OLEH KELOMPOK 2
D. Pengolahan Limbah B3
1. Pengertian Limbah B3
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 101 Tahun 2014
Tentang Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya Dan Beracun pasal 1 ayat I bahwa
Bahan Berbahaya dan Beracun yang selanjutnya disingkat B3 zat, energi, dan/atau
komponen lain yang karena sifat, konsentrasi, dan/atau jumlahnya, baik secara
langsung maupun tidak langsung, dapat mencemarkan dan/atau merusak lingkungan
hidup, dan/atau membahayakan lingkungan hidup, kesehatan, serta kelangsungan
hidup manusia dan makhluk hidup lain.
3. Pengolahan limbah B3
Jenis-Jenis Proses Pengolahan Limbah secara Fisik dan Kimia:
a. Proses pengolahan secara kimia:
1) Reduksi-Oksidasi
2) Elektrolisasi
3) Netralisasi
4) Presipitasi/Pengendapan
5) Solidifikasi/Stabilisasi
6) Absorpsi
7) Penukaran ion, dan
8) Pirolisa
Selanjutnya dilakukan proses penyaringan pada tangki filtrasi. Pada tangki ini
terjadi proses adsorpsi, yaitu proses penyerapan zat-zat pollutan yang
terlewatkan pada proses koagulasi. Zat-zat polutan akan permukaan karbon
aktif. Apabila seluruh permukaan karbon aktif ini sudah jenuh, atau tidak
mampu lagi menyerap maka proses penyerapan akan berhenti, dan pada saat
ini karbon aktif harus diganti dengan karbon aktif baru atau didaur ulang
dengan cara dicuci. Air yang keluar dari filter karbon aktif untuk selanjutnya
dapat dibuang denganaman ke sungai.
c. Limbah Gas
1) Monitoring limbah gas berupa NO, SO,, logam berat, dan dioksin
dilakukan minimal satu kali setahun.
2) Suhu pembakaran minimum 1.000°C untuk pemusnahan bakteri patogen,
virus, dioksin, dan mengurangi jelaga.
3) Dilengkapi alat untuk mengurangi emisi gas dan debu.
4) Melakukan penghijauan dengan menanam pohon yang banyak
memproduksi gas oksigen dan dapat menyerap debu.
f. Limbah Sitotoksis
1) Limbah sitotoksis sangat berbahaya dan tidak boleh dibuang dengan
penimbunan (landfill) atau ke saluran limbah umum.
2) Pembuangan yang dianjurkan adalah dikembalikan ke perusahaan
penghasil atau distributornya, insincrasi pada suhu tinggi, dan degradasi
kimia. Bahan yang belum dipakai dan kemasannya masih utuh karena
kadaluarsa harus dikembalikan ke distributor apabila tidak ada insinerator
dan diberi keterangan bahwa obat tersebut sudah kedaluarsa atau tidak lagi
dipakai.
3) Insincrasi pada suhu tinggi sekitar 1200°C dibutuhkan untuk
menghancurkan semua bahan sitotoksik. Insincrasi pada suhu rendah
dapat menghasilkan uap sitotoksik yang berbahaya ke udara.
4) Insincrator pirolitik dengan 2 (dua) tungku pembakaran pada suhu
1.200°C dengan minimum waktu tinggal 2 detik atau suhu 1.000°Cdengan
waktu tinggal 5 detik di tungku kedua sangat cocok untuk bahan ini dan
dilengkapi dengan penyaring debu.
5) Insincrator juga harus dilengkapi dengan peralatan pembersih gas.
Insincrasi juga memungkinkan dengan rotary kiln yang didesain untuk
dekomposisi panas limbah kimiawi yang beroperasi dengan baik pada
suhu di atas 850°C.
6) Insincrator dengan satu tungku atau pembakaran terbuka tidak tepat untuk
pembuangan limbah sitotoksis.
7) Metode degradasi kimia yang mengubah senyawa sitotoksik menjadi
senyawa tidak beracun dapat digunakan tidak hanya untuk residu obat tapi
juga untuk pencucian tempat urin, tumpahan dan pakaian pelindung.
8) Cara kimia relatif mudah dan aman meliputi oksidasi oleh kalium
permanganat (KMnO.) atau asam sulfat (H.SO.), penghilangan nitrogen
dengan asam bromida, atau reduksi dengan nikel dan aluminium.
9) Insincrasi maupun degradasi kimia tidak merupakan solusi yang sempurna
untuk pengolahan limbah, tumpahan atau cairan biologis yang
terkontaminasi agen antineoplastik. Oleh karena itu, rumah sakit harus
berhati-hati dalam menangani obat sitotoksik.
10) Apabila cara insincrasi maupun degradasi kimia tidak tersedia, kapsulisasi
atau incrsisasi dapat dipertimbangkan sebagai cha yang dapat dipilih.
BAB II
PENUTUP
A. Kesimpulan
Limbah adalah buangan yang dihasilkan dari suatu proses produksi baik industri maupun
domestik (rumah tangga). Dimana masyarakat bermukim, disanalah berbagai jenis
limbah akan dihasilkan. Limbah yang dihasilkan oleh kegiatan manusia di alam
bermacam- macam sepert limbah padat, cair, B3 dan juga limbah rumah sakit. Untuk
mencegah terjadinya pencemaran lingkungan setiap limbah masing- masing mempunyai
cara pengolahan yang berbeda tergantung dari jenis limbah tersebut.
B. Saran
Saran dari penulis, masyarakat harus dapat memilah dan memilih mana limbah yang
masih dapat digunakan kembali agar dapat berdaya guna dan memiliki nilai ekonomis.
Yang paling utama adalah lingkungan tetap terjaga kebersihannya dan derajat kesehatan
masyarakat dapat tercapai setinggi mungkin. Masyarakat disarankan untuk terus mencari
tahu berbagai cara pengolahan dari setiap jenis limbah agar dapa mngurangi residu
pencemaran yang kiat hari semakin meningkat
DAFTAR PUSTAKA
Azwar, Azrul 2019. Pengantar Imu Kesehatan Lingkungan Jakarta: Mutiara Sumber
Widya.
Arifin, M., 2019, Pengaruh Limbah Rumah Sakit Terhadap Kesehatan, Fakultas
Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, Indonesia
Agustiani E, Slamet A, Winarni D (2018): Penambahan PAC pada proses lumpur aktif
untuk pengolahan air limbah rumah sakit: laporan penelitian. Surabaya: Fakultas Teknik
Industrilnstitut Teknologi Sepuluh Nopember
Udin Jabu, Dkk.. Pedoman Bidang Studi Pembuangan Tinja Dan Air Limbah Pada
Institusi Pendidikan Sanitasi Kesehatan Lingkungan. Jakarta Pusdiknakes.