Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH PENGLOLAAN LIMBAH

PENGERTIAN DAN KONSEP PENGELOLAAN LIMBAH

OLEH KELOMPOK 2

SUCI TIARA NINGTIAS 2113201032

MIRANTI APRILIA 2113201027

WIKA ANOPERTA 2113201033

MELISA INDAH LESTARI 2113201028

UTARI ULANDARI 2113201045

PRODI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BENGKULU


BAB I
PEMBAHASAN

A. Pengertian Limbah Secara Umum


Pengolahan limbah adalah proses menghilangkan/menguraikan polutan yang ada
dalam air limbah sehingga hilang sifat-sifat dari polutan tersebut yang meliputi proses
fisika, kimia dan biologi. Proses pengolahan limbah bertujuan meningkatkan akses
pelayanan limbah yang ramah lingkungan, sehingga tercapai peningkatan kualitas
kehidupan masyarakat dan lingkungan yang lebih baik dan sehat. (Sitorus, 2021)
Menurut Undang-Undang Republik Indonesia (UU RI) No. 32 Tahun 2009
tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup (PPLH), definisi limbah adalah
sisa suatu usaha dan/atau kegiatan. Definisi secara umum, limbah adalah bahan sisa atau
buangan yang dihasilkan dari suatu kegiatan dan proses produksi, baik pada skala rumah
tangga, industri, pertambangan, dan sebagainya. Bentuk limbah tersebut dapat berupa gas
dan debu, cair atau padat. Di antara berbagai jenis limbah ini ada yang bersifat beracun
atau berbahaya dan dikenal sebagai Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (Limbah B3),
Mahida (1993) dan Bennet (1997) menyatakan bahwa limbah adalah buangan cair dari
suatu lingkungan masyarakat baik domestik, perdagangan maupun industri yang
mengandung bahan organik dan non organik. Bahan organik yang terkandung dalam
limbah umumnya terdiri dari bahan nitrogen, lemak, karbohidrat dan sabun.
Limbah cair itu sendiri merupakan gabungan atau campuran dari air dan bahan-
bahan pencemar yang terbawa oleh air, baik dalam keadaan terlarut maupun tersuspensi
yang terbuang dari sumber pertanian, sumber industri, sumber domestik (perumahan,
perdagangan dan perkantoran),dan pada saat tertentu tercampur dengan air tanah, air
permukaan ataupun air hujan.

B. Pengolahan Limbah Padat


1. Pengertian Limbah Padat
Limbah padat adalah hasil buangan industri yang berupa padatan, lumpur atau
bubur yang berasal dari proses pengolahan. Jenis limbah padat seperti kertas, kayu, kain,
karet, kulit tiruan, plastik, gelas kaca, metal, kulit telur, Sumber limbah padat yaitu
berasal dari pabrik gula, pulp/kertas, limbah nuklir, pengawetan buah, ikan atau daging.
Limbah padat merupakan suatu bahan sisa berupa fase padat yang dihasilkan dari
proses produksi maupun konsumsi. Sama seperti jenis limbah lainnya limbah padat juga
dapat menimbulkan dampak serius bila tidak ditangani secara serius, misalnya terjadinya
kerusakan permukaan tash, badan air. penurunan kualitas udara, banjir, atau timbulnya
bau busuk akibat dekomposisi limbah padat organik.
Berdasarkan sifat dan karakteristiknya, limbah padat sendiri dibedakan menjadi
beberapa jenis, di antaranya limbah padat yang mudah terbakar, sukardekomposisi
limbah padat organik.
Berdasarkan sifat dan karakteristiknya, limbah padat sendiri dibedakan menjadi
beberapa jenis, di antaranya limbah padat yang mudah terbakar, sukar terbakar, mudah
membusuk, dapat didaur ulang limbah radioaktif. Masing- masing jenis limbah ini
memerlukan teknik penanganan yang berbeda-beda. Berikut ini telah kami rangkum
beberapa contoh limbah padat beserta teknik penanganannya yang efektif.
2. Pengolahan Limbah Padat Secara Umum
a. Penimbunan Terbuka
Terdapat dua cara penimbunan sampah yang umum dikenal, yaitu metode
penimbunan terbuka (open dumping) dan metode sanitary landfill. Pada metode
penimbunan terbuka,. Di lahan penimbunan terbuka, berbagai hama dan kuman
penyebab penyakit dapat berkembang biak. Gas metan yang dihasilkan oleh
pembusukan sampah organik dapat menyebar ke udara sekitar dan menimbulkan bau
busuk serta mudah terbakar. Cairan yang tercampur dengansampah dapat merembes
ke tanah dan mencemari tanah serta air.
b. Sanitary Landfill
Pada metode sanitary landfill, sampah ditimbun dalam lubang yang dialasi iapisan
lempung dan lembaran plastik untuk mencegah perembesan limbah ke tanah. Pada
landfill yang lebih modern lagi, biasanya dibuat sistem lapisan ganda (plastik-
lempung plastik - lempung) dan pipa-pipa saluran untuk mengumpulkan cairan serta
gas metan yang terbentuk dari proses pembusukan sampah. Gas tersebut kemudian
dapat digunakan untuk menghasilkan listrik.
c. Insincrasi
Insincrasi dalah pembakaran sampah/limbah padat menggunakan suatu alat yang
disebut insinerator. Kelebihan dari proses insincrasi adalah volume sampah berkurang
sangat banyak (bisa mencapai 90 %). Selain itu, proses insincrasi menghasilkan panas
yang dapat dimanfaatkan untuk menghasilkan listrik atau untuk pemanas ruangan.
d. Daur Ulang
Daur ulang adalah proses untuk menjadikan suatu bahan bekas menjadi bahan baru
dengan tujuan mencegah adanya sampah yang sebenarnya dapat sesuatu yang
berguna, mengurangi penggunaan bahan baku yang baru, mengurangi penggunaan
energi, mengurangi polusi, kerusakan lahan, dan emisi gas rumah kaca jika
dibandingkan dengan proses pembuatan barang baru. Untuk meminimalisasi limbah
padat pada pelaksanaan pembangunan berkelanjutan yang menghemat sumber daya
alam dan pembangunan yang memberi nilai tambah pada sumber daya alam. Maka
dari itu, untuk menghemat sumber daya alam tersebut dilakukan cara 4R yaitu
Replace, Reduce, Recycle dan Reuse.

C. Pengolahan Limbah Cair 1. Pengertian Limbah Cair


Sesuai Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 58 Tahun 1995
pasal 1 ayat 1, Limbah cair adalah semua bahan buangan yang berbentuk cair yang
kemungkinan mengandung mikroorganisme pathogen, bahan kimia beracun, dan
radioaktivitas.
Limbah cair adalah sisa dari suatu hasil usaha dan atau kegiatan yang berwujud
cair yang dibuang ke lingkungan dan diduga dapat menurunkan kualitas lingkungan
Sedangkan menurut Sugiharto (1987) air limbah (waste water) adalah kotoran dari
masyarakat, rumah tangga dan juga yang berasal dari industri, air tanah, air permukaan,
serta buangan lainnya.
Metcalf & Eddy (2003), mendefinisikan limbah berdasarkan titik sumbemya
sebagai kombinasi cairan hasil buangan rumah tangga (permukiman),instansi
perusahaaan, pertokoan, dan industri dengan air tanah, air nermukaan dan air hujan.
Limbah cair merupakan sisa buangan hasil suatu proses yang sudah tidak
dipergunakan lagi, baik berupa sisa industri, rumah tangga, peternakan, pertanian, dan
sebagainya.Komponen utama limbah cair adalah air (99%) sedangakan komponen
lainnya bahan padat yang bergantung asal buangan tersebut.
Pengolahan Limbah Cair Bagi industri-industri besar, seperti industri pulp dan
kertas, teknologi pengolahan limbah cair yang dihasilkannya mungkin sudah memadai,
namun tidak demikian bagi industri kecil atau sedang. Namun demikian, mengingat
penting dan besarnya dampak yang ditimbulkan limbah cair bagi lingkungan, penting
bagi sektor industri kehutanan untuk memahami dasar-dasar teknologi pengolahan
limbah cair.
Teknologi pengolahan air limbah adalah kunci dalam memelihara kelestarian
lingkungan. Apapun macam teknologi pengolahan air limbah domestik maupun industri
yang dibangun harus dapat dioperasikan dan dipelihara oleh masyarakat setempat. Jadi
teknologi pengolahan yang dipilih harus sesuai dengan kemampuan teknologi masyarakat
yang bersangkutan. Berbagai teknik pengolahan air buangan untuk menyisihkan bahan
polutannya telah dicoba dan dikembangkan selama ini.

D. Pengolahan Limbah B3
1. Pengertian Limbah B3
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 101 Tahun 2014
Tentang Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya Dan Beracun pasal 1 ayat I bahwa
Bahan Berbahaya dan Beracun yang selanjutnya disingkat B3 zat, energi, dan/atau
komponen lain yang karena sifat, konsentrasi, dan/atau jumlahnya, baik secara
langsung maupun tidak langsung, dapat mencemarkan dan/atau merusak lingkungan
hidup, dan/atau membahayakan lingkungan hidup, kesehatan, serta kelangsungan
hidup manusia dan makhluk hidup lain.

Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 12 Tahun 1995 Limbah B3 didefinisikan


sebagai setiap limbah yang mengandung bahan berbahaya dan/atau beracun yang
karena sifat dan/atau konsentrasinya dan atau jumlahnya, baik secara langsung
maupun secara tidak langsung dapat merusak

dan/atau mencemarkan lingkungan hidup dan/atau dapat membahayakan manusia.

Limbah B3 yang dibuang langsung ke dalam lingkungan hidup dapat menimbulkan


bahaya terhadap lingkungan hidup dan kesehatan manusia serta makhluk hidup
lainnya. Mengingat risiko tersebut, perlu diupayakan agar setiap usaha dan/atau
kegiatan menghasilkan Limbah B3 seminimal mungkin dan mencegah masuknya
Limbah B3 dari luar wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia. Pengelolaan
Limbah B3 dimaksudkan agar Limbah B3 yang dihasilkan masing-masing unit
produksi sesedikit mungkin dan bahkan diusahakan sampai nol, dengan
mengupayakan reduksi pada sumber denganpengolahan bahan, substitusi bahan,
pengaturan operasi kegiatan, dan digunakannya teknologi bersih.
2. Pengaturan Hukum Tentang Pengelolaan Bahan Berbahaya Dan Beracun (B3)
Menurut Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009

Pengelolaan B3 semula diatur dalam Gevaarlijke Stoffen Ordonnantic (GSO), Stb.


1949 No.377 dan beberapa peraturan khusus, seperti PP No.7 Tahun 1972 tentang
Pengawasan Atas Peredaran, penyimpanan dan Penggunaan Pestisida. Dan yang
terbaru diatur dalam PP No.101 Tahun 2014 tentang Pengelolaan Limbah Bahan
Berbahaya dan Beracun mengantikan PP No.18 Tahun 1999 tentang Pengelolaan
Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun.

Pengelolaan B3 maupun Limbah B3 telah diatur UU 32/2009 tentang PPLH. Pasal 58


UUPPLH-2009 menentukan bahwa setiap orang yang memasukkan ke dalam wilayah
Negara Kesatuan Republik Indenesia, menghasilkan, mengangkut, mengedarkan,
menyimpan, memanfaatkan, membuang, mengolah, dan/atau menimbun B3 wajib
melakukan pengelolaan B3. Ketentuan lebih lanjut mengenai pengelolaan B3 diatur
dalam peraturan pemerintah. Dari ketentuan tersebut jelas bahwa setiap aktivitas yang
terkait dalam B3 wajib melakukan pengelolaan B3. Kewajiban tersebut merupakan
upaya untuk mengurangi terjadinya kemungkinan risiko terhadap lingkungan hidup
baik berupa pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup, mengingat B3
mempunyai potensi yang cukup besar untuk menimbulkan dampak negatif.8 Oleh
karena itu menurut pendapat penulis, pengelolaan limbah B3 yang ada saat ini perlu
dilakukan dalam bentuk pengelolaan yang terpadu karena dapat menimbulkan
kerugian terhadap kesehatan manusia, mahluk hidup lainnya dan lingkungan hidup
apabila tidak dilakukan pengelolaan dengan benar.

3. Pengolahan limbah B3
Jenis-Jenis Proses Pengolahan Limbah secara Fisik dan Kimia:
a. Proses pengolahan secara kimia:
1) Reduksi-Oksidasi
2) Elektrolisasi
3) Netralisasi
4) Presipitasi/Pengendapan
5) Solidifikasi/Stabilisasi
6) Absorpsi
7) Penukaran ion, dan
8) Pirolisa

b. Proses pengolahan limbah secara fisik:


1) Pembersihan gas: Elektrostatik presipitator, Penyaringan partikel,
Wetscrubbing, dan Adsorpsi dengan karnbon aktif
2) Pemisahan cairan dengan padatan Sentrifugasi, Klarifikasi, Koagulasi, Filtrasi,
3) Flokulasi, Floatasi, Sedimentasi, dan
4) Penyisihan komponen-komponen yang spesifik: Adsorpsi, Kristalisasi, Dialisa
5) Electrodialisa, e Leaching, Reverse osmosis, Solvent extraction, dan Stripping
E. Pengolahan Limbah Rumah Sakit
1. Pengertian Limbah Rumah Sakit
Limbah rumah sakit menurut Permenkes RI nomor 1204/MENKES/SK/X/2004
Tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit adalah semua limbah yang
dihasilkan dari kegiatan rumah sakit dalam bentuk padat, cair, dan gas. Peraturan
Pemerintah RI No. 19 Tahun 1994 tentang pengolahan limbah bahan berbahaya dan
beracun menetapkan bahwa limbah hasil kegiatan rumah sakit danlaboratoriumnya
termasuk dalam daftar limah B3 dari sumber yang speseifik dengankode limbah
D227.
Limbah rumah sakit bisa mengandung bermacam-macam mikroorganisme
bergantung pada jenis rumah sakit, tingkat pengolahan yang dilakukan sebelum
dibuang. Limbah cair rumah sakit dapat mengandung bahan organik dan anorganik
yang umumnya diukur dan parameter BOD, COD, TSS, dan lain-lain. Sementara
limbah padat rumah sakit terdiri atas sampah mudah membusuk, sampah mudah
terbakar, dan lain-lain. Limbah-limbah tersebut kemungkinan besar mengandung
mikroorganisme patogen atau bahan kimia beracun berbahaya yang menyebabkan
penyakit infeksi dan dapat terschar ke lingkungan rumah sakit yang disebabkan oleh
teknik pelayanan kesehatan yang kurang memadai, kesalahan penanganan bahan-
bahan terkontaminasi dan peralatan,serta penyediaan dan pemeliharaan sarana
sanitasi yang masih buruk, Limbah benda tajam adalah semua benda yang
mempunyai permukaan tajam yang dapat melukai / merobek permukaan tubuh.

2. Pengolahan Limbah Rumah Sakit


Pengolahan limbah pada dasarnya merupakan upaya mengurangi volume,
konsentrasi atau bahaya limbah, setelah proses produksi atau kegiatan, melalui proses
fisika, kimia atau hayati. Dalam pelaksanaan pengelolaan limbah, upaya pertama
yang harus dilakukan adalah upaya preventif yaitu mengurangi volume bahaya
limbah yang dikeluarkan ke lingkungan yang meliputi upaya mengurangi limbah pada
sumbernya, serta upaya pemanfaatan limbah.
Program minimisasi limbah di Indonesia baru mulai digalakkan, bagi rumah sakit
masih merupakan hal baru, yang tujuannya untuk mengurangi jumlah limbah dan
pengolahan limbah yang masih mempunyainilai ekonomi.

Berbagai upaya telah dipergunakan untuk mengungkapkan pilihan. teknologi


mana yang terbaik untuk pengolahan limbah, khususnya limbah berbahaya lain
reduksi limbah (waste reduction), minimisasi limbah (waste minimization),
pemberantasan limbah (waste abatement), pencegahan pencemaran (waste
prevention) dan reduksi pada sumbemya (source reduction).
Berbagai cara yang digunakan untuk reduksi limbah pada sumbernya adalah
(Arthono, 2020):
a. Pengelolaan Limbah Padat
Untuk memudahkan mengenal limbah yang akan dimusnahkan, limbah lain
yang terkontaminasi dari ruang pengobatan hendaknya ditampung pada bak
penampungan limbah klinis yang mudah dijangkau atau bak sampah yang
dilengkapi dengan pelapis pada tempat produksi limbah.kantong plastik
tersebut hendaknya diambil paling sedikit satu hari sekali atau bila tiga
perempat penuh. Kemudian diikat dengan kuat bila tiga perempat penuh atau
sebelum jadwal pengumpulan sampah.

b. Pengolahan Limbah cair rumah sakit


Limbah cair yang berasal dari berbagai kegiatan laboratorium, dapur, laundry,
toilet, dan lain sebagainya dikumpulkan pada sebuah kolam equalisasi lalu
dipompakan ke tangki reaktor untuk dicampurkan dengan gas ozon. Gas ozon
yang masuk dalam tangki reaktor bereaksi senyawa organik dan membunuh
bakteri patogen pada limbah cair .

Limbah cair yang sudah teroksidasi kemudian dialirkan ke tangki koagulasi


untuk dicampurkan koagulan. Lantas proses sedimentasi pada tangki
berikutnya. Pada proses ini, polutan mikro, logam berat dan lain- lain sisa
hasil proses oksidasi dalam tangki reaktor dapat dicndapkan .

Selanjutnya dilakukan proses penyaringan pada tangki filtrasi. Pada tangki ini
terjadi proses adsorpsi, yaitu proses penyerapan zat-zat pollutan yang
terlewatkan pada proses koagulasi. Zat-zat polutan akan permukaan karbon
aktif. Apabila seluruh permukaan karbon aktif ini sudah jenuh, atau tidak
mampu lagi menyerap maka proses penyerapan akan berhenti, dan pada saat
ini karbon aktif harus diganti dengan karbon aktif baru atau didaur ulang
dengan cara dicuci. Air yang keluar dari filter karbon aktif untuk selanjutnya
dapat dibuang denganaman ke sungai.

c. Limbah Gas
1) Monitoring limbah gas berupa NO, SO,, logam berat, dan dioksin
dilakukan minimal satu kali setahun.
2) Suhu pembakaran minimum 1.000°C untuk pemusnahan bakteri patogen,
virus, dioksin, dan mengurangi jelaga.
3) Dilengkapi alat untuk mengurangi emisi gas dan debu.
4) Melakukan penghijauan dengan menanam pohon yang banyak
memproduksi gas oksigen dan dapat menyerap debu.

d. Limbah Infeksius dan Benda Tajam


1) Limbah yang sangat infeksius seperti biakan dan persediaan agen
infeksius dari laboratorium harus disterilisasi dengan pengolahan panas
dan basah seperti dalam autoclave sedini mungkin. Untuk limbah infeksius
yang lain cukup dengan cara disinfeksi.
2) Benda tajam harus diolah dengan insincrator bila memungkinkan, dan
dapat diolah bersama dengan limbah infeksius lainnya. Kapsulisasi juga
cocok untuk benda tajam.
3) Setelah insincrasi atau disinfeksi, residunya dapat dibuang ke tempat
pembuangan B3 atau dibuang ke landfill jika residunya sudah aman.
e. Limbah Farmasi
1) Limbah farmasi dalam jumlah kecil dapat diolah dengan insinerator
pirolitik (pyrolytic incinerator), rotary kiln, dikubur secara aman, sanitary
landfill, dibuang ke sarana air limbah atau inersisasi. Tetapi dalam jumlah
besar harus menggunakan fasilitas pengolahan yang khusus seperti rotary
kiln, kapsulisasi dalam drum logam, dan incrsisasi
2) Limbah padat farmasi dalam jumlah besar harus dikembalikan kepada
distributor sedangkan bila dalam jumlah sedikit dan tidak memungkinkan
dikembalikan, supaya dimusnahkan melalui insincrator pada
suhu di atas 1.000°.

f. Limbah Sitotoksis
1) Limbah sitotoksis sangat berbahaya dan tidak boleh dibuang dengan
penimbunan (landfill) atau ke saluran limbah umum.
2) Pembuangan yang dianjurkan adalah dikembalikan ke perusahaan
penghasil atau distributornya, insincrasi pada suhu tinggi, dan degradasi
kimia. Bahan yang belum dipakai dan kemasannya masih utuh karena
kadaluarsa harus dikembalikan ke distributor apabila tidak ada insinerator
dan diberi keterangan bahwa obat tersebut sudah kedaluarsa atau tidak lagi
dipakai.
3) Insincrasi pada suhu tinggi sekitar 1200°C dibutuhkan untuk
menghancurkan semua bahan sitotoksik. Insincrasi pada suhu rendah
dapat menghasilkan uap sitotoksik yang berbahaya ke udara.
4) Insincrator pirolitik dengan 2 (dua) tungku pembakaran pada suhu
1.200°C dengan minimum waktu tinggal 2 detik atau suhu 1.000°Cdengan
waktu tinggal 5 detik di tungku kedua sangat cocok untuk bahan ini dan
dilengkapi dengan penyaring debu.
5) Insincrator juga harus dilengkapi dengan peralatan pembersih gas.
Insincrasi juga memungkinkan dengan rotary kiln yang didesain untuk
dekomposisi panas limbah kimiawi yang beroperasi dengan baik pada
suhu di atas 850°C.
6) Insincrator dengan satu tungku atau pembakaran terbuka tidak tepat untuk
pembuangan limbah sitotoksis.
7) Metode degradasi kimia yang mengubah senyawa sitotoksik menjadi
senyawa tidak beracun dapat digunakan tidak hanya untuk residu obat tapi
juga untuk pencucian tempat urin, tumpahan dan pakaian pelindung.
8) Cara kimia relatif mudah dan aman meliputi oksidasi oleh kalium
permanganat (KMnO.) atau asam sulfat (H.SO.), penghilangan nitrogen
dengan asam bromida, atau reduksi dengan nikel dan aluminium.
9) Insincrasi maupun degradasi kimia tidak merupakan solusi yang sempurna
untuk pengolahan limbah, tumpahan atau cairan biologis yang
terkontaminasi agen antineoplastik. Oleh karena itu, rumah sakit harus
berhati-hati dalam menangani obat sitotoksik.
10) Apabila cara insincrasi maupun degradasi kimia tidak tersedia, kapsulisasi
atau incrsisasi dapat dipertimbangkan sebagai cha yang dapat dipilih.
BAB II
PENUTUP

A. Kesimpulan
Limbah adalah buangan yang dihasilkan dari suatu proses produksi baik industri maupun
domestik (rumah tangga). Dimana masyarakat bermukim, disanalah berbagai jenis
limbah akan dihasilkan. Limbah yang dihasilkan oleh kegiatan manusia di alam
bermacam- macam sepert limbah padat, cair, B3 dan juga limbah rumah sakit. Untuk
mencegah terjadinya pencemaran lingkungan setiap limbah masing- masing mempunyai
cara pengolahan yang berbeda tergantung dari jenis limbah tersebut.

B. Saran
Saran dari penulis, masyarakat harus dapat memilah dan memilih mana limbah yang
masih dapat digunakan kembali agar dapat berdaya guna dan memiliki nilai ekonomis.
Yang paling utama adalah lingkungan tetap terjaga kebersihannya dan derajat kesehatan
masyarakat dapat tercapai setinggi mungkin. Masyarakat disarankan untuk terus mencari
tahu berbagai cara pengolahan dari setiap jenis limbah agar dapa mngurangi residu
pencemaran yang kiat hari semakin meningkat
DAFTAR PUSTAKA

Azwar, Azrul 2019. Pengantar Imu Kesehatan Lingkungan Jakarta: Mutiara Sumber
Widya.

Arifin, M., 2019, Pengaruh Limbah Rumah Sakit Terhadap Kesehatan, Fakultas
Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, Indonesia

Agustiani E, Slamet A, Winarni D (2018): Penambahan PAC pada proses lumpur aktif
untuk pengolahan air limbah rumah sakit: laporan penelitian. Surabaya: Fakultas Teknik
Industrilnstitut Teknologi Sepuluh Nopember

Kusminarno, K., 'Manajemen Limbah Rumah Notoatmodjo, Sockidjo. 2020. Ilmu


Kesehatan Masyarakat. Jakarta: Rincka cipta,

Permenkes RI nomor: 1204/MENKES/SK/X/2004 Tentang Persyaratan Kesehatan


Lingkungan Rumah Sakit

Peraturan Pemerintah RI No. 74 Tahun 2001 Tentang Berbahaya Dan Beracun.


Pengelolaan Bahan Peraturan Pemerintah RI No. 85 Tahun 1999 Tentang Perubahan Atas
Peraturan Pemerintah No. 18 Tahun 1999 Tentang Pengelolaan Limbah Bahan
Berbahaya Dan Beracun.

Udin Jabu, Dkk.. Pedoman Bidang Studi Pembuangan Tinja Dan Air Limbah Pada
Institusi Pendidikan Sanitasi Kesehatan Lingkungan. Jakarta Pusdiknakes.

Anda mungkin juga menyukai