Anda di halaman 1dari 35

BAB I.

PENDAHULUAN
1.1.

Latar Belakang
Seiring dengan bertambahnya kebutuhan manusia, banyak diciptakan pemuas atau

pemenuhan kebutuhan manusia. Untuk itu munculah pabrik-pabrik industri sebagai pengolah
bahan mentah untuk kemudian diolah dengan sedemikian rupa menjadi barang setengah jadi
maupun barang siap pakai, untuk selanjutnya akan dikonsumsi masyarakat. Dalam jumlah
produksi yang sagat besar tiap harinya akan menghasilkan sisa-sisa hasil dari proses
pengolahan yang tidak terpakai. Sisa-sisa inilah yang disebut limbah bila terakumulasi dalam
jangka waktu yang lama dapat mencemari lingkungan bila tidak ada penanganan khusus.
Kemudian, masyarakat yang sebagai pelaku konsumsi pun akan mengeluarkan limbahlimbah sebagai hasil penggunaan hasil barang produksi tersebut. Limbah ini dinamakan
limbah rumah tangga. Untuk itulah diperlukan penanganan yang tepat dalam pengolahan
limbah-limbah industry maupun limbah rumah tangga.
Limbah cair atau air limbah adalah air yang tidak terpakai lagi, yang merupakan hasil
dari berbagai kegiatan manusia sehari-hari. Dengan semakin bertambah dan meningkatnya
jumlah penduduk dengan segala kegiatanya, maka jumlah air limbah juga mengalami
peningkatan. Pada umumnya limbah cair dibuang ke dalam tanah, sungai danau dan laut. Jika
jumlah air limbah yang dibuang melebihi kemampuan alam untuk menerima atau
menampungnya, maka akan terjadi kerusakan lingkungan.
Teknologi pengolahan air limbah adalah kunci dalam memelihara kelestarian
lingkungan. Apapun macam teknologi pengolahan air limbah domestik maupun industri yang
dibangun harus dapat dioperasikan dan dipelihara oleh masyarakat setempat. Jadi teknologi
pengolahan yang dipilih harus sesuai dengan kemampuan teknologi masyarakat yang
bersangkutan. Untuk bisa memilih teknologi yang tepat, harus mengetahui gambaran umum
tentang metode-metode pengolahan air limbah yang ada, baik tentang prinsip kerja, tentang
penerapan metode-metode tersebut, keuntungan dan kerugian, dan juga faktor biaya. Hal

yang penting dalam konsep pengolahan air limbah industri adalah usaha mencegah atau
menekan beban pencemaran seminimal mungkin, yaitu melalui pengendalian proses produksi
itu sendiri. Baru pada tahap selanjutnya adalah pengolahan air limbah yang dihasilkan agar
tidak mencemari badan air (sungai, selokan dsb) atau dengan kata lain, agar air buangan dari
industri sesuai dengan baku mutu yang telah ditentukan.
Penentuan suatu sistem pengolahan limbah yang tepat terhadap air limbah terkait erat
dengan informasi komposisi dan karakteristik dari air limbah terlebih dahulu. Karena itu,
macam-macam industri dan karakteristik limbah menjadi penting untuk dipaparkan dalam
kaitan dengan teknologi pengolahan air limbah dari industri, prinsip dasar pemilihan
teknologi yang tepat, dan contoh sistem pengolahan limbah pada beberapa jenis industri.
Dengan mengetahui dan memahami pengolahan limbah cair secara baik dan benar secara
prosedural, tentu kita tidak akan kesulitan mencari solusi untuk peningkatan limbah yang
terus meningkat ini.
Laporan ini dimaksudkan untuk memberikan kontribusi yang berarti dalam upaya
pemahaman mahasiswa STEM Akamigas, tentang apa saja yang termasuk limbah cair, apa
dampak negative dan positif dari limbah cair sampai ke pemecahan masalah yaitu metode
pengolahan limbah cair yang kami lakukan di PT. Sier, Surabaya.
1.2.

Tujuan
Kami menyusun laporan ini dengan bertujuan untuk mengetahui proses kerja pengolahan

limbah pada PT SIER

1.3.

Batasan Masalah
Kami membatasi masalah pada laporan ini untuk mengetahui proses pengolahan limbah yang

meliputi neraca massa, lumpur aktif dan perhitungan secara teoripengolahan limbah.

1.4.

Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan Laporan ini dibagi dalam lima bab dengan perincian sebagai

berikut:
Bab I

: Pendahuluan, yang meliputi latar belakang, tujuan penyusunan laporan,

Bab II

batasan masalah, dan sistematika penulisan


: Orientasi Umum, yang meliputi sejarah singkat PT SIER

Bab III :

Tinjauan Pustaka, yang meliputi teori dasar mengenai Pengolahan Limbah.

Bab IV :

Pembahasan, yang meliputi pengamatan kondisi operasi, tata cara


pengoperasian dan permasalahan serta penyelesaiannya.

Bab V :

Penutup, yang meliputi simpulan dan saran

BAB II. ORIENTASI UMUM

I.

SEJARAH SINGKAT
Indonesia lokasi yang strategis untuk bisnis anda, pemilihan
lokasi

merupakan

salah

satu

hal

yang

penting

dalam

mengoperasikan bisnis anda. PT Surabaya Industrial Estate Rungkut


(Persero) didirikan pada tanggal 28 februari 1974 dihadapan notaris
Abdul Latief, S.H dengan nomor 166 tanggal 28 februari 1974, yang
kemudian dirubah dengan akta nomor 2 tanggal 1 agustus 1974 dan
disahkan berdasarkan Keputusan Menteri Kehakiman tanggal 1
september 1974. Dan terakhir dihadapan notaris Abdurrazaq
Ashiblie, S.H. dilakukan perubahan anggaran dasar dengan nomor:

22 tanggal 23 mei 1998 dan telah disahkan Menteri Kehakiman


sesuai keputusan nomor: 98 pada september 1998.
Pendirian PT.Surabaya Industrial Estate Rungkut (persero)
bertujuan untuk melaksanakan dan menunjang kebijaksanaan dan
program pemerintah dalam bidang ekonomi dan pembangunan
nasional khususnya dalam bidang pembangunan dan pengelolaan
kawasan lndustri dalam arti seluas-luasnya. Di Indonesia, khususnya
Jawa Timur, SIER merupakan area industri terbaik, terbesar dan
paling dikenal. Dikembangkan oleh PT. Sier berdasarkan masterplan yang rapi untuk memenuhi kebutuhan yang nyata akan industri
dan lingkungan hidup. Dikelola dengan baik untuk meningkatkan
efisiensi dan produktifitas termasuk fasilitas pengolahan air limbah,
kemudahan akses ke pelabuhan Tanjung Perak dan bandar udara
Juanda. Berlokasi di kota madya Surabaya, kota terbesar ke-2
di Indonesia dan merupakan pusat pertumbuhan ekonomi terpesat
dengan penduduk 4 juta jiwa.
PT SIER (Surabaya Industrial Estate Rungkut) merupakan Badan
Usaha Milik Negara (BUMN), yang 50 persen sahamnya dimiliki oleh
pemerintah pusat. Adapun sisanya dimiliki Pemerintah Provinsi Jatim
dan Pemerintah Kota Surabaya, masing-masing sebesar 25 persen.
Sekilas perusahaan PT.SIER (persero) merupakan perseroan
milik negara yang didirikan pada tahun 1974.
SIER mengelola 3 kawasan industri:
1. Surabaya Industrial Estate Rungkut, seluas 245 Ha, telah
ditempati oleh 267/309 perusahaan/lokasi dengan 21 PMA dan
246 PMDN yang menampung 45.953 tenaga kerja.
2. Sidoarjo Industrial Estate Berbek, seluas 87 Ha, dan telah
ditempati 103/129 perusahaan/lokasi dengan 14 PMA dan 89
PMDN yang menampung 19.183 tenaga kerja.
3. Pasuruan Industrial Estate Rembang, seluas 563 Ha, sekarang
telah terisi seluas 260 ha dengan 87/164 perusahaan/lokasi
dengan 45 PMA
tenaga kerja.

dan 42 PMDN yang menampung 23.199

II.

VISI DAN MISI


1. VISI
Menjadi pengembang Kawasan Industri Modern Yang
Terintegrasi Dan Ramah Lingkungan
2. MISI

Mewujudkan kawasan industri modern yang inovatif, berbasis

teknologi informasi, dan ramah lingkungan.


Menyediakan lahan industri siap bangun untuk kepentingan

semua investor.
Peka dan adaptif terhadap perubahan lingkungan bisnis dan

rencana pengembangan regional dan nasional.


Pemanfaatan sumber daya yang optimal dalam penyediaan
layanan penjualan, persewaan, penyediaan fasilitas industri
dan sarana penunjangnya dengan kualitas terbaik guna
mendukung proses bisnis.

III.

SARANA DAN FASILITAS


Fasilitas-fasilitas yang disediakan:
1. Pusat mengolahan air limbah
2. Pembuangan sampah
3. Keamanan
4. Pemadam kebakaran
5. Gas
6. Bank
7. Masjid
8. Kontraktor
9. Listrik pln tersedia daya 6,6 dan 13,20 kva
10. Biaya pemasangan Rp. 350,- / kva
11. Air PDAM
12. Telepon 1 sst
13. Standard kontrak: 2 (dua) tahun dapat diperpanjang
14. Sistem pembayaran sewa, dibayar dimuka setiap bulan berjalan
15. Uang jaminan: membayar uang jaminan (deposit) senilai 6 (enam) bulan sewa,
akan dikembalikan tanpa bunga diakhir sewa.
16. Jumlah gudang yang dimiliki PT.SIER (persero) sebanyak 19 unit, dengan
total luas lantai 17.932 m2,

yang terdiri dari: Rungkut-Surabaya: 16

units;Berbek-Sidoarjo: 3 unit. Total : 19 units


17. Gudang disediakan untuk disewa para penghuni kawasan atau dari luar
kawasan
18. Fasilitas olahraga:
1. Futsal

2.
3.
4.

Lapangan tennis
Lapangansepak bola
Club house

a. Masjid Baiturrozaq

b. Fasilitas Olahraga
i. Badminton

b. Futsal

c. Tennis

d. Sepak Bola

3. Club House & Restaurant

5. Klinik SIER Sejahtera

6. Rumah Sakit Royal

IV.

BIDANG USAHA DAN BISNIS


1. Bidang usaha PT.SIER (persero) meliputi usaha sebagai berikut:
Bidang usaha utama
a. Merencanakan, membangun, serta mengembangkan kawasan industry
guna penyediaan tanah, prasarana, serta fasilitas fasilitas industry lainnya
yang dibutuhkan bagi para investor.
b. Melakukan kegiatan pengelolaan dan pemeliharaan atas seluruh arealkawasa
n industri.
c. Memberikan pelayanan kepada para penanam

modal

dalam rangkapendirian dan pengelolaan pabrik atau usaha industrinya.


d. Penjualan tanah matang siap bangun, persewaan bangunan pabrik siappakai
(bpsp) untuk keperluan usaha industrie skala menengah.
e. Persewaan bangunan sarana
usaha
lndustri

kecil

(suik)

untuk keperluanusaha industry skala kecil.


f. Persewaan bangunan pergudangan.
g. Penyediaan kawasan berikat (epz) untuk perusahaan-perusahaan industri
yang berorientasi ekspor.
Bidang usaha penunjang
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
2.

Persewaan ruangan perkantoran, dan business center.


Persewaan fasilitas olah raga dan fasilitas rekreasi.
Pengelolaan fasilitas unit poliklinik.
Persewaan manajemen pergudangan / total logistik.
Pengelolaan fasilitas stasiun pompa bensin umum (SPBU)
Pengelolaan fasilitas stasiun pompa bensin elpiji (SPBE)
Usaha jasa pemborongan (contracting) dan jasa konsultasi (consultant).

Ekspor
PIER bukan hanya sekedar kawasan industri bisaa. Di
dalamnya terdapat kawasan berikat. Kami menyediakan 50 ha
untuk mendukung dan meningkatkan aktifitas ekspor, suatu area
di PIER dengan batas-batas tertentu dalam wilayah bea cukai
menawarkan berbagai keuntungan untuk penggunanya.

3.

Sistem pengolahan air limbah


Pengolahan

air

limbah

di

SIER

menggunakan

sistem

pengolahan biologis tanpa menggunakan bahan kimia apapun,


dan saat ini mampu menangani pengolahan limbah semua
pabrik di kawasan industri Rungkut, Berbek, dan PIER.
4.

Strategi
Secara umum strategi perusahaan ditujukan untuk menjamin
kesinambungan
mendatang.

usaha

Untuk

dan

dapat

pertumbuhan
mencapai

korporat

tujuan

dan

dimasa
sasaran

perusahaan yang telah ditentukan, serta mempertimbang-kan


berbagai perubahan lingkungan bisnis yang sedang maupun
yang akan terjadi, yang akan menimbulkan peluang dan
ancaman, kemampuan sumber daya yang dimiliki perusahaan
beserta kekuatan dan kelemahan yang ada, dengan upaya
perusahaan

mengakomodasikan

perspektif

berbagai

pihak,

meliputi pemegang saham, pelanggan, proses bisnis intemal dan


pertumbuhan serta pembelajaran organisasi maka strategi
corporate yang dipilih adalah pemantapan usaha yang telah ada
untuk mendukung pertumbuhan melalui pengembangan dan
perluasan usaha.Dalam menjalankan peran dan fungsinya,
manajemen perusahaan selalu berpegang teguh pada nilai-nilai
dasar Perseroan yang meliputi :

Bekerja Secara Profesional Untuk Melayani Stakeholders


Manajemen Perusahaan senantiasa mengelola jalannya
perusahaan

secara

profesional

untuk

memberikan

pelayanan terbaik secara cepat, tepat, terbuka dan ramah


serta membina hubungan bisnis yang bersahabat dan
beretika

kepadastakeholders dengan

berorientasi

untuk

peningkatan kualitas dan produktifitas serta kepuasan

dengan berpegang teguh pada peraturan yang berlaku.


Bekerja Secara Beretika Dalam Mewujudkan Good Corporate
Governance(GCG)

Kegiatan usaha Perseroan dilaksanakan berlandaskan pada


standard etika yang berdasar pada prinsip-prinsip Good
Corporate

Governance (GCG).

Manajemen

Perusahaan

bertekad mewujudkan GCG secara nyata dengan tujuan


menjadikan PT.SlER (Persero) sebagai perusahaan terbaik
dibidang Kawasan Industri dan memiliki good corporate
image.

BAB III. TINJAUAN PUSTAKA


Proses Lumpur Aktif Konvensional dapat dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1. Sistem Lumpur Aktif Konvensional


3.1.

Tangki aerasi
Oksidasi aerobik material organik dilakukan dalam tangki ini. Efluent pertama masuk

dan tercampur dengan Lumpur Aktif Balik (Return Activated Sludge =RAS) atau disingkat
LAB membentuk lumpur campuran (mixed liqour), yang mengandung padatan tersuspensi
sekitar 1.500 - 2.500 mg/l. Aerasi dilakukan secara mekanik. Karakteristik dari proses lumpur
aktif adalah adanya daur ulang dari biomassa. Keadaan ini membuat waktu tinggal rata-rata
sel (biomassa) menjadi lebih lama dibanding waktu tinggal hidrauliknya (Sterritt dan Lester,
1988). Keadaan tersebut membuat sejumlah besar mikroorganisme mengoksidasi senyawa
organik dalam waktu yang singkat. Waktu tinggal dalam tangki aerasi berkisar 4 - 8 jam.
3.2.

Tangki Sedimentasi
Tangki ini digunakan untuk sedimentasi flok mikroba (lumpur) yang dihasilkan selama

fase oksidasi dalam tangki aerasi. Seperti disebutkan diawal bahwa sebaghian dari lumpur
dalam tangki penjernih didaur ulang kembali dalam bentuk LAB kedalam tangki aerasi dan
sisanya dibuang untuk menjaga rasio yang tepat antara makanan dan mikroorganisme (F/M
Ratio).

3.3.

Parameter
Parameter yang umum digunakan dalam lumpur aktif (Davis dan Cornwell, 1985;

Verstraete dan van Vaerenbergh, 1986) adalah sebagai berikut:


1. Mixed-liqour suspended solids (MLSS). Isi tangki aerasi dalam sistem lumpur aktif
disebut sebagai mixed liqour yang diterjemahkan sebagai lumpur campuran. MLSS
adalah jumlah total dari padatan tersuspensi yang berupa material organik dan
mineral, termasuk didalamnya adalah mikroorganisma. MLSS ditentukan dengan cara
menyaring lumpur campuran dengan kertas saring (filter), kemudian filter dikeringkan
pada temperatur 1050C, dan berat padatan dalam contoh ditimbang.
2. Mixed-liqour volatile suspended solids (MLVSS). Porsi material organik pada MLSS
diwakili oleh MLVSS, yang berisi material organik bukan mikroba, mikroba hidup
dan mati, dan hancuran sel (Nelson dan Lawrence, 1980). MLVSS diukur dengan
memanaskan terus sampel filter yang telah kering pada 600 - 6500C, dan nilainya
mendekati 65-75% dari MLSS.
3. Food - to - microorganism ratio (F/M Ratio). Parameter ini merupakan indikasi beban
organik yang masuk kedalam sistem lumpur aktif dan diwakili nilainya dalam
kilogram BOD per kilogram MLSS per hari (Curds dan Hawkes, 1983; Nathanson,
1986). Adapun formulasinya sebagai berikut :
4. Rasio F/M dikontrol oleh laju sirkulasi lumpur aktif. Lebih tinggi laju sirkulasi
lumpur aktif lebih tinggi pula rasio F/M-nya. Untuk tangki aerasi konvensional rasio
F/M adalah 0,2 - 0,5 lb BOD5/hari/lb MLSS, tetapi dapat lebih tinggi hingga 1,5 jika
digunakan oksigen murni (Hammer, 1986). Rasio F/M yang rendah mencerminkan

bahwa mikroorganisme dalam tangki aerasi dalam kondisi lapar, semakin rendah rasio
F/M pengolah limbah semakin efisien.
5. Hidraulic retention time (HRT). Waktu tinggal hidraulik (HRT) adalah waktu rata-rata
yang dibutuhkan oleh larutan influent masuk dalam tangki aerasi untuk proses lumpur
aktif; nilainya berbanding terbalik dengan laju pengenceran (D) (Sterritt dan Lester,
1988).
6. Umur lumpur (Sludge age). Umur lumpur adalah waktu tinggal rata-rata
mikroorganisme dalam sistem. Jika HRT memerlukan waktu dalam jam, maka waktu
tinggal sel mikroba dalam tangki aerasi dapat dalam hari lamanya. Parameter ini
berbanding terbalik dengan laju pertumbuhan mikroba. Umur lumpur dihitung dengan
formula sebagai berikut (Hammer, 1986; Curds dan Hawkes, 1983) :
7. Umur lumpur dapat bervariasi antara 5 - 15 hari dalam konvensional lumpur aktif.
Pada musim dingin lebih lama dibandingkan musim panas (U.S. EPA, 1987a).
Parameter penting yang mengendalikan operasi lumpur aktif adalah laju pemuatan
organik, suplay oksigen, dan pengendalian dan operasi tangki pengendapan akhir.
Tangki ini mempunyai dua fungsi: penjernih dan penggemukan mikroba. Untuk
operasi rutin, orang harus mengukur laju pengendapan lumpur dengan menentukan
indeks volume lumpur (SVI), Voster dan Johnston, 1987.

3.4.

Modifikasi Proses Lumpur Aktif Konvensional

Ada beberapa modifikasi dari proses lumpur aktif konvensional (Nathanson, 1986; US.
EPA, 1977), Lihat Gambar 2.

Gambar 2. Modifikasi proses lumpur aktif.


A. Sistem aerasi lanjutan. B. Parit oksidasi (US EPA, 1977, dalam Bitton, 1994)
3.5.

Sistem Aerasi Lanjutan


Proses ini dipakai dalam instalasi paket pengolahan dengan cara sebagai berikut :
1. Waktu aerasi lebih lama (sekitar 30 jam) dibandingkan sistem konvensional. Usia
lumpur juga lebih lama dan dapat diperpanjang sampai 15 hari.

2. Limbah yang masuk dalam tangki aerasi tidak diolah dulu dalam pengendapan primer.
3. Sistem beroperasi dalam F/M ratio yang lebih rendah (umumnya <0,1 lb BOD/hari/lb
MLSS) dari sistem konvensional (0,2 - 0,5 lb BOD/hari/lb MLSS).
4. Sistem ini membutuhkan membutuhkan sedikit aerasi dibandingkan dengan
pengolahan konvensional dan terutama cocok untuk komunitas yang kecil yang
menggunakan paket pengolahan.
3.6.

Selokan Oksidasi (Oxidation Ditch)

Selokan oksidasi terdiri dari saluran aerasi yang berbentuk oval yang dilengkapi
dengan satu atau lebih rotor rotasi untuk aerasi limbah. Saluran ini menerima limbah yang
telah disaring dan mempunyai waktu tinggal hidraulik (hidraulic retention time) mendekati
24 jam.
3.7.

Aerasi Bertingkat
Limbah hasil dari pengolahan primer (pengendapan) masuk dalam tangki aerasi

melalui beberapa lubang atau saluran, sehingga meningkatkan distribusi dalam tangki aerasi
dan membuat lebih efisien dalam penggunaan oksigen. Proses ini dapat meningkatkan
kapasitas sistem pengolahan.
3.8.

Stabilisasi Kontak

Setelah limbah dan lumpur bercampur dalam tangki reaktor kecil untuk waktu yang
singkat (20-40 menit), aliran campuran tersebut dialirkan ke tangki penjernih dan lumpur
dikembalikan ke tangki stabilisasi dengan waktu tinggal 4 - 8 jam. Sistem ini menghasilkan
sedikit lumpur.
3.9.

Sistem Aerasi Campuran


Pada sistem ini limbah hanya diaerasi dalam tangki aerasi secara merata. Sistem ini

dapat menahan shock load dan racun.

3.10. Lumpur Aktif Kecepatan Tinggi


Sistem ini digunakan untuk mengolah limbah konsentrasi tinggi dan dioperasikan
untuk beban BOD yang sangat tinggi dibandingkan proses lumpur aktif konvensional. Proses
ini mempunyai waktu tinggal hidraulik sangat singkat. Sistem ini beroperasi pada konsentrasi
MLSS yang tinggi.
3.11. Aerasi Oksigen Murni
Sistem aerasi dengan oksigen murni didasarkan pada prinsip bahwa laju tranfer
oksigen lebih tinggi pada oksigen murni dari pada oksigen atmosfir. Proses ini menghasilkan
kemampuan oksigen terlarut menjadi lebih tinggi, sehingga meningkatkan efisiensi
pengolahan dan mengurangi produksi lumpur.
3.12. Biologi Lumpur Aktif
Dua tujuan dari sistem lumpur aktif pertama adalah oksidasi material organik yang
biodegradable dalam tangki aerasi kemudian dikonversi menjadi bentuk sel yang baru, kedua
flokulasi, memisahkan biomassa yang baru terbentuk dari air effluent.
3.13. Survei Organisme Dalam Lumpur Aktif
Flok dalam aktifitas lumpur mengandung sel bakteri disamping partikel anorganik dan
organik. Ukuran flok bervariasi antara <1 m m (ukuran beberapa sel bakteri) sampai dengan 1
000 m m atau lebih (Parker et al., 1971; U.S.EPA, 1987a), Lihat Gambar 3. Sel hidup dalam
flok dapat diukur dengan analisis ATP dan aktifitas dehidrogenase, berjumlah 5-20% dari
total sel (Weddle dan Jenkins, 1971). Beberapa peneliti menjaga agar fraksi aktif bakteri
dalam lumpur aktif mewakili hanya 1-3% bakteri total (Hanel, 1988).

Gambar 3. Distribusi ukuran partikel dalam lumpur aktif


(Parker et al, 1971, dalam Bitton, 1994).
Berikut ini adalah beberapa mikroorganisme yang dapat diamati dalam flok lumpur aktif.
3.14.

Bakteri
Bakteri merupakan unsur utama dalam flok lumpur aktif. Lebih dari 300 jenis bakteri

yang dapat ditemukan dalam lumpur aktif. Bakteri tersebut bertanggung jawab terhadap
oksidasi material organik dan tranformasi nutrien, dan bakteri menghasilkan polisakarida dan
material polimer yang membantu flokulasi biomassa mikrobiologi. Genus yang umum
dijumpai adalah : Zooglea, Pseudomonas, Flavobacterium, Alcaligenes, Bacillus,
Achromobacter, Corynebacterium, Comomonas, Brevibacterium, dan Acinetobacter,
disamping itu ada pula mikroorganisme berfilamen, yaitu Sphaerotilus dan Beggiatoa,
Vitreoscilla yang dapat menyebabkan sludge bulking.
Karena tingkat oksigen dalam difusi terbatas, jumlah bakteri aktif aerobik menurun
karena ukuran flok meningkat (Hanel, 1988). Bagian dalam flok yang relatif besar membuat

kondisi berkembangnya bakteri anaerobik seperti metanogen. Kehadiran metanogen dapat


dijelaskan dengan pembentukan beberapa kantong anaerobik didalam flok atau dengan
metanogen tertentu terhdap oksigen (Wu et al., 1987). Oleh karena itu lumpur aktif cukup
baik dan cocok untuk material bibit bagi pengoperasian awal reaktor anaerobik.
Tabel 1. Distribusi Bakteri Heteropik Aerobik Dalam Lumpur Aktif Standard
(Hiraishi et al. (1989).

GENUS
KELOMPOK

PERSENTASI
DARI TOTAL
ISOLAT

Comamonas-Pseudomonas

50

Pseudomonas (Kelompok Florescent)

1,9

Paracoccus

11,5

Unidentified (gram negative rods)

1,9

Aeromomas

1,9

Flavobacterium - Cytophaga

13,5

Bacillus

1,9

Micrococcus

1,9

Coryneform

5,8

Arthrobacter

1,9

Aureobacterium-Microbacterium

1,9

Jumlah total bakteri dalam lumpur aktif standard adalah 108 CFU/mg lumpur. Tabel 1.
menunjukkan beberapa genus bakteri yang ditemui dalam standard lumpur aktif. Sebagian
besar bakteri yang diisolasi diidentifikasi sebagai spesies-spesies Comamonas-Psudomonas.

Caulobacter, bakteri bertangkai umumnya ditemukan dalam air yang miskin bahan
organik, dapat diisolasi dari kebanyakan pengolahan limbah, khususnya lumpur aktif
(MacRae dan Smit, 1991).

Gambar 4. Distribusi
Zoogloea adalah bakteri yang menghasilkan exopolysaccharide yang membentuk
proyeksi khas seperti jari tangan dan ditemukan dalam air limbah dan lingkungan yang kaya
bahan organik (Norberg dan Enfors, 1982; Unz dan Farrah, 1976; Williams dan Unz, 1983).
Zoogloea diisolasi dengan menggunakan media yang mengandung m-butanol, pati, atau mtoluate sebagai sumber karbon. Bakteri ini ditemukan dalam berbagai tahap pengolahan
limbah tetapi jumlahnya hanya 0,1-1% dari total bakteri dalam mixed liqour (Williams dan
Unz, 1983). Kepentingan relatif bakteri ini dalam air limbah membutuhkan penelitian lebih
lanjut.
Flok lumpur aktif juga merupakan tempat berkumpulnya bakteri autotrofik seperti
bakteri nitrit (Nitrosomonas, Nitrobacter), yang dapat merubah amonia menjadi nitrat dan
bakteri fototrofik seperti bakteri ungu non sulfur (Rhodospilrillaceae), yang dapat dideteksi
pada konsentrasi sekitar 105 sel/ml. Bakteri ungu dan hijau ditemukan dalam jumlah yang

sangat kecil. Barangkali, bakteri fototrofik hanya sedikit berperan dalam penurunan nilai
BOD dalam lumpur aktif (Madigan, 1988; Siefert et al., 1978).
3.15. Fungi
Lumpur aktif bisaanya tidak mendukung kehidupan fungi walaupun beberapa fungi
berfilamen kadang-kadang ditemukan dalam flok lumpur aktif. Fungi dapat tumbuh pesat
dibawah kondisi pH yang rendah, toksik, dan limbah yang kekurangan nitrogen. Genus yang
dominan ditemukan dalam lumpur aktif adalah Geotrichum, Penicillium, Cephalosporium,
Cladosporium, dan Alternaria (Pipes dan Cooke, 1969; Tomlinson dan Williams, 1975).
Lumpur ringan (Sludge Bulking) dapat dihasilkan oleh pertumbuhan yang pesat Geotrichum
candidum, yang dirangsang oleh pH rendah dari limbah yang asam.
3.16. Protozoa
Protozoa adalah significant predator dalam lumpur aktif seperti dalam lingkungan
akuatik alam (Curds, 1982; Drakides, 1980; Fenchel dan Jorgensen, 1977; LaRiviere, 1977).
Pemakanan bakteri oleh protozoa dapat ditentukan dengan eksperimen pemakanan bakteri
yang telah diberi 14C atau 35C atau flouresen (Hoffmann dan Atlas, 1987; Sherr et al, 1987).
Pemakanan bakteri tersebut dapat mereduksi toksikan. Contoh, Aspidisca costata yang
memakan bakteri dalam lumpur aktif dapat menurunkan Kadmium (Hoffmann dan Atlas,
1987). Protozoa paling sering ditemukan dalam lumpur aktif adalah Carchesium,
Paramecium sp, Opercularia sp, Chilodenella sp, Vorticella sp, Apidisca sp (Dart dan
Stretton, 1980, Edeline, 1988; Eikelboom dan van Buijsen, 1981).
Cilliata. Siliata atau bulu getar digunakan untuk pergerakan dan mendorong partikel
makanan kedalam mulut . Siliata dibagi menjadi tiga, yaitu : Siliata bebas (free), merayap
(creeping), dan bertangkai (stalked). Siliata bebas (tidak terikat) memakan bakteri bebas yang
terbang. Genus yang paling penting sering ditemukan dalam lumpur aktif adalah

Chilodonella, Colpidium, Blepharisma, Euplotes, Paramecium, Lionotus, Trachelophyllum,


dan Spirostomum. Siliata merayap memakan bakteri yang berada dipermukaan flok lumpur
aktif. Dua genus penting, yaitu : Aspidisca dan Euplotes. Cilitas bertangkai menempel
tangkainya pada flok. Tangkai mempunyai myoneme untuk menangkap mangsa. Contoh
siliata bertangkai adalah Vorticella, Carchesium, Opercularia, dan Epistylis.
3.17. Rotifers
Rotifers adalah metazoa (organisme bersel banyak) dengan ukuran bervariasi dari 100
mm - 500 m m. Tubuhnya menancap pada partikel flok dan sering tercabut dari permukaan
flok (Doohan, 1975; Eikelboom dan van Buijsen, 1981). Rotifers ditemukan dalam instalasi
pengolahan air limbah termasuk dua orde pertama, Bdelloidea (contoh : Philodina spp.,
Habrotrocha spp.) dan Monogononta (contoh : Lecane spp., Notommata spp.). Peranan
rotifers dalam lumpur aktif adalah : (1) menghilangkan bakteri tersuspensi (contoh : bakteri
yang tidak membentuk flok; (2) memberi kontribusi terhadap pembentukan flok melalui pelet
kotoran yang dikelilingi oleh mukus. Kehadiran rotifers dalam tahap akhir pengolahan limbah
sistem lumpur aktif dikarenakan kenyataan bahwa hewan ini mempunyai siliata yang kuat
yang menolong dalam mencari makan dan menurunkan jumlah bakteri tersuspensi (membuat
air lebih jernih) dan aksi siliatanya lebih kuat dibandingkan protozoa.
3.18. Oksidasi Bahan Organik Dalam Tangki Aerasi
Air limbah domestik mempunyai rasio C:N:P sebesar 100 : 5 : 1, yang mencukupi
untuk kebutuhan sebagian besar mikroorganisme. Bahan organik dalam air limbah terdapat
dalam bentuk terlarut, koloid, dan fraksi partikel. Bahan organik terlarut sebagai sumber
makanan bagi mikroorganisme heterotrophik dalam mixed liquor. Bahan organik ini cepat
hilang oleh adsorpsi dan proses flokulasi, dan juga oleh absorpsi dan oksidasi oleh
mikroorganisme. Aerasi dalam beberapa jam dapat membuat perubahan dari BOD terlarut

menjadi biomassa mikrobial. Aerasi mempunyai dua tujuan : (1) memasok oksigen bagi
mikroorganisme aerobik, dan (2) menjaga lumpur aktif agar selalu konstan teragitasi untuk
melaksanakan kontsak yang cukup antara flok dengan air limbah yang baru datang pada
sistem pengolahan limbah. Konsentrasi oksigen yang cukup juga diperlukan untuk aktifitas
mikroorganisme heterotrophik dan autotrophik, khususnya bakteri nitrit. Tingkat oksigen
terlarut harus antara 0,5 - 0,7 mg/l. Proses nitrifikasi berhenti jika oksigen terlarut dibawah
0,2 mg/l (Dart dan Stretton, 1980). Curds dan Hawkes (1983) membuat ringkasan reaksi
degradasi dan biosintesis yang terjadi dalam tangki aerasi dalam proses lumpur aktif.

Gambar 5. Penghilangan Bahan Organik Dalam Proses Lumpur Aktif


(Curds dan Hawkes, 1983 dalam Gabriel Bitton, 1994.

3.19. Pengendapan Lumpur


Campuran air dan lumpur (mixed liqour) dipindahkan dari tangki aerasi ke tangki
pengendapan, tempat lumpur dipisahkan dari air yang telah diolah. sebagian lumpur aktif
dikembalikan ke tangki aerasi dan sebagian lagi dibuang dan dipindahkan ke pengolahan

aerobik. Sel mikrobial terjadi dalam bentuk agregat atau flok, densitasnya cukup untuk
mengendap dalam tangki penjernih. Pengendapan lumpur tergantung ratio F/M dan umur
lumpur. Pengendapan yang baik dapat terjadi jika lumpur mikroorganisme berada dalam fase
endogeneous, yang terjadi jika karbon dan sumber energi terbatas dan jika pertumbuhan
bakteri rendah. Pengendapan lumpur yang baik dapat terjadi pada rasio F/M yang rendah
(contoh : tingginya konsentrasi MLSS). Sebaliknya, Rasio F/M yang tinggi mengakibatkan
pengendapan lumpur yang buruk.
Dalam airlimbah pemukiman, rasio F/M yang optimum antara 0,2 dan 0,5 (Gaudy dan
Gaudy, 1988; Hammer, 1986). Rata-rata waktu tinggal sel yang diperlukan untuk
pengendapan yang efektif adalah 3 - 4 hari (Metcalf dan Eddy, 1991). Pengendapan yang
tidak baik dapat terjadi akibat gangguan yang tiba-tiba pada parameter fisik (suhu dan pH),
kekurangan makanan (contoh N, suhu, mikronutrien), dan kehadiran zat racun (seperti logam
berat) yang dapat menyebabkan hancurnya sebagian flok yang sudah terbentuk (Chudoba,
1989). Cara konvensional untuk monitoring pengendapan lumpur adalah dengan menentukan
Indeks Volume Sludge (Sludge Volume Index = SVI). Caranya adalah sebagai berikut :
Lumpur campuran dari tangki aerasi dimasukkan dalam silinder volume 1 liter dan dibiarkan
selama 30 menit. Volume sludge dicatat. Volume lumpur yang mengendap adalah SV, MLSS
adalah mixed liqour suspended solid (mg/l). Dalam pengolahan lumpur yang konvensional
(MLSS < 3 500 mg/l) nilai SVI berkisar 50 - 150 ml/g.

BAB IV. PEMBAHASAN

Pengolahan Limbah di PT. SIER


Perhitungan Pengolahan Limbah Cair PT SIER:
Air limbah cair yang akan di olah di PT SIER memiliki komposisi sebagai berikut :
Debit = Flowrate = Qo = 6000-7000 m3/d. Kita ambil 7000

m3/d.
Qo = 7000 m3/d

BOD5 masukan = So = 500 ppm = 500 g/m3

BOD5 yang tidak terolah = Sr = 40 ppm = 40 g/m3

Diasumsikan perbandingan mixed-liquor volatill suspended


solid (MLVSS) dan mixed liquor suspended solid (MLSS) = 0,8.
Konsentrasi lumpur yang dikembalikan = Xr = Xw = 10.000

g/m3.

Kadar lumpur dalam reaktor = X = 4000-6000 g/m3 . Kita

ambil 6000 g/m3.


X = 6000 g/m3.

Diasumsikan waktu tinggal sel didesain (c) = 10 hari

Diasumsikan Nilai BOD5 dapat ditentukan dengan perkalian


BODL dengan faktor 0,68. (K = 0,1 d-1 pada persamaan BOD).

Diasumsikan Y = 0,5 gr/gr

1
Diasumsikan Kd = 0,04 d

Penyelesaian :
1) Determinasi efisiensi pengolahan

So S
So

E=

. 100 %

a). Efisiensi berdasarkan BOD5 soluble

500 40 g/m3
Es =

500 g/m3

2) Konsentrasi sel yang dihasilkan


Y ( S oS)
X hasil =
1+kd .Q c
0,5
X hasil =

1+ 0,04 day . 10 day

0,5
X hasil =
X hasil =

gr
gr
gr
(500 3 40 3 )
gr
m
m

gr
gr
. 460 3
gr
m
1,04

230
gr
=221,15 3
1,04
m

3) Sel yang dihasilkan


Px =Q o . X hasil
3

Px =7000

m
gr
. 221,15 3
hari
m

Px =1548050

gr
day

Px =1.548,050
4)

kg
day

Px =Q w . X w
1548,050

kg
gr
=Qw . 10000 3
day
m

. 100 % = 92 %

kg
day
gr
10000 3
m

1548,050
Qw =

Qw =154,8050

m3
day

5) Neraca Massa 1
Qo +Qr =Qe +Q w +Q r
Qv =Qe +Qw
Qe =QoQ w
Qe =7000

m3
m3
154,8050
day
day
3

m
Qe =6845,195
day
6) Neraca Massa 2

o+
Q
(
r ) X =Q e . X e +Q w . X w +Q r . X r

7000

42000

m
gr
m
m
gr
gr
+Qr .6000 3 =6845,195
. 0+154,8050
. 10000 3 +Qr . 10000 3
day
day
day
m
m
m
gr
gr
+6000 Qr =0+154,8050
+10000 Qr
day
day

4000 Qr=42000000154,8050
4051950
Q r=
4000
3

Qr=10.112,98

m
day

7) Didapat data sebagai


m3
Qo=7000
day
d e =6845,195

m3
day

m3
Qw =154,8050
day

Qr=10.112,98

m3
day
Qr
Qo

10.112,98
=
7000

m3
d

m3
d

Qinfluence =Qo +Qr


m3
m3
+10.112,98
d
d
Q

influence= 7000

= 17112,98

m3
d

Qi . Si=Q o . S o +Qr . S r
17.112,98
S i=

m3
. S =7000. 500+10.112,98 . 40
d i

390419,2
17112,98

S i=228,16

8) Perhitungan volume reaktor

Y (S - S)
(1 + kd )
d
c

d
c

x=

V
Q

Q
V

QY S S
V 1 kd

QY S S
x (1 + kd )

d
c

x=

V=

Untuk perhitungan volume reaktor diperlukan data sebagai berikut :

cd = 17.112,98 d
Q = 0,05 m3/s = 0,05 m3/s . 86.400 s/d = 4320 m3/d
Y = diassumsikan 0.5 mg/mg
So = 500 mg/l
S = 40 mg/l
X = 6000 mg/l
Kd = diassumsikan 0.04 d-1

17.112,98 d . 0,5 mg/mg . 10 (500 - 640) mg/l


6000 mg/l (1 + 0,04 . 10 )

V=
V=

39359854
8400

V = 4685,6 m3
Waktu =

Waktu =

V .1
Q
4685,6 m3
=0,66 day=16,06 jam
m3
7000
day

9) Perhitungan jumlah lumpur yang dibuang per hari :


a). Determinasi yobs

yabs=

y
0,5
=
d
(1 + 0,04 d -1 .10d)
1 kd c

= 0,480 mg/mg

b). Determinasi mass Volatill waste activates sludge


Px = Yobs . Q (So - S)
= 0,4807 mg/mg . 7000 m3/d (500 - 40) gr/m3

= 1547,854 kg/d
c). Determinasi massa total lumpur berdasarkan total SS

Px (SS) =

1547,854kg/d
0,8

= 1934,81 kg/d

10) Perhitungan kecepatan pembuangan lumpur :


a).

Dari bak aerasi

d
c

Qwa=

=
b).

4685,6 m3
10 d

Dari pipa resirkulasi

4685,6 m 6000 gr / m3
10 10.000 gr/m3 . 0.8
3

= 351.42 m3/d

11) Estimasi perbandingan resirkulasi


Konsentrasi VSS aerator = 6000 gr/m3
Konsentrasi VSS resirkulasi = 10000 gr/m3
6000 (Qr + Q) = 10000 Qr
6000 Qr + 6000 Q = 10000 Qr
6000 Q = 4000 Qr
Qr
6000
==
= 1,5
Q
4000
12) Perhitungan kebutuhan oksigen :

= 468,56m3/d

a).

Massa

Q S S 10 g/kg
0.68
3

BODL

yang

diuraikan

-1

.
=

7000 m 3 /d 500 - 40 gr/m3


0.68
= 4735.26 kg/d

b).

Kebutuhan oksigen :
kg O2 = 4735,26 kg/d 1.42 (1547,854 kg/d)
= 2537.30 kg/d

13) Check perbandingan F/M dan Volumetric Loading Factor

a).

F/M =

So
500 gr/m3
=
x 6000 gr/m3x 0.669d

= 0.12 d-1

S Q 10 g/kg
V
3

-1

b). Volumetric loading =

500 gr/m3 . 7000 m 3 d -1


4685.6 m 3

= 0.746 kg BOD/m3

14) Perhitungan udara yang dibutuhkan :


Diasumsikan efisiensi perpindahan oksigen 10% faktor keamanan 2. Kadar O 2 di
udara 23.2 % berat dan massa jenis udara 1.201 kg/m3.
a).

Kebutuhan udara teoritis :


2537.30 kg/d
(1.201 kg/m 3 ) (0.232)

= 9106,27 m3/d

b). Kebutuhan udara sebenarnya :


9106,27 kg/d
0.1

b).

= 91062,7 m3/d Qudara = 63.237 m3/menit

Desain kebutuhan udara :


2 (63.237 m3/menit) = 126.47 m3/menit

15) Check volume udara :


a)

Kebutuhan udara per unit volume :

91062,7 m3/d
7000 m 3 /d
b)

= 13.00 m3/m3

Kebutuhan udara per kg BOD yang dihilangkan :


91062,7 m3/day
(500 - 40)gr/m3 x 7000 m 3 /d

= 28,2 m3/kg BOD removed

BAB V PENUTUP

.1. Simpulan

Dari praktek lapangan di PT. Sier pada tanggal 4 Desember 2015, dapat kami
simpulkan bahwa:
1. PT SIER merupakan kawasan industry yang berlokasi di daerah Rungkut Surabaya,
kawasan industry SIER telah memiliki pengolahan limbah buangan(cair) untuk diolah
sendiri.
2. Pengolahan limbah cair hasil buangan industry diolah secara fisika tanpa penambahan zat
kimia.
3. Proses pengolahan limbah cair menggunakan metode lumpur aktif dengan menggunakan
bak aerasi.
4. Efisiensi berdasarkan BOD5 soluble sebesar 92 %
5.
6.

Konsentrasi sel yang dihasilkan sebesar 221,15


kg
Sel yang dihasilkan sebesar 1.548,050 day

7. Volume bak aerator sebesar 4685,6 m3


8. Waktu yang diperlukan untuk proses di reaktor adalah 16,06 jam
9. Estimasi perbandingan resirkulasi sebesar 1,5
10. Kebutuhan udara per unit volume sebesar 13.00 m3/m3
11. Pada tangki aerasi diproses lumpur aktif terjadi proses penguraian zat organik secara
biokimia oleh mikroorganisme dalam keadaan cukup oksigen, sedangkan dalam bak
pengendap terjadi proses pengendapan biosolid yang selanjutnya dikembalikan ke tangki
aerasi dan kelebihan biosolidnya dibuang.
.2. Saran
1. Sebaiknya lebih sering dilakukan pengecekan kualitas bakteri atau lumpur yang
digunakan
2. Untuk kedepannya harus dikembangkan pengolahan limbah cair untuk pewarna
dengan menggunakan bahan kimia tambahan dan mencari proses yang lebih
efisien
3. Lebih ketat dalam mengawasi industry nakal yang tidak memenuhi standaisasi
air limbah buangan untuk diproses di pengolahan limbah cair PT SIER

4. Menganalisis kenapa dalam proses di bak aerasi sering timbul gelembung yang
menyebabkan proses penyerapan olimbah oleh mikroorganisme menjadi tidak
efisien.
5. Untuk kedepannya mahasiswa atau pihak luar yang mengadakan praktek
lapangan di PT SIER diberi data laboratorium analisis limbah cair untuk
pembuatan laporan praktek.

Anda mungkin juga menyukai