang menjadi sumber
utama limbah B3 industri cat.

4. Pengolahan Air Limbah

Instalasi pengolahan air limbah merupakan salah satu fasilitas yang menjadi syarat
perlindungan lingkungan dan telah umum dimiliki oleh industri cat (Lorton, 1988; Doble &
Kumar, 2005). Banyak metode yang saat ini digunakan untuk pengolahan air limbah industri
cat sebelum dikembalikan ke lingkungan secara aman, namun karena karakteristik air limbah
industri cat sangat bervariasi maka tidak ada metode yang dapat digeneralisasi untuk dapat
diaplikasikan di setiap industri cat. Oleh karena itu, penanganan air limbah industri cat harus
dilakukan dengan hati-hati dan bersifat kasuistik (Dovletoglou et al., 2002).

Instalasi pengolahan air limbah industri cat umumnya terdiri dari tangki equalization, tangki
koagulasi-flokulasi, tangki pengendapan primer, tangki aerasi, tangki pengendapan sekunder
dan tangki penampung (Doble & Kumar, 2005). Pada pengolahan konvensional ini, proses
koagulasi-flokulasi memegang peranan penting untuk kesuksesan pengendapan logam berat
dan bahan organik yang ada dalam air limbah industri cat (Dovletoglou et al., 2002; Hanafy &
Elbary, 2005; Gandhi, 2013; Jewell et al., 2004; Madukasi et al., 2009). Dari sekian banyak
jenis koagulan, polyaluminumklorida(PAC), ferri sulfat (FeSO4) dan aluminum sulfat
(Al2(SO4)3) merupakan jenis koagulan yang paling sering digunakan pada pengolahan air
limbah (Dovletoglou et al., 2002). Dovletoglou et al. (2002) melaporkan bahwa penggunaan
4 g/L PAC untuk pengolahan air limbah industri cat dapat menyisihkan 98% COD, 95% TSS
dan sekitar 80% logam berat, sedangkan pada penggunaan 2 g/L FeSO4 dapat menyisihkan
80% COD, 90% TSS dan sekitar 50% logam berat. Sementara itu, penggunaan 2.5 g/L
Al2(SO4)3 dapat menyisihkan 95% COD, 90% TSS dan sekitar 70% logam berat

ISBN 978-602-95595-7-6 242


ISBN 978-602-95595-7-6
Gambar 1. Proses produksi dan limbah B3 yang dihasilkan dari industri cat (adaptasi dari Dursun & Sengul, 2006)

Tabel 1. Estimasi Komposisi Kualitatif Air Limbah Tabel 2. Karakteristik Air Limbah Industri Cat
Industri Cat
Spesifikasi Komposisi Parameter [1] [2] [3] [4] [5] [6] [7] [8] [9] [10] Limit*
W hite pigment/powder 93% TiO 2 pH 6.25 5.98 8.73 6.6–7 5.5 6.95 9.12 11.5 6.8 7.41 6.5-8.5
W hite additive/powder 99.6% CaCO 3 TSS (mg/L) 6.15 1093 3821 238–330.3 102.5 1100 2770 706 120 426 30
Seminar Nasional Waste Management II

W hite additive/powder 95.5% SiO 2 TDS (mg/L) 224 - - - 3325 - 4060 - - 526 500
Red pigment/powder 94–97% Fe 2O 3 BOD (mg/L) 182 660 748 105.3–483.3 252.5 280 - 3060 105 - 30
Yellow pigment/powder 85–87% Fe 2O 3 COD (mg/L) 1092 1010 1711 646.9–2533 610 1970 7496 5100 2533 1280 80
Black pigment/powder 92–95% Fe 2O 3 Cond. (μS/cm) 234 122 - - 175 153 444.1 - - 813 900
Black pigment/dispersion in water Pigment/water/propylenoglycol Klorida (mg/L) 49 26.55 - - - - - - - - 250
Blue pigment/dispersion in water Pigment/water/propylenoglycol Sulfat (mg/L) 30 38.96 - - - - - - - - 250
W hite binder/emulsion Acrylic polymer/water/ammonia Sianida (mg/L) - - 0.5 - - 0.5 - - - 0.35 1
W hite binder/liquid Vinylacetate/vinylester Nikel (mg/L) 1.0 6.35 - - - - - - - - 1
Tembaga (mg/L) 2.46 6.98 - 0.15–0.25 - - - - 0.25 - 1
Keterangan Tabel 2: Besi (mg/L) 7.57 30.47 - 28.1–119 - 4.82 - - 119 - 1
[1] Onuegbu et al., 2013 [6] Akyol, 2012 Kadmium (mg/L) 1.74 4.5 - 0.10–0.76 1.8 0.02 - - - - 0.01
[2] Dovletoglouet al ., 2002 [7] Körbahti et al ., 2007 Timbal (mg/L) 0.09 20.54 - 1.5–7.4 5.6 1.44 - - 5.8 - 0.01

243
[3] Mousa et al ., 2010 [8] Hanafy & Elbary, 2005 Kromium (mg/L) 5.31 4 - - - 0.021 - - - - 0.05
[4] Madukasi et al ., 2009 [9] Madukasi et al ., 2013 Seng (mg/L) - 59 - 1.3–1.9 - 0.2 - - 1.9 - 15
[5] Malakootian et al ., 2008 [10] Gandhi, 2013 Minyak & lemak - - - - - - 143 156 - 154 10
*) WHO, (mg/L)
Seminar Nasional Waste Management II

Selain koagulasi-flokulasi, telah banyak dikembangkan teknologi fisiko-kimia untuk


penyisihan logam berat dan bahan organik pada air limbah industri cat, seperti adsorpsi
(Malakootian et al., 2008; Malakootian et al., 2009), membranfiltrasi (Dey et al., 2004;
Šmídová et al., 2005), elektrokimia (Körbahti et al., 2007; Körbahtia & Tanyolac, 2009),
fenton (Kurt et al., 2006) dan elektrokoagulasi (Akyol 2012). Di samping itu, teknologi
pengolahan air limbah secara biologi, terutama dengan memanfaatkan mikroorganisme, juga
telah cukup banyak dikembangkan. Priadie (2012), menjelaskan bahwa aplikasi proses
pengolahan secara biologi pada unit pengolahan air limbah dapat menggunakan
mikroorganisme “tersuspensi” maupun mikroorganisme “menempel”. Mikroorganisme
“tersuspensi” adalah mikroorganisme yang keberadaannya dalam bentuk suspensi di dalam
air dan tumbuh sebagai flocks. Umumnya spesies mikroorganisme ini terdiri dari bakteri,
protozoa dan metazoa. Sedangkan mikroorganisme “menempel” adalah mikroorganisme
yang memerlukan media untuk tumbuh, seperti tanah, batuan, tanaman air, maupun media
artifisial. Salah satu teknologi pengolahan air limbah secara biologi yang telah banyak
diaplikasikan adalah teknologi biofilm. Cao et al., (2012) dan Mousa & El-Rakshy (2010)
melaporkan bahwa penggunaan teknologi biofilm berhasil mereduksi 75 - 80%logam berat.
Metode terbaru penyisihan logam berat pada air limbah secara biologi adalah teknologi
nano-velcro yang dikembangkan oleh Ecole Polytechnique Fédérale de Lausanne (EPFL)
bekerjasama dengan Northwestern University. Quick (2012), menjelaskan bahwa nano-
velcro terdiri dari suatu media berukuran nano sebagai media hidup mikroorganisme yang
dilindungi dengan rambut-rambut kecil terbuat dari serat nilon. Ketika sebuah ion (partikel
bermuatan positif), seperti metil merkuri atau ion kadmium, kontak dengan rambut-rambut
ini, maka ion tersebut akan terjebak kedalam media dan kemudian dapat di-detoksifikasi
dan/atau bioakumulasi oleh mikroorganisme yang telah disiapkan di dalam media.

5. Pengolahan Lumpur IPAL

Seperti halnya pada air limbah, polutan yang paling dominan dalam lumpur IPAL industri cat
ini adalah logam berat dan bahan organik. Beberapa metode yang dapat diterapkan untuk
pengolahan lumpur IPAL industri cat antara lain stabilisasi/solidifikasi, komposting dan solid-
bed bioleaching(Arce et al., 2010; Tian et al., 2012; Zehnsdorf et al., 2013).

Teknologi stabilisasi/solidifikasitelah banyak digunakanuntuk mengolah limbah B3 padat


anorganik,namun saatini beberapalimbah padat organikatau limbah padat yang mengandung
total karbon organik (TOC) yang tinggijuga telahberhasil diolah dengan teknologiini(Arce et
al., 2006). Pemilihan bahan pengikat (binder) dan pelarut organik yang tepat merupakan
faktor penentu keberhasilan proses stabilisasi/solidifikasi limbah padat organik (Batchellor,
2006). Arce et al. (2010) melaporkan bahwa stabilisasi/solidifikasi lumpur IPAL industri cat
dengan menggunakan campuran kapur (CaO) dan fly ash batubara sebagai bahan pengikat
ditambah proses karbonasi dengan pengaliran gas CO2 murni selama 10 jam untuk
mengatasi pengaruh banyaknya bahan organik yang terdapat di dalam lumpur IPAL industri
cat dan rasio air/padatan 0.2 menghasilkan material padat dengan mobilitas DOC (dissolved
organic carbon) 400 mg/kg yang termasuk dalam kategori limbah inert dan memenuhi syarat
penimbunan limbah B3 di non-hazardous landfill menurut Uni Eropa (maksimal 500 mg/kg).
Sedangkan pada penggunaan campuran CaO dengan semen portland dan pengaliran gas CO2
murni selama 4 jampada rasio air/padatan 0.3 menghasilkan material padat dengan
mobilitas DOC sebesar 505 mg/kg yang termasuk dalam kategori limbah tidak berbahaya
landfill menurut Uni Eropa (maksimal 800 mg/kg). Sementara itu pada penggunaan CaO
sebagai binder menghasilkan material padat dengan mobilitas DOC sebesar 800 - 1000
mg/kg atau termasuk dalam kategori limbah berbahaya dan harus ditimbun di secured
landfill.

Karena lumpur IPAL industri cat mengandung banyak bahan organik, maka bahan ini sangat
berpotensi untuk diolah menjadi kompos terutama sebagai sumber nitrogen (Tian et al.,

ISBN 978-602-95595-7-6 244


Seminar Nasional Waste Management II

2012). Tian et al. (2012) melaporkan hasil percobaan komposting lumpur IPAL industri cat
dengan menambahkan limbah kertas dan limbah pertanian sebagai sumber karbon, 1.5%
kompos matang, 0.3% nutrien (0.14 g/kg KH2PO4, 0.16 g/kg K2HPO4) dan 6% FGD-gypsum
menghasilkan kompos dengan kualitas yang cukup baik dan tidak mengakibatkan
peningkatan konsentrasi logam berat dalam biomass tanaman uji coba.

Teknik bioremediasi yang dikembangkan oleh Helmholtz Centre for Environmental Research
dan BAUER Environment Group untuk remediasi sedimen sungai yang tercemar logam berat
dan konsentrasi bahan organik yang tinggi (Zehnsdorf et al., 2013) berpotensi untuk
diaplikasikan dalam pengolahan sedimen IPAL industri cat.Löser et al. (2001), Seidel et al.
(2004) dan Zehnsdorf et al. (2013) menjelaskan bahwa proses bioremediasi ini dibagi
menjadi 2 tahap, yaitu: 1) pengkondisian sedimen dengan tanaman, dan 2) solid-bed
bioleaching untuk menghasilkan material yang aman untuk dikembalikan ke lingkungan.
Tahap pengkondisian sedimen bertujuan untuk merubah karakteristik bio-fisik-kimia sedimen
yang semula berwarna hitam, tingkat permeabilitas rendah, kadar air yang tinggi, aktivitas
mikroflora heterotrof yang tinggi dan ketersediaan oksigen yang terbatas menjadi material
seperti tanah yang remah dan berwarna abu-abu atau coklat (Seidel et al., 2004).
Sedangkan solid-bed bioleachingpada prinsipnya adalah aplikasi dari proses ekstraksi logam
berat dari senyawa pengikatnya dengan memanfaatkan asam mineral yang dihasilkan oleh
mikroorganisme (Löser et al., 2001). Löser et al. (2001) dan Seidel et al. (2004)
mengemukakan bahwa berdasarkan hasil uji coba solid-bed bioleaching 2 m3 sedimen
sungai yang telah dikondisikan, diketahui bahwa penambahan air sebanyak 50 L/hari, udara
sebanyak 600 L/hari dan 2% sulfur merupakan dosis optimum untuk mengatifkan
mikroorganisme pengoksidasi sulfur menjadi asam sulfat (H2SO4). Asam sulfat inilah yang
kemudian berperan untuk mengekstrak logam berat yang ada di dalam sedimen. Logam
berat yang telah diekstraksi tersebut terlarut dalam air yang kemudian diolah pada unit waste
water treatment. Selama percobaan ini, suhu optimum untuk mendukung kinerja
mikroorganisme pengoksidasi sulfur berkisar antara 30°C sampai 40°C. Keunggulan dari
metode ini adalah pada terjadinya proses pengasaman yang merata di seluruh lapisan
sedimen, sehingga proses ekstraksi dan pelarutan logam berat juga terjadi secara merata di
seluruh lapisan sedimen (Löser et al., 2001).

Gambar 2. Proses bioremediasi sedimen terkontaminasi logam berat

ISBN 978-602-95595-7-6 245


Seminar Nasional Waste Management II

6. Kontrol VOC

Berdasarkanbeberapa teknologi kontrol VOC yang telah diterapkan, seperti insinerasi


(Salvador et al., 2006), catalytic combustion(Everaert & Baeyens, 2004) dan adsorpsi (Boger
et al., 1997), pengolahan secara biologi terbukti efektif dan lebih efisien (He et al.,
2012).Terdapat tiga metode pengolahan secara biologiyang telah dikembangkan untuk
pengendalian pencemaran senyawa volatil dan hidrokarbon di udara, yaitu; biofiltration,
bioscrubbers dan biotrickling filters (He et al., 2012).

Biofiltration merupakan metode bioteknologi tertua untuk menghilangkan komponen gas


yang tidak diinginkan. Sejak tahun 1920-an biofiltrasi telah digunakan untuk menghilangkan
senyawa berbau misalnya H2S dari gas limbah dari pabrik pengolahan air limbah
(Groenestijn & Hesselink, 1993). Pada awal 1980-an biofiltrasi mulai dikembangkan untuk
menghilangkan senyawa volatil yang mudah dibiodegradasi (Groenestijn & Hesselink, 1993)
dan sejak pertengahan 1990-an aplikasinya dikembangkan untuk pengolahan uap senyawa
hidrokarbon dan logam berat (Kumar et al., 2013). Di dalam biofiltrasi, gas dialirkan melalui
media yang telah diperkaya dengan mikro-organisme melekat (biofilm). Ketika gas tersebut
melalui media, maka bahan-bahan pencemar diserap oleh material media dan biofilm yang
kemudian secara biologis mengkosidasi bahan-bahan pencemar tersebut menjadi zat yang
kurang berbahaya seperti CO2, H2O, NO3-, SO42- dan logam sulfida (Kumar et al., 2013).
Media biofiltrasi terdiri dari fraksi aktif dan fraksi kasar. Substansi pertama merupakan bahan
berserat alami dengan luas permukaan spesifik yang besar serta berisi sebagian besar
mikroorganisme dan nutrisi. Material yang sering digunakan adalah kompos dan gambut.
Sedangkan fraksi kasar berfungsi sebagai bahan pendukung untuk mencegah turunnya
tekanan tinggi di dalam filter. Material yang sering digunakan adalah bahan sintetis seperti
polystyrene dan lava particles, atau bahan alami seperti kulit kayu dan serpihan kayu
(Groenestijn & Hesselink, 1993). Salah satu contoh biofilter yang telah diproduksi adalah
VAMfil © berkapasitas pengolahan gas/cairan sebesar 300-1000 m3/h dengan media/bed
berupa campuran kompos (4-6 mm) dan kulit kayu (> 10 mm) dalam komposisi 1:1 (Kumar
et al., 2013).

Bioscrubbers pada dasarnya sama dengan scrubber sistem basah (wet scrubber), yaitu
melarutkan bahan-bahan pencemar yang ada di dalam aliran gas dengan air yang
diseprotkan dari spraying tower pada media inert. Air yang telah tercampur dengan bahan-
bahan pencemar tersebut kemudian diolah di dalam waste water treatment plant
(Wübker&Friedrich, 1996). Pada bioscrubbers, air yang disemprotkan telah diperkaya
dengan mikroorganisme dan nutrisi. Air yang telah tercampur dengan bahan-bahan
pencemar dari gas secara kontinu dialirkan dan diolah di dalam bioreaktor lumpur aktif lalu
diresirkulasikan ke dalam scrubber. Dengan demikian, bioscrubbers terdiri dari scrubber dan
bioreaktor lumpur aktif (Groenestijn & Hesselink, 1993). Namun menurut Groenestijn, J.W.
(2005), teknologi ini tidak begitu populer dikembangkan karena keterbatasannya dalam
pengaturan suhu, pH, nutrisi dan luas permukaan yang lebih rendah daripada biofiltrasi.

ISBN 978-602-95595-7-6 246


Seminar Nasional Waste Management II

Gambar 3. Biofilter, a) skema proses biofiltrasi, b) biofilter berkapasitas 10000 m3/h

Gambar 4. Bioscrubbers Gambar 5.Biotrickling filters

Biotrickling filters dapat dianggap sebagai perpaduan antara biofiltration dan bioscrubbers.
Seperti pada biofiltration, gas dialirkan melalui media yang telah diperkaya dengan mikro-
organisme melekat (biofilm). Untuk menjaga kelembaban dan ketersediaan mikroorganisme
serta nutrisi di dalam media, maka dilakukan penyemprotan air yang telah diperkaya dengan
nutrisi sebagaimana dilakukan pada bioscrubbers. Berbeda dengan bioscrubbers,
penyerapan dan biodegradasi senyawa target digabungkan dalam satu kolom, sehingga
bioreaktor lumpur aktif tidak diperlukan, kecuali kondisi reaksi yang berbeda diperlukan untuk
konversi intermediet atau komponen gas lainnya (Philip & Deshusses, 2008). Menurut
Groenestijn, J.W. (2005), teknologi ini diyakini menjadi salah satu yang paling diminati selain
biofiltration, karena tingkat efesiensi kerjanya yang tinggi, mudah dioperasikan dan murah.

7. Kesimpulan

Konsentrasi logam berat dan bahan organik yang tinggi merupakan karakteristik utama
limbah B3 industri cat. Limbah B3 industri cat terutama berupa air limbah pencucian
peralatan produksi dan tumpahan cat, lumpur pengolahan air limbah dan senyawa organik
volatil. Karakteristik limbah B3 industri cat sangat bervariasi, tergantung pada jenis senyawa-
senyawa yang digunakan sebagai bahan baku proses produksi cat. Oleh karena itu,
pemilihan teknologi pengolahan harus mempertimbangkan sifat limbah, tingkat pengurangan
bahaya yang dibutuhkan, pembiayaan serta faktor-faktor lainnya.

Pengolahan air limbah industri cat dapat dilakukan dengan koagulasi-flokulasi dan
sedimentasi atau dengan proses biologi menggunakan teknologi biofilm. Sedangkan
pengolahan lumpur IPAL industri cat dapat dilakukan dengan teknik stabilisasi/solidifikasi,
komposting dan solid-bed bioleaching. Sementara itu, teknologi biofiltration, bioscrubbers
dan biotrickling filters menjadi alternatif yang paling efektif dan efesien untuk kontrol
pencemaran senyawa organik volatil dari industri cat.

ISBN 978-602-95595-7-6 247


Seminar Nasional Waste Management II

8. Daftar Pustaka

Akyol, A. (2012). Treatment of paint manufacturing wastewater by electrocoagulation.


Desalination 285, 91–99.
Alberici, R.M. and Jardim, W.F. (1997). Photocatalytic destruction of VOCs in the gas-phase
using titanium dioxide. Applied Catalysis B: Environmental 14, 55-68.
Arce, R., Andrés, A. and Viguri, J. (2006). Solidification/stabilization of paint wastes. The 6th
International Congress of Chemistry 2006, Tenerife, Spain, 558–563.
Arce, R., Galán, B., Coz, A., Andrés, A. and Viguri, J.R. (2010). Stabilization/solidification of
an alkyd paint waste by carbonation of waste-lime based formulations. Journal of
Hazardous Materials 177, 428–436.
Batchellor, B. (2006). Overview of waste stabilization with cement, Waste Management 26,
689-698.
Boger, T., Salden, A. and Eigenberger, G. (1997). A combined vacuum and temperature
swing adsorption process for the recovery of amine from foundry air, Chem. Eng. Process.
36, 231–241.
Cao, W., Zhang, H., Wang, Y. and Pan J. Z. (2012). Bioremediation of polluted surface water
by using biofilms on filamentous bamboo. Ecological Engineering 42, 146– 149.
Cha, D.K., Song, J.S., Sarr, D. and Kim, B.J. (1997). Hazardous waste treatment
technologies, Water Environ. Res. 68(4), 575-586.
Dey, B.K., Hashim, M.A., Hasan, S. and Sen Gupta, B. (2004). Microfiltration of water-based
paint effluents. Adv. Environ. Res. 8, 455-466.
Doble, M. and Kumar, A. (2005). Biotreatment of Industrial Effluents. Elsevier Butterworth–
Heinemann, USA.
Dovletoglou, O., Philippopoulos, C. and Grigoropoulou, H. (2002). Coagulation for treatment
of paint industry wastewater. Journal of Environmental Science and Health A37(7), 1362-
1377.
Dursun, D. and Sengul, F. (2006). Waste minimization study in a solvent-based paint
manufacturing plant. Resources Conservation and Recycling 47, 316–331.
Eduljee, G. (2009). Hazardous waste treatment technologies. in Waste management and
minimization, Eds. Smith, S.R., Cheeseman, C. and Blakey, N., Eolss Publishers Co Ltd.
Everaert, K. and Baeyens, J. (2004). Catalytic combustion of volatile organic compounds, J.
Hazard. Mater. 109, 113–139.
Finlayson-Pitts, B.J. and Pitts, J.N. (1997). Tropospheric air pollution: ozone, airborne toxics,
polycyclic aromatic hydrocarbons, and particles, Science 276, 1045–1052.
Gandhi, N. (2013). Biodepollution of paint manufacturing industry waste water containing
chromium by using coagulation process. International Refereed Research Journal 4(1),
110-118.
Groenestijn, J.W. (2005). Biotechniques for air pollution control: past, present and future
trends. Biotechniques for Air Pollution Control 25, 3-12.
Groenestijn, J.W. and Hesselink, P.G.M. (1993). Biotechniques for air pollution control.
Biodegradation 4, 283–301.
Hanafy, M. and Elbary, O.A. (2005). Effluent wastewater treatment for a resin-based paints
plant. Ninth International Water Technology Conference, IWTC9 2005, Sharm El-Sheikh,
Egypt. 85-103.
He, Z., Li, J., Chen, J., Chen, Z. Li, G., Sun, G., An, T. (2012). Treatment of organic waste
gas in a paint plant by combined technique of biotrickling filtration with photocatalytic
oxidation. Chemical Engineering Journal 200–202,645–653.
Jewell, L.L., Fasemore, O.A., Hildebrandt, D., Glasser, D., Heron, L., Van-Wyk, H. and
Cooray, B. (2004). Toward zero waste production in the paint industry. Water SA 30(5),
95-99.
Jolly, Y.N., Islam, A., Quraishi, S.B. and Mustafa, A.I. (2008). Effects of paint industry effluent
on soil productivity. Journal of Bangladesh Academy of Sciences 32(1), 41-53.

ISBN 978-602-95595-7-6 248


Seminar Nasional Waste Management II

Körbahti, B.K., Aktas¸ N. and Tanyolac¸ A. (2007). Optimization of electrochemical treatment


of industrial paint wastewater with response surface methodology. Journal of Hazardous
Materials 148, 83-90.
Körbahtia, B.K. and Tanyolac, A. (2009). Electrochemical treatment of simulated industrial
paint wastewater in a continuous tubular reactor. Chemical Engineering Journal 148, 444-
451.
Kumar, K.V., Sridevi, V. Harsha, N., Lakshmi, M.V.V.C. and Rani, K. (2013). Biofiltration and
its application in treatment of air and water pollutants-A review. International Journal of
Application or Innovation in Engineering & Management 2(9), 226–231.
Kurt, U., Avsar, Y., and Gonullu, M.T. (2006). Treatability of water-based paint wastewater
with Fenton process in different reactor types. Chemosphere 64, 1536–1540
Lorton, G.A. (1988). Waste minimization in the paint and allied products industry. Waste
Management 38(4), 422-427.
Löser, C., Seidel, H., Hoffmann, P. and Zehnsdorf, A. (2001). Remediation of heavy metal-
contaminated sediments by solid-bed bioleaching. Environmental Geology 40 (4-5), 643-
650.
Madukasi, E.I., Ajuebor, F.N., Ojo, B.I. and Meadows, A.B. (2009). Pollutant removal from
paint effluents using modified clay minerals. Journal of Industrial Research and
Technology 2(1), 49-54.
Madukasi, E.I., Ojo, B.I., Igwe, C.C. and Taiwo, O.E. (2013). Pilot scale treatment of textile
and paint effluents by physicochemical and advanced filtration processes. Earth
Resources 1(1), 27-32.
Malakootian, M., Almasi, A. and Hossaini, H. (2008). Pb and Co removal from paint
industries effluent using wood ash. Int. J. Environ. Sci. Tech. 5(2), 217-222.
Malakootian, M., Almasi, A. and Hossaini, H. (2008). Pb and Co removal from paint
industries effluent using wood ash. Int. J. Environ. Sci. Tech. 5(2), 217-222.
Malakootian, M., Nouri, J., and Hossaini, H. (2009). Removal of heavy metals from paint
industry's wastewater using Leca as an available adsorbent. Int. J. Environ. Sci. Tech.
6(2), 183-190.
Mangani, G., Berloni, A. and Maione, M. (2003). A GC–MS method for analysis of volatile
monocyclic aromatic compounds in heavy fuel oil using headspace-solid phase
microextraction. Chromatographia 58, 115–117.
Mousa, I. and El-Rakshy, N. (2010). Paints industry wastewater treatment through biological
aerated filtering technology, case study. Hazardous Waste ManagementB5(2).
Onuegbu, T.U., Umoh, E.T. and Onwuekwe, I.T. (2013). Physico-chemical analysis of
effluents from Jacbon Chemical Industries Limited, makers of bonalux emulsion and gloss
paints. International Journal of Science and Technology 2(2), 169-173.
Philip, L. and Deshusses, M.A. (2008). The control of mercury vapor using biotrickling filters.
Chemosphere 70, 411-417.
Priadie, B. (2012). Teknik bioremediasi sebagai alternatif dalam upaya pengendalian
pencemaran air. Jurnal Ilmu Lingkungan 10(1), 38-48.
Quick, D. (2012). “Nano-velcro” traps and detects heavy metals in contaminated waterways.
Salvador, S., Commandré, J.M. and Kara, Y. (2006). Thermal recuperative incineration of
VOCs: CFD modelling and experimental validation, Appl. Therm. Eng. 26, 2355–2366.
Seidel, H., Loser, C., Zehnsdorf, A., Hoffmann, P. and Schmerold, R. (2004). Bioremediation
process for sediments contaminated by heavy metals: feasibility study on a pilot scale.
Environ Sci Technol 38 (5). 1582-1588.
Šmídová, D., Mikulášek, P. and Skoupil, J. (2005). Treatment of wastewater from water-
based paints industry. Environment Protection Engineering 31(3-4), 135-143.
Tian, Y., Chen, L., Gao, L., Michel Jr., F.C., Keenerc, H.M., Klingmanc, M. and Dick, W.A.
(2012). Composting of waste paint sludge containing melamine resin and the compost’s
effect on vegetable growth and soil water quality. Journal of Hazardous Materials 243, 28-
36.

ISBN 978-602-95595-7-6 249


Seminar Nasional Waste Management II

Vaajasaari, K., Kulovaara, M., Joutti, A., Schultz, E. and Soljamo, K. (2004). Hazardous
properties of paint residues from the furniture industry. Journal of Hazardous Materials
106, 71–79.
WMRC - Waste Management and Research Center. (1993). Paint waste reduction and
disposal options. Champaign, Illinois, USA.
Wübker, S.M. and Friedrich, C.G. (1996). Reduction of biomass in a bioscrubber for waste
gas treatment by limited supply of phosphate and potassium ions. Applied Microbiology
and Biotechnology 46(5-6), 475-480.
Zehnsdorf, A., Seidel, H., Hoffmann, P., Schlenker, U. and Müller, R. (2013). Conditioning of
sediment polluted with heavy metals using plants as a preliminary stage of the
bioremediation process: a large-scale study. Journal of Soils and Sediments 13 (6), 1106-
1112.

ISBN 978-602-95595-7-6 250

View publication stats

Anda mungkin juga menyukai