Anda di halaman 1dari 100

UPAYA PENGOLAHAN LIMBAH

B3
PENGOLAHAN LIMBAH B3
SECARA FISIK
Insinerasi Limbah
B3
INSINERASI
 merupakan teknologi pengolahan limbah yang melibatkan
pembakaran dengan temperatur tinggi.
 mengubah bentuk limbah menjadi abu, gas buang, dan panas.
 mengurangi volume dan massa limbah sampai sekecil mungkin,
serta mengolah limbah tersebut supaya menjadi tidak
berbahaya bagi lingkungan dan stabil secara kimiawi.
INSINERASI
 Dalam keadaan baik mampu mengurangi berat dan volume
limbah hingga 95%
 dirancang untuk membakar material organik yang mengandung
karbon, hidrogen dan oksigen.
 tidak dirancang untuk membakar gelas dan logam (material
anorganik)
KEUNTUNGAN
 Minim lahan
 Efisien, tidak terpengaruh iklim
 Menghilangkan bahan-bahan organik dan bebas dari gangguan
kesehatan lingkungan
 Panas (kalor) dapat dijadikan sumber listrik
 uap  dapat mengeringkan lumpur pada penggolongan limbah
(sludge)
KEKURANGAN
 Modal awal sangat besar
 Biaya operasional tinggi
 Masih memerlukan langkah-langkah lanjutan pada akhir proses
(abu dan sisa pembakaran).
 Memerlukan tenaga yang terampil dan terlatih untuk
pengoperasiannya.
 Potensi pencemaran emisi udara ke atmosfer lebih besar
JENIS-JENIS INCINERATOR
 Rotary Kiln Incinerator
Keuntungan

 Aplikasiuntuk berbagai jenis limbah


 Dioperasikan dengan suhu tinggi
 Dapat dioperasikan secara kontinyu
 Dapat digunakan secara mobile
KELEMAHAN

 Biaya pengadaan dan operasional tinggi


 Operator harus terampil
 Menghasilkan banyak partikulat
JENIS-JENIS INCINERATOR
 Multiple Heart Incinerator
Kelebihan

 Lahan yang digunakan tidak luas


Kekurangan

 Limbah yang diolah harus memiliki kandungan padat antara 15-50%


 Tidak bias digunakan untuk jenis limbah cair
 Tidak dapat digunakan untuk limbah HC berhalogen
JENIS-JENIS INCINERATOR
 Fluidized Bed Incinerator
Kelebihan

 Efisiensi pembakaran tinggi


 Biaya pemeliharaan rendah
 Suhu relative merata
 Dapat digunakn untuk berbagai jenis limbah
Kelemahan

 Dimensi incinerator besar


 Tidak bisa digunakan untk jenis limbah yang meleleh dan membentuk kerak
 Suhu terbatas sekitar 1000 C
 Susah memisahkan abu degan media
JENIS-JENIS INCINERATOR
 Liquid Injection Incinerator
Kelebihan

 Dapat digunakan untukhampir semua limbah cair mudah terbakar


 Biaya pengadaan operasi dan pemeliharaan relative rendah
Kekurangan

 Tidakdapat digunakan untuk limbah padat, sludge (viskositas tinggi)


 Nozzle sering tersumbat
 Kalor bakar limbah sangat berpengaruh
APLIKASI INSINERATOR
 Regulasi
PP RI No. 101 Th 2014 Tentang
Pengelolaan B3.
1. Standar pelaksanaan
- emisi udara
- efisiensi pembakaran 99,99%
- efisiensi penghancuran dan
penghilangan senyawa POHCs 99,99%
APLIKASI INSINERATOR
 Regulasi
2. Standar efisiensi pembakaran 99,99%
tidak berlaku untuk pengelolaan limbah
B3 dengan kiln pada industry semen.
3. Standar efisiensi penghancuran dan
penghilangan senyawa (POHCs) 99,99% tidak
berlaku untuk limbah B3 Infeksius.
4. efisiensi penghancuran dan penghilangan
senyawa POHCs 99,99% tidak berlaku untuk
limbah B3 berupa PCB
APLIKASI INSINERATOR
 Regulasi
5. Pengolahan limbah B3 PCB efisiensi
penghancuran dan penghilangan senyawa harus
mencapai 99,9999%
6. untuk limbah B3 yang berpotensi menghasilkan
polychlorinated dibenzofurans dan polychlorinated
dibenzo-p-dioxins, efisiensi penghancuran dan
penghilangan senyawa paling sedikit mencapai
99,9999%.
APLIKASI INSINERATOR
 Kendala
1. Efiiensi pembakaran belum mencapai 99,99%
2. SDM Operasional belum terlatih dengan baik.
3. OperatorInsinerator belum dilengkapi dengan
APD dengan baik.
4. Potensi pencemaran emisi udara ke atmosfer
besar
Aplikasi insinerator

 Limbah medis rumah sakit


 Industri elektronik (PCB)
 Industri petrokimia (pestisida)
 Industri otomotif (oli bekas, resin)
 Industri cat
 Industri sabun, ditergen,
Teknologi
Enkapsulasi Pada
Pengolahan Limbah
B3
Pengertian

 Enkapsulasi merupakan proses imobilisasi dimana limbah ditutup dengan material


tertentu sehingga tidak terjadi kontak dengan lingkungannya (Purnomo dan
Sasmito, 2010)
 Enkapsulasi adalah cara untuk menanamkan sesuatu kedalam matrik yang sudah
stabil. Metode ini mengisolasi pencemar untuk mencegah meluasnya area
tercemar (Lopez, et al., 2011)
Bahan Enkapsulasi

Bahan yang digunakan dalam proes enkapsulasi terbagi menjadi 2:


1. Contoh bahan organik yang biasanya digunakan diantaranya aspal (bitumen),
polyolefin enkapsulasi, epoxy resin, polybutadiene, urea-formaldehyde, dan
Acrylamide gels
2. Contoh bahan anorganik yang biasanya digunakan adalah semen portland,
semen portland-flyash, semen lime-portland, semen portland-sodium silikat

(Cheremisinoff dan Cheremisinoff, 1995; Singh et al., 1998, Randal dan


Chattopadhyay., 2004; Anonim, 2009)
Macam Enkapsulasi

Berdasarkan dengan ukuran limbah yang ditangani enkapsulasi dibedakan


menjadi dua jenis yaitu mikroenkapsulasi dan makroenkapsulasi (Purnomo dan
Sasmito, 2010):

Makroenkapsulasi

Enkapsulasi

Mikroenkapsulasi
Mikroenkapsulasi

 Proses dilakukan dengan mencampurkan polyester dengan limbah pada suatu


mixer untuk mengolah limbah
 Jumlah dan ukuran mixer yang digunakan dapat disesuaikan dengan kapasitas
limbah yang akan diolah
 Terdapat beberapa rangkaian alat yang digunakan yaitu alat pembubuh limbah,
tanki pencampur, mixer, dan conveyor (Anonim, 1999)
Mikroenkapsulasi

Diagram Alir Microenkapsulasi dengan Polyester


Anonim (1999)
Makroenkapsulasi

Penampang Hasil Macroenkapsulasi


Limbah Anonim (1998)
Proses Macroenkapsulasi Limbah
Anonim (1998)
Syarat Uji Kelayakan Kapsulasi

 Uji Kuat Tekan


 Water Immersion Testing
 Tahan Terhadap Sirkulasi Panas
 Tahan Terhadap Proses Biodegradasi
 Uji Pelindian
Jenis limbah yang dapat diolah

 Radioaktif (Uranium triokxida)


 Garam Nitrat
 Limbah terkontaminasi merkuri
 Textile Sludge
 Dll
(Randall dan Chattopadhyay; 2004; Adams, et al., 2008; Durk dan Miller,
2008; Raji dan Kanmani, 2008; Lopez, et al, 2011)
Contoh Kasus
PENGOLAHAN LIMBAH B3
SECARA KIMIAWI
Pengolahan Limbah Dengan
Menggunakan Metode
Netralisasi
Limbah industri
Pengendalian
bersifat Netralisasi
pH
asam/basa
Netralisasi

 Netralisasi diterapkan untuk limbah bersifat asam atau basa, khususnya pH kurang
dari 5 atau lebih dari 9
 Pengolahan dilakukan secara praktis dengan menambahkan asam atau basa yang
setara bagi limbah tersebut
 Biasanya netralisasi digunakan sebagai treatment awal pengolahan limbah
 Jika kondisi air limbah telah mencapai pH normal maka dapat dilakukan
pengolahan lanjutan atau dapat langsung dibuang ke badan air.
Netralisasi

Sumber : BPPT, 1995 Sumber : Dahlgren, 2010


Pembentukan Air Limbah Asam

Batuan
O2
Air

air yang terbentuk di lokasi penambangan dengan pH rendah (pH <6)


Asam Tambang
sebagai dampak dibukanya suatu potensi keasaman batuan
Bahan Netralisasi

 Netralisasi menggunakan Batu Kapur


 Netralisasi menggunakan Dolomit
 Netralisasi menggunakan NaOH
 Netralisasi dengan Fly Ash
 Netralisasi dengan Limbah Alkalin
 Netralisasi dengan Proses Biologis
Netralisasi menggunakan Batu Kapur

 Kapur adalah agen penetral yang paling umum untuk air asam (Douglas et al.,
2005)
 Mayoritas pengolahan limbah asam tambang menggunakan kapur sebagai bahan
netralisasi asam untuk meningkatkan pH dan mengendapkan logam berat
(Younger et al., 2003)
 Kapur  dapat menjadi pilihan utama untuk pengolahan air limbah yang
mengandung logam berat (Hammarström et al., 2003)
Netralisasi menggunakan Batu Kapur

kapur
pertanian
(CaCO3)
Dolomite Kapur tohor
(CaMg(CO3)2) (CaO)
BATU
KAPU
R

Kapur silica kapur tembok


(CaSiO3) (Ca(OH)2)
Netralisasi menggunakan Dolomit

 Dolomit termasuk kelompok mineral karbonat


 Terbentuk dari hasil reaksi unsur Mg dengan batu gamping (Lalu, 2010)
 Terdiri atas dua mineral : Kalsit (CaCO3) dan magnesit (MgCO3)
 Mineral dolomit murni mengandung 45,6% MgCO3 atau 21,9% MgO dan 54,3%
CaCO3 atau 30,4% CaO (Febriana, 2011)
Netralisasi menggunakan Dolomit

Murah

Mudah diperoleh

Efektif untuk netralisasi


Netralisasi menggunakan Dolomit

 Penggunaan dolomit dengan kemurnian tinggi bisa digunakan untuk mengolah


limbah asam tambang yang terkontaminasi logam berat (Kagambega et al., 2014)
 Prioritas dalam pengolahan limbah asam tambang adalah ketersediaan bahan
untuk pengolahan dan harga relatif rendah. (Neculita et al., 2007)
Netralisasi menggunakan NaOH

 NaOH berbentuk serbuk/butiran/pelet yang larut dalam air dan akan membentuk
alkalin yang kuat.
 Natrium hidroksida biasanya digunakan pada industry kimia untuk mendorong
reaksi kimia dan juga untuk netralisasi limbah asam
 Netralisasi dengan kaustik soda banyak dilakukan dalam skala industry, karena
lebih efisien dan tidak menimbulkan endapan (Lawson,2008).
Netralisasi dengan Fly Ash

 Fly ash berasal dari sisa pembakaran boiler PLTU yang berbentuk
partikel halus
 Fly ash umumnya bersifat alkalin di alam, namun pH abu terbang dapat
bervariasi dari 4,5-12. Nilai pH abu terbang sebagian besar ditentukan
oleh kandungan S
 Kemampuan pengapuran atau daya netralisasi fly ash mempunyai variasi
yang besar tergantung pada sumber abu dan proses pelapukan (Herlina,
2012).
Netralisasi dengan Limbah Alkalin

 Proses Netralisasi

Penggunaan limbah alkaline dari industri kertas mampu


mengolah limbah asam tambang dan meremediasi jumlah
polusi dan mengurangi beban pencemaran.
Cara pengolahannya dapat dikembangkan di tempat
yang terkontaminasi asam dan logam berat tetapi juga yang
berlokasi dekat dengan pabrik pulp (Perez-Lopez et al.,
2012).
Netralisasi dengan Proses Biologis

Kegiatan tambang biasanya menghasilkan limbah sulfat yang bersifat asam.


Pengolahan untuk limbah sulfat salah satunya dengan menggunakan Sulfate Reducing
Bacteria (SRB).
SRB adalah pengolahan untuk limbah sulfat dengan menggunakan pengolahan
biologis yaitu bakteri pada pH 6-8 (Sanchez-Andrea et al., 2014).
Di dalam proses SRB terdapat Acidotolerant dan Asidophilic yang
memungkinkan untuk mengolah asam secara langsung tanpa adanya proses
netralisasi (Muyzer dan Stams, 2008).
Pengolahan Limbah B3 dengan Presipitasi
PENDAHULUAN

PRESIPITASI KIMIAWI adalah proses pembentukan


endapan (presipitat) dari bahan-bahan terlarut dan
tersuspensi dengan penambahan bahan kimia.

TUJUAN pembentukan presipitat ini yaitu untuk


memudahkan bahan-bahan tersebut mengendap sehingga
kadarnya di dalam air menjadi berkurang.
Air limbah yang mengandung B3 yaitu logam berat mempunyai sifat berbahaya
dan beracun yang dapat bersifat toksik dan berbahaya bagi manusia (Asri et al.,
2010).
Presipitasi kimia dapat dipakai untuk mengolah limbah cair yang
mengandung logam berat yang larut agar dapat diubah menjadi bentuk yang tidak
larut. Limbah yang mengandung arsen, cadmium, chrom cuprum, nikel dan lain-
lain. Logam berat adalah elemen yang memiliki berat atom antara 63,5 sampai
200,6 dan spesifik grafity lebih besar dari 5,0 (Srivastava and Majumder, 2008).
Metode presipitasi kimia dapat digunakan untuk mempresipitasi limbah
sulfida pada industri petrolium atau perminyakan (Altas dan Buyukgungor,
2008).
Jenis Presipitasi

Presipitasi dengan Basa atau Hidroksida

Presipitasi dengan Sulfida

Presipitasi dengan Hidroksida dan Sulfida

Presipitasi dengan Agen Pengkelat

Presipitasi yang Dikombinasikan dengan Metode Lain


Presipitasi dengan Basa atau Hidroksida
bahan kimia yang biasa digunakan sebagai presipitatan adalah kapur (cao),
ca(oh)2, sodium hidroksida atau soda kaustik (naoh) dan magnesium oksida atau
magnesia (mgo)

•Pengkondisian pH saat
presipitasi sangat penting
karena masing-masing logam
berat memiliki rentang pH yang
berbeda-beda.
Presipitasi dengan Sulfida

Salah satu keuntungan utama


dari penggunaan sulfida adalah
kelarutan dari endapan logam
sulfida lebih rendah dari
hidroksida.
Proses pengendapan dengan
sulfida dapat digunakan pada
rentang pH yang lebih luas dari
pada presipitasi menggunakan
basa.
Pyrite dan sintetic besi sulfida biasa digunakan untuk menghilangkan
Cu(ii), Cd(ii) dan Pb(ii). Mekanisme yang mengatur proses
penyisihkan logam ditetapkan sebagai presipitasi kimia pada ph
rendah (<3) karena pembentukan H2S (özverdi dan erdem (2006))
adalah:
FeS(s) + 2H+(aq)  H2S(g) + Fe2+(aq)
M2+(aq) +H2S(g)  MS(s) + 2H+(aq)

Kelemahan  H2S yang beracun


Presipitasi dengan Hidroksida dan Sulfida

Logam berat pada penelitian ini diendapkan dengan presipitasi tunggal dan
presipitasi kombinasi.
Presipitasi kombinasi lebih efisien dari pada presipitasi tunggal. Persen
penyisihan logam Pb adalah 100%, Cr: 99.9 %, Cu: 99.7 % and Zn: 99.7-
99.9% (Marchioretto, 2002).

Hidroksida NaOH
Sulfida Na2S
Presipitasi dengan Agen Pengkhelat
Agen Pengkhelat Keterangan
Trimercaptotriazine, Penyisihan lgam berat- merkuri
kalium/sodiumthiocarbonate dan (Matlock et al, 2002)
sodiumdimethyldithiocarbamate
1,3 benzenediamidoethanethiol (BDET2) Matlock et al. (2002 )
dianion
chelatorddipropyl dithiophosphate (organic Efisiensi penyisihan 99,9% ; pH
heavy metals chelator) 3-6 (Xu and Zhang,2006)
N,N0-bis-(dithiocarboxy)piperazine (BDP) and Fu et al. (2006,
1,3,5- 2007)
hexahydrotriazinedithiocarbamate (HTDC)

Khelasi merupakan suatu proses reversible pembentukan ikatan dari suatu


ligan, yang disebut khelator atau agen khelasi, dengan suatu ion logam
membentuk suatu komplek metal yang disebut khelat
Presipitasi yang Dikombinasikan dengan Metode Lain

Kombinasi Metode lain Jenis Limbah


Presipitasi dengan sulfida Logam Berat (González-Muñoz et al, 2006)
+ Nanofiltrasi
elektro-fenton + Air limbah industri rayon untuk mereduksi
Presipitasi dengan kapur COD dan Zn(II) , Efisiensi penyisihan COD
88% + seng 99-99.3%. (Ghosh et al, 2006)
Presipitasi + ion Nikel, Effisiensi 94,2% - 98,3%
exchange (Papadopoulos et al, 2004)

Air asam tambang (Feng D et al, 2000).


Aplikasi Presipitasi

Air Limbah Industri elektroplating

Air Limbah Asam tambang

Limbah elektrik dan peralatan elektronik

Air Limbah Industri Petrolium


Air Limbah Industri elektroplating
Penelitian ini membahas tentang metode untuk menghilangkan sianida dan
logam berat yang dihasilkan dari air limbah industri elektroplating (Zn-EW)
melalui presipitasi dengan bantuan ion Ni +
 air limbah elektroplating Zn(CN)2-4 (aq) + air limbah Ni

Ni(CN)2-4 (aq) + Zn2+


 Zn + Aluminium dalam jumlah yang tepat akan terbentuk layered double
hydroxide (LDH)
 Zn mengendap dalam ZnAl-LDH dan mengadsorbsi Ni(CN)2-4 (aq)
 Efisiensi removal sebanyak 90 %
(Xu, 2015).
Air Limbah Asam tambang

untuk menghilangkan kandungan air limbah asam tambang. Metode yang bisa
dilakukan adalah metode kimia dan kimia-biologi. Pertama dengan
menambahkan NaOH. Kedua, menambahkan bakteri sehingga memproduksi
H2S (Luptáková, 2012).

Air asam tambang dari tambang emas di afrika selatan diolah dengan presipitasi
logam berat oleh kapur dan sulfida dengan rentang PH tertentu, diikuti oleh
pertukaran ion (Feng D et al, 2000).
Limbah Eletronik

1. Pengendapan logam Cu dengan mereaksikan asam sulfat (H2SO4) dan


hidrogen peroksida (H2O2) sebagai agen pengoksidasi menghasilkan efisiensi
removal sebesar 85,76%.
2. Pengendapan Au dan Ag dalam larutan leach CS(NH2)2 dengan ion Fe3+
menghasilkan efisiensi 84,31% Au dan 71,36% Ag.
3. Pengendapan Au dan Ag dalam larutan leach CS(NH2)2 dengan sodium
borohydride (BH4) dngan penambahan 6-8 g/L dengan efisiensi mencapai
100% pada suhu kamar dan waktu 15 menit.
4. Pengendapan Pd dan Au dalam larutan leach NaClO-HCl-H2O2 sodium
borohydride (BH4) dengan penambahan 2 g/L, efisiensi mencapai 100% pada
suhu kamar dan waktu 15 menit.
Limbah Petroleum

Menurut altas dan . buyukgungor (2008), limbah petroleum yang mengandung


sulfida dapat dihilangkan dengan presipitasi menggunakan FeCl3·6H2o dan
FeSO4·7H2o dan koagulan pembantu Ca(OH)2 and CaCO3. Dosis presipitan
(Fe3+) yang ditambahkan diantara 10 mg/L dan 60 mg/L

Dari hasil penelitian secara keseluruhan, efisiensi penyisihan sulfida dan cod
hanya 45-75% jika hanya digunakan Fe2+ dan Fe3+.Efisien penyisihan sulfida
mengalami peningkatan hingga 96-99% dan efisiensi COD mencapai 50-80%
pada Ph 7 diperoleh dengan menggabungkan ion Fe2+ dengan Ca(OH)2 sebagai
presipitan bantuan pada kondisi yang sama.
KESIMPULAN
 Metode presipitasi kimia paling banyak diaplikasikan untuk menyisihkan logam
berat pada air limbah. Tetapi ada juga penelitian yang membahas pengaplikasian
presisitasi untuk menyisihkan limbah sulfida dari industri perminyakan yang
bersifat reaktif.
 Presipitanyang digunakan untuk presipitasi kimia adalah hidroksida, sulfida atau
zat pengkelat yang aman lebih aman bagi lingkungan.
 Pengkombinasian proses presipitasi dengan metode lain seperti nanofiltrasi,
elektro fenton dan ion exchange dapat meningkatkan efisiensi penyisihan logam
berat.
 Efektivitas presipitan bergantung pada jenis dan komplesitas logam berat yang
ingin disisihkan.
 Pengaruh ph sangat penting dalam proses presipitasi karena masing-masing logam
memiliki rentang ph optimal untuk memnghasilkan presipitat atau endapan.
APLIKASI ION EXCHANGE
PADA PENGOLAHAN LIMBAH B3
Pengertian
Ion exchange adalah proses pertukaran timbal
balik antara ion yang terdapat di dalam air dengan ion
yang ada pada resin ion exchange.
Dalam prosesnya: senyawa yang tidak larut
(resin) menerima ion positif atau negatif tertentu dari
larutan dan melepaskan ion lain ke dalam larutan
tersebut dalam jumlah ekivalen yang sama.
Jika ion yang dipertukarkan berupa kation, maka
menggunakan resin penukar kation, dan jika ion yang
dipertukarkan berupa anion, maka resinnya
dinamakan resin penukar anion.
Resin penukar Ion
Resin ion exchange adalah senyawa
hidrokarbon terpolimerisasi, yang
mengandung ikatan silang (crosslinking)
serta gugus-gugus fungsional yang
mempunyai ion-ion yang dapat
dipertukarkan.

Sifat resin penukar ion antara lain:


1. Kapasitas penukar ion.
2. Derajat crosslinking.
3. Karakteristik fisik dan kimia
Syarat-syarat

1. Kapasitas total pertukaran ion yang tinggi.


2. Kelarutan yang rendah dalam berbagai
larutan sehingga dapat digunakan berulang-
ulang.
3. Kestabilan kimia yang tinggi, yaitu dapat
bekerja pada range pH yang luas sehingga
tahan terhadap asam dan basa. Juga terhadap
oksidasi dan radiasi.
4. Kestabilan fisik yang tinggi, yaitu tahan
terhadap tekanan mekanis, tekanan
hidrostatis cairan serta tekanan osmosis
Jenis-jenis Resin Penukar Ion
Berdasarkan jenis gugus fungsi yang digunakan:
1. Resin Penukar Kation Asam Kuat
Mengandung gugus fungsi seperti sulfonat (R-SO3H), phosphonat (R-
PO3H2)

2. Resin Penukar Kation Asam Lemah


Mengandung gugus fungsi seperti karboksilat (R-COOH)

3. Resin Penukar Anion Basa Kuat


Mengandung gugus fungsi seperti ammonium kuartener (R-NR'3/tipe
I, R-R'3N+OH/tipe II)

4. Resin Penukar Anion Basa Lemah


Mengandung gugus fungsi seperti senyawa amina (primer/R-NH2,
sekunder/R-N2H, tersier/R-R'2N)
Resin Penukar Ion umum digunakan:

- Lewatit M+MP600,
- XUS 43600.00

Purolite S985 Resin D-401


Mekanisme
1. Tahap Layanan

Tahap layanan adalah tahap terjadi reaksi pertukaran ion. Hal yang
penting pada tahap layanan dalah kapasitas (teoritis & operasi) dan beban
pertukaran ion (ion exchange load)

(1) Contohnya: pengolahan limbah industri elektroplating yang mengandung


logam berat: (Cr+6) , (CN-), (Cu=2), (Zn+2), (Ni+2), (Pb+2) dan(Cd+2). Resin Penukar Ion
yang digunakan adalah resin kation dan anion.

Mekanisme pada resin kation Mekanisme pada resin anion


Mekanisme
(2) Contoh: pengolahan logam cadmium (Cd) dalam limbah pabrik baterai. Resin
Penukar Ion yang digunakan adalah resin D-401 dengan gugus fungsinya natrium
imminodiasetat

Mekanisme reaksi pertukaran ion:


Mekanisme
2. Pencucian Balik/Back wash

Tahap pencucian balik dilakukan jika kemampuan resin telah mencapai titik habis.
Sebagai pencuci, digunakan air produk

Tujuan pencucian balik:


 pemecahan resin yang tergumpal
 penghilangan partikel halus yang terperangkap dalam ruang antar resin
 penghilangan kantong-kantong gas dalam reaktor, dan
 pembentukann ulang lapisan resin
Mekanisme
3. Tahap Regenerasi

Tahap penggantian ion yang terserap dengan ion awal yang semula berada dalam
matriks resin dan pengembalian kapasitas ke tingkat awal atau ke tingkat yang
diinginkan.

Tahapan dalam regenerasi :


Tahap backwash, yaitu mengalirkan air bersih melalui
tangki kation atau anion sampai air keluarannya bersih
Tahap Recharge/Regenerasi, yaitu pengaliran regeneran
Tahap Rinse, yaitu pembilasan kembali dengan air
Mekanisme

Meskipun dapat diregenerasi, tetapi resin tidak dapat bertahan selamanya,


karena kerusakan diakibatkan oleh:
Oksidasi. Adanya Cl2 (klorin) dan Ozon dalam air menyebabkan terputusnya ikatan
silang dan gugus penukar ion menjadi inaktif, maka perlu dipasang adsorbent karbon
sebelum kolom resin.
Fouling. Pori-pori resin dapat tertutup oleh penyerapan zat organic irreversible atau
partikel koloid, maka perlu dilakukan pra pengolahan misalnya penyaringan air dan
absorbent untuk mencegahnya.
Hancur. Resin dapat cepat hancur jika dialirkan air dengan tekanan yang terus-
menerus, ataupun karena resin yang sempat mengering
Mekanisme
3. Tahap Pembilasan

Tahap pembilasan dilakukan untuk menghilangkan sisa larutan regenerasi yang


terperangkap oleh resin.

Pembilasan dilakukan dalam dua tingkat, yaitu tingkat laju alir rendah untuk
menghilangkan larutan regenerasi, dan tingkat laju alir tinggi untuk
menghilangkan sisa ion.
Aplikasi: 1. Pengolahan Air Limbah Industry Elektroplating

Air limbah yang diolah mengandung logam berat: (Cr+6) , (CN-), (Cu=2),
(Zn+2), (Ni+2), (Pb+2) dan(Cd+2). Resin Penukar Ion yang digunakan adalah
resin kation dan anion.

Keterangan Gambar:
1.Bak penampung air limbah
2.Bak kendali aliran
3. Kolom resin anion
4. Kolom resin kation
5. Bak penampung hasil pengolahan

Air limbah bak penampung 1 - dipompa menuju ke distribusi aliran 2 -


dialirkan ke kolom resin anion3 – kolom resin kation 4 – bak 5
Regenerasi : NaOH 5%
Aplikasi:

Faktor-faktor yang berpengaruh dalm proses pertukaran ion:


Valensi ion, ion yang mempunyai valensi tinggi akan terserap terlebih
dahulu,
Massa atom ion logam berat, ion logam berat yang mempunyai berat
atom terbesar terserap terlebih dahulu.
Waktu kontak air limbah dengan resin
Daya serap resin (daya serap resin kation baru rata-rata 36 mg/gram resin dan resin
anion baru 35mg/gram resin, dan resin yang telah diregenerasi daya serapnya 75% dari
resin baru.)
Aplikasi:2. Pengolahan Limbah Nikel Industry Elektroplating dengan
Electrochemistry Ion Exchange (EIX),
Resin penukar ion yang digunakan : resin penukar kation asam kuat (gugus
aktif R-SO3 ) yakni Purolite C150S dan AG MP-50.

Prinsipnya:
Beda potensial antar elektroda
sehingga kation berpindah dari
larutan ke resin.
Larutan nikel melewati elektroda
anoda dan resin penukar kation.
Selanjutnya melewati elektroda
katoda.
Fraksi diuji dengan AAS.

Reaksi di anoda: 2H2O → O2 + 4H+ + 4e-


Reaksi di katoda: 2H2O + 2e- → H2 + 2OH-
Aplikasi:

Faktor yang mempengaruhi proses pertukaran ion:


1. Meningkatnya intensitas listrik, pH larutan akan meningkat.
meningkatkan intensitas listrik, ion H+ di sekitar anoda dan ion OH—di sekitar katoda
semakin meningkat. Konsentrasi OH- > H+ Sehingga pH meningkat diatas 6,5 . Ni(OH)2
Reaksi: Ni2+ + 2OH- → Ni(OH)2

2. Laju alir
Laju aliran mengurangi waktu kontak antara larutan dengan resin dan mobilitas
ion.Waktu tinggal menjadi kecil, sehingga ion Ni2+ yang teremove menjadi berkurang.
 

Hasilnya: penyerapan ion nikel dengan purolite C150S adalah 91 mg ion nikel / g
resin, sementara dengan AG MP-50 hanya 68 mg ion nikel / g resin
Aplikasi:3. Pengolahan Kromium dari Limbah Penyamakan Kulit (peningkatan
regenerasi)
Resin penukar ion yang digunakan : resin penukar kation asam kuat (gugus
aktif R-SO3 ) yakni Amberjet 1200Na
Mekanisme pertukaran ion sebagai berikut:
1.Matriks resin dikonversi dari Na+ menjadi H+ menurut reaksi:
 
 

(Range pH sekitar 3 untuk menghindari pengendapan kromium


hidroksida pada resin.)
2. Pertukaran reaksi ion kromium (III) :
 
 
Aplikasi:
Regenerasi resin dengan menggunakan larutan alkali hydrogen
peroksida, reaksi oksidasi dengan larutan NaOH 0,2M dan H2O2 0,3M
menurut reaksi:

Optimalisasi regenerasi resin dipengaruhi oleh


konsentrasi H2O2 dan NaOH.
Efektif pada konsentrasi H2O2 0,3M dan NaOH 0,2M
dengan efisiensi pemulihan 81,56%. Selanjutnya,
konsentrasi kromium diukur dengan AAS.
Aplikasi:4. Pengolahan ion logam berat dalam limbah pelarut metildietanolamin
(MDEA) (kombinasi kitosan)
Resin penukar ion yang digunakan : D3O3, ZGC351 MB dan ZGC351,
Kitosan dilapisi resin ZGC351

Hasil:
Resin (ZGC151) yang dilapisi kitosan memiliki kemampuan terbaik dalam
meremoval ion logam (magnesium, mangan, cadmium, stronsium, dan
titanium)
Tujuan pelapisan dengan kitosan :
meningkatkan kemampuan adsorpsi ion logam. Atom nitrogen & oksigen
dalam kitosan bertindak sebagai sisi aktiv adsorpsi ion logam berat.
Atom Nitrogen dan oksigen memiliki pasangan elektron bebas sehingga dapat
mengikat ion logam bermuatan positif membentuk kompleks logam yang
stabil.

Mekanisme reaksi adsorpsi ion logam berat oleh kitosan :


R-(OH)NH2 + Mn+ → R-NH2Mn+
Aplikasi
5. Ion Exchange Selektif Untuk Diklofenak, Ibuprofen, Ketoprofen, Dan
Naproxen Pada Air Kencing Manusia, (Landry et al., 2015).

Dowex 22 (1),
tersusun atas resin
anion basa kuat,
polystiren AER
Selektivitas Dowex 22 AER
adalah :
Urin yang mengandung
obat-obatan
(DCF) diklofenak,
Dowex 22 (2) DCF (diclofenac) >
(IBP) ibuprofen,
(NPX) naproxen, NPX (naproxen) >
(KTP) ketoprofen, dll.
KTP (ketoprofen) >
IBP (ibuprofen) >
Dowex 22 (3)
PCM (paracetamol)
Aplikasi
6. Beberapa Contoh Hasil Proses Penghilangan Merkuri di Dalam Air dengan
Cara Pertukaran Ion, (Sumber : EPA, 1997)
Aplikasi
7. Aplikasi Faujasite Zeolite sebagai ion exchanger dalam pengolahan polutan ion
Ni2+, Pb2+, Zn2+, Cr+6, Cd+2 dan Co+2 (Mekatel et al., 2012).

Penelitian mengkaji penggunaan zeolit Na-Y untuk recovery ion Ni 2+, Pb2+, Zn2+,
Cr+6, Cd+2 dan Co+2. Na-Y [Na2O.Al2O3.26SiO2.92H2O] dilakukan kalsinasi pada
suhu 600ºC selama 6 jam sebelum dianalisa. Zeolit Na-Y dianalisa menggunakan
XRD, SEM dan EDS. Proses recovery ion Ni2+, Pb2+, Zn2+, Cr+6, Cd+2 dan Co+2 oleh
Na-Y zeolit dilakukan pada kolom bacth. Proses dilakukan pada suhu 25ºC dan pH
5 dengan konsentrasi larutan logam umpan 50mg/L.
Berdasarkan hasil pengukuran, afinitas electron dari Na-Y terhadap ion adalah:
Co2+>Ni2+>Zn2+>Pb2+>Cr6+>Cd2+.
PHYTOTREATMENT
-PHYTOREMEDIASI
PENDAHULUAN
Latar Belakang Tujuan

PENGOLAHAN LIMBAH B3

1. Fisik

2. Kimia

Mikroba
3. Biologi
Tumbuhan

PHYTOTREATMENT
Phytotreatment

Pengertian Kelebihan & Kekurangan

“Phyto” adalah
Suatu metode yang menggunakan
Tumbuhan
tumbuhan untuk membersihkan dan
mengontrol berbagai macam jenis
kontaminan seperti logam, pestisida
“Treatment” adalah dan minyak (Zhang et al., 2010)
Pengolahan
PHYTOTREATMENT
Kelebihan &
Pengertian Mekanisme
Kekurangan
KELEB
IHAN
Phytotr
eatment

Tidak memerlukan biaya operasional tinggi

Teknologi ramah lingkungan

Tidak mempengaruhi struktur tanah

Bisa dikombinasikan dengan pengolahan lain


PHYTOTREATMENT
Kelebihan &
Pengertian Mekanisme
Kekurangan
KEKUR
ANGA
N
Phytotr
eatment
Membutuhkan waktu yang lama

Tumbuhan tidak dapat dibuang secara langsung

Hanya untuk jenis limbah tertentu

Tidak bisa untuk kontaminan dengan kedalaman yang signifikan


PHYTOTREATMENT

Pengertian Kelebihan & Kekurangan Mekanisme

Fitovolatilisasi

Fitoekstraksi
Fitodegradasi

r a d asi
i z o deg
Rh
Fitostabilisasi

(Tangahu et al., 2011)


PHYTOTREATMENT

Pengertian Kelebihan & Kekurangan Mekanisme


Alur Mekanisme
TUMBUHAN
PHYTOTREATMENT
Karakteristik Tumbuhan Kemampuan Serapan Tumbuhan

Toleran terhadap Kontaminan

Hiperakumulator

(Tangahu et al., 2011)


TUMBUHAN
PHYTOTREATMENT
Karakteristik Tumbuhan Kemampuan Serapan Tumbuhan

Jenis kontaminan

FAKTOR Jenis tumbuhan

Konsentrasi total kontaminan


PENELITIAN
PHYTOTREATMENT
Peneliti Jenis Kontaminan Mekanisme Hasil
Bharti, S., et al Coal mine effluent Fitoremediasi Fitoremediasi
(2012) (Fe, Mn, Cu, Zn, dilakukan dengan limbah yang
Ni,Pb, Cr, Cd) membandingkan mengandung
limbah batu bara banyak logam dari
yang berisi A. limbah batu bara
pinnata dengan L. dengan A. pinnata
minor. dan L. minor dapat
Perbandingan menghilangkan
tumbuhan dan logam dalam
limbah yaitu 1:10. jumlah yang banyak
selama 7 hari.
Reduksi biomassa
dari L. minor lebih
baik daripada A.
pinnata.

PHYTOTREATMENT
TUMBUHAN
PHYTOTREATMENT
Peneliti Jenis Kontaminan Mekanisme Hasil

Bharti, S., et al Coal mine effluent Fitoremediasi Fitoremediasi


(2012) (Fe, Mn, Cu, Zn, dilakukan dengan limbah yang
Ni,Pb, Cr, Cd) membandingkan mengandung
limbah batu bara banyak logam dari
yang berisi A. limbah batu bara
pinnata dengan L. dengan A. pinnata
minor. dan L. minor dapat
Perbandingan menghilangkan
tumbuhan dan logam dalam
limbah yaitu 1:10. jumlah yang banyak
selama 7 hari.
Reduksi biomassa
dari L. minor lebih
baik daripada A.
pinnata.
PHYTOTREATMENT

Anda mungkin juga menyukai