Anda di halaman 1dari 213

FAKTOR-FAKTOR YANG DIHADAPI LEMBAGA KEMASYARAKATAN

DALAM OPTIMALISASI PENGELOLAAN SAMPAH DOMESTIK


MENUJU DESA MANDIRI SAMPAH
DI KELURAHAN GRENDENG
PURWOKERTO UTARA

SKRIPSI

Disusun Oleh :
TAUFIQ WAHYU HIDAYAT
G1B010034

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU-ILMU KESEHATAN
JURUSAN KESEHATAN MASYARAKAT
PURWOKERTO
2014

HALAMAN PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:


Nama

: Taufiq Wahyu Hidayat

NIM

: G1B010034

Menyatakan bahwa skripsi yang saya tulis yang berjudul:


Faktor-faktor yang Dihadapi Lembaga Kemasyarakatan dalam
Optimalisasi Pengelolaan Sampah Domestik Menuju Desa Mandiri
Sampah di Kelurahan Grendeng Purwokerto Utara
Merupakan bagian dari penelitian dengan judul:
Pendampingan Kelompok PKK dalam Usaha Optimalisasi Pengelolaan
Sampah Organik dan Anorganik Domestik Menuju Desa Mandiri Sampah.
Yang diketuai oleh:
Nama

: Agnes Fitria W, SKM, M.Sc

NIP

: 198307022010123003

Jurusan/ Fak : Jurusan Kesehatan Masyarakat/ FKIK


Skripsi yang saya tulis ini adalah benar-benar hasil karya ilmiah saya, dan tidak
sedang atau pernah ditulis oleh orang lain. Semua data yang saya sajikan adalah
diperoleh dari penelitian yang saya lakukan, kecuali data-data yang bersumber
dari kepustakaan yang saya sebutkan di dalam skripsi ini.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya.
Purwokerto,

Juli 2014

Taufiq Wahyu Hidayat


NIM. G1B010034

PRAKATA
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Faktorfaktor yang Dihadapi Lembaga Kemasyarakatan dalam Optimalisasi Pengelolaan
Sampah Domestik Menuju Desa Mandiri Sampah di Kelurahan Grendeng
Kecamatan Purwokerto Utara. Penulisan skripsi dilaksanakan dalam rangka
memenuhi tugas akhir guna memperoleh gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat
pada Jurusan Kesehatan Masyarakat Universitas Jenderal Soedirman. Penulisan
skripsi ini dapat terselesaikan atas bantuan dan dukungan dari banyak pihak baik
secara moral maupun material, untuk itu penulis menyampaikan terimakasih
kepada :
1. Dr. Warsinah, M.Si, A.Pt, selaku Dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu-ilmu
Kesehatan Universitas Jenderal Soedirman,
2. Arif Kurniawan, SKM, M.Kes, selaku Ketua Jurusan Kesehatan Masyarakat,
3. Agnes Fitria Widiyanto, SKM, M.Sc, selaku Pembimbing I yang telah
memberikan bimbingan, saran dan petunjuk dalam penyusunan skripsi ini,
4. Drs. Kuswanto, M.Kes, selaku Pembimbing II yang telah memberikan
bimbingan, saran dan petunjuk dalam penyusunan skripsi ini,
5. Saudin Yuniarno, SKM, M.Kes, selaku penelaah skripsi I yang telah
memberikan saran dan petunjuk dalam penyusunan skripsi ini,

6. Aris Dwi Susilarto, SKM, M.Ps, M.Eng, selaku penelaah skripsi II yang telah
meluangkan waktu dan memberikan petunjuk dalam penyusunan skripsi ini,
7. Bapak Maryono dan Ibu Sri Kuwati sebagai orang tua yang paling sempurna,
yang tak pernah berhenti mendoakan, memahami, mendukung, membimbing,
melindungi dan memperjuangkan segala sesuatu untuk anak-anaknya,
8. Seluruh dosen Jurusan Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran dan Ilmuilmu Kesehatan Universitas Jenderal Soedirman Purwokerto yang telah
memberikan ilmu yang bermanfaat bagi penulis,
9. Karyawan dan staf bagian pendidikan Jurusan Kesehatan Masyarakat
Fakultas Kedokteran dan Ilmu-ilmu Kesehatan Universitas Jenderal
Soedirman Purwokerto, yang telah banyak membantu dalam urusan
akademik,
10. Kawan-kawan mahasiswa seperjuangan, Trisumadya Aditya, Afif Fathul
Kodir, Dicky Dwi Anggoro, Ari Wirahyani, Asri Arafah dan DFREL serta
semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu, yang telah
memberikan motivasi, dukungan, bantuan, dan doa dalam penyusunan skripsi
ini.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna yang
disebabkan oleh keterbatasan kemampuan dan pengalaman yang dimiliki. Oleh
karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi
kesempurnaan pada kesempatan lain. Penulis berharap karya ini dapat
memperkaya ilmu pengetahuan dan bermanfaat bagi kita semua, Amin.

Purwokerto, Juli 2013


Penulis
JURUSAN KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU-ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
PURWOKERTO
2014

INTISARI

TAUFIQ WAHYU HIDAYAT


FAKTOR-FAKTOR YANG DIHADAPI LEMBAGA KEMASYARAKATAN
DALAM UPAYA PENGELOLAAN SAMPAH DOMESTIK MENUJU DESA
MANDIRI SAMPAH DI KELURAHAN GRENDENG PURWOKERTO
UTARA

Pertumbuhan ekonomi yang pesat di kota seringkali menimbulkan permasalahan


baru, salah satunya adalah meningkatnya volume sampah. Pengelolaan sampah
dalam konteks ini sangat rumit dan perlu adanya penerapan kebijakan Pemerintah
sesuai dengan Rencana dan Strategi Pembangunan Jangka Menengah Nasional
Direktorat Jenderal Cipta Karya yang tercantum dalam Peraturan Menteri
Pekerjaan Umum No.21/PRT/M/2006. Untuk itu perlu adanya lembaga
kemasyarakatan guna mewujudkan kebijakan Pemerintah menuju Desa Mandiri
Sampah. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui faktor-faktor yang dihadapi
lembaga kemasyarakatan dalam optimalisasi pengelolaan sampah domestik
menuju Desa Mandiri Sampah di Kelurahan Grendeng, Purwokerto Utara. Metode
yang digunakan adalah kualitatif deskriptif. Subyek penelitian diperoleh dengan
menggunakan teknik purposive sampling sebanyak 7 orang. Cara pengumpulan
data dengan wawancara mendalam, observasi, analisis dokumen dan dokumentasi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor-faktor yang dihadapi lembaga
kemasyarakatan dalam optimalisasi sampah domestik menuju Desa Mandiri
Sampah di Kelurahan Grendeng, Purwokerto Utara belum semua aspek sesuai
dengan kebijakan Pemerintah, namun lembaga masyarakat setuju jika Kelurahan

Grendeng dijadikan sebagai Desa Mandiri Sampah dan perlu upaya peningkatan
kesadaran masyarakat dalam pengelolaan sampah.

Kata Kunci

: Lembaga Kemasyarakatan, Desa Mandiri Sampah, Pengelolaan.

Kepustakaan : 46 (1995-2013)
DEPARTEMENT OF PUBLIC HEALTH
FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCES
JENDERAL SOEDIRMAN UNIVERSITY
PURWOKERTO
2014

ABSTRACT

TAUFIQ WAHYU HIDAYAT


THE FACTORS FACED BY THE COMMUNITY INSTITUTIONS IN
DOMESTIC WASTE MANAGEMENT EFFORTS TOWARD INDEPENDENT
VILLAGE OF WASTE IN GRENDENG, PURWOKERTO UTARA

Rapid economic growth often give rise to new problems in the city, one of them is
increasing volume of waste. Waste management in this context is very complex
and need for the application of Goverment policy in accordance with the plans and
medium term development strategy of the National Directorate of Copyright
works that are listed in the regulation of the Kementerian Pekerjaan Umum
No.21/PRT/M/2006. For it need for viable institutions in order to realize the
Goverments policy towards the Independent Village of Waste. The purpose of this
research is know the actors facing the community institution in optimization of
domestic waste management towards the Independent village of waste in the
Grendeng, Purwokerto Utara. Methods used is qualitative descriptive. The subject
of the research are obtained by using purposive sampling technique as much as of
6 person. Ways of collecting data with in-dept interviews, observation, document
analysis, and documentation. The result showed that factors facing the community
institution in optimization of domestic waste to the Independent village of waste
in the Grendeng, Purwokerto Utara has all aspects of compliance with Goverment
policy, but the community institutions agree if the Grendeng as a Independent

Village of waste and needs to be increased public awareness efforts in waste


management.

Keywords

: Community Institutions, Independent Village of Waste,


Management.

Reference

: 46 (1995-2013)

DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ............................................................................................
HALAMAN PENGESAHAN ..............................................................................
HALAMAN PERNYATAAN ...............................................................................
PRAKATA ............................................................................................................
INTISARI .............................................................................................................
ABSTRAK ...........................................................................................................
DAFTAR ISI .........................................................................................................
viii
DAFTAR TABEL .................................................................................................
xii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................
xv
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................
..........................................................................................................................xvi
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang .............................................................................


B. Perumusan Masalah .....................................................................
C. Tujuan ...........................................................................................
D. Manfaat .........................................................................................
E. Keaslian Penelitian .......................................................................
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
A. Sampah
1. Pengertian Sampah ...............................................................
2. Sumber-sumber Sampah ........................................................
13
3. Macam-macam Sampah .........................................................
14
4. Pengelolaan Sampah .............................................................
a. Mekanisme Pengelolaan Sampah ...................................
b. Sistem Pengelolaan Sampah ...........................................
c. Pengelolaan Sampah Perkotaan ......................................
d. Pengelolaan Sampah Domestik ......................................
5. Dampak Negatif Sampah ......................................................
B. Lembaga Kemasyarakatan ..........................................................
1. Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga ...........................
31
2. Badan Keswadayaan Masyarakat ...........................................
3. Karang Taruna ........................................................................
4. Rukun Tetangga .....................................................................
5. Rukun Warga ..........................................................................
32
6. Rukun Kematian .....................................................................
33
C. Rencana dan Strategi Direktorat Jenderal Cipta Karya
2010-2014 .....................................................................................
34

10

D. Konsep Desa Mandiri Sampah .....................................................


E. Kerangka Teori .............................................................................
BAB III METODE PENELITIAN
A. Kerangka Pikir .............................................................................
B. Definisi Konsep ...........................................................................
C. Jenis dan Metode Penelitian ........................................................
D. Subyek Penelitian .........................................................................
40
E. Lokasi Penelitian ..........................................................................
F. Sumber Data ................................................................................
G. Cara Pengumpulan Data ..............................................................
H. Analisis Data ................................................................................
I. Instrumen Penelitian ....................................................................
J. Keabsahan Data ...........................................................................
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. HASIL
1. Gambaran Umum Kelurahan Grendeng .................................
2. Pelaksanaan Penelitian ............................................................
3. Karakteristik Subyek Penelitian ..............................................
4. Hasil Wawancara mengenai Aspek Pengurangan Timbulan
Sampah ....................................................................................
5. Hasil Observasi mengenai Aspek Pengurangan Timbulan
Sampah ....................................................................................
6. Hasil Wawancara mengenai Peran Aktif Masyarakat dan
Dunia Usaha/Swasta sebagai Mitra Pengelolaan ....................
7. Hasil Wawancara mengenai Pelayanan dan Kualitas Sistem
Pengelolaan .............................................................................
8. Hasil Observasi mengenai Pelayanan dan Kualitas Sistem
Pengelolaan .............................................................................
9. Hasil Wawancara mengenai Kelembagaan, Peraturan dan
Perundangan Persampahan .....................................................

11

10. Hasil Wawancara mengenai Kemampuan Pembiayaan


Pengelolaan Persampahan .......................................................
11. Hasil Wawancara mengenai Persepsi Desa Mandiri Sampah.
12. Hasil Wawancara mengenai Persepsi jika Kelurahan
Grendeng dijadikan sebagai Desa Mandiri Sampah................
B. PEMBAHASAN
1. Aspek Pengurangan Timbulan Sampah ..................................
2. Peran Aktif Masyarakat dan Dunia Usaha/Swasta
sebagai Mitra ...........................................................................
...........................................................................................100
3. Pelayanan dan Kualitas Sistem Pengelolaan ..........................
...........................................................................................105
4. Kelembagaan, Peraturan dan Perundangan Pengelolaan
Sampah ....................................................................................
............................................................................................110
5. Kemampuan Pembiayaan Pengelolaan Persampahan ............
............................................................................................115
6. Persepsi tentang Desa Mandiri Sampah .................................
............................................................................................118
7. Persepsi jika Kelurahan Grendeng dijadikan sebagai
Desa Mandiri Sampah ............................................................
............................................................................................119
BAB V SIMPULAN DAN SARAN
A. SIMPULAN ..................................................................................
.................................................................................................124
B. SARAN ........................................................................................
.................................................................................................126
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................
128

12

LAMPIRAN ........................................................................................................
132

DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1.1

Keaslian Penelitian ...........................................................................

Tabel 2.1

Besaran Timbulan Sampah Berdasarkan Klasifikasi Kota ..............

Tabel 2.2

Besaran Timbulan Sampah Berdasarkan Komponen Sumber


Sampah ..............................................................................................

Tabel 3.1

Definisi Konsep ...............................................................................

Tabel 4.1

Jumlah Penduduk Kelurahan Grendeng Tahun 2009 menurut


Kelompok Umur.................................................................................

Tabel 4.2

Jumlah Penduduk Kelurahan Grendeng Tahun 2009 menurut


Tingkat Pendidikan.............................................................................

Tabel 4.3

Kondisi Masyarakat Mengenai Mata Pencaharian ............................

Tabel 4.4

Karakteristik Informan ......................................................................

Tabel 4.5

Matriks Jawaban Informan tentang Kegiatan Rutin Dilakukan Warga


untuk Menggunakan Kembali Sampah...............................................

Tabel 4.6

Matriks Jawaban Informan tentang Kegiatan Rutin Dilakukan Warga


untuk Mengurangi Sampah ................................................................

Tabel 4.7

Matriks Jawaban Informan tentang Kegiatan Rutin Dilakukan Warga


untuk Daur Ulang Sampah ................................................................

Tabel 4.8

Matriks Jawaban Informan tentang Program Pemerintah Untuk


Mengurangi Timbulan Sampah .........................................................

Tabel 4.9

Matriks Jawaban Informan tentang Masyarakat Melakukan Kerja


Bakti Bersama ....................................................................................

Tabel 4.10 Matriks Jawaban Informan tentang Pelatihan Pengelolaan Sampah


Tabel 4.11 Matriks Jawaban Informan tentang Kontribusi Sektor Perdagangan

13

Dalam Pengelolaan Sampah ..............................................................


Tabel 4.12 Matriks Jawaban Informan tentang Kontribusi Warga Pendatang
dalam Pengelolaan Sampah ...............................................................
Tabel 4.13 Matriks Jawaban Informan tentang Peran Pemerintah Desa dalam
Pengadaan Prasarana dan Sarana Pengelolaan Sampah ....................
Tabel 4.14 Matriks Jawaban Informan mengenai Sistem Pengelolaan Sampah
di Kelurahan Grendeng ......................................................................
Tabel 4.15 Matriks Jawaban Informan mengenai Kecukupan TPS untuk
Menampung Volume Sampah Kelurahan Grendeng..........................
Tabel 4.16 Matriks Jawaban Informan mengenai Penambahan TPS
di Kelurahan Grendeng .....................................................................
Tabel 4.17 Matriks Jawaban Informan mengenai Bentuk Kelembagaan
Pengelolaan Persampahan di Kelurahan Grendeng............................
Tabel 4.18 Matriks Jawaban Informan mengenai Pemantauan dan Evaluasi
Kelembagaan .....................................................................................
Tabel 4.19 Matriks Jawaban Informan mengenai Peraturan Dasar Pengelolaan
Sampah .............................................................................................
Tabel 4.20 Matriks Jawaban Informan mengenai Sanksi Pelanggar Aturan
Pengelolaan Sampah ..........................................................................
Tabel 4.21 Matriks Jawaban Informan mengenai Sumber Pembiayaan .............
Tabel 4.22 Matriks Jawaban Informan mengenai Pembiayaan yang
Dibebankan kepada Warga ................................................................
Tabel 4.23 Matriks Jawaban Informan mengenai Alternatif Pembiayaan selain
Iuran Retribusi dari Warga .................................................................
Tabel 4.24 Matriks Jawaban Informan mengenai Peran Pemerintah Desa dalam
Sumber Pembiayaan ..........................................................................
Tabel 4.25 Matriks Jawaban Informan mengenai Persepsi Kelompok Swadaya
Masyarakat mengenai Desa Mandiri Sampah ...................................
Tabel 4.26 Matriks Jawaban Informan mengenai Persepsi mengenai peran
aktif masyarakat yang ada terhadap Desa Mandiri Sampah .............
Tabel 4.27 Matriks Jawaban Informan mengenai Persepsi mengenai faktor

14

pelayanan dan kualitas sistem pengelolaan sampah yang ada


terhadap Desa Mandiri Sampah .........................................................
Tabel 4.28 Matriks Jawaban Informan mengenai Persepsi mengenai
Kelembagaan, Peraturan dan Perundangan Pengelolaan Sampah
yang Ada Terhadap Desa Mandiri Sampah .......................................
Tabel 4.29 Matriks Jawaban Informan Mengenai Persepsi Mengenai Sumber
Pembiayaan yang ada terhadap Desa Mandiri Sampah .....................
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1 Skema Manajemen Pengelolaan Sampah .........................................
Gambar 2.2 Kerangka Teori ................................................................................
Gambar 3.1 Kerangka Pikir Penelitian ................................................................
Gambar 4.1 Sampah anorganik yang bisa dijual ..................................................
Gambar 4.2 Koperasi Barang Bekas ....................................................................
Gambar 4.3 Kantong kresek untuk belanja ..........................................................
Gambar 4.4 Hasil kerajinan bunga dari sampah anorganik ..................................
Gambar 4.5 Gerobak sampah ...............................................................................
Gambar 4.6 Tempat pembuangan sampah rumah tangga .....................................
Gambar 4.7 TPS Kelurahan Grendeng .................................................................

15

DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1 Alur Penelitian .................................................................................
.........................................................................................................................132
Lampiran 2 Pedoman Wawancara Mendalam .....................................................
133
Lampiran 3 Transkip Hasil Wawancara Mendalam ..............................................
137
Lampiran 4 Dokumentasi Kegiatan Penelitian ....................................................
174
Lampiran 5 Surat Ijin Penelitian ..........................................................................
177
Lampiran 6 Surat Keterangan Perbaikan Hasil ...................................................
178
Lampiran 7 Biodata Penulis .................................................................................
179
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pertumbuhan ekonomi yang pesat di kota seringkali menimbulkan


permasalahan baru dalam menata perkotaan yang berkaitan dengan
penyediaan prasarana dan sarana (Utama, 2002). Masalah baru tersebut salah
satunya adalah meningkatnya volume sampah yang berdampak pada perlunya
pengelolaan yang berkelanjutan. Sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan
pada Pasal 5 UU Pengelolaan Lingkungan Hidup No.23 Tahun 1997, bahwa
masyarakat berhak atas lingkungan hidup yang baik dan sehat. Pasal 6
dinyatakan

bahwa

masyarakat

dan

pengusaha

berkewajiban

untuk

berpartisipasi dalam memelihara kelestarian fungsi lingkungan, mencegah


dan menanggulangi pencemaran dan kerusakan lingkungan.
Terkait dengan ketentuan tersebut, sesuai UU No.18 Tahun 2008 secara
eksplisit juga dinyatakan bahwa setiap orang mempunyai hak dan kewajiban
dalam pengelolaan sampah. Dinyatakan dalam Pasal 12 bahwa setiap orang
dalam pengelolaan sampah rumah tangga dan sampah sejenis rumah tangga
wajib mengurangi dan menangani sampah dengan cara yang berwawasan
lingkungan. Bahwa pada dasarnya usaha pengelolaan sampah yang meliputi
berbagai aspek harus dilaksanakan bersama oleh pemerintah dan masyarakat,
justru masyarakat tidak semata-mata sebagai obyek pengelolaan sampah.
Keberhasilan pengelolaan sampah tergantung pada partisipasi seluruh rakyat
serta sikap mental, tekad dan semangat, ketaatan dan disiplin seluruh rakyat
Indonesia serta para penyelenggara negara.

Indonesia telah memiliki sistem pengelolaan sampah informal sejak


beberapa generasi lalu, yang hingga kini masih beroperasi terutama di daerah
pedesaan yang tidak terjangkau oleh pengangkutan sampah pemerintah. Pada
umumnya sampah dibakar, ditimbun dalam tanah atau dibuang ke sungai atau
laut. Kementerian Lingkungan Hidup (KLH) memperkirakan pada tahun
2012 hanya terdapat 23,4 persen sampah yang berhasil diangkut melalui
sistem pengelolaan sampah resmi dari pemerintah. Sisanya dibuang melalui
cara ditimbun dalam tanah sebesar 4,2 persen dan diolah menjadi kompos
sebesar 1,1 persen (Statistik Persampahan Indonesia, 2008).
Menurut data statistik nasional, diperkirakan 38,5 juta ton sampah
diproduksi tiap tahun. Angka ini setara dengan sekitar setengah kilogram
sampah per orang per hari. Volume dan komposisi sampah bervariasi
berdasarkan daerah tempat tinggalnya apakah di daerah pedesaan atau di
kawasan perkotaan. Secara umum, dapat dikatakan bahwa sampah di kawasan
perkotaan memiliki volume yang lebih tinggi dan kandungan organik yang
lebih rendah bila dibandingkan dengan daerah pedesaan (Statistik
Persampahan Indonesia, 2008).
Perkembangan persampahan di Kabupaten Banyumas mengalami
peningkatan volume sampah sejalan dengan makin bertambahnya aktivitas
masyarakat. Menurut data perkembangan persampahan Tahun 2004-2008
terdapat volume sampah tahun 2004 sebesar 600 m 3/hari sedangkan sampah
yang terangkut hanya 535 m3/hari. Pada tahun 2008 terdapat volume sampah
sebesar 579 m3/hari sedangkan yang terangkut hanya 300 m3/hari. Hal ini
membuktikan belum optimalnya pengelolaan persampahan di Kabupaten
Banyumas. Peraturan Daerah Kabupaten Banyumas Nomor 24 Tahun 2009)

Pengelolaan sampah dalam konteks ini sangat rumit dan memerlukan


pendekatan berbeda guna menyesuaikan dengan setiap lingkungan yang
berbeda tersebut. Walaupun kebijakan pengelolaan sampah dirumuskan pada
tingkat Pemerintah Pusat, pada pelaksanaannya pengelolaan ini memerlukan
keterlibatan semua pihak, mulai dari kelompok masyarakat tingkat rumah
tangga, tingkat desa sampai Pemerintah Kabupaten, Provinsi dan Pemerintah
Pusat serta sektor swasta. Sesuai dengan Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Nasional Tahun 2010-2014 yang tercantum dalam Peraturan
Presiden Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2010 maka disusun Rencana
Strategis Direktorat Jenderal Cipta Karya yang membuahkan beberapa
program dan kebijakan. Kebijakan dalam hal ini sesuai dengan Peraturan
Menteri Pekerjaan Umum Nomor 21/PRT/M/2006 tentang kebijakan dan
strategi nasional pengembangan sistem pengelolaan persampahan.
Penanganan sampah dimulai dari kesadaran masyarakat dan pemerintah
lewat programnya yang terarah dan terpadu untuk mengelola sampah dan
mengkomunikasikannya kepada masyakarat untuk merumuskan teknis yang
perlu diambil dalam penanggulangannya. Masyarakat sebagai sumber
timbulan sampah diharapkan ikut serta dalam sistem pengolahan sampah
(Syafrudin, 2004).
Partisipasi masyarakat turut dilibatkan karena masyarakat yang terlibat
secara langsung dalam aktivitas persampahan sehari-hari, mulai dari
pembuangan sampah rumah tangga hingga model iuran dan penempatan akhir
dari sampah-sampah tersebut. Keterlibatan masyarakat tersebut dalam
pembuatan kebijakan pengelolaan persampahan di daerah sangat dibutuhkan
untuk meningkatkan perbaikan masalah sampah. Partisipasi masyarakat

dalam pengelolaan sampah dapat meningkatkan kesadaran masyarakat akan


pentingnya kebersihan lingkungan yang hijau, bersih dan sehat serta
menguatkan

inisiatif

masyarakat

dalam

menjaga,

memelihara

dan

meningkatkan fungsi lingkungan.


Kelurahan Grendeng terletak di Kecamatan Purwokerto Utara merupakan
wilayah dengan jumlah penduduk tahun 2009 sebanyak 6.525 jiwa yang
setiap harinya memproduksi sampah. Hal ini disebabkan karena kepadatan
penduduk dan banyaknya aktifitas penduduk wilayah Kelurahan Grendeng
sehingga tidak menutup kemungkinan sampah diproduksi setiap hari.
Keadaan tersebut tidak diimbangi dengan kesadaran penduduk untuk
melakukan pengelolaan sampah yang baik secara mandiri.
Hasil penelitian Widiyanto, dkk (2013) di Kelurahan Grendeng
menyatakan bahwa volume sampah yang menumpuk kadang berserakan di
tempat penampungan sampah pada pemukiman, tidak sedap baunya dan tidak
enak dipandang mata serta mendatangkan vektor penyakit seperti lalat, tikus,
dan kecoa. Selain itu, tempat penampungan sampah yang tidak sesuai lagi
volumenya dengan sampah yang dikumpulkan warga serta sistem
pengangkutan yang mengganggu kelancaran transportasi sehingga jika
pengangkutan tidak dilaksanakan tepat sesuai jadwal, maka Kelurahan
Grendeng tampak kumuh. Sampah yang telah dipisahkan oleh warga
dicampur kembali saat pengangkutan sehingga pemilahan sampah yang
dilakukan warga kurang bermanfaat. Kebiasaan warga dalam membuang
sampah di sungai yang melintasi warga sehingga dapat menyumbat aliran
sungai dan terjadi pencemaran air. Selain itu, warga Kelurahan Grendeng
belum memiliki informasi tentang teknologi pengolahan sampah.

Hasil survei pendahuluan pada bulan Maret 2014 terhadap Kepala


Kelurahan Grendeng mengenai pengelolaan sampah di Kelurahan Grendeng
masih belum dilakukan secara maksimal. Sampah yang ada di wilayah ini
dikumpulkan dan kemudian dibuang ke Tempat Penampungan Sementara
(TPS) yang berada di dekat pemakaman Grendeng dan Jalan Gunung Muria.
Setelah sampah dikumpulkan sementara di Tempat Penampungan Sementara
(TPS), sampah diangkut ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Gunung Tugel
oleh truk pengangkut dari Pemerintah Daerah. Masyarakat yang tinggal di
wilayah Kelurahan Grendeng ini wajib membayar retribusi kebersihan
minimal Rp.5.000,00 per bulan guna untuk pengelolaan sampah. Selain
warga, pemerintah desa juga turut membayar retribusi kepada pihak
Pemerintah Kabupaten sebesar Rp.100.000,00 per bulan dan jasa pengangkut
sampah sebesar Rp.100.000,00 per bulan. Terdapat beberapa lembaga
kemasyarakatan yang ada di Kelurahan Grendeng antara lain kelompok PKK,
Karang Taruna, Rukun Kematian, BKM, kelompok pengelolaan sampah
tingkat RT dan tingkat RW. Peran lembaga kemasyarakatan untuk mengajak
masyarakat melakukan pengelolaan sampah secara mandiri.
Hasil penelitian Artiningsih (2008) menyebutkan bahwa peran kelompok
swadaya sangat penting dalam membantu terwujudnya program pemerintah
dalam hal pengelolaan persampahan. Dalam penelitian tersebut, upaya yang
dilakukan kelompok swadaya masyarakat yaitu memberikan sosialisasi
pengelolaan persampahan dengan tujuan untuk menumbuhkan kesadaran
pribadi dari masyarakat dalam pengelolaan sampah rumah tangga.
Sampah yang tidak dikelola dengan baik berpengaruh terhadap
lingkungan dan kesehatan masyarakat sekitarnya (Riswan, dkk, 2011).

Pengelolaan sampah dalam hal ini sangat rumit dan memerlukan pendekatan
terhadap suatu lembaga masyarakat sebab kelompok ini mempunyai pengaruh
yang besar terhadap perubahan masyarakat kearah yang lebih baik. Melalui
lembaga kemasyarakatan ini diharapkan dapat membawa masyarakat
Kelurahan Grendeng untuk melakukan upaya optimalisasi pengelolaan
sampah domestik guna mewujudkan Desa Mandiri Sampah. Upaya tersebut
perlu dilakukan identifikasi gambaran permasalahan yang dihadapi dari segi
upaya pengurangan timbulan sampah, peran aktif masyarakat, pelayanan dan
kualitas sistem pengelolaan, kelembagaan, peraturan dan perundangan,
sumber pembiayaan guna mewujudkan Desa Mandiri Sampah.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan

latar

belakang

masalah,

maka

dapat

dirumuskan

permasalahan penelitian yaitu : Faktor-faktor apa yang dihadapi kelompok


swadaya masyarakat dalam optimalisasi pengelolaan sampah domestik
menuju Desa Mandiri Sampah di Kelurahan Grendeng, Kecamatan
Purwokerto Utara?

C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui faktor-faktor yang dihadapi Lembaga Kemasyarakatan
dalam optimalisasi pengelolaan sampah domestik menuju Desa Mandiri
Sampah di Kelurahan Grendeng, Kecamatan Purwokerto Utara.

2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui upaya pengurangan timbulan sampah.
b. Untuk mengetahui peran aktif masyarakat dan dunia usaha atau swasta
sebagai mitra pengelolaan sampah.
c. Untuk mengetahui pelayanan dan kualitas sistem pengelolaan sampah.
d. Untuk

mengetahui

kelembagaan,

peraturan

dan

perundangan

pembiayaan

pengelolaan

pengelolaan sampah.
e. Untuk

mengetahui

kemampuan

persampahan.
f. Untuk mengetahui persepsi Lembaga Kemasyarakatan mengenai Desa
Mandiri Sampah.
g. Untuk mengetahui persepsi Lembaga Kemasyarakatan jika Kelurahan
Grendeng dijadikan sebagai Desa Mandiri Sampah.

D. Manfaat
1. Bagi masyarakat Kelurahan Grendeng
Memberikan informasi tentang kondisi lingkungan dan pengelolaan
sampah yang ada di Kelurahan Grendeng Kecamatan Purwokerto
Utara.

2. Bagi Lembaga Kemasyarakatan Kelurahan Grendeng

Memberikan informasi tentang kondisi lingkungan dalam upaya


mewujudkan

Desa

Mandiri

Sampah

di

Kelurahan

Grendeng

Kecamatan Purwokerto Utara.


3. Bagi Jurusan Kesehatan Masyarakat
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah kepustakaan
khususnya di bidang Kesehatan Lingkungan.
4. Bagi Mahasiswa
Menambah wawasan dan pengetahuan tentang Kesehatan Lingkungan
khususnya dalam pengelolaan sampah di Kelurahan Grendeng
Kecamatan Purwokerto Utara.

E. Keaslian Penelitian
Tabel 1.1 Keaslian Penelitian
No.
1.

Penelitian Terdahulu
a. Judul Penelitian:
Evaluasi Pengelolaan
Sampah
(Studi
Kualitatif Evaluasi
Pengelolaan
Sampah
di
Kelurahan
Grendeng

Perbandingan
a. Persamaan:
Metode penelitian
menggunakan
metode
kualitatif
deskriptif
b. Perbedaan:
1)
Tujuan

Kecamatan
Purwokerto Utara
Kabupaten
Banyumas)
b. Penulis:
Erida
Octa
Prasetyowati
c. Tahun Penelitian:
2013
d. Hasil:
Sampah
yang
dihasilkan
oleh
masyarakat
Kelurahan
Grendeng
Kecamatan
Purwokerto Utara
berdasarkan data
sekunder
Dinas
Cipta Karya adalah
sebesar 6m3/hari.
Jenisa
sampah
yang
banyak
dijumpai
adalah
sampah anorganik,
sedangkan sumber
sampah
berasal
dari pemukiman.
Kelembagaan yang
bertanggung jawab
dalam pengelolaan
sampah
di
Kelurahan
Grendeng
Kecamatan
Purwokerto Utara
adalah RT dan RW
kemudian
diteruskan
pegangkutan oleh
Dinas Cipta Karya
Kebersihan
dan
Tata
Ruang
Kabupaten
Banyumas.
Pembiayaan
berasal
dari
swadaya

penelitian yang
dilakukan
Erida
Octa
Prasetyowati
meliputi
evaluasi yaitu
kelembagaan,
pembiayaan,
peraturan,
teknik
operasional,
peran
serta
masyarakat.
Sedangkan
dalam
penelitian ini
adalah aplikasi
dari Rencana
dan
Strategi
Direktorat
Jenderal Cipta
Karya sesuai
dengan
Peraturan
Menteri
Pekerjaan
Umum
No.21/PRT/M/
2006 tentang
kebijakan dan
strategi
nasional
pengembangan
sistem
pengelolaan
persampahan.

10

masyarakat.
Peraturan tentang
pengelolaan
sampag
yang
berlaku
yaitu
Peraturan Daerah
Kabupaten
Banyumas
No.6
Tahun
2012,
Peraturan retribusi,
dan
UndangUndang
No.18
Tahun
2008,
namun peraturan
hanya
sebagai
payung
saja,
sehingga
pelaksanaan sanksi
belum dilakukan
penanganannya.
Teknis operasional
yaitu kumpul ,
angkut,
buang.
Peran
serta
masyarakat masih
kurang
Lanjutan Tabel 1.1 Keaslian Penelitian
No.
Penelitian Terdahulu
2.
a. Judul Penelitian:
Pengelolaan Sampah
Rumah Tangga Di
Kellurahan
Sidorame
Timur
Kecamatan Medan
Perjuangan Kota
Medan
b. Penulis:
Yessi T.Br.Karo
c. Tahun Penelitian:
2009
d. Hasil: Pengelolaan
sampah
rumah
tangga
di
Kelurahan
Sidorame
Timur
belum
berjalan
dengan
baik.
Strategi

Perbandingan
a. Persamaan
Metode penelitian
yang
digunakan
Yessi
T.Br.Karo
sama dengan
penelitian yang
akan dilakukan
yaitu deskriptif
kualitatif.
b. Perbedaan
1)
Lokasi
penelitian
Yessi
T.Br.
Karo
dilakukan di
Kelurahan
Sidorame
Timur

11

3.

pengelolaan
sampah
rumah
tangga
yang
dilakukan
oleh
masyarakat
di
Kelurahan
Sidorame
Timur
adalah
dengan
berpartisipasi
membuang sampah
rumah tangga ke
tempat yang telah
disediakan,
membuang sampah
rumah tangga ke
parit
(drainase)
serta masyarakat
telah
mengenal
prinsip 4R (Reuse,
Reduce,
Recycling,Replace)
namun
dalam
pelaksanaannya
masyarakat hanya
melakukan
pemanfaatan
terhadap sampah
rumah
tangga.
Sistem penanganan
sampah
rumah
tangga
yang
dilakukan
oleh
pemerintah
di
Kelurahan
Sidorame
Timur
juga
belum
berjalan
dengan
baik.
Judul Penelitian :
Peran
Serta
Masyarakat Dalam
Pengelolaan
Sampah
Rumah
Tangga
(Studi
Kasus
di
Sampangan
dan
Jomblang,
Kota
Semarang)

Kecamatan
Medan
Perjuangan
Kota Medan
sedangkan
penelitian ini
akan
dilakukan
di
Kelurahan
Grendeng
Kecamatan
Purwokerto
Utara
Kabupaten
Banyumas.

Persamaan :
1) Metode penelitian yang
digunakan Ni Komang
Ayu Artiningsih sama
dengan penelitian yang
akan dilakukan yaitu
deskriptif kualitatif
Perbedaan :
1) Lokasi penelitian : lokasi
penelitian yang dilakukan

12

Penulis : Ni Komang
Ayu Artiningsih
Tahun Penelitian :
2008
Hasil : pengelolaan
sampah
rumah
tangga
berbasis
masyarakat dapat
mereduksi
timbulan sampah
yang
dibuang.
Permasalahan
utama dari peran
serta masyarakat
dalam pengelolaan
sampah rumah

Ni
Komang
Ayu
Artiningsih di Sampangan
dan
Jomblang,
Kota
Semarang sedangkan

Lanjutan Tabel 1.1 Keaslian Penelitian


No.
Penelitian Terdahulu
Perbandingan
tangga
adalah
penelitian
ini
akan
bagaimana
dilakukan di Kelurahan
menerapkan
Grendeng
Kecamatan
paradigma
dari
Purwokerto
Utara
memilah,
Kabupaten Banyumas.
membuang sampah 2) Populasi dan sampel :
menjadi
penentuan sampel pada
memanfaatkan
penelitian Ni Komang Ayu
sampah.
KaderArtiningsih menggunakan
kader lingkungan
rumus Slovin sedangkan
sangat
besar
penentuan sampel pada
peranannya dalam
penelitian
yang
akan
membantu
dilakukan menggunakan
terwujudnya
teknik
purposive
program
sampling.
pemerintah.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A.

Sampah
1. Pengertian Sampah
Pengertian sampah adalah suatu yang tidak dikehendaki lagi oleh yang
punya dan bersifat padat. Sementara didalam UU No 18 Tahun 2008 tentang

13

Pengelolaan Sampah, disebutkan sampah adalah sisa kegiatan sehari-hari


manusia atau proses alam yang berbentuk padat atau semi padat berupa zat
organik atau anorganik bersifat dapat terurai atau tidak dapat terurai yang
dianggap sudah tidak berguna lagi dan dibuang ke lingkungan (Artiningsih,
2008).
Berdasarkan definisi diatas, maka dapat dipahami sampah adalah :
(Artiningsih, 2008)
a.

Sampah yang dapat membusuk (garbage),


menghendaki pengelolaan yang cepat. Gas-gas yang dihasilkan dari
pembusukan sampah berupa gas metan dan H2S yang bersifat racun bagi
tubuh.

b.

Sampah

yang

tidak

dapat

membusuk

(refuse), terdiri dari sampah plastik, logam, gelas karet dan lain-lain.
c.

Sampah

berupa

debu/abu

sisa

hasil

pembakaran bahan bakar atau sampah.


d.

Sampah yang berbahaya terhadap kesehatan,


yakni sampah B3 adalah sampah karena sifatnya, jumlahnya,
konsentrasinya atau karena sifat kimia, fisika dan mikrobiologinya dapat
meningkatkan

mortalitas

dan

mobilitas

secara

bermakna

atau

menyebabkan penyakit reversible atau berpotensi irreversible.


e.

Menimbulkan bahaya sekarang maupun


yang akan datang terhadap kesehatan atau lingkungan apabila tidak
diolah dengan baik.

2. Sumber- Sumber Sampah

14

Menurut Artiningsih (2008), sumber-sumber timbunan sampah


adalah sebagai berikut:
a. Sampah dari pemukiman penduduk
Pemukiman biasanya menghasilkan sampah yang dihasilkan oleh suatu
keluarga yang tinggal disuatu bangunan atau asrama. Jenis sampah yang
dihasilkan biasanya cenderung organik, seperti sisa makanan atau
sampah yang bersifat basah, kering, abu plastik dan lainnya.
b. Sampah dari tempat-tempat umum dan perdagangan
Tempat-tempat umum adalah tempat yang dimungkinkan banyaknya
orang berkumpul dan melakukan kegiatan. Tempat-tempat tersebut
mempunyai potensi yang cukup besar dalam memproduksi sampah
termasuk tempat perdagangan seperti pertokoan dan pasar. Jenis
sampah yang dihasilkan umumnya berupa sisa-sisa makanan, sampah
kering, abu, plastik, kertas, dan kaleng- kaleng serta sampah lainnya.
c. Sampah dari sarana pelayanan masyarakat milik pemerintah
Sampah yang dimaksud di sini berasal dari tempat hiburan umum,
pantai, masjid, rumah sakit, bioskop, perkantoran, dan sarana
pemerintah lainnya yang menghasilkan sampah kering dan sampah
basah.

d. Sampah dari industri


Sampah dalam pengertian ini termasuk sampah yang berasal dari
pabrik-pabrik sumber alam perusahaan kayu dan lain-lain, kegiatan
industri, baik yang termasuk distribusi ataupun proses suatu bahan

15

mentah. Sampah yang dihasilkan dari tempat ini biasanya

sampah

basah, sampah kering abu, sisa sisa makanan, sisa bahan bangunan.
e. Sampah Pertanian
Sampah dihasilkan dari tanaman atau binatang daerah pertanian,
misalnya sampah dari kebun, kandang, ladang atau sawah yang
dihasilkan berupa bahan makanan pupuk maupun bahan pembasmi
serangga tanaman. Berbagai macam sampah yang telah disebutkan
diatas hanyalah sebagian kecil saja dari sumber- sumber sampah yang
dapat ditemukan dalam kehidupan sehari - hari. Hal ini menunjukkan
bahwa kehidupan manusia tidak akan pernah lepas dari sampah.
3. Macam- Macam Sampah
Berdasarkan asalnya, sampah padat dapat digolongkan menjadi 2 (dua)
yaitu sebagai berikut (Basriyanta, 2007) :
a. Sampah organik
Sampah organik adalah sampah yang dihasilkan dari bahan-bahan
hayati yang didegradasi oleh mikroba atau bersifat biodegradable.
Sampah ini dengan mudah dapat diuraikan melalui proses alami,
sampah rumah tangga sebagian besar merupakan sampah organik.
Termasuk sampah organik, misalnya sampah dari dapur, sisa makanan,
pembungkus (selain kertas, karet, dan plastik), tepung sayuran, kulit
buah, daun, dan ranting.
b. Sampah anorganik
Sampah anorganik adalah sampah yang dihasilkan dari bahan-bahan
non-hayati baik berupa produk sintetik maupun hasil proses teknologi

16

pengolahan bahan tambang. Sampah anorganik dibedakan menjadi :


sampah logam dan produk-produk olahannya, sampah plastik, sampah
kertas, sampah kaca dan keramik, sampah detergen. Sebagian besar
sampah anorganik tidak dapat diurai oleh alam atau mikroorganisme
secara keseluruhan (unbiodegradable). Sementara sebagian lainnya
hanya dapat diuraikan dalam waktu yang lama. Sampah jenis ini pada
tingkat rumah tangga misalnya botol plastik, botol gelas, tas plastik
dan kaleng.
4. Pengelolaan Sampah
a. Mekanisme Pengelolaan Sampah
Mekanisme pengelolaan sampah dalam UU No 18 Tahun 2008
tentang Pengelolaan Sampah meliputi kegiatankegiatan berikut
(Artiningsih,2008):
1) Pengurangan sampah, yaitu kegiatan untuk mengatasi timbulnya
sampah sejak dari produsen sampah (rumah tangga, pasar, dan
lainnya), mengguna ulang sampah dari sumbernya dan/atau di
tempat pengolahan, dan daur ulang sampah disumbernya dan/atau
di tempat pengolahan. Pengurangan sampah akan diatur dalam
Peraturan Menteri tersendiri, kegiatan yang termasuk dalam
pengurangan sampah ini adalah:
a) Menetapkan sasaran pengurangan sampah
b) Mengembangkan teknologi bersih dan label produk
c) Menggunakan bahan produksi yang dapat didaur ulang atau
diguna ulang

17

d) Fasilitas kegiatan guna atau daur ulang


e) Mengembangkan kesadaran program guna ulang atau daur ulang
2) Penanganan sampah,menurut Artiningsih (2008), yaitu rangkaian
kegiatan

penanganan

sampah

yang

mencakup

pemilahan

(pengelompokan dan pemisahan sampah menurut jenis dan


sifatnya), pengumpulan (memindahkan sampah dari sumber
sampah ke TPS atau tempat pengolahan sampah terpadu),
pengangkutan (kegiatan memindahkan sampah dari sumber, TPS
atau tempat pengolahan sampah terpadu), pengolahan hasil akhir
(mengubah bentuk, komposisi, karateristik dan jumlah sampah agar
diproses lebih lanjut, dimanfaatkan atau dikembalikan alam dan
pemprosesan aktif kegiatan pengolahan sampah atau residu hasil
pengolahan sebelumnya agar dapat dikembalikan ke media
lingkungan).
Zero Waste adalah mulai dari produksi sampai berakhirnya suatu
proses produksi dapat dihindari terjadi produksi sampah atau
diminimalisir terjadinya sampah. Konsep Zero Waste ini salah satunya
dengan menerapkan prinsip 3 R (Reduce, Reuse, Recycle). Pemikiran
konsep zero waste adalah pendekatan serta penerapan sistem dan
teknologi pengolahan sampah perkotaan skala individual dan skala
kawasan secara terpadu dengan sasaran untuk dapat mengurangi
volume sampah sesedikit mungkin. Konsep 3R adalah merupakan dasar
dari

berbagai

usaha

untuk

mengurangi

limbah

sampah

mengoptimalkan proses produksi sampah (Surbakti, 2009).

dan

18

a) Reduce
Dilakukan dengan cara sebisa mungkin melakukan minimalisasi
barang

atau

material

yang

digunakan.

Semakin

banyak

kita

menggunakan material, semakin banyak sampah yang dihasilkan.


b) Reuse
Prinsip reuse dilakukan dengan cara sebisa mungkin memilih
barang-barang yang bisa dipakai kembali dan juga menghindari
pemakaian barang-barang yang hanya sekali pakai. Hal ini dapat
memperpanjang waktu pemakaian barang sebelum menjadi sampah.
c) Recycle
Prinsip recycle dilakukan dengan cara sebisa mungkin, barangbarang yang sudah tidak berguna lagi, bias didaur ulang. Tidak semua
barang bias didaur ulang, namun saat ini sudah banyak industri nonformal dan industry rumah tangga yang memanfaatkan sampah menjadi
barang lain.
b. Sistem Pengelolaan Sampah
Sistem pengelolaan sampah adalah proses pengelolaan sampah
yang meliputi 5 (lima) aspek/komponen yang saling mendukung dimana
antara satu dengan yang lainnya saling berinteraksi untuk mencapai
tujuan (Dept. Pekerjaan Umum, SNI 19-2454-2002). Kelima aspek
tersebut meliputi: aspek teknis operasional , aspek organisasi dan
manajemen, aspek hukum dan peraturan, aspek pembiayaan, aspek peran
serta masyarakat.
Teknik Operasional

19

Kelembagaa
n

Sistem Pengelolaan
Sampah

Peran Serta
Masyarakat

Pembiayaa
n

Peraturan

Gambar 2.1 Skema Manajemen Pengelolaan Sampah


(Sumber : SNI 3242:2008)
1)

Aspek Teknis Operasional


Aspek Teknis Operasional merupakan komponen yang paling
dekat dengan obyek persampahan. Perencanaan sistem persampahan
memerlukan suatu pola standar spesifikasi sebagai landasan yang
jelas. Spesifikasi yang digunakan adalah Standar Nasional Indonesia
(SNI) Nomor 3242:2008 tentang Tata Cara Pengelolaan Sampah di
Permukiman. Teknik operasional pengelolaan sampah bersifat integral
dan terpadu secara berantai dengan urutan yang berkesinambungan
yaitu:

penampungan/pewadahan,

pengumpulan,

pengolahan,

pemindahan, pengangkutan, pembuangan.

Teknis operasional meliputi : (SNI Nomor 3242:2008)


a) Pewadahan
Terdiri dari :Pewadahan individual dan atau Pewadahan komunal
Jumlah wadah sampah minimal 2 buah per rumah untuk memilah
jenis sampah mulai di sumber yaitu :

20

Wadah sampah organik untuk mewadahi sampah sisa sayuran,


sisa makanan, kulit buah-buahan, dan daun-daunan menggunakan
wadah dengan warna gelap.

Wadah sampah anorganik untuk mewadahi sampah jenis kertas,


kardus, botol, kaca, plastik, dan lain-lain menggunakan wadah
warna terang.

b) Pengumpulan terdiri dari :


-

Pola individual tidak langsung dari rumah ke rumah

Pola individual langsung dengan truk untuk jalan dan fasilitas


umum

Pola komunal langsung untuk pasar dan daerah komersial

Pola komunal tidak langsung untuk pemukiman padat

c) Pengolahan dan daur ulang sampah di sumber dan di TPS berupa:


-

Pengomposan skala rumah tangga dan daur ulang sampah


anorganik, sesuai dengan tipe rumah atau luas halaman yang ada

Pengomposan skala lingkungan di TPS

Daur ulang sampah anorganik di TPS

d) Pemindahan sampah dilakukan di TPS atau TPS Terpadu dan di


lokasi wadah sampah komunal
e) Pengangkutan dari TPS atau TPS Terpadu atau wadah komunal ke
TPA frekuensinya dilakukan sesaui dengan jumlah sampah yang
ada.
f) Pembuangan akhir sampah dibedakan menjadi 3 metode:
-

Metode Open Dumping

21

Merupakan

sistem

pengolahan

sampah

dengan

hanya

membuang/ menimbun sampah disuatu tempat tanpa ada


perlakukan khusus/ pengolahan sehingga sistem ini sering
menimbulkan gangguan pencemaran lingkungan.
-

Metode Controlled Landfill (Penimbunan terkendali)


Controlled Landfill adalah sistem open dumping yang
diperbaiki yang merupakan sistem pengalihan open dumping
dan sanitary landfill yaitu dengan penutupan sampah dengan
lapisan tanah dilakukan setelah TPA penuh yang dipadatkan
atau setelah mencapai periode tertentu.

Metode Sanitary landfill (Lahan Urug Saniter)


Sistem pembuangan akhir sampah yang dilakukan dengan cara
sampah ditimbun dan dipadatkan, kemudian ditutup dengan
tanah sebagai lapisan penutup. Pekerjaan pelapisan tanah
penutup dilakukan setiap hari pada akhir jam operasi.

2)

Aspek Kelembagaan
Menurut SNI 3242-2008 aspek kelembagaan meliputi ;
a) Penanggung jawab pengelolaan persampahan dilaksanakan oleh :
-

Swasta/developer dan atau;

Organisasi kemasyarakatan.

Sampah rumah tangga ditangani khusus oleh lembaga tertentu.

b) Tanggung jawab lembaga pengelola sampah permukiman adalah :


-

Pengelolaan sampah di lingkungan permukiman dari mulai


sumber sampah sampai dengan TPS dilaksanakan oleh lembaga

22

yang

dibentuk/ditunjuk

oleh

organisasi

kemasyarakatan

pemukiman setempat.
-

Pengelolaan sampah dari TPS sampai dengan TPA dikelola oleh


lembaga pengelola sampah kota yang dibentuk atau dibentuk oleh
Pemerintah Kota

Mengevaluasi kinerja pengelolaan sampah atau mencari bantuan


teknis evaluasi kinerja pengelolaan sampah

Mencari bantuan teknis perkuatan struktur organisasi

Menyusun mekanisme kerjasama pengelolaan sampah dengan


pemerintah daerah atau dengan swasta

Menggiatkan forum koordinasi asosiasi pengelolaan persampahan

Meningkatkan kualitas SDM berupa mencari bantuan pelatihan


teknis dan manajemen persampahan ke tingkat daerah

Untuk sampah B3-rumah tangga diatur sesuai dengan ketentuan


yang berlaku.
Jumlah personil pengelola persampahan harus cukup memadai

sesuai dengan lingkup tugasnya. Untuk sistem pengumpulan jumlah


personil minimal 1 orang per 1.000 penduduk yang dilayani
sedangkan sistem pengangkutan, sistem pembuangan akhir dan staf
minimal 1 orang per 1.000 penduduk (SNI 19-2454- 2002).
Syafrudin (2004), bentuk kelembagaan pengelola sampah
disesuaikan dengan kategori kota. Adapun bentuk kelembagaan
tersebut adalah sebagai berikut : Kota Raya dan Kota Besar (jumlah

23

penduduk > 500.000 jiwa) bentuk lembaga pengelola sampah yang


dianjurkan berupa dinas sendiri.
- Kota sedang 1 (jumlah penduduk 250.000 500.000 jiwa) atau Ibu
Kota Propinsi bentuk lembaga pengelola sampah yang dianjurkan
berupa dinas sendiri.
- Kota sedang 2 (jumlah penduduk 100.000 250.000 jiwa) atau
Kota/Kotif bentuk lembaga yang dianjurkan berupa dinas / suku
dinas /UPTD Dinas Pekerjaaan Umum atau seksi pada Dinas
Pekerjaan Umum.
- Kota kecil (jumlah penduduk 20.000 100.000 jiwa) atau kota
kotif bentuk lembaga pengelolaan sampah yang dianjurkan berupa
dinas / suku dinas / UPTD, Dinas Pekerjaan Umum atau seksi pada
Dinas Pekerjaan Umum.
3)

Aspek Pembiayaan
Syafrudin (2004), pelaksanaan penarikan retribusi diatur dalam suatu
dasar hukum yang memenuhi prinsip antara lain:
a) Disusun sistem pengendalian yang efektif antara lain bersamasama rekening listrik.
b) Dibagi dalam wilayah penagihan.
c) Didasarkan pada peta target.
d) Penagihan dilaksanakan setelah pelayanan berjalan dan struktur
tarif perlu dipublikasikan kepada masyarakat.
Sumber dana merupakan salah satu sumber daya sistem
pengelolaan persampahan, dana tersebut meliputi : (Syafrudin, 2004)

24

a)

Retribusi, yaitu sumber dana yang digali dari masyarakat.

b)

Iuran sampah yaitu sumber dana masyarakat dilaksanakan

oleh organisasi masyarakat tanpa peraturan formal.


c)

Subsidi yaitu sumber dana pemerintah daerah karena dana

masyarakat tidak mencukupi untuk menekan tarif retrtibusi.


d)

Subsidi silang yaitu strategi pendanaan yang kuat

membantu yang lemah.


SNI 3242:2008 tentang Pengelolaan Sampah di Permukiman,
sumber biaya berasal dari :
a)

Pembiayaan pengelolaan sampa dari sumber sampah di

permukiman sampai dengan TPS bersumber dari iuran warga.


b)

Pembiayaan pengelolaan dari TPS ke TPA bersumber dari

retribusi/jasa pelayanan berdasarkan Peraturan Daerah/Keputusan


Kepala Daerah.
Biaya pengelolaan persampahan diusahakan diperoleh dari
masyarakat (80%) dan Pemerintah Daerah (20%) yang digunakan
untuk pelayanan umum antara lain: penyapuan jalan, pembersihan
saluran dan tempat-tempat umum. Sedangkan dana pengelolaan
persampahan suatu kota besarnya disyaratkan minimal 10 % dari
APBD. Besarnya retribusi sampah didasarkan pada biaya operasional
pengelolaan sampah (Dit. Jendral Tata Perkotaan dan Tata Perdesaan,
Dep.Kimpraswil, 2003).
4)

Aspek Peraturan atau Hukum

25

Raharyan dan Widagdo (2002), peraturan yang dibutuhkan dalam


sistem pengelolaan sampah di perkotaan antara lain adalah mengatur
tentang :
a) Ketertiban umum yang terkait dengan penanganan persampahan
b) Rencana induk pengelolaan sampah kota
c) Bentuk lembaga organisasi pengelolaan
d) Tata cara penyelenggaraan pengelolaan
e) Tarif jasa pelayanan atau retribusi
f) Kerjasama dengan berbagai pihak terkait, diantaranya kerjasama
antar daerah atau kerjasama dengan pihak swasta.
Pengelolaan persampahan diperlukan dasar hukum pengelolaan
persampahan yang mencakup (Syafrudin, 2004):
a) Peraturan daerah yang dikaitkan dengan ketentuan umum
pengelolaan kebersihan yang berlaku.
b) Peraturan daerah tentang pembentukan badan pengelolaan
kebersihan.
c) Peraturan daerah yang khusus menentukan struktur tarif dan tarif
dasar pengelolaan kebersihan.
Aspek pengaturan didasarkan atas kenyataan bahwa negara
Indonesia adalah negara hukum, dimana sendi-sendi kehidupan
bertumpu pada hukum yang berlaku. Pengelolaan sampah di
Indonesiamembutuhkan kekuatan dan dasar hukum seperti dalam
pembentukan

organisasi,

pemungutan,

retribusi,

keterlibatan

masyarakat dan sebagainya. Aspek pengaturan memegang peranan

26

penting dalam pengelolaan sampah, hal ini mengingat kesadaran


masyarakat dan pola hidup masyarakat dalam memperlakukan sampah
belum baik (Syafrudin, 2004).
5)

Aspek Peran Serta Masyarakat


Peran serta masyarakat adalah ikut sertanya seluruh anggota
masyarakat

dalam

memecahkan

permasalahan-permasalahan

masyarakat tersebut. Partisipasi masyarakat di bidang kesehatan


berarti keikutsertaan seluruh anggota masyarakat dalam memecahkan
setiap permasalahan kesehatan. Di dalam hal ini masyarakat sendirilah
yang aktif memikirkan, merencanakan, melaksanakan, melaksanakan
dan mengevaluasikan program-program kesehatan masyarakatnya.
Lembaga atas wadah yang ada di masyarakat hanya dapat memotivasi,
mendukung dan membimbingnya. (Notoatmodjo, 2007).
Tanpa adanya peran serta masyarakat semua program pengelolaan
persampahan yang direncanakan akan sia-sia. Salah satu pendekatan
masyarakat untuk dapat membantu program pemerintah dalam
keberhasilan adalah membiasakan masyarakat pada tingkah laku yang
sesuai dengan program persampahan yaitu merubah persepsi
masyarakat terhadap pengelolaan sampah yang tertib, lancardan
merata, merubah kebiasaan masyarakat dalam pengelolaan sampah
yang kurang baik dan faktor-faktor sosial, struktur dan budaya
setempat (Wibowo dan Djajawinata, 2007).
Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi masyarakat untuk
berperan serta. Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat peranserta

27

seseorang menurut Pangestu dalam Pratiwi (2008) meliputi dua hal,


yaitu:
a) Faktor internal dari individu yang mencakup ciri-ciri atau
karakteristik individu yang meliputi: umur, pendidikan formal,
pendidikan non formal, luas lahan garapan, pendapatan,
pengalaman berusaha, dan kosmopolitan.
b) Faktor eksternal yang merupakan faktor diluar karakteristik
individu yang meliputi hubungan antara pengelola dengan
masyarakat, kebutuhan masyarakat, pelayanan pengelola, dan
kegiatan penyuluhan.
Nasdian (2003), faktor penghambat peran serta antara lain adalah
masalah struktural. Masalah struktural mengalahkan masyarakat
lapisan bawah terhadap interest pribadi akibat aparatur pemerintah
yang lebih kuat. Faktor lain yang menghambat adalah budaya yang
tumbuh dalam masyarakat, yakni sikap masyarakat yang pasrah
terhadap nasib dan terlalu tergantung kepada pemimpin sehingga
masyarakat menjadi kurang kreatif. Budaya tersebut secara tidak
langsung dapat mempengaruhi tingkat partisipasi masyarakat dalam
kegiatan pembangunan.

c. Pengelolaan Sampah Perkotaan


Sampah perkotaan atau sampah yang timbul di kota (SNI 192454-2002), terdiri dari sampah permukiman dan komersial, sedangkan
timbulan sampah merupakan banyaknya sampah yang timbul dari

28

masyarakat dalam satuan volume maupun berat per kapita, per hari,
atau per luas bangunan atau perpanjang jalan. Timbulan sampah
perkotaan tergantung besar kecilnya kota. Besaran timbulan sampah
berdasarkan komponen sumber sampah maupun klasifikasi kota sesuai
dengan tabel berikut:
Tabel 2.1 Besaran Timbulan Sampah Berdasarkan Klasifikasi Kota
Satua

Volu
Berat

n
Klasi

m
(Kg/
e
O

fi
(L/Or

ra

k
a
No

as
n

g/

i
g/

K
H

ar

ot
ar

i)

a
1.

Kota

i
2,75

0,70

3,

0,

n
2.

g
Kota

2,5

0,625

2,

29

0,

ci

l
Sumber : SNI 19-3983-1995

Dalam pengelolaan sampah untuk menuju program zero waste.


Proses pemilahan dan pengolahan harus dilakukan di sumber sampah,
baik bersamaan maupun secara berurutan dengan pewadahan sampah.
Pengelolaan sampah diawali dari lokasi timbulan sampah atau produsen
sampah. Pada lokasi ini dilakukan pemilahan antara sampah organik
dan anorganik.
Sampah yang telah terpilah, ditempatkan pada wadah sampah yang
berbeda. Sampah organik berupa dedaunan dapat diolah menjadi
kompos dengan teknologi pengomposan yang sangat sederhana,
sampah berupa sisa makanan dapat dimanfaatkan untuk pakan ternak.
Sedangkan pilahan sampah anorganik bisa dimanfaatkan untuk daur
ulang maupun dimanfaatkan kembali. Dalam proses selanjutnya baik
pengumupulan, pemindahan maupun pengangkutan, sampah telah
terpilah diusahakan jangan tercampur kembali. Upaya pemilahan sejak
sumber sampah akan meningkatkan efisiensi pengolahan sampah.
Tabel 2.2 Besaran Timbulan Sampah Berdasarkan
Komponen Sumber Sampah
No.
1.

Komponen
Sumber
Sampah
Rumah
Permanen

Satu
a
n
Per

Volum
e
(Liter)
2,25-

Berat
(Kg)
0,350-

2,

0,

50

30

h
a
r
i
2.

Rumah

semi

Per

permanen

2,00-

0,300-

2,

0,

25

h
a
r
i
3.

Rumah

non

Per

permanen

1,75-

0,250-

2,

0,

00

h
a
r
i
4.

Kantor

Per

0,50-

0,025-

0,

0,

75

h
a
r

31

i
5.

Toko/ruko

Per

2,50-

0,150-

3,

0,

00

h
a
r
i
6.

Sekolah

Per

0,10-

0,010-

0,

0,

15

h
a
r
i
7.

Jalan

arteri

Per

sekunder

0,10-

0,020-

0,

0,

15

h
a
r
i
8.

Jalan kolektor
sekunder

Per

0,10-

0,010-

0,

0,

15

32

h
a
r
i
9.

Jalan lokal

Per

0,05-

0,005-

0,

0,

10

h
a
r
i
10.

Pasar

Per

0,10-

0,100-

0,

0,

60

/
h
a
r
i

Sumber : SNI 19-3983-1995


d. Pengelolaan Sampah Domestik
Pemukiman merupakan bagian dari kawasan budidaya dalam
lingkungan hidup, baik yang bersifat perkotaan maupun perdesaan,
terdiri dari beberapa jenis kawasan dengan prasarana dan sarana

33

lingkungan yang lengkap dengan fungsi utama sebagai pusat pelayanan


bagi kebutuhan penghuninya (SNI 3242:2008).
Agar pengelolaan sampah di permukiman dapat berjalan dengan
baik

perlu

didukung

ketentuan

perundang-undangan

mengenai

pengelolaan lingkungan hidup, analisis mengenai dampak lingkungan,


ketertiban

umum,

kebersihan

kota/lingkungan,

pembentukan

institusi/organisasi/retribusi dan perencanaan tata ruang kota serta


peraturan-peraturan pelaksanaannya. Selain itu juga perlu didukung
dengan teknik operasional yang tepat yanga akan digunakan dengan
mempertimbangkan

kondisi

topografi

dan

lingkungan

daerah

pelayanan, kondisi sosial, ekonomi (tingkat pendapatan), partisipasi


masyarakat, jumlah dan jenis timbulan sampah. Untuk menunjang
operasional pengelolaan sampah dibutuhkan pembiayaan dan retribusi,
peralatan dan sumber daya manusia.
5. Dampak Negatif Sampah
Menurut Artiningsih (2008), ada tiga dampak sampah terhadap
manusia dan lingkungan yaitu :
a. Dampak terhadap Kesehatan
Lokasi dan pengelolaan sampah yang kurang memadai (pembuangan
sampah yang tidak terkontrol) merupakan tempat yang cocok bagi
beberapa organisme dan menarik bagi berbagai binatang seperti, lalat dan
anjing yang dapat menjangkitkan penyakit. Potensi bahaya kesehatan
yang dapat ditimbulkan adalah sebagai berikut:

34

1) Penyakit diare, kolera, tifus menyebar dengan cepat karena virus


yang berasal dari sampah dengan pengelolaan tidak tepat dapat
bercampur air minum. Penyakit demam berdarah (haemorhagic
fever) dapat juga meningkat dengan cepat di daerah yang
pengelolaan sampahnya kurang memadai.
2) Penyakit jamur dapat juga menyebar (misalnya jamur kulit).
3) Penyakit yang dapat menyebar melalui rantai makanan. Salah satu
contohnya adalah suatu penyakit yang dijangkitkan oleh cacing pita
(taenia). Cacing ini sebelumnya masuk kedalam pencernakan
binatang ternak melalui makanannya yang berupa sisa makanan atau
sampah.
b. Dampak terhadap Lingkungan
Cairan rembesan sampah yang masuk kedalam drainase atau
sungai akan mencemari air. Berbagai organisme termasuk ikan dapat
mati sehingga beberapa spesies akan lenyap, hal ini mengakibatkan
berubahnya ekosistem perairan biologis. Penguraian sampah yang di
buang kedalam air akan menghasilkan asam organik dan gas cair
organik, seperti metana. Selain berbau kurang sedap, gas metana ini
pada konsentrasi tinggi dapat menyebabkanledakan.
c. Dampak terhadap Keadaan Sosial dan Ekonomi
1) Pengelolaan sampah yang tidak memadai menyebabkan rendahnya
tingkat

kesehatan

masyarakat.

Hal

penting

disini

adalah

meningkatnya pembiayaan (untuk mengobati ke rumah sakit).

35

2) Infrastruktur lain dapat juga dipengaruhi oleh pengelolaan sampah


yang tidak memadai, seperti tingginya biaya yang diperlukan untuk
pengolahan air. Jika sarana penampungan sampah kurang atau tidak
efisien, orang akan cenderung membuang sampahnya di jalan. Hal
ini mengakibatkan jalan perlu lebih sering dibersihkan dan
diperbaiki.
B.

Lembaga Kemasyarakatan
Menurut Peraturan Daerah Kabupaten Banyumas Nomor 19 Tahun 2006
tentang Pembentukan Lembaga Kemasyarakatan Desa, yang dimaksud
dengan lembaga kemasyarakatan adalah lembaga yang dibentuk oleh
masyarakat sesuai kebutuhan dan merupakan mitra pemerintah desa dalam
memberdayakan masyarakat.
Lembaga kemasyarakatan yang dimaksud dalam Peraturan Daerah
Kabupaten Banyumas Nomor 19 Tahun 2006 terdiri dari RT, RW, Karang
Taruna, PKK, LPMD, dan lembaga kemasyarakatan desa lainnya sesuai
dengan kebutuhan.
1. PKK (Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga)
Sesuai dengan Keputusan Menteri Dalam Negeri dan Otonomi Daerah
Republik Indonesia Nomor 53 tahun 2000, Gerakan Pemberdayaan dan
Kesejahteraan Keluarga, selanjutnya disingkat PKK adalah suatu gerakan
nasional yang tumbuh dari, oleh, dan untuk masyarakat dengan perempuan
sebagai motor penggeraknya menuju terwujudnya keluarga bahagia,
sejahtera, maju, dan mandiri. Program pokok PKK adalah program dalam

36

dalam memenuhi kebutuhan dasar untuk terwujudnya kesejahteraan


keluarga.
2. Badan Keswadayaan Masyarakat
Menurut
Masyarakat

Lestari
merupakan

(2013)
wadah

pembentukan
dari

Badan

program

Keswadayaan

pemerintah

untuk

mengentaskan warga miskin, dimana BKM tersebut merupakan modal


sosial dalam menjamin kemitraan masyarakat dengan Pemerintah Daerah
dan kelompok setempat.
3. Karang Taruna
Sesuai dengan Peraturan Menteri Sosial Republik Indonesia Nomor
77/HUK/2010 tentang Pedoman Dasar Karang Taruna, menyebutkan
bahwa Karang Taruna adalah organisasi sosial kemasyarakatan sebagai
wadah dan sarana pengembangan setiap anggota masyarakat yang tumbuh
dan berkembang atas dasar kesadaran dan tanggung jawab sosial dari, oleh
dan untuk masyarakat terutama generasi muda di wilayah desa/kelurahan
terutama bergerak dibidang usaha kesejahteraan sosial. Anggota Karang
Taruna yang selanjutnya disebut Warga Karang Taruna adalah setiap
anggota masyarakat yang berusia 13 (tiga belas) tahun sampai dengan 45
(empat puluh lima) tahun yang berada di desa/kelurahan.
4. Rukun Tetangga
Menurut Peraturan Daerah Kabupaten Banyumas N0. 5 Tahun 2008
tentang Alokasi Dana Desa bahwa Rukun Tetangga yang selanjutnya
disingkat RT adalah lembaga yang dibentuk melalui musyawarah

37

masyarakat setempat dalam rangka pelayananan pemerintahan dan


kemasyarakatan yang ditetapkan oleh Desa.
5. Rukun Warga
Menurut Peraturan Daerah Kabupaten Banyumas N0. 5 Tahun 2008
tentang Alokasi Dana Desa bahwa Rukun Warga yang selanjutnya
disingkat RW adalah lembaga yang dibentuk melalui musyawarah
pengurus RT di wilayah kerjanya yang ditetapkan oleh Desa.
6. Rukun Kematian
Menurut Peraturan Peraturan Daerah Kota Blitar No.3 Tahun 2011
tentang Pedoman Penataan Lembaga Kemasyarakatan Kelurahan di Kota
Blitar bahwa yang dimaksud Rukun Kematian adalah organisasi sosial
kemasyarakatan yang terbuka, partisipatif, mandiri dan demokratis yang
berorientasi menjalankan tugas-tugas sosial kemasyarakatan utamanya
untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat.
C.

Rencana dan Strategi Direktorat Jenderal Cipta Karya 2010-2014


Yang dimaksud dengan Rencana Strategis Direktorat Jenderal Cipta
Karya, Kementerian Pekerjaan Umum yang selanjutnya disebut Renstra
Direktorat Jenderal Cipta Karya adalah dokumen perencanaan Direktorat
Jenderal Cipta Karya, Kementerian Pekerjaan Umum untuk periode 5 (lima)
tahun terhitung sejak tahun 2010 sampai dengan tahun 2014.
Dokumen perencanaan mengenai sistem pengelolaan persampahan
disebutkan

dalam

Peraturan

21/PRT/M/2006 tentang Kebijakan

Menteri

Pekerjaan

Umum

Nomor

dan Strategi Nasional Pengembangan

Sistem Pengelolaan Persampahan (KSNP-SPP) yaitu:

38

Kebijakan 1: Pengurangan timbulan sampah semaksimal mungkin dimulai


dari sumbernya.
Strategi:
a. Meningkatkan pemahaman masyarakat akan 3R.
b. Mengembangkan dan menerapkan sistem insentif dan

disinsentif

dalam pelaksanaan 3R.


c. Mendorong

koordinasi

lintas

sektor

(perindustrian

dan

perdagangan).
Kebijakan 2: Peningkatan peran aktif masyarakat dan dunia usaha/swasta
sebagai mitra pengelolaan.
Strategi:
a. Meningkatkan pemahaman tentang pengelolaan persampahan sejak
dini melalui pendidikan di sekolah.
b. Menyebarluaskan pemahaman tentang pengelolaan persampahan
kepada masyarakat umum.
c. Membina

masyarakat

khususnya

kaum

perempuan

dalam

pengelolaan persampahan.
d. Mendorong peningkatan pengelolaan berbasis masyarakat.
e. Mengembangkan sistem insentif dan iklim yang kondusif bagi
dunia usaha/swasta
Kebijakan 3:

Peningkatan cakupan pelayanan dan kualitas sistem

pengelolaan.
Strategi:
a. Optimalisasi prasarana dan sarana persampahan Kota/Kabupaten.

39

b. Meningkatkan

cakupan

pelayanan

secara

terencana

dan

berkeadilan.
c. Meningkatkan kapasitas sarana persampahan sesuai sasaran
pelayanan.
d. Melaksanakan rehabilitasi TPA yang mencemari lingkungan
e. Mengembangkan TPA ke arah Sanitary Landfill (SLF)/Controlled
Landfill (CLF)
f. Meningkatkan TPA regional.
g. Melaksanakan Litbang dan aplikasi teknologi penanganan sampah
tepat guna dan berwawasan lingkungan.
Kebijakan 4: Pengembangan kelembagaan, peraturan dan perundangan.
Strategi:
a. Meningkatkan status dan kapasitas institusi pengelola.
b. Meningkatkan kinerja institusi pengelola.
c. Memisahkan fungsi/unit regulator dan operator.
d. Meningkatkan koordinasi dan kerjasama antar stakeholder.
e. Meningkatkan kualitas SDM bidang persampahan.
f. Mendorong pengelolaan kolektif atas prasarana dan sarana
Regional
g. Meningkatkan kelengkapan produk hukum/NPSM pengelolaan
persampahan.
h. Mendorong implementasi/penerapan hukum bidang persampahan.
Kebijakan 5: Pengembangan alternatif sumber pembiayaan.
Strategi:

40

a. Menyamakan

persepsi

para

pengambil

keputusan

dalam

pengelolaan persampahan dan kebutuhan anggaran.


b. Mendorong peningkatan pemulihan biaya persampahan.

D.

Konsep Desa Mandiri Sampah


Pengelolaan Sampah Mandiri secara garis besar yaitu semua sampah
yang dihasilkan akan dikelola secara mandiri oleh masyarakat dimulai dari
tingkat

rumah

tangga

hingga

kelompok

sehingga

pemulung

tidak

diperbolehkan masuk dan memulung di kawasan tersebut. Tujuan dari


Pengelolaan Sampah Mandiri semula untuk mengurangi permasalahan
sampah. Prinsip 3R merupakan prinsip yang berlaku dalam membentuk
perilaku masyarakat terhadap sampah yang diterapkan oleh semua keluarga
(Setiadi, 2010).

41

E.

Kerangka Teori
Sampah

Pengelolaan Sampah

1. Penampungan
sampah
2. Pengumpulan
sampah
3. Pemindahan
sampah
4. Pengangkutan
sampah
5. Penampungan
sementara
sampah
6. Pembuangan
akhir sampah

Dampak

1. Kesehatan
2. Lingkungan
3. Keadaan sosial
dan ekonomi

Lembaga
Kemasyarakatan
1.
2.
3.
4.
5.

PKK
BKM
Karang Taruna
RT
RW
6. Rukun Kematian

Kebijakan dan Strategi Nasional


Pengembangan Sistem Pengelolaan
Persampahan
Gambar 2.2 Kerangka Teori
Modifikisasi Teori Artiningsih (2008), Rencana dan Strategi Direktorat Jenderal
Cipta Karya Tahun2010-2014, Undang-Undang No.18 Tahun 2008 tentang

42

Pengelolaan Persampahan, Peraturan Daerah Kabupaten Banyumas No.19


Tahun 2006 tentang Pembentukan Lembaga Kemasyarakatan Desa
BAB III
METODE PENELITIAN

A. Kerangka Pikir
Faktor-faktor yang dihadapi lembaga kemasyarakatan

1. Pengurangan timbulan sampah


dimulai dari sumbernya.
2. Peran
dunia

aktif

masyarakat

usaha/swasta

dan

sebagai

mitra pengelolaan.
3. Pelayanan dan kualitas sistem
pengelolaan persampahan.
4. Kelembagaan,

peraturan

Desa Mandiri
Sampah
dan

perundangan serta penegakan


hukum

pengelolaan

persampahan.
5. Kemampuan

pembiayaan

pengelolaan persampahan.
6. Persepsi Desa Mandiri Sampah
Gambar 3.1 Kerangka Pikir Penelitian

39

B. Definisi Konsep
Tabel 3.1 Definisi Konsep
Tek
n
i
k

No.

Kons
e
p

P
e
n
g
u
m
p
u
l
a
n

Definisi Konsep

D
a
t
a
1.

2.

Peng
ur
a
n
g
a
n
ti
m
b
ul
a
n
sa
m
p
a
h
Peran
a
kt
if

Kegiatan yang dilakukan


untuk
mengurangi
timbulan
sampah
semaksimal mungkin
dimulai
dari
sumbernya

Wa
w
a
n
c
a
r
a
m
e
n
d
a
l
a
m

Upaya
untuk
meningkatkan peran
aktif masyarakat dan
dunia usaha/ swasta

Wa
w
a
n

40

3.

m
as
y
ar
a
k
at
d
a
n
d
u
ni
a
u
sa
h
a/
s
w
as
ta
se
b
a
g
ai
m
it
ra
p
e
n
g
el
ol
a
a
n
Pelay
a
n
a
n
d
a
n
k

dalam pengelolaan
sampah
berbasis
masyarakat

c
a
r
a
m
e
n
d
a
l
a
m

Jangkauan
pelayanan
dan tingkat baik
buruknya
sistem
pengelolaan
persampahan
yang
diberikan
kepada
masyarakat
untuk
mewujudkan
Desa
Mandiri
Sampah

Wa
w
a
n
c
a
r
a

41

4.

u
al
it
as
si
st
e
m
p
e
n
g
el
ol
a
a
n
p
er
sa
m
p
a
h
a
n
Kele
m
b
a
g
a
a
n,
p
er
at
ur
a
n
d
a
n
p
er
u
n
d

Kelurahan Grendeng,
Kecamatan
Purwokerto Utara

Pengembangan
suatu
badan (organisasi),
peraturan
dan
perundangan
serta
penegakan
hukum
pengelolaan
persampahan
yang
tujuannya
untuk
melakukan
suatu
usaha
untuk
mewujudkan
Desa
Mandiri
Sampah
Kelurahan Grendeng,
Kecamatan
Purwokerto Utara

m
e
n
d
a
l
a
m

Wa
w
a
n
c
a
r
a
m
e
n
d
a
l
a
m

42

5.

a
n
g
a
n
se
rt
a
p
e
n
e
g
a
k
a
n
h
u
k
u
m
p
e
n
g
el
ol
a
a
n
p
er
sa
m
p
a
h
a
n
Kem
a
m
p
u
a
n
p

Kemampuan pembiayaan
yang
digunakan
untuk mewujudkan
Desa
Mandiri
Sampah Kelurahan
Grendeng,
Kecamatan
Purwokerto Utara

Wa
w
a
n
c
a
r
a

43

e
m
bi
a
y
a
a
n
p
e
n
g
el
ol
a
a
n
p
er
sa
m
p
a
h
a
n
6.

7.

Perse
p
si
D
es
a
M
a
n
di
ri
S
a
m
p
a
h
Perse
p
si
ji

m
e
n
d
a
l
a
m

Gambaran
Lembaga
Kemasyarakatan
mengenai
konsep
Desa
Mandiri
Sampah

Wa
w
a
n
c
a
r
a
m
e
n
d
a
l
a
m

Gambaran
Lembaga
Kemasyarakatan jika
Kelurahan Grendeng
dijadikan
sebagai

Wa
w
a
n

44

k
a
K
el
ur
a
h
a
n
G
re
n
d
e
n
g
di
ja
di
k
a
n
se
b
a
g
ai
D
es
a
Lanjutan Tabel 3.1
No.

Kons
e
p

Desa
Sampah

Mandiri

c
a
r
a
m
e
n
d
a
l
a
m

Definisi Konsep

Tek
n
i
k
P
e
n
g
u
m
p
u
l

45

a
n
D
a
t
a

8.

Mand
ir
i
S
a
m
p
a
h
Desa
M
a
n
di
ri
S
a
m
p
a
h

Semua sampah yang


dihasilkan
akan
dikelola
secara
mandiri
oleh
masyarakat (Setiadi,
2010)

Wa
w
a
n
c
a
r
a
m
e
n
d
a
l
a
m

C. Jenis dan Metode Penelitian


Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif-kualitatif
yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh
subjek penelitian secara holistik dan dengan cara deskripsi dalam bentuk

46

kata-kata dan bahasa pada suatu konteks khusus yang alamiah serta dengan
memanfaatkan berbagai metode ilmiah (Moleong, 2007).
Jenis penelitian deskriptif kualitatif yang digunakan pada penelitian ini
diharapkan dapat diungkapkan situasi dan permasalahan yang dihadapi
lembaga kemasyarakatan dalam upaya pengelolaan sampah secara mandiri
untuk mewujudkan Desa Mandiri Sampah Kelurahan Grendeng, Kecamatan
Purwokerto Utara.
D. Subyek Penelitian
Subyek penelitian ini disebut informan. Informan merupakan orang
yang dimanfaatkan untuk memberikan informasi tentang suatu kondisi dan
situasi latar penelitian (Moleong, 2007).
Pemanfaatan informan bagi peneliti menurut Bogdan dan Biklen dalam
Moleong (2007), informan dalam hal ini adalah sebagai sampling internal
yaitu agar dalam waktu yang relatif singkat banyak informasi yang terjaring
karena informan dimanfaatkan untuk berbicara, bertukar pikiran atau
membandingkan suatu kejadian yang ditemukan dari subyek lainnya.
Penentuan sumber data (informan) pada penelitian ini dilakukan secara
purposive sampling. Purposive sampling yaitu dipilih dengan pertimbangan
dan tujuan tertentu. Pertimbangan tertentu ini misalnya orang tersebut
dianggap paling tahu tentang apa yang kita harapkan, atau mungkin sebagai
penguasa sehingga memudahkan peneliti menjelajahi obyek atau situasi sosial
yang diteliti (Sugiyono, 2010).
Informan dalam penelitian ini adalah Lembaga Kemasyarakatan
Kelurahan Grendeng Kecamatan Purwokerto Utara antara lain PKK, BKM,
Karang Taruna, RT, RW, dan Rukun Kematian. Penentuan unit sampel
(informan) dianggap telah memadai apabila telah sampai redundancy (data

47

telah jenuh, apabila ditambah subyek penelitian tidak lagi memberikan


informasi yang baru atau bervariasi), artinya dengan menggunakan subyek
penelitian selanjutnya boleh diasumsikan tidak lagi diperoleh tambahan
informasi baru yang berarti (Sugiyono, 2010).
E. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Kelurahan Grendeng Kecamatan Purwokerto
Utara Kabupaten Banyumas.
F. Sumber Data
Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

1. Data Primer
Data primer merupakan sumber data yang langsung memberikan data
kepada pengumpul data (Sugiyono, 2010). Sumber data primer ini diperoleh
dari hasil wawancara mendalam (Indept Interview) secara langsung dengan
subyek penelitian yaitu Lembaga Kemasyarakatan Kelurahan Grendeng yang
bersedia untuk diwawancarai yang meliputi pengurus PKK, BKM, Karang
Taruna, RT, RW dan Rukun Kematian.
2. Data Sekunder
Data sekunder adalah sumber data yang tidak langsung memberikan data
kepada pengumpul data, misal lewat orang lain atau lewat dokumen
(Sugiyono, 2010). Data sekunder dalam penelitian ini dengan menelaah
dokumen seperti buku-buku yang relevan, jurnal kesehatan, data pengelolaan

48

sampah dari Dinas Ciptakarya, dan media internet yang dapat membantu
untuk mendukung data primer.
G. Cara Pengumpulan Data
Cara pengumpulan data yang dilakukan peneliti yaitu dengan cara :
1. Wawancara mendalam (Indept Interview)
Wawancara

adalah

suatu

metode

yang

dipergunakan

untuk

mengumpulkan data, dimana peneliti mendapat keterangan secara lisan


dari seseorang sasaran penelitian (responden), atau bercakap-cakap
berhadapan muka dengan orang tersebut. Data tersebut diperoleh
langsung dari responden melalui suatu pertemuan atau percakapan
(Notoatmodjo,2002).
Wawancara agar berjalan lancar sesuai dengan tujuan penelitian, maka
peneliti menyusun suatu pedoman wawancara (interview guide), yakni
seperangkat catatan yang memuat daftar pokok-pokok pertanyaan
sehubungan dengan topik pembicaraan. Wawancara mendalam dilakukan
kepada subjek penelitian yang terdiri dari Lembaga Kemasyarakatan
yakni PKK, BKM, Karang Taruna, RT, RW dan Rukun Kematian di
Kelurahan Grendeng Kecamatan Purwokerto Utara.
2. Observasi
Observasi (pengamatan) merupakan hasil perbuatan jiwa secara aktif
dan penuh perhatian untuk menyadari adanya rangsangan. Pengamatan
dapat dilakukan dengan seluruh alat indera, tidak terbatas hanya pada apa
yang dilihat. Observasi dapat dilakukan melalui penciuman, penglihatan,
pendengaran, peraba, dan pengecap (Sarwono, 2006).

49

Observasi yang dilakukan dalam penelitian ini adalah observasi tidak


terstruktur, yaitu observasi yang tidak dipersiapkan secara sistematis
tentang apa yang akan diobservasi. Peneliti tidak menggunakan instrumen
yang telah baku dalam melakukan pengamatan, tetapi hanya berupa
rambu-rambu pengamatan (Sugiyono, 2010).
3. Analisis Dokumen
Analisis dokumen dilakukan dengan cara memanfaatkan sumber yang
berasal dari buku-buku, jurnal penelitian, dan artikel-artikel tentang
pengelolaan

sampah,

peraturan

perundang-undangan

pengelolaan

sampah, serta arsip-arsip yang lain untuk mendukung data-data yang


diperoleh secara langsung (data primer).
4. Dokumentasi
Dokumentasi adalah teknik pengumpulan data yang diperoleh dari
hasil rekaman yang diambil pada saat penelitian dengan menggunakan
alat perekam seperti tape recorder dan menelaah catatan-catatan atau
dokumentasi yang terdapat pada instansi terkait.
H. Analisis Data
Penelitian ini menggunakan analisa data kualitatif yang bersifat terbuka
yaitu dengan menggunakan proses berfikir induktif dengan menggunakan
model analisis interaktif. Model ini terdiri dari pengumpulan data, reduksi
data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan (Sugiyono, 2010).
1. Pengumpulan data

50

Sumber data dalam penelitian kualitatif dapat berupa manusia,


peristiwa, dan tingkah laku, dokumen, arsip dan berbagai benda lain.
Proses pengumpulan data berasal dari wawancara, observasi langsung
saat penelitian dan data pendukung lainnya.
Pengumpulan data yang dilakukan pada penelitian ini adalah
pengumpulan data hasil wawancara mendalam terhadap informan yaitu
Lembaga Kemasyarakatan meliputi pengurus PKK, BKM, Karang
Taruna, RT, RW, dan Rukun Kematian di Kelurahan Grendeng Kecamatan
Purwokerto Utara.
2. Reduksi data
Merupakan

proses

pemilihan,

pemusatan

perhatian

pada

penyederhanaan, pengabstrakan, dan transformasi data kasar yang


muncul dalam catatan-catatan tertulis di lapangan.
Reduksi data yang dilakukan pada penelitian ini adalah memilih data
hasil wawancara mendalam yang dibutuhkan dalam penelitian.
3. Penyajian data
Merupakan sekumpulan informasi yang tersusun yang memberi
kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan
berdasarkan atas pemahaman yang didapat dari penyajian data tersebut.
Penyajian data yang dilakukan pada penelitian ini adalah menyusun
data

hasil

reduksi

data

wawancara

mendalam

yang

memberi

kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan.


4. Penarikan kesimpulan
Penarikan kesimpulan merupakan proses mengartikan segala hal yang
ditemui selama penelitian dengan menggunakan pencatatan peraturan-

51

peraturan, pola-pola, pernyataan-pernyataan, konfigurasi-konfigurasi


yang mungkin, dan arahan sebab-akibat. Kesimpulan dari penelitian
diambil setelah semua data yang telah terkumpul diolah dan dipilih
sesuai dengan kebutuhan.
Penarikan kesimpulan dalam penelitian ini adalah mengartikan data
yang telah disajikan setelah semua data telah diolah dan dipilih sesuai
kebutuhan.
I. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah :
1. Peneliti sebagai instrumen utama (human instrument) dalam proses
penelitian, peneliti tidak boleh digantikan oleh orang lain. Wawancara
adalah teknik yang digunakan untuk mengumpulkan data, dimana peneliti
mendapatkan keterangan atau pendiriran secara lisan dari subyek
penelitan atau bercakap-cakap berhadapan mata dengan subyek penelitian
tersebut (face to face), jadi data penelitian diperoleh langsung dari subyek
penelitian melalui suatu pertemuan atau percakapan (Notoatmodjo, 2005).
2. Pedoman wawancara yang berisi pertanyaan-pertanyaan pokok yang
dapat membantu dalam pelaksanaan penelitian agar informasi yang
didapat sesuai dengan tujuan penelitian.
3. Alat perekam suara
Alat perekam suara merupakan alat yang digunakan untuk merekam suara
pada saat wawancara berlangsung antara peneliti dengan subyek

52

penelitian, sehingga setiap detail isi wawancara bisa terdokumentasi


dengan baik.
J. Keabsahan Data
Validitas data dilakukan dengan teknik triangulasi yaitu teknik
pengumpulan

yang

bersifat

menggabungkan

dari

berbagai

teknik

pengumpulan data dan sumber data yang telah ada. Bila peneliti melakukan
pengumpulan

data

dengan

triangulasi,

maka

sebenarnya

peneliti

mengumpulkan data yang sekaligus menguji kredibilitas data yaitu mengecek


kredibilitas data dengan berbagai teknik pengumpulan data dan berbagai
sumber data (Sugiyono, 2010).
Teknik triangulasi data yang akan dilakukan dalam penelitian ini adalah
triangulasi teknik. Menurut Sugiyono (2007:274), triangulasi teknik yaitu
menguji kredibilitas data dilakukan dengan cara mengecek data kepada
sumber yang sama dengan teknik yang berbeda. Dimana penulis
menggunakan wawancara lalu dicek dengan observasi dan dokumentasi.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
1. Gambaran Umum Kelurahan Grendeng
a. Data Geografi
Kelurahan Gredeng merupakan salah satu kelurahan yang berada di
Kecamatan Purwokerto Utara Kabupaten Banyumas. Kelurahan
Grendeng secara administratif kewilayahannya meliputi 8 Rukun Warga
(RW) dan 31 Rukun Tangga (RT). Luas Kelurahan Grendeng adalah

49

92,75 Ha yang terdiri dari luas pemukiman 38,04 Ha; kuburan 1,17 Ha;
perkantoran 2,01 Ha; hutan 41,72 Ha; dan prasarana umum lainnya
10,31 Ha.
b. Data Demografi
Data yang diperoleh dari Laporan Tahun Kelurahan Grendeng
tahun 2009 bahwa jumlah penduduk Kelurahan Grendeng adalah 6.525
jiwa. Jumlah penduduk menurut umur Kelurahan Grendeng tahun 2009,
sebagai berikut:
Tabel 4.1

No.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.

Jumlah Penduduk Kelurahan Grendeng Tahun 2009


menurut Kelompok Umur
Golonga
n
Um
ur
(tahun)
0-1
1-3
4-6
7-9
10-12
13-15
16-18
19-21
22-24
25-27
28-30

Jumlah
Pendudu
k
(jiwa)

Persenta
se
(%)

437
240
271
305
346
295
425
307
412
416
451

6,7
3,7
4,2
4,7
5,3
4,5
6,5
4,7
6,3
6,4
6,9

Jumlah
Pendudu
k
(jiwa)

Persenta
se
(%)

Lanjutan Tabel 4.1


No.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.

Golonga
n
Um
ur
(tahun)
31-33
34-36
37-39
40-42
43-45
46-48
49-51
52-55
56-58
>58
TOTAL

425
319
295
216
230
206
217
170
134
76
6525

6,5
4,9
4,5
3,3
3,5
3,2
3,3
2,6
2,1
1,2
10
0

50

Sumber: Data Profil Kelurahan Grendeng Tahun 2009

Tabel 4.1 menunjukkan penduduk berumur 28-30 adalah kelompok


umur yang paling banyak tinggal di Kelurahan Grendeng yaitu
sebanyak 451 jiwa (6,9%). Penduduk umur >58 tahun merupakan
golongan umur yang paling sedikit yaitu sebanyak 76 jiwa (1,2%).
Tabel 4.2 Jumlah Penduduk Kelurahan Grendeng Tahun 2009
menurut Tingkat Pendidikan
Tingkat
Pendidikan

Jumlah
Pend
uduk
(jiwa)

No.

Pers
e
n
t
a
s
e
(%)

1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.

Belum Sekolah
Tidak
Tamat
SD/sederaj
at
Tamat
SD/sederaj
at
Tamat
SLTP/sede
rajat
Tamat
SLTA/sede
rajat
Tamat D1
Tamat D2
Tamat D3
Tamat S1
Tamat S2
Tamat S3
TOTAL

501
421

11,1
9,3

1.72

38,3
5

605

14,7

785

17,4

30
23
65
270
58
18
652

0,7
0,5
1,4
4,9
1,3
0,4
5

1
0
0

Sumber: Profil Kelurahan Grendeng Tahun 2009

Jumlah penduduk menurut tingkat pendidikan di Kelurahan


Grendeng tahun 2009 yaitu penduduk yang tamat SD/sederajat
merupakan kelompok tertinggi yaitu sejumlah 1.726 jiwa (38,3%).
Tingkat penduduk tamat S3 merupakan jumlah penduduk dengan

51

tingkat pendidikan paling tinggi, yaitu sebesar 18 jiwa (0,4%). Data


tersebut dapat dilihat pada tabel 4.2 berikut:
Tabel 4.3 Kondisi Masyarakat Mengenai Mata Pencaharian
Mata
Pencaharia
n

Jumlah
Pend
uduk
(jiwa)

No.

Pers
e
n
t
a
s
e
(%)

1.

Buruh/swasta

2.10

62,5

2.

Pegawai
Negeri
Pengrajin
Pedagang
Penjahit
Tukang batu
Tukang kayu
Peternak
Montir
Dokter
Sopir
Pengemudi
becak
TNI/Polri
Pengusaha

120

3,6

68
105
30
315
300
180
7
2
43
68

2,0
3,1
0,9
9,4
8,9
5,4
0,2
0,1
1,3
2,0

11
12
652

0,3
0,4

0
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.

1
0
0

Sumber: Data Profil Kelurahan Grendeng Tahun 2009

Tabel 4.3 menunjukkan penduduk dengan mata pencaharian


buruh merupakan mata pencaharian kelompok tertinggi, yaitu sebanyak
2.100 jiwa (62,5%). Penduduk dengan mata pencaharian dokter
merupakan mata pencaharian yang paling rendah, yaitu sebanyak 2
jiwa (0,1%).
2. Pelaksanaan Penelitian
Penelitian ini dilakukan terlebih dahulu dengan mengajukan surat
izin penelitian kepada Kantor Kesatuan Bangsa Politik dan Perlindungan

52

Warga

Masyarakat

(Kesbangpolinmas),

Badan

Perencanaan

dan

Pembangunan Daerah (BAPPEDA), dan pengajuan izin penelitian pada


lokasi penelitian yaitu Kelurahan Grendeng Kecamatan Purwokerto
Utara. Pengambilan data dilaksanakan selama 3 minggu dengan 6
informan dari Lembaga Kemasyarakatan yang terdiri dari 1 orang dari
PKK Kelurahan Grendeng, 1 orang dari Badan Keswadayaan Masyarakat
(BKM), 1 orang dari Karang Taruna, 1 orang Ketua RT, 1 orang Ketua
RW, 1 orang dari Rukun Kematian. Tujuan dari informan Lembaga
Kemasyarakatan

ini

adalah

untuk

mendapatkan

informasi

dan

memperkaya informasi yang didapatkan saat penelitian. Data diperoleh


melalui

wawancara

mendalam

dengan

menggunakan

pedoman

wawancara dan alat perekam suara.


Wawancara mendalam dilakukan dengan mendatangi satu persatu
rumah subjek penelitian tersebut. Wawancara mendalam terhadap
informan dilakukan pada waktu dan tempat yang berbeda supaya tidak
terjadi bias dalam penelitian. Penelitian dihentikan jika hasil dari
wawancara mendalam sudah mencapai titik jenuh atau saturasi, sesuai
dengan prinsip penelitian kualitatif.
3. Karakteristik Subyek Penelitian
Karakteristik subyek penelitian yang terdiri dari beberapa informan
bertujuan untuk mengenal lebih jauh profil dari informan tersebut yang
meliputi nama, usia dan pendidikan. Karakteristik subyek penelitian dapat
dilihat pada tabel 4.4.
Tabel 4.4 Karakteristik Informan

53

Inisial

Alam
at

Usia

Pendi
d
i
k
a
n

1.

Grend
e
n
g

43

S1

2.

GP

Grend
e
n
g

38

S1

Grend
e
n
g

21

Grend
e
n
g

34

Grend
e
n
g

54

Grend
e
n
g

50

No.

Kete
r
a
n
g
a
n
Info
r
m
a
n

Status

PKK

1
Info

BKM
r
m
a
n
2

3.

S1

Info
r
m
a
n

Karang
Tar
una

3
4.

SLTA

Info

RT
r
m
a
n
4

5.

SLTA

Info

RW
r
m
a
n
5

6.

SLTA

Info
r
m
a
n

Rukun
Ke
mat
ian

6
Sumber: Data Primer diolah Tahun 2014

Tabel 4.4 diatas dapat dijelaskan bahwa jumlah informan yaitu 6


orang, usia informan yaitu 21-54 tahum, pendidikan yang ditempuh
subyek penelitian yaitu S1 sebanyak 3 orang, SLTA sebanyak 3 orang.

54

4. Hasil Wawancara mengenai Aspek Pengurangan Timbulan Sampah


Aspek pengurangan timbulan sampah sangat penting untuk
mendukung

kelancaran

pelaksanaan

pengelolaan

sampah.

Aspek

pengurangan sampah dalam penelitian ini meliputi kegiatan yang rutin


dilakukan warga untuk menggunakan kembali sampah, mengurangi
sampah, daur ulang sampah, dan program yang dilakukan pemerintah
untuk mengurangi timbulan sampah di Kelurahan Grendeng Kecamatan
Purwokerto Utara.
a. Kegiatan rutin warga untuk menggunakan kembali sampah
Hasil wawancara mendalam terhadap informan dapat dilihat pada
tabel 4.5
Tabel 4.5

Matriks Jawaban Informan tentang Kegiatan Rutin


Dilakukan Warga untuk Menggunakan Kembali Sampah
Subyek
Peneliti
an
Informan 1

Informan 2

Informan 3

Jawaban
Selama ini sih belum keliatan lah untuk
menggunakan kembali lah. Palingpaling itu yaa sampah-sampah yang
sekiranya bisa dimanfaatkan dijual
ke rongsok itu.
Menggunakan kembali sepengetahuan
kami, mereka mengambil barangbarang
yang
tidak
terpakai
digunakan
kembali
menjadi
terpakai, reuse lah contohnya lampu
bekas terus dijadikan kerajinan
tangan, tapi terbatas tidak semua,
kegiatan-kegiatan 3R itu bahkan
dikatakan tidak ada, adapun mereka
mengambilnya untuk dijual kembali
kaya plastik kaya pemulung itu
lah.
Setau saya si ehm paling buat ini ya
apa kalo sampah organik dipendem
lo apa taroh di pot apa dimana heeh
kalo orang sini kalo gak dikubur
dimana
kalo
organik,
kalo
anorganik biasanya ya dibuang di

55

bak sampah

Lanjutan Tabel 4.5


Subyek
Peneliti
an
Informan 4

Informan 5

Informan 6

Sumber: Data Primer Diolah Tahun 2014

Jawaban
kita mungkin ngambil barang-barang
yang masih bisa dipake, dalam arti
kita
bisa
menabung
atau
menjualnya ya, contohnya plastik
putih, kertas, limbah-limbah dari
elektronik, biasanya kan orang
kadan-kadang beli alat elektronik
ya, yang ga kepake otomatis
biasanya kalo dulu ya sebelum ada
bank sampah langsung dibuang, lha
ini kita ga jadi masing-masing di
elektronik jg banyak yang masih
bisa digunakan sih untuk ditabung
atau dijual dari rangkanya dari
dalemnya (biasanya ngejualnya
kemana ) kita ke babeh. (semua
warga disini ngejualnya kesana
pak) iya kita tampung dulu di bank
sampah, kita sistemnya menabung
sih. Jadi kalo ada perorangan yang
mereka mencari diluar bisa menjual
ke babeh, tp kalo sampah rumah
tangga yangg dulunya kita buang
sekarang ditabung.
kalau sini yang digunakan lagi ya
sampah anorganik, karena sampah
anorganik
kan
masih
bisa
dikumpulkan masih laku dijual gitu
buat nambah kesejahteraan. Kalau
sampah organik sendiri sementara
masih dibuang ke TPA, lha itu
caranya warga sendiri kalau
mbuang ada petugasnya, terus kita
mbayar ke petugasnya gitu.
sebenarnya kalau untuk persampahan
kecil untuk warga ya, artinya bukan
sebagai bukan mayoritas mata
pencaharian dari sampah. Itu
menjual barang-barang yang masih
laku sebagai hasil tambahan ya. (itu
yang dijual sampah apa Pak?) ya
jenis barang yang apa ya namanya
nonorganik apa ya, plastik, ember,
botol.

56

Tabel 4.5 dapat diketahui bahwa lima informan (PKK, BKM,


RT, RW, dan Rukun Kematian) menyebutkan bahwa kegiatan yang
rutin dilakukan warga untuk menggunakan kembali sampah adalah
menjual sampah anorganik seperti plastik, kertas, ember, botol, limbah
elektronik untuk menambah kesejahteraan. Sedangkan informan
lainnya (Karang Taruna) menyebutkan sampah organik dibuang ke
TPA dan ada yang dibuat kompos cair.
b. Kegiatan rutin warga untuk mengurangi sampah
Hasil wawancara mendalam dari informan dapat dilihat pada tabel 4.6.
Tabel 4.6

Matriks Jawaban Informan tentang Kegiatan Rutin


Dilakukan Warga untuk Mengurangi Sampah
Subyek
Peneliti
an
Informan 1

Informan 2

Informan 3

Jawaban
Kalau yang ada disini khususnya di
wilayah RT saya ya, RT dan RW ini
itu untuk sampah itu masingmasing ibu rumah tangga itu setiap
harinya mengumpulkan sampah di
masing-masing rumah dan setiap
hari bapak-bapak yang mengambili.
Jadi kerja sama antara -ibu dengan
bapak-bapak, jadi ibu untuk
mengambili sampah kemudian
sampah itu dibuang ke tempat
sampah
Reduce kan mengurangi dari kita,
paling untuk upaya pengurangan
seperti saya membeli rokok di
supermarket, terus dikasih plastik,
kemudian saya tolak. Itu contoh
sepele itu, itu sudah upaya
mengurangi
di
sumbernya,
pengolahan sampah yang baik kan
di sumbernya, ya kan sumbernya
dipilah dulu diolah dulu, tapi kalau
di TPA sudah 0% itu sudah bagus
banget, tapi susah.
Ngopo yo kayaknya si gak ada lo,
warga itu apa ya kalo untuk
masalah sampah emang udah
sehari-harinya kayak gitu sih ya,

57

Informan 4

Informan 5

mengurangi sampah ngko disit


(nanti dulu), sampah udah banyak
apa si yang dilakukan warga,
menggunakan seminimal mungkin
mungkin apa kayak kresek kayak
kuwe (kaya gitu), paling itu, apa
yadibakar paling.
kalau itu pernah ya kita sosialisasikan
bahwa kalau, mungkin dari yang
kecil aja ya, kalau kita belanja kita
bawa tempat sendiri lah . kalau dulu
kan belanja tinggal bawa uang,
belanja ke warung pulang plastik
banyak. Kalau sekarang ya kita
sedikit-sedikitlah bawa tempat
sendiri ke warung jadi kita e...
tidak, sampah di rumah tangga
tidak begitu numpuk, sampah
plastik terutama.
upaya warga mengurangi sampah ya
itu ya ya kaya ibaratkan untuk
sebagai
pemberitauan
kepada
masyarakat kalau ke warung
misalnya sebagai itu bawa bawa
tempat sendiri atau itu apa itu apa
jadi dari warung sendiri kan ga
membawa sampah itu, plastik
kresek dan sebagainya, misalnya
mbawa tas kresek ya dari rumah
misalnya untuk mengurangi sampah
dari rumah itu. Memang sudah saya
sosialisasikan
tapi
namanya
manusia kadang-kadang kita lupa
hehe... akhirnya kan bawa sampah
dari sana, kadang-kadang kan
lumayan gitu karena sampah ini kan
masih laku dijual ke bank gitu, ya
disini kan ada bank sampah.(jadi
plastik-plastik masih bisa dijual ya
Pak?) iya masih kalau sampahsampah anorganik masih laku dijual
ya dijual ke bank buat nabung gitu
(itu per kilonya berapa Pak?) kalau
sampah plastik itu 1.000 per
kilonya (sampah plastiknya ada
karakteristiknya gitu?) ya plastik
polos, khusus plastik polos putih,
kalau sampah apa plastik-plastik ya
warna itu ga laku. (terus itu dari
bank sampah itu sendiri dijual itu
Pak)
Bank
sampah
sendiri
kerjasama dengan Koperasi Babeh,
kita-kita ngambil sampah itu

Lanjutan Tabel 4.6


Subyek
Peneliti
an

Jawaban
mitra kerjanya juga bank sampah, kita

58

Informan 6
Sumber: Data Primer Diolah Tahun 2014

punya tabungan sampah dari


masyarakat kita alokasikan ke
Koperasi Babeh nanti kita dapet apa
itu istilahnya bagi hasil usahanya
seperti itu, misal kita beli plastik
1.000 kita jual ke babeh juga 1.000,
nanti Babeh jual ke juragan kan
1.000 lebih, karena sementara bank
sampah sendiri belum bisa mandiri
sih, ga punya tempat sendiri
itu lewat bank sampah itu

Tabel 4.6 dapat diketahui bahwa tiga informan (BKM, RT, RW)
menyebutkan kegiatan yang rutin dilakukan warga untuk mengurangi
timbulan sampah adalah mengurangi sampah mulai dari sumbernya
yaitu menggunakan kembali tas kresek atau kandi (karung) untuk
berbelanja.

Sedangkan informan lainnya (Karang Taruna, PKK,

Rukun Kematian) menyebutkan dibakar untuk sampah kresek dan ada


yang membuat piket kerjasama mengambil sampah serta dijual lewat
bank sampah.
c. Kegiatan Rutin Warga Untuk Daur Ulang Sampah
Hasil wawancara mendalam dari informan dapat dilihat pada tabel 4.7
Tabel 4.7

Matriks Jawaban Informan tentang Kegiatan Rutin


Dilakukan Warga untuk Daur Ulang Sampah
Subyek
Peneliti
an
Informan 1
Informan 2

Informan 3

Jawaban
Belum, paling-paling disini tukang ban
hanya anu aja apa istilahnya bikin
Belum, kegiatan 3R-nya belum ada,
reuse, recycle terus satunya apa yaa
reduce, reduce kan mengurangi,
recycle mendaur ulang, terus reuse
menggunakan kembali.
Ooh Kalo daur ulang emang udah ada
pembuatan pupuk organik yang
dilakukan itu ya yang mana bank
sampah itu RT 4 pokoknya ketua
RT 4 itu cari aja RT 4 RW 4,
bentuknya itu dibuat menjadi

59

sampah cair apa ya pupuk cair


biasanya tapi yang organik , kalo
yang anorganik itu di koperasi
babeh kalo di koperasi babeh itu
ada tabungan sampah kan itu. Tapi
tidak

Lanjutan Tabel 4.7


Subyek
Peneliti
an
Informan 4

Informan 5

Jawaban
berjalan lama ya maksudnya apa ya gak
sampe sebulan ya lah.
Kalau daur ulang mungkin kita yang
sampah kering ya yg baru kita
lakukan, kalo untuk sampah basah
kita belum karena kita kerjasama
dengan kaya Dinas Cipta Karya, itu
jg kita hanya sebatas, apa ya,
sebatas
hanya
kita
diberi
pengetahuan kaya gini kaya gini
gitu kan, masalah praktek dan
alatnya kita belum. (Sampah
keringnya td dijadiin sbg apa ya
Pak ) untuk sementara masih kita
kumpulkan. Kalo rencana, ya
rencana kedepan kan kita kalo dari
sampah misal contohnya bungkus
kopi, yg snack yg dalamnya ada
alumunium foil itu, kedepannya
rencana kami dari bank sampah sih
ingin buat kerajinan.
Disini ini untuk mendaur ulang sampah
itu, keinginan kita sih ya karena
setelah kita melihat atau studi
banding ke bank-bank sampah yang
sudah jadi , kemarin kan
sebelumnya
mendirikan
bank
sampah disini saya studi banding ke
Cilacap karena kan sistemnya
plastik-plastik bekas-bekas sampo
dan plastik yang tidak bisa didaur
ulang lagi kan disana itu dibikin
kerajinan lah, itu kerajinannya
bagus-bagus itu. (jadi dari sini
Cuma menyediakan bahannya
gitu?) iyaa bahannya-bahannya
kalau sudah banyak nanti kita setor
kesana, karena disini terus terang
saja yaa segalanya memang belum
mumpuni karena masih baru, kalau
di Cilacap kan sudah punya tempat
sampah sendiri, gedung untuk buat
kerajinan, ini gedung buat toko,
disana ada toko sampah gitu lho
hehe, toko bank sampah itu. (Kalau
daerah sini
Pak sudah pernah

60

Informan 6

mendaur ulang sampah?) Belum


(kaya bikin kerajinan gitu?) oh
pernah, pernah tapi ya mungkin itu
karena saking cara pemasarannya,
bunga itu (nunjuk kerajinan bunga
dari sampah) ini dari tas kresek itu,
sebenarnya bagus mungkin tinggal
ketekunannya gitu, ini tas kresek
sisa kie bekas ini. Ini sebenarnya
bagus ini, kalau tekun membikin
gitu ya bisa, karena karena
ketidaktekunnya itu ya hehee
cuman kita beli ininya ini (botolnya
juga bekas ini ya Pak) iya bekas
semuanya. (terus disini kalau daur
ulang bikin pupuk Pak?) belum,
disini baru rencana rencana dari
bank sampah karena otomatis kan
kita membikin pupuk organik kan
kalau kita punya mesin, dan tempat
karena semua itu baru kita program,
untuk kedepannya kalau seperti itu
toh toh dari kan tidak mungkin saya
mendirikan bank sampah sendiri,
hanya berjalan dari dukungan
masyarakat sendri.
oh itu kita belum nyampe kesitu, itu
perlu proses karena dananya besar
sih mas

Sumber: Data Primer Diolah Tahun 2014

Tabel 4.7 dapat diketahui bahwa tiga informan (PKK, BKM,


Rukun Kematian) menyebutkan belum ada kegiatan yang rutin
dilakukan warga terkait daur ulang sampah. Sedangkan informan
lainnya (RT, RW, Karang Taruna) menyebutkan adanya rencana daur
ulang sampah kering seperti bungkus kopi, tas kresek untuk dibuat
kerajinan dan daur ulang pupuk namun hanya sebatas rencana karena
terkendala dengan mesin dan tempat.
d. Program Pemerintah Untuk Mengurangi Timbulan Sampah
Hasil wawancara mendalam dari informan dapat dilihat pada tabel 4.8
Tabel 4.8 Matriks Jawaban Informan tentang Program Pemerintah
Untuk Mengurangi Timbulan Sampah

61

Subyek
Peneliti
an
Informan 1

Informan 2

Informan 3

Informan 4

Informan 5

Lanjutan Tabel 4.8

Jawaban
Eee dari Pemerintah Desa sih pernah
ini kaya sosialisasi kaya gitu, kaya
PKK didatangkan ahlinya misalnya
untuk membuat karya tas atau apa
dari plastik itu. Ya mungkin hanya
sebatas itu tapi tindak lanjut kesini
kembali ke masing-masing
Hehe pertama paling sosialisasi
melalui Dinas terkait, kaya kita
melalui PNPM kan gitu, yang
kedua yaa pendirian TPS gitu.
Setau saya sih enggak ada lo, setau
saya si ehm kalo sampah itu
memang dikelola sama kalo gak
salah sih sama marsudi layu apa ya
heeh kelompok sampah itu sudah
ada sendiri lah per rt itu yang
mengelola, jadi yang namanya
narik sampah sampe jual ke bank
sampah itu semuanya serahkan
sama yang ngelola.
kalo pemerintah desa sih, eheeem,
secara langsung sih engga ya engga
pernah terjun gitu secara langsung
karena dari masing2 RT mungkin
sudah ada yg apaa jd kordinator
gitu. Jd masing-masing rukmat atau
rukun kematian itu kan kerjanya jg
disampah dibidang sosialnya iya.
(jd utuk pemerintah sendiri ) belum
sampai saat ini kayanya belum
paling kalo kita apa ya mengajukan
peralatan seperti gerobak ya hanya
lewatnya kelurahan, kelurahan yg
memfasilitasi.
kayaknya dari Kelurahan itu ga ada,
cuman cuman sementara mayoritas
adalah
petugas sampah sendiri
masing-masing RT disini seperti itu
jadi sifate ini RT sini, RW sini kan
ada 4 RT yaitu petugas sampahnya
itu dari RT masing-masing, kita
kumpulkan didepan rumah atau 1
kotak
sampah
orang
berapa,seminggu 2 atau 3 kali
diangkut ke TPS (setiap Rtnya
berapa orang itu yang ngangkutin?)
3 orang. (kalau dari Pemerintah
Desa kayak semacam program
pelatihan itu Pak pernah diadakan?)
sini ya jadi gimana ya, saya kadang
itu dari Desa ke Kelurahan, itu
sama sekali dari
temen-temen
Kelurahan memikirkan

62

Subyek
Peneliti
an

Informan 6

Jawaban
wilayah sendiri, jadi kalau ada acara
apapun itu rencana dari tokoh
masyarakat, dari Kelurahan sendiri
itu biasanya tidak ada apa-apanya
hanya taunya diberi tau ini ini ini.
Itu saya kemarin mendirikan bank
sampah
kerjasama
dengan
mahasiswa Kesmas, setelah kita
matang
kita
sekaligus
apa
pembukaan itu apa pemotongan
pita itu saya baru ngundang Pak
Lurah itu, sama kemarin ulang
tahun koperasi kita nebeng aja
sekalian biar rame gitu. Jadi
pembukaan lah pembukaan bank
sampah.
Ya sementara belum tersentuh banget,
masih sekedar apa itu, pembinaanpembinaan semacam itu, yang riil
belum ada

Sumber: Data Primer Diolah Tahun 2014

Tabel 4.8 dapat diketahui bahwa tiga informan (PKK, BKM,


Rukun Kematian) menyebutkan bahwa program Pemerintah untuk
pengelolaan sampah di Kelurahan Grendeng adalah sosialisasi dan
pembinaan dari tim ahli melalui Dinas terkait seperti PNPM mengenai
pengomposan dan pendirian TPS. Sedangkan informan lainnya (RT,
RW, Karang Taruna) menyebutkan tidak ada program dari Pemerintah
karena sudah ditangani oleh petugas sampah masing-masing RT dan
Marsudi Layu (Rukun Kematian).
5. Hasil Observasi Mengenai Aspek Pengurangan Timbulan Sampah
Hasil observasi yang dilakukan dalam penelitian ini menunjukkan
bahwa upaya yang dilakukan warga untuk menggunakan kembali sampah
yaitu dengan menjual sampah anorganik seperti plastik, kertas, ember,
botol, limbah elektronik untuk menambah kesejahteraan. Sampah
anorganik yang dijual dapat dilihat melalui gambar 4.1.

63

Gambar 4.1 Sampah anorganik yang bisa dijual


Adanya bank sampah di Kelurahan Grendeng menyebabkan
masyarakat melakukan upaya pemilahan sampah anorganik untuk dijual
ke Koperasi Barang Bekas. Adapun Koperasi Barang Bekas dapat dilihat
pada gambar 4.2.

Gambar 4.2 Koperasi Barang Bekas


Upaya masyarakat untuk mengurangi timbulan sampah yaitu dengan
menggunakan kresek atau kandi (karung) untuk berbelanja ke Pasar.
Lembaga Kemasyarakatan selalu memberikan contoh kepada masyarakat
untuk mengurangi timbulan sampah melalui sosialisasi maupun penerapan
dalam kehidupan sehari-hari. Kresek atau kandi (karung) yang digunakan
untuk pergi berbelanja dapat dilihat melalui gambar 4.3.

64

Gambar
Kantong

4.3

kresek untuk

belanja
Salah
kegiatan

satu

yang pernah
dilakukan

masyarakat untuk melakukan daur ulang sampah adalah pembuatan


kerajinan bunga dari sampah anorganik. Rencana dari bank sampah yaitu
pemanfaatan sampah untuk pembuatan pupuk organik dan kerajinan dari
sampah anorganik seperti plastik kresek, bungkus kopi. Hasil kerajinan
ibu-ibu PKK saat ada pelatihan pengolahan sampah dapat dilihat melalui
gambar 4.4.

Gambar 4.4 Hasil kerajinan bunga dari sampah anorganik

6. Hasil Wawancara mengenai Peran Aktif Masyarakat dan Dunia


Usaha/Swasta Sebagai Mitra Pengelolaan

65

Peran aktif masyarakat dan dunia usaha seperti sektor perdagangan


sangat penting guna menunjang kelancaran pengelolaan sampah. Peran
aktif masyarakat dan dunia usaha dalam penelitian ini meliputi
masyarakat melakukan kerja bakti bersama, pelatihan pengelolaan
sampah, kontribusi sektor perdagangan dalam pengelolaan sampah,
kontribusi warga pendatang dalam pengelolaan sampah.
a. Masyarakat Melakukan Kerja Bakti Bersama
Hasil wawancara mendalam dari informan dapat dilihat pada tabel 4.9.
Tabel 4.9

Matriks Jawaban Informan tentang Masyarakat Melakukan


Kerja Bakti Bersama
Subyek
Peneliti
an
Informan 1

Informan 2

Informan 3

Jawaban
Kerjabaktinya ya kurang rutin, di wilayah
sini kurang rutin, karena kaya
pertemuan ini apa, pertemuan bapakbapak kurang rutin, jadi kurang
komunikasi.
Oh sering, kita bicara mana nih,
lingkungan Desa, apa RT, apa RW,
kalau di RT sini kerjabakti kebetulan
saya pengurus RT. Oh nda, paling
setahun 6 atau 7 kali, kalau rutin iya
karena sudah kebiasaan lah, jadi di RT
kan ada pertemuan rutin, saya di RT
kalau dirasa masyarakat sudah kotor,
kita usulkan kerja bakti. Lha kemarin
menjelang hari puasa, Ramadhan
kerjabakti-kerjabakti di kuburuan gitu,
kalau lingkungan rutin, rutin cuman
aku ga bisa ngomong sebulan sekali
sebulan berapa kali, kadang-kadang
insidental juga sih.
Itu kebijakan tiap rt tapi biasanya jarang si
paling 2 bulan sekali karna masyarakat
grendeng itu udh apa ya tergolonge apa
ya bukan masyarkat desa sing kayak
ganu lah ini udh apa ya peralihan si
dadine yang namanya kerja bakti udah
susah. ya peralihan antara desa ke kota
dibilang kota ya bukan kota dibilang
desa tapi masyarakatnya udh mulai
udah masyarakat kotalah dalam artian
udah sibuk sendiri-sendiri si jadi susah

66

Informan 4

Informan 5

si gerakinnya agak susah.


sebulan sekali, rutin, semua warga pria,
jadi apa ya eehh tidak setempat gitu
jadi semua warga bagian barat ya
melakukan bagian barat kalo di barat
sudah selesai mungkin sini masih
membutuhkan tenaga dari barat juga
kesini gitu.
Oh rutinitas mas, kalau warga sini sudah
diprogram untuk sebulan sekali untuk
minggu pertama kita kerjabakti massal,
kalau wilayah RW 1 itu jadi sudah
diprogram

Lanjutan Tabel 4.9


Subyek
Peneliti
an

Informan 6
Sumber: Data Primer Diolah Tahun 2014

Jawaban
minggu pertama itu kerjabakti massal. Kalau
RW lain belum tau itu, belum ada
kegiatan seperti di RW sini. Rata-rata
sudah semarak, dalam arti kerjabaktine
ada, siskamling rutinitas.
sebulan sekali rutin

Tabel 4.9 dapat diketahui bahwa lima informan (BKM, RT, RW,
Karang Taruna, Rukun Kematian) menyebutkan bahwa kerja bakti
bersama rutin dilakkukan warga atas kebijakan masing-masing RT dan
RW dan bersifat insidental, sedangkan PKK menyebutkan kurang rutin
dilakukan kerjabakti bersama karena kurangnya komunikasi warga.
b. Pelatihan Pengelolaan Sampah
Hasil wawancara mendalam dari informan dapat dilihat pada tabel 4.10.
Tabel 4.10

Matriks Jawaban Informan tentang Pelatihan Pengelolaan


Sampah
Subyek
Peneliti
an
Informan 1

Informan 2

Jawaban
Kalau disini untuk pelatihan pengolahan
sampah belum pernah, paling tingkat
desa itu, paling setahun sepisan
(sekali), masih kurang lah
Kalau seingat saya RT sini RW sini belum
pernah, tapi kalau Kelurahan dulu
pernah ya paling tentang komposting,
komposting pembuatan sampah ehh

67

Informan 3

pembuatan kompos, dulu


Pernah dulu kkn, kkn itu kemaren kkn
unsoed heeh kemaren kan disini kan
ada 2 satu kkn tematik itu buat apa apa
e government apa ya nah yang satu lagi
itu baru sampah itu disana apa daur
ulang lah. Bentuknya ada yang dibuat
kerajinan sampah plastic untuk yang
sampah organik itu buat pupuk tapi
tidak berjalan lama ya maksudnya apa
ya gak sampe sebulan ya lah setelah itu
udah kok enggak ada untuk yang
kerajinan ya untuk yang kerajinan tapi
kalo untuk yang pupuk cair itu ya itu
dibudidayakan disitu dikembangkan
dimana RW 4 itu. Pengelolaan sampah
Bentuknya apa ya itu ya yang
mengeolala itu per RT sudah tapi
swadaya masyarakat sebetulnya tapi
sudah ada yang apa ya bentuknya
kayak gini tiap warga tuh iuran ke situ
ke yang ngelola nah untuk misalnya ya
beli gerobak beli apa dan lain-lain
untuk
operasional
pengangkutan
sampah mungkin sih kayak gitu aja si
pengelolaan sampah.

Lanjutan Tabel 4.10


Subyek
Peneliti
an
Informan 4

Informan 5
Informan 6

Jawaban
Kalau pelatihan kayane belum, karena
dari BKM kelurahan juga dulu hampir2
mau gitu ya mengadakan pelatihan
pembuatan kompos (kenapa ga jadi),
karena kendala dgn biaya apa
seumpanya kita sudah ada pelatihan tp
kedepannya ga ada alat otomatis kita
percuma ada pelatihan gitu .
belum, belum. (kalau penyuluhan Pak?)
penyuluhane sementara belum
itu belum pernah, misalnya yang buat jadi
pupuk itu ya belum pernah.

Sumber: Data Primer Diolah Tahun 2014

Tabel 4.10 dapat diketahui bahwa tiga informan (PKK, BKM,


Karang Taruna) menyebutkan bahwa pernah dilaksanakan pelatihan
pengelolaan sampah dari KKN tematik tingkat Kelurahan mengenai
ketrampilan membuat kerajinan bunga dari tas kresek, plastik dan
pembuatan pupuk kompos. Sedangkan informan lainnya (RT, RW, Rukun

68

Kematian)

menyebutkan

belum

pernah

dilaksanakan

pelatihan

pengelolaan sampah karena kendala biaya dan alat.


c. Kontribusi Sektor Perdagangan Dalam Pengelolaan Sampah
Hasil wawancara mendalam dari informan dapat dilihat pada tabel 4.11.
Tabel 4.11

Matriks Jawaban Informan tentang Kontribusi Sektor


Perdagangan Dalam Pengelolaan Sampah
Subyek
Pen
eliti
an
Informa
n1

Informa
n2

Informa
n3

Jawaban

Ya paling anu, hanya memberikan hanya


sebatas ibarate ngupaih kas gitu ya, kan
setiap hari bikin sampah, nah setiap
hari kan ada yang ngangkutin, paling
bulanan iya kaya semacam itu. Lah itu
macem-macem mas, misalnya saya ya
sebelum menjadi koordinator disini
sebulannya itu 7.500, tapi kalau di
lingkungan sini malah lebih murah
lagi, Cuma 6.000 sebulan padahal
setiap hari sampah ada.
Belum ada, hanya menyediakan tempat
sampah dan ada retribusi sampah,
karena Perda-nya sendiri ada dalam
artian siapa yang buang sampah ada
retribusinya.
Oh iya ditarikin heeh tapi biasanya dia
pribadi lo. Kalo gak salah si 10.000 apa
ya setiap bulan heeh 10.000 kalo gak
salah. Mereka itu membawa sampah
mereka masing-

Lanjutan Tabel 4.11


Subyek
Pen
eliti
an
Informa
n 4

Informa
n 5

Jawaban

masing untuk yang disini dibawa kesana di


bawa kemana bak sampah itu TPS itu
Kalau yg dagang-dagang itu paling ya kita
tekankan ya kaya kemarin itu kita
kembali lagi ke alam, kaya bungkus2
kita kembali lagi ke daun, daun
apa..pisang.
ya mayoritas kalau disini dagang, ya
semua yang dijualbelikan disini ya
sampah-sampah anorganik itu. Orang
sini juga banyak pemulung juga,
banyak sekali sini pemulung mas,
mungkin kita daripada kerja ga

69

Informa
n 6

menentu mending kerja jadi pemulung


setiap hari dapet, banyak sekali sini
mayoritas,
ada
yang
sifatnya
sampingan ada yang sifatnya itu buat
utama, ehh kita buruh bangunan kan
berangkat jam setengah 8, kalau mau
memulung berangkat 4 pagi sampai
jam 6 kan itu sudah dapet buat
sampingan buat tambahan.
ya seperti masyarakat umumnya, tarif
pembiayaannya lebih besar karena
volumenya lebih besar.

Sumber: Data Diolah Tahun 2014

Tabel 4.11 dapat diketahui bahwa empat informan (PKK, BKM,


Karang Taruna, Rukun Kematian) menyebutkan kontribusi yang
dilakukan sektor perdagangan di Kelurahan Grendeng adalah
menyediakan tempat sampah dan membayar retribusi sesuai dengan
Perda yaitu setiap yang membuang sampah maka dikenakan retribusi.
Sedangkan menurut RT dan RW menyebutkan bahwa untuk ditekankan
kembali ke alam seperti menggunakan daun pisang dan jual beli
sampah.
d. Kontribusi Warga Pendatang dalam Pengelolaan Sampah
Hasil wawancara mendalam dari informan dapat dilihat pada tabel 4.12.
Tabel 4.12

Matriks Jawaban Informan tentang Kontribusi Warga


Pendatang dalam Pengelolaan Sampah

Subyek
Peneliti
an
Informan 1

Jawaban
Mahasiswanya
paling-paling
bikin
sampah, belum ada pengelolaan
sampah, nah kalau mahasiswa disini
yang belum ada tuan rumahnya
memang disini dimintai retribusi, tapi
ga tau kalau di wilayah lain, mungkin
ya
sama,
ya
juga
namanya
bersosialisasi hidup di tengah

Lanjutan Tabel 4.12


Subyek
Peneliti

Jawaban

70

an

Informan 2
Informan 3

Informan 4

Informan 5

Informan 6

masyarakat kalau ikut dengan masyarakat


setempat kegiatan apapun kan nyaman
Belum ada, belum ada, mahasiswa belum
ada.
: Aduh mahasiswa ya belum belum ada
kayaknya belum ada kontribusi apapun
ya paling kemarin tok itu KKN juga
karena KKN cuma kalo dari
mahasiswa ya itu apa kalo untuk
sekarang yah kalau dulu si sering yang
namanya
kita
kerjasama
sama
mahasiswa itu eeh mahasiswa itu
otomatis keluar kalo ada kerja bakti
atau apalah kalo sekarang gak diajak
juga atau bahkan diajakpun gak turun.
Kayanya ga ada (paling dari mahasiswa
dari Kesmas yang bikin bank sampah
itu ya pak) iya heeh paling itu, itupun
sebenarnya dulu sini udah pernah ada
bank sampah cuman dulu tata caranya
beda gitu dgn bank sampah yg
sekarang,
kalo
dulu
sistemnya
langsung dijual ke babeh ga lewat bank
sampah tp skrg kita buat agen sendri
ditampung ke banks sampah baru ke
babeh (dri mahsswa sendiri pernah
melakukan penyuluhan ngasih sesuatu
tentang pengolahan sampah) dari
kesmas kemarin itu ? heeh dari
kesmas ada cara pemilahan sampah,
dari sampah yg eee masih bisa
digunakan utk didaurg ulang dan
hampir semua PKK di RW1 sudah ee
sudah apa dikasih pelatihan itu.
kalau dari mahasiswa kotribusinya ya alatalat, semuanya dari mahasiswa,
perlengkapan-perlengkapan dari bukubuku tabungan dan sebagainya itu dari
mahasiswa semua. Jadi kita cuma jalan
tok
belum ada, belum. (Kalau semacam KKN
itu gimana Pak?) ya pernah itu KKN
tahun berapa ya,tapi ga ada tindak
lanjut hanya sekedar teoritis apa ya.
(KKN kemarin tentang apa Pak) Ya
tentang pemanfaatan sampah

Sumber: Data Primer Diolah Tahun 2014

Tabel 4.12 dapat diketahui bahwa empat informan (Karang Taruna,


RT, RW, Rukun Kematian) menyebutkan kontribusi warga pendatang di
Kelurahan Grendeng adalah KKN Tematik, pendirian bank sampah dari
mahasiswa sekaligus penyuluhan tentang pemilahan sampah dan

71

pengadaan perlengkapan seperti buku tabungan. Sedangkan PKK dan


BKM menyebutkan belum ada kontribusi dari warga pendatang
melainkan hanya membayar retribusi.

7. Hasil Wawancara mengenai Pelayanan dan Kualitas Sistem Pengelolaan


Pelayanan dan kualitas sistem pengelolaan merupakan aspek yang
sangat penting dalam mewujudkan Desa Mandiri Sampah. Pelayanan dan
kualitas sistem pengelolaan dalam penelitian ini meliputi peran
Pemerintah Desa dalam Pengadaan prasarana dan sarana, sistem
pengelolaan di Kelurahan Grendeng, kecukupan TPS untuk menampung
volume sampah di Kelurahan Grendeng, penambahan TPS di Kelurahan
Grendeng.
a. Peran Pemerintah Desa dalam Pengadaan Prasarana dan Sarana
Pengelolaan Sampah
Hasil wawancara mendalam dari informan dapat dilihat pada tabel 4.13.
Tabel 4.13 Matriks Jawaban Informan tentang Peran Pemerintah Desa
dalam Pengadaan Prasarana dan Sarana Pengelolaan
Sampah
Subyek
Peneliti
an
Informan 1

Informan 2

Jawaban
Paling ini mengadakan gerobak-gerobak
sampah, kadang ada yang melalui
PNPM ada, kemudian tempat untuk
menampung kaya disitu itu kan
termasuk salah satu upaya dari
Pemerintah Desa supaya ga mambrahmambrah supaya petugas sampah
ngambili kan gampang
Maksudnya
sarana
prasarana
persampahan? Ada sih tapi kan tidak
full sedang kita hanya swadaya sendiri,

72

Informan 3

dulu kita ada mekanisme melalui


PNPM, bantuan dari Dinas terkait,
Dinas Cipta Karya, desa lho
maksudnya dari Pemerintah Desa,
kadang masyarakat orang-orangnya
sendiri, entah itu gerobak, tempat
sampah, bukan berarti full dari
pemerintah.
Pengadaannya paling apa si paling
gerobak sampah aja ya udah ya itu saja
ya heeh gak ada yang lain sih. Enggak
enggak keliatan si tapi enggak ada.
Enggak ada juga, karena menurut kita
juga ya menurut para ibu juga ya yang
maksdunya yang mengelola sampah
adanya organik dan anorganik juga
kurang kurang apa kurang bermanfaat
karena kayak gini pun nantinya kalo
dibuang ke TPS kan dijadiin satu lagi
jadinya kan itu gak ada pemisahan
masyarakatpun buang biasanya kayak
dulu ada tempat sampah disini itu
malah hilang enggak tau kemana, ya
kayak gitu lah.

Lanjutan Tabel 4.13


Subyek
Peneliti
an
Informan 4

Jawaban
ooo kalo itu, ya udah ya kaya tadilah . jadi
kalo kita meminta baru mereka bisa
memfasilitasi. Jadi tidak mereka terus
memberi dengan inisiatif sendiri
mencari dana, kita membangun eee
tempat sampah komunal disuatu tempat
atau dimana, itu ga pernah ada. Jadi
kalo bawah minta atas baru ngasih gitu.
(sarana prasarana apa aja yang pernah
diminta) paling tempat sampah aja sih,
jadi kalo sekarang kan mungkin
melihat sampah ditaruh diplastik, kalo
hujan basah, kalo ada tempat sampah si
lebih enak tertutup (ga bau ya pak)
heeh ga bau, satu ga bau, dua ayam ga
mungkin bisa ngacak ngacak gitu,
hehehe. (selain tmpt sampah dari
pemerintah desa) yaa mungkin masalah
pembuangan pengamiblan sampah sih
dari dinas ehem cipta karya lewat
kelurahan hanya mengambil sampah di
lingkungan sini. (yg ngangkutin
sampah siapa pak) ada sih depan, tp
lagi aaaa, ada..warga sendiri. Jadi kita
masing2 RT punya tim, tim kebersihan
khusus ngangkutin sampah 2 org,
heeh. Untuk jasa kita kan dari msg2

73

waargangasih kontribusi 5rb satu


bulan.
kalau sementara ini sarana dan prasarana
sementara memang belum ada sih.
Wong ini kan kemarin kita kesana, itu
tolong Pak Lurah itu kan saya butuh
sekali alat timbang dan alat angkut dan
gerobak saya sudah mengajukan ko
lama banget tidak keluar-keluar,
bagaimana biar barang tersebut kita
secepatnya bisa menerima lah, karena
saya butuh banget. Saya menekan
kepada Pak Lurah itu, oh ya saya
usahakan insyaallah-insyaallah. (jadi
dari sini harus minta keatas gitu?) ya
harus kaya gitu. (kalau ga minta?)
otomatis ga ada, istilahnya apa tidak
kepedulian dari atasan sendiri. Kalau
kita apa namanya saya seneng
organisasi, saya ada 7 rekan itu bekerja
di lingkungan sosial. Karena terus
terang saja ya, kalau ga seperti itu siapa
yang ngurusin di wilayah kita kan
seperti itu, padahal orang yang seperti
PNS, orang yang sudah kerjanya enak
itu tidak peduli sama sekali kan kaya
gitu, eh kaya sepeti saya itu bukannya
sombong kita apa kerjanya buruh
harian bangunan, berangkat pagi
pulang sore, hari Minggu seharusnya
buat istirahat, tapi hari Minggu kita full
itu kegiatan bank sampah itu, keliling
itu pokoknya dari jam setengah 8
sampai jam setengah 2 lah.
itu hanya sekedar fasilitator tok artinya
untuk mengkondisikan sampah dibuang
ke TPA gitu lho seperti itu tok biar
masyarakat hidup bersih tapi untuk
pemanfaatan sampahnya ga tersentuh.

Informan 5

Informan 6

Sumber: Data Primer Diolah Tahun 2014

Tabel 4.13 dapat diketahui bahwa lima informan (PKK, BKM,


Karang Taruna, RT, Rukun Kematian) menyebutkan bahwa peran
Pemerintah Desa dalam pengadaan prasarana dan sarana pengelolaan
sampah adalah sebagai fasilitator perlengkapan pengelolaan sampah
seperti gerobak sampah, tempat sampah, modul pelatihan ke Pemerintah
Daerah, PNPM, Dinas Cipta Karya namun tidak full bantuan dari
Pemerintah

melainkan

ada

sebagian

dari

swadaya

masyarakat.

74

Sedangkan menurut RW menyebutkan bahwa belum ada peran dari


Pemerintah Desa dalam pengadaan prasarana dan sarana pengelolaan
sampah karena sudah mengajukan peralatan namun belum turun.
b. Sistem Pengelolaan Sampah di Kelurahan Grendeng
Hasil wawancara mendalam dari informan dapat dilihat pada tabel 4.14
Tabel 4.14

Matriks Jawaban Informan mengenai Sistem Pengelolaan


Sampah di Kelurahan Grendeng
Subyek
Peneliti
an
Informan 1

Informan 2

Informan 3

Jawaban
Disini itu tadi, setiap harinya sampah itu
pokoknya
setiap
masing-masing
keluarga udah menyiapkan tempat
sampah, nanti setiap pagi jam 5
petugasnya
sudah datang terus
langsung dibawa ke TPS, jadi TPS-nya
di sebelah situ, ya kegiatannya baru
sampai situ tok, jadi sampah dari
rumah tangga oleh petugas sampah
dikumpulin di tempat sampah nanti
sekitar jam 9an mobil sampah ambil
disitu bawa ke TPA sana mungkin. Jadi
kalau pagi banyak gerobak-gerobak
sampah menuju ke tempat sampah
sana, tapi kalau sore kan sudah ga ada
sampah lagi, berarti kan aktivitasnya
rutin kan ya, kalau mandeg satu hari
lah numpuknya luar biasa.
Konvensional mas, kebetulan di RW saya
juga pengurus RW, itu di RW saya dan
mayoritas kebanyakan RT di Kelurahan
Grendeng itu mereka pihak petugas
sampah yang rutin nariki sampah setiap
hari dimasukkan ke TPS, RT kami aja
ada petugasnya, nanti petugasnya
narik-narik dimasukkan ke TPS, kita ya
berlangganan bahkan pengurus masingmasing
pengurus
RT
sudah
mengenakan biaya untuk perumahan
satu rumah berapa tapi kan yang
dimaksud gini ongkos buang sampah,
mereka pagi-pagi nariki sampah kan ga
setiap orang mau kan, berapa kalau di
RW sini koordinasi. Kalau sebelum
dibuang ke TPS itu belum ada
pemilahan karena kesadaran mas.
Menurut para ibu juga ya yang maksdunya
yang mengelola sampah adanya

75

organik dan anorganik juga kurang


kurang apa kurang bermanfaat karena
kayak gini pun nantinya kalo dibuang
ke tps kan dijadiin satu lagi jadinya kan
itu gak ada pemisahan masyarakatpun
buang biasanya kayak dulu ada tempat
sampah disini itu malah

Lanjutan Tabel 4.14


Subyek
Peneliti
an
Informan 4

Informan 5

Informan 6

Jawaban
hilang enggak tau kemana, ya kayak gitu
lah.
Disini itu tadi, setiap harinya sampah itu
pokoknya
setiap
masing-masing
keluarga udah menyiapkan tempat
sampah, nanti setiap pagi jam 5
petugasnya
sudah datang terus
langsung dibawa ke TPA, jadi TPA-nya
di sebelah situ, ya kegiatannya baru
sampai situ tok, jadi sampah dari
rumah tangga oleh petugas sampah
dikumpulin di tempat sampah nanti
sekitar jam 9an mobil sampah ambil
disitu bawa ke TPA sana mungkin. Jadi
kalau pagi banyak gerobak-gerobak
sampah menuju ke tempat sampah
sana, tapi kalau sore kan sudah ga ada
sampah lagi, berarti kan aktivitasnya
rutin kan ya, kalau mandeg satu hari
lah numpuknya luar biasa.
sampah anorganik kan masih bisa
dikumpulkan masih laku dijual gitu
buat nambah kesejahteraan. Kalau
sampah organik sendiri sementara
masih dibuang ke TPA, lha itu caranya
warga sendiri kalau mbuang ada
petugasnya, terus kita mbayar ke
petugasnya gitu.
oh itu lancar sih mas, itu dilakukan oleh
apa itu organisasi sosial.(ada pemilahan
ga Pak?) oh ga, masih tercampur

Sumber: Data Primer Diolah Tahun 2014

Tabel 4.14 dapat diketahui bahwa lima informan (PKK, BKM, RT,
RW, Rukun Kematian) menyebutkan bahwa sistem pengelolaan sampah
di Kelurahan Grendeng adalah konvensional yaitu sampah rumah
tangga diangkut oleh petugas sampah ke TPS setiap jam 5 pagi
kemudian diangkut oleh mobil Dinas Cipta Karya ke TPA sekitar jam 9
pagi sehingga sampah tidak menumpuk, namun belum ada pengolahan

76

dan

pemilahan

sampah.

Sedangkan

menurut

Karang

Taruna

menyebutkan bahwa pengelolaan sampah kurang bermanfaat.


c. Kecukupan TPS untuk Menampung Volume Sampah Kelurahan
Grendeng
Hasil wawancara mendalam dari informan dapat dilihat pada tabel 4.15.

Tabel 4.15

Matriks Jawaban Informan mengenai Kecukupan TPS


untuk Menampung Volume Sampah Kelurahan Grendeng

Subyek
Peneliti
an
Informan 1

Informan 2
Informan 3

Informan 4

Informan 5
Informan 6

Jawaban
Kalau dulu sebelum padat orangnya
sementara cukup, tapi sekarang tidak
cukup buktinya satu hari saja begitu
numpuk, nah sekali ga diangkut dah
numpuknya akeh banget, hehee. Jadi
menurut saya sudah kurang itu segitu
iya.
Cukup, kalau TPS cukup, setiap hari kan
mesti diambil.
Cukuplah cukuplah heeh dibilang cukup
ya cukuplah gak gak mluber kok.
Diangkut setiap sore setiap sore. Itu
apa tuh namanya lingkungan hidup apa
ya Dinas Lingkungan Hidup heeh."
Untuk satu kelurahan ? engga, ga cukup.
Kita jg pernah ngajuin ya, ee deket
makam sini, tpai sampai sekarang ga,
ga dikasih respon.
Sebenarnya kurang luas, iya kurang luas.
cukup itu. (Belum pernah menumpuk Pak
gitu?) belum, kalau menumpuk ya
repot mas apalagi di Grendeng
sampahnya apa itu sampah rumah
tangga lah, warung makan warung
makan itu

Sumber: Data Primer Diolah Tahun 2014

Tabel 4.15 dapat diketahui bahwa tiga informan (BKM, Karang


Taruna, Rukun Kematian) menyebutkan bahwa TPS cukup untuk
menampung volume sampah di Kelurahan Grendeng karena sampah

77

diambil setiap hari. Sedangkan informan lainnya (PKK, RT, RW)


menyebutkan tidak cukup karena satu hari saja menumpuk.
d. Penambahan TPS di Kelurahan Grendeng
Hasil wawancara mendalam dari informan dapat dilihat pada tabel 4.16.
Tabel 4.16

Matriks Jawaban Informan mengenai Penambahan TPS di


Kelurahan Grendeng
Subyek
Peneliti
an
Informan 1

Informan 2

Jawaban
Kalau menurut saya ya perlu, cuman
wilayah Grendeng itu kan wilayah
padat penduduk, cari tempat dimana,
hehe
Oh ga perlu, analoginya gini mas, masnya
mau ga depannya rumah dikasih TPS?
Masyarakat Grendeng misalkan sini
kasih TPS ga mau, karena disini kan
TPS-nya di kuburan dan dirasa
kebutuhannya pun masih bisa di cover
karena hanya TPS, penimbunan
sementara kan, setiap hari diambil
kecuali dari Cipta Karya satu hari tidak
diambil pun penuh dan itu pun
pemulung sudah banyak kontribusinya.
Kalau kita bicara kontribusi di
persampahan, pemulung sebenarnya
yang banyak

Lanjutan Tabel 4.16


Subyek
Peneliti
an

Informan 3

Jawaban
kontribusi buktinya dia sudah mengambil di
tempat sampah, bahkan penarik
sampah pun sudah membawa sampah
ke TPS, di TPS sudah ada pemulung,
ada mas. Nanti dibawa ke TPA, di TPA
pemulung masih ada lagi. Itu
sebenarnya secara tidak langsung dia
sudah ikut 3R itu, reduce recycle itu,
pemanfaatan ulang, menjual, pemulung
itu justru sebetulnya.
Waduh kalo menurut saya sih enggak si
enggak perlu karena itu aja sudah
cukup kalo menurut saya ya karena
enggak ada luberan sampah sih enggak
enggak nyampe keluar lo masih di
dalam satu kotak itu berarti belum
cuma ya nanti ke depan pasti lah pasti
pasti tambah diperluas karena ya
sekarang semakin banyak lah yang

78

Informan 4

Informan 5

Informan 6

namanya sampah ya.


Ada heeh, harus ada TPA yg terakhir.
(pernah
ada
masalh
sampah
menumpuk) paling pernah juga sih
dulu, karena hari libur mgkin jd kita
tiap hari mbuang, biasanya kan tiap
2hari sekali, lha ini sampai 4 hari baru
diangkut jadi akhirnya membludak
sampai ke bawah itu.
kalau kalau sana telat ngangkutnya dari
Cipta Karya, otomatis ga muat,
makanya dari Cipta Karya harus rutin
itu jangan sampai jam itu tidak dibawa
maksude satu hari misal 2 angkutan,
kalau hanya 1 pasti sana ga muat.
Mungkin sampahnya tambah banyak
apa ya, kalau mungkin kalau mungkin
itu wilayah Grendeng tiap RW-nya
peduli sekali dengan adanya bank
sampah itu mungkin sampahnya jelas
kurang. Kita sosialisasi masuk kesana,
tapi ya kerja sosial ini mencari
orangnya itu susah karena itu kita
kerja, capek nda dapet gaji seperti itu.
itu perlu karena sementara baru 2 sini, di
Kuburan sama di Karang Bawang Jalan
Gunung Muria tapi daerah sini kan
belum ada. Termasuknya lokasinya
juga belum ada

Sumber: Data Primer Diolah Tahun 2014

Tabel 4.16 dapat diketahui bahwa dua informan (BKM, Karang


Taruna) menyebutkan bahwa tidak perlu penambahan TPS karena
sampah diangkut setiap hari. Sedangkan informan lainnya (PKK, RT,
RW, Rukun Kematian) menyebutkan perlu penambahan TPS karena
sampah pernah menumpuk karena tidak diangkut selama 4 hari.
8. Hasil observasi mengenai pelayanan dan kualitas sistem pengelolaan
sampah
Hasil observasi menunjukkan bahwa peran pemerintah dalam
pengadaan prasarana dan sarana adalah sebagai fasilitator yaitu
mengajukan ke pihak Pemerintah Daerah seperti PNPM Perkotaan, Dinas
Cipta Karya. Bentuk prasarana yang diajukan sesuai dengan kebutuhan

79

masyarakat antara lain gerobak sampah. Gerobak sampah tersebut dapat


dilihat pada gambar 4.5.

Gambar 4.5 Gerobak sampah


Sistem pengelolaan sampah yang ada di Kelurahan Grendeng
adalah sistem kumpul-angkut-buang dan belum ada pemilahan sampah
organik dan anorganik. Sampah rumah tangga yang ada dikumpulkan dan
dicampur antara sampah organik dan anorganik karena keterbatasan
sarana tempat pemilahan sampah. Adapun tempat sampah yang digunakan
masyarakat dapat dilihat pada gambar 4.6.

Gambar 4.6 Tempat pembuangan sampah rumah tangga


Hasil observasi mengenai TPS (Tempat Penampungan Sementara)
yang ada di Kelurahan Grendeng menunjukkan bahwa wilayah ini
memiliki dua TPS. TPS (Tempat Penampungan Sementara) yang
disediakan oleh Pemerintah Daerah terletak di Jalan Gunung Slamet dan
Jalan Gunung Muria. TPS (Tempat Penampungan Sementara) Jalan
Gunung Slamet digunakan untuk menampung sampah yang berasal dari

80

RW 1-6, sedangkan TPS (Tempat Penampungan Sementara) Jalan


Gunung Muria digunakan untuk menampung sampah yang berasal dari
RW 7 & 8. Namun TPS tersebut menimbulkan pencemaran lingkungan
seperti bau yang tidak sedap dan saluran air yang tidak jernih.
Petugas pengangkut sampah tingkat RT setiap hari mengangkut
sampah rumah tangga ke TPS (Tempat Penampungan Sampah), kemudian
pengangkutan dari TPS ke TPA oleh truck dump pengangkut sampah dari
Dinas Cipta Karya dilakukan setiap hari sekitar jam 9 pagi. Sehingga
sampah tidak menumpuk dalam keadaan sore harinya. Adapun TPS
(Tempat Penampungan Sementara) di Kelurahan Grendeng dalam
keadaan sore hari dapat dilihat pada gambar 4.7.

Gambar 4.7 TPS Kelurahan Grendeng


9. Hasil Wawancara mengenai Kelembagaan, Peraturan dan Perundangan
Pengelolaan Persampahan.
Kelembagaan sangat penting dalam sistem pengelolaan sampah.
Selain itu peraturan, perundangan dan penegakan hukum pengelolaan
persampahan juga turut serta dalam mewujudkan Desa Mandiri Sampah.
Hal tersebut dalam penelitian ini meliputi bentuk kelembagaan,

81

pemantauan dan evaluasi kelembagaan, peraturan dasar pengelolaan


persampahan, dan sanksi pelanggaran aturan pengelolaan persampahan.
a. Bentuk

Kelembagaan

Pengelolaan

Persampahan

di

Kelurahan

Grendeng
Hasil wawancara mendalam dari informan dapat dilihat pada tabel 4.17.
Tabel 4.17

Matriks Jawaban Informan mengenai Bentuk Kelembagaan


Pengelolaan Persampahan di Kelurahan Grendeng
Subyek
Peneliti
an
Informan 1

Informan 2

Informan 3

Informan 4

Jawaban
Belum ada, ya paling itu ya kalau
kelompok-kelompok tertentu yang
punya kepentingan untuk meraih
keuntungan juga ya. Selain itu RT, RW,
Cipta Karya, PNPM
Lah itu Desa paling-paling mas, terus di
Grendeng Wetan sebenarnya ada itu
semacam tempat sampah apa apa yaa,
temen saya kebetulan yang ngelola,
semacam kaya bank sampah kaya gitu,
ya mulai mengelola dari bawah, cuman
program kaya gitu asalnya dari
mahasiswa juga, bukan mereka yang
karena kesadaran tapi karena ada yang
punya program. DCK juga termasuk
mas, kebetulan saya juga kerja
disanadan RT RW kebetulan saya
pengurusnya ya peduli terhadap
lingkungan itu
Lembaganya lembaganya si mana ya
paling ya Marsudi Layu sama apa itu
aduh namanya apa ya saya gak tau
kurang tau namanya ya cuma kalo
orang-orangnya si tau paham kalo
lembaganya aku gatau. Karena per RT
ya kebijakan sampah itu sama
pengelolaannya itu per RT gak gak
kelompok jadi satu. RW setau saya sih
lebih ke RT ya RW enggak. Pemerintah
desa belum keliatan secara nyata untuk
turun.
oo ini kalo dari BKM juga sih, BKm juga
untuk masalah persampahan siaplah
selalu siap, dari LPMK juga siap
selalu, walaupun ga terjun langsung tp
selalu member arahan. Ya hampirlah,
lembaga yang ada di

82

Lanjutan Tabel 4.17


Subyek
Peneliti
an

Informan 5

Informan 6

Jawaban
kelurahan (lembaganya apa aja) LPMK,
BKM, dengan rukmat, jadi 3 elemen
itu yg selalu menerima masalh sampah.
Rukmat itu utk setiap RW ada. LPMK
itu sekelurahan tp setiap RW ada
wakilnya
Ya lembaga yang ada disini yang peduli ya
RT, RT dan RW (Selain itu Pak? ) ya
mungkin mayoritas RT dan RW atas
dasar mungkin apa itu namanya
pengumuman tentang kebersihan dari
Kelurahan, tapi dari dari Lurahnya
sendiri itu istilahnya nda memikirkan
lah tentang sampahnya bagaimana di
lingkungan Kelurahan lho, malah saya
mengharapkan dengan adanya sampah
sudah terkoordinir kan kita juga butuh
tempat seperti itu, tempat-tempat
penampungan sampah seperti itu baik
organik maupun anorganik, saya butuh
sekali itu padahal, nanti kan kepenak
itu kan. Kalau Rukmat dulunya
memang sini pernah itu, sampah itu
dikoordinir oleh Rukmat, kalau seperti
RW situ masih tuh, RW sana
dikoordinir oleh Rukmat, Rukmat juga
peduli terhadap sampah. Kalau LPMK
itu sifatnya lembaga tertinggi di
Kelurahan,
suka
memerintahmemerintah, suka peduli juga
itu
sebenernya, cuman informasi-informasi
kaya gitu. Kalau BKM disini aktif,
karena saya mantan.
ya itu kemarin baru dirintis bank sampah
itu mas, dari anak-anak Kesmas apa ya,
kebetulan kalau untuk penelitian sih
sudah sering disini dari anak-anak
KKN, untuk skripsi.

Sumber: Data Primer Diolah Tahun 2014

Tabel 4.17 dapat diketahui bahwa lima informan (PKK, BKM,


Karang Taruna, RT, RW) menyebutkan kelembagaan pengelolaan
persampahan di Kelurahan Grendeng adalah swadaya masyarakat,
Pemerintah Desa, RT, RW, Dinas Cipta Karya, Karang Taruna, PKK,
Koperasi Babeh Bank Sampah, PNPM, BKM, Rukun Kematian.

83

Sedangkan Rukum Kematian menyebutkan kelembagaan pengelolaan


sampah adalah mahasiswa.
b. Pemantauan dan Evaluasi Kelembagaan
Hasil wawancara mendalam dari informan dapat dilihat pada tabel 4.18.

Tabel 4.18

Matriks Jawaban Informan mengenai Pemantauan dan


Evaluasi Kelembagaan
Subyek
Peneliti
an
Informan 1

Informan 2
Informan 3

Informan 4

Informan 5
Informan 6
Sumber: Data Diolah Tahun 2014

Jawaban
Ya melakukan evaluasi mas, lha itu pas
pertemuan PKK misalnya kalau kalau
rakor warga selalu dikasih tau pas
pertemuan itu.
Kaitan dengan kebersihan, itu ada
Pemantauan ya mereka yang mengelola
jadi mereka yang memantau otomatis
iya ya karena mereka yang mengelola
ya kalo kalo masyarakat sendiri ya dia
cuma bayar aja udah jadi yang
mengelola udah ada sendiri.
Paling yang melakukan pemantauan
masing-masing Rukmat, apabila ada
kekurangan atau apa, bisa masingmasing Rukmat saling berkoordinasi.
ya itu iya
belum, belum

Tabel 4.18 dapat diketahui bahwa lima informan (PKK, BKM,


Karang Taruna, RT, RW) menyebutkan bahwa kelembagaan melakukan
pemantauan dan evaluasi pengelolaan sampah tergantung manajemen
masing-masing.

Sedangkan Rukun Kematian menyebutkan bahwa

kelembagaan tidak melakukan pemantauan dan evaluasi.


c. Peraturan Dasar Pengelolaan Persampahan
Hasil wawancara mendalam dari informan dapat dilihat pada tabel 4.19.

84

Tabel 4.19

Matriks Jawaban Informan mengenai Peraturan Dasar


Pengelolaan Sampah
Subyek
Peneliti
an
Informan 1

Informan 2

Jawaban
Kalau peraturan secara tertulis sih belum
ada mas. Ya oleh Pemerintah Desa sih
biasanya ada kadang melalui Pak RT,
Pak RW nanti oleh RT RW
disampaikan, RT RW kadang sekaligus
untuk ibu PKKnya. Surat itu isinya
tentang kebersihan lingkungan, tapi
kalau khusus tentang pengolahannya
itu belum ada sih mas
Disini ga ada, kalau pengelolaan daerah
sini ga ada perdes peraturan desa kaya
gitu. Kalau pengelolaan sampah itu,
Undang-Undang
malah,
UndangUndang 18 tahun hehe lupa yaa, tahun
2008 itu Undang-Undang mengenai
persampahan, coba nanti searching aja
Undang-Undangnya, itu sudah diatur
mengenai pengelolaan sampah, jadi
sekarang TPA kan bukan Tempat
Pembuangan Akhir tapi Tempat
Pengolahan Akhir, bukan pembuangan
akhir TPA.

Lanjutan Tabel 4.19


Subyek
Peneliti
an
Informan 3

Informan 4
Informan 5

Jawaban
Enggak ada enggak ada. Nah mungkin
mungkin ya Cuma belum ada yang
namanya apa sosialisasi dari kelurahan
untuk masalah sampah sendiri. Nah
peraturannya berbentuk apa kita belum
ada sosialisasi. Belum.
Untuk sementra kayanya belum ada.
Ga, ga ada. Disini memang setelah
turunnya Perda tentang pembuangan
sampah di tepi-tepi sungai, memang itu
sistemnya ya masih ada, belum total,
kaya dulu belum ada pengumuman kan
masyarakat saking enaknya membuang
sampah tapi kan sekarang sudah
terkoordinir pokoknya mau buang
sampah ke tempat sampah ya monggo,
buang ya tetap kena reming (tarikan),
tidak buang sampah tetap kena tarikan,
sekarang sistemnya kaya gitu, mau ikut
ga mau buang sampah di tepi sungai
silahkan tapi tetep mbayar , ya percuma
lebih baik kita buang sampah di
petugas sampah aja ya seperti itu ikut

85

Informan 6

ga ikut tetap kena bayaran,.


ya belum sampai detail segitu, belum
sampai mungkin karena belum ada
sosialisasi.

Sumber: Data Primer Diolah Tahun 2014

Tabel 4.19 dapat diketahui bahwa dua informan (BKM dan RW)
menyebutkan peraturan khusus yang mengatur pengelolaan sampah
adalah Peraturan Daerah, Undang-Undang No.18 tahun 2008 . Sedangkan
informan lainnya (PKK, Karang Taruna, RT, Rukun Kematian)
menyebutkan tidak ada peraturan yang mengatur pengelolaan sampah
melainkan hanya surat dari Kelurahan mengenai kebersihan lingkungan.
d. Sanksi Pelanggar Aturan Pengelolaan Sampah
Hasil wawancara mendalam dari informan dapat dilihat pada tabel 4.20.
Tabel 4.20

Matriks Jawaban Informan mengenai Sanksi Pelanggar


Aturan Pengelolaan Sampah
Subyek
Peneliti
an
Informan 1

Jawaban
Sementara sanksi belum, mungkin sanksi
moral sementara. Ya kalau orang yang
sering
membuang
sampah
sembarangan kan otomatis oleh
anggota masyarakat lain kan akan
diomel, diomong itu kan otomatis kan
ya jadi bahan pergunjingan lah, ya kan
diomong kemana-mana, kalau sanksi
secara tertulis sih

Lanjutan Tabel 4.20


Subyek
Peneliti
an

Jawaban
atau

Informan 2

sanksi semacam hukuman yang


dikenai sanksi berupa kaya semacam
denda sih belum ada.
Sanksinya itu Undang-Undang itu, disana
itu ada plang dilarang pembuangan,
perda itu, walaupun kalau bukan kitakita yang memperingatkan itu susah,
penegakan perda kan ga mungkin
setiap kali setiap hari ga mungkin. Kita
paling sanksinya normatif anu aja

86

Informan 3

Informan 4

Informan 5

Informan 6
Sumber: Data Primer Diolah Tahun 2014

diomongin, ditegur.
Pelanggarannya Itu kayaknya belum lo
belum ada belum ada sanksi. Adapun
kalo dibuang ke kali misalnya ya
walaupun ada namanya program Kali
Bersih dan apa itu ya hanya sementara
aja si ya. Semakin kesana semakin
ilang. Ya mungkin ditegur ya cuma kan
kadang gak keliatan.. Nah kalo
sekarang sih udah mending ya udah
mulai sadar masalah itu sehingga udah
enggak ke kali ya sekarang ya udah
udah masuk ke bak sampah masingmasing rumah ya bentuknya penarikan
tadi.
Ada, jadi kita kalo membuang sampah
sembarangan. Jadi kita kan sudah ada
ketentuan, membuang sampah harus
pada ee tim sampah gitu kan, tim
kebersihan.
Apabila
membuang
sampah mungkin di pekarangan kosong
atau di pinggir-pinggir kalo dendanya
adalah sekali buang 50 ribu. Misalnya
sehari dua kali buang bisa 100 ribu.
Disini memang setelah turunnya Perda
tentang pembuangan sampah di tepitepi sungai, memang itu sistemnya ya
masih ada, belum total, kaya dulu
belum
ada
pengumuman
kan
masyarakat saking enaknya membuang
sampah tapi kan sekarang sudah
terkoordinir pokoknya mau buang
sampah ke tempat sampah ya monggo,
buang ya tetap kena reming (tarikan),
tidak buang sampah tetap kena tarikan,
sekarang sistemnya kaya gitu, mau ikut
ga mau buang sampah di tepi sungai
silahkan tapi tetep mbayar , ya percuma
lebih baik kita buang sampah di
petugas sampah aja ya seperti itu ikut
ga ikut tetap kena bayaran.
oh ga, ga ada.

Tabel 4.20 dapat diketahui bahwa tiga informan (PKK, Karang


Taruna, Rukun Kematian) menyebutkan bahwa tidak ada sanksi bagi
warga yang melanggar aturan pengelolaan sampah melainkan hanya
teguran dan bahan pergunjingan warga. Sedangkan informan lainnya
(BKM, RT, RW) menyebutkan ada sanksi yaitu dikenakan denda sesuai
ketentuan Undang-Undang.

87

10. Hasil Wawancara mengenai Kemampuan Pembiayaan Pengelolaan


Persampahan
Pembiayaan

merupakan

aspek

yang

sangat

penting

guna

menunjang suatu program. Kemampuan pembiayaan dalam penelitian ini


meliputi sumber pembiayaan, pembiayaan yang dibebankan kepada
warga, alternatif pembiyaan selain iuran retribusi dari warga, peran
Pemerintah Desa dalam sumber pembiayaan pengelolaan persampahan di
Kelurahan Grendeng.
a. Sumber Pembiayaan
Hasil wawancara mendalam dari informan dapat dilihat pada tabel 4.21.
Tabel 4.21

Matriks Jawaban Informan mengenai Sumber Pembiayaan


Subyek
Peneliti
an
Informan 1

Informan 2

Informan 3

Informan 4

Jawaban
Sumbernya sementara dari warga, iuran
dari setiap warga, setiap KK.
Perbulannya itu sekarang 6.000 rupiah,
pengambilannya setiap hari.
Kebanyakan swadaya, jadi masyarakat
sadar
untuk
membuang
pada
tempatnya, paling sadar kan sampah
dibuang pada tempatnya, masyarakat
bayar retribusi kepada petugasnya, jadi
petugas itu mungutin, masukkan ke
TPS, untuk sementara masih seperti
itu.
Swadaya
masyarakat paling heeh.
Pemerintah itu sumber dana nya gak
gak dari sumber dana paling dia hanya
apa ya misalnya gerobak kayak gitu aja
sih. Itupun gak tiap tahun keluar kok
lama lama kita minta sekarang berapa
tahun keluar, jadi mending swadaya.
Pembiayaan apa? Pengolahan sampah ya
kita masing-masing dari warga sih.
Dari Pemerintah Desa ga ada, karena
kalo Kelurahan kita susah sih, utk
mencari dana karena dari Kabupaten
kita hanya di plot 100juta utk tahun .
itu udh utk biaya perawatan gedung,
gaji karyawan, susahnya disitu.

88

Informan 5

Informan 6
Sumber: Data Primer Diolah Tahun 2014

Tabel

4.21

dapat

kalau sumber pembiayaan sementara dari


Kesmas itu, sementara. Kalau kalau
petugas sampah ya dari masyarakat
sendiri, swadaya.
dari masyarakat tok iya

diketahui

bahwa

semua

Lembaga

Kemasyarakatan menyebutkan bahwa sumber pembiayaan pengelolaan


sampah di Kelurahan Grendeng berasal dari swadaya masyarakat,
sedangkan Pemerintah Desa tidak ada karena alokasi anggaran untuk
biaya perawatan gedung, gaji karyawan dan hanya menyediakan gerobak
sampah.
b. Pembiayaan Dibebankan kepada Warga
Hasil wawancara mendalam dari informan dapat dilihat pada tabel 4.22.
Tabel 4.22

Matriks Jawaban Informan mengenai Pembiayaan yang


Dibebankan kepada Warga
Subyek
Peneliti
an
Informan 1

Informan 2

Jawaban
Kalau selama ini sih belum ada yang
mengeluh ya mas, lha wong ini kan
buat kebersihan rumah tangga juga
hehe, jadi ya mau ga mau warga
masyarakat harus itu.
Biasanya pengalaman kami, kita adakan
audiensi dulu dengan warga, misalkan
yang mengadakan pengurus RT, kami
cerita kronologis disini kan kenapa
sampai ada pembayaran retribusi kaya
gitu, disini itu dulu tidak ada penarik
sampah, orang membuang sampah
sembarangan, ada yang ikut ke RW
sebelah kesana kan, lha kita tementemen pengurus RT yaudah kita aja
adakan sendiri, kemudian dirembug
satu rumah berapa lah, sekiranya
ongkos capeknya lah, orang kerja
setiap pagi, setiap hari lho pagi-pagi
udah narik sampah seperti itu setelah
diputuskan oke dengan masyarakat,
kebanyakan kasus kaya gitu di
masyarakat,
biasanya
dengan

89

Informan 3

Informan 4

Informan 5

Informan 6
Sumber: Data Primer Diolah Tahun 2014

Tabel

4.22

dapat

perantaraan kalau kita bicara pengurus,


itu pengurus RT. jadi ga kita matok
segini nda, jadi kita ngomong dulu ada
unsur kemanusiaan. Jadi belum ada
yang mengeluh, karena sudah melewati
rembugan dulu sih.
Belum ada sih belum ada keluhan. Ya
karena penarikannya rutin heeh jadi ya
cukup untuk pengelola ya kinerja nya
cukup bagus lah karena enggak pernah
yang namanya kita bak sampah itu
sampe belum ditarik enggak pasti tiap
pagi itu udah pasti kosong. Enggak
enggak.
Kayanya ga, karena kita sblm menentukan
nominalnya, kita ka nada pertemuan,
sebulan sekali. Jd kita utk sampah
mampunya berapa kira2 ya. Kita
tawarkna warga2 ya tengah2 lah ga
terlalu besar dan ga terlalu kecil yg
penting bisa menutup utk yg buang
sampah dan dan cadangan untuk
sewaktu-waktu alatnya rusak atau apa.
Kayaknya tah sementara ini ga ada tentang
sampah itu, karena disini dibikin
seperti itu sih ya, dibikin ga merata lah,
modal sukarela.
Oh belum ada, belum ada

diketahui

bahwa

semua

Lembaga

Kemasyarakatan menyebutkan mengenai pembiayaan yang dibebankan


kepada warga adalah warga belum ada yang mengeluh karena retribusi
ditentukan melalui audiensi dan keputusan bersama masyarakat serta
kesadaran warga membuang banyak sampah.
c. Alternatif Pembiayaan selain Iuran Retribusi dari Warga
Hasil wawancara mendalam dari informan dapat dilihat pada tabel 4.23.
Tabel 4.23 Matriks Jawaban Informan mengenai Alternatif Pembiayaan
selain Iuran Retribusi dari Warga
Subyek
Peneliti
an
Informan 1

Jawaban
Sementara itu memang, murni bener-bener
dari swadaya ya. Paling kalau warga
masyarakat mengajukan ke PNPM
misalnya pengajuan dalam bentuk

90

Informan 2

Informan 3
Informan 4

Informan 5

Informan 6

gerobak gitu.
Oh iya, pemerintah kan menyediakan
sarana TPS dan pengangkutan,
pemerintah
kan
Pemda
kan
menyediakan seperti itu, itu untuk
bicara kelas Desa Kelurahan kan hanya
seperti itu, panjenengan kan bicara soal
pengelolaan sampah, nah seperti itu.
Kita masih konvensional, kumpulkan
uang, pindahkan masalah disini ke TPA
kan hehee, biayanya ya swadaya
masyarakat dan Pemerintah Daerah.
setau saya murni dari swadaya masyarakat
mas
Sementara itu memang, murni bener-bener
dari swadaya ya. Paling kalau warga
masyarakat mengajukan ke PNPM
misalnya pengajuan dalam bentuk
gerobak gitu.
Kalau sumber pembiayaan sementara dari
Kesmas itu, sementara. Kalau kalau
petugas sampah ya dari masyarakat
sendiri, swadaya.
ya itu tok, ya mungkin dari APBD untuk
pendistribusian apa itu untuk alat
angkutnya.

Sumber: Data Primer Diolah Tahun 2014

Tabel 4.23 dapat diketahui bahwa tiga informan (Rukun Kematian,


RW, BKM) menyebutkan bahwa alternatif pembiayaan selain dari iuran
warga adalah berasal dari mahasiswa, subsidi Pemerintah Daerah
(APBD) jika warga mengajukan misalnya gerobak melalui PNPM.
Sedangkan informan lainnya (PKK, Karang Taruna, RT) menyebutkan
bahwa tidak ada alternatif pembiayaan selain dari swadaya masyarakat.
d. Peran Pemerintah Desa dalam Sumber Pembiayaan
Hasil wawancara mendalam dari informan dapat dilihat pada tabel 4.24.
Tabel 4.24 Matriks Jawaban Informan mengenai Peran Pemerintah Desa
dalam Sumber Pembiayaan
Subyek
Peneliti
an
Informan 1

Jawaban
Untuk pengelolaan sampah selain dari
warga kalau dari pemerintah belum ada

91

Informan 2

Informan 3
Informan 4

Informan 5
Informan 6
Sumber: Data Primer Diolah Tahun 2014

Tabel

4.24

dapat

anggaran khusus untuk pengelolaan


sampah.
Kalau Pemerintah Desa belum anggaran
khusus lho ya, paling ya dari swadaya
dan Pemerintah Daerah mas lah itu
untuk
pengadaan
TPS
dan
pengangkutannya.
Setau saya tidak. Enggak ada. Iya
penyediaan sarana prasarana itu aja
sulit.
Untuk pengelolaan sampah selain dari
warga kalau dari pemerintah belum ada
anggaran khusus untuk pengelolaan
sampah
Ya ga ga, ga pernah ada bantuan sama
sekali. (Ga ada alokasi khusus?) ga ada
ga ada.
belum ada

diketahui

bahwa

semua

Lembaga

Kemasyarakatan menyebutkan bahwa belum ada peran Pemerintah Desa


dalam sumber pembiayaan pengelolaan sampah melainkan hanya berasal
dari swadaya masyarakat, dan hanya menyediakan sarana dan prasarana.
11. Hasil Wawancara mengenai Persepsi Desa Mandiri Sampah
Persepsi kelompok swadaya masyarakat mengenai Desa Mandiri
Sampah dalam penelitian ini digunakan menggambarkan pengetahuan
kelompok masyarakat serta kesiapan kelompok swadaya masyarakat
untuk mendampingi masyarakat membentuk Desa Mandiri Sampah.
a. Definisi Desa Mandiri Sampah
Hasil wawancara mendalam dari informan dapat dilihat pada tabel 4.25
Tabel 4.25 Matriks Jawaban Informan mengenai Persepsi Kelompok
Swadaya Masyarakat mengenai Desa Mandiri Sampah
Subyek
Peneliti
an

Jawaban

92

Informan 1

Desa tersebut warganya itu peduli


terhadap sampah sehingga kalau dia
itu mau membuang sampah itu ya dia
harus istilahnya apa ya kalau mau
membuang sampah ya dipilah-pilah
dulu mana yang patut dibuang mana
yang patut di daur ulang sehingga
nanti kalau masuk ke pengepul sampah
sudah masing-masing jadi warga
masyarakatnya
punya
kesadaran
terhadap sampah.
Informan 2
Desa yang bisa mengelola sampahnya, dia
tidak membuang sampah ke TPA
sampai taraf yang minimum
Informan 3
Desa mandiri sampah maksudnya itu kan
untuk pengelolaan dan semuanya kan
sampah dikelola oleh desa gitu kan satu
desa itu kan jadi baik apa namanya
pengelolaan misalnya misalnya itu
eeeh tadi sampah organik dan
semuanya dikumpulkan sendiri intinya
tidak dibuang ke TPA gitu kan.
Informan 4
Segala permasalahan persampahan mereka
kelola sendiri jadi tanpa ikut campur
dari pemerintah mungkin.
Informan 5
kalau gambaran aku ya itu peduli sangat
banget dengan sampah itu, misalnya
dari cara menampungnya sebelum ke
TPA itu ada tempat khusus, dan kalau
bisa dikoordinir oleh satu Kelurahan
Grendeng dan dipantau oleh wilayah
Grendeng itu benar-benar memantau
Informan 6
ya mungkin pertama kosepnya yang jelas
seperti apa, yang kedua ditunjang
sarana
prasarana,
ketiganya
pemahaman masyarakat.
Sumber : Data Primer Diolah Tahun 2014

Tabel

2.25

dapat

diketahui

bahwa

semua

Lembaga

Kemasyarakatan menyebutkan bahwa Desa Mandiri Sampah adalah


Desa yang terkoordinir dan peduli terhadap pengelolaan sampah tanpa
campur tangan Pemerintah serta ditunjang dengan sarana prasarana dan
pemahaman masyarakat.
12. Hasil wawancara mengenai Persepsi jika Kelurahan Grendeng dijadikan
sebagai Desa Mandiri Sampah

93

a. Persepsi mengenai peran aktif masyarakat yang ada terhadap Desa


Mandiri Sampah
Hasil wawancara mendalam dari informan dapat dilihat pada tabel 4.26
Tabel 4.26

Matriks Jawaban Informan mengenai Persepsi mengenai


peran aktif masyarakat yang ada terhadap Desa Mandiri
Sampah
Subyek
Peneliti
an
Informan 1

Informan 2

Informan 3

Jawaban
Kalau kesadarannya masih sekarang ini
menurut saya belum, tapi kalau
kesadarannya caranya dididik, yang
namanya manusia kan di sekolaih disit
lah iyaa, bagaimana caranya supaya
sadar, bagaimana caranya supaya
peduli. Kalau itu sudah muncul sekian
persen, mungkin bisa untuk digiring,
dibimbing sehingga bisa membentuk
apa itu desa mandiri sampah.
Sebenernya kalau bicara Grendeng
sebenernya bisa, cuman karena
kesadarannya itu yang kurang nggih,
contohya disini lho pengepul-pengepul
banyak sebenarnya, tapi kalau saya liat
ya mas, ini opini pribadi Grendeng ini
masih heterogen jadi baik tingkat
pendidikan, kesejahteraan kan sangat
berpengaruh, mungkin kalau di desa
yang
pekerjaan
hampir
sama,
kesejahteraannya
hampir
sama
mungkin ya lebih penak
bagus sih tapi kalo disini diterapkan
kayaknya ya aduh butuh waktu ya lama
lagi lama pasti itu karena kayak gini
untuk
sampah
aja
disini
permasalahannya adalah regenerasi
dari pengurus sampahnya. Jadi bentuk
regenerasi jadi kayak gini lo untuk
sampai saat ini yang mengelola sampah
ya masih orang orang itu aja bahkan
sampai udah tua gitu jadi yang muda
muda itu gak mau ngurusin sampah.
Naah heeh itu aja sendirian.
Kalo setuju si setuju ya setuju setuju tapi
sapa yang mau ngebimbing kayak gitu
lo kadang bimbingan itu hanya berlaku
ya sementara waktu si apapun program
ya baik dari lppm unsud yang turun
sendiri itu atau kkn atau apapun lah
pasti cuma sementara ya paling sebulan
paling lama yaudah.

94

Informan 4
Informan 5

Kalo saya sih optimis mampu.


kalau wilayah sini wilayah Grendeng
Timur kemungkinan masih bisa, jadi
wilayah sebelah Timur, tapi kalau
untuk wilayah kesana kayaknya susah
karena orangnya sekarang itu apa ya
tempatnya, kalau di wilayah sana susah
tempatnya. (Tapi kalau diterapkan
disini bapak setuju ga Pak?) kalau
wilayah sini insyaallah bisa.
(kalau melihat rutinitas wilayah sini Pak
misalkan
menggunakan
kembali
sampah seperti yang Bapak tadi
jelaskan terus mengurangi sampah
menurut Bapak mampu ga untuk
membentuk Desa Mandiri Sampah?
Kalau disini saya sendirian ya ga
mungkin mampu, istilahnya perlu
didampingi oleh Pemerintah Kelurahan
sendiri. Itu harusnya ada dari lembagalembaga yang lain. (kalau
misal
rutinitas yang dilakukan sini kira-kira
mampu ga Pak?) kalau daerah sini
insyaallah mampu, yang penting yang
jelas alokasi, alokasinya ada pasti
insyaallah bisa. Alokasi dan alat untuk
membikin pupuk, sama setelah
membuat
pupuk
pemasarannya
gimana.

Lanjutan Tabel 4.26


Subyek
Peneliti
an
Informan 6

Jawaban
Oh itu sangat bisa itu. Sebetulnya yang
perlu banget RW lain itu yang padat
penduduk.

Sumber: Data Diolah Tahun 2014

Tabel 4.26 dapat diketahui bahwa lima informan (BKM, Karang


Taruna, RT, RW, Rukun Kematian) menyebutkan bahwa persepsi
mengenai peran aktif masyarakat yang ada terhadap Desa Mandiri
Sampah adalah mampu untuk membentuk Desa Mandiri Sampah
namun perlu pendampingan dari Pemerintah, alokasi khusus serta
kesadaran masyarakat. Sedangkan menurut PKK menyebutkan belum

95

mampu untuk memberntuk Desa Mandiri Sampah karena kesadaran


masyarakat belum muncul.
b. Persepsi mengenai faktor pelayanan dan kualitas sistem pengelolaan
sampah yang ada terhadap Desa Mandiri Sampah
Hasil wawancara mendalam terhadap informan dapat dilihat pada
Tabel 4.27
Tabel 4.27

Matriks Jawaban Informan mengenai Persepsi mengenai


faktor pelayanan dan kualitas sistem pengelolaan sampah
yang ada terhadap Desa Mandiri Sampah

Subyek
Peneliti
an
Informan 1

Informan 2
Informan 3

Jawaban
kalau sekarang menurut saya belum, antara
lain untuk sampah-sampah rumah
tangga itu, pemilahannya itu setiap hari
kan ada sampah ya, itu masih tempat
sampah yang untuk menampung itu di
keluarga itu masih kurang, belum
semua keluarga memiliki tempat
sampah khusus
Saya rasa belum, ya belum, masih kurang
Saat ini ya masih jauh mungkin untuk
mencapai desa mandiri sampah. Kalo
dibilang menghambat ya gimana ya
gak menghambat juga karena mereka
juga tau kalo dibilang mendukung ya
gak
mendukung
juga
belum
mendukung lah masih jauh masih di
tengah-tengah. Kalo tertib membuang
sampah sudah tertib itungannya tertib
karena apa karena udah dibuang gak
sembarang tempat sekarang. Sekarang
kali itu apa sungai sungai udah

Lanjutan Tabel 4.27


Subyek
Peneliti
an

Jawaban
kosonglah dari sampah untuk orang sini
karena udah gak buang di sungai lagi.
Kesadarannya udah mulai udah
dibuang ke bak sampah masing
masing.
Sarana :

96

Masih jauh juga. Untuk mengelola sampah


kayak misalnya sampah organik aja
atau misalnya pembuatan itu kan perlu
dicacah dulu kayak sampah organik tuh
perlu yang namanya mesin-mesin ya
intinya alatlah untuk mengelola itu nah
sedangkan alatnya itu belum ada,
belum ada.
Ga, kurang mendukung, utk satu
lingkungan, satu RT saja masih banyak
sekali yang masalah tempat sampah itu
yang kurang mendukung kan ?
Ya belum, masih kurang. (Kurangnya kirakira apa Pak?) ya satu dari personil
jelas, dua dari alat administrasinya dan
alat angkutnya dan itu telelernya
(tenaga pengangkut) cuma 7 di RW sini
lha apalagi kalau meningkat ke RW
lain. Kalau memang seperti itu nanti
kita koordinir mencari orang yang
peduli terhadap sampah itu.
Prasarana itu? Oh ya ga mampu. Ya
mungkin pertamanya itu pemahaman
dari masyarakat itu, banyak masyarakat
yang belum paham dampak dari
sampah itu, yang penting sudah lepas
dari rumah sendiri udah dianggap
aman.

Informan 4

Informan 5

Informan 6

Sumber : Data Diolah Tahun 2014

Tabel

4.27

dapat

diketahui

bahwa

semua

Lembaga

Kemasyarakatan menyebutkan bahwa persepsi mengenai faktor


pelayanan dan kualitas sistem pengelolaan persampahan yang ada
terhadap Desa Mandiri Sampah adalah belum mampu untuk
mendukung karena kekurangan personil, administrasi, anggaran, alat
pengelolaan sampah dan pemahaman masyarakat yang rendah.
c. Persepsi mengenai kelembagaan, peraturan pengelolaan sampah, dan
penegakan hukum yang ada terhadap Desa Mandiri Sampah
Hasil wawancara mendalam terhadap informan dapat dilihat pada
tabel 4.28

97

Tabel 4.28

Matriks Jawaban Informan mengenai Persepsi mengenai


Kelembagaan, Peraturan dan Perundangan Pengelolaan
Sampah yang Ada Terhadap Desa Mandiri Sampah
Subyek
Peneliti
an
Informan 1

Informan 2

Informan 3

Informan 4

Jawaban
kalau
peraturannya
belum
ada,
kesadarannya
belum
muncul,
perlengkapannya belum fasilitasnya
belum memadai menurut saya belum,
tapi itu kalau memang dari kita ada
kemauan insyaallah bisa. Kalau kita
punya sesuatu yang ingin dicapai, yang
ingin kita raih insyaallah bisa lah,
apalagi itu sesuatu yang baik sih.
Cuman kalau di masyarakat Grendeng
itu masyarakat kompleks, majemuk
dari berbagai daerah masuk kesitu,
bukan asli Grendeng asli.
kalau
peraturannya
belum
ada,
kesadarannya
belum
muncul,
perlengkapannya belum fasilitasnya
belum memadai menurut saya belum,
tapi itu kalau memang dari kita ada
kemauan insyaallah bisa. Kalau kita
punya sesuatu yang ingin dicapai, yang
ingin kita raih insyaallah bisa lah,
apalagi itu sesuatu yang baik sih.
Cuman kalau di masyarakat Grendeng
itu masyarakat kompleks, majemuk
dari berbagai daerah masuk kesitu,
bukan asli Grendeng asli.
Menghambat atau mendukung susah ini
kalo mendukung mungkin semua orang
mendukung lah karena itu program
baik ya Cuma untuk melangkah kesana
masih jauh kalo menghambat si ya gak
menghambat. Definisi menghambat itu
apa, yang dimaksdu menghambat disini
yang gimanaohh enggak kalo
dibilang menghambat enggak Cuma
mungkin lagi ke arah sana sebenernya.
Cuma karena belum ada kenyataanya
jadi hanya kesadaran masyarakat saja.
Saya kira sih mereka siap, karena setiap
semua anggotanya bener2 bekerja di
sosial semua, jd mereka siap,
tergantung masy nya aja. Jd kita kalo
perturan dari RT atau RW kurang
mampu utk mengatasi sih, tp kalo ada
peraturan yg bener2 udh dicanangkan
di apa perda mungkin insyaAlloh masy
sini takut, karena sudah ada undang2
dari peraturan daerah itu otomatis kan
hampir semua warga banyumas
otomatis punya gitu. Tp kalo hanya

98

Informan 5

Informan 6

sekedar utk satu lingkungan kayanya


kurang kuat. Paling mikirnya, lho
tempat lain juga ga. Tp kalo di perda
kayanya sih lebih kuat.
Yang jelas butuh lembaga yang lain seperti
Lurah dan LPMK sendiri. Harus ada
atasan sendiri, kalau ga ada atasan
mungkin ga ada artine lah, disini kan
hanya kita mengandalkan tenaga.
Itu seharusnya bisa itu, tapi ya perlu pihak
ketiga mungkin ya pemerintah atau
instansi.

Sumber : Data Diolah Tahun 2014

Tabel 4.28 dapat diketahui bahwa dua informan (PKK, Karang


Taruna) menyebutkan bahwa persepsi mengenai kelembagaan,
peraturan pengelolaan persampahan terhadap Desa Mandiri Sampah
adalah belum mampu mendukung Desa Mandiri Sampah

karena

masyarakat belum mengerti peraturan pengelolaan sampah, dan


kesadaran masyarakat kurang. Sedangkan informan lainnya (BKM,
RT, RW, Rukun Kematian) menyebutkan bahwa mampu untuk
mendukung Desa Mandiri Sampah namun perlu pendampingan pihak
ketiga seperti Pemerintah, lembaga, dan instansi.
d. Persepsi mengenai sumber pembiayaan yang ada terhadap Desa
Mandiri Sampah
Hasil wawancara mendalam terhadap informan dapat dilihat pada
tabel 4.29.
Tabel 4.29 Matriks Jawaban Informan Mengenai Persepsi Mengenai
Sumber Pembiayaan yang ada terhadap Desa Mandiri
Sampah
Subyek
Peneliti
an
Informan 1

Jawaban
belum, karena masih sangat minim. Paling-

99

Informan 2

Informan 3

paling untuk hanya sebatas jasa dari


pengangkut sampah piketnya itu.
Itupun menurut saya belum memadai
lah. Sebulan hanya 6 ribu jaman
sekarang, belum perawatan gerobak
sampahnya juga ya kan, menurut saya
ya sangat kurang. Kalau memang
pemerintah peduli, rencana untuk
membentuk Desa Mandiri Sampah
berarti perlu dana, perlu pengalokasian
dana.
mampu, sebenarnya mampu karena
permasalahan utama kan disini dihati,
iya kesadarannya itu yang susah,
permasalahan utamanya kan disini.
Kita udah ngasih sosialisasi misal,
diolah jadi pupuk, nanti belum aja
diolah orang udah mikir lagi, lah aku
bikin pupuk tanah aja ga punya, dijual
kemana, masih berpikiran butuh waktu
untuk
sosialisasi
karena
masih
dibutuhkan peran serta dari mahasiswa,
Dinas terkait masih dibutuhkan dalam
hal untuk menumbuhkan kesadaran dan
juga untuk memberikan fasilitas misal
ini komposting seperti ini lho
Sumber dana sekarang belum bisa belum
bisa masih kurang karena uang itu
digunakan untuk ya menggaji baru baru
bisa ya apa ya untuk operasional aja
untu operasional penarikan sampah itu
sendiri. Baru sampe itu.

Lanjutkan Tabel 4.29


Subyek
Peneliti
an
Informan 4

Jawaban
Untuk saat ini, kayanya sih utk mslh ya
mungkin untuk honor, utk dana
perbaikan sih cukup. Tapi kalo kita utk
sarana yg lainnya, trmsk tmpt
sampahnya, msh kurang.jd kita
mungkin
kadang2
gini,
antara
kontribusi utuk sampah dgn kampling
itu kan beda. Jd kampling itu kan utk
pembangunan dlm arti pembangunan
infrasturktur yg lainnya, kaya jalan
setapak, kalo dari persampahan ya
khusus utk persampahan, kalo kita
anggaran persampahan dari kampling
kadang2
kurang
setuju
masyarakatnya.

100

Informan 5

Informan 6
Sumber : Data Diolah Tahun 2014

Belum, masing kurang banyak, wong kita


kan istilahnya kita baru mempunyai
nasabah
sekitar
80an,sedangkan
nasabah 80 itu tidak rutinitas setiap
minggu kita nabung karena ga nentu ga
pasti istilahnya sampah itu ada.
Oh ya mampu itu

Tabel 4.29 dapat diketahui bahwa tiga informan (PKK, BKM,


RW) menyebutkan bahwa persepsi mengenai sumber dana yang ada
terhadap Desa Mandiri Sampah adalah sumber dana masih belum
cukup dan butuh alokasi dana untuk membentuk Desa Mandiri
Sampah. Sedangkan informan lainnya (Karang Taruna, RT, Rukun
Kematian) menyebutkan sumber dana mampu untuk mendukung Desa
Mandiri Sampah.
B. Pembahasan
1. Aspek Pengurangan Timbulan Sampah
a. Kegiatan rutin untuk menggunakan kembali sampah
Hasil wawancara mendalam dengan enam informan, lima
informan (PKK, BKM, RT, RW, dan Rukun Kematian) menyebutkan
bahwa kegiatan yang rutin dilakukan warga untuk menggunakan
kembali sampah adalah menjual sampah anorganik seperti plastik,
kertas, limbah elektro untuk menambah kesejahteraan sedangkan tiga
informan menyebutkan sampah organik dibuang ke TPA dan ada yang
dibuat kompos.
Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan Dwiyanto (2011) bahwa
upaya menggunakan kembali sampah dapat dilakukan melalui
tindakan menggunakan kembali wadah atau kemasan misalnya botol
bekas untuk minyak goreng hasil home industry minyak kelapa atau

101

wadah madu lebah, menggunakan wadah atau kantong yang dapat


digunakan berulang-ulang misalnya wadah untuk belanja kebutuhan
pokok yang terbuat dari bahan yang tahan lama sehingga dapat
digunakan dalam waktu yang lama.
Masyarakat lebih memilih untuk menjual sampah yang masih
layak jual untuk menambah penghasilan. Hal ini didukung dengan
adanya bank sampah yang ada di wilayah Grendeng sehingga
masyarakat giat untuk mengumpulkan dan memilah sampah anorganik
sedangkan untuk sampah organik dibuang ke TPS (Tempat
Penampungan Sementara). Selain itu, masyarakat Grendeng bagian
Timur banyak yang menjadi pemulung baik itu pemulung sebagai
pekerjaan sehari-hari maupun sebagai pekerjaan sampingan. Dalam
hal ini, pemulung mempunyai kontribusi yang besar dalam
pengelolaan sampah khususnya menggunakan kembali sampah,
memanfaatkan kembali sampah dengan cara dijual kepada pengepul
sampah sehingga dapat menambah penghasilan. Menurut Riswan
(2011) bahwa usaha pemanfaatan sampah merupakan komponen
penting dalam pengelolaan sampah yang dapat mengurangi dampak
lingkungan.
Tidak semua masyarakat Grendeng melakukan pemilahan
sampah untuk dijual, melainkan dibuang langsung ke TPS (Tempat
Penampungan Sementara sehingga menambah volume sampah di TPS
(Tempat Pembuangan Sampah) dan TPA (Tempat Pembuangan Akhir).
Pengelolaan sampah yang demikian dilakukan warga Grendeng
karena mayoritas penduduk Kelurahan Grendeng tidak mengetahui

102

aturan pengelolaan sampah yang berlaku. Sejalan dengan Riswan


(2011) yaitu peraturan berkorelasi positif dengan cara pengelolaan
sampah rumah tangga. Pandangan masyarakat masih menganggap
sampah merupakan barang yang tidak mempunyai nilai, sehingga
mereka memperlakukan sampah menurut keinginan mereka sendiri
(Pramono, 2004).
b. Kegiatan rutin untuk mengurangi sampah
Hasil wawancara mendalam dengan enam informan, tiga
informan (BKM, RT, RW) menyebutkan kegiatan yang rutin
dilakukan warga untuk mengurangi timbulan sampah adalah
mengurangi sampah mulai dari sumbernya yaitu menggunakan
kembali tas kresek atau kandi untuk berbelanja. Sedangkan informan
lainnya menyebutkan dibakar untuk sampah kresek dan ada yang
membuat piket kerjasama mengambil sampah serta dijual lewat bank
sampah.
Pengelolaan sampah yang baik adalah pengelolaan yang dimulai
dari sumbernya. Dengan upaya untuk mengurangi sampah akan
menyebabkan sedikitnya volume sampah yang dibuang ke TPS
(Tempat

Penampungan

Pembuangan Akhir).

Sementara)

maupun

TPA

(Tempat

Seperti yang dilakukan warga masyarakat

Grendeng dalam upaya pengelolaan sampah yaitu menggunakan


kembali tas kresek untuk berbelanja ke Pasar. Hal kecil yang biasa
dilakukan warga tersebut merupakan upaya pengelolaan sampah

103

dimulai dari sumbernya yang nantinya akan mengurangi volume


sampah yang diangkut ke TPA (Tempat Pembuangan Akhir).
Hasil penelitian ini sejalan dengan Dwiyanto (2011) bahwa
upaya untuk mengurangi sampah (Reduce) dapat dilakukan melalui
tindakan yaitu menghindari pemakaian dan pembelian produk yang
menghasilkan

sampah

kembali

dalam

jumlah

yang

besar,

menggunakan produk yang bisa diisi ulang, misalnyapenggunaan


sabun pencuci yang menggunakan wadah isi ulang, menggunakan
bahan sekali pakai misalnya penggunaan tissu dapat dikurangi dan
menggantinya dengan serbet atau sapu tangan.
Beberapa informan (Karang Taruna, PKK, Rukun Kematian)
menyebutkan

bahwa

masyarakat

Grendeng

biasa

melakukan

pengelolaan sampah dengan cara membakar sampah anorganik


sedangkan sampah organik dibuang ke TPA (Tempat Pembuangan
Akhir). Pembakaran sampah tidak dilakukan secara terkontrol karena
masyarakat tidak memiliki pengetahuan yang tinggi terhadap
penanganan sampah sehingga dapat menyebabkan polusi lingkungan.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Naryono (2013)
bahwa pembakaran sampah yang tidak terkontrol dapat meningkatkan
berbagai

jenis

polutan.

Pembakaran

sampah

rumah

tangga

menghasilkan gas buang yang mempunyai kontribusi terbentuknya


gas rumah kaca yang disebabkan karena emisi gas karbondioksida
(CO2) dan NO2 yang terlepas ke atmosfer. Selain itu polutan lain dapat
terbentuk pada proses pembakaran antara lain logam berat, abu sisa
pembakaran, dioksin, furan, HCL, HF, SO2 dan CxHy. Untuk itu produk

104

hasil pembakaran yang dapat mencemari lingkungan perlu dikontrol


sampai mencapai ambang batas yang diperbolehkan.
c. Kegiatan rutin untuk daur ulang sampah
Hasil wawancara mendalam dengan enam informan, tiga
informan (PKK, BKM, Rukun Kematian) menyebutkan belum ada
kegiatan yang rutin dilakukan warga terkait daur ulang sampah.
Sedangkan informan lainnya (RT, RW, Karang Taruna) menyebutkan
adanya rencana daur ulang sampah kering seperti bungkus kopi, tas
kresek untuk dibuat kerajinan dan daur ulang pupuk namun tidak
berkelanjutan karena terkendala dengan mesin dan tempat.
Beberapa informan (PKK, BKM, Rukun Kematian)
menyebutkan belum ada kegiatan yang rutin untuk daur ulang sampah
berbeda beberapa informan yang juga menyebutkan masyarakat
melakukan daur ulang sampah, dalam hal ini sampah kering.
Terjadinya perbedaan jawaban

karena wawancara dilakukan pada

informan yang berbeda lokasi. Lokasi Grendeng bagian Timur


menyebutkan bahwa masyarakat baru melakukan daur ulang sampah
kering seperti dibuat menjadi kerajinan tangan, pupuk organik.
Sementara ini bank sampah yang berada di bagian Grendeng Timur
mempunyai rencana untuk mengelola sampah menjadi barang yang
lebih berguna yaitu kegiatan daur ulang tersebut. Hanya menunggu
bantuan fasilitas dari Pemerintah dan kesadaran masyarakat untuk
mewujudkan kegiatan pengelolaan lingkungan tersebut sehingga dapat
menjadi sumber penghasilan tambahan bagi masyarakat.

105

Hasil penelitian ini sejalan dengan Dwiyanto (2011) bahwa


upaya daur ulang sampah dapat dilakukan melalui tindakan memilih
produk atau kemasan yang dapat didaur ulang dan mudah terurai,
melakukan penggunaan sampah organik menjadi kompos, melakukan
penanganan untuk sampah organik menjadi barang yang bermanfaat.
Informan yang berlokasi di Grendeng bagian Barat
menyebutkan bahwa belum ada kegiatan daur ulang sampah karena
mayoritas masyarakat di wilayah tersebut memiliki kesibukan sendirisendiri sehingga kontribusi untuk melakukan pengelolaan sampah
rendah. Mereka hanya berperan serta dalam membayar retribusi untuk
jasa pengangkut sampah.
d. Program Pemerintah untuk mengurangi timbulan sampah
Hasil wawancara terhadap enam informan, tiga informan (PKK,
BKM, Rukun Kematian) menyebutkan bahwa program Pemerintah
untuk pengelolaan sampah di Kelurahan Grendeng adalah sosialisasi
dan pembinaan dari tim ahli melalui Dinas terkait seperti PNPM
mengenai pengomposan dan pendirian TPS. Sedangkan informan
lainnya (RT, RW, Karang Taruna) menyebutkan tidak ada program
dari Pemerintah karena sudah ditangani oleh petugas sampah masingmasing RT dan Marsudi Layu (Rukun Kematian).
Beberapa informan (PKK, BKM, Rukun

Kematian)

menyebutkan bahwa program Pemerintah untuk upaya mengurangi


timbulan sampah adalah sosialisasi dan pembinaan dari tim ahli.
Masyarakat mengikuti sosialisasi tentang pengolahan sampah dari
Dinas terkait seperti dari Dinas Cipta Karya, Kelurahan dan

106

mahasiswa. Namun tidak semua masyarakat turut serta dalam


sosialisasi tersebut. Biasanya yang sering mengikuti kegiatan
sosialisasi pengelolaan sampah adalah perwakilan ibu-ibu PKK
Kelurahan untuk mengikuti sosialisasi dari Pemerintah Kabupaten.
Sehingga nanti perwakilan ibu-ibu PKK Kelurahan meneruskan
informasinya kepada ibu-ibu PKK RW dan selanjutnya ke ibu-ibu RT
dan masyarakat.
Materi sosialisasi tersebut meliputi cara pemilahan sampah,
pembuatan pupuk dari sampah organik, serta pembuatan kerajinan
dari sampah yang tidak terpakai. Masyarakat lebih menginginkan
adanya pelatihan pembuatan pupuk organik karena selama ini sampah
organik kurang dimanfaatkan namun terbatas masalah alat dan mesin.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Artiningsih (2008)
di Sampangan dan Jomblang, Kota Semarang bahwa sampah organik
yang ada di Sampangan belum dimanfaatkan karena keterbatasan
sarana dan prasarana sehingga sampah organik masih menjadi beban
TPA (Tempat Pembuangan Akhir), sedangkan sampah anorganik telah
dilakukan pemilahan, selanjutnya dijual langsung ke pedagang lapak.
Sosialisasi yang ada hanya sebatas memberikan pengetahuan,
melainkan bukan praktek. Penelitian Faizah (2008) menyebutkan
bahwa sosialisasi tentang teknis pengelolaan sampah organik memiliki
intensitas yang cukup tinggi dibandingkan dengan sosialisasi
pengelolaan sampah anorganik. Hal ini terjadi karena pengelolaan
sampah organik memiliki tingkat kompleksitas mekanisme yang lebih
dibandingkan dengan pengelolaan sampah anorganik.

107

Hasil penelitian ini sesuai dengan Wahyuni (2013) bahwa peran


pemerintah dalam pengelolaan sampah yaitu meliputi melakukan
penyuluhan mengenai pengelolaan sampah yang meliputi pemilahan
sampah yang harus dilakukan terkait pemisahan antara sampah
organik dan anorganik, melakukan penyuluhan dan membagi-bagikan
brosur tentang pengumpulan sampah yang benar dan tepat waktu
selain itu juga bertuliskan denda bagi yang melakukan pelanggaran
dalam pengumpulan sampah, melakukan pengangkutan sampah dari
TPS-TPS hingga tempat permrosesan akhir hingga malam hari dan
melakukan pemrosesan akhir sampah.
Tidak semua masyarakat melaksanakan hasil sosialisasi dari
pemerintah karena kurangnya kesadaran dan karakteristik masyarakat
yang berbeda-beda. Berdasarkan Profil Kelurahan Grendeng bahwa
mayoritas tingkat pendidikan masyarakat adalah tamat SD sehingga
tidak menutup kemungkinan pengelolaan sampah yang dilakukan
tidak sesuai dengan yang semestinya. Menurut Riswan (2011) bahwa
tingkat pendidikan berkorelasi dengan pengelolaan sampah rumah
tangga.
2. Peran aktif masyarakat dan dunia usaha/swasta sebagai mitra pengelolaan
a. Kerja bakti bersama
Hasil wawancara mendalam dengan enam informan, lima
informan (BKM, RT, RW, Karang Taruna, Rukun Kematian)
menyebutkan bahwa kerja bakti bersama rutin dilakkukan warga atas
kebijakan masing-masing RT dan RW dan bersifat insidental,

108

sedangkan PKK menyebutkan kurang rutin dilakukan kerjabakti


bersama karena kurangnya komunikasi warga.
Terjadi perbedaan informasi mengenai kerja bakti bersama yang
dilakukan masyarakat karena kerja bakti dilakukan atas kebijakan
masing-masing RT maupun RW dan bersifat insidental sehingga tidak
semua masyarakat melakukan kerjasama dalam waktu bersamaan.
Selain itu kerja bakti yang sering dilakukan adalah pada wilayah
Grendeng bagian Timur karena wilayah tersebut mayoritas masih
penduduk asli sehingga mudah untuk diajak komunikasi. Sejalan
dengan penelitian Setyowati (2013) di Kelurahan Grendeng
Kecamatan Purwokerto Utara bahwa masyarakat mudah diajak
berkomunikasi dan bekerja sama.
Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan Artiningsih (2008)
bahwa setiap hari minggu warga di Kelurahan Jomblang melakukan
kerja bakti membersihkan lingkungan rumah dan taman yang ada di
sekitarnya dan sampai sekarang dengan rasa sukarela bapak-bapak
warga Kelurahan Jomblang membersihkan taman tanpa ada yang
memberitahu dahulu.
Beberapa informan menyebutkan bahwa kerja bakti yang
dilakukan masyarakat kurang rutin karena masyarakat kurangnya
komunikasi warga. Hal tersebut disebabkan karena kurangnya
kegiatan pertemuan antar warga sehingga sulit untuk membuat
kegiatan kebersihan lingkungan. Hal ini perlu mendapat perhatian dari
pihak Pemerintah Kelurahan agar lingkungan Kelurahan Grendeng
bebas dari permasalahan kebersihan lingkungan.

109

b. Pelatihan pengelolaan sampah


Hasil wawancara mendalam dengan enam informan, tiga
informan (PKK, BKM, Karang Taruna) menyebutkan bahwa pernah
dilaksanakan pelatihan pengelolaan sampah dari KKN tematik tingkat
Kelurahan mengenai ketrampilan membuat kerajinan bunga dari tas
kresek, plastik dan pembuatan pupuk kompos. Sedangkan informan
lainnya (RT, RW, Rukun Kematian) menyebutkan belum pernah
dilaksanakan pelatihan pengelolaan sampah karena kendala biaya dan
alat.
Pelatihan pernah dilakukan oleh mahasiswa KKN Tematik
tentang pemanfaatan sampah seperti ketrampilan membuat kerajinan
bunga dari tas kresek, plastik, dan pembuatan kompos namun belum
diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari masyarakat karena KKN
tidak berlangsung lama dan tidak berkelanjutan sehingga masyarakat
tidak bisa berjalan mandiri tanpa ada yang memfasilitasi. Menurut
Saribanon E, dkk (2007) bahwa keberlanjutan pengelolaan sampah
memerlukan

sistem

yang

efektif

dalam

mengatasi

masalah

lingkungan, menghasilkan secara ekonomi dan dapat diterima oleh


masyarakat.
Hasil penelitian ini sesuai dengan Dwiyanto (2011) bahwa
kegiatan pelatihan berkaitan dengan upaya peningkatan pengetahuan ,
sikap dan ketrampilan masyarakat dalam pengelolaan sampah
perkotaan. Kegiatan pelatihan antara lain pelatihan daur ulang
sampah, pelatihan pembuatan kompos dari sampah organik, pelatihan
pemilahan

sampah

organik.

Keterlibatan

masyarakat

dalam

110

serangkaian pelatihan ini lebih pada peran sebagai peserta pelatihan.


Semua kegiatan ini lebih banyak diikuti oleh para ibu melalui kegiatan
PKK.
Beberapa informan (RT, RW, Rukun Kematian) menyebutkan
bahwa belum pernah diadakan pelatihan pengelolaan sampah karena
terbentur masalah biaya dan alat. Badan Keswadayaan Masyarakat
pernah melakukan program pelatihan pengelolaan sampah namun
tidak jadi karena kurangnya biaya dan alat pengelolaan sampah.
Selain itu kegiatan pelatihan lebih banyak diikuti oleh para ibu
melalui kegiatan PKK sehingga tidak semua orang pernah mengikuti
pelatihan pengelolaan sampah.
c. Kontribusi sektor perdagangan terhadap pengelolaan sampah
Hasil wawancara mendalam dengan enam informan, empat
informan

(PKK,

BKM,

Karang

Taruna,

Rukun

Kematian)

menyebutkan kontribusi yang dilakukan sektor perdagangan di


Kelurahan Grendeng adalah menyediakan tempat sampah dan
membayar retribusi sesuai dengan Perda yaitu setiap yang membuang
sampah maka dikenakan retribusi. Sedangkan menurut RT dan RW
menyebutkan untuk ditekankan kembali ke alam seperti menggunakan
daun pisang dan jual beli sampah.
Peraturan Daerah Kabupaten Banyumas No. 6 Tahun 2012
tentang Pengelolaan Sampah, dalam pasal 27 dijelaskan bahwa dalam
penyelenggaraan penanganan sampah, Pemerintah Daerah memungut
retribusi kepada setiap orang atas jasa pelayanan yang diberikan.
Sektor perdagangan ikut serta dalam membayar retribusi yang

111

jumlahnya tergantung dari volume sampah yang dihasilkan setiap


harinya. Sektor perdagangan membayar retribusi sekitar Rp.10.000,yang ditarik oleh kelompok pengangkut sampah yang berada dilokasi
sekitar wilayah usaha perdagangan tersebut. Kemudian masingmasing RW juga membayar retribusi kepada Pemerintah Desa yang
selanjutnya dibayarkan ke Pemerintah Daerah. Retribusi dari
masyarakat akan dikembalikan kembali oleh Pemerintah Daerah
berupa pengadaan prasarana dan sarana pengelolaan sampah,
pendirian TPS (Tempat Penampungan Sementara), dan pengangkutan
sampah ke TPA (Tempat Pembuangan Akhir).
Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan Peraturan Daerah
Kabupaten Banyumas No.19 Tahun 2011 mengenai Retribusi Jasa
Umum di Kabupaten Banyumas menyebutkan bahwa bagi pedagang
dan/atau penjual jasa yang menempati ruang milik publik dikenakan
tarif sebesar Rp.1000,00 (seribu rupiah) per unit per hari.
d. Kontribusi warga pendatang terhadap pengelolaan sampah
Hasil wawancara mendalam dengan enam informan, empat
informan (Karang Taruna, RT, RW, Rukun Kematian) menyebutkan
kontribusi warga pendatang di Kelurahan Grendeng adalah KKN
Tematik,

pendirian

bank

sampah

dari

mahasiswa

sekaligus

penyuluhan tentang pemilahan sampah dan pengadaan perlengkapan


seperti buku tabungan. Sedangkan menurut PKK dan BKM
menyebutkan belum ada kontribusi dari warga pendatang melainkan
hanya membayar retribusi.

112

Salah satu bentuk Tri Darma Perguruan Tinggi adalah


pengabdian kepada masyarakat. Pendirian bank sampah yang ada di
Kelurahan Grendeng merupakan bentuk kontribusi dari mahasiswa
sebagai bentuk pengabdian kepada masyarakat. Sebelum pendirian
bank sampah tersebut, masyarakat diberikan penyuluhan mengenai
pentingnya pemilahan sampah, dampak sampah terhadap lingkungan,
kesehatan, dan lain-lain sehingga dapat merubah pemikiran dan
kesadaran masyarakat bahwa sampah itu memiliki nilai guna yang
lebih apabila bisa dikelola dan dimanfaatkan dengan benar. Selain itu
mahasiswa memberikan segala fasilitas untuk mendukung kelancaran
program bank sampah tersebut seperti buku tabungan sampah. Hasil
penelitian ini sesuai dengan Permanasari (2011) bahwa keberadaan
bank sampah di Kota Bandung disambut baik oleh masyarakat.
Seluruh responden menyatakan mereka tidak keberatan dengan
adanya bank sampah di lingkungan mereka.
Selain pendirian bank sampah, bentuk kontribusi lain dari
mahasiswa adalah KKN (Kuliah Kerja Nyata) Tematik mengenai
pemanfaatan sampah, namun tidak berkelanjutan karena tidak ada
pemantauan dari mahasiswa tersebut terhadap program yang telah
dilaksanakan setelah KKN (Kuliah Kerja Nyata) Tematik tersebut.
Beberapa informan menyebutkan bahwa kontribusi mahasiswa adalah
hanya ikut membayar retribusi. KKN Tematik yang dilakukan
mahasiswa hanya dalam lingkup kecil melainkan tidak lingkup
seluruh wilayah Kelurahan Grendeng sehingga tidak semua
masyarakat merasakan kontribusi mahasiswa tersebut. Masyarakat

113

hanya mengetahui kontribusi mahasiswa hanya membuat sampah dan


hanya bersedia ikut serta dalam pembayaran retribusi. Riswan (2011)
menyebutkan bahwa kesediaan membayar retribusi berkorelasi positif
dengan pengelolaan sampah rumah tangga.

3. Pelayanan dan kualitas sistem pengelolaan sampah


a. Peran Pemerintah Desa dalam pengadaan prasarana dan sarana
pengelolaan sampah
Hasil wawancara mendalam terhadap enam informan, lima
informan (PKK, BKM, Karang Taruna, RT, Rukun Kematian)
menyebutkan bahwa peran Pemerintah Desa dalam pengadaan
prasarana dan sarana pengelolaan sampah adalah sebagai fasilitator
perlengkapan pengelolaan sampah seperti gerobak sampah, tempat
sampah, modul pelatihan ke Pemerintah Daerah, PNPM, Dinas Cipta
Karya namun tidak full bantuan dari Pemerintah melainkan ada
sebagian dari swadaya masyarakat. Sedangkan menurut RW
menyebutkan belum ada peran dari Pemerintah Desa dalam pengadaan
prasarana dan sarana pengelolaan sampah karena sudah mengajukan
peralatan namun belum turun.
Hasil penelitian ini sesuai dengan Pasal 6 dalam Peraturan
Daerah Kabupaten Banyumas No.6 Tahun 2012 menyebutkan bahwa
salah satu tugas Pemerintah Daerah adalah melaksanakan dan atau
memfasilitasi penyediaan prasarana dan sarana pengelolaan sampah.
Mekanisme pengadaan prasarana dan sarana yang diberikan oleh

114

Pemerintah

Desa

manakala

masyarakat

mengajukan

bantuan

pengadaan prasarana dan sarana tersebut misalnya gerobak sampah,


tempat pemilahan sampah. Selanjutnya Pemerintah Desa mengajukan
ke Pemerintah Daerah, PNPM, Badan Lingkungan Hidup supaya
bantuan fasilitas pengelolaan sampah dapat segera turun dan bisa
digunakan oleh masyarakat. Hasil wawancara dengan salah satu
informan menyebutkan bahwa pengadaan prasarana dan sarana yang
disediakan tidak semua full dari Pemerintah, melainkan sebagian dari
swadaya masyarakat.
b. Sistem pengelolaan sampah di Kelurahan Grendeng
Hasil wawancara mendalam terhadap enam informan, lima
informan (PKK, BKM, RT, RW, Rukun Kematian) menyebutkan
bahwa sistem pengelolaan sampah di Kelurahan Grendeng adalah
konvensional yaitu sampah rumah tangga diangkut oleh petugas
sampah ke TPS setiap jam 5 pagi kemudian diangkut oleh mobil
Dinas Cipta Karya ke TPA sekitar jam 9 pagi sehingga sampah tidak
menumpuk, namun belum ada pengolahan dan pemilahan sampah.
Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Setyowati (2013) teknik
operasional pengelolaan sampah meliputi sistem kumpul, angkut,
buang. Selain itu, masyarakat mengikuti langganan kebersihan yang
diadakan oleh RT maupun RW yaitu dengan membayar retribusi
pengangkutan sampah.
Sedangkan menurut Karang Taruna menyebutkan pengelolaan
sampah kurang bermanfaat karena keterbatasan fasilitas pengelolaan

115

sampah seperti tempat pemilahan sampah. Masyarakat berpikiran jika


sudah memilah sampah di tempat khusus pemilahan sampah organik
dan anorganik namun pada akhirnya tetap dicampur kembali pada saat
pengangkutan dan pembuangan di TPS (Tempat Penampungan
Sementara) sehingga masyarakat enggan lagi untuk memilah sampah.
Hasil penelitian tidak sesuai dengan pasal 16 Undang-undang
Lingkungan Hidup No.23 Tahun 1997, yaitu tanggung jawab
pengelolaan lingkungan ada pada masyarakat sebagai produsen
timbulan sampah, sejalan dengan hal tersebut masyarakat sebagai
produsen timbulan sampah diharapkan terlibat secara total dalam
pengelolaan sampah, mulai dari sampah dihasilkan, pemilahan,
pengumpulan, pengangkutan, pengolahan hingga pemrosesan akhir
sampah.
Menururt Syafrudin (2004), salah satu alternatif yang bisa
dilakukan adalah melaksanakan program 5R (Reuse, Recycling,
Recovery, Replacing, dan Refilling). Program tersebut bisa dimulai
dari sumber timbulan sampah hingga ke lokasi TPA (Tempat
Pembuangan Akhir).
c. Kecukupan TPS untuk Menampung Volume Sampah Kelurahan
Grendeng
Hasil wawancara mendalam terhadap enam informan, tiga
informan (BKM, Karang Taruna, Rukun Kematian) menyebutkan
bahwa TPS cukup untuk menampung volume sampah di Kelurahan
Grendeng karena sampah diambil setiap hari. Sedangkan informan

116

lainnya (PKK, RT, RW) menyebutkan tidak cukup karena satu hari
saja menumpuk.
Sampah diangkut setiap hari mulai dari sampah di rumah
tangga,

kemudian

diangkut

ke

TPS

(Tempat

Penampungan

Sementara), kemudian diangkut oleh dump truck dari Dinas Cipta


Karya ke TPA (Tempat Pembuangan Akhir) di Ajibarang, Kaliori,
maupun Gunung Tugel. Sehingga sampah yang berada di TPS
(Tempat Penampungan Sementara) setiap sorenya selalu kosong.
Namun manakala liburan misalnya libur Hari Raya Idul Fitri pernah
untuk beberapa hari sampah di TPS (Tempat Penampungan
Sementara) tidak dangkut oleh Dinas Cipta Karya sehingga
masyarakat merasakan bahwa TPS (Tempat Penampungan Sementara)
yang ada di Kelurahan Grendeng tidak mencukupi volume sampah
yang dihasilkan seluruh masyarakat Kelurahan Grendeng. Selain itu,
perkembangan jumlah penduduk Kelurahan Grendeng yang setiap
tahunnya semakin bertambah padat sehingga tidak menutup
kemungkinan volume sampah juga bertambah.
Hasil penelitian sesuai dengan Setyowati (2013) mengenai
tempat pembuangan sampah sementara di wilayah Kelurahan
Grendeng memiliki dua TPS. TPS yang disediakan oleh Pemerintah
Daerah terletak di Jalan Gunung Slamet dan Jalan Gunung Muria
dengan kondisi bangunan yang terbuat dari batu bata dan tanpa atap.
TPS Jalan Gunung Slamet digunakan untuk menampung sampah yang
berasal dari RW 1-6 sedangkan TPS Jalan Gunung Muria digunakan
untuk menampung sampah yang berasal dari RW 7 dan 8. Sehingga

117

TPS tersebut mampu untuk menampung volume sampah di Kelurahan


Grendeng.

d. Penambahan TPS di Kelurahan Grendeng


Hasil wawancara mendalam terhadap enam informan, dua
informan (BKM, Karang Taruna) menyebutkan bahwa tidak perlu
penambahan TPS karena sampah diangkut setiap hari. Sedangkan
informan lainnya (PKK, RT, RW, Rukun Kematian) menyebutkan
perlu penambahan TPS karena hanya ada dua TPS dan sampah pernah
menumpuk karena tidak diangkut selama empat hari.
Adanya akibat tidak diangkutnya sampah selama empat hari,
mengakibatkan penumpukan sampah di TPS (Tempat Penampungan
Sementara) sehingga meresahkan masyarakat di lingkungan sekitar
TPS (Tempat Penampungan Sampah) yaitu bau, dan sampah
berserakan

dijalan

sehingga

merusak

keindahan

lingkungan.

Diharapkan menjadi perhatian Pemerintah untuk mengatasi solusi


tersebut sehingga sesuai dengan Peraturan Daerah Banyumas No.6
Tahun 2012 pasal 6 yaitu Pemerintah Daerah bertugas untuk
melaksanakan dan atau memfasilitasi penyediaan prasarana dan sarana
pengelolaan sampah.
4. Kelembagaan, peraturan dan perundangan pengelolaan sampah
a. Bentuk kelembagaan pengelolaan sampah
Hasil wawancara mendalam terhadap enam informan, lima
informan (PKK, BKM, Karang Taruna, RT, RW) menyebutkan

118

kelembagaan pengelolaan persampahan di Kelurahan Grendeng


adalah swadaya masyarakat, Pemerintah Desa, RT, RW, Dinas Cipta
Karya, Karang Taruna, PKK, Koperasi Babeh Bank Sampah, PNPM,
BKM, Rukun Kematian. Sedangkan menurut Rukun Kematian
menyebutkan kelembagaan pengelolaan sampah adalah mahasiswa.
Swadaya masyarakat merupakan peranan dasar yang penting
dalam pengelolaan sampah. Swadaya masyarakat yang selama ini
berjalan di Kelurahan Grendeng yaitu iuran retribusi pengangkutan
sampah, selain itu dengan adanya bank sampah merupakan suatu
wadah masyarakat untuk berkontribusi terhadap pengelolaan sampah.
Pemerintah Desa dalam hal ini sebagai fasilitator pengadaan prasarana
dan sarana pengelolaan sampah yang dibutuhkan masyarakat serta
menjadi penanggung jawab atas segala permasalahan di wilayah
Kelurahan Grendeng. RT dan RW berkontribusi dalam manajemen
adanya kebersihan lingkungan seperti kerja bakti bersama, selain itu
RT dan RW merupakan kaki tangan amanat dari Pemerintah Desa.
Karang Taruna mempunyai peranan dalam mewujudkan kelancaran
adanya bank sampah, pelatihan pembuatan pupuk organik cair,
pemberitahuan kepada pemuda-pemuda untuk melakukan kerjabakti
atas dasar amanat dari Ketua RT dan RW masing-masing. Hasil
penelitian ini sesuai dengan Sudiyana (2012) bahwa peran Karang
Taruna di Kampung Menanggal adalah melakukan pengelolaan
sampah kering dengan menggunakan 4R (Reuse, Recycling, Reduce)
melalui pembentukan bank sampah dengan cara dipilah kemudian
dibuat kerajinan.

119

Kontribusi PKK dalam pengelolaan sampah adalah mengikuti


berbagai penyuluhan, pelatihan pengelolaan sampah yang kemudian
informasi yang didapatkan disebarluaskan ke masyarakat luas.
Koperasi Babe mempunyai korelasi dengan adanya bank sampah
yanga ada di wilayah Kelurahan Grendeng yaitu hasil sampah yang
dikumpulkan masyarakat melalui bank sampah tersebut kemudian
dijual ke Koperasi Babe sedangkan Koperasi Babe menjual kepada
pengepul dari luar kota. Kontribusi PNPM dalam pengelolaan sampah
adalah menyediakan prasarana dan sarana pengelolaan sampah seperti
gerobak sampah. BKM (Badan Keswadayaan Masyarakat) merupakan
lembaga yang bertugas untuk meningkatkan swadaya masyarakat
sebagai fasilitator sarana dan prasarana pengelolaan sampah. Rukmat
(Rukun Kematian) yang ada di wilayah Grendeng mempunyai
konntribusi terhadap pengangkutan sampah setiap hari, serta
mengelola retribusi yang dikumpulkan dari warga.
Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan Setyowati (2013) di
Kelurahan Grendeng bahwa didalam masyarakat belum terbentuk
Kelompok

Swadaya

Masyarakat,

karena

kelembagaan

dalam

masyarakat masih dalam tingkat RT dan RW yang langsung


diteruskan ke Dinas. Hasil penelitian tidak sejalan dengan penelitian
yang dilakukan oleh Hartanto (2006), instansi yang bertanggung
jawab terhadap pengelolaan sampah adalah Bidang Kebersihan dan
Pertamanan pada Dinas Permukiman dan Prasarana Daerah (Dinas
Kimprasda) Kabupaten Kebumen. Sedangkan untuk operasionalnya
dilaksanakan oleh Unit Pelaksana Teknis Dinas Kimprasda Wilayah

120

Gombong. Salah satu tugas pokoknya adalah dalam kebersihan,


pertamanan dan keindahan kota.
b. Pemantauan dan evaluasi kelembagaan
Hasil wawancara mendalam terhadap enam informan, lima
informan (PKK, BKM, Karang Taruna, RT, RW) menyebutkan bahwa
kelembagaan melakukan pemantauan dan evaluasi pengelolaan
sampah tergantung manajemen masing-masing. Sedangkan menurut
Rukun Kematian menyebutkan belum pernah melakukan pemantauan
dan evaluasi pengelolaan sampah.
Terjadi perbedaan pendapat karena salah satu informan
menyebutkan bentuk kelembagaan pengelolaan sampah adalah
mahasiswa. Informan menyebutkan demikian karena wilayahnya
pernah ada KKN Tematik dari mahasiswa dan sehingga ketika KKN
berakhir maka tidak ada pemantauan lagi. Sedangkan enam informan
menyebutkan bahwa kelembagaan melakukan pemantauan dan
evaluasi pada saat berbagai pertemuan warga seperti pertemuan
anggota PKK, pertemuan RT maupun RW. Semua pemantauan dan
evaluasi tergantung dari manajemen masing-masing kelompok
swadaya masyarakat.
Hasil penelitian ini sesuai

dengan Setyowati (2013) di

Kelurahan Grendeng bahwa kelembagaan dalam melakukan kegiatan


pemantauan dan evaluasi belum dilaksanakan dengan maksimal. Hal
ini dibuktikan dari pernyataan masyarakat yaitu belum adanya
tindakan dari Pemerintah untuk pengadaan gerobak sampah yang
kurang.

121

c. Peraturan dasar pengelolaan sampah


Hasil wawancara mendalam terhadap enam informan, dua
informan (BKM dan RW) menyebutkan peraturan khusus yang
mengatur pengelolaan sampah adalah Peraturan Daerah, UndangUndang No.18 tahun 2008. Sedangkan informan lainnya (PKK,
Karang Taruna, RT, Rukun Kematian) menyebutkan

tidak ada

peraturan yang mengatur pengelolaan sampah melainkan hanya surat


dari Kelurahan mengenai kebersihan lingkungan.
Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Setyowati (2013) di
Kelurahan Grendeng menyebutkan peraturan tentang pengelolaan
sampah yaitu Peraturan Daerah Kabupaten Banyumas Nomor 6 Tahun
2012, Peraturan Retribusi, dan Undang-Undang Nomor 18 Tahun
2008.
Profil Kelurahan Grendeng menyebutkan bahwa mayoritas
penduduk Kelurahan Grendeng adalah tamat SD/sederajat sehingga
memiliki

pengetahuan

yang

rendah.

Hal

ini

menyebabkan

ketidaktahuan masyarakat akan peraturan yang berlaku tentang


pengelolaan sampah. Selain itu belum adanya sosialisasi dari
Pemrintah Desa tentang peraturan pengelolaan sampah sehingga
masyarakat selama ini tidak melakukan pengelolaan sampah dengan
baik dan benar. Sejalan dengan Riswan (2011) bahwa pengetahuan
tentang peraturan daerah mengenai persampahan berkorelasi positif
dengan cara pengelolaan sampah rumah tangga.
d. Sanksi pelanggar aturan pengelolaan sampah

122

Hasil wawancara mendalam terhadap enam informan, tiga


informan (PKK, Karang Taruna, Rukun Kematian) menyebutkan
bahwa tidak ada sanksi bagi warga yang melanggar aturan
pengelolaan sampah melainkan hanya teguran dan bahan pergunjingan
warga. Sedangkan informan lainnya (BKM, RT, RW) menyebutkan
ada sanksi yaitu dikenakan denda sesuai ketentuan Undang-Undang.
Selama ini belum ada masyarakat yang dikenakan sanksi yang
melanggar aturan pengelolaan sampah karena aturan hanya dijadikan
sebagai payung tanpa ada penegakan hukum yang kuat. Hal tersebut
terbukti masih ada sampah yang dibuang ke sungai, saluran
pembuangan air, membuang sampah sembarangan.
Hasil penelitian ini sesuai dengan Hartanto (2006), adanya
pembuangan sampah yang tidak pada tempatnya seperti ke tanggul
sungai maupun pekarangan kosong, menunjukan masih lemahnya
penegakan hukum terhadap para pelanggaran Peratutan Daerah. Oleh
karena itu, pemerintah harus bersikap tegas terhadap pelaku
pelanggaran Peraturan Daerah tersebut.
5. Kemampuan Pembiayaan Pengelolaan Persampahan
a. Sumber pembiayaan
Hasil wawancara mendalam terhadap enam informan, semua
Lembaga Kemasyarakatan menyebutkan bahwa sumber pembiayaan
pengelolaan sampah di Kelurahan Grendeng berasal dari swadaya
masyarakat, sedangkan Pemerintah Desa tidak ada karena alokasi
anggaran untuk biaya perawatan gedung, gaji karyawan dan hanya
menyediakan gerobak sampah.

123

Sumber pembiayaan untuk pengelolaan sampah di Kelurahan


Grendeng adalah swadaya masyarakat dalam bentuk retribusi.
Retribusi tersebut sebesar Rp.5.000,00 sampai dengan Rp.8.000,00
sesuai dengan volume sampah rumah tangga yang dihasilkan.
Retribusi tersebut digunakan untuk ongkos jasa pengangkut sampah.
Hasil penelitian ini sesuai dengan Setyowati (2013) di Kelurahan
Grendeng bahwa sumber dana untuk pengelolaan sampah berasal dari
swadaya masyarakat.
Hasil penelitian ini sesuai dengan Peraturan Daerah Kabupaten
Banyumas No.19 Tahun 2011 tentang Retribusi Jasa Umum di
Kabupaten Banyumas bahwa retribusi tarif pelayanan persampahan
untuk setiap keluarga sebesar Rp.5.000,00 (lima ribu rupiah) setiap
bulan/rumah tangga.
b. Pembiayaan yang dibebankan kepada warga
Hasil wawancara mendalam terhadap enam informan, semua
Lembaga Kemasyarakatan menyebutkan mengenai pembiayaan yang
dibebankan kepada warga adalah warga belum ada yang mengeluh
karena retribusi ditentukan melalui audiensi dan keputusan bersama
masyarakat serta kesadaran warga membuang banyak sampah.
Audiensi dilakukan karena sebelum adanya tukang pengangkut
sampah, banyak sekali masalah lingkungan yang berhubungan dengan
sampah. Audiensi dilakukan dengan mengundang seluruh kepala
keluarga di lingkup RT maupun RW tergantung kebijakan manajemen
RT maupun RW tersebut. Dalam audiensi yang dipimpin oleh Ketua
RT maupun RW dilakukan musyawarah bersama mengenai iuran

124

retribusi pengangkut sampah sehingga tercapai kesepakatan bersama


yaitu sekitar 5.000 sampai 7.000 tergantung volume sampah yang
dihasilkan. Sehingga sampai saat ini belum ada masyarakat yang
mengeluh dengan adanya retribusi tersebut. Sejalan dengan Riswan
(2011) bahwa kesediaan masyarakat untuk membayar retribusi
berkorelasi positif dengan cara pengelolaan sampah rumah tangga.
c. Alternatif sumber pembiayaan selain dari iuran warga
Hasil wawancara mendalam terhadap enam informan, tiga
informan (Rukun Kematian, RW, BKM) menyebutkan bahwa
alternatif pembiayaan selain dari iuran warga adalah berasal dari
mahasiswa, subsidi Pemerintah Daerah

(APBD) jika warga

mengajukan misalnya gerobak melalui PNPM. Sedangkan informan


lainnya (PKK, Karang Taruna, RT) menyebutkan bahwa tidak ada
alternatif pembiayaan selain dari swadaya masyarakat.
RW menyebutkan bahwa adanya sumber pembiayaan dari
mahasiswa karena masyarakat mendapat bantuan dari mahasiswa
berupa pendirian bank sampah sehingga segala fasilitas dan
pendanaan dari mahasiswa. Sedangkan informan menyebutkan
pembiayaan dari subsidi Pemerintah Daerah dalam bentuk prasarana
dan sarana pengelolaan sampah seperti gerobak sampah. Sejalan
dengan penelitian Riswan (2011) bahwa pendanaan pengelolaan
sampah bersumber dari APBD (Anggaran Pendapatan dan Belanja
Daerah).
d. Peran Pemerintah Desa dalam sumber pembiayaan

125

Hasil wawancara mendalam terhadap enam informan, semua


Lembaga Kemasyarakatan menyebutkan bahwa belum ada peran
Pemerintah Desa dalam sumber pembiayaan pengelolaan sampah
melainkan hanya berasal dari swadaya masyarakat, dan hanya
menyediakan sarana dan prasarana.
Sumber pembiayaan menurut informan berasal dari swadaya
masyarakat karena selama ini pengelolaan yang dilakukan hanya
sebatas sistem kumpul, angkut, buang dan belum ada pengolahan
sehingga masyarakat merasa bahwa pembiayaan hanya digunakan
untuk pengangkutan sampah yang berasal dari retribusi pengangkutan
sampah. Pemerintah dalam hal pembiayaan bukan dalam bentuk uang,
melainkan penyediaan prasarana dan sarana pengelolaan sampah
seperti gerobak sampah, tempat pemilahan sampah, TPS (Tempat
Penampungan Sementara), TPA (Tempat Pembuangan Akhir), serta
pengangkutannya.
Biaya pengelolaan persampahan diusahakan diperoleh dari
masyarakat (80%) dan Pemerintah Daerah (20%) yang digunakan
untuk pelayanan umum antara lain: penyapuan jalan, pembersihan
saluran dan tempat-tempat umum. Sedangkan dana pengelolaan
persampahan suatu kota besarnya disyaratkan minimal 10 % dari
APBD. Besarnya retribusi sampah didasarkan pada biaya operasional
pengelolaan sampah (Dit. Jendral Tata Perkotaan dan Tata Perdesaan,
Dep.Kimpraswil, 2003).
6. Persepi tentang Desa Mandiri Sampah

126

Hasil wawancara dengan enam informan, semua Lembaga


Kemasyarakatan menyebutkan bahwa Desa Mandiri Sampah adalah
Desa yang terkoordinir dan peduli terhadap pengelolaan sampah
tanpa campur tangan Pemerintah serta ditunjang dengan sarana
prasarana dan pemahaman masyarakat.
Desa Mandiri Sampah perlu adanya suatu kelompok masyarakat
yang peduli untuk mengkoordinasikan masyarakat agar tercipta
kualitas lingkungan yang bersih tanpa sampah. Selain itu kelompok
masyarakat dan masyarakatnya harus mempunyai komitmen dan
kesadaran bersama menuju perubahan sikap, perilaku, dan etika yang
berbudaya lingkungan. Sejalan dengan Artiningsih (2008) bahwa
peran serta masyarakat dalam pengelolaan sampah perlu dikoordinir
oleh kelompok swadaya masyarakat (KSM).
7. Persepsi jika Kelurahan Grendeng dijadikan sebagai Desa Mandiri
Sampah
a. Persepsi mengenai peran aktif masyarakat yang ada terhadap Desa
Mandiri Sampah
Hasil wawancara mendalam terhadap enam informan, lima
informan (BKM, Karang Taruna, RT, RW, Rukun Kematian)
menyebutkan bahwa persepsi mengenai peran aktif masyarakat yang
ada terhadap Desa Mandiri Sampah adalah mampu untuk membentuk
Desa Mandiri Sampah namun perlu pendampingan dari Pemerintah,
alokasi khusus serta kesadaran masyarakat. Sedangkan informan

127

lainnya menyebutkan belum mampu untuk memberntuk Desa Mandiri


Sampah karena kesadaran masyarakat belum muncul.
Kesadaran masyarakat yang ada saat ini masih kurang sehingga
informan merasa belum mampu untuk dijadikan sebagai Desa Mandiri
Sampah. Kesadaran masyarakat untuk peduli terhadap pengelolaan
sampah

disebabkan

karena

tingkat

pendidikan

dan

tingkat

kesejahteraan masyarakat Kelurahan Grendeng sehingga kelompok


swadaya masyarakat merasa susah untuk mengajak masyarakat peduli
terhadap pengelolaan sampah. Profil Kelurahan Grendeng Tahun 2009
menyebutkan bahwa mayoritas pekerjaan masyarakat Grendeng
adalah buruh sehingga pendapatan mereka hanya cukup untuk
kebutuhan sehari-hari. Hal itu menyebabkan masyarkaat kurang
peduli terhadap pengelolaan sampah. Sejalan dengan Riswan (2011)
bahwa tingkat pendidikan dan tingkat pendapatan berkorelasi positif
terhadap cara pengelolaan sampah rumah tangga.
Aspek peran serta dari masyarakat sangat penting dalam
melaksanakan pengelolaan sampah sesuai dengan perencanaan yang
dilakukan. Merubah perilaku masyarakat adalah hal yag cukup sulit,
namun jika dilakukan pembinaan secara terus menerus maka hasilnya
akan didapatkan walaupun perlu waktu yang lama. Sejalan dengan
Riswan (2011) bahwa perilaku terhadap kebersihan berkorelasi
terhadap cara pengelolaan sampah rumah tangga.
b. Persepsi mengenai faktor pelayanan dan kualitas sistem pengelolaan
yang ada terhadap Desa Mandiri Sampah

128

Hasil wawancara mendalam terhadap enam informan, semua


Lembaga Kemasyarakatan menyebutkan bahwa persepsi mengenai
faktor pelayanan dan kualitas sistem pengelolaan persampahan yang
ada terhadap Desa Mandiri Sampah adalah belum mampu untuk
mendukung karena kekurangan personil, administrasi, anggaran, alat
pengelolaan sampah dan pemahaman masyarakat yang rendah.
Tenaga pengangkutan sampah yang ada di Kelurahan Grendeng
belum ada regenerasi artinya bahwa belum ada yang mau
menggantikan tenaga pengangkutan sampah walaupun sudah tua dan
masing-masing RT hanya terdiri dari dua orang pengankut sampah.
Hanya

satu

RW

yang

ada

di

Kelurahan

Grendeng

yang

memberlakukan piket pengangkutan sampah. Selain itu prasarana dan


sarana yang ada masih kurang seperti belum adanya tempat pemilahan
sampah, alat untuk mencacah sampah untuk dibuat menjadi pupuk
organik sehingga masyarakat enggan untuk mengelola sampah karena
keterbatasan

prasarana

dan

sarana

tersebut.

Sejalan

dengan

Artiningsih (2008) bahwa peningkatan jumlah sampah yang tidak


diikuti oleh perbaikan dan peningkatan sarana dan prasarana
pengelolaan sampah mengakibatkan permasalahan sampah menjadi
kompleks.
c. Persepsi mengenai kelembagaan, peraturan pengelolaan sampah, dan
penegakan hukum yang ada terhadap Desa Mandiri Sampah
Hasil wawancara mendalam terhadap enam informan, dua
informan (PKK, Karang Taruna) menyebutkan bahwa persepsi

129

mengenai kelembagaan, peraturan pengelolaan persampahan terhadap


Desa Mandiri Sampah adalah belum mampu mendukung

karena

masyarakat belum mengerti peraturan pengelolaan sampah, dan


kesadaran masyarakat kurang. Sedangkan informan lainnya (BKM,
RT, RW, Rukun Kematian) menyebutkan bahwa mampu untuk
mendukung Desa Mandiri Sampah namun perlu pendampingan pihak
ketiga seperti Pemerintah, lembaga, dan instansi.
PKK dan Karang Taruna menyebutkan bahwa belum mampu
untuk mendukung Desa Mandiri sampah karena peraturan yang belum
disosialisasikan dari Pemerintah sehingga menyebabkan kesadaran
masyarakat kurang. Menurut Rahadyan dan Widagdo (2005),
peraturan yang dibutuhkan dalam sistem pengelolaan sampah di
perkotaan adalah mengatur tentang ketertiban umum terkait dengan
penanganan sampah, bentuk lembaga organisasi pengelolaan, tata cara
penyelenggaraan pengelolaan, tarif jasa pelayanan atau retribusi,
kerjasama dengan pihak terkait.
Menurut Rahadyan dan Widagdo (2005), perlu ada pihak yang
peduli

untuk

membangun

kesadaran

masyarakat

agar

dapat

berperilaku budaya lingkungan. Dalam hal ini perlu adanya kelompok


swadaya masyarakat yang terus mendampingi masyarakat untuk
mewujudkan Desa Mandiri Sampah. Selain itu juga perlu dukungan
dari Pemerintah sesuai dengan keputusan walikota Semarang Nomor
660/341 Tahun 2000 tentang Pembentukan Kelompok Swadaya
Masyarakat

(KSM)

untuk

menangani

masalah

penghijauan,

kebersihan, keindahan dan ketertiban, dijelaskan bahwa tugas instansi

130

pengelolaan sampah meliputi pengelolaan sampah dari sumber ke TPS


(Tempat Penampungan Sementara) yang dikelola Kelurahan bersama
kelompok swadaya masyarakat di tiap-tiap RT/RW, pengelolaan
sampah dari TPS (Tempat Penampungan Sementara) ke TPA (Tempat
Pembuangan Akhir) yang dilakukan Kecamatan dibawah koordinasi
Dinas Kebersihan, Pengelolaan sampah niaga (industri), fasilitas
umum dilakukan langsung oleh Dinas Kebersihan selain itu Dinas
Kebersihan juga menjadi pengelola TPA (Tempat Pembuangan Akhir).
d. Persepsi mengenai sumber dana yang ada terhadap Desa Mandiri
Sampah
Hasil wawancara mendalam terhadap enam informan, tiga
informan (PKK, BKM, RW) menyebutkan bahwa persepsi mengenai
sumber dana yang ada terhadap Desa Mandiri Sampah adalah sumber
dana masih belum cukup dan butuh alokasi dana untuk mendukung
Desa Mandiri Sampah. Sedangkan informan lainnya (Karang Taruna,
RT, Rukun Kematian) menyebutkan sumber dana mampu untuk
mendukung Desa Mandiri Sampah.
Informan (Karang Taruna, RT, Rukun Kematian) merasa mampu
terhadap sumber dana yang ada karena permasalahan utama adalah
kesadaran dari masyarakat itu sendiri. Selain itu sistem pengelolaan
yang ada di Kelurahan Grendeng masih sistem kumpul-angkut-buang
sehingga masyarakat hanya perlu dana untuk pengangkutan karena
belum ada pengolahan. Sedangkan informan (PKK, BKM, RW)
merasa kurang mampu untuk sumber dana yang ada guna

131

mewujudkan Desa Mandiri Sampah karena sumber dana selama ini


berasal dari swadaya masyarakat, sedangkan masyarakat memerlukan
ketersediaan prasarana dan sarana pengelolaan sampah seperti
gerobak, tempat sampah dan biaya untuk perawatannya. Sejalan
dengan Artiningsih (2008) bahwa hasil retribusi memiliki kontribusi
yag relatif kecil dan belum dapat diharapkan sebagai sumber anggaran
utama dalam pengelolaan sampah.
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Aspek pengurangan timbulan sampah yang ada di Kelurahan Grendeng
meliputi konsep 3R. Pertama, upaya menggunakan kembali sampah yang
dilakukan masyarakat Grendeng adalah menjual sampah anorganik dan
membuang sampah organik. Kedua, upaya untuk mengurangi sampah
yang dilakukan masyarakat Grendeng adalah menggunakan tas kresek
untuk berbelanja, piket kerjasama mengambil sampah, dan dijual lewat
bank sampah. Ketiga, upaya daur ulang sampah yang dilakukan
masyarakat Grendeng adalah pembuatan kerajinan dari sampah kering
dan pembuatan pupuk organik. Pemerintah hanya berkontribusi berupa
sosialisasi, pembinaan dan pendirian TPS.

123

2. Peran aktif masyarakat dan dunia usaha/swasta sebagai mitra pengelolaan


di Kelurahan Grendeng adalah rutin melakukan kerjabakti bersama atas
kebijakan RT dan RW, ikutserta dalam pelatihan pengelolaan sampah,
membayar retribusi setiap bulan, dan penyuluhan tentang pemilahan
sampah dari mahasiswa.
3. Pelayanan dan kualitas sistem pengelolaan di Kelurahan Grendeng adalah
sistem pengelolaan sampah bersifat kumpul-angkut-buang, belum ada
upaya pengelolaan sampah dimulai dari sumbernya, TPS (Tempat
Penampungan Sementara) cukup untuk menampung volume sampah di
Kelurahan Grendeng, Kecamatan Purwokerto Utara sehingga tidak perlu
adanya penambahan TPS (Tempat Penampungan Sementara). Pemerintah
berkontribusi sebagai fasilitator pengadaan prasarana dan sarana
pengelolaan sampah.
4. Kemampuan kelembagaan, peraturan dan perundangan serta penegakan
hukum pengelolaan sampah di Kelurahan Grendeng Kecamatan
Purwokerto Utara adalah kelembagaan yang mengatur pengelolaan
sampah meliputi Pemerintah Desa, RT, RW, Dinas Cipta Karya, Karang
Taruna, PKK, Koperasi dan Bank Sampah, PNPM, BKM, Rukun
Kematian yang pemantauan dan evaluasi terhadap pengelolaan sampah
tergantung pada manajemen dan kebijakan masing-masing. Peraturan
yang

mengatur

pengelolaan

sampah

meliputi

Peraturan

Daerah

Banyumas, UU. No.18 tahun 2008 yang hanya dijadikan sebagai payung

124

hukum sehingga masyarakat tidak melakukan pengelolaan sampah sesuai


peraturan dan belum ada sanksi bagi warga yang melanggar.
5. Kemampuan sumber pembiayaan pengelolaan sampah yang ada di
Kelurahan Grendeng, Kecamatan Purwokerto Utara adalah berasal dari
swadaya masyarakat sedangkan Pemerintah hanya sebagai fasilitator
pengadaan prasarana dan sarana pengelolaan sampah. Swadaya
masyarakat berupa retribusi pengangkutan sampah dan besarnya retribusi
ditentukan melalui audiensi dan musyawarah sehingga belum ada yang
mengeluh tentang adanya penarikan retribusi tersebut.
6. Persepsi Kelompok Swadaya Masyarakat mengenai Desa Mandiri
Sampah adalah Desa yang terkoordinir dan peduli terhadap pengelolaan
sampah tanpa campur tangan dari Pemerintah serta ditunjang dengan
sarana prasarana dan pemahaman masyarakat.
7. Persepsi Kelompok Swadaya Masyarakat jika Kelurahan Grendeng
Kecamatan Purwokerto Utara dijadikan sebagai Desa Mandiri sampah
adalah mampu untuk membentuk Desa Mandiri Sampah jika ada alokasi
khusus dari Pemerintah dan adanya kesadaran masyarakat mengenai
pengelolaan sampah yang baik.

B. Saran
1. Bagi Masyarakat

125

a. Perlu pengelolaan sampah secara optimal, bukan hanya sekedar


pengangkutan sampah melainkan pengurangan sampah yang meliputi
pembatasan timbulan sampah, pendaur ulang sampah, pemanfaatan
kembali sampah, dan penanganan sampah meliputi pemilahan,
pengumpulan, pengangkutan, pengolahan, pemrosesan akhir.
b. Perlu adanya peningkatan cakupan bank sampah yang ada di
Kelurahan Grendeng menjadi bank sampah tingkat Kelurahan
Grendeng

sehingga

bisa

menambah

pemasukan

dana

guna

meningkatkan kesejahteraan masyarakat.


2. Bagi Lembaga Kemasyarakatan
a. Perlu lebih banyak mengadakan sosialisasi tentang pengelolaan
sampah rumah tangga berbasis masyarakat, peraturan yang berlaku
supaya kesadaran masyarakat bisa optimal dalam melakukan
pengelolaan sampah.
b. Untuk memenuhi prasarana dan sarana yang belum memadai, perlu
peran stakeholder untuk mengatur hasil penjualan sampah anorganik
melalui bank sampah yang ada untuk bisa memenuhi prasarana dan
sarana tersebut.
3. Bagi Jurusan Kesehatan Masyarakat
a. Perlu mengadakan sosialisasi kepada masyarakat sekitar tentang
pengelolaan sampah yang baik sesuai dengan Undang-Undang No.18
Tahun 2008

126

b. Perlu mengadakan program pengelolaan sampah yang berkelanjutan


seperti program KKN yang berkelanjutan.
4. Bagi Mahasiswa
a. Perlu adanya pembinaan dan pendampingan dalam program
pengelolaan sampah yang berkelanjutan.

DAFTAR PUSTAKA
Artiningsih, A. 2008. Peran Serta Masyarakat dalam Pengelolaan Sampah Rumah
Tangga (Studi Kasus di Sampangan dan Jomblang, Kota Semarang).
Tesis. Program Pasca Sarjana, Magister Ilmu Lingkungan, Universitas
Diponegoro. Semarang. 110 hal. (Tidak dipublikasikan).
Basriyanta. 2007. Memanen Sampah. Kanisius, Yogyakata.
Direktorat Jenderal Cipta Karya. 2010. Rencana Strategis Direktorat Jenderal
Cipta Karya 2010-2014. Kementerian Pekerjaan Umum, Jakarta.
Dwiyanto, B.M. Model Peningkatan Partisipasi Masyarakat dan Penguatan
Sinergi dalam Pengelolaan Sampah Perkotaan. Jurnal Ekonomi
Pembangunan. Vol.12 No.2 Desember 2011:239-256.

127

Faizah. 2008. Pengelolaan Sampah Rumah Tangga Berbasis (Studi Kasus di Kota
Yogyakarta. Tesis.Program Magister Ilmu Lingkungan, Universitas
Diponegoro. Semarang. 154 hal. (Tidak dipublikasikan).
Hapsari, R. 2010. Analisis Pengelolaan Sampah dengan Pendekatan Sistem di
RSUD dr.Moewardi Surakarta. Tesis. Program Pasca Sarjana, Magister
Kesehatan Lingkungan, Universitas Diponegoro. Semarang. 179 hal.
(Tidak dipublikasikan).
Hartanto, W. 2006. Kinerja Pengelolaan Sampah di Kota Gombong Kabupaten
Kebumen. Tesis. Program Pascasarjana, Magister Teknik Pembangunan
Wilayah dan Kota Universitas Diponegoro. Semarang.165 hal. (Tidak
dipublikasikan).
Karo, Y.T.Br. 2009. Pengelolaan Sampah Rumah Tangga di Kelurahan Sidorame
Timur Kecamatan Medan Perjuangan Kota Medan. Skripsi. Departemen
Ilmu Administrasi Negara, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik,
Universitas Sumatera Utara. Medan. 144 hal. (Tidak dipublikasikan).
Kementerian Lingkungan Hidup. 2008. Statistik Persampahan Indonesia.
Kementerian Lingkungan Hidup, Jakarta.
Keputusan Menteri Dalam Negeri dan Otonomi Daerah Republik Indonesia
Nomor 53 Tahun 2000 tentang Gerakan Pemberdayaan dan
Kesejahteraan Keluarga. 2010. Jakarta.
Kurniaty, D.R. dan Rizal, M. Pemanfaatan Hasil Pengelolaan Sampah Sebagai
Alternatif Bahan Bangunan Konstruksi. Jurnal SMARTek, Vol.9 No.1
Februari 2011:47-60.
Moleong, L.J. 2007. Metodologi Penelitian Kualitatif. PT Remaja Rosdakarya
Offset. Bandung.
Naryono, E. dan Soemarno. 2013. Perancangan Sistem Pemilahan, Pengeringan
dan Pembakaran Sampah Organik Rumah Tangga. Indonesian Green
Technology Jurnal. Vol. 2 No.1 2013: E-ISSN 2338-1787:27-36.
Nasdian, F. T. 2003. Pengembangan Masyarakat. Bogor: Bagian Ilmu-Ilmu
Sosial, Komunikasi dan Ekologi Manusia. Departemen Ilmu- Ilmu
Sosial Ekonomi. Fakultas Pertanian IPB.
Notoatmodjo, S. 2002. Metodologi Penelitian Kesehatan. PT. Rineka Cipta.
Jakarta.
__________. 2005. Promosi Kesehatan Teori dan Aplikasi. PT.Rineka Cipta.
Jakarta.
__________. 2007. Kesehatan Masyarakat Ilmu dan Seni. PT Rineka Cipta.
Jakarta.
Peraturan Daerah Kabupaten Banyumas Nomor 6 Tahun 2012 tentang
Pengelolaan Sampah. 2012. Banyumas.

128

Peraturan Daerah Kabupaten Banyumas Nomor 19 Tahun 2011 tentang Retribusi


Jasa Umum di Kabupaten Banyumas. 2011. Banyumas.
Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 12/PMK.05/2012
tentang Penyusunan dan Pelaksanaan Daftar Isian Pelaksanaan
Anggaran Lanjutan Program/Kegiatan Nasional Pemberdayaan
Masyarakat Mandiri Tahun Anggaran 2012 Dengan Sumber Dana dari
Sisa Anggaran Program/Kegiatan Nasional Pemberdayaan Masyarakat
Mandiri Tahun Anggaran 2011. 2012. Jakarta.
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 21/PRT/M/2006 Tentang Kebijakan
dan Strategi Nasional Pengembangan Sistem Pengelolaan
Persampahan.. 2006. Jakarta.
Peraturan Menteri Sosial Republik Indonesia Nomor 77/HUK/2010 tentang
Pedoman Dasar Karang Taruna. 2010. Jakarta.
Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 tentang Desa. 2005. Jakarta.
Permanasari, D. dan Damanhuri, E. 2011. Studi Efektivitas Bank Sampah sebagai
Salah Satu Pendekatan dalam Pengelolaan Sampah yang Berbasis
Masyarakat. Hal 1-2. Institut Teknologi Bandung, Bandung.
Pramono, S.S. 2004. Studi Mengenai Komposisi Sampah Perkotaan di NegaraNegara Berkembang.Jakarta: Universitas Gunadarma.
Pratiwi, A. T. 2008. Tingkat Partisipasi Warga dalam Penyelenggaraan Radio
Komunitas. Skripsi. Program Studi Komunikasi dan Pengembangan
Masyarakat. Institut Pertanian Bogor. (Tidak dipublikasikan)
Rahadyan dan Widagdo A.S, 2002. Peningkatan Pengelolaaan Persampahan
Perkotaan Melalui Pengembangan Daur Ulang. Materi Lokakarya 2
Pengelolaan Persampahan Di Propinsi DKI Jakarta.
Riswan, Sunoko, H.R, dan Hardiyanto, A. 2011. Pengelolaan Sampah Rumah
Tangga di Kecamatan Daha Selatan. Jurnal Ilmu Lingkungan Vol.9 No.1.
April 2011:31-39
Saribanon, N., Soetarto, E., Sutjahjo, H.S., Gumbira, E., Sumardjo. Pendekatan
tipologi dalam pengembangan partisipasi masyarakat (studi kasus :
pengelolaan sampah permukiman berbasis masyarakat Di kotamadya
jakarta timur). Jurnal Teknik Lingkungan: Vol. 8 hal 235-244.
Sarwono, J. 2006. Metodologi Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif. Graha Ilmu.
Yogyakarta.
Setiadi, A. 2010. Perilaku Pro-Lingkungan pada Pemukiman Perkotaan Studi
Kasus Pengelolaan Sampah di Kampung Sukunan, Yogyakarta.
Universitas Atma Jaya, Yogyakarta.
Setyowati, E.O. 2013. Evaluasi Pengelolaan Sampah (Studi Kualitatif Evaluasi
Pengelolaan Sampah di Kelurahan Grendeng Kecamatan Purwokerto

129

Utara Kabupaten Banyumas). Skripsi. Jurusan Kesehatan Masyarakat,


Fakultas Kedokteran dan Ilmu-ilmu Kesehatan, Universitas Jenderal
Soedirman. Purwokerto. 153 hal. (Tidak dipublikasikan)
Soekanto, S. 2007. Sosiologi Suatu Pengantar. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta.
Standar Nasional Indonesia Nomor 19-2454-2002 tentang Tata Cara Teknik
Operasional Pengelolaan Sampah Perkotaan. Badan Standarisasi
Nasional. Jakarta.
Standar Nasional Indonesia Nomor 19-3983-1995 tentang Spesifikasi Timbulan
Sampah untuk Kota Kecil dan Kota Sedang di Indonesia. Badan
Standarisasi Nasional. Jakarta.
Standar Nasional Indonesia Nomor 3242:2008 tentang Pengelolaan Sampah di
Permukiman. Badan Standarisasi Nasional. Jakarta.
Sudiyana, I.N. Peranan Karang Taruna dalam Pengelolaan Lingkungan
Permukiman di Kampung Surabaya. E-jurnal Dinas Pendidikan Kota
Surabaya, Vol.7. 2012. ISSN:2337-3253:1-8.
Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif & RND. Alfabeta.
Bandung.
Surbakti, S. 2009. Potensi Pengelolaan Sampah Menuju Zero Waste yang
Berbasis Masyarakat di Kecamatan Kedungkandang Kota Malang.
Laporan Penelitian Institut Teknologi Surabaya.
Suyoto, B. 2008. Fenomena Gerakan Mengelola Sampah. PT Prima Infosarana
Media. Jakarta.
Syafrudin. 2004. Model Pengelolaan Sampah Berbasis Masyarakat (Kajian Awal
Untuk Kasus Kota Semarang), Makalah pada Diskusi Interaktif:
Pengelolaan Sampah Perkotaan Secara Terpadu, Program Magister Ilmu
Lingkungan, UNDIP. Semarang.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan
Lingkungan Hidup. 1997. Jakarta.
Undang-Undang Republik Indonesia No.18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan
Sampah. 2008. Jakarta.
Utama, K. 2002. Laporan Studi Pengelolaan Sampah Regional Kabupaten
Semarang dan Kota Salatiga, Laporan Antara Pemerintah Daerah
Provinsi Jateng, Dinas Permukiman dan Tata Ruang. Semarang.(Tidak
Dipublikasikan)
Wahyuni, A. Peran Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Samarinda dalam
Pengelolaan Sampah di Kota Samarinda. Jurnal Ilmu Pemerintahan.
Vol.1 No.2. 2013:751-760.

130

Wibowo, A dan Djajawinata, D.T. 2007. Penanganan Sampah Perkotaan


Terpadu. Jakarta.

Lampiran 1
Alur Penelitian
Survei Pendahuluan
Judul
Faktor-Faktor yang Dihadapi Lembaga Kemasyarakatan Dalam
Optimalisasi Pengelolaan Sampah Domestik Menuju Desa Mandiri
Sampah Di Kelurahan Grendeng Purwokerto Utara
Rumusan Masalah
Faktor-faktor apa yang dihadapi Lembaga Kemasyarakatan dalam
optimalisasi pengelolaan sampah domestik menuju Desa Mandiri Sampah
di Kelurahan Grendeng Purwokerto Utara

131

Studi Pustaka
Observasi
Pengumpulan Data
Wawancara Mendalam
Pengambilan data sekunder
Pengolahan Data

Penyusunan Laporan

Kesimpulan dan Saran

Gambar 1. Alur Penelitian

Lampiran 2. Pedoman Wawancara Mendalam


PEDOMAN WAWANCARA
Faktor-faktor yang Dihadapi Lembaga Kemasyarakatan Dalam Optimalisasi
Pengelolaan Sampah Domestik Menuju Desa Mandiri Sampah di Kelurahan
Grendeng, Purwokerto Utara
INFORMAN
Nomor

132

Waktu Wawancara

1. Identitas Subyek Penelitian


Nama

Alamat

Umur

Pendidikan

Pekerjaan

2. Aspek pengurangan timbulan sampah dimulai dari sumbernya.


a. Apa yang rutin dilakukan warga untuk menggunakan kembali sampah?
b. Apa yang rutin dilakukan warga untuk mengurangi timbulan sampah?
c. Apa yang rutin dilakukan warga terkait daur ulang sampah?
d. Program apa yang dilakukan pemerintah desa untuk mengurangi timbulan
sampah?
3. Peran aktif masyarakat dan dunia usaha/swasta sebagai mitra pengelolaan
a. Kapan masyarakat melakukan kerjabakti bersama secara rutin?
b. Apakah pernah dilaksanakan pelatihan pengelolaan sampah?
c. Kontribusi apa yang dilakukan sektor perdagangan yang ada di Kelurahan
Grendeng dalam pengelolaan persampahan?

133

d. Kontribusi apa yang dilakukan warga pendatang di wilayah Kelurahan


Grendeng dalam pengelolaan persampahan?
4. Pelayanan dan kualitas sistem pengelolaan.
a. Bagaimana peran pemerintah desa dalam pengadaan prasarana dan sarana
persampahan?
b. Bagaimana sistem pengelolaan sampah yang dilakukan warga saat ini?
c. Apakah TPS yang ada di Kelurahan Grendeng mencukupi untuk volume
sampah wilayah Kelurahan Grendeng?
d. Perlukah penambahan TPS di Kelurahan Grendeng?
5. Kelembagaan, peraturan, dan perundangan pengelolaan persampahan.
a. Bagaimana bentuk kelembagaan pengelolaan persampahan yang ada di
Kelurahan Grendeng?
b. Apakah lembaga kemasyarakatan pernah melakukan pemantauan dan
evaluasi terhadap pengelolaan persampahan yang ada di Kelurahan
Grendeng?
c. Apakah ada dasar peraturan yang mengatur pengelolaan persampahan di
Kelurahan Grendeng?
d. Apakah ada sanksi bagi warga yang melanggar aturan pengelolaan
persampahan?
6. Kemampuan pembiayaan pengelolaan persampahan.

134

a. Berasal dari mana saja sumber pembiayaan untuk pengelolaan


persampahan yang ada di Kelurahan Grendeng?
b. Bagaimana pendapat anda mengenai pembiayaan yang dibebankan kepada
warga?
c. Apakah ada alternatif pembiayaan selain dari iuran retribusi dari warga?
d. Bagaimana peran pemerintah desa mengenai sumber pembiayaan
pengelolaan sampah?
7. Persepsi mengenai Desa Mandiri Sampah
a. Bagaimana persepsi Desa Mandiri Sampah menurut pandangan Anda?
8. Persepsi jika Kelurahan Grendeng dijadikan sebagai Desa Mandiri Sampah
a. Bagaimana persepsi Anda mengenai peran aktif masyarakat yang ada
terhadap Desa Mandiri Sampah?
b. Bagaimana persepsi Anda mengenai faktor pelayanan dan kualitas sistem
pengelolaan sampah yang ada terhadap Desa Mandiri Sampah?
c. Bagaimana persepsi Anda mengenai kelembagaan, peraturan pengelolaan
sampah yang ada terhadap Desa Mandiri Sampah?
d. Bagaimana persepsi Anda mengenai sumber pembiayaan pengelolaan
sampah yang ada terhadap Desa Mandiri Sampah?
Lampiran 3. Matriks Jawaban Informan
Pertanyaan

Jawaban

Koding

135

A. Aspek Pengurangan Timbulan Sampah Dimulai dari Sumbernya


1. Apa
yang
Informan 1: Selama ini sih belum
rutin
keliatan lah untuk menggunakan
dilakukan
kembali lah. Paling-paling itu yaa
warga untuk
sampah-sampah yang sekiranya
menggunaka
bisa dimanfaatkan dijual ke
n
kembali
rongsok itu.
sampah?

Informan 2 : Menggunakan kembali


sepengetahuan
kami,
mereka
mengambil barang-barang yang
tidak terpakai digunakan kembali
menjadi terpakai, reuse lah
contohnya lampu bekas terus
dijadikan kerajinan tangan, tapi
terbatas tidak semua, kegiatankegiatan 3R itu bahkan dikatakan
tidak
ada,
adapun
mereka
mengambilnya untuk dijual kembali
kaya plastik kaya pemulung itu
lah.
Informan 3 : Setau saya si ehm paling
buat ini ya apa kalo sampah organik
dipendem lo apa taroh di pot apa
dimana heeh kalo orang sini kalo
gak dikubur dimana kalo organic,
kalo anorganik biasanya ya dibuang
di bak sampah

Informan 4: kita mungkin ngambil


barang-barang yang masih bisa
dipake, dalam arti kita bisa
menabung atau menjualnya ya,
contohnya plastik putih, kertas,
limbah-limbah
dari
elektro,
biasanya kan orang kadan-kadang
beli alat elektro ya, yang ga kepake
otomatis biasanya kalo dulu ya
sebelum ada bank sampah langsung
dibuang, lha ini kita ga jadi masingmasing di elektro jg banyak yang
masih bisa digunakan sih utk
ditabung atau dijual dari rangkanya
dari dalemnya (biasanya ngejualnya
kemana ) kita ke babeh. (semua
warga disini ngejualnya kesana
pak) iya kita tampung dulu di bank
sampah, kita sistemnya menabung
sih. Jd kalo ada perorangan yg
mereka mencari diluar bisa menjual
ke babeh, tp kalo sampah rumah
tangga yg dulunya kita buang

Informan
menyebutkan
bahwa belum
kegiatan
rutin
dila
warga
menggunaka
kembali s
namun
s
yang
dimanfaatka
hanya diju
rongsok.

Informan
menyebutkan
bahwa tidak
kegiatan
rutin
dila
warga
menggunaka
kembali s
atau reuse n
hanya meng
sampah
plastik
dijual
pemulung.

Informan
menyebutkan
bahwa
ke
yang
dilakukan
untuk
menggunaka
kembali s
adalah
s
organik dip
atau ditaruh
sedangkan
anorganik di
di bak sampa

Informan
menyebutkan
bahwa
ke
yang
dilakukan
untuk
menggunaka
kembali s
adalah meng
barang-baran
yang masih
dipakai untu

136

sekarang ditabung.
Informan
5 : kalau sini yang
digunakan
lagi
ya
sampah
anorganik,
karena
sampah
anorganik
kan
masih
bisa
dikumpulkan masih laku dijual gitu
buat nambah kesejahteraan. Kalau
sampah organik sendiri sementara
masih dibuang ke TPA, lha itu
caranya warga sendiri kalau
mbuang ada petugasnya, terus kita
mbayar ke petugasnya gitu.
Informan 6 : sebenarnya kalau untuk
persampahan kecil untuk warga ya,
artinya bukan sebagai bukan
mayoritas mata pencaharian dari
sampah. Itu menjual barang-barang
yang masih laku sebagai hasil
tambahan ya. (itu yang dijual
sampah apa Pak?) ya jenis barang
yang apa ya namanya nonorganik
apa ya, plastik, ember, botol.

dijual
plastik
kertas,
elektro.

Informan
menyebutkan
bahwa
ke
yang
dilakukan
menggunaka
kembali s
adalah
s
anorganik
untuk men
kesejahteraa
sedangkan s
organik di
ke TPA.

Informan
menyebutkan
bahwa
ke
rutin
dilakukan
menggunaka
kembali s
adalah
m
barang-baran
yang masih
seperti
p
ember,
sebagai
tambahan.

2.

Apa
yang
rutin
dilakukan
warga untuk
mengurangi
timbulan
sampah?

Informan 1 : Kalau yang ada disini


khususnya di wilayah RT saya ya,
RT dan RW ini itu untuk sampah itu
masing-masing ibu rumah tangga
itu setiap harinya mengumpulkan
sampah di masing-masing rumah
dan setiap hari bapak-bapak yang
mengambili. Jadi kerja sama antara
-ibu dengan bapak-bapak, jadi ibu

Informan
menyebutkan
kegiatan
rutin
dila
warga
mengurangi
timbulan s
adalah kerj
antara ibu-ib

137

membuat
sampahnya,
bapakbapaknya dibuat piket untuk
mengambili sampah kemudian
sampah itu dibuang ke tempat
sampah
Informan 2: Reduce kan mengurangi
dari kita, paling untuk upaya
pengurangan seperti saya membeli
rokok di supermarket, terus dikasih
plastik, kemudian saya tolak. Itu
contoh sepele itu, itu sudah upaya
mengurangi
di
sumbernya,
pengolahan sampah yang baik kan
di sumbernya, ya kan sumbernya
dipilah dulu diolah dulu, tapi kalau
di TPA sudah 0% itu sudah bagus
banget, tapi susah.
Informan 3 : Ngopo yo kayaknya si
gak ada lo, warga itu apa ya kalo
untuk masalah sampah emang udah
sehari-harinya kayak gitu sih ya,
mengurangi sampah ngko disit
(nanti dulu), sampah udah banyak
apa si yang dilakukan warga,
menggunakan seminimal mungkin
mungkin apa kayak kresek kayak
kuwe, paling itu, apa yadibakar
paling.
Informan 4 : kalau itu pernah ya kita
sosialisasikan
bahwa
kalau,
mungkin dari yg kecil aja ya, kalau
kita belanja kita bawa tempat
sendiri lah . kalau dulu kan belanja
tinggal bawa uang, belanja ke
warung pulang plastik banyak.
Kalau sekarang ya kita sedikitsediktlah bawa tempat sendiri ke
warung jadi kita eee tidak, sampah
di rumah tangga tidak begitu
numpuk, sampah plastik tersebut.
Informan 5 : upaya warga mengurangi
sampah ya itu ya ya kaya ibaratkan
untuk sebagai pemberitauan kepada
masyarakat kalau ke warung
misalnya sebagai itu bawa bawa
tempat sendiri atau itu apa itu apa
jadi dari warung sendiri kan ga
membawa sampah itu, plastik
kresek dan sebagainya, misalnya
mbawa tas kresek ya dari rumah
misalnya untuk mengurangi sampah
dari rumah itu. Memang sudah saya
sosialisasikan
tapi
namanya
manusia kadang-kadang kita lupa

bapak-bapak
mengumpulk
dan
mem
sampah ke t
sampah
d
dibuat
mengambil
sampah
tangga.

Informan
menyebutkan
bahwa
ke
yang
dilakukan
untuk meng
sampah
reduce
menolak
pemberian
saat
me
sesuatu
supermarket
merupakan
yang baik
mengurangi
sampah
sumbernya.

Informan
menyebutkan
bahwa tidak
kegiatan
rutin
dila
warga
mengurangi
sampah,
n
hanya
d
seperti
s
kresek.

Informan
menyebutkan
bahwa
ke
yang
dilakukan
untuk meng
sampah
membawa t
sendiri
berbelanja.

138

hehe akhirnya kan bawa sampah


dari sana, kadang-kadang kan
lumayan gitu karena sampah ini kan
masih laku dijual ke bank gitu, ya
disini kan ada bank sampah.(jadi
plastik-plastik masih bisa dijual ya
Pak?) iya masih kalau sampahsampah anorganik masih laku dijual
ya dijual ke bank buat nabung gitu
(itu per kilonya berapa Pak?) kalau
sampah plastik itu 1.000 per
kilonya (sampah plastiknya ada
karakteristiknya gitu?) ya plastik
polos, khusus plastik polos putih,
kalau sampah apa plastik-plastik ya
warna itu ga laku. (terus itu dari
bank sampah itu sendiri dijual itu
Pak)
Bank
sampah
sendiri
kerjasama dengan Koperasi Babeh,
kita-kita ngambil sampah itu mitra
kerjanya juga bank sampah, kita
punya tabungan sampah dari
masyarakat kita alokasikan ke
Koperasi Babeh nanti kita dapet apa
itu istilahnya bagi hasil usahanya
seperti itu, misal kita beli plastik
1.000 kita jual ke babeh juga 1.000,
nanti Babeh jual ke juragan kan
1.000 lebih, karena sementara bank
sampah sendiri belum bisa mandiri
sih, ga punya tempat sendiri

Informan
menyebutkan
bahwa
ke
yang
dilakukan
untuk meng
sampah
membawa
kresek saat
ke warung n
warga serin
lupa
p
sudah
disosialisasik
sehingga m
kadang
membawa s
plastik itu.

Informan 6 : itu lewat bank sampah


itu

3.

Apa
yang
rutin
dilakukan
warga terkait
daur ulang
sampah?

Informan 1 : Belum, paling-paling


disini tukang ban hanya anu aja apa
istilahnya bikin

Informan 2 : Belum, kegiatan 3R-nya


belum ada, reuse, recycle terus
satunya apa yaa reduce, reduce kan

Informan
menyebutkan
bahwa
ke
rutin
dilakukan
mengurangi
sampah
lewat
sampah.
Informan
menyebutkan
bahwa belum
kegiatan
rutin
dila
untuk
m
ulang sampa
Informan

139

mengurangi,
recycle
mendaur
ulang, terus reuse menggunakan
kembali.
Informan 3 : Ooh Kalo daur ulang
emang udah ada pembuatan pupuk
organik yang dilakukan itu ya yang
mana bank sampah itu RT 4
pokoknya ketua RT 4 itu cari aja
RT 4 RW 4, bentuknya itu dibuat
menjadi sampah cair apa ya pupuk
cair biasanya tapi yang organik ,
kalo yang anorganik itu di koperasi
babeh kalo di koperasi babeh itu
ada tabungan sampah kan itu. Tapi
tidak berjalan lama ya maksudnya
apa ya gak sampe sebulan ya lah.
Informan
4: Kalau daur ulang
mungkin kita yang sampah kering
ya yg baru kita lakukan, kalo untuk
sampah basah kita belum karena
kita kerjasama dengan kaya dinas
cipta karya, itu jg kita hanya
sebatas, apa ya, sebatas hanya kita
diberi pengetahuan kaya gini kaya
gini gitu kan, masalah praktek dan
alatnya kita belum. (Sampah
keringnya td dijadiin sbg apa ya
Pak ) utk sementara masih kita
kumpulkan. Kalo rencana, ya
rencana kedepan kan kita kalo dari
sampah misal contohnya bungkus
kopi, yg snack yg dalamnya ada
alumunium foil itu, kedepannya
rencana kami dari bank sampah sih
ingin buat kerajinan.
Informan 5 : Disini ini untuk mendaur
ulang sampah itu, keinginan kita sih
ya karena setelah kita melihat atau
studi banding ke bank-bank sampah
yang sudah jadi , kemarin kan
sebelumnya
mendirikan
bank
sampah disini saya studi banding ke
Cilacap karena kan sistemnya
plastik-plastik bekas-bekas sampo
dan plastik yang tidak bisa didaur
ulang lagi kan disana itu dibikin
kerajinan lah, itu kerajinannya
bagus-bagus itu. (jadi dari sini
cuma menyediakan bahannya gitu?)
iyaa bahannya-bahannya kalau
sudah banyak nanti kita setor
kesana, karena disini terus terang
saja yaa segalanya memang belum
mumpuni karena masih baru, kalau

menyebutkan
bahwa belum
kegiatan
(Reuse
menggunaka
kembali, R
itu mendaur
Reduce
mengurangi)

Informan
menyebutkan
bahwa
ke
yang
dila
warga
mendaur
sampah
pembuatan
organik
sedangkan
anorganik
koperasi X
ada
tab
sampahnya
tidak
be
lama.

Informan
menyebutkan
bahwa
ke
yang
dila
warga
mendaur
sampah
sampah
seperti
bu
kopi, snack
ada
alum
foil rencana
kerajinan
bank
sa
sedangkan s
basah
didaur karen
Dinas Cipta
hanya
s
diberi
pengetahuan

Informan
menyebutkan
kegiatan
rutin
dila

140

di Cilacap kan sudah punya tempat


sampah sendiri, gedung untuk buat
kerajinan, ini gedung buat toko,
disana ada toko sampah gitu lho
hehe, toko bank sampah itu. (Kalau
daerah sini
Pak sudah pernah
mendaur ulang sampah?) Belum
(kaya bikin kerajinan gitu?) oh
pernah, pernah tapi ya mungkin itu
karena saking cara pemasarannya,
bunga itu (nunjuk kerajinan bunga
dari sampah) ini dari tas kresek itu,
sebenarnya bagus mungkin tinggal
ketekunannya gitu, ini tas kresek
sisa kie bekas ini. Ini sebenarnya
bagus ini, kalau tekun membikin
gitu ya bisa, karena karena
ketidaktekunnya itu ya hehee
cuman kita beli ininya ini (botolnya
juga bekas ini ya Pak) iya bekas
semuanya. (terus disini kalau daur
ulang bikin pupuk Pak?) belum,
disini baru rencana rencana dari
bank sampah karena otomatis kan
kita membikin pupuk organik kan
kalau kita punya mesin, dan tempat
karena semua itu baru kita program,
untuk kedepannya kalau seperti itu
toh toh dari kan tidak mungkin saya
mendirikan bank sampah sendiri,
hanya berjalan dari dukungan
masyarakat sendri, kalau dari pihak
pemerintah tidak mendampingi kan
tidak mungkin jalan juga seperti itu,
wong kita mendirikan bank sampah
seperti ini ya yang mayoritas jadi
kendala saya ya untuk administrasi
kan kita butuh banget alat angkut
seperti gerobak dan alat timbang,
itu kan nda , kita mengajukan ke
LBH to sampai sekarang belum
turun sudah 2 bulan, susah banget e
itu ke Dinas Cipta Karya, itu
kemana sebenarnya, wong saya kan
itu kan darurat banget alat angkut,
kan dari sini punya tempat masih
nginduk lah nanti setelah pada
ngumpul dari nasabah pada setor
nabung nanti kan sampah itu
dibawa ke koperasi itu perlu juga
alat
angkut,
kita
langsung
mengajukan
malah
sampai
sekarang.

untuk
m
ulang
s
adalah
p
membuat
kerajinan
dari bekas
kresek
n
tidak tekun.
itu belum ad
ulang
s
menjadi
p
dan
itu
rencana dari
sampah
masih ada k
dengan mes
tempat.

Informan 6 : oh itu kita belum nyampe


kesitu, itu perlu proses karena
dananya besar sih mas
Informan

141

menyebutkan
bahwa belum
kegiatan
dilakukan
daur ulang s
karena
proses dan
yang besar.
4.

Program apa
yang
dilakukan
Pemerintah
untuk
pengelolaan
sampah di
Kelurahan
Grendeng?

Informan 1 : Eee dari Pemerintah


Desa sih pernah ini kaya sosialisasi
kaya gitu, kaya PKK didatangkan
ahlinya misalnya untuk membuat
karya tas atau apa dari plastik itu.
Ya mungkin hanya sebatas itu tapi
tindak lanjut kesini kembali ke
masing-masing
Informan 2 : Hehe pertama paling
sosialisasi melalui Dinas terkait,
kaya kita melalui PNPM kan gitu,
yang kedua yaa pendirian TPS
gitu.

Informan 3: Setau saya sih enggak ada


lo, setau saya si ehm kalo sampah
itu memang dikelola sama kalo gak
salah sih sama marsudi layu apa ya
heeh kelompok sampah itu sudah
ada sendiri lah per rt itu yang
mengelola, jadi yang namanya
narik sampah sampe jual ke bank
sampah itu semuanya serahkan
sama yang ngelola.
Informan 4 : kalo pemerintah desa sih,
eheeem, secara langsung sih engga
ya engga pernah terjun gitu secara
langsung karena dari masing2 RT
mungkin sudah ada yang apa jd
kordinator gitu. Jd masing-masing
rukmat atau rukun kematian itu kan
kerjanya yang disampah dibidang
sosialnya iya. (jadi utuk pemerintah
sendiri ) belum sampai saat ini
kayanya belum paling kalo kita apa
ya mengajukan peralatan seperti
gerobak ya hanya lewatnya
kelurahan,
kelurahan
yg
memfasilitasi.
Informan 5 : kayaknya dari Kelurahan
itu ga ada, cuman cuman sementara
mayoritas adalah petugas sampah
sendiri masing-masing RT disini

Informan
menyebutkan
bahwa
pr
yang
dila
pemerintah
pengelolaan
sampah
mendatangka
ahlinya
PKK
membuat ka
dari plastik.

Informan
menyebutkan
bahwa
pr
yang
dila
pemerintah
pengelolaan
sampah
sosialisasi m
Dinas
seperti PNPM
pendirian TP

Informan
menyebutkan
bahwa tidak
program
dilakukan
pemerintah
pengelolaan
sampah
selama ini di
oleh
M
Layu mula
pernarikan s
sampai menj
bank sampah

Informan
menyebutkan
bahwa belum
program
Pemerintah
pengelolaan
sampah
belum
p
terjun lan

142

seperti itu jadi sifate ini RT sini,


RW sini kan ada 4 RT yaitu petugas
sampahnya itu dari RT masingmasing, kita kumpulkan didepan
rumah atau 1 kotak sampah orang
berapa,seminggu 2 atau 3 kali
diangkut ke TPS (setiap Rtnya
berapa orang itu yang ngangkutin?)
3 orang. (kalau dari Pemerintah
Desa kayak semacam program
pelatihan itu Pak pernah diadakan?)
sini ya jadi gimana ya, saya kadang
itu dari Desa ke Kelurahan, itu
sama sekali dari
temen-temen
Kelurahan memikirkan wilayah
sendiri, jadi kalau ada acara apapun
itu rencana dari tokoh masyarakat,
dari Kelurahan sendiri itu biasanya
tidak ada apa-apanya hanya taunya
diberi tau ini ini ini. Itu saya
kemarin mendirikan bank sampah
kerjasama
dengan
mahasiswa
Kesmas, setelah kita matang kita
sekaligus apa pembukaan itu apa
pemotongan pita itu saya baru
ngundang Pak Lurah itu, sama
kemarin ulang tahun koperasi kita
nebeng aja sekalian biar rame gitu.
Jadi pembukaan lah pembukaan
bank sampah.

namun
memfasilitas
apabila
mengajukan
peralatan.

Informan
menyebutkan
bahwa tidak
program
Pemerintah
pengelolaan
sampah
sudah
dit
oleh
p
sampah m
masing RT
mengambil
sampah di
rumah
kemudian
diangkut ke

Informan 6 : Ya sementara belum


tersentuh banget, masih sekedar apa
itu,
pembinaan-pembinaan
semacam itu, yang riil belum ada

Informan
menyebutkan
bahwa
pr
Pemerintah
pengelolaan
sampah
hanya
s
pembinaan.
B. Peran aktif masyarakat dan dunia usaha/swasta sebagai mitra pengelolaan
1. Pernahkah
Informan 1: Kerjabaktinya ya kurang
masyarakat
rutin, di wilayah sini kurang rutin,
melakukan
karena kaya pertemuan ini apa,
kerjabakti
pertemuan bapak-bapak kurang
bersama?
rutin, jadi kurang komunikasi.
Informan 2 : Oh sering, kita bicara

Informan
menyebutkan
bahwa
ke
kerja
bersama
k
rutin
kurangnya

143

mana nih, lingkungan Desa, apa RT,


apa RW, kalau di RT sini kerjabakti
kebetulan saya pengurus RT. Oh
nda, paling setahun 6 atau 7 kali,
kalau rutin iya karena sudah
kebiasaan lah, jadi di RT kan ada
pertemuan rutin, saya di RT kalau
dirasa masyarakat sudah kotor, kita
usulkan kerja bakti. Lha kemarin
menjelang hari puasa, Ramadhan
kerjabakti-kerjabakti di kuburuan
gitu, kalau lingkungan rutin, rutin
cuman aku ga bisa ngomong
sebulan sekali sebulan berapa kali,
kadang-kadang insidental juga sih.
Informan 3 : Itu kebijakan tiap RT tapi
biasanya jarang si paling 2 bulan
sekali karna masyarakat grendeng
itu udh apa ya tergolonge apa ya
bukan masyarakat desa sing kayak
ganu lah ini udah apa ya peralihan
si dadine yang namanya kerja bakti
udah susah. ya peralihan antara
desa ke kota dibilang kota ya bukan
kota
dibilang
desa
tapi
masyarakatnya udh mulai udah
masyarakat kotalah dalam artian
udah sibuk sendiri-sendiri si jadi
susah si gerakinnya agak susah.
Informan 4 : sebulan sekali, rutin,
semua warga pria, jadi apa ya eehh
tidak setempat gitu jadi semua
warga bagian barat ya melakukan
bagian barat kalo di barat sudah
selesai mungkin sini masih
membutuhkan tenaga dari barat
juga kesini gitu.
Informan 5 : Oh rutinitas mas, kalau
warga sini sudah diprogram untuk
sebulan sekali untuk minggu
pertama kita kerjabakti massal,
kalau wilayah RW 1 itu jadi sudah
diprogram minggu pertama itu
kerjabakti massal. Kalau RW lain
belum tau itu, belum ada kegiatan
seperti di RW sini. Rata-rata sudah
semarak, dalam arti kerjabaktine
ada, siskamling rutinitas.
Informan 6 : sebulan sekali rutin

komunikasi
pertemuan b
bapak.

Informan
menyebutkan
bahwa
ke
kerja
bersama dila
secara rutin
6-7 kali s
dan
b
insidental
menjelang
Ramadhan
apabila lingk
dirasa sudah

Informan
menyebutkan
bahwa
ke
kerja
bersama dila
secara rut
bulan sekal
dasar
keb
RT.

Informan
menyebutkan
bahwa masy
rutin mela
kerjabakti be
yaitu
s
sekali
dilakukan
semua warga

Informan
menyebutkan
bahwa masy
rutin
melakukan
kerjabakti be
yaitu
s
sekali
dilakukan
minggu perta

144

Informan
menyebutkan
bahwa masy
rutin mela
kerjabakti be
yaitu
s
sekali
2.

Apakah
pernah
dilaksanakan
pelatihan
pengelolaan
sampah?

Informan 1 : Kalau disini untuk


pelatihan
pengolahan
sampah
belum pernah, paling tingkat desa
itu, paling setahun sepisan (sekali),
masih kurang lah
Informan 2: Kalau seingat saya RT
sini RW sini belum pernah, tapi
kalau Kelurahan dulu pernah ya
paling
tentang
komposting,
komposting pembuatan sampah ehh
pembuatan kompos, dulu
Informan 3: Pernah dulu kkn, kkn itu
kemaren kkn unsoed heeh kemaren
kan disini kan ada 2 satu kkn
tematik itu buat apa apa e
government apa ya nah yang satu
lagi itu baru sampah itu disana apa
daur ulang lah. Bentuknya ada yang
dibuat kerajinan sampah plastic
untuk yang sampah organic itu buat
pupuk tapi tidak berjalan lama ya
maksudnya apa ya gak sampe
sebulan ya lah setelah itu udah kok
enggak ada untuk yang kerajinan ya
untuk yang kerajinan tapi kalo
untuk yang pupuk cair itu ya itu
dibudidayakan
disitu
dikembangkan dimana RW 4 itu.
Pengelolaan sampah Bentuknya apa
ya itu ya yang mengeolala itu per
RT sudah tapi swadaya masyarakat
sebetulnya tapi sudah ada yang apa
ya bentuknya kayak gini tiap warga
tuh iuran ke situ ke yang ngelola
nah untuk misalnya ya beli gerobak
beli apa dan lain-lain untuk
operasional pengangkutan sampah
mungkin sih kayak gitu aja si
pengelolaan sampah.
Informan 4 : Kalau pelatihan kayane
belum, karena dari BKM kelurahan
juga dulu hampir2 mau gitu ya

Informan
menyebutkan
bahwa perna
pelatihan
pengolahan
sampah
t
Desa yang
setahun seka
masih kurang

Informan
menyebutkan
bahwa perna
pelatihan t
komposting
pembuatan
kompos
t
Kelurahan.

Informan
menyebutkan
bahwa perna
pelatihan t
pengelolaan
sampah dari
Tematik U
adalah pem
kerajinan s
plastik,
pembuatan
organik
n
tidak
be
lama.

145

mengadakan pelatihan pembuatan


kompos (kenapa ga jadi), karena
kendala dgn biaya apa seumpanya
kita sudah ada pelatihan tp
kedepannya ga ada alat otomatis
kita percuma ada pelatihan gitu .
Informan 5 : belum, belum. (kalau
penyuluhan Pak?) penyuluhane
sementara belum

Informan
6 : itu belum pernah,
misalnya yang buat jadi pupuk itu
ya belum pernah.

3.

Kontribusi
apa
yang
dilakukan
sektor
perdagangan
yang ada di
Kelurahan
Grendeng
dalam
pengelolaan
sampah?

Informan 1: Ya paling anu, hanya


memberikan hanya sebatas ibarate
ngupaih kas gitu ya, kan setiap hari
bikin sampah, nah setiap hari kan
ada yang ngangkutin, paling
bulanan iya kaya semacam itu. Lah
itu macem-macem mas, misalnya
saya
ya
sebelum
menjadi
koordinator disini sebulannya itu
7.500, tapi kalau di lingkungan sini
malah lebih murah lagi, Cuma
6.000 sebulan padahal setiap hari
sampah ada.
Informan
2: Belum ada, hanya
menyediakan tempat sampah dan
ada retribusi sampah, karena Perdanya sendiri ada dalam artian siapa
yang
buang
sampah
ada
retribusinya.

Informan 3 : Oh iya ditarikin heeh tapi


biasanya dia pribadi lo. Kalo gak
salah si 10.000 apa ya setiap bulan

Informan
menyebutkan
bahwa
pernah mela
pelatihan
pengelolaan
sampah
BKM memp
kendala biay
alat.

Informan
menyebutkan
bahwa
pernah mela
pelatihan
mengikuti
penyuluhan
pengelolaan
sampah

Informan
menyebutkan
bahwa
pernah mela
pelatihan
pengelolaan
sampah.
Informan
menyebutkan
bahwa kon
yang
dila
sektor
perdagangan
Kelurahan
Grendeng
pengelolaan
sampah
hanya memb
kas bulanan
sekitar 6000
untuk
pengangkuta
sampah.

Informan
menyebutkan
bahwa kon
yang
dila
sektor
perdagangan
Kelurahan
Grendeng

146

heeh 10.000 kalo gak salah. Mereka


itu membawa sampah mereka
masing-masing untuk yang disini
dibawa kesana di bawa kemana bak
sampah itu TPS itu
Informan 4: Kalau yg dagang-dagang
itu paling ya kita tekankan ya kaya
kemarin itu kita kembali lagi ke
alam, kaya bungkus2 kita kembali
lagi ke daun, daun apa..pisang.
Informan 5: ya mayoritas kalau disini
dagang,
ya
semua
yang
dijualbelikan disini ya sampahsampah anorganik itu. Orang sini
juga banyak pemulung juga, banyak
sekali sini pemulung mas, mungkin
kita daripada kerja ga menentu
mending kerja jadi pemulung setiap
hari dapet, banyak sekali sini
mayoritas, ada yang sifatnya
sampingan ada yang sifatnya itu
buat 1, ehh kita buruh bangunan
kan berangkat jam setengah 8,
kalau mau memulung berangkat 4
pagi sampai jam 6 kan itu sudah
dapet
buat
sampingan
buat
tambahan.
Informan 6 : ya seperti masyarakat
pada
umumnya,
cuma
tarif
pembiayaannya lebih besar lho
karena volumenya lebih besar.

menyediakan
tempat
s
sendiri
membayar
retribusi
menurut
setiap
membuang
sampah mak
retribusinya.

Informan
menyebutkan
bahwa kon
yang
dila
sektor
perdagangan
Kelurahan
Grendeng
ditarikin 10.0

Informan
menyebutkan
bahwa kon
sektor
perdagangan
ditekankan
kembali ke
yaitu
bu
menggunaka
daun pisang.

Informan
menyebutkan
kontribusi
perdagangan
jual beli s
anorganik
mayoritas
masyarakatn
adalah pemu

Informan
menyebutkan
bahwa kon
sektor
perdagangan
membayar
lebih
daripada
masyarakat

147

4.

Kontribusi
apa
yang
dilakukan
warga
pendatang di
wilayah
Kelurahan
Grendeng
dalam
pengelolaan
sampah?

Informan 1 : Mahasiswanya palingpaling bikin sampah, belum ada


pengelolaan sampah, nah kalau
mahasiswa disini yang belum ada
tuan rumahnya memang disini
dimintai retribusi, tapi ga tau kalau
di wilayah lain, mungkin ya sama,
ya juga namanya bersosialisasi
hidup di tengah masyarakat kalau
ikut dengan masyarakat setempat
kegiatan apapun kan nyaman
Informan 2 : Belum ada, belum ada,
mahasiswa belum ada.

Informan 3 : Aduh mahasiswa ya


belum belum ada kayaknya belum
ada kontribusi apapun ya paling
kemarin tok itu KKN juga karena
KKN cuma kalo dari mahasiswa ya
itu apa kalo untuk sekarang yah
kalau dulu si sering yang namanya
kita kerjasama sama mahasiswa itu
eeh mahasiswa itu otomatis keluar
kalo ada kerja bakti atau apalah
kalo sekarang gak diajak juga atau
bahkan diajakpun gak turun.
Informan 4 : Kayanya ga ada (paling
dari mahasiswa dari Kesmas yang
bikin bank sampah itu ya pak) iya
heeh paling itu, itupun sebenarnya
dulu sini udah pernah ada bank
sampah cuman dulu tata caranya
beda gitu dgn bank sampah yg
sekarang, kalo dulu sistemnya
langsung dijual ke babeh ga lewat
bank sampah tp skrg kita buat agen
sendri ditampung ke banks sampah
baru ke babeh (dri mahsswa sendiri
pernah melakukan penyuluhan
ngasih sesuatu tentang pengolahan
sampah) dari kesmas kemarin itu ?
heeh dari kesmas ada cara
pemilahan sampah, dari sampah yg
eee masih bisa digunakan utk
didaurg ulang dan hampir semua
PKK di RW1 sudah ee sudah apa
dikasih pelatihan itu.
Informan 5 : kalau dari mahasiswa
kotribusinya ya alat-alat, semuanya
dari mahasiswa, perlengkapan-

karena
v
sampah
besar.
Informan
menyebutkan
belum
kontribusi
warga pen
di
Kelu
Grendeng
pengelolaan
sampah,
mahasiswa
membuat sa
dan
di
retribusi.

Informan
menyebutkan
belum
kontribusi
warga pen
di
Kelu
Grendeng
pengelolaan
sampah.

Informan
menyebutkan
kontribusi
pendatang
Kelurahan
Grendeng
pengelolaan
sampah
KKN
mahasiswa.

Informan
menyebutkan
bahwa kon
warga pen
di
Kelu
Grendeng
dari
mah
Kesmas
membuat
sampah
sistemnya b
dengan
sampah
sebelumnya.
Selain itu

148

perlengkapan
dari
buku-buku
tabungan dan sebagainya itu dari
mahasiswa semua. Jadi kita cuma
jalan tok
Informan 6 : belum ada, belum.
(Kalau semacam KKN itu gimana
Pak?) ya pernah itu KKN tahun
berapa ya,tapi ga ada tindak lanjut
hanya sekedar teoritis apa ya.
(KKN kemarin tentang apa Pak) Ya
tentang pemanfaatan sampah

penyuluhan
tentang pem
sampah
PKK.

Informan
menyebutkan
bahwa kon
warga pen
dalam penge
sampah
pengadaaan
peralatan
perlengkapan
seperti
tabungan.

Informan
menyebutkan
bahwa kon
warga pen
dalam penge
sampah
hanya dari
tentang
pemanfaatan
sampah
C. Pelayanan dan kualitas sistem pengelolaan
1. Bagaimana
Informan 1 : Paling ini mengadakan
peran
gerobak-gerobak sampah, kadang
Pemerintah
ada yang melalui PNPM ada,
Desa dalam
kemudian
tempat
untuk
pengadaan
menampung kaya disitu itu kan
prasarana
termasuk salah satu upaya dari
dan sarana
Pemerintah Desa supaya ga
sampah?
mambrah-mambrah supaya petugas
sampah ngambili kan gampang
Informan
2 : Maksudnya sarana
prasarana persampahan? Ada sih
tapi kan tidak full sedang kita
hanya swadaya sendiri, dulu kita
ada mekanisme melalui PNPM,
bantuan dari Dinas terkait, Dinas
Cipta Karya, desa lho maksudnya
dari Pemerintah Desa, kadang
masyarakat orang-orangnya sendiri,
entah itu gerobak, tempat sampah,
bukan berarti full dari pemerintah.
Informan 3 : Pengadaannya paling apa

Informan
menyebutkan
bahwa
Pemerintah
dalam peng
prasarana
sarana
persampahan
adalah
mengadakan
gerobak-gero
sampah,
t
sampah
Pemerintah
dan PNPM.

Informan
menyebutkan
bahwa
Pemerintah
dalam peng
prasarana
sarana
persampahan
adalah
ge

149

si paling gerobak sampah aja ya


udah ya itu saja ya heeh gak ada
yang lain sih. Enggak enggak
keliatan si tapi enggak ada. Enggak
ada juga, karena menurut kita juga
ya menurut para ibu juga ya yang
maksdunya yang mengelola sampah
adanya organic dan anorganik juga
kurang
kurang
apa
kurang
bermanfaat karena kayak gini pun
nantinya kalo dibuang ke TPS kan
dijadiin satu lagi jadinya kan itu
gak ada pemisahan masyarakatpun
buang biasanya kayak dulu ada
tempat sampah disini itu malah
hilang enggak tau kemana, ya
kayak gitu lah.
Informan 4 : ooo kalo itu, ya udah ya
kaya tadilah . jadi kalo kita
meminta
baru
mereka
bisa
memfasilitasi. Jadi tidak mereka
terus memberi dengan inisiatif
sendiri
mencari dana, kita
membangun eee tempat sampah
komunal disuatu tempat atau
dimana, itu ga pernah ada. Jadi kalo
bawah minta atas baru ngasih gitu.
(sarana prasarana apa aja yang
pernah diminta) paling tempat
sampah aja sih, jadi kalo sekarang
kan mungkin melihat sampah
ditaruh diplastik, kalo hujan basah,
kalo ada tempat sampah si lebih
enak tertutup (ga bau ya pak) heeh
ga bau, satu ga bau, dua ayam ga
mungkin bisa ngacak ngacak gitu,
hehehe. (selain tmpt sampah dari
pemerintah desa) yaa mungkin
masalah pembuangan pengamiblan
sampah sih dari dinas ehem cipta
karya
lewat kelurahan hanya
mengambil sampah di lingkungan
sini. (yg ngangkutin sampah siapa
pak) ada sih depan, tp lagi aaaa,
ada..warga sendiri. Jadi kita
masing2 RT punya tim, tim
kebersihan khusus ngangkutin
sampah 2 org, heeh. Untuk jasa
kita kan dari msg2 waargangasih
kontribusi 5rb satu bulan.
Informan 5 : kalau sementara ini
sarana dan prasarana sementara
memang belum ada sih. Wong ini
kan kemarin kita kesana, itu tolong
Pak Lurah itu kan saya butuh sekali
alat timbang dan alat angkut dan
gerobak saya sudah mengajukan ko

tempat
s
namun
swadaya
masyarakat,
berarti full
pemerintah
PNPM,
Cipta
Pemerintah D

Informan
menyebutkan
bahwa
Pemerintah
dalam peng
prasarana
sarana
persampahan
adalah peng
gerobak s
selain itu tid
karena
m
para ibu k
bermanfaat
mengelola s
organik
anorganik
nantinya di
dijadikan sa
TPS.

Informan
menyebutkan
bahwa
Pemerintah
dalam peng
prasarana
sarana
persampahan
adalah
t
sampah
d
mekanisme
meminta k
Pemerintah.

150

lama banget tidak keluar-keluar,


bagaimana biar barang tersebut kita
secepatnya bisa menerima lah,
karena saya butuh banget. Saya
menekan kepada Pak Lurah itu, oh
ya saya usahakan insyaallahinsyaallah. (jadi dari sini harus
minta keatas gitu?) ya harus kaya
gitu. (kalau ga minta?) otomatis ga
ada, istilahnya apa tidak kepedulian
dari atasan sendiri. Kalau kita apa
namanya saya seneng organisasi,
saya ada 7 rekan itu bekerja di
lingkungan sosial. Karena terus
terang saja ya, kalau ga seperti itu
siapa yang ngurusin di wilayah kita
kan seperti itu, padahal orang yang
seperti PNS, orang yang sudah
kerjanya enak itu tidak peduli sama
sekali kan kaya gitu, eh kaya sepeti
saya itu bukannya sombong kita
apa
kerjanya
buruh
harian
bangunan, berangkat pagi pulang
sore, hari Minggu seharusnya buat
istirahat, tapi hari Minggu kita full
itu kegiatan bank sampah itu,
keliling itu pokoknya dari jam
setengah 8 sampai jam setengah 2
lah.
Informan
6 : itu hanya sekedar
fasilitator tok artinya untuk
mengkondisikan sampah dibuang
ke TPA gitu lho seperti itu tok biar
masyarakat hidup bersih tapi untuk
pemanfaatan
sampahnya
ga
tersentuh.

2.

Bagaimana
sistem
pengelolaan
sampah di
Kelurahan
Grendeng?

Informan 1: Disini itu tadi, setiap


harinya sampah itu pokoknya setiap
masing-masing keluarga
udah
menyiapkan tempat sampah, nanti
setiap pagi jam 5 petugasnya sudah
datang terus langsung dibawa ke
TPS, jadi TPS-nya di sebelah situ,
ya kegiatannya baru sampai situ

Informan
menyebutkan
bahwa
Pemerintah
dalam peng
prasarana
sarana penge
sampah
belum ada
sudah meng
gerobak dan
angkut
n
belum
padahal
dibutuhkan.

Informan
menyebutkan
bahwa
Pemerintah
dalam peng
prasarana
sarana penge
sampah
sebagai fas
untuk
mengkondisi
sampah di
ke
TPA
masyarakat
bersih.
Informan
menyebutkan
bahwa
pengelolaan
sampah
Kelurahan
Grendeng
setiap
ke

151

tok, jadi sampah dari rumah tangga


oleh petugas sampah dikumpulin di
tempat sampah nanti sekitar jam
9an mobil sampah ambil disitu
bawa ke TPA sana mungkin. Jadi
kalau pagi banyak gerobak-gerobak
sampah menuju ke tempat sampah
sana, tapi kalau sore kan sudah ga
ada sampah lagi, berarti kan
aktivitasnya rutin kan ya, kalau
mandeg satu hari lah numpuknya
luar biasa.
Informan
2: Konvensional mas,
kebetulan di RW saya juga
pengurus RW, itu di RW saya dan
mayoritas kebanyakan RT di
Kelurahan Grendeng itu mereka
pihak petugas sampah yang rutin
nariki
sampah
setiap
hari
dimasukkan ke TPS, RT kami aja
ada petugasnya, nanti petugasnya
narik-narik dimasukkan ke TPS,
kita ya berlangganan bahkan
pengurus masing-masing pengurus
RT sudah mengenakan biaya untuk
perumahan satu rumah berapa tapi
kan yang dimaksud gini ongkos
buang sampah, mereka pagi-pagi
nariki sampah kan ga setiap orang
mau kan, berapa kalau di RW sini
koordinasi. Kalau sebelum dibuang
ke TPS itu belum ada pemilahan
karena kesadaran mas.
Informan 3 : Menurut para ibu juga ya
yang maksdunya yang mengelola
sampah adanya organic dan
anorganik juga kurang kurang apa
kurang bermanfaat karena kayak
gini pun nantinya kalo dibuang ke
tps kan dijadiin satu lagi jadinya
kan itu gak ada pemisahan
masyarakatpun buang biasanya
kayak dulu ada tempat sampah
disini itu malah hilang enggak tau
kemana, ya kayak gitu lah.
Informan 4: disini itu tadi, setiap
harinya sampah itu pokoknya setiap
masing-masing keluarga
udah
menyiapkan tempat sampah, nanti
setiap pagi jam 5 petugasnya sudah
datang terus langsung dibawa ke
TPA, jadi TPA-nya di sebelah situ,
ya kegiatannya baru sampai situ
tok, jadi sampah dari rumah tangga
oleh petugas sampah dikumpulin di

menyiapkan
tempat
sa
dan sampah
tangga dia
setiap jam 5
oleh
p
pengangkut
sampah
dibawa ke
setelah itu d
rutin oleh
sampah
jam 9 seh
sampah
numpuk.

Informan
menyebutkan
bahwa
pengelolaan
sampah
Kelurahan
Grendeng
konvensiona
belum
pemilahan
sampah, kem
petugas
s
rutin
me
sampah setia
untuk dimas
ke TPS dan
membayar o
buang sampa

Informan
menyebutkan
sistem penge
di
Kelu
Grendeng
mengelola s
organik
anorganik k
bermanfaat
tetap
dij
satu pada
dibuang ke
sehingga tid
pemisahan s
oleh masyara

152

tempat sampah nanti sekitar jam


9an mobil sampah ambil disitu
bawa ke TPA sana mungkin. Jadi
kalau pagi banyak gerobak-gerobak
sampah menuju ke tempat sampah
sana, tapi kalau sore kan sudah ga
ada sampah lagi, berarti kan
aktivitasnya rutin kan ya, kalau
mandeg satu hari lah numpuknya
luar biasa.
Informan 5 : sampah anorganik kan
masih bisa dikumpulkan masih laku
dijual
gitu
buat
nambah
kesejahteraan.
Kalau
sampah
organik sendiri sementara masih
dibuang ke TPA, lha itu caranya
warga sendiri kalau mbuang ada
petugasnya, terus kita mbayar ke
petugasnya gitu.

Informan 6 : oh itu lancar sih mas, itu


dilakukan oleh apa itu organisasi
sosial.(ada pemilahan ga Pak?) oh
ga, masih tercampur.

3.

Apakah TPS
yang
ada
mencukupi
untuk
volume

Informan 1 : Kalau dulu sebelum


padat orangnya sementara cukup,
tapi sekarang tidak cukup buktinya
satu hari saja begitu numpuk, nah
sekali ga diangkut dah numpuknya

Informan
menyebutkan
bahwa
pengelolaan
sampah
Kelurahan
Grendeng
rutin setiap
sampah di t
sampah m
masing ke
dibawa ke
jam 5 kem
nanti
dia
oleh mobil k
jam sekitar
sehingga
sudah tidak
sampah.

Informan
menyebutkan
bahwa
pengelolaan
sampah
Kelurahan
Grendeng
mengumpulk
sampah ano
kemudian
sedangkan s
organik di
ke
TPA,
membayar p
pengangkut
sampah.

Informan
menyebutkan
bahwa
pengelolaan
sampah
Kelurahan
Grendeng
namun belu
pemilahan
masih tercam
Informan
menyebutkan
tidak cukup
menampung
volume sam

153

sampah di
Kelurahan
Grendeng?

akeh banget, hehee. Jadi menurut


saya sudah kurang itu segitu iya.
Informan 2 : Cukup, kalau TPS cukup,
setiap hari kan mesti diambil.

Informan 3 : Cukuplah cukuplah heeh


dibilang cukup ya cukuplah gak gak
mluber kok. Diangkut setiap sore
setiap sore. Itu apa tuh namanya
lingkungan hidup apa ya Dinas
Lingkungan Hidup heeh."
Informan 4 : Untuk satu kelurahan ?
engga, ga cukup. Kita jg pernah
ngajuin ya, ee deket makam sini,
tapi sampai sekarang ga, ga dikasih
respon.

Informan 5 : Sebenarnya kurang luas,


iya kurang luas.

Informan 6 : cukup itu. (Belum pernah


menumpuk Pak gitu?) belum, kalau
menumpuk ya repot mas apalagi di
Grendeng sampahnya apa itu
sampah rumah tangga lah, warung
makan warung makan itu

Kelurahan
Grendeng
sampah sat
saja
numpuk.

Informan
menyebutkan
bahwa TPS
untuk menam
volume sam
Kelurahan
Grendeng
sampah
d
setiap hari.

Informan
menyebutkan
bahwa TPS
untuk menam
volume sam
Kelurahan
Grendeng
sampah
d
setiap sore
Dinas Lingk
Hidup.

Informan
menyebutkan
bahwa TPS
cukup
menampung
volume sam
Kelurahan
Grendeng
sehingga
mengajukan
di dekat m
namun tida
respon.

Informan
menyebutkan
bahwa TPS
cukup
menampung
volume sam
Kelurahan
Grendeng.

Informan
menyebutkan
bahwa TPS
untuk menam
volume sam
Kelurahan
Grendeng

154

4.

Perlukah
penambahan
TPS
di
Kelurahan
Grendeng?

Informan 1: Kalau menurut saya ya


perlu, cuman wilayah Grendeng itu
kan wilayah padat penduduk, cari
tempat dimana, hehe

Informan 2 : Oh ga perlu, analoginya


gini mas, masnya mau ga depannya
rumah dikasih TPS? Masyarakat
Grendeng misalkan sini kasih TPS
ga mau, karena disini kan TPS-nya
di
kuburan
dan
dirasa
kebutuhannya pun masih bisa di
cover
karena
hanya
TPS,
penimbunan sementara kan, setiap
hari diambil kecuali dari Cipta
Karya satu hari tidak diambil pun
penuh dan itu pun pemulung sudah
banyak kontribusinya. Kalau kita
bicara kontribusi di persampahan,
pemulung sebenarnya yang banyak
kontribusi buktinya dia sudah
mengambil di tempat sampah,
bahkan penarik sampah pun sudah
membawa sampah ke TPS, di TPS
sudah ada pemulung, ada mas.
Nanti dibawa ke TPA, di TPA
pemulung masih ada lagi. Itu
sebenarnya secara tidak langsung
dia sudah ikut 3R itu, reduce
recycle itu, pemanfaatan ulang,
menjual, pemulung itu justru
sebetulnya.
Informan 3: Waduh kalo menurut saya
sih enggak si enggak perlu karena
itu aja sudah cukup kalo menurut
saya ya karena enggak ada luberan
sampah sih enggak enggak nyampe
keluar lo masih di dalam satu kotak
itu berarti belum cuma ya nanti ke
depan pasti lah pasti pasti tambah
diperluas karena ya sekarang
semakin banyak lah yang namanya
sampah ya.
Informan 4 : Ada heeh, harus ada
TPA yg terakhir. (pernah ada
masalh sampah menumpuk) paling
pernah juga sih dulu, karena hari
libur mgkin jd kita tiap hari
mbuang, biasanya kan tiap 2hari
sekali, lha ini sampai 4 hari baru

belum
p
menumpuk
sampah
tangga .
Informan
menyebutkan
bahwa perl
penambahan
di
Kelu
Grendeng n
tidak tahu d
karena Gre
wilayah
penduduk.

Informan
menyebutkan
bahwa tidak
penambahan
di
Kelu
Gendeng
sampah
d
setiap hari
pemulung
mempunyai
kontribusi
terhadap
persampahan
karena
mengambil
sampah di
merupakan
reduce dan r
untuk peman
ulang sampa
kemudian
menjualnya.

Informan
menyebutkan
perlu penam
TPS di Kelu
Gendeng
sampah
sampai
keluar
kotak sampa

155

diangkut jadi akhirnya membludak


sampai ke bawah itu.
Informan 5 : kalau kalau sana telat
ngangkutnya dari Cipta Karya,
otomatis ga muat, makanya dari
Cipta Karya harus rutin itu jangan
sampai jam itu tidak dibawa
maksude satu hari misal 2
angkutan, kalau hanya 1 pasti sana
ga muat. Mungkin sampahnya
tambah banyak apa ya, kalau
mungkin kalau mungkin itu
wilayah Grendeng tiap RW-nya
peduli sekali dengan adanya bank
sampah itu mungkin sampahnya
jelas kurang. Kita sosialisasi masuk
kesana, tapi ya kerja sosial ini
mencari orangnya itu susah karena
itu kita kerja, capek nda dapet gaji
seperti itu.
Informan
6: itu perlu karena
sementara baru 2 sini, di Kuburan
sama di Karang Bawang Jalan
Gunung Muria tapi daerah sini kan
belum ada. Termasuknya lokasinya
juga belum ada

Informan
menyebutkan
bahwa
penambahan
di
Kelu
Grendeng
pernah
sampah
menumpuk
tidak
dia
sampai 4 har

Informan
menyebutkan
bahwa
penambahan
di
Kelu
Grendeng
kalau
mengangkut
sampah dari
Cipta Karya
otomatis
tidak muat n
kalau
w
Grendeng
RW peduli d
bank
s
maka sampa
berkurang.

Informan
menyebutkan
bahwa perl
penambahan
di
Kelu
Grendeng
baru terdap
TPS.
D. Kemampuan kelembagaan, peraturan, dan perundangan serta penegakan hukum pengelolaan pe
1. Bagaimana
Informan 1 : Belum ada, ya paling itu
Informan
bentuk
ya
kalau
kelompok-kelompok
menyebutkan
kelembagaa
tertentu yang punya kepentingan
bahwa
b
n
untuk meraih keuntungan juga ya.
kelembagaan
pengelolaan
Selain itu RT, RW, Cipta Karya,
pengelolaan
persampaha
PNPM
sampah yan
n yang ada
di
Kelu
di Kelurahan
Grendeng
Grendeng?
kelompok
Informan 2 : Lah itu Desa palingkepentingan,
paling mas, terus di Grendeng
RW, Dinas
Wetan sebenarnya ada itu semacam
Karya, PNPM
tempat sampah apa apa yaa, temen

156

saya kebetulan yang ngelola,


semacam kaya bank sampah kaya
gitu, ya mulai mengelola dari
bawah, cuman program kaya gitu
asalnya dari mahasiswa juga, bukan
mereka yang karena kesadaran tapi
karena ada yang punya program.
DCK juga termasuk mas, kebetulan
saya juga kerja disanadan RT RW
kebetulan saya pengurusnya ya
peduli terhadap lingkungan itu
Informan 3 : Lembaganya lembaganya
si mana ya paling ya Marsudi Layu
sama apa itu aduh namanya apa ya
saya gak tau kurang tau namanya
ya cuma kalo orang-orangnya si tau
paham kalo lembaganya aku gatau.
Karena per RT ya kebijakan
sampah itu sama pengelolaannya
itu per RT gak gak kelompok jadi
satu. RW setau saya sih lebih ke RT
ya RW enggak. Pemerintah desa
belum keliatan secara nyata untuk
turun.
Informan 4 : oo ini kalo dari BKM
juga sih, BKm juga untuk masalah
persampahan siaplah selalu siap,
dari LPMK juga siap selalu,
walaupun ga terjun langsung tp
selalu
member
arahan.
Ya
hampirlah, lembaga yang ada di
kelurahan (lembaganya apa aja)
LPMK, BKM, dengan rukmat, jadi
3 elemen itu yg selalu menerima
masalh sampah. Rukmat itu utk
setiap RW ada. LPMK itu
sekelurahan
tp
setiap
RW
adawakilnya.
Informan 5 : Ya lembaga yang ada
disini yang peduli ya RT, RT dan
RW (Selain itu Pak? ) ya mungkin
mayoritas RT dan RW atas dasar
mungkin
apa
itu
namanya
pengumuman tentang kebersihan
dari Kelurahan, tapi dari dari
Lurahnya sendiri itu istilahnya nda
memikirkan lah tentang sampahnya
bagaimana
di
lingkungan
Kelurahan
lho,
malah
saya
mengharapkan dengan adanya
sampah sudah terkoordinir kan kita
juga butuh tempat seperti itu,
tempat-tempat
penampungan
sampah seperti itu baik organik
maupun anorganik, saya butuh

Informan
menyebutkan
bahwa
b
kelembagaan
pengelolaan
sampah yan
di
Kelu
Grendeng
Pemerintah
Dinas
Karya, RT,
bank
s
seperti
Grendeng
(Timur)
berasal
program
mahasiswa.

Informan
menyebutkan
bahwa
b
kelembagaan
pengelolaan
sampah yan
di
Kelu
Grendeng
Marsudi Lay
RT sedangka
dan
Peme
Desa
keliatan
nyata.

Informan
menyebutkan
bentuk
kelembagaan
pengelolaan
sampah
Kelurahan
Grendeng
dari
BKM
Rukmat (
Kematian).

Informan
menyebutkan

157

sekali itu padahal, nanti kan


kepenak itu kan. Kalau Rukmat
dulunya memang sini pernah itu,
sampah itu dikoordinir oleh
Rukmat, kalau seperti RW situ
masih tuh, RW sana dikoordinir
oleh Rukmat, Rukmat juga peduli
terhadap sampah. Kalau LPMK itu
sifatnya lembaga tertinggi di
Kelurahan,
suka
memerintahmemerintah, suka peduli juga itu
sebenernya, cuman informasiinformasi kaya gitu. Kalau BKM
disini aktif, karena saya mantan.
Informan 6 : ya itu kemarin baru
dirintis bank sampah itu mas, dari
anak-anak
Kesmas
apa
ya,
kebetulan kalau untuk penelitian sih
sudah sering disini dari anak-anak
KKN, untuk skripsi.

2.

Apakah
kelembagaa
n melakukan
pemantauan
dan evaluasi
terhadap
pengelolaan
sampah yang
ada
di
Kelurahan
Grendeng?

Informan 1 : Ya melakukan evaluasi


mas, lha itu pas pertemuan PKK
misalnya kalau kalau rakor warga
selalu dikasih tau pas pertemuan
itu.

Informan
2 : Kaitan
kebersihan, itu ada

dengan

Informan 3 : Pemantauan ya mereka


yang mengelola jadi mereka yang
memantau otomatis iya ya karena

bahwa
kelembagaan
pengelolaan
sampah
Kelurahan
Grendeng
RT
dan
sedangkan
Kelurahan
sebatas
memberikan
pengumuma
tentang kebe
dan menghar
adanya
t
sampah
o
dan
anor
Selain itu
Rukmat (
Kematian), L
dan BKM.

Informan
menyebutkan
bahwa
kelembagaan
pengelolaan
sampah
Kelurahan
Grendeng
mahasiswa.
Informan
menyebutkan
bahwa kelo
swadaya
masyarakat
melakukan
evaluasi
rakor
dikasih tau k
warga pada
pertemuan P

Informan
menyebutkan
bahwa kelo
swadaya
masyarakat

158

mereka yang mengelola ya kalo


kalo masyarakat sendiri ya dia
cuma bayar aja udah jadi yang
mengelola udah ada sendiri.
Informan 4 : Paling yang melakukan
pemantauan
masing-masing
Rukmat, apabila ada kekurangan
atau apa, bisa masing-masing
Rukmat saling berkoordinasi.
Informan 5 : ya itu iya

melakukan
pemantauan
evaluasi ter
pengelolaan
sampah.

Informan
menyebutkan
bahwa kelo
swadaya
masyarakat
melakukan
pemantauan
pengelolaan
sampah.

Informan 6 : belum belum

Informan
menyebutkan
bahwa
kelompok
swadaya
masyarakat
melakukan
pemantauan
pengelolaan
sampah
n
hanya
R
(Rukun
Kematian).

3.

Apakah ada
dasar
peraturan
yang
mengatur
pengelolaan
persampaha
n
di
Kelurahan

Informan 1: Kalau peraturan secara


tertulis sih belum ada mas. Ya oleh
Pemerintah Desa sih biasanya ada
kadang melalui Pak RT, Pak RW
nanti oleh RT RW disampaikan, RT
RW kadang sekaligus untuk ibu
PKKnya. Surat itu isinya tentang
kebersihan lingkungan, tapi kalau
khusus tentang pengolahannya itu

Informan
menyebutkan
bahwa kelo
swadaya
masyarakat
melakukan
pemantauan
pengelolaan
sampah.
Informan
menyebutkan
bahwa kelo
swadaya
masyarakat
melakukan
pemantauan
pengelolaan
sampah.
Informan
menyebutkan
bahwa belum
peraturan t
tentang
pengolahan
sampah ,
surat
Pemerintah

159

Grendeng?

belum ada sih mas


Informan 2 : Disini ga ada, kalau
pengelolaan daerah sini ga ada
perdes peraturan desa kaya gitu.
Kalau pengelolaan sampah itu,
Undang-Undang malah, UndangUndang 18 tahun hehe lupa yaa,
tahun 2008 itu Undang-Undang
mengenai persampahan, coba nanti
searching aja Undang-Undangnya,
itu
sudah
diatur
mengenai
pengelolaan sampah, jadi sekarang
TPA
kan
bukan
Tempat
Pembuangan Akhir tapi Tempat
Pengolahan
Akhir,
bukan
pembuangan akhir TPA.
Informan 3 : Enggak ada enggak ada.
Nah mungkin mungkin ya cuma
belum ada yang namanya apa
sosialisasi dari kelurahan untuk
masalah sampah sendiri. Nah
peraturannya berbentuk apa kita
belum ada sosialisasi. Belum.
Informan 4 : Untuk sementra kayanya
belum ada.

Informan 5 : Ga, ga ada. Disini


memang setelah turunnya Perda
tentang pembuangan sampah di
tepi-tepi sungai, memang itu
sistemnya ya masih ada, belum
total, kaya dulu belum ada
pengumuman
kan
masyarakat
saking enaknya membuang sampah
tapi
kan
sekarang
sudah
terkoordinir pokoknya mau buang
sampah ke tempat sampah ya
monggo, buang ya tetap kena
reming (tarikan), tidak buang
sampah tetap kena tarikan, sekarang
sistemnya kaya gitu, mau ikut ga
mau buang sampah di tepi sungai
silahkan tapi tetep mbayar , ya
percuma lebih baik kita buang
sampah di petugas sampah aja ya
seperti itu ikut ga ikut tetap kena
bayaran,.
Informan 6: ya belum sampai detail
segitu, belum sampai mungkin
karena belum ada sosialisasi.

untuk RT,
PKK
me
kebersihan
lingkungan.

Informan
menyebutkan
bahwa belum
Peraturan
tentang
pengelolaan
sampah
menggunaka
Undang-Und
No.18 tahun
tentang
persampahan
mengatur
pengelolaan
sampah,
adalah
T
Pengolahan A

Informan
menyebutkan
bahwa tidak
aturan
t
pengelolaan
sampah
belum
sosialisasi
Kelurahan.

Informan
menyebutkan
bahwa belum
aturan
t
pengelolaan
sampah.

Informan
menyebutkan
bahwa
tentang
pengelolaan
sampah mel
hanya beras
Perda.

160

4.

Apakah ada
sanksi bagi
warga yang
melanggar
aturan
pengelolaan
persampaha
n?

Informan 1: Sementara sanksi belum,


mungkin sanksi moral sementara.
Ya kalau orang yang sering
membuang sampah sembarangan
kan
otomatis
oleh
anggota
masyarakat lain kan akan diomel,
diomong itu kan otomatis kan ya
jadi bahan pergunjingan lah, ya kan
diomong kemana-mana, kalau
sanksi secara tertulis sih atau sanksi
semacam hukuman yang dikenai
sanksi berupa kaya semacam denda
sih belum ada.
Informan 2 : Sanksinya itu UndangUndang itu, disana itu ada plang
dilarang pembuangan, perda itu,
walaupun kalau bukan kita-kita
yang memperingatkan itu susah,
penegakan perda kan ga mungkin
setiap kali setiap hari ga mungkin.
Kita paling sanksinya normatif anu
aja diomongin, ditegur.
Informan
3: Pelanggarannya Itu
kayaknya belum lo belum ada
belum ada sanksi. Adapun kalo
dibuang ke kali misalnya ya
walaupun ada namanya program
Kali Bersih dan apa itu ya hanya
sementara aja si ya. Semakin
kesana semakin ilang. Ya mungkin
ditegur ya cuma kan kadang gak
keliatan.. Nah kalo sekarang sih
udah mending ya udah mulai sadar
masalah itu sehingga udah enggak
ke kali ya sekarang ya udah udah
masuk ke bak sampah masingmasing rumah ya bentuknya
penarikan tadi.
Informan
4: Ada, jadi kita kalo
membuang sampah sembarangan.
Jadi kita kan sudah ada ketentuan,
membuang sampah harus pada ee
tim sampah gitu kan, tim

Informan
menyebutkan
bahwa belum
aturan
t
pengelolaan
sampah
belum
sosialisasi.
Informan
menyebutkan
bahwa belum
sanksi, huk
dan denda
warga
melanggar
pengelolaan
sampah,
saja warga
membuang
sampah
sembarangan
menjadi
pergunjingan
warga.

Informan
menyebutkan
bahwa ada
menurut Un
Undang
warga
melanggar
pengelolaan
sampah,
n
selama
menggunaka
sanksi
no
yaitu ditegur

Informan
menyebutkan
bahwa belum
sanksi bagi
melanggar
pengelolaan
sampah
n
hanya
b
teguran
warga
membuang
sampah ke

161

kebersihan. Apabila membuang


sampah mungkin di pekarangan
kosong atau di pinggir-pinggir kalo
dendanya adalah sekali buang 50
ribu. Misalnya sehari dua kali
buang bisa 100 ribu.
Informan 5 : Disini memang setelah
turunnya
Perda
tentang
pembuangan sampah di tepi-tepi
sungai, memang itu sistemnya ya
masih ada, belum total, kaya dulu
belum ada pengumuman kan
masyarakat
saking
enaknya
membuang sampah tapi kan
sekarang
sudah
terkoordinir
pokoknya mau buang sampah ke
tempat sampah ya monggo, buang
ya tetap kena reming (tarikan),
tidak buang sampah tetap kena
tarikan, sekarang sistemnya kaya
gitu, mau ikut ga mau buang
sampah di tepi sungai silahkan tapi
tetep mbayar , ya percuma lebih
baik kita buang sampah di petugas
sampah aja ya seperti itu ikut ga
ikut tetap kena bayaran,.
Informan 6 : oh ga, ga ada.

(sungai).

Informan
menyebutkan
sanksi bagi
yang mela
aturan penge
persampahan
denda
5
sekali buang

Informan
menyebutkan
bahwa sanks
warga
melanggar
pengelolaan
sampah
tetap
dike
reming (ta
bagi warga
membuang
sampah di su

Informan
menyebutkan
bahwa tidak
sanksi bagi
melanggar
pengelolaan
sampah
E. Kemampuan pembiayaan pengelolaan persampahan
1. Berasal dari
Informan 1 : Sumbernya sementara
mana
saja
dari warga, iuran dari setiap warga,
sumber
setiap KK. Perbulannya itu
pembiayaan
sekarang
6.000
rupiah,
untuk
pengambilannya setiap hari.
pengelolaan
persampaha
n yanga ada
di Kelurahan
Grendeng?
Informan 2 : Kebanyakan swadaya,
jadi masyarakat sadar untuk
membuang pada tempatnya, paling

Informan
menyebutkan
bahwa
s
pembiayaan
pengelolaan
sampah
b
dari iuran
sebesar
rupiah per
untuk
pengambilan
sampah

162

sadar kan sampah dibuang pada


tempatnya,
masyarakat
bayar
retribusi kepada petugasnya, jadi
petugas itu mungutin, masukkan ke
TPS, untuk sementara masih seperti
itu.
Informan 3 : Swadaya masyarakat
paling heeh. Pemerintah itu sumber
dana nya gak gak dari sumber dana
paling dia hanya apa ya misalnya
gerobak kayak gitu aja sih. Itupun
gak tiap tahun keluar kok lama
lama kita minta sekarang berapa
tahun
keluar,
jadi
mending
swadaya.
Informan
4 : Pembiayaan apa?
Pengolahan sampah ya kita masingmasing dari warga sih. Dari
Pemerintah Desa ga ada, karena
kalo Kelurahan kita susah sih, utk
mencari
dana
karena
dari
Kabupaten kita hanya di plot
100juta utk 1 tahun . itu udh utk
biaya perawatan gedung, gaji
karyawan, susahnya disitu.
Informan
5 : kalau sumber
pembiayaan sementara dari Kesmas
itu, sementara. Kalau kalau petugas
sampah ya dari masyarakat sendiri,
swadaya.

Informan 6: dari masyarakat tok iya

hari.

Informan
menyebutkan
bahwa
s
pembiayaan
pengelolaan
sampah
b
dari
sw
masyarakat.

Informan
menyebutkan
bahwa
s
pembiayaan
pengelolaan
sampah
b
dari
sw
masyarakat,
sedangkan
Pemerintah
menyediakan
gerobak.

Informan
menyebutkan
bahwa
s
pembiayaan
pengelolaan
sampah yan
di
Kelu
Grendeng
dari warga s
sedangkan
Pemerintah
tidak ada
dana
Kabupaten
100.000.000
setahun
biaya pera
gedung,
karyawan.

Informan
menyebutkan
bahwa
s
pembiayaan
pengelolaan
sampah yan
di
Kelu
Grendeng
sementara b
dari Kesma
swadaya
masyarakat.

163

2.

Bagaimana
mengenai
pendapat
Anda
mengenai
pembiayaan
yang
dibebankan
kepada
warga?

Informan 1 : Kalau selama ini sih


belum ada yang mengeluh ya mas,
lha wong ini kan buat kebersihan
rumah tangga juga hehe, jadi ya
mau ga mau warga masyarakat
harus itu.
Informan 2 : Biasanya pengalaman
kami, kita adakan audiensi dulu
dengan warga, misalkan yang
mengadakan pengurus RT, kami
cerita kronologis disini kan kenapa
sampai ada pembayaran retribusi
kaya gitu, disini itu dulu tidak ada
penarik sampah, orang membuang
sampah sembarangan, ada yang ikut
ke RW sebelah kesana kan, lha kita
temen-temen pengurus RT yaudah
kita aja adakan sendiri, kemudian
dirembug satu rumah berapa lah,
sekiranya ongkos capeknya lah,
orang kerja setiap pagi, setiap hari
lho pagi-pagi udah narik sampah
seperti itu setelah diputuskan oke
dengan masyarakat, kebanyakan
kasus kaya gitu di masyarakat,
biasanya dengan perantaraan kalau
kita bicara pengurus, itu pengurus
RT. jadi ga kita matok segini nda,
jadi kita ngomong dulu ada unsur
kemanusiaan. Jadi belum ada yang
mengeluh, karena sudah melewati
rembugan dulu sih.
Informan 3: Belum ada sih belum ada
keluhan. Ya karena penarikannya
rutin heeh jadi ya cukup untuk
pengelola ya kinerja nya cukup
bagus lah karena enggak pernah
yang namanya kita bak sampah itu
sampe belum ditarik enggak pasti
tiap pagi itu udah pasti kosong.
Enggak enggak.
Informan 4 : Kayanya ga, karena kita
sblm menentukan nominalnya, kita
ka nada pertemuan, sebulan sekali.

Informan
menyebutkan
bahwa
s
pembiayaan
pengelolaan
sampah yan
di
Kelu
Grendeng
masyarakat.
Informan
menyebutkan
mengenai
pembiayaan
dibebankan
kepada
adalah
belum ada
mengeluh
untuk kebe
rumah tangg

Informan
menyebutkan
mengenai
pembiayaan
dibebankan
kepada
adalah
belum ada
mengeluh
besarnya re
ditentukan m
audiensi
keputusan be
dengan
masyarakat.

Informan
menyebutkan
mengenai
pembiayaan
dibebankan
kepada
adalah
belum ada
mengeluh

164

Jd kita utk sampah mampunya


berapa kira2 ya. Kita tawarkna
warga2 ya tengah2 lah ga terlalu
besar dan ga terlalu kecil yg
penting bisa menutup utk yg buang
sampah dan dan cadangan untuk
sewaktu-waktu alatnya rusak atau
apa.
Informan 5 : Kayaknya tah sementara
ini ga ada tentang sampah itu,
karena disini dibikin seperti itu sih
ya, dibikin ga merata lah, modal
sukarela.

Informan 6: oh belum, belum ada

penarikanny
rutin.

Informan
menyebutkan
mengenai
pembiayaan
dibebankan
kepada
adalah warga
ada
mengeluh
sebelum
menentukan
nominal, dia
pertemuan
mengadakan
penawaran.

Informan
menyebutkan
bahwa belum
yang
men
tentang
pembiayaan
dibebankan
kepada
karena
si
sukarela dan
merata.

3.

Apakah ada
alternatif
pembiayaan
selain dari
iuran
retribusi dari
warga?

Informan 1 : Sementara itu memang,


murni bener-bener dari swadaya ya.
Paling kalau warga masyarakat
mengajukan ke PNPM misalnya
pengajuan dalam bentuk gerobak
gitu.

Informan 2 : Oh iya, pemerintah kan


menyediakan sarana TPS dan
pengangkutan, pemerintah kan
Pemda kan menyediakan seperti itu,
itu untuk bicara kelas Desa
Kelurahan kan hanya seperti itu,
panjenengan kan bicara soal
pengelolaan sampah, nah seperti
itu. Kita masih konvensional,

Informan
menyebutkan
bahwa belum
yang
men
tentang
pembiayaan
dibebankan
kepada warg
Informan
menyebutkan
bahwa alt
pembiayaan
iuran retribu
warga
murni
swadaya
masyarakat,
kecuali
masyarakat
mengajukan
PNPM mi
gerobak.

Informan
menyebutkan
bahwa alt

165

kumpulkan
uang,
pindahkan
masalah disini ke TPA kan hehee,
biayanya ya swadaya masyarakat
dan Pemerintah Daerah.
Informan 3: setau saya murni dari
swadaya masyarakat mas
Informan 4: Sementara itu memang,
murni bener-bener dari swadaya ya.
Paling kalau warga masyarakat
mengajukan ke PNPM misalnya
pengajuan dalam bentuk gerobak
gitu.
Informan
5 : Kalau sumber
pembiayaan sementara dari Kesmas
itu, sementara. Kalau kalau petugas
sampah ya dari masyarakat sendiri,
swadaya.
Informan 6 : ya itu tok, ya mungkin
dari APBD untuk pendistribusian
apa itu untuk alat angkutnya.

pembiayaan
iuran retribu
warga adala
Pemerintah
Daerah
penyediaan
TPS
pengangkuta

Informan
menyebutkan
bahwa tidak
alternatif
pembiayaan
dari iuran wa

Informan
menyebutkan
bahwa tidak
alternatif
pembiayaan
dari iuran
kecuali jika
mengajukan
PNPM
gerobak.

Informan
menyebutkan
alternatif
pembiayaan
adalah beras
Kesmas.

4.

Bagaimana
peran
Pemerintah
Desa
mengenai
sumber
pembiayaan
pengelolaan
sampah?

Informan 1 : Untuk pengelolaan


sampah selain dari warga kalau dari
pemerintah belum ada anggaran
khusus untuk pengelolaan sampah.

Informan 2 : Kalau Pemerintah Desa


belum anggaran khusus lho ya,
paling ya dari swadaya dan
Pemerintah Daerah mas lah itu
untuk pengadaan TPS dan
pengangkutannya.

Informan
menyebutkan
alternatif
pembiayaan
adalah beras
APBD untu
angkut distri
Informan
menyebutkan
bahwa
Pemerintah
mengenai s
pembiayaan
pengelolaan
sampah
belum
anggaran k
untuk penge
sampah.
Informan

166

Informan 3 : Setau saya tidak. Enggak


ada. Iya penyediaan sarana
prasarana itu aja sulit.

Informan 4 : Untuk pengelolaan


sampah selain dari warga kalau dari
pemerintah belum ada anggaran
khusus untuk pengelolaan sampah
Informan 5 : Ya ga ga, ga pernah ada
bantuan sama sekali. (Ga ada
alokasi khusus?) ga ada ga ada.

Informan 6 : belum ada.

menyebutkan
bahwa
Pemerintah
belum
anggaran k
untuk penge
sampah
melainkan
swadaya
Pemerintah
Daerah.

Informan
menyebutkan
bahwa tidak
peran Peme
Desa
pembiayaan
pengelolaan
sampah
n
hanya peny
sarana pras
itupun sulit.

Informan
menyebutkan
bahwa
Pemerintah
dalam pemb
pengelolaan
sampah
belum
anggaran khu

Informan
menyebutkan
bahwa
Pemerintah
dalam pemb
pengelolaan
sampah
belum
anggaran khu

Informan
menyebutkan
bahwa belum
peran Peme
Desa
pembiayaan
pengelolaan
sampah
F. Persepi tentang Desa Mandiri Sampah
1. Apa
yang
Informan 1 : Desa tersebut warganya
dimaksud
itu peduli terhadap sampah
Desa
sehingga kalau dia
itu mau
Mandiri
membuang sampah itu ya dia harus
Sampah?
istilahnya apa ya kalau mau

Informan
menyebutkan
bahwa
Mandiri S
adalah Desa

167

membuang sampah ya dipilah-pilah


dulu mana yang patut dibuang
mana yang patut di daur ulang
sehingga nanti kalau masuk ke
pengepul sampah sudah masingmasing jadi warga masyarakatnya
punya kesadaran terhadap sampah.
Informan
2 : Desa yang bisa
mengelola sampahnya, dia tidak
membuang sampah ke TPA sampai
taraf yang minimum
Informan 3 : Desa mandiri sampah
maksudnya
itu
kan
untuk
pengelolaan dan semuanya kan
sampah dikelola oleh desa gitu kan
satu desa itu kan jadi baik apa
namanya pengelolaan misalnya
misalnya itu eeeh tadi sampah
organik
dan
semuanya
dikumpulkan sendiri intinya tidak
dibuang ke TPA gitu kan.
Informan
4: Segala permasalahan
persampahan mereka kelola sendiri
jadi tanpa ikut campur dari
pemerintah mungkin.
Informan 5 : kalau gambaran aku ya
itu peduli sangat banget dengan
sampah itu, misalnya dari cara
menampungnya sebelum ke TPA itu
ada tempat khusus, dan kalau bisa
dikoordinir oleh satu Kelurahan
Grendeng dan dipantau oleh
wilayah Grendeng itu benar-benar
memantau
Informan 6 : ya mungkin pertama
kosepnya yang jelas seperti apa,
yang kedua ditunjang sarana
prasarana, ketiganya pemahaman
masyarakat.

warganya
terhadap s
misalnya me
sampah.

Informan
menyebutkan
bahwa
Mandiri S
adalah Desa
bisa
men
sampah
s
taraf
minimum.

Informan
menyebutkan
bahwa
Mandiri S
adalah
pengelolaan
sampah di
oleh semua
Desa.

Informan
menyebutkan
bahwa
Mandiri S
adalah
urusan
persampahan
dikelola
s
tanpa
c
pemerintah.

Informan
menyebutkan
bahwa
Mandiri S
adalah Desa
peduli
ter
sampah
terkoordinir.

Informan
menyebutkan
bahwa
Mandiri S
adalah Desa
ditunjang

168

dan
pra
serta pema
masyarakat.
G. Persepsi
jika
Kelurahan
Grendeng
dijadikan
sebagai
Desa
Mandiri
Sampah
1. Persepsi
mengenai
peran aktif
masyarakat
yang
ada
terhadap
Desa
Mandiri
Sampah

Informan 1 : Kalau kesadarannya


masih sekarang ini menurut saya
belum, tapi kalau kesadarannya
caranya dididik, yang namanya
manusia kan di sekolaih disit lah
iyaa, bagaimana caranya supaya
sadar, bagaimana caranya supaya
peduli. Kalau itu sudah muncul
sekian persen, mungkin bisa untuk
digiring, dibimbing sehingga bisa
membentuk apa itu desa mandiri
sampah.
Informan 2 : Sebenernya kalau bicara
Grendeng sebenernya bisa, cuman
karena kesadarannya itu yang
kurang nggih, contohya disini lho
pengepul-pengepul
banyak
sebenarnya, tapi kalau saya liat ya
mas, ini opini pribadi Grendeng ini
masih heterogen jadi baik tingkat
pendidikan, kesejahteraan kan
sangat berpengaruh, mungkin kalau
di desa yang pekerjaan hampir
sama, kesejahteraannya hampir
sama mungkin ya lebih penak
Informan 3 : bagus sih tapi kalo disini
diterapkan kayaknya ya aduh butuh
waktu ya lama lagi lama pasti itu
karena kayak gini untuk sampah aja
disini permasalahannya adalah
regenerasi
dari
pengurus
sampahnya. Jadi bentuk regenerasi
jadi kayak gini lo untuk sampai saat
ini yang mengelola sampah ya
masih orang orang itu aja bahkan
sampai udah tua gitu jadi yang
muda muda itu gak mau ngurusin
sampah. Naah heeh itu aja
sendirian.
Kalo setuju si setuju ya setuju setuju
tapi sapa yang mau ngebimbing
kayak gitu lo kadang bimbingan itu
hanya berlaku ya sementara waktu
si apapun program ya baik dari

Informan
menyebutkan
bahwa
pe
mengenai
aktif masy
yang ada ter
Desa
M
Sampah
belum bisa
kesadaranny
masih
muncul.

Informan
menyebutkan
bahwa
pe
mengenai
aktif masy
yang ada ter
Desa
M
Sampah
bisa
n
kesadaran
masyarakat k
untuk
m
pengelolaan
sampah.

Informan
menyebutkan
bahwa
pe
mengenai
aktif masy
yang ada ter
Desa
M
Sampah
setuju
n
butuh waktu
lama dan
bimbingan.

169

lppm unsud yang turun sendiri itu


atau kkn atau apapun lah pasti
cuma sementara ya paling sebulan
paling lama yaudah.
Informan 4 : Kalo saya sih optimis
mampu.

Informan 5 : kalau wilayah sini wilayah


Grendeng Timur kemungkinan
masih bisa, jadi wilayah sebelah
Timur, tapi kalau untuk wilayah
kesana kayaknya susah karena
orangnya sekarang itu apa ya
tempatnya, kalau di wilayah sana
susah tempatnya. (Tapi kalau
diterapkan disini bapak setuju ga
Pak?) kalau wilayah sini insyaallah
bisa.
(kalau melihat rutinitas wilayah sini Pak
misalkan menggunakan kembali
sampah seperti yang Bapak tadi
jelaskan terus mengurangi sampah
menurut Bapak mampu ga untuk
membentuk Desa Mandiri Sampah?
Kalau disini saya sendirian ya ga
mungkin mampu, istilahnya perlu
didampingi
oleh
Pemerintah
Kelurahan sendiri. Itu harusnya ada
dari lembaga-lembaga yang lain.
(kalau
misal rutinitas yang
dilakukan sini kira-kira mampu ga
Pak?) kalau daerah sini insyaallah
mampu, yang penting yang jelas
alokasi, alokasinya ada pasti
insyaallah bisa. Alokasi dan alat
untuk membikin pupuk, sama
setelah
membuat
pupuk
pemasarannya gimana.

Informan
menyebutkan
bahwa
pe
mengenai
aktif masy
yang ada ter
Desa
M
Sampah
optimis mam

Informan
menyebutkan
bahwa
pe
mengenai
aktif masy
yang ada ter
Desa
M
Sampah
mampu
n
perlu
pendamping
dari
Peme
Kelurahan
lembaga ser
alokasi
k
untuk penge
sampah.

Informan 6: Oh itu sangat bisa itu.


Sebetulnya yang perlu banget RW
lain itu yang padat penduduk.

Informan
menyebutkan
bahwa
pe
mengenai
aktif masy
yang ada ter
Desa
M
Sampah
sangat bisa.

170

2.

Persepsi
mengenai
faktor
pelayanan
dan kualitas
sistem
pengelolaan
persampaha
n yang ada
terhadap
Desa
Mandiri
Sampah

Informan 1: kalau sekarang menurut


saya belum, antara lain untuk
sampah-sampah rumah tangga itu,
pemilahannya itu setiap hari kan
ada sampah ya, itu masih tempat
sampah yang untuk menampung itu
di keluarga itu masih kurang, belum
semua keluarga memiliki tempat
sampah khusus

Informan 2 : Saya rasa belum, ya


belum, masih kurang
Informan 3: Saat ini ya masih jauh
mungkin untuk mencapai desa
mandiri sampah. Kalo dibilang
menghambat ya gimana ya gak
menghambat juga karena mereka
juga tau kalo dibilang mendukung
ya gak mendukung juga belum
mendukung lah masih jauh masih di
tengah-tengah.
Kalo
tertib
membuang sampah sudah tertib
itungannya tertib karena apa karena
udah dibuang gak sembarang
tempat sekarang. Sekarang kali itu
apa sungai sungai udah kosonglah
dari sampah untuk orang sini
karena udah gak buang di sungai
lagi. Kesadarannya udah mulai
udah dibuang ke bak sampah
masing masing.
Sarana :
Masih jauh juga. Untuk mengelola
sampah kayak misalnya sampah
organic aja
atau misalnya
pembuatan itu kan perlu dicacah
dulu kayak sampah organic tuh
perlu yang namanya mesin-mesin
ya intinya alatlah untuk mengelola
itu nah sedangkan alatnya itu belum
ada, belum ada.
Informan 4 : Ga, kurang mendukung,
utk satu lingkungan, satu RT saja
masih banyak sekali yang masalah
tempat sampah itu yang kurang
mendukung kan ?

Informan 5: Ya belum, masih kurang.

Informan
menyebutkan
bahwa
pe
mengenai pe
mengenai
pelayanan
kualitas
pengelolaan
persampahan
ada terhadap
Mandiri S
adalah
karena
semua
tangga
tempat
k
pemilahan
sampah.

Informan
menyebutkan
bahwa belum
untuk mend
Desa
M
Sampah.

Informan
menyebutkan
bahwa
pe
mengenai pe
mengenai
pelayanan
kualitas
pengelolaan
persampahan
ada terhadap
Mandiri S
adalah masi
untuk mend
karena belum
alat
pembuatan
organik
n
kesadaran
masyarakat
membuang
sampah
tempatnya
tertib.

171

(Kurangnya kira-kira apa Pak?) ya


satu dari personil jelas, dua dari alat
administrasinya dan alat angkutnya
dan
itu
telelernya
(tenaga
pengangkut) cuma 7 di RW sini lha
apalagi kalau meningkat ke RW
lain. Kalau memang seperti itu
nanti kita koordinir mencari orang
yang peduli terhadap sampah itu.

Informan 6: Prasarana itu? Oh ya ga


mampu. Ya mungkin pertamanya
itu pemahaman dari masyarakat itu,
banyak masyarakat yang belum
paham dampak dari sampah itu,
yang penting sudah lepas dari
rumah sendiri udah dianggap
aman.

3.

Persepsi
mengenai
kelembagaa

Informan
1 : kalau peraturannya
belum ada, kesadarannya belum
muncul, perlengkapannya belum

Informan
menyebutkan
bahwa
pe
mengenai pe
mengenai
pelayanan
kualitas
pengelolaan
persampahan
ada terhadap
Mandiri S
adalah
banyak m
tempat
s
khususnya
lingkup RT.

Informan
menyebutkan
bahwa
pe
mengenai pe
mengenai
pelayanan
kualitas
pengelolaan
persampahan
ada terhadap
Mandiri S
adalah
belum bisa
kurangnya
personil,
administrasi,
alat angkut
tenaga
pengangkut.

Informan
menyebutkan
bahwa
pe
mengenai pe
mengenai
pelayanan
kualitas
pengelolaan
persampahan
ada terhadap
Mandiri S
adalah
mampu
kurangnya
pemahaman
masyarakat
terhadap d
sampah.
Informan
menyebutkan
bahwa
pe

172

n, peraturan
pengelolaan
persampaha
n yang ada
sekarang
terhadap
Desa
Mandiri
Sampah?

fasilitasnya
belum
memadai
menurut saya belum, tapi itu kalau
memang dari kita ada kemauan
insyaallah bisa. Kalau kita punya
sesuatu yang ingin dicapai, yang
ingin kita raih insyaallah bisa lah,
apalagi itu sesuatu yang baik sih.
Cuman kalau di masyarakat
Grendeng itu masyarakat kompleks,
majemuk dari berbagai daerah
masuk kesitu, bukan asli Grendeng
asli.
Informan
2 : Menghambat atau
mendukung
susah
ini
kalo
mendukung mungkin semua orang
mendukung lah karena itu program
baik ya Cuma untuk melangkah
kesana
masih
jauh
kalo
menghambat
si
ya
gak
menghambat. Definisi menghambat
itu
apa,
yang
dimaksdu
menghambat disini yang gimana
ohh
enggak
kalo
dibilang
menghambat
enggak
Cuma
mungkin lagi ke arah sana
sebenernya. Cuma karena belum
ada kenyataanya jadi hanya
kesadaran masyarakat saja.
Informan 3 : Saya kira sih mereka
siap,
karena
setiap
semua
anggotanya bener2 bekerja di sosial
semua, jd mereka siap, tergantung
masy nya aja. Jd kita kalo perturan
dari RT atau RW kurang mampu
utk mengatasi sih, tp kalo ada
peraturan
yg
bener2
udh
dicanangkan di apa perda mungkin
insyaAlloh masy sini takut, karena
sudah ada undang2 dari peraturan
daerah itu otomatis kan hampir
semua warga banyumas otomatis
punya gitu. Tp kalo hanya sekedar
utk satu lingkungan kayanya
kurang kuat. Paling mikirnya, lho
tempat lain juga ga. Tp kalo di
perda kayanya sih lebih kuat.
Informan 4 : Yang jelas butuh lembaga
yang lain seperti Lurah dan LPMK
sendiri. Harus ada atasan sendiri,
kalau ga ada atasan mungkin ga ada
artine lah, disini kan hanya kita
mengandalkan tenaga.

Informan 5: Itu seharusnya bisa itu,

mengenai
kelembagaan
peraturan
pengelolaan
persampahan
ada
sek
terhadap
Mandiri S
adalah
mendukung
belum
peraturan,
kesadaran
fasilitas.

Informan
menyebutkan
bahwa
pe
mengenai
kelembagaan
peraturan
pengelolaan
persampahan
ada
sek
terhadap
Mandiri S
adalah
mendukung
kesadaran
masyarakat
kurang.

Informan
menyebutkan
bahwa
pe
mengenai
kelembagaan
peraturan
pengelolaan
persampahan
ada
sek
terhadap
Mandiri S
adalah
kelembagaan
tergantung
masyarakat
masyarakat
mematuhi Pe

173

tapi ya perlu pihak ketiga mungkin


ya pemerintah atau instansi.

4.

Persepsi
mengenai
sumber dana
yang
ada
sekarang
terhadap
Desa
Mandiri
Sampah?

Informan 1 : belum, karena masih


sangat minim. Paling-paling untuk
hanya sebatas jasa dari pengangkut
sampah piketnya itu. Itupun
menurut saya belum memadai lah.
Sebulan hanya 6 ribu jaman
sekarang, belum perawatan gerobak
sampahnya juga ya kan, menurut
saya ya sangat kurang. Kalau
memang
pemerintah
peduli,
rencana untuk membentuk Desa
Mandiri Sampah berarti perlu dana,
perlu pengalokasian dana.
Informan 2 : mampu, sebenarnya
mampu karena permasalahan 1 kan
disini dihati, iya kesadarannya itu
yang susah, permasalahan 1nya kan
disini. Kita udah ngasih sosialisasi
misal, diolah jadi pupuk, nanti
belum aja diolah orang udah mikir
lagi, lah aku bikin pupuk tanah aja
ga punya, dijual kemana, masih
berpikiran butuh waktu untuk
sosialisasi karena masih dibutuhkan
peran serta dari mahasiswa, Dinas

Informan
menyebutkan
bahwa
pe
mengenai
kelembagaan
peraturan
pengelolaan
persampahan
ada
sek
terhadap
Mandiri S
adalah
lembaga
seperti
LPMK.

Informan
menyebutkan
bahwa
pe
mengenai
kelembagaan
peraturan
pengelolaan
persampahan
ada
sek
terhadap
Mandiri S
adalah perlu
ketiga
Pemerintah
instansi.
Informan
menyebutkan
bahwa
pe
mengenani s
dana yang
terhadap
Mandiri S
adalah belum
karena
sangat
m
hanya
s
untuk penga
sampah dan
alokasi dana

Informan
menyebutkan
bahwa
pe
mengenani s
dana yang
terhadap
Mandiri S
adalah
s
dana
m

174

terkait masih dibutuhkan dalam hal


untuk menumbuhkan kesadaran dan
juga untuk memberikan fasilitas
misal ini komposting seperti ini lho
Informan 3 : Sumber dana sekarang
belum bisa belum bisa masih
kurang karena uang itu digunakan
untuk ya menggaji baru baru bisa
ya apa ya untuk operasional aja
untu operasional penarikan sampah
itu sendiri. Baru sampe itu.
Informan 4 : Untuk saat ini, kayanya
sih utk mslh ya mungkin untuk
honor, utk dana perbaikan sih
cukup. Tapi kalo kita utk sarana yg
lainnya, trmsk tmpt sampahnya,
msh kurang.jd kita mungkin
kadang2 gini, antara kontribusi utuk
sampah dgn kampling itu kan beda.
Jd
kampling itu
kan
utk
pembangunan
dlm
arti
pembangunan infrasturktur yg
lainnya, kaya jalan setapak, kalo
dari persampahan ya khusus utk
persampahan, kalo kita anggaran
persampahan
dari
kampling
kadang2
kurang
setuju
masyarakatnya.
Informan 5 : Belum, masing kurang
banyak, wong kita kan istilahnya
kita baru mempunyai nasabah
sekitar 80an,sedangkan nasabah 80
itu tidak rutinitas setiap minggu kita
nabung karena ga nentu ga pasti
istilahnya sampah itu ada.
Informan 6 : Oh ya mampu itu

namun terga
dari
kes
masyarakat.

Informan
menyebutkan
bahwa
pe
mengenani s
dana yang
terhadap
Mandiri S
adalah
s
dana
kurang,
untuk
me
penarik samp

Informan
menyebutkan
bahwa
pe
mengenani s
dana yang
terhadap
Mandiri S
adalah
masalah
sudah cukup

Informan
menyebutkan
bahwa
pe
mengenani s
dana yang
terhadap
Mandiri S
adalah
kurang,
tidak
masyarakat
menabung s
di bank samp

Informan
menyebutkan
bahwa
pe
mengenani s

175

dana yang
terhadap
Mandiri S
adalah mamp

Lampiran 4. Dokumentasi Kegiatan Penelitian


DOKUMENTASI KEGIATAN

A. Wawancara dengan Informan

Gambar 8.1 Wawancara mendalam dengan informan 1

175

Gambar 8.2 Wawancara mendalam dengan informan 2

Gambar 8.3 Wawancara mendalam dengan informan 3

176

Gambar 8.4 Wawancara mendalam dengan informan 4

Gambar 8.5 Wawancara mendalam dengan informan 5

178

179

180

Lampiran 7. Biodata Penulis


BIODATA

Nama

: Taufiq Wahyu Hidayat

NIM

: G1B010034

Angkatan

: 2010

Tempat, Tanggal Lahir

: Kebumen, 03 Maret 1991

Agama

: Islam

Alamat

: Tamanwinangun RT 01/07, Kecamatan Kebumen,


Kabupaten Kebumen

Telephone/Email

: 085728717434 / taufiqwahyuhidayat@yahoo.com

Riwayat Pendidikan

1995-1997

: TK Tamansari

1997-2003

: SD Negeri 03 Tamanwinangun

2003-2006

: SMP Negeri 05 Kebumen

2006-2009

: SMA Negeri 02 Kebumen

2010-2014

: Universitas Jenderal Soedirman

Pengalaman Organisasi

181

1. Staff Departemen Dalam Negeri BEM Kesmas Periode 2010-2011


2. Koordinator Bidang Bulutangkis KOMPOR Kesmas Periode 2011-2012
3. Ketua Umum KOMPOR Kesmas Periode 2012-2013

Anda mungkin juga menyukai