Anda di halaman 1dari 52

UNIVERSITAS BANTEN JAYA

ANALISIS TIMBULAN SAMPAH

DI KOMPLEK PURI CILEGON DAN KOMPLEK MATARAYA

Makalah ini diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Analisis Pencemaran
Lingkungan

Disusun Oleh Kelompok 2 :

1. Agus Supriyadi (2201171036)


2. Alif Firdaus (2201171022)
3. Rana (2201171004)
4. Siti Rohmah (2202171013)

JENJANG SARJANA
PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK
KOTA SERANG, JANUARI 2019
BAB 1.
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Meningkatnya pertumbuhan penduduk dunia mengakibatkan ruang atau
lahan yang tersedia untuk setiap individu manusia semakin sempit. Pertambahan
jumlah penduduk, perubahan pola konsumsi, dan gaya hidup masyarakat telah
meningkatkan jumlah timbunan sampah, jenis, dan keberagaman karakteristik
sampah. Meningkatnya daya beli masyarakat terhadap berbagai jenis bahan pokok
dan hasil teknologi serta meningkatnya usaha atau kegiatan penunjang
pertumbuhan ekonomi suatu daerah juga memberikan kontribusi yang besar
terhadap kuantitas dan kualitas sampah yang dihasilkan.
Kelurahan Desa Margasana saat ini memiliki jumlah penduduk sebesar
4.689 jiwa (BPS Kecamatan Kramatwatu, 2017), yang salah satunya terdiri dari
komplek Puri Cilegon dan komplek Mataraya dengan jumlah penduduk tahun
2018 sebesar 1.392 jiwa. Berdasarkan hasil data kunjungan lapangan didapatkan
bahwa jumlah sampah yang dihasilkan perkapita nya di komplek tersebut rata-rata
sebesar 0,32 kg/hari/orang, dengan jenis sampah terdiri dari sampah organik dan
non organik dari sumber sampah rumah tangga.
Tingginya timbulan sampah ini berdampak di area TPS yaitu terjadinya
penumpukan sampah. Hal dipengaruhi karena belum adanya kesadaran
masyarakat dan pemerintah akan minimasi sampah dan pengelolaan sampah.

Gambar 1.1 Penumpukan Sampah Di TPS Komplek Puri Cilegon Dan Komplek
Mataraya
Gambar 1.1 Memperlihatkan kondisi TPS kurang layak dengan kondisi
atap dan dinding yang sudah rusak di bagian sisi samping dan belakang, serta

UNIVERSITAS BANTEN JAYA | 43


kurangnya kapasitas penampungan dengan indikasi terlihat dari sampah – sampah
yang tercecer diluar TPS yang berdampak pada area jalan dan area persawahan.
Sehingga menimbulkan dampak terhadap segi estetika, kesehatan maupun kondisi
lingkungan.
Kegiatan pembuangan sampah yang dilakukan oleh masyarakat di
komplek Puri Cilegon dan Mataraya sudah tertib, berdasarkan wawancara
beberapa tokoh rukun tetangga didapati bahwa masyarakat yang telah melakukan
pengelolaan sampah individu (membuang sampah ke TPS) sebanyak 10% dari
jumlah keseluruhan warga, melakukan pengelolaan sampah kepada pihak
swakelola lokal sebanyak 85% dari jumlah keseluruhan warga, dan melakukan
pengelolaan sampah individu (membakar sampah) sebanyak 5% dari jumlah
keseluruhan warga.
Berdasarkan hasil wawancara tersebut dengan prosentase sebanyak 85%
diserahkan pihak ketiga lokal untuk dikelola dengan pengelolaan yang dilakukan
yaitu dengan cara dibakar. Dari kegiatan inilah menjadi salah satu sumber
pencemaran lingkungan seperti pencemaran terhadap udara dan pencemaran
terhadap tanah.
Dengan terus meningkatnya jumlah sampah yang sebanding dengan
peningkatan jumlah penduduk, tanpa didukung dengan pengelolaan ataupun
pengendalian jumlah timbulan sampah secara baik dan benar serta penunjnag
berupa fasilitas sarana pembuangan sampah yang tidak layak, akan menyebabkan
terjadinya penurunan kualitas lingkungan pula. Maka perlu adanya prediksi
jumlah timbulan sampah melalui proyeksi timbulan sampah sehingga dapat
menganalisis dampak akibat timbulan sampah di masa yang akan datang, untuk
diantisipasi sedini mungkin dan ditemukan solusi aplikatif pengelolaan sampah
yang tepat dan sesuai dengan kondisi dan keinginan masyarakat tersebut.
Atas dasar hal tersebutlah, maka kami melakukan penelitian analisis
timbulan sampah kapita ini di komplek Mataraya dan komplek Puri Cilegon, desa
margasana ini.

UNIVERSITAS BANTEN JAYA | 44


1.2 Rumusan Masalah
Sehubungan dengan jumlah timbulan sampah yang tinggi dan jumlah
penduduk yang terus meningkat tiap tahunnya (dari tahun 2015 – tahun 2018) di
komplek Mataraya dan komplek Puri Cilegon, serta berdasarkan kunjungan
lapangan yang ada dengan kondisi fasilitas sarana pembuangan sampah yang
sudah tidak layak, dan kurangnya volume kapasitas penampungan, serta belum
adanya pengelolaan atau penanganan sampah. Kondisi tersebut apabila terus di
biarkan dapat menimbulkan pencemaran lingkungan pada masa yang akan datang,
Oleh karena itu diharapkan adanya pengelolaan sampah berkelanjutan dan
penyediaan fasilitas sarana pembuangan sampah yang layak, dan memiliki volume
yang sesuai, untuk menampung jumlah sampah yang dihasilkan warga komplek
Mataraya dan komplek Puri Cilegon sehingga dapat meminimalisir sampai
mencegah terjadinya pencemaran lingkungan.
Berdasarkan rumusan masalah yang telah di jelaskan, muncul beberapa
pertanyaan dalam penelitian ini diantaranya :
1. Berapakah jumlah timbulan sampah yang dihasilkan oleh warga pada
pemukiman komplek Mataraya dan komplek Puri Cilegon
2. Apa sajakah komposisi sampah yang dihasilkan oleh warga pada pemukiman
komplek Mataraya dan komplek Puri Cilegon secara kualitatif dan kuantitatif
3. Bagaimanakah cara memprediksi jumlah timbulan sampah yang dihasilkan
oleh warga pada pemukiman komplek Mataraya dan komplek Puri Cilegon dari
tahun 2018 sampai dengan tahun 2045
4. Apasajakah dampak yang timbulkan dari jumlah timbulan sampah tersebut dan
bagaimana solusi yang berpotensi tepat dan benar untuk warga di pemukiman
komplek Mataraya dan komplek Puri Cilegon

1.3 Tujuan Makalah


1. Tujuan Umum
Dengan mengetahui timbulan, komposisi, dan dampak dari timbulan
sampah maka diharapkan pengendalian ataupun pengelolaan sampah dapat
ditentukan sesuai dengan wilayah yang tepat sasaran dan permasalahan dalam

UNIVERSITAS BANTEN JAYA | 45


pengelolaan persampahan akibat timbulan sampah dengan tingkat jumlah
penduduk pada tahun selanjutnya dapat diantisipasi sedini mungkin.
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui jumlah timbulan sampah perkapita pada pemukiman komplek
Mataraya dan komplek Puri Cilegon
b. Mengetahui komposisi sampah yang timbul dari pemukiman komplek
Mataraya dan komplek Puri Cilegon baik secara kualitatif maupun
kuantitatif
c. Mengetahui dan dapat memproyeksikan nilai timbulan sampah dari tahun
2018 sampai dengan tahun 2045 di pemukiman komplek Mataraya dan
komplek Puri Cilegon
d. Mengetahui dan dapat menganalisis dampak dan tindakan pengendalian
terkait timbulan sampah yang dihasilkan di pemukiman komplek Mataraya
dan komplek Puri Cilegon

1.4 Manfaat Makalah


Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada pemerintah
Kelurahan Desa Margasana dan warga Desa Margasana di komplek Mataraya dan
komplek Puri Cilegon pada umumnya, serta menjadi referensi bagi mahasiswa
lainnya dalam penentuan dan penanganan dari timbulan sampah kapita. Manfaat
dari pembuatan makalah ini dibagi menjadi dua yaitu manfaat teoritis dan praktis :
1. Manfaat Teoritis
a. Memberikan wawasan kepada pemerintah atau pengelola sampah setempat
untuk menunjang perbaikan dan pemenuhan fasilitas sarana penampungan
sampah sampai pengelolaan sampah di wilayah tersebut yang lebih layak.
2. Manfaat Praktis
a. Data mengenai timbulan dan komposisi sampah dapat digunakan dalam
penentuan dalam sistem pengelolaan sampah baik dari perihal pewadahan
sampah, pengaturan pola pengumpulan sampah, dan membuat program
pengelolaan sampah.

UNIVERSITAS BANTEN JAYA | 46


b. Masyarakat dapat melihat potensi pengelolaan sampah yang lebih sesuai
terhadap keinginan warga setempat berdasarkan tingkat timbulan sampah
kapita yang dihasilkan.

UNIVERSITAS BANTEN JAYA | 47


BAB 2.
ISI

2.1 Konsep Pencemaran


2.1.1 Pengertian Pencemaran
Pasal 1 butir 14 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang
Pengelolaan Lingkungan Hidup menegaskan “Pencemaran lingkungan
adalah masuk atau dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi, dan/atau
komponen lain kedalam lingkungan hidup oleh kegiatan manusia sehingga
melampaui baku mutu lingkungan hidup yang telah ditetapkan Peristiwa
pencemaran lingkungan disebut polusi. Zat atau bahan yang dapat
mengakibatkan pencemaran disebut polutan. Syarat-syarat suatu zat disebut
polutan bila keberadaannya dapat menyebabkan kerugian terhadap makhluk
hidup.

2.2 Sampah
2.2.1 Pengertian Sampah
Menurut UU No. 18 Tahun 2008 tentang pengelolaan sampah
dijelaskan bahwa sampah adalah sisa kegiatan sehari hari manusia atau
proses alam yang berbentuk padat atau semi padat berupa zat organik atau
anorganik bersifat dapat terurai atau tidak dapat terurai yang dianggap sudah
tidak berguna lagi dan dibuang ke lingkungan.

2.2.2 Jenis – jenis Sampah


Jenis-jenis sampah jenis sampah yang ada di sekitar cukup
beraneka ragam, ada yang berupa sampah rumah tangga, sampah industri,
sampah pasar, sampah rumah sakit, sampah pertanian, sampah perkebunan,
sampah peternakan, sampah institusi/kantor/sekolah, dan sebagainya.
Pemahaman mengenai sumber dan jenis sampah, beserta keberadaan
data mengenai jumlah timbulan sampah dan komposisinya akan menjadi
dasar untuk merancang dan mengoperasikan elemen-elemen fungsional
dalam pengelolaan sampah. (Tchobanoglous et al. 1993)

UNIVERSITAS BANTEN JAYA | 48


Sumber-sumber sampah dalam suatu masyarakat umumnya terkait
dengan penggunaan lahan (land use), seperti:
1. Permukiman
2. Komersial
3. Perkantoran
4. Kegiatan konstruksi
5. Lokasi pengolahan sampah
6. Industri dan pertanian.
Sampah kota (muinicipal solid waste) terkait dengan seluruh
sumber sampah dengan pengecualian pada sumber dari industri dan
pertanian.

Tabel 2.1 Sumber Sampah dan Komposisinya Menurut Ahli

Sumber : Tchobanoglous et al. 1993

Berdasarkan asalnya sampah yang dihasilkan di Komplek Mataraya


dan Komplek Puri Cilegon, terdapat 2 (dua) jenis yaitu sebagai berikut :

1. Sampah organik, adalah sampah yang dihasilkan dari bahan-bahan


hayati yang dapat didegradasi oleh mikroba atau bersifat
biodegradable. Sampah ini dengan mudah dapat diuraikan melalui

UNIVERSITAS BANTEN JAYA | 49


proses alami. Sampah rumah tangga sebagian besar merupakan bahan
organik. Dan yang termasuk sampah organik, misalnya sampah dari
dapur, sisa-sisa makanan, pembungkus (selain kertas, karet dan plastik),
tepung, sayuran, kulit buah, daun dan ranting.

Gambar 2.2 Sampah Organik Yang Dihasilkan Komplek Mataraya Dan


Komplek Puri Cilegon

2. Sampah Anorganik adalah sampah yang dihasilkan dari bahan-bahan


non hayati, baik berupa produk sintetik maupun hasil proses teknologi
pengolahan bahan tambang. Sampah anorganik dibedakan menjadi :
sampah logam dan produk-produk olahannya, sampah plastik, sampah
kertas, sampah kaca dan keramik, sampah detergen. Sebagian besar
anorganik tidak dapat diurai oleh alam/ mikroorganisme secara
keseluruhan (unbiodegradable). Sementara, sebagian lainnya hanya
dapat diuraikan dalam waktu yang lama. Sampah jenis ini pada tingkat
rumah tangga misalnya botol plastik, botol gelas, tas plastik, dan
kaleng, (Gelbert dkk, 1996).

Gambar 2.3 Sampah Anorganik Yang Dihasilkan Dari Komplek


Mataraya Dan Komplek Puri Cilegon

UNIVERSITAS BANTEN JAYA | 50


2.3 Timbulan Sampah
2.3.1 Diagram Alir Penelitian Timbulan Sampah

Mulai

Rumusan Masalah

Penentuan Lokasi Sampling


(surevi lokasi sampling)

Pengambilan data

Data Sekunder Data Primer


( Data Penduduk) (Pengukuran Timbulan Sampah)

Pengolahan Data

Nilai Jumlah Timbulan Sampah


Dan Proyeksi sampai tahun 2045

Analisis Dampak dan


Penanggulannya

Selesai

Gambar 2.4 Diagram Alir Kegiatan Penelitian Timbulan Sampah

Dalam tahapan penelitan harus mengikuti alur tahapan perencanaan


yang telah disusun secara sistematis. Setiap tahapan akan diikuti secara terus
menerus tanpa boleh melangkahi proses sebelumnya, tahapan kegiatan
penelitian timbulan sampah ini dipaparkan pada gambar 2.4. Adapun
tahapan kegiatan pengambilan sampling timbulan sampah adalah sebagai
berikut :

UNIVERSITAS BANTEN JAYA | 51


Gambar 2.5 Diagram Alir Pengambilan Sampling Timbulan Sampah

Penjelasan kegiatan pengambilan sampling timbulan sampah yang


kami lakukan di Komplek Mataraya dan Komplek Puri Cilegon adalah
sebagai berikut: pertama : menyiapkan alat dan kebutuhan yang diperlukan
untuk sampling terlihat pada gambar. Kedua : mendatangi masing-masing
rumah yang akan di sampling sesuai dengan perhitungan yang telah
ditetapkan dan mensosialisasikan cara pembuangan sampah sesuai jenisnya
(organik dan non organik). Ketiga: sampah yang telah dibuang warga
kedalam plastik dilakukan pemilahan untuk memastikan agar sampah yang
dibuang telah sesuai dengan jenisnya yaitu organik dan anorganik , serta

UNIVERSITAS BANTEN JAYA | 52


untuk memudahkan dalam penimbangan. Keempat: sampah yang telah
terpisah sesuai jenisnya kemudian di timbang per 1 rumah/KK
menggunakan timbangan digital dengan cara mengaitkan plastik sampah ke
kail timbangan lalu dicatat setiap rumah. Kelima: data sampah yang didapat
kemudian diolah dan dihitung. Keenam: setelah didapatkan nilai timbulan
sampah perkapita diproyeksikan menjadi nilai jumlah timbulan sampah
dalam satu tahun dari tahun 2018 sampai dengan tahun 2045.

2.3.2 Analisis Timbulan Sampah


Timbulan sampah adalah sejumlah sampah yang dihasilkan oleh
suatu aktifikas dalam kurun waktu tertentu, atau dengan kata lain banyaknya
sampah yang dihasilkan dalam satuan berat (kilogram) gravimetric atau
volume (liter) volumetric (Tchobanoglous et. al., 1993). Menurut
Damanhauri (2004), prakiraan timbulan sampah baik untuk saat sekarang
maupun di masa mendatang merupakan dasar dari perencanaan,
perancangan, dan pengkajian sistem pengelolaan persampahan.
Besarnya timbulan sampah diperoleh dari hasil pengukuran
langsung dilapangan terhadap sampah. Dalam penelitian ini, wilayah yang
kami teliti adalah rumah tangga (Kepala Keluarga/KK) yang berada di
komplek Puri Cilegon dan komplek Mataraya. Kemudian sampel dalam
penelitian diambil secara acak, dengan teknik pengambilan sampel kami
menggunakan metode stratified random sampling. Menurut SNI 19-3964-
1994 mengenai Metode Pengambilan dan Pengukuran Contoh Timbulan dan
Komposisi Sampah Perkotaan, pelaksanaan pengambilan contoh timbulan
sampah dilakukan secara acak untuk setiap strata dengan jumlah sebagai
berikut :
1. Jumlah Sampel Jiwa Dan Kepala Keluarga
Berdasarkan data jumlah penduduk yang didapatkan dari 3 (tiga) RT di
Komplek Puri Cilegon dan Komplek Mataraya sampai November 2018
yaitu sebagai berikut :
RT 12 : 456 jiwa
RT 13 : 460 jiwa

UNIVERSITAS BANTEN JAYA | 53


RT 14 : 476 jiwa
Dengan total penduduk 3 (tiga) RT sebesar 1.392 jiwa. Kemudian
dihitung jumlah sampel jiwa yang akan diambil dengan rumus berdasar
pada metode slovin.

Keterangan :
n = Jumlah jiwa yang akan disampling
N = Jumlah populasi jiwa saat ini
e = toleransi kesalahan (yang digunakan dalam penelitian ini sebesar
10%)
Maka,

Dari jumlah 93 jiwa dihitung jumlah titik sampling rumah yang


akan diambil dengan menggunakan rumus sebagai berikut :

= = 23,25 KK dibulatkan menjadi 23 KK

Setelah didapat jumlah rumah/ keluarga yang akan disampling


yaitu sebesar 23 rumah/keluarga. Selanjutnya diurai dalam 3 RT untuk
pengambilan sampel jumlah timbulan sampah perkapita yaitu sebagai
berikut :

RT 12 (Komplek Mataraya) : 7 rumah


RT 13 (Komplek Puri Cilegon) : 8 rumah
RT 14 (Komplek Puri Cileogn) : 8 rumah

2. Pengukuran Timbulan Sampah


Pengambilan sampel sampah dilakukan di masing masing rumah /
keluarga yang telah ditentukan sesuai perhitungan sejumlah 23 rumah.
Pengambilan sampel timbulan sampah dengan cara melakukan
penimbangan pada sampah yang dihasilkan setiap rumah/keluarga dalam

UNIVERSITAS BANTEN JAYA | 54


satu hari. Selanjutnya akan dihitung untuk mendapatkan nilai timbulan
sampah perkapita dari warga komplek Mataraya dan komplek Puri
Cilegon dengan menggunakan rumus berikut :

Keterangan :
TSK = Timbulan Sampah Perkapita
BS = Berat Sampah yang diukur (Kg)
U = Unit penghasil (jiwa)

Tabel 2.2 Rekapitulasi Timbulan Sampah Komplek Puri Cilegon dan


Komplek Mataraya

NO AREA NAMA JUMLAH BERAT TANGGAL WAKTU


SAMPLING KEPALA ANGGOTA TIMBANGAN SAMPLING SAMPLING
KELUARGA KELUARGA SAMPAH
(Jiwa) (Kg)
Aan
1 5 2,2850 04 Nop 2018 8,15 WIB
Destian
Yudhi
2 4 1,9400 04 Nop 2018 8,40 WIB
Candra
Febri
3 2 0,1250 04 Nop 2018 8,46 WIB
KOMPLEK Akhyanda
MATARAYA
4 Iwan 5 0,9100 04 Nop 2018 9,09 WIB
( RT 12 )
Prianto
5 4 1,4450 04 Nop 2018 9,19 WIB
Wijaya
6 Mansyur 4 1,5350 04 Nop 2018 9,24 WIB
Rahmat
7 4 1,4650 04 Nop 2018 9,40 WIB
Musrianto

Aan
8 5 0,8700 21 Okt 2018 8,43 WIB
Suhaeni
9 Sudrajat 5 0,7700 21 Okt 2018 8,46 WIB
10 KOMPLEK Hendri 4 2,4550 21 Okt 2018 8,48 WIB
PURI
11 Dzulhadi 5 1,2200 21 Okt 2018 8,49 WIB
CILEGON
12 (RT 13) Sularso 5 2,1100 21 Okt 2018 8,50 WIB
13 Nahum 4 0,4500 21 Okt 2018 8,56 WIB
14 Nafari 5 0.8350 21 Okt 2018 8,53 WIB
15 Ehat 4 0,5950 21 Okt 2018 8,57 WIB

UNIVERSITAS BANTEN JAYA | 55


Tabel 2.2 Rekapitulasi Timbulan Sampah Komplek Puri Cilegon dan
Komplek Mataraya (Lanjutan)
NO AREA NAMA JUMLAH BERAT TANGGAL WAKTU
SAMPLING KEPALA ANGGOTA TIMBANGAN SAMPLING SAMPLING
KELUARGA KELUARGA SAMPAH
(Jiwa) (Kg)

16 Dani 4 1,1850 21 Okt 2018 8,59 WIB

17 Munasir 4 3,1100 21 Okt 2018 9,00 WIB

18 Bambang 4 0,9550 21 Okt 2018 9,02 WIB


KOMPLEK
19 PURI Dayat 5 3,2200 21 Okt 2018 9,06 WIB

20 CILEGON Firman 5 1,1200 21 Okt 2018 9,08 WIB


(RT 14)
21 Enan 3 0,7800 21 Okt 2018 9,10 WIB

22 Yudi 5 1,6010 21 Okt 2018 9,12 WIB

23 Yusrizal 7 1,6050 21 Okt 2018 9,14 WIB

TOTAL JIWA 102

TOTAL BERAT SAMPAH 32,5860

Berdasarkan tabel 2.1 masyarakat komplek Puri Cilegon dan


komplek Mataraya dalam satu hari dengan jumlah jiwa 102 jiwa
menghasilkan sampah sebesar 32,5860 kg. Selanjutnya dihitung nilai
timbulan sampah perkapita yaitu sebagai berikut :

Maka nilai timbulan sampah perkapita yang dihasilkan oleh komplek Puri
Cilegon dan komplek Mataraya sebesar 0,32 kg/jiwa/hari.

2.3.3 Alur Pengelolaan Sampah di Komplek Puri Cilegon dan


Komplek Mataraya
Sampai saat ini paradigma pengelolaan sampah yang digunakan
adalah: KUMPUL – ANGKUT dan BUANG, dan andalan utama sebuah
kota dalam menyelesaikan masalah sampahnya adalah pemusnahan dengan
landfilling pada sebuah TPA. Pengelola kota cenderung kurang memberikan

UNIVERSITAS BANTEN JAYA | 56


perhatian yang serius pada TPA tersebut, sehingga muncullah kasus-kasus
kegagalan TPA. Pengelola kota tampaknya beranggapan bahwa TPA yang
dipunyainya dapat menyelesaikan semua persoalan sampah, tanpa harus
memberikan perhatian yang proporsional terhadap sarana tersebut. TPA
dapat menjadi bom waktu bagi pengelola kota. Penyingkiran dan
pemusnahan sampah atau limbah padat lainnya ke dalam tanah merupakan
cara yang selalu digunakan, karena alternatif pengolahan lain belum dapat
menuntaskan permasalahan yang ada. Cara ini mempunyai banyak resiko,
terutama akibat kemungkinan pencemaran air tanah. Di negara majupun
cara ini masih tetap digunakan walaupun porsinya tambah lama tambah
menurun. Cara penyingkiran limbah ke dalam tanah yang dikenal sebagai
landfilling merupakan cara yang sampai saat ini paling banyak digunakan,
karena biayanya relatif murah, pengoperasiannya mudah dan luwes dalam
menerima limbah. Namun fasilitas ini berpotensi mendatangkan masalah
pada lingkungan, terutama dari lindi (leachate) yang dapat mencemari air
tanah serta timbulnya bau dan lalat yang mengganggu, karena biasanya
sarana ini tidak disiapkan dan tidak dioperasikan dengan baik.
(Damanhuri,2010).

Berdasarkan informasi tokoh masyarakat RT 12 komplek Mataraya


bahwa sampah yang dihasilkan masyarakat di lakukan pengangkutan oleh
pengangkut pihak ke -3 lokal dengan menggunakan sebuah mobil bak.
Adapun alur pengelolaan sampah di komplek Mataraya adalah sebagai
berikut :

Gambar 2.6 Alur Pengelolaan Sampah di Komplek Mataraya

UNIVERSITAS BANTEN JAYA | 57


Sampah yang dihasilkan warga dikumpulkan dalam sebuah tempat
sampah yang dimiliki masing masing rumah kemudian setiap 2 (dua) hari
sekali sampah diangkut oleh pengangkut pihak ke-3 dengan menggunakan
mobil bak, yang selanjutnya dibuang dan dilakukan proses pembakaran di
belakang komplek Puri Cilegon lokasi tertera pada gambar 2.8

Dan berdasarkan informasi tokoh masyarakat RT 13 komplek Puri


Cilegon sebagian besar sampah ± 85% masyarakat dilakukan pengangkutan
oleh pihak ke-3 yaitu petugas kebersihan setempat dengan menggunakan
sebuah gerobak setiap 2 hari sekali sampah yang sudah dikumpulkan di bak
sampah diangkut dan dibuang kemudian dibakar di belakang komplek Puri
Cilegon yang tertera pada gambar 2.8. Dan alur pengelolaan sampah di
komplek Puri Cilegon adalah sebagai berikut :

Gambar 2.7 Alur Pengelolaan Sampah di Komplek Puri Cilegon

Serta sebanyak 15% masyarakat membuang sampah sendiri


langsung ke TPS yang berjarak ± 500 meter dari komplek Puri Cilegon. Dan
lokasi pembuangan akhir sampah yang dilakukan oleh pihak ke-3 pengelola
sampah dari komplek Puri Cilegon dan komplek Mataraya adalah sebagai
berikut :

UNIVERSITAS BANTEN JAYA | 58


Keterangan :
= Jalur pengangkutan sampah menuju lokasi
pembuangan
Lokasi Pembuangan
Sampah Akhir oleh
Pihak ke-3

Lokasi Sampling
Lokasi Sampling Timbulan Sampah
Timbulan Sampah

Gambar 2.8 Lokasi Pembuangan Sampah Pihak Ke-3 di Komplek Puri


Cilegon dan Komplek Mataraya

2.4 Komposisi Sampah


2.4.1 Komposisi Timbulan Sampah Secara Kualitatif
Melalui data sampling yang didapatkan, bahwa jumlah sampah
yang dihasilkan dari masyarakat komplek Puri Cilegon dan komplek
Mataraya sebesar 32,5860 Kg, sampah tersebut terbagi 2 jenis yaitu sampah
organik dan anorganik yang jumlah masing masing tertera pada table 2.2,
dan jenis sampah tersebut terdiri dari :
1. Sampah Organik, seperti : sisa makanan,sisa sayuran, pengemas makanan
berbahan kertas, sisa daun daunan pohon
2. Sampah Anorganik, seperti : sisa pembungkus makanan berbahan plastik,
botol minuman, karet, plastik, kaleng, tabung alumunium, dan kardus.

UNIVERSITAS BANTEN JAYA | 59


Tabel 2.3 Rekapitulasi Jumlah Sampah Organik dan Anorganik Komplek
Puri Cilegon dan Komplek Mataraya
NO AREA NAMA JUMLAH BERAT TIMBANGAN SAMPAH
SAMPLING KEPALA ANGGOTA SAMPAH SAMPAH
KELUARGA KELUARGA ORGANIK ANORGANIK
(Jiwa) (Kg) (Kg)
1 Aan Destian 5 0,9950 1,290
Yudhi
2 4 0,6750 1,265
Candra
3 Febri A. 2 0,0000 0,125
KOMPLEK
4 MATARAYA ( Iwan 5 0,7200 0,190
RT 12 ) Prianto
5 4 0,1700 1,275
Wijaya
6 Mansyur 4 1,3700 0,165
7 Rahmat M. 4 1,1350 0,330

8 Aan Suhaeni 5 0,510 0,360


9 Sudrajat 5 0,580 0,190
10 Hendri 4 0,560 1,895
11 KOMPLEK PURI Dzulhadi 5 0,650 0,570
CILEGON (RT
12 13) Sularso 5 1,500 0,610
13 Nahum 4 0,250 0,200
14 Nafari 5 0,085 0,750
15 Ehat 4 0,395 0,200

16 Dani 4 0,815 0,370


17 Munasir 4 2,630 0,480
18 Bambang 4 0,630 0,325
19 KOMPLEK PURI Dayat 5 0,550 2,670
20 CILEGON (RT Firman 5 0,990 0,130
14)
21 Enan 3 0,485 0,295
22 Yudi 5 1,600 0,001
23 Yusrizal 7 1,400 0,205
TOTAL JIWA SAMPEL 102
TOTAL SAMPAH ORGANIK 18,6950
TOTAL SAMPAH ANORGANIK 13,8910

UNIVERSITAS BANTEN JAYA | 60


Total sampah yang terukur kemudian dicari proporsi tiap jenisnya
dalam bentuk prosentase dengan cara berat sampah tiap jenis dibagi total
sampah keseluruhan tersebut kemudian dikali dengan 100%. Agar lebih
jelas dalam melihat prosentase tiap komposisi sampah terhadap total sampah
yang dihasilkan yang tertera pada table 2.2 selanjutnya digambarkan dalam
bentuk pie chart seperti pada gambar berikut :

Gambar 2.9 Komposisi Sampah Sesuai Jenis di Komplek Mataraya dan


Komplek Puri Cilegon
Dari gambar 2.9 dapat teridentifikasi bahwa sampah yang
dihasilkan oleh masyarakat komplek Puri Cilegon dan komplek Mataraya
didominasi oleh sampah organik sebesar 57% dibanding dengan sampah
anorganik sebesar 43%.
Adapun faktor yang mempengaruhi timbulan sampah ini diduga
selain disebabkan pertumbuhan laju penduduk disebabkan pula oleh jenis
pekerjaan penghuni saat dirumah dan lama waktu yang dihabiskan penghuni
didalam rumah. Faktor pertama yaitu jenis pekerjaan penghuni saat dirumah
ini dapat menimbulkan jumlah timbulan sampah meningkat salah satunya
didapati pada saat sampling di komplek Puri Cilegon sebanyak 2 rumah/KK
pekerjaannya adalah wirausaha berupa warung makanan ringan sehingga
menghasilkan sampah anorganik yang cukup banyak. Dan sebanyak 2
warga di komplek Puri Cilegon memiliki usaha cathering skala menengah

UNIVERSITAS BANTEN JAYA | 61


yang kegiatan masak memasaknya dalam jumlah besar dilakukan dirumah
sehingga meningkatkan sampah organik yang cukup tinggi.
Faktor kedua yaitu intensitas waktu penghuni didalam rumah
memiliki aktifitas tertentu yang akan dapat menghasilkan sampah. Semakin
lama waktu yang dihabiskan dalam rumah maka semakin banyak pula
sampah yang dihasilkan. Karena pada saat sampling dilakukan pada hari
libur Sabtu dan Minggu pada saat itu seluruh penghuni rumah sedang
berkumpul menghabiskan waktu didalam rumah sehingga kegiatan yang
ditimbulkan menghasilkan sampah yang banyak.
Dan menurut Becker (1996) dalam Febrero & Schwartz (2000),
mengemukakan bahwa teori alokasi waktu dengan perbedaan kegiatan yaitu
bahwa total waktu dibedakan atas waktu produktif yang benar benar
digunakan untuk bekerja di luar rumah (productive working time) dan waktu
produktif yang digunakan untuk santai di rumah atau dengan melakukan
aktivitas lain di dalam rumah (work at home or not work). Jika teori
tersebut dihubungkan dengan timbulan sampah, maka penggunaan waktu
produktif untuk bekerja di luar atau di dalam rumah dapat mempengaruhi
timbulan sampah yang akan dihasilkan, terjadi pada saat sampling di
Komplek Mataraya yang mayoritas penghuni rumahnya adalah pekerja atau
karyawan sehingga pada saat kami sampling di hari sabtu dan minggu
seluruh penghuni rumah sedang berada dirumah, maka meningkatkan
jumlah sampah yang dihasilkan perkapita pada table 2.2.

2.4.2 Komposisi Timbulan Sampah Secara Kuantitatif


Pengukuran komposisi timbulan sampah secara kuantitatif ditinjau
dari nilai jumlah timbulan sampah (JTS). Dengan nilai timbulan sampah
kapita yang telah dihitung yaitu sebesar 0,32 Kg/jiwa/hari kemudian
dihitung nilai jumlah timbulan sampah (JTS) komplek Puri Cilegon dan
komplek Mataraya Tahun 2018 dengan jumlah jiwa sebesar 1.392 jiwa,
menggunakan rumus :
JTS = TSK x Jumlah Penduduk

= (0,32 kg/hari/jiwa) x (1.392 jiwa)

UNIVERSITAS BANTEN JAYA | 62


= 445, 4 kg/hari/jiwa

= 445 kg/hari/jiwa

Lalu diakumulasikan dalam satu tahun dengan rumus berikut :

JTS ( 1 tahun) = JTS (1 hari) x jumlah hari ( 1 tahun)

= 445 Kg/jiwa/hari x 365 hari

= 162.425 kg/jiwa/tahun

Maka komposisi timbulan sampah secara kuantitatif didapatkan sebesar


162.425 Kg/jiwa dalam satu tahun.

2.5 Proyeksi Jumlah Timbulan Sampah


Menurut Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, pertambahan
jumlah penduduk berbanding lurus dengan jumlah yang dihasilkan. Maka untuk
memproyeksikan jumlah timbulan sampah, terlebih dahulu diketahui proyeksi
jumlah penduduknya.

2.5.1 Metode Aritmatika (Arithmathic Rate of Growth)


Dalam metode ini pertumbuhan penduduk diasumsikan relatif tetap atau
konstan setiap tahun. Metode ini digunakan jika hanya jumlah penduduk
total yang ingin diketahui dan jika data yang lebih spesifik untuk metode
lain tidak tersedia. Metode linear aritmatik dirumuskan :
Pn= P0(1+rn).
Keterangan :
Pn = penduduk pada tahun n
P0 = penduduk pada tahun awal
r = angka pertambahan penduduk (%)
n = periode (waktu) antara tahun awal dan tahun n
Kemudian untuk mendapatkan nilai proyeksi jumlah timbulan sampah
dalam satu hari dihitung berdasarkan rumus berikut :

JTS (Proyeksi) = TSK dalam satu hari x Jumlah Penduduk Hasil Proyeksi

UNIVERSITAS BANTEN JAYA | 63


Tabel 2.4 Proyeksi Penduduk dan Timbulan Sampah Metode Aritmatika
No Tahun Jumlah Penduduk TSK JTS
(jiwa) (Kg/Jiwa/Hari) (Kg/Jiwa/Hari)
0 2015 1.110 0,32 355
1 2016 1.210 0,32 387
2 2017 1.244 0,32 397
3 2018 1.392 0,32 445
4 2019 1.461 0,32 467
5 2020 1.549 0,32 495
6 2021 1.636 0,32 523
7 2022 1.724 0,32 551
8 2023 1.812 0,32 579
9 2024 1.900 0,32 607
10 2025 1.987 0,32 635
11 2026 2.075 0,32 663
12 2027 2.163 0,32 691
13 2028 2.251 0,32 719
14 2029 2.338 0,32 747
15 2030 2.426 0,32 775
16 2031 2.514 0,32 803
17 2032 2.602 0,32 831
18 2033 2.689 0,32 859
19 2034 2.777 0,32 887
20 2035 2.865 0,32 915
21 2036 2.953 0,32 943
22 2037 3.040 0,32 971
23 2038 3.128 0,32 999
24 2039 3.216 0,32 1.027
25 2040 3.304 0,32 1.055
26 2041 3.391 0,32 1.083
27 2042 3.479 0,32 1.112

UNIVERSITAS BANTEN JAYA | 64


Tabel 2.4 Proyeksi Penduduk dan Timbulan Sampah Metode Aritmatika
(Lanjutan)
No Tahun Jumlah Penduduk TSK JTS
(jiwa) (Kg/Jiwa/Hari) (Kg/Jiwa/Hari)
28 2043 3.567 0,32 1.140
29 2044 3.655 0,32 1.168
30 2045 3.742 0,32 1.196

2.5.2 Metode Geometri ( Geometric Rate of Growth )


Pertumbuhan penduduk secara geometrik merupakan pertumbuhan
penduduk yang menggunakan dasar bunga majemuk. Angka pertumbuhan
penduduk dianggap sama untuk setiap tahun. Metode geometri dirumuskan :

Pn=P0 (1+r)n.

Keterangan :
Pn = penduduk pada tahun n
P0 = penduduk pada tahun awal
r = angka pertumbuhan (%)
n = waktu dalam tahun (periode proyeksi)
Kemudian untuk mendapatkan nilai proyeksi jumlah timbulan sampah
dalam satu hari dihitung berdasarkan rumus berikut :

JTS (Proyeksi) = TSK dalam satu hari x Jumlah Penduduk Hasil Proyeksi

Tabel 2.5 Proyeksi Penduduk dan Timbulan Sampah Metode Geometri


No Tahun Jumlah Penduduk TSK JTS
(jiwa) (Kg/Jiwa/Hari)
(Kg/Jiwa/Hari)
0 2015 1.110 0,32 355
1 2016 1.210 0,32 387
2 2017 1.244 0,32 397
3 2018 1.392 0,32 445
4 2019 1.505 0,32 481

UNIVERSITAS BANTEN JAYA | 65


Tabel 2.5 Proyeksi Penduduk dan Timbulan Sampah Metode Geometri
( Lanjutan )
No Tahun Jumlah Penduduk TSK JTS
(jiwa) (Kg/Jiwa/Hari)
(Kg/Jiwa/Hari)
5 2020 1.624 0,32 519
6 2021 1.752 0,32 560
7 2022 1.891 0,32 604
8 2023 2.040 0,32 652
9 2024 2.201 0,32 703
10 2025 2.375 0,32 759
11 2026 2.563 0,32 819
12 2027 2.766 0,32 884
13 2028 2.985 0,32 953
14 2029 3.221 0,32 1.029
15 2030 3.475 0,32 1.110
16 2031 3.750 0,32 1.198
17 2032 4.046 0,32 1.293
18 2033 4.366 0,32 1.395
19 2034 4.711 0,32 1.505
20 2035 5.084 0,32 1.624
21 2036 5.486 0,32 1.752
22 2037 5.919 0,32 1.891
23 2038 6.387 0,32 2.041
24 2039 6.892 0,32 2.202
25 2040 7.437 0,32 2.376
26 2041 8.025 0,32 2.564
27 2042 8.659 0,32 2.766
28 2043 9.344 0,32 2.985
29 2044 10.083 0,32 3.221
30 2045 10.880 0,32 3.476

UNIVERSITAS BANTEN JAYA | 66


2.5.3 Metode Eksponensial ( Eksponential Rate of Growth)
Dalam metode eksponensial ini pertumbuhan penduduk secara terus
menerus setiap hari dengan angka pertumbuhan konstan. Metode
eksponensial dirumuskan :
Pn= P0 ern
Keterangan :
Pn = penduduk pada tahun n
P0 = penduduk pada tahun awal
e = bilangan pokok sistem logaritma natural (2,7182818)
r = angka pertumbuhan penduduk (%)
n = waktu dalam tahun (periode proyeksi)
Kemudian untuk mendapatkan nilai proyeksi jumlah timbulan sampah
dalam satu hari dihitung berdasarkan rumus berikut :

JTS (Proyeksi) = TSK dalam satu hari x Jumlah Penduduk Hasil Proyeksi

Tabel 2.6 Proyeksi Penduduk dan Timbulan Sampah Metode Eksponensial


No Tahun Jumlah Penduduk TSK JTS
(jiwa) (Kg/Jiwa/Hari)
(Kg/Jiwa/Hari)
0 2015 1110 0,32 355
1 2016 1210 0,32 387
2 2017 1244 0,32 397
3 2018 1392 0,32 445
4 2019 1523 0,32 487
5 2020 1648 0,32 527
6 2021 1784 0,32 570
7 2022 1930 0,32 617
8 2023 2089 0,32 667
9 2024 2261 0,32 722
10 2025 2447 0,32 782
11 2026 2648 0,32 846
12 2027 2866 0,32 916

UNIVERSITAS BANTEN JAYA | 67


Tabel 2.6 Proyeksi Penduduk dan Timbulan Sampah Metode Eksponensial
(Lanjutan)
No Tahun Jumlah Penduduk TSK JTS
(jiwa) (Kg/Jiwa/Hari)
(Kg/Jiwa/Hari)
13 2028 3102 0,32 991
14 2029 3357 0,32 1.073
15 2030 3633 0,32 1.161
16 2031 3932 0,32 1.256
17 2032 4256 0,32 1.360
18 2033 4606 0,32 1.471
19 2034 4985 0,32 1.592
20 2035 5395 0,32 1.723
21 2036 5839 0,32 1.865
22 2037 6319 0,32 2.019
23 2038 6839 0,32 2.185
24 2039 7401 0,32 2.364
25 2040 8010 0,32 2.559
26 2041 8669 0,32 2.769
27 2042 9382 0,32 2.997
28 2043 10154 0,32 3.244
29 2044 10.989 0,32 3.511
30 2045 11.893 0,32 3.800

Setelah didapatkan data proyeksi jumlah timbulan sampah kemudian


kami tuangkan dalam bentuk grafik agar terlihat perbedaan jumlah timbulan
sampah tiap masing masing metode yaitu sebagai berikut :

UNIVERSITAS BANTEN JAYA | 68


Gambar 2.10 Proyeksi Timbulan Sampah Komplek Puri Cilegon dan
Komplek Mataraya Periode Tahun 2015 – 2045

Dari hasil proyeksi timbulan sampah tergambarkan bahwa dengan


menggunakan 3 metode terdapat nilai yang berbeda pula menunjukkan tingkat
jumlah timbulan sampah yang terbagi menjadi 3 (tiga) tingkatan berdasarkan nilai
proyeksi JTS sampai tahun 2045 yaitu sebagai berikut :
1. Tingkat rendah (low) didapatkan dari proyeksi yang menggunakan metode
Aritmatika dengan JTS sebesar 1.196 Kg/jiwa/hari.
2. Tingkat sedang (moderate) didapatkan dari proyeksi yang menggunakan
metode Geometri dengan JTS sebesar 3.476 Kg/jiwa/hari.
3. Tingkat tinggi (high) didapatkan dari proyeksi yang menggunakan metode
Eksponensial dengan JTS sebesar 3.800 Kg/jiwa/hari.

2.6 Dampak Timbulan Sampah


Sampah yang tidak dikelola dengan baik akan menimbulkan dampak
negatif terhadap manusia dan lingkungan, yaitu:
a. Dampak terhadap Kesehatan
Menurut Gelber dkk (1996) bahwa lokasi dan pengelolaan sampah yang
kurang memadai (pembuangan sampah yang tidak terkontrol) merupakan tempat
yang cocok bagi beberapa organisme dan menarik bagi berbagai binatang seperti

UNIVERSITAS BANTEN JAYA | 69


lalat dan anjing yang dapat menjangkitkan penyakit. Potensi bahaya kesehatan
yang dapat ditimbulkan adalah :
1. Penyakit diare, kolera, tifus dan
2. Penyakit jamur dapat juga menyebar (misalnya jamur kulit).

Dugaan timbulnya penyakit akibat timbulan sampah jika dilihat di lapangan


bahwa disekitar area TPS maupun area pembakaran sampah masih terdapat
rumput hijau yang digunakan sebagai pakan untuk ternak warga berupa hewan
kambing, hewan tersebut dibiarkan memakan tanaman yang tumbuh di sekitar
area ceceran sampah sehinggga dapat dimungkinkan menyebabkan gangguan
kesehatan terhadap hewan tersebut seiring waktu.

b. Dampak terhadap Lingkungan


1. Pencemaran Udara
Berdasarkan hasil penelitian dan kunjungan lapangan tindakan
pengelolaan sampah yang dilakukan oleh pihak ke-3 pengelola sampah
komplek Mataraya dan komplek Puri Cilegon adalah dengan melakukan
pembakaran. Tindakan tersebut dilakukan dikarenakan faktor jarak
pengangkutan ke TPA Cilowong yang cukup jauh dan biaya jasa pemusnahan
sampah di TPA yang cukup tinggi untuk wilayah kabupaten Serang yaitu
sebesar ±Rp. 3.000.000/bulan. (berdasarkan wawancara terhadap pengelola
pihak ke-3).
Karena hal itulah mendorong pengelola pihak ke-3 untuk mencari cara
yang paling mudah dan murah dalam menangani sampah rumah tangga yang
dikelola yaitu dengan membuang atau membakarnya dilahan sewaan milik
individu warga dengan membayar sewa sebesar Rp.5.000.000/tahun.
Pembakaran sampah di tempat terbuka akan menghasilkan gas beracun serta
dioxin yang berasal dari proses pembakaran plastik dan bahan beracun lain
yang ada di dalam sampah. Keberadaan gas beracun tersebut akan menambah
polusi udara (Damanhuri dan Padmi, 2010).

UNIVERSITAS BANTEN JAYA | 70


Gambar 2.11 Asap Akibat Pembakaran Sampah di Lokasi Pengolahan Akhir
Sampah Komplek Puri Cilegon dan Komplek Mataraya

2. Pencemaran Tanah
Timbulan sampah yang berada di TPS desa Margasana yang kapasitasnya
sudah tidak mencukupi untuk menampung sampah terlihat pada gambar 2.12

Gambar 2.12 Area Terdampak Timbulan Sampah di TPS Komplek Puri Cilegon
dan Komplek Mataraya

Dari gambar tersebut terlihat area terdampak akibat timbulan sampah yaitu
tanah yang digunakan sebagai kegiatan pertanian, timbulan sampah yang ada di
TPS di amati secara visual didominasi oleh sampah anorganik yang tidak
mudah terurai apalagi tertimbun dalam tanah sehingga dapat menurunkan
kualitas tanah yang digunakan sebagai lahan untuk pertanian.

UNIVERSITAS BANTEN JAYA | 71


3. Gangguan Keselamatan
Jumlah timbulan sampah yang terus meningkat membuat pihak ke-3
pengelola akan terus melakukan pembakaran di lokasi belakang komplek Puri
Cilegon hal ini dapat membahayakan keselamatan dikarenakan lokasi
pembakaran berada di area jalur PGN atau Pipa Gas Nasional yang berjarak
sekitar 500 meter. Berisiko terjadi ledakan jika semakin menumpuknya sampah
yang dibakar, memerlukan area yang lebih luas dan tidak diketahui dahulu area
yang dilewati jalur PGN.

Gambar 2.13 Jalur PGN Yang Berdekatan Dengan Lokasi Pembakaran


Sampah
4. Gangguan Estetika
Lahan yang terisi sampah secara terbuka akan menimbulkan kesan
pandangan yang sangat buruk sehingga mempengaruhi estetika lingkungan
sekitarnya. Hal ini terjadi pada TPS komplek Puri Cilegon dan komplek
Mataraya yang berada di dekat jalan raya Banten, akibat penumpukan sampah
dan lamanya pengangkutan sampah menimbulkan ceceran di luar TPS yang
mengganggu pemandangan menjadi tidak nyaman bagi masyarakat ataupun
pariwisata yang melewati jalan tersebut.

Tempat Pembuangan
Sampah (TPS)

UNIVERSITAS BANTEN JAYA | 72


Gambar 2.14 Kondisi Jalan Raya Akibat Ceceran Sampah di TPS Komplek Puri
Cilegon dan Komplek Mataraya

2.7 Upaya Penanganan Dampak Timbulan Sampah


Sesuai dengan Undang – Undang nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan
Sampah pada pasal 12 disebutkan bahwa setiap orang dalam pengelolaan sampah
rumah tangga dan sampah sejenis sampah rumah tangga wajib mengurangi dan
menangani sampah dengan cara yang berwawasan lingkungan, yaitu dengan
melakukan upaya pengurangan dan pemanfaatan sampah sebelum akhirnya
dibuang ke tempat pembuangan akhir. Dan berdasarkan hasil penelitian sudah
semestinyaa masyarakat dan pemerintah harus mengetahui dan menyadari akan
dampak timbulan sampah yang dihasilkan akibat kurangnya kesadaran untuk
meminimasi sampah dan presepsi masyarakat tentang sampah yang kotor dan tak
bernilai.
Untuk itu ada beberapa upaya yang dapat dilakukan untuk meminimalisir
jumlah yang dihasilkan dan pengendalian dampak akibat pengelolaan sampah
yang dapat dilakukan masyarakat dan pemerintah, yaitu sebagai berikut :

1. Kegiatan 3R
Peraturan Pemerintah Nomor 81 Tahun 2012 tentang Pengelolaan Sampah
Rumah Tangga dan Sampah Sejenis Sampah Rumah Tangga yang telah
diundangkan pada tanggal 15 Oktober 2012. Peraturan pemerintah ini sangat
penting sebagai peraturan pelaksana UU Nomor 18 Tahun 2008 tentang

UNIVERSITAS BANTEN JAYA | 73


Pengelolaan Sampah, sekaligus memperkuat landasan hukum bagi
penyelenggaraan pengelolaan sampah di Indonesia, khususnya di daerah. Terdapat
beberapa muatan pokok yang penting yang diamanatkan oleh peraturan
pemerintah ini, yaitu:
a. Memberikan landasan yang lebih kuat bagi pemerintah daerah dalam
penyelenggaraan pengelolaan sampah yang berwawasan lingkungan dari
berbagai aspek antara lain legal formal, manajemen, teknis operasional,
pembiayaan, kelembagaan, dan sumber daya manusia;
b. Memberikan kejelasan perihal pembagian tugas dan peran seluruh parapihak
terkait dalam pengelolaan sampah mulai dari kementerian/lembaga di tingkat
pusat, pemerintah provinsi, pemerintah kabupaten/kota, dunia usaha,
pengelola kawasan sampai masyarakat;
c. Memberikan landasan operasional bagi implementasi 3R (reduce, reuse,
recycle) dalam pengelolaan sampah menggantikan paradigma lama kumpul-
angkut-buang;
d. Memberikan landasan hukum yang kuat bagi pelibatan dunia usaha untuk
turut bertanggungjawab dalam pengelolaan sampah sesuai dengan perannya;

Sampah bisa diolah dengan berbagai cara salah satunya dengan menerapkan
prinsip 3R. Penerapan sistem 3R (Reuse, Reduce, dan Recycle) menjadi salah satu
solusi dalam menjaga lingkungan di sekitar kita yang murah dan mudah untuk
dilakukan di samping mengolah sampah menjadi kompos atau memanfaatkan
sampah menjadi sumber listrik (Pembangkit Listrik Tenaga Sampah). Selain itu,
penerapan 3R ini juga dapat dilakukan oleh setiap orang dalam kegiatan sehari-
hari. 3R terdiri dari Reuse, Reduce, dan Recycle. Reuse berarti memanfaatkan
kembali barang yang sudah tidak terpakai. Reduce berarti mengurangi sampah
dengan mengurangi pemakaian barang atau benda yang tidak terlalu kita
butuhkan. Recycle adalah mendaur ulang barang. Kita bias mendaur ulang
sampah organic dan anorganik menjadi sesuatu yang bisa bermanfaat. Manfaat
sistem 3R, yaitu :
1. Mengurangi tumpukan sampah organik yang berserakan di sekitar tempat
tinggal.

UNIVERSITAS BANTEN JAYA | 74


2. Membantu pengelolaan sampah secara dini dan cepat.
3. Menghemat biaya pengangkutan sampah ke tempat pembuangan akhir (TPA)
4. Mengurangi kebutuhan Lahan tempat pembuangan sampah akhir (TPA).
5. Menyelamatkan lingkungan dari kerusakan dan gangguan berupa bau,
selokan macet,banjir, dll.

Penerapan Sistem 3R dalam Pengelolaan Sampah Rumah Tangga selama ini


sebagian besar masyarakat masih memandang sampah sebagai barang sisa yang
tidak berguna, bukan sebagai sumberdaya yang perlu dimanfaatkan. Paradigma
baru memandang sampah sebagai sumber daya yang mempunyai nilai ekonomi
dan dapat dimanfaatkan, misalnya untuk energi, kompos, pupuk ataupun untuk
bahan baku industri.

2. Membuat Keranjang Takakura


Keranjang Takakura adalah keranjang pembuat kompos (komposter) yang
sangat ringkas dan praktis (Kompasiana, 2012). Sesuai dengan namanya
keranjang ini merupakan buah pemikiran pak Koji Takakura yang berasal dari
Jepang. Pembuatan kompos dengan cara ini sangat mudah dilakukan untuk ibu-
ibu rumah tangga khususnya, sesuai pula dengan jumlah tertinggi sampah yang
dihasilkan di komplek Mataraya dan komplek Puri Cilegon adalah sampah jenis
organik. Alat dan bahan yang digunakan pun sangat mudah ditemukan di
lingkungan sekitar dan harga pengolahannya pun ekonomis. Cara pembuatan
keranjang Takakura telampir pada lampiran 4.

3. Membuat Paving Block atau Batu Bata


Abu yang di timbulkan dari hasil pembakaran sampah yang dilakukan oleh
pihak ke-3 terhadap sampah yang dihasilkan komplek Mataraya dan komplek Puri
Cilegon kian lama makin menumpuk tanpa ada pengelolaan lanjut seperti gambar
berikut :

UNIVERSITAS BANTEN JAYA | 75


Gambar 2.15 Abu Hasil Pembakaran Sampah

Untuk itulah abu ini dapat dimanfaatkan menjadi bahan dasar bangunan
seperti batu bata dan paving block (Desa Jetis, 2017) cara pembuatan dijelaskan
pada lampiran 5. Dengan melakukan pengelolaan terhadap abu ini masyarakat dan
pemerintah Kramatwatu telah berupaya untuk meminimalisir pencemaran
lingkungan yang tejadi dan dapat dimanfaatkan untuk memperbaiki jalan menuju
komplek Puri Cilegon yang berlubang, atau menjadikan sebagai nilai ekonomi
untuk dijual.

4. Pembuatan Instalasi Pengolahan Sampah Terpadu (IPST)


Pembangunan Sarana Instalasi Pengolahan Sampah Terpadu (IPST) Seperti
diketahui dengan semakin bertambahnya jumlah penduduk maka volume timbulan
sampah juga semakin bertambah, namun kapasitas dari Tempat Pembuangan
Akhir (TPA) memiliki keterbatasan lahan. Untuk mengatasi hal tersebut, perlu
dibangun sebuah sarana IPST yang dapat di aplikasikan di setiap Kelurahan. Hal
ini dapat dilakukan oleh pemerintah Kramatwatu sehubungan dengan kerusakan
sarana penampungan sampah yang sudah tidak layak dan kapasitas penampungan
di TPA Cilowong yang sudah tidak memungkinkan menampung sampah dari
Kabupaten Serang.

UNIVERSITAS BANTEN JAYA | 76


BAB 3.
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Berdasar pada tujuan dilakukan penelitian ini, maka dari hasil penelitian
dan pembahasan dapat diambil beberapa kesimpulan yaitu sebagai berikut :
1. Penduduk di Komplek Mataraya dan Komplek Puri Cilegon menghasilkan
timbulan sampah perkapita sebesar 0,32 kg/jiwa/hari
2. Komposisi sampah yang timbul dari pemukiman Komplek Mataraya dan
Komplek Puri Cilegon secara kualitatif terdiri dari 57 % sampah organik dan
43% sampah anorganik, dan secara kuantitatif jumlah timbulan s ampah yang
dihasilkan sebesar 445 kg/hari/jiwa.
3. Hasil proyeksi jumlah timbulan sampah (JTS) dari tahun 2018 sampai dengan
tahun 2045 di pemukiman Komplek Mataraya dan Komplek Puri Cilegon
menggunakan 3 metode yaitu sebagai berikut :
No Metode JTS Tahun 2045 Nilai Tingkatan
(Kg/Jiwa/Hari)
1 Aritmatika 1.196 Rendah

2 Geometri 3.476 Sedang

3 Eksponensial 3.800 Tinggi

4. Dari hasil peneltian dampak yang ditimbulkan akibat timbulan sampah yaitu
dampak terhadap kesehatan dan dampak terhadap lingkungan. Adapun upaya
penanganan yang dapat dilakukan di area ini yaitu : melakukan kegiatan 4R,
membuat keranjang Takakura, membuat paving block, serta pembuatan
sarana Instalasi Pengolahan Sampah Terpadu (IPST).

3.2 Saran
Penelitian yang dilakukan dengan cara sampling, pengumpulan data, dan
hasil pengamatan langsung, telah memberikan catatan tersendiri untuk adanya hal-

UNIVERSITAS BANTEN JAYA | 77


hal yang perlu diperhatikan oleh seluruh masyarakat dan instansi terkait. Saran -
saran yang dapat diberikan adalah sebagai berikut :

1. Berdasarkan harapan pemimpin tokoh masyarakat setempat dan potensi


reduksi yang terdapat pada komplek Puri Cilegon dan komplek Mataraya
maka saran yang dapat diberikan untuk pengelolaan sampah adalah sebagai
berikut :
a. Perlu adanya kesadaran dan peduli terhadap lingkungan dengan sampah
yang dihasilkan
b. Mulai diarahkan untuk meminimalisiasi sampah dengan metode 3R
c. Mengubah presepsi terhadap sampah yang bernilai ekonomis dimulai
dengan pemanfaat sampah organik menjadi kompos dengan cara sederhana
metode Takakura.
2. Selain program pengomposan dan pemanfaatan hasil abu pembakaran
sampah, dalam rangka menurunkan jumlah residu sampah yang akan dibuang
ke TPA dapat dikurangi dengan cara upaya pengurangan sampah dari sumber
sebisa mungkin dan melakukan pengelolaan di berupa IPST.
3. Serta memperbaiki fasilitas penampungan sampah sampai pengelolaan
sampah yang lebih layak agar nantinya sampah tidak menjadi masalah karena
meningkatnya volume sampah seiring dengan pertumbuhan penduduk. Serta
memberikan dukungan dan sosialisasi kepada masyakarat untuk mengelola
sampah menjadi barang yang bernilai sesuai dengan keinginan warga
setempat.

UNIVERSITAS BANTEN JAYA | 78


DAFTAR PUSTAKA

Sumber Buku :

Badan Pusat Statistik.(2017). Kecamatan Kramatwatu Dalam Angka 2017 Seri


No. 1102001.3604220. Banten

Becker, G. (1995). The Economic Way Of Looking At Behavior. Dalam R.


Febrero dan P. Schwartz. (2000). The Essence Of Becker. Standford
University, California : Hoover institution Press.

Damanhuri dan Padmi, (2004).Diktat Pengelolaan Sampah. Teknik Lingkungan


Institut Teknologi Bandung (ITB): Bandung

Damanhuri dan Padmi, (2010).Diktat Pengelolaan Sampah. Teknik Lingkungan


Versi Edisi Semester 1. Institut Teknologi Bandung (ITB): Bandung

Gelbert M, Prihanto D, dan Suprihatin A, (1996). Konsep Pendidikan Lingkungan


Hidup dan ”Wall Chart”. Buku Panduan Pendidikan Lingkungan
Hidup, PPPGT/VEDC, Malang.

Tchobanoglous, G., Theisen, H., Vigil, S. (1993). Integrated Solid Waste


Management. New York : Mc. Graw Hill Inc, International Editions.

Sumber Peraturan :

Republik Indonesia. (1982). Undang-Undang No. 4 Tahun 1982 tentang Pokok


Pengelolaan Lingkungan Hidup. Lembaran Negara RI Tahun 1982, No.
04. Sekretariat Negara. Jakarta.

UNIVERSITAS BANTEN JAYA | 79


Republik Indonesia. (2008). Undang - Undang No. 18 Tahun 2008 tentang
Pengelolaan Sampah. Lembaran Negara RI Tahun 2008, No. 18.
Sekretariat Negara. Jakarta.

Republik Indonesia. (2009). Undang – Undang 32 Tahun 2009 tentang


Pengelolaan Lingkungan Hidup. Lembaran Negara RI Tahun 2009, No.
32. Sekretariat Negara. Jakarta.

Republik Indonesia. (2012). Peraturan Pemerintan Nomor 81 Tahun 2012 tentang


Pengelolaan Sampah Rumah Tangga dan Sampah Sejenis Sampah
Rumah. Lembaran Negara RI Tahun 2012, No. 81. Sekretariat Negara.
Jakarta.

SNI 19-3964-1994. (1994). Metode Pengambilan dan Pengukuran Contoh


Timbulan dan Komposisi Sampah Perkotaan. Badan Standarisasi
Nasional. Bandung

Sumber Website :

http://eprints.ung.ac.id/1866/6/2012-2-13201-811408071-bab2 23012013051701
Diakses pada hari Minggu tanggal 16 Desember 2018.Pukul 20.04 WIB.

http://eprints.umm.ac.id/35383/3/jiptummpp-gdl-denirezkia-49846-3-babii.pdf
Diakses pada hari Minggu tanggal 16 Desember 2018.Pukul 22.50 WIB.

http://ciptakarya.pu.go.id/plp/upload/peraturan/SNI-3242-2008.pdf
Diakses pada hari Selasa tanggal 19 Desember 2018.Pukul 02:55 WIB.

https://marphoamatonte17.wordpress.com/2011/04/03/timbulan-komposisi-dan-
karakteristik-sampah/
Diakses pada hari Selasa tanggal 19 Desember 2018.Pukul 01:05 WIB.

https://www.kompasiana.com/lhapiye/56bae0ce7793739410a33036/menyongsong
-hari-peduli-sampah-nasional-2016-indonesia-darurat-sampah?page=all

UNIVERSITAS BANTEN JAYA | 80


Diakses pada hari Minggu tanggal 30 Desember 2018.Pukul 01:45 WIB.

http://dwiyantifitriana.blogspot.com/2017/06/konsep-proyeksi-penduduk-mata-
kuliah.html
Diakses pada hari Minggu tanggal 30 Desember 2018.Pukul 01:35 WIB.

http://caraharian.com/cara-menghitung-pertumbuhan-ekonomi.html
Diakses pada hari Jumat 04 Januari 2019 .Pukul 01.00 WIB.

http://iadarfiansyah.blogspot.com/2010/08/mengelola-sampah-untuk-membangun-
rumah.html
Diakses pada hari Jumat 04 Januari 2019 .Pukul 02:45 WIB.

http://repository.unpas.ac.id/28401/2/11BAB%202%20TINJAUAN%20PUSTAK
A.pdf
Diakses pada hari Jumat 18 Januari 2019 .Pukul 06:00 WIB.

https://environment-indonesia.com/mengelola-sampah-rumah-tangga-dengan-3r/
Diakses pada hari Jumat 18 Januari 2019 .Pukul 06:10 WIB.

UNIVERSITAS BANTEN JAYA | 81


LAMPIRAN

Lampiran 1. Formulir Permintaan Data Penduduk

REKAPITULASI JUMLAH PENDUDUK

TAHUN 2015 – 2018

Nama Area :
RT :
RW :

NO PERIODE JUMLAH KK JUMLAH PENDUDUK


1 Desember 2015
2 Desember 2016
3 Desember 2017
4 September 2018
TOTAL

……………………,………………
DibuatOleh,

(………………)

UNIVERSITAS BANTEN JAYA | 82


Lampiran 2. Data Penduduk Komplek Puri Cilegon dan Komplek
Mataraya

REKAPITULASI DATA PENDUDUK


KOMPLEK PURI CILEGON DAN KOMPLEK MATARAYA
TAHUN 2015 - 2045

JUMLAH PENDUDUK (Jiwa)


NO PERIODE TOTAL
RT 12 RT 13 RT 14
1 Desember 2015 270 416 424 1.110
2 Desember 2016 330 432 448 1.210
3 Desember 2017 336 452 456 1.244
4 September 2018 456 460 476 1.392

Keterangan :

RT 12 (Komplek Mataraya)

RT 13 (Komplek Puri Cilegon)

RT 14 (Komplek Puri Cilegon)

UNIVERSITAS BANTEN JAYA | 83


Lampiran 3. Perhitungan Manual Proyeksi Jumlah Timbulan Sampah

Diketahui :

n = 2045 – 2015
= 30

Jumlah penduduk
Tahun 2015 = 1.110
Tahun 2016 = 1.210
Tahun 2017 = 1.244
Tahun 2018 = 1.392

AngkaPertumbuhan (R)
R2016 =(Jumlah Penduduk2016- Jumlah Penduduk2015)/Jumlah Penduduk2015)
= (1.210 – 1.110 ) / 1.110
= 0,090
R2017 =(Jumlah Penduduk2017- Jumlah Penduduk2016)/Jumlah Penduduk2016)
= (1.244 – 1.210 ) / 1.110
= 0,028
R2018 =(Jumlah Penduduk2018- Jumlah Penduduk2017)/Jumlah Penduduk2017)
= (1.392 – 1.244) / 1.110
= 0,119
R rata – rata = (R2016+ R2017 + R2018 ) / 3
= (0,090 + 0,028+0,119) /3
= 0,079

Timbulan Sampah Kapita = 0,32 Kg/jiwa/hari

Ditanya :
1. Jumlah Timbulan Sampah Tahun 2045 Metode Aritmatika
2. Jumlah Timbulan Sampah Tahun 2045 Metode Geometri
3. Jumlah Timbulan Sampah Tahun 2045 Metode Eksponensial

UNIVERSITAS BANTEN JAYA | 84


Penyelesaian :
A) Metode Aritmatika
Perhitungan manual yang dipakai untuk menghitung tahun 2045 yaitu
sebagai berikut :

P2045 = P2015 (1+rn) JTS2045= P2045 x TSK


= 1.110 (1 + (0,079 x 30)) = 3.741 x 0,32
= 1.110 (1 + 2,37) = 1.1971 Kg/Jiwa/Hari
= 1.110 (3,37)
= 3.740,7
= 3.741 Jiwa

B) Metode Geometrik
Perhitungan manual yang dipakai untuk menghitung tahun 2045 yaitu
sebagai berikut :

P2045 = P0 (1+r)n. JTS2045= P2045 x TSK


= 1.110 (1 + 0,079)30 = 10.863 x 0,32
= 1.110 (1,079) 30 = 3.476 Kg/Jiwa/Hari
= 1.110 (9,78686)
= 10.863 jiwa

C) Metode Eksponensial
Perhitungan manual yang dipakai untuk menghitung tahun 2045 yaitu
sebagai berikut : e = 2.7182818

P2045 = P0 e^rn JTS2045= P2045 x TSK


= 11.893 = 3.800 Kg/jiwa/hari

UNIVERSITAS BANTEN JAYA | 85


Lampiran 4. Pembuatan Keranjang Takakura

Alat dan Bahan :

1) Keranjang(bertutup)
2) Kardus
3) Gunting/cutter
4) Kain Strimin / berjaring
5) Benang Jarum
6) Sekam/dedak/serbuk gergaji
7) Starter
8) Sampah organik

Cara Pembuatan :

1) Siapkan keranjang yang berlubang kecil-kecil pada dindingnya.

2) Lapisi keranjang dengan kardus

3) Masukan bantal sekam pada dasar keranjang.


Buat bantal dengan cara memasukkan pada
kain jaring lalu diisi dengan sekam hingga
berbentuk bantal .

UNIVERSITAS BANTEN JAYA | 86


4) Masukan starter kedalam keranjang
Starter dapat dibuat dari EM4 ,Kompos padat atau punCampuranNasidan Air
gula. Untuk ibu rumah tangga dapat digunakan kompos padat yang sudah jadi
sebagai starter. Membuat starter dengan campuran nasi dan air gula cara
pembuatan yaitu : 1) Nasi baru atau pun basi dibuat menjadi bulat sebesar
bola pingpong, 2) diamkan selama 3 hari sampai keluar jamur. 3) Bola nasi
jamuran dimasukkan kedalam botol. 4) Tuangkan air satu gayung yang sudah
dicampur gula sebanyak 4 sendok makan. 5) Diamkan selama 1 minggu.
Campuran nasi dan air siap digunakan
5) Potong / cacah sampah organik
6) Masukan sampah organik yang telah dicacah tersebut kedalam keranjang
takakura.
7) Aduk sampah organik dengan starter
8) Tutup campuran kompos dengan bantalan sekam
9) Tutup dengan kain berpori
10) Tutup dengan penutup keranjang.

11) Sampah yang sudah terurai (kompos) diangin-anginkan diatas karung plastik
di tempat teduh sampai mengering (jangandijemur).
12) Susunan dalam keranjang Takakura adalah sebagaiberikut :

UNIVERSITAS BANTEN JAYA | 87


Lampiran 5. Pembuatan Paving Block Dari Abu Hasil Pembakaran
Sampah

Alat dan Bahan :

1. Cetakan paving block ukuran 20 cm x 10 cm x 6 cm


2. Ember
3. Pengaduk
4. Pengayak pasir
5. Sekrup
6. Alat Press
7. Semen portlandtipe 1 (Semen MerahPutih)
8. Kapur
9. Abu Sisa PembakaranSampah
10. Air

Cara pembuatan :

1. Siapkan cetakan ditempat yang datar.


2. Masukan adonan kedalam cetakan paving block dan ratakan.
3. Proses pengepresan menggunakan alat press mekanik.
4. Letakan dengan membalik cetakan yang sudah terisi adonan.
5. Buka dengan cara mengangkat cetakan, lalu ambil cetakan penutup atas
paving.
6. Curing/Perawatan
- Setelah 3-5 jam paving block dapat di tata dan disiram air selama 28
hari dengan rutin.
- Paving block juga dapat di rendam dengan air selama kurang lebih 28
hari untuk hasil yang baik.
- Selama proses curing hindari terik sinar matahari pada paving block.

UNIVERSITAS BANTEN JAYA | 88


Lampiran 6.Dokumentasi Kegiatan Penelitian Sampling TSK

Pengambilan Data Sekunder (Data Penduduk)

Partisipasi Masyarakat Saat Kegiatan Pembagian Trash Bag Ke Masyarakat


Sampling Sampah dan Sosialisasi

Pendataan Masyarakat Untuk Pemilahan Sampah Organik Dan Non


Sampling Organik

UNIVERSITAS BANTEN JAYA | 89


Penimbangan Sampah

Pengangkutan Sampah Ke TPS

UNIVERSITAS BANTEN JAYA | 90


Lampiran 7.Lembar Pertanyaan Audience

1. Nama : Poppy Kusmiati


Kelompok : 5 (Lima)
Pertanyaan :
a) Perihal dampak terhadap ganggan keselamatan akibat kegiatan
pengelolaan sampah akhir berupa pembakaran yang dilakukan di area
dekat jalur pipa gas nasional, bagaimana tindakan solutif untuk mencegah
terjadinya dampak yang akan mempengaruhi keselamatan warga
setempat?
b) Dan untuk pengolahan sampah menjadi paving block itu jenis sampah apa
yang digunakan?

Jawaban :

a) Adapun tindakan solutif yang dapat kami sarankan adalah menutup area
pengelolaan sampah akhir tersebut, lalu mengganti atau mengalihkan ke
tempat pengalihan baru yang sudah direncanakan dengan pemerintah
setempat sehingga dapat meminimalisir terjadinya gangguan keselamatan.
b) Sampah yang dapat dikelola menjadi paving block adalah sampah jenis
anorganik, namun dalam saran yang kami ajukan bahan utama dari paving
block ini adalah timbunan sisa abu yang ditimbulkan akibat pembakaran
sampah anorganik yang berada di belakang komplek puri cilegon.

2. Nama : Rini
Kelompok : 5 (Lima)
Pertanyaan :
Dari beberapa metode yang disarankan untuk menanggulangi timbulan
sampah, apakah metode tersebut dapat terlaksana? Dan apa saja yang sudah
terlaksana?

Jawaban :

Dari 3 metode tersebut yaitu 3R, Pembuatan kompos Takakura dan


pembuatan paving block yang dapat terlaksana dimungkinkan semuanya

UNIVERSITAS BANTEN JAYA | 91


karena untuk program 3R merupakan program yang paling sederhana dan
harus dibudayakan sehingga dapat meminimalisir timbulan sampah. Dan
untuk metode kompos Takakura dapat dilaksanakan untuk skala rumah
tangga karena peralatan dan bahan yang digunakan sangat ekonomis dan
mudah ditemukan. Serta untuk paving block merupakan saran program untuk
pemerintah meminimalisir pencemaran tanah dari abu yang dihasilkan.

Untuk metode yang sudah terlaksana, yang kami ketahui berdasarkan


wawancara dilapangan beberapa masyarakat telah melakukan metode 3R.

3. Nama : Irfan
Kelompok : 5 (Lima)
Pertanyaan :
a) Dengan jumlah timbulan sampah yang tinggi terlihat secara visual di area
Tempat Pembuangan Sementara (TPS) sudah adakah keluhan dari
masyarakat setempat?
b) Dalam metode pembuatan paving block apakah membutuhkan biaya yang
tinggi?

Jawaban :

a) TPS untuk desa Margasana awalnya ada 2 buah TPS yang terletak di dekat
jembatan tol kramatwatu dan dekat SD 1 Kramatwatu. Penumpukan
sampah yang terjadi di area TPS itu dikarenakan kurangnya kapasitas
penampungan, yang bersumber dari rumah tangga warga setempat dan
pasar yang berada di wilayah tersebut , sehingga dari segi kapasitas
memang sudah tidak mencukupi, termasuk di TPS dekat SDN 1
Kramatwatu.
Sudah ada keluhan dari masyarakat hanya dari masyarakat di dekat TPS
SDN 1 Kramatwatu melakukan keluhan dan tindakan sehingga mendapat
perhatian lebih dari pemerintah, sehingga yang kita lihat sekarang sudah
tidak ada lagi TPS di dekat SDN 1 Kramatwatu. Namun untuk TPS yang
berada di jembatan tol kramatwatu belum ada tindakan
keras/protes/tindakan masyarakat terhadap kondisi yang ada hanya baru

UNIVERSITAS BANTEN JAYA | 92


keluhan secara lisan. Adapun pemerintah saat ini masih merencanakan
sistem pngelolaan sampah yang tepat untuk di desa Margasana tersebut.
b) Dalam pembuatan paving block memang membutuhkan biaya yang tinggi
di awal, namun program ini dapat dilakukan bersama dengan pemerintah
untuk meminimalisir pencemaran lingkungan yang terjadi (program
lingkungan pemerintah). Namun program ini juga tentunya harus
didukung dan bekerjasama dengan warga setempat. Sehingga dapat
menghasilkan nilai ekonomis pula. Yang terpenting cara untuk
meminimalisir pencemaran akibat timbulan sisa abu pembakaran sampah
yang sudah tahun menahun menumpuk.

UNIVERSITAS BANTEN JAYA | 93

Anda mungkin juga menyukai