MAKALAH
Untuk Memenuhi Tugas Matakuliah Pengetahuan Lingkungan
yang dibina oleh Prof. Dr. Hj. Mimien Henie Irawati, M.S.
Oleh
Kelompok 6 :
Pearlindah
(100342400934)/GZ
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Masyarakat awam, membedakan secara mendasar atas pengertian sampah
dan limbah. Kedua istilah dimaksud pada dasarnya merupakan sisa (waste) bahan
buangan yang tidak digunakan lagi, walaupun masih dapat diproses untuk
kegunaan lain. Pengertian sampah terbatas pada sampah padat baik organik
maupun anorganik, sedangkan limbah merupakan bahan buangan (waste) yang
dalam prosesnya menggunakan air. Kedua bentuk buangan (waste) baik sampah
padat maupun limbah cair yang bersumber dari lingkungan masyarakat, dan
secara umum disebut dengan istilah limbah domestik. Pengertian limbah
domestik adalah bahan buangan (waste atau limbah), yang bersumber dari
lingkungan masyarakat, dimana bentuk dan komposisinya dapat dipengaruhi oleh
budaya dan lingkungannya. Berdasarkan sumbernya, limbah domestik bisa berasal
dari permukiman penduduk, lingkungan perkantoran, pertokoan dan pasar,
maupun home industri. Berdasarkan kandungan zat kimianya limbah domestik
dibedakan menjadi dua, yaitu: (a) anorganik, seperti misalnya plastik, logamlogam, pecahan gelas dan abu, (b) organik, seperti sisa makanan, kertas,
dedaunan, sisa makanan buah dan sayur. Berdasarkan mudah tidaknya dibakar,
juga dibedakan menjadi dua, yaitu: mudah dibakar (kertas, karet, plastik, kain dan
kayu), dan berbeda dengan karakteristik berdasarkan mudah tidaknya membusuk.
Limbah yang sulit membusuk (plastik, pecahan gelas, dan karet), sedangkan yang
relatif mudah membusuk antara lain sisa makanan, dedaunan, sobekan kain dan
atau kertas (Waryono, 2008).
Perkembangan dan pertumbuhan penduduk yang pesat di daerah perkotaan
mengakibatkan daerah pemukiman semakin luas dan padat. Peningkatan aktivitas
manusia, lebih lanjut menyebabkan bertambahnya sampah. Faktor yang
mempengaruhi jumlah sampah selain aktivitas penduduk antara lain adalah
jumlah atau kepadatan penduduk, sistem pengelolaan sampah, keadaan geografi,
musim dan waktu, kebiasaan penduduk, teknologi serta tingkat sosial ekonomi
(Depkes RI., 1987).
Pengolahan sampah merupakan bagian dari penanganan sampah dan
menurut UU No. 18 Th. 2008 didefinisikan sebagai proses perubahan bentuk
sampah dengan mengubah karakteristik, komposisi, dan jumlah sampah.
Pengolahan sampah merupakan kegiatan yang biasa disebut Tindakan 6M,
dimaksudkan untuk mengurangi jumlah sampah, disamping memanfaatkan nilai
yang masih terkandung dalam sampah itu sendiri (menggunakan kembali: bahan
daur ulang, produk lain, dan energi), mengganti, memisahkan, daur ulang, dan
mengomposkan. Berdasarkan Peraturan Pemerintah RI No. 81 Th. 2012 Pasal 1
menyatakan bahwa 1) Tempat pengolahan sampah dengan prinsip 3R (reduce,
reuse, recycle) yang selanjutnya disebut TPS. 2) TPS merupakan tempat
dilaksanakannya kegiatan pengumpulan, pemilahan, penggunaan ulang, dan
pendauran ulang skala kawasan, 3) Tempat pengolahan sampah terpadu yang
selanjutnya
disingkat
TPST
adalah
tempat
dilaksanakannya
kegiatan
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Sampah
Sampah secara umum dapat diartikan sebagai bahan buangan yang tidak
disenangi dan tidak diinginkan orang, dimana sebagian besar merupakan bahan
atau sisa yang sudah tidak dipergunakan lagi dan akan menimbulkan gangguan
terhadap kesehatan masyarakat dan lingkungan.
Definisi sampah menurut Undang-undang Nomor 18 Tahun 2008 pasal 1
ayat (1) adalah:
Sampah adalah sisa-sisa kegiatan sehari-hari manusia dan/atau proses alam
yang berbentuk padat.
Definisi menurut Sidik Wasito, yaitu :
Sampah adalah zat padat atau semi padat yang terbuang atau sudah tidak
berguna lagi baik yang dapat membusuk maupun yang tidak dapat membussuk
kecuali zat padat buangan atau kotoran manusia.
Definisi sampah menurut UU-18/2008 tentang Pengelolaan Sampah [68]
adalah sisa kegiatan sehari-hari manusia dan/atau proses alam yang berbentuk
padat.
Dengan demikian, maka sampah dapat diartikan sebagai benda yang tidak
disenangi yang berbentuk padat sebagai hasil dari aktivitas manusia yang secara
ekonomi tidak mempunyai harga atau tidak mempunyai manfaat.
B. Macam-macam Sampah
Jenis- jenis sampah dapat diuraikan sebagai berikut :
1. Sampah Basah (garbage), yaitu sejenis sampah yang terdiri dari barang-barang
yang mudah membusuk dan menimbulkan bau yang tidak sedap, contohnya sayursayuran, sisa makanan, buah-buahan dan lain sebagainya yang berasal dari rumah
tangga, rumah makan, pasar, pertanian dan lain-lain.
2. Sampah Kering (rubbish), terdiri dari sampah yang dapat dibakar dan tidak
dapat dibakar. Sampah yang mudah terbakar umumnya zat-zat organik misalnya
kertas, kayu, kardus, karet dan sebagainya. Sampah yang tidak mudah terbakar
sebagian besar berupa zat anorganik misalnya logam, gelas, kaleng yang berasal
dari rumah tangga, perksntoran, pusat perdagangan dan lain-lain.
3. Abu (ashes), yang termasuk sampah ini adalah sisa-sisa dari pembakaran atau
bahan yang terbakar, bisa berasal dari rumah, kantor, pabrik, industri.
4. Sampah jalanan (street sweeting), seperti kertas, daun-daun, plastik.
5. Bangkai binatang (dead animal), yaitu bangkai-bangkai binatang akibat
penyakit, alam dan kecelakaan.
6. Sampah campuran, yaitu sampah yang berasal dari daerah pemukiman terdiri
dari garbage, ashes, rubbish.
7. Sampah industri, terdiri dari sampah padat dari industri, pengolahan hasil bumi
atau timbunan dan industri lainnya.
8. Sampah dari daerah pembangunan (construction wastes), yaitu sampah yang
berasal dari pembanguna gedung atu bangunan-bangunan lain, seperti batu-bata
beton, asbes, papan dan lain-lain.
9. Sampah hasil penghancuran gedung (demolition waste), adalah sampah yang
berasal dari penghancuran dan perombakan bangunan atau gedung.
10. Sampah khusus, yaitu sampah-sampah yang memerlukan penanganan khusus
misalnya sampah beracun dan berbahaya, sampah infeksius, misalnya sampah
radioaktif, kaleng cat, film bekas dan lain-lain.
C. Sumber-sumber Sampah
Sumber-sumber sampah diklasifikasikan ke dalam beberapa kategori
antara lain :
1. Pemukiman penduduk
Sampah ini terdiri dari sampah hasil kegiatan rumah tangga seperti hasil
pengolahan makanan, dari halaman, dan lain-lain
2. Daerah Perdagangan
Sampah dari pusat perdagangan atau pasar biasanya terdiri dari karduskardus yang besar, kertas dan lain-lain.
3. Industri
Sampah yang berasal dari daerah inustri termasuk smpah yang berasal dari
pembangunan industri tersebut dan dari segala proses yang terjadi di dalam
industri.
4. Pertanian
Sampah ini berupa sampah hasil perkebunan atau pertanian misalnya
jerami, sisa sayuran, dan lain-lain.
5. Tempat-tempat Umum
Contohnya sampah dari tempat hiburan, sekolah, tempat-tempat ibadah
dan lain-lain.
6. Jalan dan Taman
7. Pembangunan dan pemugaran gedung
8. Rumah sakit dan Laboratorium
D. Timbulan Sampah
Setiap hari kita tak dapat lepas dari sampah, karena kita membuangnya
baik di rumah atau di kantor dan dimanapun kita berada. Tidak heran ketika akan
menimbulkan pencemaran tanah, air dan udara. Berdasar perhitungan Bappenas
dalam buku infrastruktur Indonesia pada tahun 1995 perkiraan timbulan sampah
di Indonesia sebesar 22.5 juta ton dan akan meningkat lebih dari dua kali lipat
pada tahun 2020 menjadi 53,7 juta ton. Sementara di kota besar produk sampah
perkapita berkisar antara 600-830 gram per hari. Berdasarkan data tersebut maka
kebutuhan TPA pada tahun 1995 seluas 675 ha dan meningkat menjadi 1610 ha di
tahun 2020. Kondisi ini akan menjadi masalah besar dengan terbatasnya lahan
kosong di kota besar. Menurut data BPS pada tahun 2001 timbulan sampah yang
diangkut hanya mencapai 18,3 %, ditimbun 10,46 %, dibuat kompos 3,51 %,
dibakar 43,76 % dan lainnya dibuang di pekarangan pinggir sungai atau tanah
kosong sebesar 24,24 % .(Bappenas, 1995)
Rendahnya
penanganan
tersebut
selain
disebabkan
oleh
semakin
Barat, timbulan sampah akan mencapai angka minimum pada musim panas 4)
Cara hidup dan mobilitas penduduk 5) Iklim: di negara Barat, debu hasil
pembakaran alat pemanas akan bertambah pada musim dingin 6) Cara
penanganan makanannya (Damanhuri, 2010).
Contoh gambaran tentang timbulan sampah, beberapa angka tentang
timbulan sampah diberikan di bawah ini, yang merupakan rangkuman dari
beberapa laporan hasil penelitian.
Tabel 3.1 Timbulan Sampah di Beberapa Negara (Damanhuri, 2010)
Satuan timbulan sampah kota besar = 2 2,5 L/orang/hari, atau = 0,4 0,5
kg/orang/hari
Satuan timbulan sampah kota sedang/kecil = 1,5 2 L/orang/hari, atau =
0,3 0,4 kg/orang/hari
Karena timbulan sampah dari sebuah kota sebagian besar berasal dari rumah
tangga, maka untuk perhitungan secara cepat satuan timbulan sampah tersebut
dapat dianggap sudah meliputi sampah yang ditimbulkan oleh setiap orang dalam
berbagai kegiatan dan berbagai lokasi, baik saat di rumah, jalan, pasar, hotel,
taman, kantor dsb. Namun tambah besar sebuah kota, maka tambah mengecil
porsi sampah dari permukiman, dan tambah membesar porsi sampah non-
1. Penampungan Sampah
Proses awal dalam penanganan sampah terkait langsung dengan sumber
sampah adalah penampungan. Penampungan sampah adalah suatu cara
penampungan sampah sebelum dikumpulkan, dipindahkan, diangkut dan dibuang
ke TPA. Tujuannya adalah menghindari agar sampah tidak berserakan sehingga
tidak menggangu lingkungan. . Faktor yang paling mempengaruhi efektifitas
tingkat pelayanan adalah kapasitas peralatan, pola penampungan, jenis dan sifat
bahan dan lokasi penempatan (SNI 19-2454-2002).
2. Pengumpulan Sampah
Pengumpulan sampah adalah cara proses pengambilan sampah mulai dari
tempat penampungan sampah sampai ke tempat pembuangan sementara. Pola
pemindahan
sampah
adalah
memindahkan
sampah
hasil
sistem
membuang/menimbun
khusus/pengolahan
sampah
sehingga
pengolahan
disuatu
sistem
ini
sampah
tempat
sering
tanpa
dengan
ada
menimbulkan
hanya
perlakukan
gangguan
pencemaran lingkungan.
b. Metode Controlled Landfill (Penimbunan terkendali)
Controlled Landfill adalah sistem open dumping yang diperbaiki yang
merupakan sistem pengalihan open dumping dan sanitary landfill yaitu dengan
penutupan sampah dengan lapisan tanah dilakukan setelah TPA penuh yang
dipadatkan atau setelah mencapai periode tertentu.
c. Metode Sanitary landfill (Lahan Urug Saniter)
Sistem pembuangan akhir sampah yang dilakukan dengan cara sampah
ditimbun dan dipadatkan, kemudian ditutup dengan tanah sebagai lapisan
penutup. Pekerjaan pelapisan tanah penutup dilakukan setiap hari pada akhir
jam operasi.
F. Pengertian 6M
6M adalah suatu upaya pengelolaan sampah rumah tangga yang terdiri atas
beberapa langkah yaitu mengurangi, menggunakan kembali, mengganti,
memisahkan, mendaurulang, dan mengomposkan (Al Muhdhar, 2011).
G. Manfaat 6M
Tindakan 6M ini mampu memproses sampah padat, sludge, dan cair,
misalnya: sampah
domestik dan rumah tangga, hotel, pasar, rumah sakit maupun sampah dan limbah
industri.
Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 81 Th. 2012 Pasal
2 Pengaturan pengelolaan sampah ini bertujuan untuk:
a. menjaga kelestarian fungsi lingkungan hidup dan kesehatan masyarakat; dan
b. menjadikan sampah sebagai sumber daya.
Keuntungan dan keistimewaan pengolahan sampah dengan Tindakan 6M:
sekitar TPA.
Mengurangi
lingkungan.
Meningkatkan peran serta masyarakat dalam pengelolaan sampah dan
pencemaran
lingkungan
dan
meningkatkan
kebersihan
masyarakat.
Keadaan lingkungan
masyarakat.
Keadaan lingkungan yang baik akan menghemat pengeluaran dana kesehatan
yang
baik
mencerminkan
kemajuaan
budaya
suatu negara sehingga dana itu dapat digunakan untuk keperluan lain
(Chandra, 2007)
Pengelolaan sampah yang kurang baik dapat memberikan pengaruh negatif
bagi kesehatan, lingkungan, maupun bagi kehidupan sosial ekonomi dan budaya
masyarakat, seperti berikut.
1. Pengaruh terhadap kesehatan
jamur.
Penyakit demam berdarah meningkatkan incidencenya disebabkan vektor
Aedes Aegypty yang hidup berkembang biak di lingkungan, pengelolaan
sampahnya kurang baik (banyak kaleng, ban bekas dan plastik dengan
yang
mengandung
Amonia
Hydrogen,
Solfide
dan
misalnya luka akibat benda tajam seperti kaca, besi, dan sebagainya
Gangguan psikomatis, misalnya insomnia, stress, dan lain-lain (Mukono,
1995)
pembuangan
air
akan
menyebabkan aliran air akan terganggu dan saluran air akan menjadi
Kebersihan, 2009).
Pembakaran sampah dapat menimbulkan pencemaran udara dan bahaya
datang,
sampah
yeng
menumpuk
dapat
(Mukono, 2006)
Dapat menyebabkan terjadinya perselisihan antara penduduk setempat dan
pihak pengelola
Angka kesakitan meningkat dan mengurangi hari kerja sehigga
Penurunan mutu dan sumber daya alam sehingga mutu produksi menurun
yang dapat didaurulang atau dapat digunakan kembali; (6) Belilah produk-produk
yang terbuat dari bahan yang mudah didaurulang (contohnya kertas); (7) Jangan
terlalu banyak membeli produk-produk yang mudah dapat dibuang seperti kertas
tisu; (8) Jika ada berbagai ukuran yang tersedia, pilihlah ukuran yang paling besar
yang dapat digunakan; dan (9) Tolaklah tas-tas plastik untuk pembelian satu
barang saja.
I. Teknik Menggunakan Kembali
ALISA
Teknik menggunakan kembali suatu produk untuk tujuan yang sama), yaitu
memanfaatkan wadah-wadah bekas yang dapat dipakai seperti gallon, botol-botol
bekas atau kaleng-kaleng bekas, dan recycle (daur ulang) untuk menerapkan
prinsip mendaur ulang, diantaranya bisa dengan membuat kompos dari sampah
organik, pot-pot dari barang bekas plastik-plastik, ataupun kreatifitas yang lain
sehingga sampah-sampah bisa didaur ulang dan bisa dimanfaatkan kembali.
Pasal 14 Produsen wajib melakukan pemanfaatan kembali sampah dengan:
a. menyusun rencana dan/atau program pemanfaatan kembali sampah sebagai
bagian dari usaha dan/atau kegiatannya sesuai dengan kebijakan dan strategi
pengelolaan sampah;
b. menggunakan bahan baku produksi yang dapat diguna ulang; dan/atau
c. menarik kembali sampah dari produk dan kemasan produk untuk diguna ulang.
Menggunakan kembali dapat ditempuh dengan cara: (1) gunakan kembali
botolbotol plastik atau botol-botol gelas yang masih layak; (2) jika mempunyai
banyak barang yang sudah tidak digunakan lagi, berikan kepada orang lain untuk
menggunakan kembali; (4) gunakan kembali kertas-kertas yang telah digunakan
pada satu sisinya untuk: kertas gambar bagi anak, draf surat, lembar belajar bagi
anak, daftar belanjaan, pesan-pesan telepon, permainan anak, dan lain-lain; (5)
berhati-hatilah dalam membuka amplop dan gunakan kembali; dan (6) gunakan
kembali tas-tas plastik dan simpanlah untuk digunakan kembali pada lain waktu.
J. Teknik Mengganti
Mengganti berarti mengganti jenis bahan kebutuhan rumah tangga tertentu
dengan jenis bahan yang lain. Mengganti berarti mengganti dengan pembungkus
barang atau makanan dengan pembungkus yang dapat digunakan kembali, mudah
di daur ulang, atau dikomposkan, dan pisahkan pada saat memasukkan ke tempat
sampah.
Dapat dicontohkan pada kehidupan yang memanfaatkan dengan teknik
mengganti:
-
mudah membusuk seperti kertas, plastik, logam, gelas, karet, kain, baterai, dan
sampah rumah tangga lain
Pemisahan komponen sampah: dilakukan secara manual atau mekanis,
Sampah yang bersifat heterogen dipisahkan menjadi komponen-komponennya,
sehingga bersifat lebih homogen. Langkah ini dilakukan untuk keperluan daur
ulang. Demikian pula sampah yang bersifat berbahaya dan beracun (misalnya
sampah laboratorium berupa sisa-sisa zat kimia) sedapat mungkin dipisahkan dari
jenis sampah lainnya, untuk kemudian diangkut ke tempat pembuangan khusus
Cara-cara praktis pemisahan sampah rumah tangga adalah: (1) menyediakan dua
tempat sampah, satu untuk sampah basah dan yang lain untuk sampah kering.
Sangat disarankan untuk merancang almari kabinet di dapur yang dirancang untuk
menunjang pemisahan sampah rumah tangga; (2) memisahkan antara sampah
basah dan sampah kering pada saat memasak serta pada kegiatan sehari-hari; dan
(3) sampah basah dimasukkan ke dalam tempat sampah basah dan sampah kering
dimasukkan ke dalam tempat sampah kering.
Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST) atau Material Recovery
Facility (MRF) didefinisikan sebagai tempat berlangsungnya kegiatan pemisahan
dan pengolahan sampah secara terpusat . Kegiatan pokok di MRF ini adalah:
1.
jika sampah yang terolah tidak secepat sampah yang datang ke lokasi.
2. Fasilitas pemilahan, bisa secara manual maupun mekanis. Secara manual
akan membutuhkan area dan tenaga kerja untuk melakukan pemilahan dengan
cepat, sedangkan secara mekanis akan mempermudah proses pemilahan dan
menghemat waktu. Peralatan mekanis yang digunakan antara lain:
Alat untuk memisahkan berdasarkan ukuran: reciprocating screen,
3.
kabupaten/kota.
Dalam Pasal 22 UU/2008 tersebut juga diatur mengenai mengenai
penanganan sampah, yang meliputi: pemilahan dalam bentuk pengelompokan dan
pemisahan sampah sesuai dengan jenis, jumlah, dan/atau sifat sampah.
Pemilahan sampah plastik yang dilakukan saat ini masih dilakukan oleh
pelaku daur ulang yang pertama yaitu pemulung/perangkas. Pemulung/perangkas
biasanya mulai memilah sampah menurut jenisnya langsung di tempat sampah
atau di TPS. Salah satu hal yang menyulitkan pelaku daur ulang sampah adalah
masih tercampurnya berbagai jenis sampah sehingga tidak jarang terjadi
kontaminasi terhadap sampah plastik. Hal inilah yang menyebabkan adanya
aktivitas tambahan di tingkat lapak maupun bandar dalam melakukan daur ulang
terhadap sampah plastik. Aktivitas tambahan ini berupa aktivitas pencucian
sampah plastik dari bahan/kotoran yang melekat pada plastik. Kotoran ini apabila
tidak dibersihkan akan menyebabkan kontaminasi dalam proses daur ulang
plastik, yang pada akhirnya menyebabkan kualitas plastik daur ulang menjadi
rendah, dan bahkan tidak jarang pula sampah plastik menjadi tidak dapat diaur
ulang. Dalam upayanya memisahkan jenis sampah antara sampah basah dan
sampah kering, pemerintah telah memasang di banyak tempat, terutama di pinggir
jalan, tempat sampah yang langsung membagi menjadi dua (2) jenis sampah
(sampah basah dan kering).
Untuk jenis sampah plastik, pemulung, lapak maupun bandar membagi
menjadi 8 kategori yaitu: 1. Plastik putih/bening. 2. Plastik botol. 3. Plastik gelas
4. Plastik PE-putih. 5. Plastik bak. 6. Plastik atom. 7. Plastik campur. 8. Plastik tas
kresek.
Aktivitas selanjutnya setelah dipilah berdasarkan jenisnya adalah aktivitas
kompaksi. Proses yang dilakukan disini adalah memipihkan botol-botol plastik
menjadi tipis. Cara yang biasa dilakukan adalah dengan menginjaknya. Tetapi cara
ini hanya dilakukan untuk jenis plastik seperti botol plastik bekas air mineral
(jenis LDPE) dan plastik gelas. Untuk jenis plastik bak dan plastik atom proses
kompaksi agak sulit dilakukan karena plastik jenis ini cenderung lebih keras dan
lebih tebal dibandingkan jenis plastik botol dan plastik gelas maupun plastik jenis
lainnya.
Aktivitas akhir yang dilakukan adalah fabrikasi, yaitu proses mengubah
sampah plastik menjadi bijih plastik recycle, dengan menggunakan metode
melting dan peletisasi. Aktivitas fabrikasi biasanya dilakukan pada tingkat industri
recycle, karena teknologi yang digunakan membutuhkan modal yang cukup besar.
Pada aktivitas fabrikasi terdiri dari tahap pemilahan tahap kedua, yaitu
membedakan sampah plastik berdasarkan tipe plastik. Pemilahan kedua ini
dilakukan karena setiap tipe plastik memiliki titik leleh sendiri-sendiri, sehingga
tidak dapat diperlakukan sama. Metode yang digunakan disini adalah dengan
memasukkan serpihan sampah plastik ke dalam cairan seperti air, minyak tanah,
maupun minyak goreng. Perbedaan masssa jenis dari masing-masing tipe plastik
akan menyebabkan serpihan plastik tenggelam dan terapung.
Serpihan plastik yang terapung dipisahkan dengan yang tenggelam.
Setelah dipisahkan, serpihan plastik dilelehkan (melting) dengan menggunakan
temperatur yang disesuaikan dengan tipe plastik. Pada proses ini akan dihasilkan
strand (lelehan plastik yang masih panjang seperti mie). Kemudian masuk pada
bagian penyaringan (filtering) untuk memisahkan antara strand dengan bahan
kontaminasi yang tidak tersaring saat inspeksi (pemilahan tahap I). Strand
M. Teknik Mengomposkan
lingkungan;
e. membuang sampah tidak pada tempat yang telah ditentukan dan
disediakan;
f. melakukan penanganan sampah dengan pembuangan terbuka di tempat
pemrosesan akhir; dan/atau
g. membakar sampah yang tidak sesuai dengan persyaratan teknis
pengelolaan sampah.
BAB III
PENUTUP
1. Kesimpulan
2. Saran
DAFTAR PUSTAKA
Al Muhdhar, Mimien. 2011. Naskah Pidato Pengukuhan Guru Besar Pengelolaan
Sampah Terpadu Melalui Pendidikan Masyarakat Berbasis Pembudayaan
6M. Malang: Kementerian Pendidikan Dan Kebudayaan Universitas
Negeri Malang.
Anonim. 2008. Undang-undang RI No.18 Tahun 2008 tentang Pengolahan
Sampah. Jakarta.
Anonim. 2010. Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Bidang Persampahan
(Balai Teknik Air
Minum dan Sanitasi Wilayah 2. Surabaya: Wiyung
Anonim. 2012. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 81 Tahun 2012
Tentang Pengelolaan Sampah Rumah Tangga Dan Sampah Sejenis
Sampah Rumah Tangga. Jakarta.
Bappenas. 1995. National Urban Environmental Strategy. Jakarta: Bappenas
Chandra, Dr. Budiman. 2007. Pengantar Kesehatan Lingkungan. Jakarta: Penerbit
Buku Kedokteran. Hal. 124, dan 144-147.
Damanhuri, Enri. 2010. Diktat Kuliah TL-3104. Bandung: Program Studi Teknik
Lingkungan FTSL ITB 14
Depkes, RI. (1987). Pedoman Bidang Studi Pembuangan Sampah. Jakarta :
Akademi Penilik Kesehatan Teknologi Sanitasi (APKTS).
DKP. 2009. Persebaran Lokasi TPU Baru. Dinas Kebersihan dan Pertamanan
Kota Surabaya. Surabaya.
Gelbert M, Prihanto D, dan Suprihatin A, 1996. Konsep Pendidikan Lingkungan
Hidup dan Wall Chart . Buku Panduan Pendidikan Lingkungan Hidup,
PPPGT/VEDC, Malang
Mukono H.J. 1995. Prinsip Dasar Keshatan Lingkungan Airlangga University.
Surabaya.Press
Waryono, Tarsoen. 2008. Konsepsi Penanganan Sampah Perkotaan Secara
Terpadu Berkelanjutan. Jakarta: Bappenas.
Yuwono, Nasih Widya. 2010. Pengelolaan Sampah Yang Ramah Lingkungan Di
Sekolah Yogyakarta: LPPM UGM.
Jurnal bu mimin
6M, adalah suatu upaya pengelolaan sampah rumah tangga yang terdiri atas
4. Memisahkan
Memisahkan berarti memisahkan sampah rumah tangga antara sampah basah dan
sampah kering. Sampah basah adalah sampah yang mudah membusuk seperti sisa
makanan dan lainnya. Sampah kering adalah sampah yang tidak mudah
membusuk
seperti kertas, plastik, logam, gelas, karet, kain, baterai, dan sampah rumah tangga
lain
Cara-cara praktis pemisahan sampah rumah tangga adalah: (1) menyediakan dua
tempat sampah, satu untuk sampah basah dan yang lain untuk sampah kering.
Sangat
disarankan untuk merancang almari kabinet di dapur yang dirancang untuk
menunjang
pemisahan sampah rumah tangga; (2) memisahkan antara sampah basah dan
sampah
kering pada saat memasak serta pada kegiatan sehari-hari; dan (3) sampah basah
dimasukkan ke dalam tempat sampah basah dan sampah kering dimasukkan ke
dalam
tempat sampah kering.
5. Mendaurulang
Kegiatan memisahkan antara sampah basah dan sampah kering akan berarti
memperlancar proses daurulang sampah kota, karena sampah yang akan
didaurulang tidak
tercampur aduk dengan sampah lainnya. Daurulang sampah merupakan kegiatan
pemanfaatan sampah dengan proses tertentu. Daurulang meliputi daurulang
sampah
kertas, plastik, kaleng, gelas, dan lain-lain.
6. Mengomposkan
Pengomposan sampah rumah tangga dapat dilakukan bersamaan dengan
pemendaman sampah basah. Sampah basah dimasukkan ke dalam lubang yang
telah
disediakan, dapat dicampur dengan sedikit tanah, dan diberi cacing tanah untuk
mempercepat proses penguraian. Cacing tanah dapat diperoleh dari kebun sendiri
atau
membeli. Pengomposan juga dapat dilakukan tanpa menggunakan cacing tanah.
Berbagai
starter dapat diberikan pada proses pengomposan agar mempercepat penguraian
sampah
menjadi kompos. Starter tersebut dapat dibeli ataupun diproduksi sendiri secara
teknik
sederhana sehingga memungkinkan kemudahan dalam penerapannya. Setelah
sampah
terurai dan menjadi pupuk kompos, maka siap untuk dijual atau digunakan untuk
memupuk tanaman di kebun sendiri.