Anda di halaman 1dari 21

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Sampah

1. Pengertian Sampah

Sampah merupakan bahan padat buangan dari kegiatan rumah

tangga, pasar, perkantoran, rumah penginapan, hotel, rumah makan,

industri, puingan bahan bangunan dan besi-besi tua bekas kendaraan

bermotor. Samapah merupakan hasil sampingan dari aktifitas manusia

yang sudah terpakai. Besarnya samapah yang dihasilkan dalam suatu

daerah tertentu sebanding dengan jumlah penduduk, jenis aktifitas dan

tingkat konsumsi penduduk tersebut terhadap barang/material (Alex

S,2014,p,4).

Sampah (waste) adalah sebagian dari sesuatu yang tidak terpakai,

tidak disenangi atau sesuatu yang hrus dibuang, yang umumnya berasal

dari kegiatan yang dilakukan oleh manusia sendirinya (Indasah,

2017,p,209).

Sampah menurut definisi World Health Organization (WHO)

sampah adalah sesuatu yang tidak digunakan, tidak terpakai, tidak

disenangi atau sesuatu yang dibuang yang berasal dari kegiatan manusia

dan tidak terjadi dengan sendirinya.

Undang-undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang pengolahan

sampah, menyatakan bahwa sampah adalah sisa kegiatan sehari-hari

manusia atau proses alam yang berbentuk padatan. Sampah yang dikelola

berdasarkan undang-undang ini terdiri dari sampah rumah tangga, sampah

8
9

spesifik. Sampah rumah tangga yang dimaksudberasal dari kegiatan

sehari-haritidak termasuk tinja dan sampah. Samaph sejenis rumah tangga

sebagai mana dimaksud berasal dari kawasan komersial, kawasan

industri, khawasan khusus, fasilitas sosial, fasilitas umum dan fasilitas

lainnya.

2. Sumber-sumber Sampah

Sampah yang ada di permukaan bumi ini dapat berasal dari

beberapa sumber berikut :

a. Pemukiman penduduk

Sampah di suatu pemukiman biasanya dihasilkan oleh satu atau

beberapa keluarga yang tinggal dalam suatu bangunan atau asrama

yang terdapat di desa atau di kota. Jenis sampah yang dihasilkan

biasanya sisa makanan dan bahan sisa proses pengolahan makanan

atau sampah basah (garbage), sampah kering (rubbsih), perabotan

rumah tangga, abu atau sisa tumbuhan kebun.

b. Tempat umum dan tempat perdagangan

Tempat umum adalah tempat yang memungkinkan banyak orang

berkumpul dan melakukan kegiatan termasuk juga tempat

perdagangan. Jenis sampah yang dihasilkan dari tempat semacam itu

dapat berupa sisa-sisa makanan (garbage), sampah kering, abu, sisa

bangunan, sampah khusus, dan terkadang sampah berbahaya.

c. Sarana layanan masyarakat milik pemerintah

Sarana layanan masyarakat yang dimaksud disini, antara lain,

tempat hiburan dan umum, jalan umum, tempat parkir, tempat layanan
10

kesehatan (misalnya rumah sakit dan puskesmas), kompleks militer,

gedung pertemuan, pantai empat berlibur, dan sarana pemerintah lain.

Tempat tersebut biasanya menghasilkan sampah khusus dan sampah

kering.

d. Industri berat dan ringan

Dalam pengertian ini termasuk industri makanan dan minuman,

industri kayu, industri kimia, industri logam dan tempat pengolahan

air kotor dan air minum,dan kegiatan industri lainnya, baik yang

sifatnya distributif atau memproses bahan mentah saja. Sampah yang

dihasilkan dari tempat ini biasanya sampah basah, sampah kering,

sisa-sisa bangunan, sampah khusus dan sampah berbahaya.

e. Pertanian

Sampah dihasilkan dari tanaman dan binatang. Lokasi pertanian

seperti kebun, ladang ataupun sawah menghasilkan sampah berupa

bahan-bahan makanan yang telah membusuk (Edy Hendras,dkk,

2012,p. 8)

3. Jenis-jenis Sampah

Berdasarkan bahan asalnya, sampah dibagi menjadi dua jenis, yaitu

sampah organik dan sampah anorganik. Di negara yang sudah

menerapkan pengolahan sampah secara terpadu, tiap jenis sampah

ditempatkan sesuai dengan jenisnya. Untuk mempermudah

pengangkutan sampah ke TPA (tempat pembuangan akhir), sampah

dipilah berdarsarkan klasifikasinya. Sampah dipilah menjadi tiga

yaitu sampah organik, non-organik, dan B3, :


11

1. Sampah Organik

Sampah organik berasal dari makhluk hidup, baik manusia,

hewan, maupun tumbuhan. Sampah organik dibagi menjadi

sampah organik kering dan organnik basah. Organik basah

mengandung air dalam sampah seperti sampah sayur, sampah

buah, sampah tanam-tanaman, sedangkan sampah organik

kering sperti ranting, batang pohon dan kayu.

2. Sampah Anorganik

Sampah anorganik bukan berasal dari makhluk hidup.

Sampah ini biasa berasal dari bahan yang bisa diperbarui dan

bahan yang berbahaya serta beracun. Jenis yang termasuk

kedalam kategori bisa didaur ulang(recycle), misalnya bahan

yang terbuat dari plastik dan logam

3. Sampah B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun)

Sampah B3 merupakan jenis sampah yang dikategorikan

beracun dan berbahaya bagi manusia. Umumnya sampah jenis

ini mengandung merkuri seperti kaleng bekas cat semprot atau

minyak wangi. Namun tidak menutup kemungkinan sampah

yang mengandung janis racun lain yang berbahaya. (Sucipto,

2012,p. 2)

4. Pengelolaan Sampah

Pengelola sampah adalah semua kegiatan yang dilakukan dalam

menangani sampah sejak ditimbulkan sampai dengan pembangunan akhir.

Pengelola sampah sangat erat kaitannya dengan kesehatan masnyarakat,


12

karena dari smapah-sampah tersebut akan hidup berbagai mikroorganisme

penyebab penyakit dan juga serangga sebagai pemindah/ penyebar

penyakit. Oleh sebab itu sampah harus dikelola dengan baik sampai sekecil

mungkin tidak menganggu atau mengancam kesehatan masnyarakat.

Pengelolaan sampah yang baik, bukan saja untuk kepentingan kesehatan

saja, tetapi juga keindahan lingkungan. Yang dimaksud dengan pengelolaan

sampah disni adlah meliputi pengumpulan, pengangkutan sampai dengan

permusnahan atau pengelola sampah sedemikian rupa sehingga sampah

tidak menjadi gangguan kesehatan masnyarakat dan lingkugan hidup. Cara-

cara pengelola sampah antara lain sebagai berikkut :

a. Pengumpulan dan pengangkutan sampah

Pengumpulan sampah adalah menjadi tanggung jawab dari masing-

masing rumah tangga yang menghasilkan sampah. Oleh sebab itu,

mereka ini harus membangun atau mengadakan tempat khusus untuk

mengumpulkan sampah. Kenudian dari masing-masng tempat

pengmpulan sampah tersebut harus diangkut ke tempat peangutan

sementara (TPS) sampah, dan selanjutnya ditempat pembungan akhir

(TPA).

b. Pemusnahan dan pengelola sampah

Pemusnahan dan atau pengelola sampah padat ini dilakukan melalui

beberapa berbagai cara, antara lain sebagi berikut :

1. Di timbun (landifil), yaitu pemusnahan sampah dengan membuat

lubang ditanah kemudian sampah dimasukkan dan ditimbun dengan

tanah.
13

2. Dibakar (incenerator), yaitu memusnakan sampah dengan jalan

membakar didalam tungku pembakaran (incenerator).

3. Dijadikan pupuk (composting)yaitu pengolahan sampah menjadi

pupuk (kompos), khususnya untuk sampah organik daun-daun, sisa

makanan, dan samapah lain yang dapat membusuk. Didaerah

perdesaan hal ini sudah biasa, sedangkan di daerah perkotaan ini

perlu dibudidayakan. Apabila setiap rumah tangga dibiasakan untuk

memisahkan sampah organik dengan an-organik, kemudian sampah

organik diolah menjadi pupuk tanaman dapat di jual atau dipakai

sendiri. Sedangkan sampah organik dibuang, dan akan segera di

pungut oleh para pemulung. Dengan demikian maka masalah

sampah akan berkurang (Candra,2014,p.116)

5. Pengaruh sampah terhadap kehidupan manusia

Pengelola sampah yang kurang baik dapat memberikan pengaruh

negatif bagi kesehatan, lingkungan maupun kehidupan sosial ekonomi dan

budaya masnyarakat seperti berikut :

a. Pengaruh bagi kesehatan

1) Pengelola sampah yang kurang baik akan menjadi sampah sebagai

tempat perkembangan vektor penyakit, seperti lalat, tikus.

2) Insiden penyakit demam berdarah dengue akan meningkat karena

vektor penyakit hidup dan berkembang biak dalam sampah kaleng

maupun ban bekas yang berisi air hujan.


14

3) Terjadinya kecelakaan akibat pembuangan sampah secara

sembarangan, misalnya benda tajan seperti kaca,besi dan

sebagainya.

4) Gangguan psikomatis misalnya sesaknafas, insomnia, stres danlain-

lain.

b. Pengaruh bagi lingkungan

1) Estetika lingkungan menjadi kurang sedap dipandang mata.

2) Proses pembusukan sampah oleh mikroorganisme akan

menghasilkan gas-gas tertentu yang menimbulkn bau busuk.

3) Pembakaran sampah dapat menimbulkan pencernaan udara dan

bahaya pembakaran yang luas.

4) Apabila musim hujan datang,sampah yang menumpuk dapat

menyebabkan banjir dan mengakibatkan pencernaan pada sumber

air atau sumur dangkal.

5) Air banjir dapat mengakibatkan kerusakan fasilitas masnyarakat

seperti jalan, jemabatan dan saluran air.

c. Pengaruh terhadap lingkungan sosial ekonomi dan budaya

masnyarakat

1) Pengelola sampah yang kurang baik mencerminkan keadaan sosial

budaya masyarakat setempat.

2) Keadaan lingkungan yang kurang baik akan menurunkan minat dan

hasrat orang lain untuk berkunjung ke darerah tersebut.

3) Dapat mengakibatkan terjadinya perselisihan antara penduduk

setempat.
15

4) Kegiatan perbaikan lingkungan yang rusak memerlukan dana yang

sangat besar sehingga untuk sektor lain berkurang.

5) Angka kasus kesakitan meningkat dan mengurangi hari kerja

sehingga produktifitas masyarakat menurun.

6) Penumpukan sampah dipinggir jalan menyebabkan kemacetan lalu

lintas yang dapat menghambat kegiatan transportasi barang dan

jasa (Candra,2005,p112).

B. Sampah Organik

1. Pengertian

Sampah organik adalah jenis sampah yang sebagian besar tersusun

oleh senyawa organik seperti sisa tanaman, hewan, atau kotoran. Sampah

organik mudah diuraikan oleh jasad hidup khususnya mikroorganisme.

Samapah organik dapat diolah menjadi pupuk dengan menggunakan

proses fermentasi.

Sampah organik merupakan sampah yang berasal dari limbah

tanaman, sisa kotoran hewan, dan kotoran manusia. Samapah organik

dibedakan menjadi dua jenis yaitu, organik kering dan organnik basah.

Organik basah mengandung air dalam sampah seperti sampah sayur,

sampah buah, sampah tanam-tanaman, sedangkan sampah organik kering

sperti ranting, baang pohon dan kayu (Sucipto, 2012,p. 2)

Sampah organik berasal dari makluk hidup, baik manusia, hewan,

maupun tumbuhan merupakan bahan baku yang bagus untuk pupuk

organik. Karena mudah dan tidak merusak lingkungan, proses


16

pembuatannya juga mudah. Produk jadi yang dihasilkan dari pengolahan

limbah dan sampah dapat berupa pupuk cair, pupuk padat dan pestisida

organik.

Sampah organik dapat diuraikan oleh mikroba-mikroba hingga

menjadi mineral. Bahan mineral hasil pengertian baik sekali untuk pupuk

kompos.

C. Kompos

1. Pengertian Kompos

Kompos adalah pupuk yang dibuat dari hasil penguraian aneka

bahan organik, proses terbentuknya kompos dari bahan-bahanorganik

dapat dipercepat secara artifisial oleh populasi berbagai macam mikroba

dalam kondisi lingkungan yang hangat, lembab, aerobik atau anerobik

(Alex, 2014,p.50).

Kompos adalah sisa-sisa makhluk hidup yang telah mengalami

pelapukan, bentuknya sudah berubah menjadi tanah dan tidak berbau.

Kompos memiliki kandungan hara yang lengkap meskipun presentasinya

kecil. Kompos juga mengandung senyawa-senyawa lain yang bermanfaat

bagi tanaman (Indasah,2017, p.215).

Kompos adalah hasil penguraian, pelapukan, dan pembusukan

bahan organik seperti kotoran hewan, daun, maupun bahan organik

lainnya(Soeryoko, 2011,p. 1)

Kompos yang berkualitas adalah kompos yang sudah matang dan

mengandung unsur hara yang lengkap. Kualitas kompos di pengaruhi oleh


17

tingkat kematangan dan campuran berbagai bahan organik. Kualitas dapat

bervariasi karena setiap pembuatan memiliki teknis dan cara yang

berbeda-beda dan tidak ada standarbaku (Mulyono, 2014,p.70).

Kompos merupakan istilah untuk pupuk organik buatang dibuatan

manusia yang dibuat dari proses pembususkan sisa-sisa buangan makluk

hidup (tanaman maupun hewan). Proses pembuatan kompos dapat

berjalan secara aerob dan anaerob yang saling menunjang pada kondisi

lingkungan tertentu. Secara keseluruhan proses ini disebut dekomposisi.

2. Faktor yang mempengaruhi pengomposan

Menurut Alex (2014), p.59 faktor yang mempengaruhi

pengomposan, yaitu :

a. Rasio C/N (Carbon/Nitrogen)

Rasio C/ Nyang efektif untuk proses Pengomposan berkisar antara

30: 1 hingga 40:1. Mikroba memecah senyawa C sebagai sumber

energi dan menggunakanN untuk sintesis protein.Pada rasio C/ N di

antara 30 s/d 40 mikroba mendapatkan cukup C untuk energi dan N

untuksintesis protein.Apabila rasio C/N terlalu tinggi, mikroba akan

kekurangan N untuksintesis protein sehingga dekomposisi berjalan

lambat.

b. Ukuran Partikel

Aktivitas mikroba berada di antarapermukaan area dan udara.

Permukaan area yang lebih luas akan meningkatkan kontak antara

mikroba dengan bahan dan Proses dekomposisi akan berjalan lebih

cepat. Ukuran partikel juga menentukan besarnya ruang (Porositas)


18

Untukmeningkatkan luas permukaan dapat dilakukan dengan

memperkecil ukuran partikel bahan tersebut.

c. Aerasi

Pengomposan yang cepat dapat terjadi dalam'kondisi yang cukup

oksigen(aerob). Aerasi secara alami akan terjadi pada saat

terjadipeningkatan suhu yang menyebabkan udara hangat keluar dan

udara yang lebih dingin masuk ke dalam tumpukan kompos. Aerasi

ditentukan oleh porositas dan kandungan air bahan (kelembaban).

Apabila aerasi terhambat, maka akan terjadi proses anaerob yang akan

menghasilkan bau yang tidak sedap. Aerasi dapat ditingkatkan dengan

melakukan pembalikan atau mengalirkan udara di dalam tumpukan

kompos.

d. Porositas

Porositas adalah ruang di antara partikel di dalam tumpukan

kompos. Porositas dihitung dengan mengukur volume rongga dibagi

dengan volume total. Rongga-rongga ini akan diisi oleh air dan udara.

Udara akan mensuplay Oksigen untuk proses pengomposan. Apabila

rongga dijenuhi oleh air, maka pasokan oksigen akan berkurang dan

prosa pmgompoaan juga akan terganggu.

e. Kelembaban (Moisture content)

Kelembaban memegang peranan yang snngatpenting dalam proses

metabohsme mikroba dan secara tidak langsung berpengaruh pada

suplay oksigen. Mikroorganisme dapat memanfaatkan bahan organik

apabila bahan organik tersebut larut di dalam air, Kelembaban 40 60


19

% adalah kisaran optimum untuk metabolisme mikroba. Apabila

kelembaban di bawah 40%, aktivitas mikroba akan mengalami

penurunan dan akan lebih rendah lagi pada kelembaban 15%. Apabila

kelembaban lebih besar dari 60%, hara akan tercuci, volume udara

berkurang, akibatnya aktivitas mikroba akan menurun dan akan terjadi

fermentasi anaerobik yang menimbulkan bau tidak sedap.

f. Temperatur/ suhu

Panas dihasilkan dari aktivitas mikroba. Ada hubungan langsung

antara peningkatan suhu dengan konsumsi oksigen. Semakin tinggi

temperatur akan semakin banyak konsumsi oksigen dan akan semakin

cepat pula proses dekomposisi. Peningkatan suhu dapat terjadi dengan

cepat pada tumpukan kompoS Temperaturyang berkisar antara 30

-600C menunjuk kan aktivitas pengomposan yang cepat. Suhu yang

lebih tinggi dari 600C akan membunuh sebagian mikroba dan hanya

mikroba thermofilik saja yang akan tetap bertahan hidup. Suhu yang

tinggi juga akan membunuh mikroba-mikroba patogen tanaman dan

benih-benih gulma.

g. PH

Proses pengomposan dapat terjadi pada kisaran pH yang lebar. PH

yang optimum untuk proses pengomposan berkisar antara 6.5 sampai

7.5. pH kotoran ternak umumnya berkisar antara 6.8 hingga 7.4.

Proses pengomposan sendiri akan menyebabkan perubahan pada

bahan organik dan pH bahan itu sendiri. Sebagai contoh, proses

pelepasan asam, secara temporer atau lokal, akan menyebabkan


20

penurunan pH (pengasaman), sedangkan produksi amonia dari

senyawa-senyawa yang mengandung nitrogen akan meningkatkan pH

pada fase-fase awal pengomposan. pH kompos yang sudah matang

biasanya mendekati netral.

h. Kandungan Hara

Kandungan P (Fosfor) dan K (Kalium) juga penting dalam proses

pengomposan dan bisanya terdapatdj dalamkomposkompos dari

peternakan. Hara ini akan dimanfaatkan oleh mikroba selama proses

pengomposan.

i. Kandungan Bahan Berbahaya

Beberapa bahan organik mungkin mengandung bahan-bahan yang

berbahaya bagi kehidupan mikroba. ngam-logam berat seperti Mg,

Cu, Zn, Nickel, Cr adalah beberapa bahan yang termasuk kategori ini.

Logam-logam berat akan mengalami imobilisasi selama proses

pengomposan.

j. Lama pengomposan

Lama waktu pengomposan tergantung pada karakteristik bahan

yang dikomposkan, metode Pengomposan yang dipergunakan dan

dengan atau penambahan aktivator pengomposan Secara alami

pengomposan akan berlangsung dalam Waktu beberapa minggu

sampai 2 tahun hingga kompos benar-benar matang.

k. Warna dan Bau

Menurut SNI :19-7030-2014 warna dan bau yang baik dalam

pengomposan sampah organik yaitu dengan warna kehitaman dan


21

berbau tanah. Warna yang masih dapat diterima dalam hal ini yaitu

hitam kecokalatan serta berbau agak busuk.

Tabel 2.1 Kondisi yang optimal untuk mempercepat proses

pengomposan

Kondisi Kondisi yang Ideal


bisa diterima

Rasio C/N 20:1 s/d 40:1 23-35:1


Kelembaban 40 – 60 % 45 – 62 %
Konsentrasi Oksigen >5 % >10 %
tersedia
Ukuran Partikel 1 inchi Bervariasi
Bulk Density 1000 lbs/ cu yd 1000 lbs/ cu yd
pH 5.5 – 9.0 6.5 – 8.0
Suhu 43 – 66oC 54 – 60oC
Warna Hitam Kehitaman

Kecoklatan
Bau Agak busuk Tanah
Sumber. alex. s

Prinsip proses pengomposan

Proses pengomposan akan segera berlansu g setelah bahan-bahan

mentah dicampur. Proses pengomposan secara sederhana dapat dibagi 2

tahap yaitu tahap aktif dan tahap pemantangan. Selama tahap awal proses

oksigen dan senyawa-nyawa yang mudah terdegrasi akan segera

dimanfaatkan oleh mikroba mesofilik. Suhu tumpukan kompos akan

meninkat dengan cepat. Demikian pula akan diikuti dengan peningkatan

ph kompos. Suhu akan meningkat hingga bdi atas 30-500C. Suhu akan

tetap tinggi selama waktut tertentu.

Mikroba yang aktif pada kondisi ini adalah mikroba termofilik,

yaitu mikroba yangaktif pada suhu tinggi. Pada saat ini terjadi
22

dekomposisi/penguraian bahan organik yang sabgat aktif. Mikroba-

mikroba didalam kompos dengan mengunakan oksigen akan menguraikan

bahan organik menjadi CO2, uap air dan panas. Setelah sebagian besar

bahan telah terurai maka suhu akan berangsur angsur mengalami

penurunan.

Pada saat terjadi pematangan kompos tidak lanjut yaitu

pembentukan komplek liat humus. Selama proses pengomposan akan

terjadi penyusutan volume maupun biomasa bahan. Penguraian ini dapat

mencapai 30-40% dari volume bobot awal bahan (Alex ,2014,p.58).

3. Manfaat Kompos

Kompos memperbaiki struktur tanah dengan meningkatkan

kandungan bahan organik tanah dan akan meningktkan kemampuan tanah

untuk memperthankan kandungan air tanah. Aktifitas mikroba tnah yang

bermanfaat bagi tanaman akan meningkat dengan penambhan kompos.

Aktifias mkroba ini membantu tanaman untuk menyerap unsur hara dari

tanah. Aktifitas mikroba tanah juga diketahui dpat membantu tanaman

menghdapi serangan penyakit. Pupuk kompos memiliki keungulan yaiu

dapat memperbaiki sifat fisik tanah., dan biologi tanah. Hal ini

dikarenakan karakteristik yang dimilikinya antara lain mengandung unsur

hara dalam jenis jumlah bervariasi tergantung bahan asal mneydiakn

unsur hara secara lambat dan jumlah yang terbatas dan mempunya fungsi

utama. Untuk memperbaiki kesubursn dan kesehatan tanah (Nudiyanti ,

2016).
23

Tanaman yang dipupuk dengan pupuk kimia. Kompos memiliki

banyak manfaat yang di tinjau dari beberapa aspek :

a. Aspek Ekonomi

1) Menghemat biaya untuk transportasi dari penimbunan samapah

2) Mengurangi volume ukuran limbah

3) Memiliki nilai jual yang tinggi dari pada bahan asaln ya

b. Aspek lingkungan

1) Mengurangi polusi undara karena pembakaran limbah dan

pelepasan gas metana dri sampah organik yang membusuk akibat

bakteri metagonen di tempat pembunagan sampah

2) Mengurangi kebuuhan lahan penimbunan

c. Aspek bagi tanah/tanaman

1) Meningktakan lesuburan tanah

2) Memperbaiki struktur dan katakteristik tanah

3) Meningkatkan kapasitas penyerap air oleh tanah

4) Meningktakan aktifitas mikroba tanah

5) Meningkatka kualitas hasil panen

6) Meyediakan hoormo vitamin bagi tanaman

7) Meningktakan ketersediaan hara didialam tanah (Indasah, 2007,

p.219).

Menurut soeryoko (2011),p. 2, pupuk kompos memiliki manfaat, antara

lain:

a. Pembenahan tanah
24

Kompos merupakan benda yang dapat membenahi (memperbaiki)

mutu tanah. Lahan yang rusak dan kehilangan kesuburannya dapat

diperbaiki dengan pengolahan lahan dengan kompos. Lehan yang telah

diperbaiki dengan kompos akan bekas penampungan sering

mengunakan kompos untuk memperbaiki lahan yang rusak

b. Penyedia makanan bagi tanaman

Selian memperbaiki kualitas tanah, kompos juga berfungsi

menyediakan makanan bagi tanaman. Kompos menjaga

mikroorganisme dalam tanah untuk berkembang biak. Mikroorganisme

menghasilkan kesuburan tanah. Lahan yang penuh makanan menjadi

tanaman yang tumbuh diatanya subur. Lahan yang kaya akan kompos

sangat gembur sehingga akar tanamaan berkembang dengan pesat.

Akar yang berkembang pesat tersebut dapat menarik makanan yang

telah 1tersedia dalam kompos sebanyak-banyaknya.

4. Hasil Pengomposan

1. Pupuk Cair

Pupuk cair organik adalah larutan hasil dari pembusukan bahan-

bahan organik yang berasal dari sisa tanaman: kotoran hewan dan

manusia yang kandungan unsur haranya lebih dari 1 unsur. Kelebihan

dari pupukcair organik adalah dapat secara cepat mengatasi defisiensi

hara, tidak bermasalah dalam pencucian hara dan mampu

menyediakan hara secara cepat. Pupuk cair organik umumnya tidak

merusak tanah dan tanaman walaupun digunakan sesering mungkin.

Larutan ini juga memiliki bahan pengikat sehingga larutan pupuk


25

yang diberikan ke permukaan tanah bisa langsung digunakan oleh

tanaman.

Pupuk cair merupakan zat penyubur tanaman yang berasal dari

bahan-bahan organik dan berwujud cair, selain berfungsi sebagai

pupuk, pupuk cair juga dapat dimanfaatkan sebagai aktivator untuk

membuat kompos Untuk membuat kompos cair dibutuhkan alat atau

wadah yang disebut komposter. Yakni sebuah tempat yang dibuat dari

tong sampah plastik atau kotak semen yang dimodifikasi dan

diletakkan di dalam atau di luar ruangan. Komposter ini bertujuan

untuk mengolah semua jenis limbah organik rumah tangga menjadi

bermanfaat.

a. Manfaat Pupuk Cair

1. Manfaat Pupuk cair antara lain :

a) Untuk menyuburkan tanaman

b) Untuk menjaga stabilitas unsur hara dalam tanah

c) Untuk mengurangi dampak sampah organik di lingkungan

sekitar

2. Keunggulan :

a) Mudah, murah

b) T idak ada efek samping

3. Kakurangan:

a) Perlu ketekunan dan kesabaran yang tinggi.

b) Hasilnya kurang banyak


26

D. Effective Microorganisme (EM4)

Effective microorganisme 4 atau EM4 adalah suatu kulkur campuran

berbagai mikroorganisme yang bermanfaat (terutama bakteri fotosintesis,

bakteri asam laktat, ragi, actinomycetes dan jamur peragian) yang dapat

digunakan sebagai inokulan untuk meningkatkan keragaman mikroba tanah

dan dapat memperbaiki kesehatan serta kualitas tanah. Berikut ini adalah

fungsi dari masing-masing mikroorganisme larutan EM4 :

1. Bakteri fotosintesis

a. Membentuk zat-zat bermanfaat bagi sekresi akar tumbuhan, bahan

organik, dan gas berbahaya dengan menggunakan sinar matahari dan

bumi sebagai sumber energi. Zat-zat bermanfat itu antara lain asam

amino, asam nukleik, zat-zat dan bioaktif, dan gula. Semuanya

mempercepat pertumbuhan dan berkembang tanaman.

b. Meningkatkan pertumbuhan mikroorganisme lainnya.

2. Bakteri asam laktat ( Laktobasilus Sp)

a. Menghasilkan asam laktat dari gula

b. Menekan pertumbuhan mikroorganisme yang merugikan

c. Meningkatkan percepatan perombakan bahan-bahan organik

d. Dapat menghancurkan bahan-bahan organik seperti lignin dan

selulosa, serta menfermentasikannya tanpa menimbulkan pengaruh-

pengaruh merugikan yang diakibatkan oleh bahan-bahan organik yang

tidak terurai
27

3. Actinomycetes

a. Menghasilkan zat-zat antimikroba dari asam amino yang dihasilkan

oleh bakteri fotosintesis dan bahan orgnik.

b. Menekan pertumbuhan jamur dan bakteri

4. Jamur fermentasi (Khamir)

a. Menguraikan bhan organik secara cepat untuk menghasilkan alkohol,

ekser, zat-zat antimikrobe

b. Menghasilkan bau serta mencegah serbuan serangga dan ulat yang

merugikan (Murni Yuniwat,2012,p.175).

E. Mikroorganisme Lokal

1. Pengertian Mikroorganisme Lokal

Bioaktivator yang dibuat sendiri atau mikro organisme lokal (MOL), yaitu

kumpulan mikroorganisme yang bisa diternakkan fungsinya sebagai starter

dalam pembuatan pupuk organik. Adanya mikroorganisme dalam larutan

MOL berpotensi sebagai perombak bahan organik, perangsang pertumbuhan,

dan agen pengendali penyakit atau hama tanaman.

2. Jenis-jenis Mikroorganisme Lokal

Pada dasarnya MOL dapat dibuat sendiri dari berbagai macam

bahan organik. Asalkan bahan tersebut disukai dan dapat dijadikan media

tumbuh bagi mikroorganisme. Berikut Jenis-jenis MOL dari bahan

organik diantaranya yaitu:

a. MOL Tapai
28

b. MOL Ikan

c. MOL Buah

d. MOL Nasi

e. MOL Keong mas

3. Mikroorganisme Lokal Tapai

MOL tapai adalah bioaktivator yang bahan dasarnya terbuat dari tapai,

baik tapai singkong maupun tapai ketan. Bahan yang perlu dipersiapkan

sebelum membuat MOL, yaitu : Tapai ketan/tapai ubi 2 ons, air ± 2000 ml,

gula pasir 10 sendok makan dan botol air mineral 2 buah berukuran 1500 ml.

Kandungan yang ada di MOL tapai yaitu Rhizobium sp, Azosprillium sp,

Azobacter sp, Pseudomonas sp, Bacillus sp, dan Bakteri pelarut phosfat.

Seperti halnya pembuatan kompos, MOL juga memerlukan makanan

tambahan selama proses fregmentasi. Makanan tersebut adalah gula,

penggunaan gula tergantung pada jumlah MOL yang dibuat. Untuk satu liter

air akan diberikan lima sdm gula. Untuk waktu yang dibutuhkan dalam

pembuatan MOL sekitar lima hari sampai tiga minggu tergantung pada bahan

yang digunakan.

Anda mungkin juga menyukai