ANORGANIK
DI TPS 3R RAWASARI RT.16/RW.2
RAWASARI SELATAN
KEC. CEMPAKA PUTIH TIMUR
Disusun oleh:
M. Al-Ghifari (1202005012)
Radinda Pramesti Putri (1182005015)
A. Pendahuluan
Lingkungan adalah tempat hidup semua makhluk yang ada di bumi, khususnya
manusia. Menurut Hendrik L. Blum, 1974 dalam Slamet, 2016 menyatakan bahwa
lingkungan adalah faktor terbesar dalam mempengaruhi derajat kesehatan, sehingga
menjaga lingkungan merupakan tanggung jawab masyarakat. Peran masyarakat
sangat penting dalam menjaga lingkungan, sebab masyarakat dituntut mampu
menyelesaikan permasalahan menyangkut lingkungan hidupnya. Salah satu
permasalahan lingkungan hidup adalah tentang kebersihan. Kebersihan adalah sebuah
cerminan setiap individu dalam menjaga Kesehatan.
Sampah adalah suatu benda atau bahan yang sudah tidak digunakan lagi oleh
manusia sehingga dibuang. Stigma masyarakat terkait sampah adalah semua sampah
itu menjijikkan, kotor, dan lain-lain sehingga harus dibakar atau dibuang sebagaimana
mestinya. Segala aktivitas masyarakat selalu menimbulkan sampah. Hal ini tidak
hanya menjadi tanggung jawab pemerintah daerah akan tetapi juga dari seluruh
masyarakat untuk mengolah sampah agar tidak berdampak negatif bagi lingkungan
sekitar. Permasalahan sampah meliputi 3 bagian yaitu pada bagian hilir, proses dan
hulu. Pada bagian hilir, pembuangan sampah yang terus meningkat. Pada bagian
proses, keterbatasaan sumber daya baik dari masyarakat maupun pemerintah. Pada
bagian hulu, berupa kurang optimalnya sistem yang diterapkan pada pemrosesan
akhir. Sebagian besar masyarakat menganggap membakar sampah merupakan bagian
dari pengolahan sampah. akan tetapi, hal seperti itu bisa menyebabkan pencemaran
bagi lingkungan dan mengganggu kesehatan. Sikap seperti ini ada kemungkinan
dipengaruhi oleh pengetahuan dan kematangan usia (Mulasari,2012).
Kebersihan merupakan suatu keadaan yang bebas dari segala kotoran, dan lain-
lain yang dapat merugikan segala aspek yang menyangkut setiap kegiatan dan
perilaku masyarakat. Untuk mewujudkan kebersihan lingkungan, dibutuhkan
kesadaran dari masyarakat tentang pentingnya menjaga kebersihan.
Khususnya di Kota jakarta, kota yang termasuk kota besar begitu juga dengan
penduduknya yang setiap tahunnya meningkat dan sampah yang dihasilkan juga
semakin banyak. Oleh karena itu diperlukannya pengelolaan sampah agar sampah-
sampah tersebut tidak menumpuk. Beberapa faktor yang mempengaruhi pengolahan
sampah yang dianggap sebagai penghambat sistem adalah penyebaran dan kepadatan
penduduk, sosial ekonomi dan karakteristik lingkungan fisik, sikap, perilaku serta
budaya yang ada di masyarakat.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penelitian
C. Pengelolahan Sampah
Pengolahan sampah merupakan bagian dari penanganan sampah dan
menurut UU No 18 Tahun 2008 didefinisikan sebagai proses perubahan bentuk
sambah dengan mengubah karakteristik, komposisi, dan jumlah sampah.
Pengolahan sampah merupakan kegiatan yang dimaksudkan untuk mengurangi
jumlah sampah, disamping memanfaatkan nilai yang masih terkandung dalam
sampah itu sendiri (bahan daur ulang, produk lain, dan energi). Pengolahan
sampah dapat dilakukan berupa
: pengomposan, recycling/daur ulang, pembakaran (insinersi), dan lain-lain.
Pengolahan secara umum merupakan proses transformasi sampah baik
secara fisik, kimia maupun biologi. Masing masing definisi dari proses
transformasi tersebut adalah :
1. Transformasi fisik.
Perubahan sampah secara fisik melalui beberapa metoda atau cara yaitu :
a. Pemisahan komponen sampah: dilakukan secara manual atau mekanis, Sampah
yang bersifat heterogen dipisahkan menjadi komponenkomponennya, sehingga
bersifat lebih homogen. Langkah ini dilakukan untuk keperluan daur ulang.
Demikian pula sampah yang bersifat berbahaya dan beracun (misalnya sampah
laboratorium berupa sisa-sisa zat kimia) sedapat mungkin dipisahkan dari jenis
sampah lainnya, untuk kemudian diangkut ke tempat pembuangan khusus.
b. Mengurangi volume sampah dengan pemadatan atau kompaksi: dilakukan dengan
tekanan/kompaksi. Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk menekan kebutuhan
ruang sehingga mempermudah penyimpanan, pengangkutan dan pembuangan.
Reduksi volume juga bermanfaat untuk mengurangi biaya pengangkutan dan
pembuangan. Jenis sampah yang membutuhkan reduksi volume antara lain:
kertas, karton, plastik, kaleng.
c. Mereduksi ukuran dari sampah dengan proses pencacahan. Tujuan hampir sama
dengan proses kompaksi dan juga bertujuan memperluas permukaan kontak dari
komponen sampah.
2. Transformasi Kimia.
Perubahan bentuk sampah secara kimiawi dengan menggunakan prinsip proses
pembakaran atau insenerasi. Proses pembakaran sampah dapat didefinisikan
sebagai pengubahan bentuk sampah padat menjadi fasa gas, cair, dan produk
padat yang terkonversi, dengan pelepasan energi panas. 2 Proses pembakaran ini
sangat dipengaruhi oleh karakteristik dan komposisi sampah yaitu :
Nilai kalor dari sampah, dimana semakin tinggi nilai kalor sampah maka akan
semakin mudah proses pembakaran berlangsung. Persyaratan nilai kalor adalah
4500 kJ/kg sampah agar dapat terbakar.
Kadar air sampah, semakin kecil dari kadar air maka proses pembakaran akan
berlangsung lebih mudah.
Ukuran partikel, semakin luas permukaan kontak dari partikel sampah maka
semakin mudah sampah terbakar. Jenis pembakaran dapat dibedakan atas :
- Pembakaran stoikhiometrik, yaitu pembakaran yang dilakukan dengan suplai
udara/oksigen yang sesuai dengan kebutuhan untuk pembakaran sempurna.
- Pembakaran dengan udara berlebih, yaitu pembakaran yang dilakukan dengan
suplai udara yang melebihi kebutuhan untuk berlangsungnya pembakaran
sempurna.
- Gasifikasi, yaitu proses pembakaran parsial pada kondisi substoikhiometrik, di
mana produknya adalah gas-gas CO, H2, dan hidrokarbon.
- Pirolisis, yaitu proses pembakaran tanpa suplai udara.
3. Transformasi Biologi Perubahan bentuk sampah dengan memanfaatkan aktivitas
mikroorganisme untuk mendekomposisi sampah menjadi bahan stabil yaitu
kompos. Teknik biotransformasi yang umum dikenal adalah:
a. Komposting secara aerobik (produk berupa kompos).
b. Penguraian secara anaerobik (produk berupa gas metana, CO2 dan gasgas lain,
humus atau lumpur). Humus/lumpur/kompos yang dihasilkan sebaiknya
distabilisasi terlebih dahulu secara aerobik sebelum digunakan sebagai
kondisioner tanah.