MAKALAH
Diajukan untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Pengantar Ilmu Teknik Sipil pada
Semester Ganjil (1)
Oleh:
NURALAMSYAH
NIM. 7011180091
FAKULTAS TEKNIK
2018
KATA PENGANTAR
Puji Syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat dan
limpahannya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah mata kuliah Sanitasi
dan Penanganan Limbah Pertanian yang berjudul “Pengolahan Limbah Padat,Cair,
B3, Dan Rumah Sakit”
Akhir kata penulis sangat menyadari bahwa isi dari makalah ini masih
sangat jauh dari yang semestinya. Oleh karena itu penulis sangat mengharapkan
masukan dan saran yang bersifat membangun untuk tugas-tugas selanjutnya.
Penulis
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
A. Kesimpulan ............................................................................................31
B. Saran .......................................................................................................31
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Keadaan lingkungan dapat mempengaruhi kondisi kesehatan masyarakat.
Banyak aspek kesehatan manusia dipengaruhi oleh lingkungan, dan banyak
penyakit dapat dimulai, didukung, ditopang atau dirangsang oleh faktor-faktor
lingkungan. Bagi pengusaha yang belum sadar terhadap akibat buangan
mencemarkan lingkungan, tidak memiliki program pengendalian dan pencegahan
pencemarann yang mengakibatkan bahan buangan yang keluar dari pabrik
langsung dibuang ke alam bebas.
B. Rumusan masalah
Bagaimana cara pengolahan limbah padat, limbah cair, limbah B3, dan
limbah rumah sakit ?
C. Tujuan
Untuk mengetahui cara pengolahan limbah padat, limbah cair, limbah B3,
dan limbah rumah sakit
BAB II
PEMBAHASAN
Apabila BOD air buangan tidak melebihi 400 mg/l, proses aerob
masih dapat dianggap lebih ekonomis dari anaerob. Pada BOD lebih tinggi
dari 4000 mg/l, proses anaerob menjadi lebih ekonomis.
D. Pengolahan Limbah B3
1. Pengertian Limbah B3
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 101 Tahun
2014 Tentang Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya Dan Beracun pasal 1
ayat 1 bahwa Bahan Berbahaya dan Beracun yang selanjutnya disingkat B3
adalah zat, energi, dan/atau komponen lain yang karena sifat, konsentrasi,
dan/atau jumlahnya, baik secara langsung maupun tidak langsung, dapat
mencemarkan dan/atau merusak lingkungan hidup, dan/atau membahayakan
lingkungan hidup, kesehatan, serta kelangsungan hidup manusia dan makhluk
hidup lain.
Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 12 Tahun 1995 Limbah B3
didefinisikan sebagai setiap limbah yang mengandung bahan berbahaya
dan/atau beracun yang karena sifat dan/atau konsentrasinya dan atau
jumlahnya, baik secara langsung maupun secara tidak langsung dapat merusak
dan/atau mencemarkan lingkungan hidup dan/atau dapat membahayakan
manusia.
Limbah B3 yang dibuang langsung ke dalam lingkungan hidup dapat
menimbulkan bahaya terhadap lingkungan hidup dan kesehatan manusia serta
makhluk hidup lainnya. Mengingat risiko tersebut, perlu diupayakan agar
setiap usaha dan/atau kegiatan menghasilkan Limbah B3 seminimal mungkin
dan mencegah masuknya Limbah B3 dari luar wilayah Negara Kesatuan
Republik Indonesia. Pengelolaan Limbah B3 dimaksudkan agar Limbah B3
yang dihasilkan masing-masing unit produksi sesedikit mungkin dan bahkan
diusahakan sampai nol, dengan mengupayakan reduksi pada sumber dengan
pengolahan bahan, substitusi bahan, pengaturan operasi kegiatan, dan
digunakannya teknologi bersih.
2. Pengaturan Hukum Tentang Pengelolaan Bahan Berbahaya Dan Beracun
(B3) Menurut Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009
Pengelolaan B3 semula diatur dalam Gevaarlijke Stoffen Ordonnantie
(GSO), Stb. 1949 No.377 dan beberapa peraturan khusus, seperti PP No.7
Tahun 1972 tentang Pengawasan Atas Peredaran, penyimpanan dan
Penggunaan Pestisida. Dan yang terbaru diatur dalam PP No.101 Tahun 2014
tentang Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun mengantikan PP
No.18 Tahun 1999 tentang Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan
Beracun.
Pengelolaan B3 maupun Limbah B3 telah diatur UU 32/2009 tentang
PPLH. Pasal 58 UUPPLH-2009 menentukan bahwa setiap orang yang
memasukkan ke dalam wilayah Negara Kesatuan Republik Indenesia,
menghasilkan, mengangkut, mengedarkan, menyimpan, memanfaatkan,
membuang, mengolah, dan/atau menimbun B3 wajib melakukan pengelolaan
B3. Ketentuan lebih lanjut mengenai pengelolaan B3 diatur dalam peraturan
pemerintah. Dari ketentuan tersebut jelas bahwa setiap aktivitas yang terkait
dalam B3 wajib melakukan pengelolaan B3. Kewajiban tersebut merupakan
upaya untuk mengurangi terjadinya kemungkinan risiko terhadap lingkungan
hidup baik berupa pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup,
mengingat B3 mempunyai potensi yang cukup besar untuk menimbulkan
dampak negatif.8 Oleh karena itu menurut pendapat penulis, pengelolaan
limbah B3 yang ada saat ini perlu dilakukan dalam bentuk pengelolaan yang
terpadu karena dapat menimbulkan kerugian terhadap kesehatan manusia,
mahluk hidup lainnya dan lingkungan hidup apabila tidak dilakukan
pengelolaan dengan benar.
Pengaturan mengenai pengelolaan limbah B3 diatur dalam Pasal 59
UUPPLH-2009. Pengelolaan limbah B3 merupakan rangkaian kegiatan yang
mencakup pengurangan, penyimpanan, pengumpulan, pengangkutan,
pemanfaatan dan/atau pengolahan termasuk penimbunan limbah B3. Beberapa
ketentuan penting dari pasal ini bahwa setiap orang yang menghasilkan limbah
B3 wajib melakukan pengelolaan limbah B3 yang dihasilkannya. Dalam hal
setiap orang tidak mampu melakukan sendiri pengelolaan limbah B3,
pengelolaannya diserahkan kepada pihak lain. Pengelolaan limbah B3 wajib
mendapat izin dari menteri, gubernur atau bupati/walikota sesuai dengan
kewenangannya. Menteri, gubernur, atau bupati/walikota mencantumkan
persyaratan lingkungan hidup yang harus dipenuhi dan kewajiban yang harus
dipatuhi pengelola limbah B3 dalam izin.
Selanjutnya, pada bagian mengenai Pengelolaan B3 diatur dalam
UUPPLH-2009, Pasal 58 dinyatakan sebagai berikut :
a. Setiap orang yang memasukkan ke dalam wilayah Negara Kesatuan
Republik Indonesia, menghasilkan, mengangkut, mengedarkan,
menyimpan, memanfaatkan, membuang, mengolah, dan/atau menimbun
B3 wajib melakukan pengelolaan B3.
b. Ketentuan lebih lanjut mengenai pengelolaan B3 sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) diatur dalam Peraturan Pemerintah.
3. Pengolahan limbah B3
Jenis-Jenis Proses Pengolahan Limbah secara Fisik dan Kimia:
a. Proses pengolahan secara kimia :
1) Reduksi-Oksidasi
2) Elektrolisasi
3) Netralisasi
4) Presipitasi / Pengendapan
5) Solidifikasi / Stabilisasi
6) Absorpsi
7) Penukaran ion, dan
8) Pirolisa
b. Proses pengolahan limbah secara fisik :
1) Pembersihan gas : Elektrostatik presipitator, Penyaringan partikel, Wet
scrubbing, dan Adsorpsi dengan karnbon aktif
2) Pemisahan cairan dengan padatan : Sentrifugasi, Klarifikasi,
Koagulasi, Filtrasi,
3) Flokulasi, Floatasi, Sedimentasi, dan Thickening
4) Penyisihan komponen-komponen yang spesifik : Adsorpsi, Kristalisasi,
Dialisa,
5) Electrodialisa, e, Leaching, Reverse osmosis, Solvent extraction, dan
Stripping.
4. Teknologi pengolahan limbah B3
Terdapat banyak metode pengolahan limbah B3 di industri, tiga metode
yang paling populer di antaranya ialah chemical conditioning,
solidification/Stabilization, dan incineration.
a. Chemical Conditioning
Salah satu teknologi pengolahan limbah B3 ialah chemical conditioning.
Tujuan utama dari chemical conditioning ialah:
1) Menstabilkan senyawa-senyawa organik yang terkandung di dalam
lumpur
2) Mereduksi volume dengan mengurangi kandungan air dalam lumpur
3) Mendestruksi organisme pathogen
4) Memanfaatkan hasil samping proses chemical conditioningyang masih
memiliki nilai ekonomi seperti gas methane yang dihasilkan pada
proses digestion
5) Mengkondisikan agar lumpur yang dilepas ke lingkungan dalam
keadaan aman dan dapat diterima lingkungan.
b. Solidification/Stabilization
Di samping chemical conditiong, teknologi solidification/stabilization
juga dapat diterapkan untuk mengolah limbah B3. Secara umum stabilisasi
dapat didefinisikan sebagai proses pencapuran limbah dengan bahan
tambahan (aditif) dengan tujuan menurunkan laju migrasi bahan pencemar
dari limbah serta untuk mengurangi toksisitas limbah tersebut. Sedangkan
solidifikasi didefinisikan sebagai proses pemadatan suatu bahan berbahaya
dengan penambahan aditif. Kedua proses tersebut seringkali terkait
sehingga sering dianggap mempunyai arti yang sama
c. Incineration
Teknologi pembakaran (incineration) adalah alternatif yang menarik
dalam teknologi pengolahan limbah. Insinerasi mengurangi volume dan
massa limbah hingga sekitar 90% (volume) dan 75% (berat). Teknologi ini
sebenarnya bukan solusi final dari sistem pengolahan limbah padat karena
pada dasarnya hanya memindahkan limbah dari bentuk padat yang kasat
mata ke bentuk gas yang tidak kasat mata. Proses insinerasi menghasilkan
energi dalam bentuk panas. Namun, insinerasi memiliki beberapa
kelebihan di mana sebagian besar dari komponen limbah B3 dapat
dihancurkan dan limbah berkurang dengan cepat. Selain itu, insinerasi
memerlukan lahan yang relatif kecil.
Aspek penting dalam sistem insinerasi adalah nilai kandungan energi
(heating value) limbah. Selain menentukan kemampuan dalam
mempertahankan berlangsungnya proses pembakaran, heating value juga
menentukan banyaknya energi yang dapat diperoleh dari sistem insinerasi.
Jenis insinerator yang paling umum diterapkan untuk membakar limbah
padat B3 ialah rotary kiln, multiple hearth, fluidized bed, open pit, single
chamber, multiple chamber, aqueous waste injection, dan starved air unit.
Dari semua jenis insinerator tersebut, rotary kiln mempunyai kelebihan
karena alat tersebut dapat mengolah limbah padat, cair, dan gas secara
simultan.
E. Pengolahan Limbah Rumah Sakit
1. Pengertian Limbah Rumah Sakit
Limbah rumah sakit menurut Permenkes RI nomor:
1204/MENKES/SK/X/2004 Tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan
Rumah Sakit adalah semua limbah yang dihasilkan dari kegiatan rumah sakit
dalam bentuk padat, cair, dan gas.
Peraturan Pemerintah RI No. 19 Tahun 1994 tentang pengolahan limbah
bahan berbahaya dan beracun menetapkan bahwa limbah hasil kegiatan rumah
sakit danlaboratoriumnya termasuk dalam daftar limah B3 dari sumber yang
speseifik dengankode limbah D227.
Limbah rumah sakit bisa mengandung bermacam-macam mikroorganisme
bergantung pada jenis rumah sakit, tingkat pengolahan yang dilakukan
sebelum dibuang. Limbah cair rumah sakit dapat mengandung bahan organik
dan anorganik yang umumnya diukur dan parameter BOD, COD, TSS, dan
lain-lain. Sementara limbah padat rumah sakit terdiri atas sampah mudah
membusuk, sampah mudah terbakar, dan lain-lain. Limbah-limbah tersebut
kemungkinan besar mengandung mikroorganisme patogen atau bahan kimia
beracun berbahaya yang menyebabkan penyakit infeksi dan dapat tersebar ke
lingkungan rumah sakit yang disebabkan oleh teknik pelayanan kesehatan
yang kurang memadai, kesalahan penanganan bahan-bahan terkontaminasi
dan peralatan, serta penyediaan dan pemeliharaan sarana sanitasi yang masih
buruk. Limbah benda tajam adalah semua benda yang mempunyai permukaan
tajam yang dapat melukai / merobek permukaan tubuh.
2. Jenis limbah Rumah Sakit
Sampah dan limbah rumah sakit adalah sampah dan limbah yang
dihasilkan oleh aktifitas rumah sakit dan kegiatan penunjang lainnya. Apabila
dibanding dengan kegiatan instansi lain, maka dapat dikatakan bahwa jenis
sampah dan limbah rumah sakit dapat dikategorikan komplek, karena secara
umum sampah dan limbah rumah sakit dibagi menjadi 2 kelompok besar yaitu
:
a. Limbah non klinis
Limbah berasal dari kantor/administrasi kertas, unit pelayanan (berupa
karton, kaleng, botol), sampah dari ruang pasien, sisa makanan
buangan, sampah dapur (sisa pembungkus, sisa makanan/bahan
makanan, sayur dan lain-lain) (Satmoko Wisaksono, 2000:35).
Meskipun tidak menimbulkan resiko sakit, limbah tersebut cukup
merepotkan karena memerlukan tempat yang besar untuk mengangkut
dan membuangnya.
b. Limbah klinis
Limbah yang berasal dari pelayanan medis, perawatan, gigi, veterinari,
farmasi atau sejenis, pengobatan, perawatan, penelitian atau
pendidikan yang menggunakan bahan-bahan beracun, infeksius
berbahaya atau bisa membahayakan kecuali jika dilakukan
pengamanan tertentu.
Bentuk limbah klinis bermacam-macam dan berdasarkan potensi yang
terkandung didalamnya, limbah klinis dapat dikelompokan sebagai
berikut:
1) Limbah benda tajam adalah obyek atau alat yang memiliki sudut
tajam, sisi, ujung atau bagian menonjol yang dapat memotong atau
menusuk kulit seperti jarum hipodermik, perlengkapan intravena,
pipet pasteur, pecahan gelas, pisau bedah. Semua benda tajam ini
memiliki potensi bahaya dan dapat menyebabkan cedera melalui
sobekan atau tusukan. Benda-benda tajam yang terbuang mungkin
terkontaminasi oleh darah, cairan tubuh, bahan mikrobiologi,
bahan beracun.
2) Limbah infeksius, yakni limbah yang berkaitan dengan pasien yang
memerlukan isolasi penyakit menular, diantaranya limbah
laboratorium yang berkaitan dengan pemeriksaan mikrobiologi dari
poliklinik dan ruang perawatan/isolasi penyakit menular.
3) Limbah jaringan tubuh, yakni limbah yang meliputi organ, anggota
badan, darah, cairan tubuh, biasanya dihasilkan pada saat
pembedahan/otopsi.
4) Limbah sitotoksit, yakni bahan yang terkontaminasi atau mungkin
terkontaminasi dengan obat sitotoksit selama peracikan,
pengangkutan atau tindakan terapi sitotoksit.
5) Limbah farmasi, yakni limbah yang berasal dari obat-obat
kadaluarsa, obat-obat yang terbuang karena tidak memenuhi
spesifikasi atau kemasan yang terkontaminasi, obat-obat yang
dibuang oleh pasien atau masyarakat, obat-obat yang tidak lagi
diperlukan oleh institusi yang bersangkutan dan limbah yang
dihasilkan selama produksi obatobatan.
6) Limbah kimia, yakni limbah yang dihasilakan dari penggunaan
bahan kimia dalam tindakan medis, veterinari, laboratorium, proses
sterilisasi, dan riset. 10. Limbah radioaktif, yakni bahan yang
terkontaminasi dengan radio isotop yang berasal dari penggunaan
medis atau riset radio nukleida. Limbah ini dapat berasal dari
tindakan kedokteran nuklir.
Sesuai Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 58 Tahun 1995 Tentang
: Baku Mutu Limbah Cair Bagi Kegiatan Rumah Sakit, maka Setiap penanggung
jawab kegiatan atau pengelola rumah sakit wajib:
1) Melakukan pengelolaan limbah cair sebelum dibuang ke lingkungan
sehingga mutu limbah cair yang dibuang ke lingkungan tidak melampaui
Baku Mutu Limbah Cair yang telah ditetapkan
2) Membuat saluran pembuangan limbah cair tertutup dan kedap air sehingga
tidak terjadi perembesan ke tanah serta terpisah dengan saluran limpahan
air hujan;
3) Memasang alat ukur debit laju alir limbah cair dan melakukan pencatatan
debit harian limbah cair tersebut;
4) Memeriksakan kadar parameter Baku Mutu Limbah Cair sebagaimana
tersebut dalam lampiran keputusan ini kepada laboratorium yang
berwenang sekurang-kurangnya satu kali dalam sebulan;
5) Menyampaikan laporan tentang catatan debit harian dan kadar parameter
baku Mutu Limbah Cair sebagaimana dimaksud huruf c dan d sekurang-
kurangnya tiga bulan sekali kepada Gubernur dengan tembusan Menteri,
Kepala Bapedal, Direktur Jenderal Badan Tenaga Atom Nasional, instansi
teknis yang membidangi rumah sakit serta instansi lain yang dianggap
perlu sesuai dengan peraturan perundangundangan yang berlaku;
PENUTUP
A. Kesimpulan
Limbah adalah buangan yang dihasilkan dari suatu proses produksi
baik industri maupun domestik (rumah tangga). Dimana masyarakat
bermukim, disanalah berbagai jenis limbah akan dihasilkan.
Limbah yang dihasilkan oleh kegiatan manusia di alam bermacam-
macam sepert limbah padat, cair, B3 dan juga limbah rumah sakit. Untuk
mencegah terjadinya pencemaran lingkungan setiap limbah masing-
masing mempunyai cara pengolahan yang berbeda tergantung dari jenis
limbah tersebut
B. Saran
Saran dari penulis, masyarakat harus dapat memilah dan memilih
mana limbah yang masih dapat digunakan kembali agar dapat berdaya
guna dan memiliki nilai ekonomis. Yang paling utama adalah lingkungan
tetap terjaga kebersihannya dan derajat kesehatan masyarakat dapat
tercapai setinggi mungkin.
Masyarakat disarankan untuk terus mencari tahu berbagai cara
pengolahan dari setiap jenis limbah agar dapa mngurangi residu
pencemaran yang kiat hari semakin meningkat
DAFTAR PUSTAKA
Arifin, M., 2008, ‘Pengaruh Limbah Rumah Sakit Terhadap Kesehatan’, Fakultas
Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, Indonesia
Djoko S (2001). Pengelolaan limbah rumah sakit. Sipil Soepra : jurnal sipil 3(8):
91-9
Danusaputro, Munadjat, Hukum Lingkungan, Buku I Umum, Binacipta, Jakarta,
1985.
Udin Jabu, Dkk,. Pedoman Bidang Studi Pembuangan Tinja Dan Air Limbah Pada
Institusi Pendidikan Sanitasi/Kesehatan Lingkungan. Jakarta :
Pusdiknakes.