Assalamu’alaikum Wr.Wb
Segala puji dan syukur bagi Allah Swt yang telah memberikan rahmat-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah ini dengan baik dan tepat pada
waktunya. Penulis membuat karya ilmiah yang berjudul “Solusi Pengurangan
Limbah Tekstil dalam Lingkungan Sehari-hari”.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada yang terhormat ibu Wina Kumala,S.Pd
selaku Pembina Ekstrakulikuler KIR yang telah membimbing penulis dalam
proses pembuatan karya ilmiah ini. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada
seluruh pihak yang telah membantu dalam pembuatan karya ilmiah serta berbagai
sumber yang telah penulis pakai sebagai data dan fakta pada karya ilmiah ini.
Penulis mengakui bahwa penulis hanya manusia yang mempunyai keterbatasan
dalam berbagai hal. Oleh karena itu, tidak ada hal yang dapat diselesaikan dengan
sempurna. Begitu pula dengan karya tulis ini yang telah terselesaikan.
Tidak semua hal dapat penulis deskripsikan dengan sempurna dalam karya ilmiah
ini. Penulis melakukannya semaksimal mungkin dengan kemampuan yang penulis
miliki. Maka dari itu, penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca untuk
perbaikan di masa mendatang. Penulis berharap karya ilmiah ini dapat bermanfaat
khususnya bagi penulis dan umumnya bagi pembaca.
Wassalamu’alaikum Wr.Wb
DAFTAR ISI
ABSTRAK
Limbah tekstil adalah limbah yang dihasilkan dari industri garmen yang mengolah
kapas atau serat sintetis menjadi kain. Akan tetapi ternyata limbah ini tidak hanya
datang dari produsen, tapi juga konsumen. Limbah tekstil ini ada yang berbentuk
padat dan cair. Limbah tekstil berwujud padat contohnya kain perca, baju bekas,
aksesoris fesyen. Limbah tekstil berwujud cair contohnya zat pewarna tekstil.
Keduanya berbahaya karena dapat menyebabkan pencemaran lingkungan. Oleh
karena itu, diperlukan solusi yang tepat untuk mengatasi dan mengurangi limbah
tersebut.
Metode yang digunakan untuk mencari solusi dari permasalahan ini adalah
pengumpulan data kualitatif dengan studi literatur dari menelaah berbagai jurnal
yang relevan. Kemudian mengumpulkan solusi-solusi tersebut menjadi satu dalam
karya ilmiah ini.
Dari hasil penelitian didapatkan solusi untuk mengatasi dan mengurangi limbah
tekstil adalah untuk limbah berwujud padat dapat dimanfaatkan menjadi kerajinan
yang memiliki nilai jual. Untuk limbah berwujud cair dapat diatasi dengan
fotokatalis, sistem lumpur aktif, elektrodialisis, mikrofiltrasi, bioremediasi dan
alternatif penggunaan pewarna tekstil alami.
Limbah adalah buangan atau material sisa yang dianggap tidak memiliki nilai
yang dihasilkan dari suatu proses produksi, baik industi maupun konsumen.
Meningkatnya pemakaian barang produksi dari berbagai kalangan menyebabkan
limbah tidak terkendali. Ampas produksi yang tinggi dapat memicu pencemaran
lingkungan. Limbah yang dapat mencamari lingkungan salah satunya limbah
tekstil.
Limbah tekstil adalah limbah yang dihasilkan dari industri garmen yang mengolah
kapas atau serat sintetis menjadi kain. Masalah ini timbul karena salah satuya
dampak dari Fast fashion. Fast fashion adalah istilah yang digunakan oleh
industri tekstil yang memiliki berbagai model fesyen yang silih berganti dalam
waktu yang sangat singkat, serta menggunakan bahan baku yang berkualitas
buruk, sehingga tidak tahan lama. Fast fashion telah menjadi model bisnis yang
paling terkenal di industri fesyen karena kinerjanya yang mengesankan di pasar
global beberapa tahun terakhir. Konsumsi dipuji sebagai mesin ekonomi
kapitalistik di seluruh dunia pada abad XX. Nilai-nilai materialistis tersebar
begitu luas sehingga banyak yang percaya bahwa semakin banyak benda
yang dimiliki seseorang, semakin baik kehidupannya. Sebuah penekanan pada
kecepatan, kuantitas, dan ukuran mendorong budaya konsumsi dan industri,
sehingga akan terjadi masalah terhadap kesejahteraan manusia. Contohnya
adalah masalah lingkungan seperti pemanasan global, penipisan ozon,
polusi air dan udara, hilangnya spesies, dan erosi lahan pertanian (Kim dkk,
2013).
Akan tetapi ternyata limbah ini tidak hanya datang dari produsen, tapi juga
konsumen. Limbah tekstil ini ada yang berbentuk padat dan cair. Limbah tekstil
berwujud padat contohnya kain perca, baju bekas, aksesoris fesyen. Limbah tekstil
berwujud cair contohnya zat pewarna tekstil. Keduanya berbahaya karena dapat
menyebabkan pencemaran lingkungan. Industri tekstil merupakan salah satu
industry yang menggunakan air dalam jumlah besar. Hal ini menyebabkan muncul
limbah tekstil cair. Limbah tekstil cair sangat berpotensi mencemari lingkungan.
Hal ini disebabkan karena air zat perwarna tersebut mengandung bahan-bahan
pencemar yang sangat kompleks dan intensitas warnanya tinggi. Nilai biological
oxygen demand (BOD) dan chemical oxygen demand (COD) untuk limbah tekstil
berkisar antara 80-6.000 mg/L dan 150-12.000 mg/L (Azbar et al., 2004). Baik air
limbah domestik maupun air limbah industry keduanya telah mencemari
lingkungan, terutama air sungai dan air tanah. Masalah pencemaran air
menimbulkan berbagai akibat, baik yang bersifat biologik,fisik maupun kimia.
Akibat biologik yang terlihat jelas di perairan-perairan antara lain berupa
kematian ikan atau sekurang-kurangnya berupa kelainan structural maupun
fungsional ke arah abnormal (Alkassasbeh et al., 2009).
Begitupun limbah tekstil padat salah satunya kain perca. Kain perca merupakan
salah satu contoh limbah anorganik yang sulit untuk diurai oleh lingkungan,
padahal intensitasnya cukup tinggi (Rosdiana et al., 2018). Limbah jenis kain
perca ini cukup banyak ditemukan karena banyaknya industri konveksi yang
mulai menjamur akhir-akhir ini baik dalam skala kecil maupun skala besar
(Purwasih et al., 2020).
Menurut Dae-Hee, dkk, (1999), limbah zat warna yang dihasilkan dari
industri tekstil umumnya merupakan senyawa organik non-biogradable,
yang dapat menyebabkan pencemaran lingkungan terutama lingkungan
perairan. Senyawa zat warna di lingkungan perairan sebenarnya dapat
mengalami dekomposisi secara alami oleh adanya cahaya matahari, namun
reaksi ini berlangsung relatif lamat, karena intensitas cahaya UV yang
sampai ke permukaan bumi relatif rendah sehingga akumulasi zat warna
ke dasar perairan atau tanah lebih cepat daripada fotodegradasinya.
Air limbah tekstil merupakan penyebab utama pencemaran air dan juga
memiliki efek pada ekologi dan lingkungan. Warna air limbah yang
mempengaruhi estetika sumber daya air, menghentikan kapasitas
reoksigenasi air yang masuk lewat cahaya matahari dan mengganggu
proses biologis air yang bisa merubah keseimbangan ekosistemnya
(Suphitcha dkk, 2013).