Anda di halaman 1dari 12

LKTI FUTURA 2022

SOLUSI PENGURANGAN LIMBAH TEKSTIL DALAM LINGKUNGAN


SEHARI – HARI
LINGKUNGAN

AZZIZ ABDUL GHOFUR


ZAHRA MAULIDA SIHALOHO
SMA TELKOM BANDUNG
HALAMAN PENGESAHAN
LEMBAR ORISINALITAS
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr.Wb
Segala puji dan syukur bagi Allah Swt yang telah memberikan rahmat-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah ini dengan baik dan tepat pada
waktunya. Penulis membuat karya ilmiah yang berjudul “Solusi Pengurangan
Limbah Tekstil dalam Lingkungan Sehari-hari”.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada yang terhormat ibu Wina Kumala,S.Pd
selaku Pembina Ekstrakulikuler KIR yang telah membimbing penulis dalam
proses pembuatan karya ilmiah ini. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada
seluruh pihak yang telah membantu dalam pembuatan karya ilmiah serta berbagai
sumber yang telah penulis pakai sebagai data dan fakta pada karya ilmiah ini.
Penulis mengakui bahwa penulis hanya manusia yang mempunyai keterbatasan
dalam berbagai hal. Oleh karena itu, tidak ada hal yang dapat diselesaikan dengan
sempurna. Begitu pula dengan karya tulis ini yang telah terselesaikan.
Tidak semua hal dapat penulis deskripsikan dengan sempurna dalam karya ilmiah
ini. Penulis melakukannya semaksimal mungkin dengan kemampuan yang penulis
miliki. Maka dari itu, penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca untuk
perbaikan di masa mendatang. Penulis berharap karya ilmiah ini dapat bermanfaat
khususnya bagi penulis dan umumnya bagi pembaca.
Wassalamu’alaikum Wr.Wb
DAFTAR ISI
ABSTRAK
Limbah tekstil adalah limbah yang dihasilkan dari industri garmen yang mengolah
kapas atau serat sintetis menjadi kain. Akan tetapi ternyata limbah ini tidak hanya
datang dari produsen, tapi juga konsumen. Limbah tekstil ini ada yang berbentuk
padat dan cair. Limbah tekstil berwujud padat contohnya kain perca, baju bekas,
aksesoris fesyen. Limbah tekstil berwujud cair contohnya zat pewarna tekstil.
Keduanya berbahaya karena dapat menyebabkan pencemaran lingkungan. Oleh
karena itu, diperlukan solusi yang tepat untuk mengatasi dan mengurangi limbah
tersebut.

Metode yang digunakan untuk mencari solusi dari permasalahan ini adalah
pengumpulan data kualitatif dengan studi literatur dari menelaah berbagai jurnal
yang relevan. Kemudian mengumpulkan solusi-solusi tersebut menjadi satu dalam
karya ilmiah ini.

Dari hasil penelitian didapatkan solusi untuk mengatasi dan mengurangi limbah
tekstil adalah untuk limbah berwujud padat dapat dimanfaatkan menjadi kerajinan
yang memiliki nilai jual. Untuk limbah berwujud cair dapat diatasi dengan
fotokatalis, sistem lumpur aktif, elektrodialisis, mikrofiltrasi, bioremediasi dan
alternatif penggunaan pewarna tekstil alami.

Berdasarkan hasil tersebut, simpulan dari penelitian ini adalah ditemukannya


beberapa solusi yang dapat mengatasi dan mengurangi limbah tekstil baik
berwujud padat maupun berwujud cair.
Kata kunci : limbah tekstil, solusi, mengatasi, mengurangi
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Limbah adalah buangan atau material sisa yang dianggap tidak memiliki nilai
yang dihasilkan dari suatu proses produksi, baik industi maupun konsumen.
Meningkatnya pemakaian barang produksi dari berbagai kalangan menyebabkan
limbah tidak terkendali. Ampas produksi yang tinggi dapat memicu pencemaran
lingkungan. Limbah yang dapat mencamari lingkungan salah satunya limbah
tekstil.

Limbah tekstil adalah limbah yang dihasilkan dari industri garmen yang mengolah
kapas atau serat sintetis menjadi kain. Masalah ini timbul karena salah satuya
dampak dari Fast fashion. Fast fashion adalah istilah yang digunakan oleh
industri tekstil yang memiliki berbagai model fesyen yang silih berganti dalam
waktu yang sangat singkat, serta menggunakan bahan baku yang berkualitas
buruk, sehingga tidak tahan lama. Fast fashion telah menjadi model bisnis yang
paling terkenal di industri fesyen karena kinerjanya yang mengesankan di pasar
global beberapa tahun terakhir. Konsumsi dipuji sebagai mesin ekonomi
kapitalistik di seluruh dunia pada abad XX. Nilai-nilai materialistis tersebar
begitu luas sehingga banyak yang percaya bahwa semakin banyak benda
yang dimiliki seseorang, semakin baik kehidupannya. Sebuah penekanan pada
kecepatan, kuantitas, dan ukuran mendorong budaya konsumsi dan industri,
sehingga akan terjadi masalah terhadap kesejahteraan manusia. Contohnya
adalah masalah lingkungan seperti pemanasan global, penipisan ozon,
polusi air dan udara, hilangnya spesies, dan erosi lahan pertanian (Kim dkk,
2013).

Akan tetapi ternyata limbah ini tidak hanya datang dari produsen, tapi juga
konsumen. Limbah tekstil ini ada yang berbentuk padat dan cair. Limbah tekstil
berwujud padat contohnya kain perca, baju bekas, aksesoris fesyen. Limbah tekstil
berwujud cair contohnya zat pewarna tekstil. Keduanya berbahaya karena dapat
menyebabkan pencemaran lingkungan. Industri tekstil merupakan salah satu
industry yang menggunakan air dalam jumlah besar. Hal ini menyebabkan muncul
limbah tekstil cair. Limbah tekstil cair sangat berpotensi mencemari lingkungan.
Hal ini disebabkan karena air zat perwarna tersebut mengandung bahan-bahan
pencemar yang sangat kompleks dan intensitas warnanya tinggi. Nilai biological
oxygen demand (BOD) dan chemical oxygen demand (COD) untuk limbah tekstil
berkisar antara 80-6.000 mg/L dan 150-12.000 mg/L (Azbar et al., 2004). Baik air
limbah domestik maupun air limbah industry keduanya telah mencemari
lingkungan, terutama air sungai dan air tanah. Masalah pencemaran air
menimbulkan berbagai akibat, baik yang bersifat biologik,fisik maupun kimia.
Akibat biologik yang terlihat jelas di perairan-perairan antara lain berupa
kematian ikan atau sekurang-kurangnya berupa kelainan structural maupun
fungsional ke arah abnormal (Alkassasbeh et al., 2009).
Begitupun limbah tekstil padat salah satunya kain perca. Kain perca merupakan
salah satu contoh limbah anorganik yang sulit untuk diurai oleh lingkungan,
padahal intensitasnya cukup tinggi (Rosdiana et al., 2018). Limbah jenis kain
perca ini cukup banyak ditemukan karena banyaknya industri konveksi yang
mulai menjamur akhir-akhir ini baik dalam skala kecil maupun skala besar
(Purwasih et al., 2020).

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang tersebut, dapat dirumuskan sebagai berikut :
1. Mengapa limbah tekstil harus dikurangi ?
2. Bagaimana solusi mengurangi limbah tekstil ?

1.3 Tujuan Penelitian


Tujuan dari penelitian ini sebagai berikut :
1. Mengetahui mengapa limbah tekstil harus dikurangi
2. Mengetahui bagaimana solusi untuk mengurangi limbah tekstil.

1.4 Manfaat Penelitian


Manfaat dari penelitian ini adalah:
1. Untuk mengurangi limbah tekstil
2. Untuk membantu mencegah pencemaran lingkungan
3. Untuk melestarikan lingkungan
4. Untuk membangun rasa lingkungan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Limbah Tekstil Cair
Limbah industri tekstil merupakan sebuah masalah bagi lingkungan,
terutama limbah pada proses pencelupan. Proses pencelupan menggunakan
zat warna sintetis yang bersifat non-biodegradable. Air limbah industri
tekstil mengandung alkalinitas tinggi, berwarna, BOD tinggi, dan
mengandung padatan tersuspensi (Nemerow dalam Setiadi dkk., 2009).

Menurut Dae-Hee, dkk, (1999), limbah zat warna yang dihasilkan dari
industri tekstil umumnya merupakan senyawa organik non-biogradable,
yang dapat menyebabkan pencemaran lingkungan terutama lingkungan
perairan. Senyawa zat warna di lingkungan perairan sebenarnya dapat
mengalami dekomposisi secara alami oleh adanya cahaya matahari, namun
reaksi ini berlangsung relatif lamat, karena intensitas cahaya UV yang
sampai ke permukaan bumi relatif rendah sehingga akumulasi zat warna
ke dasar perairan atau tanah lebih cepat daripada fotodegradasinya.

Air limbah tekstil merupakan penyebab utama pencemaran air dan juga
memiliki efek pada ekologi dan lingkungan. Warna air limbah yang
mempengaruhi estetika sumber daya air, menghentikan kapasitas
reoksigenasi air yang masuk lewat cahaya matahari dan mengganggu
proses biologis air yang bisa merubah keseimbangan ekosistemnya
(Suphitcha dkk, 2013).

Menurut Al-kdasi (2004), berdasarkan struktur kimianya zat warna dibagi


menjadi bermacam-macam, antara lain: zat warna nitroso, nitro, azo,
stilben, difenil metana, trifenil metana, akridin, kinolin, indigoida,
aminokinon, anin dan indofenol. Namun secara garis besar zat warna
digolongkan menjadi dua golongan yaitu zat warna alami dan zat warna
sintetik.
Salah satu contoh zat warna yang banyak dipakai industri tekstil adalah
remazol black, red dan golden yellow. Dalam pewarnaan, senyawa ini
hanya digunakan sekitar 5% sedangkan sisanya yaitu 95% akan dibuang
sebagai limbah. Senyawa ini cukup stabil sehingga sangat sulit untuk
terdegradasi di alam dan berbahaya bagi lingkungan apalagi dalam
konsentrasi yang sangat besar karena dapat menaikkan Chemical Oxygen
Demand (COD).

2.2 Limbah Tekstil Padat


Limbah padatindustri, adalah hasil buangan industri berupa padatan,
lumpur, atau bubur yang berhasil dari suatu proses pengolahan (Daryanto,
1995). Dalam konsep lingkungan didefinisikan limbah padat dibagi
menurut jenisnya, yaitu :
(i) Municipal, yaitu limbah perkotaan dihasilkan oleh perumahan dan
perkantoran, biasa disebut sebagai “sampah” (trash), berupa ;
kertas, sampah taman, gelas, logam, plastik, sisa makanan, serta
bahan lain seperti karet, kulit, dan tekstil
(ii) Non-municipal , yaitu limbah yang berasal kegiatan industri,
pertanian, pertambangan, dengan jumlah yang jauh lebih besar dari
pada sampah perkotaan
Berdasarkan sifat limbah padat terbagi atas ;
1. Sampah organik - dapat diurai (degradable) Sampah organik merupakan
sampah yang berasal dari barang yang mengandung bahan-bahan organik,
seperti sisa-sisa sayuran, hewan, kertas, potongan-potongan kayu dari
peralatan rumah tangga, potongan-potongan ranting, rumput pada waktu
pembersihan kebun dan sebagainya.
2. Sampah anorganik - tidak terurai (undegradable) Berdasarkan
kemampuan diurai oleh alam (biodegradability), maka dapat dibagi lagi
menjadi:
1) Biodegradable: yaitu sampah yang dapat diuraikan secara sempurna
oleh proses biologi baik aerob atau anaerob, seperti: sampah dapur, sisa-
sisa hewan, sampah pertanian dan perkebunan.
2) Non-biodegradable: yaitu sampah yang tidak bisa diuraikan oleh proses
biologi. Dapat dibagi lagi menjadi:
o Recyclable: sampah yang dapat diolah dan digunakan kembali karena
memiliki nilai secara ekonomi seperti plastik, kertas, pakaian dan lain-lain.
o Non-recyclable: sampah yang tidak memiliki nilai ekonomi dan tidak
dapat diolah atau diubah kembali seperti tetra packs, carbon paper, thermo
coal dan lain-lain.

Menurut A. Hamidin (2012:12), kain perca merupakan kain yang menjadi


limbah pabrik konveksi, atau dalam bahasa mudahnya kain sisa dari
tempat-tempat atau pabrik yang memproduksi pakaian.Selain pabrik
pakaian, juga industri garmen yang biasanya juga menghasilkan kain
limbah. Sisa-sisa kain ini juga disebut dengan limbah. Limbah kain
ini berukuran kecil yaitu 5 -20 cm. Panjang dari kain perca ini
terkadang mencapai 3 –5 m, hal ini dikarenakan limbah kain ini
merupakan limbah dari kain sprei. Kain sprei yang dibuatberupa kain
utuh dan harus sesuai dengan ukuran sprei yang sudah ditetapkan
oleh pabrik atau sudah menjadi standarisasi dari ukuran sprei itu sendiri.
Untuk kain sprei yang melebihi dari ukuran maka akan dipotong,
sedangkan yang tidak mencapai ukuran standar maka akan disisihkan.
Dari potongan kain sprei inilah didapatkan limbah kain yang biasa
disebut dengan limbah. Limbah kain ini kemudian disebut dengan kain
perca yang tidak termanfaatkan, hanya dimusnahkan dengan cara
dibakar, atau didaur ulang kembali. Namun, di tangan orang yang
mempunyai daya kreativitas tinggi, kain-kain perca ini dapat dijadikan
barang yang lebih bermanfaat, variatif dan bernilai jual. Definisi kain
perca di atas menerangkan bahwa kain perca merupakan hasil kain
sisa yang berbentuk potongan-potongan kain kecil. Kain-kain ini
biasanya hanya dimanfaatkan sebagai kain lap saja. Dan jika dijual, dijual
dalam bentuk kilogram bukan dalam bentuk meteran, karena berbentuk
potongan kecil-kecil.

2.3 Dampak Limbah Tekstil Padat dan Cair


Pencemaran merupakan peristiwa yang dapat merugikan makhluk hidup.
Ada banyak
sekali dampak yang dapat ditimbulkan dari pencemaran limbah pabrik ini.
Dampak-dampak yang ditimbulkan ini tentu saja merupakan dampak yang
buruk. Adapun dampak-dampak yang dapat muncul sebab adanya
pencemaran limbah pabrik ini antara lain adalah
sebagai berikut:
1. Dampak bagi kesehatan
Dampak kesehatan yang ditimbulkan dari limbah pabrik ini antara lain
adalah sebagai berikut:
a. Menyebabkan adanya sampah beracun.
b. Timbul penyakit yang menular dari rantai makanan
c. Timbulnya penyakit jamur.
d. Menyebabkan penyakit kolera, diare, dan tifus.
e. Timbul sampah yang akan menjadi tempat perkembangbiakan lalat
sehingga mudah menularkan infeksi.
2. Dampak bagi lingkungan
Selain akan berdampak pada kesehatan, adanya limbah pabrik ini juga
dapat menyebabkan dampak buruk bagi lingkungan. Adapun beberapa
dampak negatif yang disebabkan oleh limbah pabrik bagi lingkungan
antara lain adalah sebagai berikut:
a. Menurunnya kualitas lingkungan
b. Menurunnya estetika atau nilai keindahan lingkungan
c. Membuat lingkungan kurang nyaman untuk ditempati
d. Membuat makhluk hidup yang terkena pencemaran menjadi musnah
atau mati.

2.4 Solusi Limbah Tekstil Padat dan Cair


a. Fotokatalis
Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk mengolah limbah sisa
pencelupan yang dihasilkan tersebut yaitu dengan menggunakan reaktor
fotokatalitik fixed bed yang merupakan produk penelitian penulis pada
tahun 2015 (Yuningrat dkk., 2016). Sistem ini memanfaatkan fotokatalis
TiO2 pada bahan pendukung batu apung yang mudah didapat. Untuk lebih
mengefektifkan degradasi zat warna, maka proses degradasi dibantu dengan
menggunakan sinar ultra violet (UV). Efektivitas sistem pengolahan zat
warna ini dilaporkan dapat menurunkan konsentrasi methyl orange sebagai
salah satu zat warna golongan azo menjadi 93,69% selama 7 jam penyinaran

Anda mungkin juga menyukai