net/publication/324603056
CITATIONS READS
0 28,016
2 authors:
Some of the authors of this publication are also working on these related projects:
Enhanced removal of polycyclic aromatic hydrocarbons from coal-contaminated soil by composting combined with surfactant addition View project
All content following this page was uploaded by Gina Lova Sari on 19 April 2018.
Abstrak
Industri cat merupakan salah satu sumber penghasil limbah bahan berbahaya dan beracun
(limbah B3) spesifik. Limbah B3 industri cat terutama berupa air limbah pencucian peralatan
produksi dan tumpahan cat, lumpur pengolahan air limbah dan senyawa organik volatil.
Makalah ini bertujuan untuk memberikan tinjauan tentang karakteristik limbah B3 industri cat
dan alternatif teknik pengolahannya. Karakteristik utama limbah B3 industri cat adalah
konsentrasi logam berat dan bahan organik yang tinggi.Pembuatan Pembuatan cat pada dasarnya
adalah sebuah operasi pencampuran maka karakteristik limbah yang dihasilkan sama
dengan senyawa-senyawasenyawa yang digunakan sebagai bahan baku prosesproduksi
cat.Pengolahan
Pengolahan air limbah industri cat dapat dilakukan dengan koagulas koagulasi-flokulasi dan
sedimentasi dengan proses biologi menggunakan teknologi biofilm. Sedangkan pengolahan
lumpur IPAL industri cat dapat dilakukan dengan teknik stabilisasi/solidifikasi, komposting
dan solid-bed bioleaching.. Sementara itu, teknologi biofiltration, bioscrubbers dan biotrickling
filters menjadi alternatif
atif yang paling efektif dan efisien
ef sien untuk kontrol pencemaran senyawa
organik volatil dari industri cat.
Kata kunci: industri cat, limbah B3, logam berat, pengolahan, senyawa organik volatil
Abstract
Industrial paint is one of sources of the specific hazardous material and toxic waste.
Hazardous waste from paint industry mainly are wastewater of washing equipment
production and paint spill, sludge from wastewater treatment and volatile organic
compounds.
mpounds. This paper aims to provide an overview the characteristics of hazardous waste
inpaint
paint industry and the alternative treatment. The main characteristics of paint industry
hazardous waste is the high concentration of heavy metals and organic mat materials.Basically,
paint manufacturing is a mixing operation then the characteristics of the waste is similar to
the compounds which is used as the raw material of paint production process process. Paint industry
wastewater treatment can besolved solved with coagulation-flocculation and sedimentation by
biological processes using biofilm technology. While the sludge from wastewater treatment of
paint industry using g stabilization/solidification, composting and solid-bed
solid bed bioleaching.
Meanwhile, biofiltration technology, bioscrubbers
bioscrubbers and biotrickling filters become the most
effective and efficientalternative for pollution control of volatile organic compounds from paint
industry.
Keywords: industrial paints, hazardous waste, heavy metals, treatment,, volatile organic
compounds
1. Pendahuluan
Industri cat
at merupakan industriyang utamanya memproduksicat,
memproduksicat pernis danlaklakserta berbagai
produk pelapis lainnya (Lorton, 1988).Aplikasi produk-produk
produk industri cat dapat
dapatdikategorikan
berdasarkan penggunaannya menjadi empat kelompok, yaitu: pelapi pelapis arsitektur
ataucatrumah, pelapis produk industri, pelapis khusus dan penggunaan lain ((Doble & Kumar,
2005). Selain itu juga dapat dikategorikan berdasarkan jenis pelarutnya menjadi dua
kelompok, yaitu: berbasis air dan berbasis larutan (Dursun & Sengul, 2006).
Lorton (1988) dan Doble & Kumar (2005) menjelaskan bahwa meskipun bahan yang
digunakan sangat bervariasi, proses produksi cat berbasis air maupun berbasis larutan
umumnya sama.Pembuatan cat berbasis air dimulai dengan penggilingan (grinding) pigmen
dengan campuran air, amonia, dispersant dan extenders. Ketika penggilingan selesai, bahan
ini kemudian dipindahkan ke tangki pencampuran.Di dalam tangki pencampuran dilakukan
penambahan resin, plasticizer, pengawet, antifoaming, emulsi polivinil asetat dan air. Setelah
proses pencampuran mencapai konsistensi yang diinginkan, cat disaring untuk
menghilangkan pigmen yang tidak terdispersi sempurna dan kemudian dikemas untuk
dipasarkan. Sedangkan pembuatan cat berbasis larutan dimulai dengan penggilingan
pigmen dengan campuran resin, extender, pelarutdan plasticizer. Setelah penggilingan
selesai, bahan ini kemudian ditransfer ketangkipencampuran dan dilakukan penambahan
pelarut serta pewarna. Setelahkonsistensiyang diinginkan tercapai, catdisaring,
dikemasdansiap untuk dipasarkan.
Berbagai limbah bahan berbahaya dan beracun (limbah B3), baik dalam bentuk padat, cair
maupun gas dihasilkan selama proses produksi cat (Doble & Kumar, 2005), terutama pada
proses produksi cat berbasis larutan (Dursun & Sengul, 2006). Limbah B3 padatyang
dihasilkanterutama berupa bekas wadah atau kemasan bahan baku, filter bekas, dan
catkering. Sedangkan limbah B3 cair berupa air limbah pencucian peralatan produksi,
tumpahan dan ceceran, cat yang tidak memenuhi syarat spesifikasi, cat kadaluarsa dan cat
yang dikembalikan dari pemasaran. Sementara itu, limbah B3 gas yang dihasilkan berupa
senyawa organik volatil(VOC) yang berasal dari bahan baku maupun pelarut yang digunakan
dalam produksi cat dan debu atau partikel pigmen yang terdispersi ke udara (Dursun &
Sengul, 2006; Doble & Kumar, 2005; Lorton, 1988; Vaajasaari, 2004).Jikalimbah B3ini
tidakditangani dandidetoksifikasi dengan baik, maka akanmencemari lingkungan dan
membahayakan manusia (Doble & Kumar, 2005).
Pemahaman tentang karakteristik dan teknik pengolahan limbah B3 menjadi hal yang
penting untuk kesuksesan penanganan dan detoksifikasi limbah B3 dari industri cat. Oleh
karena itu, tujuan utama dari makalah ini adalah untuk memberikan tinjauan tentang
karakteristik dan beberapa teknik pengolahan limbah B3 yang dapat dilakukan untuk
pengolahan limbah B3 dari industri cat berdasarkan pada literatur dan aplikasi yang telah
diterapkan.
Secara umum, limbah B3yang dihasilkan dari proses produksi cat disajikan pada Gambar 1.
Dari semua limbah B3 tersebut, sekitar 80% berupa air limbah pencucian peralatan produksi
dan tumpahan cat (Dursun & Sengul, 2006; Lorton, 1988). Selain itu, VOC merupakan hal
yang menjadi perhatian dalam penanganan limbah B3 yang dihasilkan dari proses produksi
cat (Dursun & Sengul, 2006). Sedangkan limbah B3 padat, terutama yang berupa bekas
wadah atau kemasan bahan baku dan filter bekas dioptimalkan untuk digunakan kembali
dandaur ulang dalam program minimasi limbah B3 dariindustri cat (WMRC, 1993).
Pembuatan cat pada dasarnya adalah sebuah operasi pencampuran dan bukan operasi
konversi kimia, sehingga karakteristik air limbahyang dihasilkan sama dengan senyawa-
senyawa yang digunakan sebagai bahan baku proses produksi cat (Lorton, 1988). Sebagian
besar bahan kimia yang digunakan dalam pembuatan cat termasuk dalam kategori bahan
kimia beracun dan berbahaya, terutama karena mengandung logam berat dan berupa
pelarut organik (Jewell et al., 2004). Estimasi komposisi kualitatifair limbahindustri cat
disajikan pada Tabel 1 (Dovletoglou et al., 2002). Karakteristik air limbah industri cat sangat
bervariasi tergantung pada konsentrasi dan komposisi kimia bahan baku yang digunakan
pada proses produksi cat(Madukasi et al., 2009). Tabel 2 menunjukkan karakteristik air
limbah industri cat dari beberapa literatur. Sebagaimana terlihat pada Tabel 2, air limbah dari
industri cat mengandung bahan organik (yang diwakili oleh COD) dan logam berat dalam
konsentrasi yang tinggi. Dua pertiga polutan dalam air limbah tersebut dalam bentuk terlarut
sedangkan sisanya dalam bentuk koloid, sehingga dalam pengolahannya akan
menghasilkan limbah lumpur (Hanafy & Elbary, 2005). Limbah lumpur dari instalasi
pengolahan air limbah (lumpur IPAL)ini dikategorikan sebagai limbah B3 karena
mengandung logam berat dan residu pelarut organik (Arce et al., 2010).
Sementara itu, VOC berasal dari senyawa aromatik seperti benzena, xylene, toluenedan
senyawa ester, seperti etil asetat, etil butirat yang digunakan untuk melarutkan resin dalam
proses produksi cat(He et al., 2012). Sebagian besar senyawa aromatik bersifatracun,
terutama benzena yang mutagenik, teratogenik, dan karsinogenik(Alberici & Jardim,
1997).Meskipunxylene dan toluenasaat ini tidak diklasifikasikan sebagai karsinogen,
peningkatan kasus kangker kerongkongan, dubur dan usus besar pada pekerja dengan
paparan jangka panjang terhadap senyawa ini telah dilaporkan(Mangani et al., 2003).
Pada makalah ini, pembahasan tentang teknologi pengolahan limbah B3 difokuskan pada
pengolahan air limbah, pengolahan lumpur IPAL dan kontrol VOC yang menjadi sumber
utama limbah B3 industri cat.
Instalasi pengolahan air limbah merupakan salah satu fasilitas yang menjadi syarat
perlindungan lingkungan dan telah umum dimiliki oleh industri cat (Lorton, 1988; Doble &
Kumar, 2005). Banyak metode yang saat ini digunakan untuk pengolahan air limbah industri
cat sebelum dikembalikan ke lingkungan secara aman, namun karena karakteristik air limbah
industri cat sangat bervariasi maka tidak ada metode yang dapat digeneralisasi untuk dapat
diaplikasikan di setiap industri cat. Oleh karena itu, penanganan air limbah industri cat harus
dilakukan dengan hati-hati dan bersifat kasuistik (Dovletoglou et al., 2002).
Instalasi pengolahan air limbah industri cat umumnya terdiri dari tangki equalization, tangki
koagulasi-flokulasi, tangki pengendapan primer, tangki aerasi, tangki pengendapan sekunder
dan tangki penampung (Doble & Kumar, 2005). Pada pengolahan konvensional ini, proses
koagulasi-flokulasi memegang peranan penting untuk kesuksesan pengendapan logam berat
dan bahan organik yang ada dalam air limbah industri cat (Dovletoglou et al., 2002; Hanafy &
Elbary, 2005; Gandhi, 2013; Jewell et al., 2004; Madukasi et al., 2009). Dari sekian banyak
jenis koagulan, polyaluminumklorida(PAC), ferri sulfat (FeSO4) dan aluminum sulfat
(Al2(SO4)3) merupakan jenis koagulan yang paling sering digunakan pada pengolahan air
limbah (Dovletoglou et al., 2002). Dovletoglou et al. (2002) melaporkan bahwa penggunaan
4 g/L PAC untuk pengolahan air limbah industri cat dapat menyisihkan 98% COD, 95% TSS
dan sekitar 80% logam berat, sedangkan pada penggunaan 2 g/L FeSO4 dapat menyisihkan
80% COD, 90% TSS dan sekitar 50% logam berat. Sementara itu, penggunaan 2.5 g/L
Al2(SO4)3 dapat menyisihkan 95% COD, 90% TSS dan sekitar 70% logam berat
Tabel 1. Estimasi Komposisi Kualitatif Air Limbah Tabel 2. Karakteristik Air Limbah Industri Cat
Industri Cat
Spesifikasi Komposisi Parameter [1] [2] [3] [4] [5] [6] [7] [8] [9] [10] Limit*
W hite pigment/powder 93% TiO 2 pH 6.25 5.98 8.73 6.6–7 5.5 6.95 9.12 11.5 6.8 7.41 6.5-8.5
W hite additive/powder 99.6% CaCO 3 TSS (mg/L) 6.15 1093 3821 238–330.3 102.5 1100 2770 706 120 426 30
Seminar Nasional Waste Management II
W hite additive/powder 95.5% SiO 2 TDS (mg/L) 224 - - - 3325 - 4060 - - 526 500
Red pigment/powder 94–97% Fe 2O 3 BOD (mg/L) 182 660 748 105.3–483.3 252.5 280 - 3060 105 - 30
Yellow pigment/powder 85–87% Fe 2O 3 COD (mg/L) 1092 1010 1711 646.9–2533 610 1970 7496 5100 2533 1280 80
Black pigment/powder 92–95% Fe 2O 3 Cond. (μS/cm) 234 122 - - 175 153 444.1 - - 813 900
Black pigment/dispersion in water Pigment/water/propylenoglycol Klorida (mg/L) 49 26.55 - - - - - - - - 250
Blue pigment/dispersion in water Pigment/water/propylenoglycol Sulfat (mg/L) 30 38.96 - - - - - - - - 250
W hite binder/emulsion Acrylic polymer/water/ammonia Sianida (mg/L) - - 0.5 - - 0.5 - - - 0.35 1
W hite binder/liquid Vinylacetate/vinylester Nikel (mg/L) 1.0 6.35 - - - - - - - - 1
Tembaga (mg/L) 2.46 6.98 - 0.15–0.25 - - - - 0.25 - 1
Keterangan Tabel 2: Besi (mg/L) 7.57 30.47 - 28.1–119 - 4.82 - - 119 - 1
[1] Onuegbu et al., 2013 [6] Akyol, 2012 Kadmium (mg/L) 1.74 4.5 - 0.10–0.76 1.8 0.02 - - - - 0.01
[2] Dovletoglouet al ., 2002 [7] Körbahti et al ., 2007 Timbal (mg/L) 0.09 20.54 - 1.5–7.4 5.6 1.44 - - 5.8 - 0.01
243
[3] Mousa et al ., 2010 [8] Hanafy & Elbary, 2005 Kromium (mg/L) 5.31 4 - - - 0.021 - - - - 0.05
[4] Madukasi et al ., 2009 [9] Madukasi et al ., 2013 Seng (mg/L) - 59 - 1.3–1.9 - 0.2 - - 1.9 - 15
[5] Malakootian et al ., 2008 [10] Gandhi, 2013 Minyak & lemak - - - - - - 143 156 - 154 10
*) WHO, (mg/L)
Seminar Nasional Waste Management II
Seperti halnya pada air limbah, polutan yang paling dominan dalam lumpur IPAL industri cat
ini adalah logam berat dan bahan organik. Beberapa metode yang dapat diterapkan untuk
pengolahan lumpur IPAL industri cat antara lain stabilisasi/solidifikasi, komposting dan solid-
bed bioleaching(Arce et al., 2010; Tian et al., 2012; Zehnsdorf et al., 2013).
Karena lumpur IPAL industri cat mengandung banyak bahan organik, maka bahan ini sangat
berpotensi untuk diolah menjadi kompos terutama sebagai sumber nitrogen (Tian et al.,
2012). Tian et al. (2012) melaporkan hasil percobaan komposting lumpur IPAL industri cat
dengan menambahkan limbah kertas dan limbah pertanian sebagai sumber karbon, 1.5%
kompos matang, 0.3% nutrien (0.14 g/kg KH2PO4, 0.16 g/kg K2HPO4) dan 6% FGD-gypsum
menghasilkan kompos dengan kualitas yang cukup baik dan tidak mengakibatkan
peningkatan konsentrasi logam berat dalam biomass tanaman uji coba.
Teknik bioremediasi yang dikembangkan oleh Helmholtz Centre for Environmental Research
dan BAUER Environment Group untuk remediasi sedimen sungai yang tercemar logam berat
dan konsentrasi bahan organik yang tinggi (Zehnsdorf et al., 2013) berpotensi untuk
diaplikasikan dalam pengolahan sedimen IPAL industri cat.Löser et al. (2001), Seidel et al.
(2004) dan Zehnsdorf et al. (2013) menjelaskan bahwa proses bioremediasi ini dibagi
menjadi 2 tahap, yaitu: 1) pengkondisian sedimen dengan tanaman, dan 2) solid-bed
bioleaching untuk menghasilkan material yang aman untuk dikembalikan ke lingkungan.
Tahap pengkondisian sedimen bertujuan untuk merubah karakteristik bio-fisik-kimia sedimen
yang semula berwarna hitam, tingkat permeabilitas rendah, kadar air yang tinggi, aktivitas
mikroflora heterotrof yang tinggi dan ketersediaan oksigen yang terbatas menjadi material
seperti tanah yang remah dan berwarna abu-abu atau coklat (Seidel et al., 2004).
Sedangkan solid-bed bioleachingpada prinsipnya adalah aplikasi dari proses ekstraksi logam
berat dari senyawa pengikatnya dengan memanfaatkan asam mineral yang dihasilkan oleh
mikroorganisme (Löser et al., 2001). Löser et al. (2001) dan Seidel et al. (2004)
mengemukakan bahwa berdasarkan hasil uji coba solid-bed bioleaching 2 m3 sedimen
sungai yang telah dikondisikan, diketahui bahwa penambahan air sebanyak 50 L/hari, udara
sebanyak 600 L/hari dan 2% sulfur merupakan dosis optimum untuk mengatifkan
mikroorganisme pengoksidasi sulfur menjadi asam sulfat (H2SO4). Asam sulfat inilah yang
kemudian berperan untuk mengekstrak logam berat yang ada di dalam sedimen. Logam
berat yang telah diekstraksi tersebut terlarut dalam air yang kemudian diolah pada unit waste
water treatment. Selama percobaan ini, suhu optimum untuk mendukung kinerja
mikroorganisme pengoksidasi sulfur berkisar antara 30°C sampai 40°C. Keunggulan dari
metode ini adalah pada terjadinya proses pengasaman yang merata di seluruh lapisan
sedimen, sehingga proses ekstraksi dan pelarutan logam berat juga terjadi secara merata di
seluruh lapisan sedimen (Löser et al., 2001).
6. Kontrol VOC
Bioscrubbers pada dasarnya sama dengan scrubber sistem basah (wet scrubber), yaitu
melarutkan bahan-bahan pencemar yang ada di dalam aliran gas dengan air yang
diseprotkan dari spraying tower pada media inert. Air yang telah tercampur dengan bahan-
bahan pencemar tersebut kemudian diolah di dalam waste water treatment plant
(Wübker&Friedrich, 1996). Pada bioscrubbers, air yang disemprotkan telah diperkaya
dengan mikroorganisme dan nutrisi. Air yang telah tercampur dengan bahan-bahan
pencemar dari gas secara kontinu dialirkan dan diolah di dalam bioreaktor lumpur aktif lalu
diresirkulasikan ke dalam scrubber. Dengan demikian, bioscrubbers terdiri dari scrubber dan
bioreaktor lumpur aktif (Groenestijn & Hesselink, 1993). Namun menurut Groenestijn, J.W.
(2005), teknologi ini tidak begitu populer dikembangkan karena keterbatasannya dalam
pengaturan suhu, pH, nutrisi dan luas permukaan yang lebih rendah daripada biofiltrasi.
Biotrickling filters dapat dianggap sebagai perpaduan antara biofiltration dan bioscrubbers.
Seperti pada biofiltration, gas dialirkan melalui media yang telah diperkaya dengan mikro-
organisme melekat (biofilm). Untuk menjaga kelembaban dan ketersediaan mikroorganisme
serta nutrisi di dalam media, maka dilakukan penyemprotan air yang telah diperkaya dengan
nutrisi sebagaimana dilakukan pada bioscrubbers. Berbeda dengan bioscrubbers,
penyerapan dan biodegradasi senyawa target digabungkan dalam satu kolom, sehingga
bioreaktor lumpur aktif tidak diperlukan, kecuali kondisi reaksi yang berbeda diperlukan untuk
konversi intermediet atau komponen gas lainnya (Philip & Deshusses, 2008). Menurut
Groenestijn, J.W. (2005), teknologi ini diyakini menjadi salah satu yang paling diminati selain
biofiltration, karena tingkat efesiensi kerjanya yang tinggi, mudah dioperasikan dan murah.
7. Kesimpulan
Konsentrasi logam berat dan bahan organik yang tinggi merupakan karakteristik utama
limbah B3 industri cat. Limbah B3 industri cat terutama berupa air limbah pencucian
peralatan produksi dan tumpahan cat, lumpur pengolahan air limbah dan senyawa organik
volatil. Karakteristik limbah B3 industri cat sangat bervariasi, tergantung pada jenis senyawa-
senyawa yang digunakan sebagai bahan baku proses produksi cat. Oleh karena itu,
pemilihan teknologi pengolahan harus mempertimbangkan sifat limbah, tingkat pengurangan
bahaya yang dibutuhkan, pembiayaan serta faktor-faktor lainnya.
Pengolahan air limbah industri cat dapat dilakukan dengan koagulasi-flokulasi dan
sedimentasi atau dengan proses biologi menggunakan teknologi biofilm. Sedangkan
pengolahan lumpur IPAL industri cat dapat dilakukan dengan teknik stabilisasi/solidifikasi,
komposting dan solid-bed bioleaching. Sementara itu, teknologi biofiltration, bioscrubbers
dan biotrickling filters menjadi alternatif yang paling efektif dan efesien untuk kontrol
pencemaran senyawa organik volatil dari industri cat.
8. Daftar Pustaka
Vaajasaari, K., Kulovaara, M., Joutti, A., Schultz, E. and Soljamo, K. (2004). Hazardous
properties of paint residues from the furniture industry. Journal of Hazardous Materials
106, 71–79.
WMRC - Waste Management and Research Center. (1993). Paint waste reduction and
disposal options. Champaign, Illinois, USA.
Wübker, S.M. and Friedrich, C.G. (1996). Reduction of biomass in a bioscrubber for waste
gas treatment by limited supply of phosphate and potassium ions. Applied Microbiology
and Biotechnology 46(5-6), 475-480.
Zehnsdorf, A., Seidel, H., Hoffmann, P., Schlenker, U. and Müller, R. (2013). Conditioning of
sediment polluted with heavy metals using plants as a preliminary stage of the
bioremediation process: a large-scale study. Journal of Soils and Sediments 13 (6), 1106-
1112.