Anda di halaman 1dari 6

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Seiring dengan perkembangan waktu yang senantiasa diiringi dengan
pertambahan penduduk, maka secara otomatis jumlah timbulan sampah
semakin meningkat sementara lahan yang ada tetap. Di daerah perkotaan,
dimana jumlah penduduk semakin besar dan kepadatan semakin tinggi,
sampah tidak dapat lagi diolah oleh alam. Karakteristik sampah semakin
menjadi beragam sejalan dengan meningkatnya standar hidup, dan volume
sampah semakin meningkat lebih cepat. Permasalahan barupun juga timbul
dengan adanya bangunan-bangunan bertingkat. (Susana, 2013).
Persampahan telah menjadi suatu agenda permasalahan utama yang
dihadapi hampir seluruh perkotaan di Indonesia. Pesatnya pertambahan
penduduk yang disertai derasnya urbanisasi telah meningkatkan jumlah
sampah di perkotaan dari hari-kehari. Keterbatasan kemampuan dinas
kebersihan dalam menangani permasalahan tersebut merupakan tanda awal
dari semakin menurunnya sistem penanganan permasalahan persamapahan di
kota tersebut. Hal ini semakin sulit karena adanya keterbatasan lahan untuk
Tempat Pembuangan Akhir (TPA) sampah, dan terkendala jumlah kendaraan
serta kondisi peralatan yang telah tua. Belum lagi pengelolaan TPA yang tidak
sesuai dengan kaidah-kaidah yang ramah lingkungan. (Susana, 2013).
Sampah merupakan benda padat buangan dari kegiatan rumah
tangga, pasar, perkantoran, rumah penginapan, hotel, rumah makan, dan
industri. Sampah merupakan material sisa yang tidak diinginkan setelah
berakhirnya suatu proses. Sampah merupakan didefinisikan oleh manusia
menurut derajat keterpakaiannya, dalam proses-proses alam sebenarnya tidak
ada konsep sampah, yang ada hanya produk-produk yang dihasilkan setelah
dan selama proses alam tersebut berlangsung. Akan tetapi karena dalam
kehidupan manusia didefinisikan konsep lingkungan maka sampah dapat
dibagi menurut jenis-jenisnya. (Rosyid, 2012).

Peningkatan produksi sampah ini sangat memicu terjadinya


perubahan iklim dan diperkirakan akan semakin hebat jika tidak ada upaya
untuk menguranginya. Bagi negara berkembang dan beriklim tropis seperti
Indonesia, faktor musim sangat besar pengaruhnya terhadap berat sampah.
Dalam hal ini, musim yang dimaksud adalah musim hujan dan kemarau,
tetapi dapat juga berarti musim buah-buahan tertentu. Di samping itu, berat
sampah juga sangat dipengaruhi oleh faktor sosial budaya lainnya. Oleh
karenanya, sebaiknya evaluasi timbulan sampah dilakukan beberapa kali
dalam satu tahun. Timbulan sampah dapat diperoleh dengan sampling
(estimasi) berdasarkan standar yang sudah tersedia. Perkiraan timbulan
sampah diperlukan untuk menentukan jumlah sampah yang harus dikelola.
Kajian terhadap data mengenai timbulan sampah merupakan langkah awal
yang dilakukan dalam pengelolaan persampahan. (Juju, 2012).
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana gambaran timbulan sampah di
2. Apakah faktor penyebab timbulan sampah yang cukup besar di
3. Apakah dampak kesehatan dari timbulan sampah di
4. Apakah solusi dari timbulan sampah yang cukup besar di
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui timbulan sampah di
2. Untuk mengetahui faktor penyebab timbulan sampah yang cukup besar di
3. Untuk mengetahui dampak kesehatan dari timbulan sampah
4. Untuk mengetahui solusi dari timbulan sampah yang cukup besar di

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi Sampah

BAB III
PEMBAHASAN
A. Hasil Observasi Industri Tah

B. Faktor Penyebab Timbulan Sampah


1. Jumlah warga yang padat.
2. Aktivitas masyarakat yang semakin meningkat karena adanya pola hidup
yang semakin konsumtif, misalnya pada makanan.
3. Sampah yang ada dikumpulkan dan ditimbun di satu tempat tanpa
adanya penanganan lebih lanjut
4. Kurangnya sosialisasi dan dukungan dari pihak pemerintah setempat
mengenai pengolahan sampah serta produknya.
5. Minimnya edukasi dan manajemen diri yang baik mengenai pengolahan
sampah secara tepat.
6. Cara pengolahan sampah yang masih sederhana dengan peralatan yang
kurang memadai dan kurang terkoordinir.
7. Pola hidup akan mempengaruhi besarnya timbulan limbah padat,
contohnya

dilingkungan

kampus

pola

hidup

mahasiswa

yang

mengandalkan kertas dan fotokopian sebagai salah satu tuntutan


pendidikan, sehingga terjadilah tumpukan sampah bekas yang tidak
terpakai lagi.
8. Kemajuan teknologi membuat aktivitas manusia di universitas semakin
meningkat sehingga menghasilkan sampah yang banyak dan beragam
pula.
C.
D. Solusi dari Timbulan Sampah
1. Adanya manajemen pengelolaan yang baik terhadap sampah, peraatan
yangmemadai serta kesadaran setiap inidividu untuk membuang sampah
pada tempatnya.
2. Sistem pewadahan, dimana setiap rumah memiliki setiap tempat sampah
yang penggunaanya dipisah, yaitu tempat sampah kering dan sampah
basah.
3. Sistem

pengumpulan,

pola

pengumpulan

yang tepat

dan rutin.

Dimana sampahakan diangkut dengan menggunakan alat angkut berupa


motor gerobak sampah dengan kapasitas 1200 L. Pengumpulan yang
dilakukan harus sesuai jadwal yangtelah ditentukan. Rute pengumpulan
sampah menuju rumah kompos akan disesuaikan dengan blok-blok yang

telah direncanakan dan tiap-tiap blok memiliki rute pengumpulan sesuai


dengan letak kawasan sumber sampah.
4. Penanganan sampah daur ulang/sampah kering, jumlah komposisi
sampah kering yang cukup besar memungkinkan memiliki nilai
ekonomiyang cukup besar. Sehingga sampah kering akan dimanfaatkan
dengan menjualnya ke pihak pengepul sampah.
5. Penanganan sampah basah, untuk sampah

basah,

perencanaan

penanganannya menggunakan teknik pengomposan dan metode yang


digunakan adalah metode Open Windrow.
Air
Mikroorganisme
Nitrogen/Karbon

Sampah

Penghancuran Penyiapan bahan baku pembuatan tumpukan

Penirisan,
pengayakan, pengemasan
Pengendalian suhu, kelembaban, aerasi, pH, dan nutrient
pengadukan

BAB IV

PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran

Anda mungkin juga menyukai