Anda di halaman 1dari 29

TUGAS KELOMPOK SISTEM UTILITAS

Pengolahan Air pada Industri dengan Cara Penukar Ion




Kelas C
Kelompok 4
Angelina (1107155397)
Arif Yusra (0907136236)
Hamsyah Adhari (1107120420)
Khamaluddin Aditya (0907133051)
Luci Octaria Sitorus (1107135614)
Raflesya Arnoldi (1007121485)
Widya Yoesepha (1107114194)

PROGRAM SARJANA TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS RIAU
2014
BAB I
ISI

1. Pengolahan Air pada Industri dengan Cara Penukaran Ion
Dewasa ini tantangan dalam dunia industri maupun perdagangan
sedemikian pesat. Hal ini menuntut adanya strategi efektif dalam
mengembangkan industri, sehingga dapat bersaing dengan negara-negara lain
yang lebih maju. Pembangunan terfokus pada pemenuhan kebutuhan saat ini
tanpa mengesampingkan kebutuhan mendatang yang mana hal ini dikaitkan
dengan kelestarian dan kesehatan lingkungan alam. Permasalahan lingkungan saat
ini yang dominan salah satunya adalah limbah cair berasal dari kegiatan industri.
Limbah cair yang tidak dikelola dengan baik akan menimbulkan dampak yang
luar biasa pada perairan, khususnya sumber daya air. Kelangkaan air di
masa mendatang dan bencana alam semisal erosi, banjir dan kepunahan
ekosistem perairan tidak pelak lagi dapat terjadi apabila kita kaum akademisi
tidak peduli terhadap permasalahan tersebut.
Alam memiliki kemampuan dalam menetralisir pencemaran yang
terjadi apabila jumlahnya kecil, akan tetapi apabila dalam jumlah yang besar
akan dapat menimbulkan dampak negatif terhadap alam karena dapat
mengakibatkan terjadinya perubahan keseimbangan lingkungan sehingga
limbah tersebut dikatakan telah mencemari lingkungan. Hal ini dapat dicegah
dengan mengolah limbah yang dihasilkan industri sebelum dibuang ke badan
sungai. Limbah yang dibuang ke sungai harus memenuhi baku mutu yang
telah ditetapkan, karena sungai merupakan salah satu sumber air bersih bagi
masyarakat, sehingga diharapkan tidak Perkiraan besar air limbah kegiatan
industri bervariasi menurut jenis dan ukuran industri yang ada, pengawasan
industri tersebut, jumlah air yang pemakaiannya berulang, serta cara yang
dipergunakan untuk pemrosesan setempat, bila ada (Tchobanoglous, 1991).
Berikut adalah diagram hubungan antara unsur-unsur fungsional dari sistem
pengelolaan air limbah (Gambar 1).tercemar dan bisa digunakan untuk keperluan
lainnya.

Gambar 1. Hubungan antara unsur-unsur fungsional dari sistem pengelolaan air
limbah (Tchobagonoglous,1991)

2. Prinsip Proses Pertukaran Ion
Prinsip pertukaran ion adalah selektifitas, artinya ion yang
mempunyai koefisien selektifitas besar mampu menggantikan ion lain
di resin yang koefisien selektifitasnya lebih kecil.
Empat tahap pengoperasian penukar ion: (a) service, (b) backwash, (c)
regenerasi, (d) pembilasan.





Gambar 2. Proses pertukaran ion

Proses pertukaran ion melibatkan reaksi kimia antara ion dalam
fase cair dan ion dalam fase padat. Dalam aplikasi pengolahan air, ion
dalam fase cair merupakan ion yang terkandung dalam air baku dan ion
dalam fase padat merupakan ion yang terdapat dalam resin, baik resin alami
maupun resin sintetis. Beberapa aplikasi yang umum dalam pengolahan air bersih
antara lain:
Penurunan kesadahan, yaitu dengan mempertukarkan ion natrium
dalam resin dengan ion kalsium dan/atau magnesium dalam air.
Demineralisasi total, yaitu mempertukarkan ion dalam resin dengan
semua kation dan anion dalam air. Dalam demineralisasi total ini,
resin kationik mengandung ion hidrogen dan resin anionik
mengandung ion hidroksil. Jadi air yang terolah hanya mengandung
ion hidrogen dan hidroksil, yang akan membentuk air murni.
Demineralisasi parsial pada penyediaan air bersih dengan air baku air laut.

Pertukaran ion dalam reaksi kimia dapat ditulis:

di mana R
-
adalah gugus anionik yang melekat pada resin pertukaran ion,
dan A
+
dan B
n-
adalah ion di larutan. Dari reaksi itu dapat ditulis konstanta
kesetimbangan sebagai berikut:

K
A
+B
merupakan koefisien selektifitas atau konstanta aksi massa. Besarnya
K
A
+B
menyatakan besarnya preferensi relatif untuk pertukaran ion, artinya
kecenderungan resin untuk mengikat ion B dibandingkan dengan ion A.
Koefisien selektifitas yang lebih besar berarti mempunyai preferensi yang
lebih besar terhadap ion di resin. Sebuah penukar ion cenderung untuk
memilih:
a. ion yang valensinya lebih besar
b. ion dengan volume terlarut lebih kecil
c. ion dengan kemampuan polarisasi lebih besar
d. ion yang bereaksi kuat dengan site pertukaran ion dari resin
e. ion yang kurang terlibat dengan ion lain untuk membentuk kompleks
Atas dasar itu, maka preferensi beberapa kation dapat disusun sebagai
berikut (Reynold, 1996):



Seri ini adalah untuk resin asam kuat - yang mempunyai site reaktif kuat
seperti gugus sulfonat (-SO
3
H). Resin asam lemah - yang mempunyai site reaktif
lemah seperti gugus karboksilat (-COOH) - akan memposisikan H
+
ke kiri.
Untuk site yang sangat lemah, posisi H
+
bisa ke kiri sampai pada posisi Ag
+.

Untuk beberapa anion, preferensinya sebagai berikut (Reynold, 1996):

Seri ini adalah untuk resin basa kuat - yang mempunyai site reaktif
kuat seperti gugus ammonium kuarter. Untuk resin basa lemah - yang
memunyai site reaktif lemah seperti gugus amina sekunder atau tersier akan
memposisikan OH
-
ke kiri. (untuk kation) dan OH
-
(untuk anion). Koefisien
selektifitas kation B
n+
terhadap kation A
+
dapat ditulis:

Kecepatan pertukaran ion tergantung pada kecepatan beberapa mekanisme
transpor yang terlibat dan kecepatan reaksi pertukaran sendiri, yaitu:
a. pergerakan ion dari larutan ke film atau lapisan batas sekitar resin
b. difusi ion melewati film ke permukaan resin
c. difusi ion menembus pori solid ke site pertukaran
d. pertukaran ion oleh reaksi
e. difusi ion tertukar keluar dari pori ke permukaan solid
f. difusi ion tertukar melewati film cairan atau lapisan batas sekitar solid
g. pergerakan ion tertukar ke dalam larutan

3. Tipe dan Karakteristik Resin
Berdasarkan muatan ion yang dapat dipertukarkan, resin pertukaran
ion dapat dikelompokkan menjadi (Benefild, 1982):
a. Resin pertukaran kation (mengandung kation yang dapat dipertukarkan)
Resin pertukaran asam kuat
Resin pertukaran asam lemah
b. Resin pertukaran anion (mengandung anion yang dapat dipertukarkan)
Resin pertukaran basa kuat
Resin pertukaran basa lemah
Resin pertukaran asam kuat mengandung gugus fungsional yang diturunkan dari
asam kuat (biasanya asam sulfat). Resin pertukaranan asam lemah
mengandung gugus fungsional yang diturunkan dari asam lemah (umumnya
bentuk karboksilat atau fenolat). Resin pertukaran basa kuat mengandung
gugus fungsional yang berasal dari gugus ammonium kuarter tipe I dan II,
sedangkan resin pertukaran basa lemah mengandung amina primer, sekunder
dan/atau tersier sebagai gugus fungsional.
Sebagai contoh reaksi pertukaran tiap tipe resin digambarkan sebagai berikut:
a. Resin pertukaran asam kuat

b. Resin pertukaran asam lemah

c. Resin pertukaran basa kuat

d. Resin pertukaran basa lemah


Karakteristik resin sebagai media pertukaran ion harus mempunyai
ion yang dapat dipertukarkan dengan struktur yang tidak larut dalam air dan
tersedia ruang yang cukup di porinya agar ion bebas keluar masuk. Dalam
merancang sistem pertukaran ion atau memilih resin, kapasitas resin adalah hal
yang penting karena berpengaruh pada efisiensi proses dan biaya. Kapasitas
resin biasanya dinyatakan sebagai kapasitas total atau kapasitas operasi.
Kapasitas total menyatakan jumlah ion total yang secara teoritis dapat
dipertukarkan per satuan massa atau volume resin (misal: meq/l, meq/g).

4. Pengoperasian
Sistem pertukaran ion dapat dioperasikan dalam salah satu model
berikut: batch, fixed-bed, fluidized-bed, dan continuous. Sistem fixed-bed
merupakan sistem yang paling umum (Gambar 3). Daur operasinya meliputi
empat tahap: service, backwash, regenerasi dan pembilasan.
a. Service
Reaksi pertukaran terjadi selama tahap service. Tahap ini
dikarakterisasi dengan kurva konsentrasi efluen atau kurva breakthrough.
Dalam prakteknya, kecepatan aliran cukup berarti dan kesetimbangan tidak
pernah tercapai secara total dalam kolom. Dalam kondisi demikian terdapat
batas yang memisahkan resin yang mengandung ion yang ditukarkan dengan
resin yang mengandung ion yang menukarkan, yang membetuk kurva-S.
Batas ini bergerak dari bagian atas menuju ke bawah.














Gambar 3. Kolom pertukaran ion: (a) tahap operasi, (b) backwash

b. Backwash
Backwash dengan air produk dilakukan setelah kapasitas operasi
penukar ion tercapai. Proses upflow digunakan untuk mempersiapkan resin yang
akan diregenerasi. Back-wash mempunyai tujuan:
Memecah "gumpalan" resin
Menghilangkan bahan yang terperangkap dalam resin dengan filtrasi
Mengeliminasi gas
Me-stratifikasi ulang resin

c. Regenerasi
Regenerasi menggantikan ion tertukar selama service berlangsung dan
mengembalikan resin ke kapasitas pertukarannya semula, yang tergantung
pada jumlah regeneran yang digunakan. Pada umumnya asam-asam mineral
digunakan untuk meregenerasi resin kation, dan alkali digunakan untuk
meregenerasi resin anion. Efisiensi regenerasi didefinisikan sebagai rasio
ekivalen total ion yang disisihkan dari resin dengan ekivalen total ion dalam
volume regeneran yang digunakan.

d. Pembilasan
Setelah tahap regenerasi, resin pertukaran ion harus dicuci untuk
membebaskan regeneran berlebih sebelum dioperasikan kembali. Prosedur
pencucian meliputi dua tahap menggunakan air produk. Pencucian lambat
menggantikan regeneran, dan limbah dari pencucian ini digabungkan dengan
regeneran bekas untuk dibuang. Pencucian cepat membersihkan ion berlebih, dan
buangan dari pencucian itu dikumpulkan dan digunakan untuk air pengencer
regeneran.

5. Contoh Aplikasi Pengolahan Air Limbah dengan Penukar Ion di
Industri
5.1 Pengolahan Air Limbah Industri Pelapisan Logam
Sejak awal tahun 1970-an berbagai macam industri seperti industri-
industri permesinan, perakitan kendaraan bermotor, alat-alat elektronika, sepeda,
serta barang-barang logam lain telah tumbuh dan berkembang pesat. Beberapa
industri tersebut telah memiliki unit pelapisan listrik sendiri. Industri pelapisan
listrik menggunakan beraneka ragam bahan kimia untuk prosesnya antara lain
berbagai asam, basa, dan senyawa-senyawa kimia seperti khromat, sianida,
klorida, posfat, dll, menghasilkan gas buangan yang berupa padatan, cairan
ataupun gas yang berbahaya. Walaupun jumlah bahan limbah dari indutri
pelapisan listrik ini tidak sebanyak yang dihasilkan industri lain namun karena
sifatnya yang sangat beracun maka bahan buangan sedikit ini amat sangat
berbahaya bagi manusia serta dapat mengancam kelestarian lingkungan hidup.
Prinsip Dasar Pengolahan beberapa Bahan Kimia
Air limbah yang keluar dari industri pelapisan logam dan khusus industri
pelapisan nikel, khrom, dan tembaga mengandung zat-zat kimia berbahaya
misalnya senyawa khrom, nikel, tembaga, sulfat, klorida, sianida, serta
zat-zat organik seperti lemak, minyak dll.

5.1.1 Pengolahan Senyawa Khrom Valensi Enam (Cr
6+)

Pengolahan khrom dilakukan dengan tiga cara antara lain :
a. Cara Reduksi Cr
6+
menjadi Cr
3+
kemudian dilanjutkan dengan
pengendapan Cr
3+
sebagai hidroksida
Seperti halnya prose-proses kimia lain maka proses reduksi Cr
6+
menjadi
Cr
3+
dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya adalah : waktu reaksi,
pH, larutan konsentrasi Cr
6+
dan banyaknya serta jenisnya bahan pereduksi
yang dipakai. Hubungan waktu reduksi dengan pH, dan konsentrasi Cr
6+
.
Bahwa semakin tinggi konsentrasi Cr
6+
dalam larutan proses reduksinya
lebih lama daripada dengan konsentrasi rendah.
Reduksi dengan ferrosulfat:



Reduksi dengan SO
3
:


Reduksi dengan Bisulfat :


b. Cara kedua adalah dengan mengikat Cr
6+
dengan resin tertentu (ion
exchanger) dengan mengatur pH antara 4,5-5,0
c. Cara ketiga adalah pengambilan kembali Cr
6+
dan Cr
3+
dengan cara
pengentalan

5.1.2 Proses Pengolahan
Air limbah yang mengandung berbagai jenis ion logam berat dapat
dilakukan pengolahan dengan berbagai proses (cara) diantaranya :
a. Proses Adsorpsi
Proses ini dilakukan dengan mempergunakan bahan (media) padat untuk
menyerap ion logam berat. Bahan media penyerap dapat
mempergunakan berbagai media seperti karbon aktif, batubara, mikroba
atau limbah padat hasil pertanian.
b. Proses Kimia
Proses ini dilakukan dengan mempergunakan bahan kimia, pada proses
kimia ini diharapkan ion-ion logam berat dapat bereaksi dengan bahan
kimia dan membentuk padatan hidroksida. Beberapa hal yang perlu
diperhatikan dalam proses ini adalah kelarutan masing-masing ion logam
berat, setiap ion logam berat mempunyai tingkat kelarutan yang berbeda-
beda tergantung pada derajat keasaman (pH). Dalam pengolahan air
limbah secara kimia dipilih kelarutan ion logam berat pada tingkat
kelarutan ion logam berat terendah agar memudahkan terjadinya
pengendapan (terbentuknya hidroksida). Pada pengolahan secara kimia ini
akan dihasilkan padatan hidroksida dalam jumlah yang kecil, padatan ini
selanjutnya dikeringkan dan dikirim ke pengolahan limbah B3. Bahan
kimia yang dapat dipergunakan dalam proses pengolahan secara kimia
yaitu Ferro sulfat dan Natrium Hidroksida (NaOH), Kalsium Hidroksida
(Ca(OH)
2
), Kalium Hidroksida (KOH) dan sebagainya. Proses pengolahan
secara kimia ini dilakukan dalam "Tangki Berpengaduk", Jika ingin
melakukan penelitian dapat mengkaji pengaruh waktu pengadukan,
kecepatan putaran pengaduk dan konsentrasi bahan kimia terhadap persen
removal (pengambilan) ion logam berat.
c. Proses Pertukaran Ion (Ion exchange)
Proses ini dilakukan dengan mempergunakan media penukar ion (resin),
jenis resin yang dipergunakan tergantung pada muatan ion logam berat
yang terkandung dalam air limbah. Pada proses pengolahan air limbah
dengan konsep Pertukaran Ion ada 2 Mekanisme yaitu
Mekanisme pertukaran ion : ion logam berat yang terkandung dalam
air limbah ditukar dengan ion yang terdapat dalam resin (proses
pengolahan air limbah), disini ion-ion dalam air limbah terikat pada
resin, jumlah ion logam berat yang terikat tergantung pada kapasitas
(daya tukar) resin.
Mekanisme Regenerasi Resin: ion-ion yang terikat dalam resin
dikeluarkan dari resin dengan menggunakan bahan kimia, pemilihan
bahan kimia tergantung pada jenis resinnya. Umumnya untuk resin
kation (H
+)
diregenerasi dengan asam (asam sulfat, asam klorida
sedangkan resin kation (Na
+
) diregenerasi dengan natrium hidroksida
(NaOH). Sedangkan untuk resin anion (OH
-
) diregenerasi dengan
hidroksida (OH), bahan kimia yang mengandung hidroksida seperti
NaOH, KOH dapat dipergunakan, yang umum dipergunakan adalah
Natrium Hidroksida (NaOH).
Hasil proses regenerasi akan menghasilkan endapan hidroksida-hidroksida
logam dalam jumlah yang kecil. Jika proses yang diaplikasikan untuk recovery
ion logam berat, maka hasil regenerasi dapat direaksikan dengan bahan kimia
sehingga dapat dihasilkan bahan kimia baru yang dapat dimanfaatkan. Pada
proses pengolahan air limbah industri elektroplating atau air limbah yang
mengandung ion logam berat dengan Proses Pertukaran Ion, ada beberapa hal
yang perlu diperhatikan yaitu :
Kapsitas Resin, yaitu kemampuan resin untuk mempertukarkan ion,
setiap jenis atau merk dagang resin mempunyai kapasitas resin yang
berbeda-beda. Data kapasitas resin dibutuhkan untuk menentukan :
Berapa jumlah resin yang dibutuhkan per satuan volume air limbah
yang diolah dan menentukan kapan resin tersebut dilakukan proses
regenerasi.
Selektivitas ion, didalam air limbah terdapat berbagai jenis ion logam
berat yang mempunyai valensi dan berat atom yang berbeda-beda,
perbedaan valensi dan berat atom akan mempengaruhi mekanisme
pertukaran ion.
*. Ion logam berat yang mempunyai valensi tertinggi akan mengalami
pertukaran lebih dahulu (masuk kedalam resin pertama kali) diikuti oleh ion
dengan valensi dibawahnya (berurutan sesuai valensinya)
*. Jika valensi ion sama, maka Ion yang mempunyai berat Atom terbesar akan
mengalami pertukaran lebih dahulu (masuk kedalam resin pertama kali) diikuti
oleh ion logam berat dengan berat atom dibawahnya banding dengan valensi
lainnya.
Proses pertukaran ion ini dapat diaplikasikan pada :
* Penyediaan air untuk air umpan boiler
* Pengolahan air limbah yang mengandung ion logam berat
* Proses pemisahan ion yang terkandung dalam fasa cair.

d. Proses Biologi
Pengolahan air limbah inustri electroplating dengan proses biologi pada
umumnya terjadi 2 (dua) mekanisme yaitu mekanisme perubahan valensi
ion logam berat, disini mikroorganisme bersifat sebagai oksidator atau
reduktor sehingga valensi ion logam beratnya berubah, perubahan valensi
dimaksudkan untuk mengurangi tingkat racunnya. Disamping perubahan
valensi pada proses ini dapat terjadi mekanisme ADSORPSI (penyerapan),
ion logam berat terserap kedalam mikroorganisme (proses ini identik
dengan Proses Adsorpsi)
e. Proses Vaporizer
Proses pengolahan dengan proses vaporizer atau penguapan dilakukan
dengan memanaskan air limbah pada temperature diatas titik didih air.
Proses ini membutuhkan biaya yang cukup besar jika volume air
limbahnya besar, jika volume air limbah kecil dan konsentrasinya pekat,
maka proses ini dapat dipertimbangkan untuk diaplikasikan.

Proses pengolahan air limbah elektroplating secara kimia-fisik :
1. Air limbah dimasukan kedalam tangki (bak) penampung air limbah
2. Air limbah dari bak penampung dipompa dengan laju alir tertentu menuju
tangki Pengaduk untuk proses reduksi atau oksidasi (tergantung valensi
ion logam berat yang ada), Pada tangki ini diberi bahan kimia
oksidator/reduktor, atau ditambahkan ferrosulfat, diaduk dengan kecepatan
putaran pengaduk 75-100 rpm selama 30 menit.
3. Dari tangki pengaduk reduksi/oksidasi dialirkan secara gravitasi atau
dipompa menuju tangki pengaduk II dengan penambahan bahan hidroksida
(NaOH, Ca(OH)
2
, atau KOH), kecepatan putaran pengaduknya 35-50 rpm
dengan waktu pengadukan selama 30 menit. Pada tangki ini akan terjadi
pembentukan flok-flok yang besar dan mudah untuk diendapkan.
4. Dari tangki pengadukan II ini, selanjutnya dialirkan ke proses berikutnnya
untuk memisahkan flok-flok yang terjadi. Proses pengolahan flok ini dapat
dilakukan dengan proses sedimentasi, filtrasi maupun mempergunakan
filter press hal ini sangat tergantung pada jumlah air limbah yang diolah
dan jumlah flok yang dihasilkan. Filtrat yang keluar dari proses ini perlu
dilakukan pengukuran derajat keasamannnya (pH) terlebih dahulu sebelum
dibuang kesungai.
5. Jika pH air limbah hasil pengolahan terlalu basa yaitu pH > 9, maka ini
perlu dilakukan proses netralisasi dengan menginjeksikan larutan asam
yaitu HCl atau H
2
SO
4
, dan jika pHnya < 9, maka air limbah ini dapat
dialirkan langsung kedalam badan air penerima (sungai).
Sebelum diaplikasikan dilapangan, sebaiknya dilakukan percobaan kecil
terlebih dahulu untuk mengetahui konsentrasi oksidator/reduktor dan bahan
penghidroksidanya.
5.1.3 Proses pengolahan air limbah elektroplating secara Pertukaran ION
(ion exchange)
1. Analisis kualitas air limbah, untuk menentukan jenis dan muatan logam
beratnya, apakah bermuatan negatif atau positif, ini sangat penting karena
mempengaruhi penyediaan jenis risin (media penukar ion) nya. Jika dalam
air limbah hanya ada ion logam berat bermuatan positif, maka media
penukar ion yang dipergunakan hanya kation exchange saja, jika dalam air
limbah mengandung ion positif dan negatif makan dalam pengolahannya
harus menydiakan media resin kation dan anion exchange. Kedua media
penukar ion tersebut dapat dicampur dalam satu kolom (tangki) atau
dipisah (kation dalam satu kolom, dan anion dalam satu kolom)
2. Air limbah dimasukan kedalam tangki (bak) penampung air limbah
3. Pengendalian pH, pada umumnya air limbah elektroplating bersifat asam
atau dengan pH 2-3, proses netralisasi air limbah dapat dilakukan pada
awal proses atau pada akhir proses, sebaiknya dilakukan pada awal proses
hal ini dapat mengurangi beban kerja media penukar ion karena pada saat
proses netralisasi terdapat logam berat yang berubah menjadi endapan,
endapan yang terbentuk dipisahkan dengan proses filtrasi. Filtrat yang
keluar diproses dengan media penukar ion.
4. Air limbah yang telah mengalami proses netralisasi dipompa menuju
kolom kation exchange, dalam kolom ini ion-ion yang bermuatan positif
akan terikat dalam kation exchange, air limbah yang keluar dari kation
exchange dialirkan ke kolom anion exchange, pada kolom ini ion logam
berat yang bermuatan negatif akan terikat. Air hasil pengolahan dilakukan
analisis.
5. Pada waktu tertentu (hari atau bulan tertentu) media penukar ion tersebut
mengalami kejenuhan. pada kondisi jenuh terlihat bahwa konsentrasi ion
masuk sama dengan konsentrasi ion keluar atau lebih kecil sedikit
dibanding konsentrasi ion keluar.
6. Jika resin (media penukar ion) telah mengalami kejenuhan maka resin
tersebut perlu diregenerasi. Bahan kimia yang dipergunakan untuk
regenerasi resin bermuatan positif bisa mempergunakan asam (H
+
) atau
(Na
+
), sedangkan untuk resin bermuatan negatif diregenerasi dengan bahan
kimia bermuatan (OH-) seperti NaOH, KOH.
7. Setelah proses regenerasi, kedua jenis resin tersebut dapat dipergunakan
kembali untuk pengolahan air limbah.
Catatan :
Air limbah yang masuk kedalam resin (media penukar ion) harus bersih,
tidak mengandung padatan, karena padatan akan menyumbat aliran dan
mengganggu proses pertukaran ion
Dalam melakukan proses regenerasi dengan asam maupun basa harus
memperhatikan konsentrasinya, karena jika terlalu pekat atau basa dapat
merusak resin.
Pada saat membeli resin penukar ion, minta brosurnya dan perhatikan
prosedur operasionalnya.


Gambar 4. Pengolahan Air Limbah Pada Industri Pelapisan Logam

Gambar 5. Proses Pengolahan Air Limbah Industri kecil Pelapisan Logam

5.1.4 Peralatan Pengolahan
a. Pompa Air baku (Raw Water Pump)
Pompa air baku digunakan jenis sentrifugal dengan kapaistas maksimal
yang dibutuhkan untuk pengolahan (daya tarik minimal 9 meter dan daya
dorong 40 meter). Air baku yang dipompa berasal dari bak akhir dari
proses pengendapan pada hasil buangan limbah industri pelapisan logam.
b. Pompa dosing (Dosing Pump)
Merupakan peralatan untuk menginjeksi bahan kimia (ferrosulfat dan
PAC) dengan pengaturan laju alir dan konsentrasi tertentu untuk mengatur
dosis bahan kimia tersebut. Tujuan dari pemberian bahan kimia ini adalah
sebagai oksidator.
c. Pencampur Statik (Static Mixer)
Dalam peralatan ini bahanbahan kimia dicampur sampai homogen dengan
kecepatan pengadukan tertentu untuk menghindari pecah flok.
d. Bak koagulasi-flokulasi
Dalam unit ini terjadi pemisahan padatan tersuspensi yang terkumpul
dalam bentuk flok-flok dan mengendap sedangkan air mengalir overflow
menuju proses berikutnya.
e. Pompa Filter
Pompa yang digunakan mirip dengan pompa air baku. Pompa ini harus
dapat melalui saringan multimedia, saringan karbon aktif, dan saringan
penukar ion.
f. Saringan multimedia
Air dan bak koagulasi-flokulasi dipomap masuk ke unit penyaringan
multimedia dengan tekanan maksimum sekitar 4 bar. Unit ini berfungsi
menyaring partikel kasar dari air olahan. Unit filter berbentuk silinder dan
terbuat dari bahan fiberglass. Unit ini dilengkapi dengan keran multi
purpose( multiport), sehingga untuk proses pencucian balik dapat
dilakukan dengan sangat sederhana yaitu dengan hanya memutar keran
tersebut sesuai dengan petunjuknya. Tinggi filter ini dapat mencapai 120
cm dan berdiameter 30 cm. Media penyaring yang digunakan berupa pasir
silika dan zeolit. Dengan menggunakan unit ini maka kadar besi dan
mangan serta beberapa logam lain yang masih terlarut dalam air dapat
dikurangi sampai sesuai dengan kandungan yang diperbolehkan untuk air
minum.
g. Saringan karbon aktif
Unit ini khusu digunakan untuk penghilang bau, warna aktif, logam berat
dan pengotor-pengotor organik lainnya. Ukuran dan bentuk unit ini sama
dengan unit penyaring lainnya. Media penyaring yang digunakan adalah
karbgranular atau butiran ukuran 1-2,5 mm atau resin sintesis serta
menggunakan juga media pendukung berupa pasir silika pada bagian
dasar.
h. Saringan Penukar ion
Pada proses pertukaran ion, kalsium dan magnesium ditukar dengan
sodium. Pertukaran ini berlangsung dengan cara melewatkan air sadah ke
dalam unggun butiran yang terbuat dari bahan yang mempunyai
kemmapuan menukarkan ion. Bahan penukar ion pada awalnya
menggunakan bahan yang berasal dari alam yaitu greensand diproses
terlebih dahulu. Disamping itu digunakan zeolit sintesis yang terbuat dari
sulphonated coals dan condentatiaon polymer. Pada saat ini bahan-bahan
tersebut dapat diganti dengan bahan yang lebih efektif yang disebut resin
penukar ion. Resin penukar ion umumnya terbuat dari cross-linked
polystirene. Apabila resin telah jenuh maka resin tersebut perlu
diregenarasi. Proses regenerasi dilakukan dengan cara melewatkan garam
dapur pekat ke dalam unggun resin yang telah jenuh. Proses regenerasi
terjadi reaksi sebaliknya yaitu kalsium dan magnesium dilepaskan dari
resin diganti dengan sodium dari larutan garam.
i. Sistem Jaringan Perpipaan
Sistem jaringan perpipaan terdiri dari empat bagian, yaitu jaringan inlet
(air masuk), jaringan outlet (air hasil olahan), jaringan bahan kimia dari
pompa dosing dan jaringan pipa pembuangan air pencucian. Sistem
jaringan ini dilengkapi dengan keran-keran sesuai dengan ukuran
perpipaan. Diameter yang dipakai sebagian besar adalah 1 dan
pembuangan dari bak koagulasi-flokualsi sebesar 2. Bahan pipa PVC
tahan tekan seeprti rucika. Sedangkan keran (ball valve) yang dipakai
adalah keran tahan karat terbuat dari plastik.
j. Tangki Bahan-Bahan Kimia
Tangki bahan kimia terdiri dari 2 buah tangki fiberglass dengan volume
masing-masing 30 L. Bahan-bahan kimia adalah ferrosulfat dan PAC.
Bahan kimia berfungsi sebagai oksidator.

5.1.5 Aplikasi pada salah satu Industri : Penyisihan Pb dalam Air Limbah
dengan Teknik Pertukaran Ion (Studi Kasus Air Limbah Pabrik Aki
PT. GS Battery, Inc., Sunter-Jakarta Utara)
Industri aki merupakan salah satu industri yang menghasilkan limbah Pb
dalam jumiah yang paling banyak. Pb sebagai saiah satu unsur yang termasuk
dalam kelompok logam berat dalam konsentrasi tertentu sangat berbahaya
terhadap manusia dan lingkungan hidup. Salah satu upaya yang saat ini telah
dilakukan untuk menyisihkan Pb dalam air limbah pabrik aki adalah dengan cara
kimiawi (chemical treatment). Namun hasil penyisihan dengan proses ini masih
kurang memuaskan khususnya terhadap upaya pelestarian lingkungan. Oleh sebab
itu dilakukan upaya lain sebagai alternatif yakni dengan memanfaatkan potensi
zeolit alam sebagai media penukar kation guna menyisihkan Pb yang berada
dalam air limbah pabrik aki, yakni melalui proses pertukaran ion.. Proses
pertukaran ion adalah proses di mana suatu material atau bahan tidak iarut
menangkap ion-ion bermuatan baik positif maupun negatif dari suatu larutan dan
melepaskan ion-ion bermuatan sejenis ke dalam larutan dalam jumlah yang setara.
Bila proses pertukaran telah mencapai titik jenuh, maka dilakukan proses
regenerasi dengan tujuan agar kapasitas penukaran material penukar ion dapat
kembali seperti semula.
Sebagai studi awal/studi kelayakan teknik dan lingkungan proses
pertukaran ion untuk menyisihkan Pb dalam air limbah pabrik aki mempunyai
tujuan untuk menentukan faktor yang paling berpengaruh dalam menyisihkan Pb
dari keempat faktor percobaan yang divariasikan (konsentrasi iniluen, debit
influen, keaktifan zeolit, dan ukuran diameter partikel zeolit); untuk mengetahui
besar kapasitas operasi tukar kation tertinggi dari zeolit Bayah; untuk menentukan
besar penyisihan Pb dalam air limbah setelah diolah dengan teknik pertukaran ion
dalam kolom yang berisi zeolit Bayah sebagai media penukar kation; untuk
menentukan besarnya efisiensi regenerasi dari larutan regenerant alum sulfat
Al
2
(SO)
3
yang digunakan; untuk menentukan efisiensi dari proses pertukaran ion;
dan untuk mengetahui kelayakan lingkungan dari pelaksanaan proses pertukaran
ion. Berdasarkan reaksi pertukaran ion yang terjadi antara air limbah aki yang
mengandung unsur Pb dengan kation yang berada di dalam zeolit asal Bayah,
maka hipotesis kerja yang dibuat dalam penelitian ini adalah:
1. Pb yang terdapat di dalam air limbah pabrik aki dapat disisihkan dengan
cara pertukaran ion dengan memanfaatkan zeolit sebagai media penukar
kation, hingga mencapai konsentrasi di bawah konsentrasi baku mutu yang
telah ditetapkan;
2. besar penyisihan Pb dalam air limbah aki dengan proses pertukaran ion
bergantung pada besarnya konsentrasi limbah yang akan diolah
(konsentrasi influen), debit influen, keaktifan zeolit, serta ukuran diameter
partikel zeolit;
3. pemanfaatan proses pertukaran ion untuk mengolah air limbah pabrik aki
lebih efisien jika dibandingkan dengan cara pengolahan yang
menggunakan bahan-bahan kimia.
Berdasarkan analisis yang dilakukan maka dapat diambil kesimpulan
sebagai berikut :
1. Faktor yang paling berpengaruh terhadap besarnya penyisihan Pb dengan
teknik pertukaran ion adalah ukuran diameter partikel zeolit yang
digunakan dan debit influen.
2. Kapasitas operasi tukar kation Pb tertinggi yang dapat dicapai pada proses
pertukaran ion dengan memanfaatkan zeolit Bayah sebagai media penukar
kation (Pb) adalah pada kondisi percobaan dengan konsentrasi influen
terbesar yaitu 5,923 mg/L, debit terkecil yaitu 10 mL/menit, zeolit
diaktivasi, dan ukuran diameter partikel lebih halus yaitu (-18+48#). Besar
kapasitas operasi tukar kation tertinggi tersebut adalah 0,769 mg/L.
3. Pb dalam air Iimbah pabrik aid PT. GS Battery, Inc Sunter yang diolah
dengan teknik pertukaran ion secara kontinu dalam waktu 8 jam dapat
melakukan penyisihan Pb sebesar 99,02 %.
4. Efisiensi regenerasi yang dapat dicapai dengan kadar larutan regeneran1
aluminium sulfat (Al
2
(SO
4
)
3
) sebesar 2%, untuk zeolit diaktivasi sebesar
0,30I %, dan efisiensi regenerasi zeolit tidak diaktivasi adalah 0,294%.
5. Pengolahan air limbah dengan proses pertukaran ion, bila dibandingkan
dengan kondisi pengolahan air limbah yang sama di WWTP ternyata iebih
efisien baik dalam hal efisiensi operasi penyisihan Pb, waktu, biaya
maupun luas penggunaan lahan. Besarnya efisiensi operasi adalah 10%,
efisiensi waktu sekitar 51%, efisiensi biaya sekitar 65.48%, dan efisiensi
luas penggunaan lahan sekitar 36,13%.
6. Besarnya kontribusi beban pencemaran Pb melalui proses pertukaran ion
(jika Pb masuk ke dalam badan air penerima) adalah sebesar 1,67.10-6
kg/hari, dengan konsentrasi Pb pada efluen sebesar 0,058 mg/L. Sementara
itu melalui pengolahan dengan WWTP maka kontribusi beban pencemaran
Pb adalah sebesar 0,325 kg/hari dengan konsentrasi Pb pada efluen
WWTP adalah sebesar 0,65 mg/L.

5.2 Proses Pengolahan Air pada Pabrik Sawit dengan Penukar Ion
Secara umum, proses pengolahan air pada pabrik sawit terdiri dari :
1. Penjernihan air
a. Klarifikasi : merupakan proses pengendapan kotoran/lumpur yang
tersuspensi dalam air dengan penambahan bahan kimia yang terbagi atas 3
langkah, yakni koagulasi, flokulasi dan sendimentasi.
b. Filtrasi : tahap akhir dari proses penjernihan air, alat berupa pressure sand
filter.
c. Desinfeksi/klorinasi : proses pemusnahan bakteri dan virus yang ada
dalam air dengan menambahkan klorin atau kaporit pada air yang dikirim
ke water tank.

2. Pelunakan air dengan cara pertukaran ion
Bertujuan untuk menghilangkan atau menurunkan kesadahan air, silica,
TDS sehingga air memenuhi syarat untuk digunakan sebagai air umpan
boiler.
a. Softener : resin penukar ion yang berfungsi menurunkan kesadahan air.
b. Demineralizer plant : resin penukar kation dan anion berfungsi untuk
menerunkan kesadahan, silica, dan TDS.
c. Dearator : alat pemanas air umpan boiler dengan tujuan untuk
menghilangkan gas terlarut seperti oksigen, CO
2
dan ammonia yang dapat
menyebabkan korosi.

3. Boiler internal treatment
Bertujuan untuk mencegah pembentukan kerak, mencegah korosi serta
mencegah terjadinya carry over.

Ion exchanger (penukar ion) sebagai water softener merupakan fungsi
umum dan digunakan sangat luas di industri yang memerlukan soft water untuk
proses dan bahan baku boiler. Air baku yang tingkat ke-sadahan-nya (hardness)
tinggi karena kandungan kalsium dan magnesium harus diturunkan dengan cara
menggantikannya dengan muatan ion natrium yang terdapat pada resin.
Proses pertukaran ion terus berjalan sampai tercapai kesetimbangan dan
jenuh dan sesudah kondisi resin jenuh maka segera dilakukan re-generasi dengan
dicuci dengan air yang mengandung garam NaCl tinggi. Soft water digunakan
untuk boiler air umpan guna mencegah terjadinya endapan (scaling) pada pipa
saluran air baik pada sistem boiler maupun pada sistem pendingin.

5.2.1 Penukar kation
Air dari tangki penyimpanan dipompakan ketangki kation yang berisi resin
penukar kation. Resin penukar kation ini bersifat asam kuat (strong acid cation)
atau bersifat asam lemah (weak acid cation), bahan kimia yang dipakai untuk
mengaktifkan resin adalah asam sulfat.
Fungsi penukar kation:
Menghilangkan atau mengurangi kesadahan (hardness) yang disebabkan
oleh garam-garam kalsium dan magnesium.
Menghilangakan atau mengurangi zat-zat padatan terlarut (TDS).
Menghilangkan atau mengurangi alkalinity dari garam-garam alkali
(karbonat, bikarbonat, dan asam lemah atau bersifat asam lemah
hidroksida).
Didalam kation terjadi pertukaran antara ion kalsium, magnesium dengan
ion-ion hidrogen sehingga garam-garam bikarbonat, sulfat, klorida, dan silika
dirubah menjadi asam karbonat, asam sulfat, asam klorida, dan asam silikat yang
larut dalam air.



Reaksi penukar kation:

Selanjutnya dari water tower, air dipompakan kembali untuk diproses
dengan sistem demineralisasi, dengan tujuan untuk menghilangkan semua/
sebagian unsur-unsur kimiawi yang dikandung oleh air tersebut. Air yang bersal
dari water tower dimasukkan ke dalam tangki kation Exchanger resin, setelah air
kontak dengan resin, maka semua ikatan-ikatan unsur kimiawi dari garam alkali,
seperti Ca2+, Mg2+, Fe2+, dan lain sebagainya yang dikandung oleh air, diikat
dengan 1 (satu) atom Hidrogen (H+).

Jadi semua garam-garam bermuatan positif yang dikandung oleh air,
dibebaskan didalam kation.

5.2.2 Penukar anion
Setelah dialirkan melalui kation, selanjutnya air dialirkan masuk ketangki
anion yang berisi resin bersifat basah kuat (strong base anion) dan basa lemah
(weak base anion). Bahan kimia yang dipakai adalah kaustik soda, dosis
pemakaian 60 g/L resin, konsentrasi cairan NaOH watu kontak dengan resin.
Fungsi penukar anion :
Menyerap asam-asam karbonat, sulfat, klorida, dan silikat yang dihasilkan
oleh penukar kation.
Untuk menghilangkan atau mengurangi semua garam-garam mineral
sehingga air yang dihasilkan tidak mengandung garam mineral lagi

5.2.3 Pengaktifan Resin (Regenerasi)
Regenerasi adalah suatu peremajaan, penginfeksian dengan kekuatan baru
terhadap resin penukar ion yang telah habis saat kerjanya atau telah terbebani,
telah jenuh. Regenerasi penukaran ion dapat dilakukan dengan mudah karena
pertukaran ion merupakan suatu proses yang reversibel yang perlu diusahakan
hanyalah agar pada regenerasi berlangsung reaksi dalam arah yang berlawanan
dari pertukaran ion.
Pada umumnya senyawa yang digunakan untuk kerangka dasar resin
penukar ion asam kuat dan basa kuat adalah senyawa polimer stiren
divinilbenzena. Ikatan kimia pada polimer ini amat kuat sehingga tidak mudah
larut dalam keasaman dan sifat basa yang tinggi dan tetap stabil pada suhu diatas
150oC.
Polimer ini dibuat dengan mereaksikan stiren dengan divinilbenzena,
setelah terbentuk kerangka resin penukar ion maka akan digunakan untuk
menempelnya gugus ion yang akan dipertukarkan.
Resin penukar kation dibuat dengan cara mereaksikan senyawa dasar
tersebut dengan gugus ion yang dapat menghasilkan (melepaskan) ion positif.
Gugus ion yang biasa dipakai pada resin penukar kation asam kuat adalah gugus
sulfonat dan cara pembuatannya dengan sulfonasi polimer polistyren
divinilbenzena (matrik resin).
Resin penukar ion yang direaksikan dengan gugus ion yang dapat
melepaskan ion negatif diperoleh resin penukar anion. Resin penukar anion dibuat
dengan matrik yang sama dengan resin penukar kation tetapi gugus ion yang
dimasukkan harus bisa melepas ion negatif, misalnya N (CH3)3+ atau gugus lain
atau dengan kata lain setelah terbentuk kopolimer stiren divinilbenzena (DVB),
maka diaminasi kemudian diklorometilasikan untuk memperoleh resin penukar
anion.
Material penukar ion yang utama berbentuk butiran atau granular dengan
struktur dari molekul yang panjang (hasil co-polimerisasi), dengan memasukkan
gugus fungsional dari asam sulfonat, ion karboksil. Senyawa ini akan bergabung
dengan ion pasangan seperti Na+, OH atau H+. Senyawa ini merupakan struktur
yang porous. Senyawa ini merupakan penukar ion positif (kationik) untuk
menukar ion dengan muatan elektrolit yang sama (positif) demikian sebaliknya
penukar ion negatif (anionik) untuk menukar anion yang terdapat di dalam air
yang diproses di dalam unit Ion Exchanger.

a. Regenerasi Resin Penukar Kation
- Bahan H
2
SO
4
(p)
- Reaksi yang terjadi pada regenerasi resin penukar kation :
Ca + R + 2H
+
H
2
+ R + Ca
2+

Urutan Penukar Kation : Ra
2+
< Ba
2+
< Sr
2+
< Ni
2+
< Cu
2+
< Co
2+
< Zn
2+
<
Mn
2+
< UO
2+
< Ag
2+
< Cs
+
< K
+
< NH
4+
< Na
+
< Li
+

- Cara Regenerasi :
b. Resin Penukar anion
- Bahan: NaOH
- Reaksi yang terjadi pada regenerasi resin penukar anion
R.SO
4
+ 2 OH
-
R. (OH)
2
+ SO
4
2-

Urutan penukar anion:
HCrO
4
<NO
3
< Br- < HPO
4
< CN
-
< NO
2-
< Cl
-
< OH
-
< CH
3
COO
-
< F
-


c. Cara regenerasi
Unit kation
- Pencucian kembali : mendistribusikan kembali lapisan resin dan
menghilangkan kotoran-kotoran serta resin yang pecah dari unit.
- Regenerasi dengan larutan asam : larutan asam (H2SO4) diinjeksikan
kedalam unit kation. Sesudah melalui permukaan resin, asam atau ion
hidrogen akan menggantikan semua kation seperti ion kalsium, natrium
dan magnesium.
- Pembilasan : bila unit beroperasi kembali, akan terdapat sejumlah kecil
leakage (kelewatan ion) yang harus dibersihkan dengan melakukan
pembilasan.
Kondisi Operasi Kation:
Operasi Larutan Waktu
Perbaikan (kearah bawah) Air umpan -
Backwash (arah keatas) Air umpan 10-20 menit
Regenerasi H2SO4 98% 20-30 menit
Slow rinse (pembilasan secara lambat) Air kation 30-60menit
Fast rinse (pembilasan secara cepat) Air umpan 20-60 menit

Unit anion
- Pencucian kembali : pencucian kembali akan menghilangkan kotoran-
kotoran, lumpur, dan bahan-bahan tersuspensi dari unit dan
mendistribusikan kembali lapisan resin.
- Penambahan Kaustik Soda : larutan kaustik diinjeksikan kedalam unit
anion dan akan kontak langsung dengan resin. Sesudah melalui permukaan
resin, Kaustik Soda (larutan NaOH) atau ion hidroksi dan menggantikan
anion-anion yang terdapat dipermukaan resin.
- Pembilasan : apabila unit sudah kembali beroperasi akan terdapat sejumlah
kecil ion leakage, maka harus dibersihkan dengan pembilasan

Kondisi Operasi anion:
Operasi Larutan Waktu
Perbaikan (kearah bawah) Air dari kation -
Backwash (arah keatas) Air umpan 10-20 menit
Regenerasi 2-8 % NaOH 20-30 menit
Slow rinse (pembilasan secara lambat) Air dekation 30-60menit
Fast rinse (pembilasan secara cepat) Air anion 20-60 menit


BAB II
KESIMPULAN

1. Resin penukar ion terbagi dua yakni:
a. Resin anion
b. Resin Kation
2. Empat tahap pengoperasian penukar ion:
a. service
b. backwash
c. regenerasi
d. pembilasan
3. Aplikasi pengolahan air dengan penukar ion dapat dilakukan pada berbagai
industri seperti industri sawit dan pelapis logam.


DAFTAR PUSTAKA

Benefild, L.D., Process Chemistry for Water and Wastewater Treatment,
Droste, Ronald L., Theory and Practice of Water and Wastewater
Treatment,
John Wiley & Sons, Inc., New York, 1997 dalam modul Proses Pengolahan air
secara fisik-kimia
Mawar Debora Seremian Silalahi, Penyisihan Pb dalam Air Limbah dengan
Teknik Pertukaran Ion (StudiKasus Air Limbah Pabrik Aki PT. GS
Battery, Inc., Sunter-Jakarta Utara) UI - Tesis
Prentice-Hall, New Jersey, 1982 dalam modul Proses Pengolahan air secara
fisik-kimia
Simanjuntak E., 2010, Pengolahan Internal Air Boiler dengan Penambahan Asam
Sulfat, Universitas Sumatera Utara-Modul

Anda mungkin juga menyukai