Anda di halaman 1dari 45

TEKNIK MITIGASI DAMPAK KUALITAS UDARA: SCRUBBER

Prof. Dr. Kardono


kardono53@gmail.com

DISAMPAIKAN DALAM
WORKSHOP PROGRAM PENGEMBANGAN PROFESI BERKELANJUTAN
PENYUSUN DOKUMEN AMDAL TAHAP II

Sabtu, 13 Juni 2015


Referensi
1. Cooper, C. D and F.C. Alley, 1986, Air Pollutin Control: A Design Approach, PWS Publisher,
Boston, Massachusetts 02116.

2. Hinds, W.C, 1982. Aerosol Technology: Properties, Behavior and Measurement of Airborne
Particles, John Wiley & Sons, Inc.,New York.

3. Richards, J.R.,2000, Control of Particulate Matter Emissions: Student Manual, Air Pollution
Training Institute (APTI) Course 413, Third Edition , Environmental Protection Environmental
Research Center, Agency Research Triangle Park, NC 27711

4. Beachler, D; G. Aldina and J. Jahnke, 1980, Control of Particulate Emissions: Instructors Guide,
APTI Course 413, Environmental Protection Environmental Research Center, Agency Research
Triangle Park, NC 27711

5. Franek, William, and Lou DeRose, J.D., 2003, Principles and Practices of Air Pollution Control,
Student Manual, APTI Course 452, Developed by ICES Ltd., USEPA, United States Air Pollution
Training Institute (APTI), Environmental Protection Environmental Research Center, Agency
Research Triangle Park, NC 2771
Scrubber pertikulat adalah seperangkat perangkat kontrol partikulat
yang beragam; sesederhana, seperti scrubber menara semprot
(spray tower scrubber) untuk menangkap partikel > 5 m. Berbagai
scrubber misal tray tower scrubbers, mechanically aided scrubbers,
and wet ionizing digunakan untuk menangkap partikel sekitar 1 m.
Sedangkan sistem throat ventury and condensation scrubbers
digunakan untuk koleksi partikulat berefisiensi tinggi dalam ukuran
<1 mm.
3 langkah kerja scrubber
1. Menangkap partikel apakah dalam tetesan (droplet), lembar cairan,
atau jet cairan.
2. Penangkapan tetesan cairan keluar aliran gas
3. Pengambilan dan treatmen cairan partikulat sebelum dibuang
Contoh sistem wet scrubber

1. Evaporative cooler
2. Scrubber vessel
3. Mist eliminator
4. Liquid recirculation
equipment
5. Alkali Addition System
6. Wastewater treatment
system
7. Instrumentation
8. Ductwork, fan, and
stack
1. Evaporative Cooler or Presaturator
Tujuan utama dari pendinginan adalah menurunkan suhu gas untuk melindungi komponen
yang sensitif dengan suhu dalam kotak scrubber, eliminator kabut dan komponen lainnya.
Sebagai contoh, scrubber bagian dalam umum memiliki liners tahan korosi yang dapat
menguap pada suhu melebihi 400 F sampai 1000 F.

2. Scrubber Vessel

Tangki scrubber dirancang untuk mengoptimalkan mekanisme penangkapan partikel.

Aliran gas dikontakkan dengan aliran cairan untuk mencapai efisiensi tinggi penaagkapan
partikel melalui mekanisme tabrakan inersia dan
difusi Brown ke dalam tetesan air, lembaran air, dan / atau jet air dalam tanki scrubber.

Dalam beberapa kasus, mungkin pula tenaga tarik elektrostatik berkontribusi dalam
penangkapan partikel walau kecil

Beberapa pertimbangan dalam memilih jenis scrubber yang lebih tepat untuk aplikasi industri:

Dapat mengontrol polutan gas bersama dengan partikulat

Adanya kontaminan gas yang berpotensi korosif

Biaya

Ukuran fisik
3. Mist Eliminator
Eliminator kabut (mist eliminator) digunakan untuk menangkap
tetesan air yang keluar bersama gas sehingga tetesan air tersebut
tidak lepas ke udara atmosfer bersama gas.
Tanki scrubber bisa dilengkapi dengan eliminator kabut berbentuk
siklon.
Eliminator kabut biasanya dilengkapi dengan satu atau lebih set
nozel semprot untuk menghilangkan akumulasi padatan karena
scrubber terus beroperasi.
Selain meminimalkan carry-over dari padatan ke atmosfer,
eliminator kabut juga melindungi peralatan di bagian hilir, seperti
kipas, dari padatan dan meminimalkan jumlah air yang hilang dari
sistem.
4. Liquid Recirculation System
Cairan yang ditangkap digunakan kembali untuk meminimalkan jumlah
cairan yang harus ditreatmen dan dibuang.
Cairan dari scrubber ini dikumpulkan dalam bah scrubber dan eliminator
kabut.
Kebanyakan sistem menggunakan tanki resirkulasi dengan waktu tinggal
cairan beberapa menit.
Waktu ini cukup untuk memasukkan aditif alkali agar pH kembali ke
kisaran yang tepat (5-9).
Tangki juga dilengkapi pompa resirkulasi untuk mengembalikan cairan ke
tanki scrubber.
Laju aliran cairan resirkulasi harus disesuaikan dengan jenis tanki scrubber
dan kadar polutan dalam aliran gas masuk.
5. Alkali Addition System
Sistem tambahan alkali digunakan pada sistem wet scrubber yang
menangkap partikel asam atau mengolah aliran gas atau uap yang
mengandungi gas asam.
Gas-gas asam yang paling umum termasuk sulfur dioksida, hidrogen
klorida, dan hidrogen fluorida; juga karbon dioksida yang terbentuk di
sebagian besar proses pembakaran juga agak asam.
Alkalis yang paling umum digunakan: kapur, soda abu, natrium hidroksida,
batu kapur dan nalcohite.
Semua bahan-bahan tersebut, dengan pengecualian natrium hidroksida,
sering disimpan dan dimasukkan ke tangki resirkulasi dalam bentuk bubuk.
Natrium hidroksida biasanya dimasukkan dalam bentuk larutan.
Laju penambahan alkali dikontrol oleh pH meter yang biasanya dipasang di
tangki resirkulasi scrubber atau pipa resirkulasi yang menuju tanki
scrubber.
6. Wastewater Treatment Systems
Sebagian kecil dari cairan resirkulasi dibersihkan untuk mempertahankan
tingkat padatan yang tepat dalam cairan di clarifier dengan cara
mengendapkannya.
Limpahan cairan bersih dari clarifier dikembalikan ke tangki resirkulasi.
Sedangkan partikel padat yang mengendap akibat gaya gravitasi ditarik
dari dan disaring di bagian bawah aliran underflow dengan filter vakum
rotary
7. Instrumentation
Instrumen yang digunakan untuk memantau kinerja scrubber: alat
pengukur tekanan di scrubber dan di eliminator kabut, pH meter di
resirkulasi cairan, alat pengukur suhu di gas masuk dan keluar, dan
pengukur laju alir resirkulasi cairan.
8. Fans, Ductwork, and Stack
Penurunan tekanan statis bisa sangat tinggi di partikulat scrubber basah, oleh
karena itu, kipas-kipas ini harus lebih besar dan memiliki motor dengan HP yang
tinggi.
Rumah dan roda kipas harus tahan korosi dan erosi dari kontaminan gas.
Dalam rancangan sistem induksi dimana kipas di bagian hilir tanki scrubber,
tekanan statis serendah -20 inci air sampai kurang dari -100 inci air.
Membutuhkan ductwork pada tekanan statis relatif sama dengan atau lebih dari -
20 inci air, biasanya strukturalnya diperkuat untuk mencegah defleksi akibat
tekanan atmosfer dan harus mampu menahan korosi karena kontaminan dalam
aliran gas.
Stack harus dibuat dengan ukuran yang tepat agar memungkinkan adanya dipersi
polutan.
Stack harus memiliki drainase yang memadai untuk mengatasi gangguan dalam
sistem scrubber dan / atau eliminator kabut yang menyebabkan berlebihannya
tetesan terbaawa ke luar.
Tipe-tipe dari Tanki Scrubber
Berbagai macam tanki scrubber digunakan untuk kontrol partikulat; tergantung pada:
o kemampuan menangkap partikel ukuran kecil,
o kemampuan untuk secara bersamaan mengontrol partikulat dan kontaminan gas,
o ukuran, dan
o biaya.
Beberapa tipe Scrubber:

1. Spray tower scrubbers 4. Tray Tower scrubbers 5. Gas-atomized


2. Mechanically aided a. Impingement tray a. Fixed throat venturi
scrubbers b. Sieve tray b. Adjustable throat venturi
3. Packed bed scrubbers c. Froth tower c. Rod deck

d. Catenary grid d. Collision


a. Vertical packed bed
e. Moving bed e. Orifice
b. Crossflow packed bed
6. Liquid atomized
c. Woven fiber bed
7. Condensation growth
d. Mesh fiber bed a. Venturi scrubber
e. Wet-ionizing b. Ejector
SCRUBBER PARTIKULAT

Penangkapan partikulat
melalui kontak langsung
udara kotor dengan
cairan (air).

Scrubber sistem penyemprotan Scrubber sistem penyemprotan


vertikal (counter current) horisontal (cross flow)
1. Spray tower scrubber (example)
2. Mechanically aided scrubber
3.a. Vertical packed-counter current bed scrubber system
Sifat material packing yang baik yaitu:

Area basah per unit


volume harus tinggi,
Berat yang minimal,
Tahan dengan bahan-
bahan kimia,
Mempunyai
kemampuan menahan
air yang rendah,
.
Kehilangan tekanan
yang kecil,
Biaya yang rendah
Common types of packing material
3.b. Cross-flow packed bed scrubber
3.c. Four stage fiber bed scrubber

Composite fiber pad


3.e. Wet-ionizing scrubber
4.a. Tray Tower Scrubbers: Impingement
Tray Scrubbers
4.d. Catenary grid scrubber
5.a. Fixed throat venturi scrubber
5.b. Adjustable throat venturi scrubber
5.b. Flow restrictor-type adjustable throat
venturi scrubber
5.c. Rod deck scrubber
5.d. Collision scrubber
5.e. Orifice scrubber vessel
6. Nozzle in a high energy liquid atomization
scrubber
7. Example of a condensation growth scrubber system
PRINSIP-PRINSIP OPERASI WET SCRUBBER UNTUK PARTIKULAT

Particle Collection Mechanisms


Impaction Where:
KI = impaction parameter (dimensionless)
Cc = Cunningham slip correction facto (dimensionless)
d= physical particle diameter (cm)
p = particle density (gm/cm3)
v= difference in velocities of particle and target (cm/sec)
Dc = target diameter (cm)
g = gas viscosity (g/cm sec)

Impaction = f (d); kurang efisien untuk d < 0.5 m


Impaction v (perbedaan kecepatan partikel dengan droplet atau hamparan cairan).
Kecepatan relatif ini sangat bervariasi antar scrubber.
Dalam venturi scrubber terjadi perbedaan kecepatan partikel dengan droplet cukup
besar pada inlet ke tenggorokan.
Dalam packed bed scrubber, perbedaan kecepatan antara partikel dan diameter target
sangat rendah karena rendahnya kecepatan gas; perbedaan kecepatan ini konstan untuk
seluruh bed impaction sangat rendah.
Efektivitas tabrakan (impaction) berbanding terbalik dengan diameter target (Dc)
pembentukan droplet cairan yang kecil lebih diutamakan.
Tahanan permukaan (surface tension) yang rendah dalam cairan juga menentukan
distribusi droplet kecil.
PRINSIP-PRINSIP OPERASI WET SCRUBBER UNTUK PARTIKULAT

Particle Collection Mechanisms


Brownian motion
Brownian motion adalah gerakan partikel disebabkan oleh tabrakan molekul gas
pada sisi partikel. Hanya partikel sangat kecil ukurannya yang dipengaruhi oleh
tabrakan molekul (molekul collision). Efektivitas gerakan Brown berhubungan
dengan difusivitas partkel, yang diformulasikan sbb:

Dimana:
Dp = diffusivity of particle (cm2/sec)
K = Boltzmann constant (g. cm2/sec2 K)
T = absolute temperature (K)
dp = particle diameter (cm)
g = gas viscosity (g/cm sec)
Cc = Cunningham slip correction factor (dimensionless)

Difusi efektif ketika ukuran partikel < 0,3 m, dan signifikan jika < 0,1 m.
Sumber emisi dari industri umumnya sedikit sekali mengeluarkan partikel < 0,1 m;
umumnya gerakan Brown tidak dominan dalam penyerapan partikel dalam scrubber.
PRINSIP-PRINSIP OPERASI WET SCRUBBER UNTUK PARTIKULAT
Liquid-to-Gas Ratio
Tetesan atau lembaran cairan (permukaan jet cairan atau gelembung) diperlukan
sebagai target impaksi pada semua sistem penyerapan (scrubbing) basah.
Laju alir cairan penyerap sering dinyatakan dalam rasio cairan ke gas (liquid to gas ratio)
dengan unit galon per 1000 ACF atau liter per ACM.
Laju alir gas ini biasanya dievaluasi di keluaran scrubber dengan mengukur kecepatan
gas di cerobong.
Kebanyakan sistem wet scrubber beroperasi dengan rasio cairan ke gas antara 4 dan 20
gal / 1000 ACF (0,5 10 L/ACM).
Lebih tinggi dari nilai-nilai biasanya tidak meningkatkan kinerja, dan bahkan sedikit
merugikan karena terjadi perubahan ukuran distribusi tetesan yang terbentuk pada
scrubber.
Nilai yang rendah sangat merugikan karena hanya tersedia beberapa target impaksi
saja. Pada rasio cairan ke gas yang rendah, bagian dari aliran gas yang mengandung
partikel dapat melewati zona koleksi tanpa menemui target tetesan air.
Rasio cairan ke gas untuk polutan baik partikulat maupun gas harus sering diatur untuk
memfasilitasi penyerapan polutan gas. Rasio ini untuk penyerapan gas sering di atas
tingkat optimal rasio untuk penyerapan partikulat.
PRINSIP-PRINSIP OPERASI WET SCRUBBER UNTUK PARTIKULAT
Static Pressure Drop
Kehilangan tekanan statis sepanjang scrubber disebabkan oleh:
gesekan aliran gas dalam pipa dan scrubber,
energi diperlukan mempercepat aliran gas, dan
energi dibutuhkan untuk mempercepat dan mengatomisasi (jika ada) aliran cairan.
Kehilangan energi ini semua merupakan fungsi kecepatan gas pangkat dua.

Where:
Dp = static pressure drop
v = gas velocity in scrubber
Misal untuk venturi scrubber telah dikembangkan rumus:

p = static pressure drop (cm air.)


v = gas velocity (cm/sec)
QL = liquid flow rate (cm3/sec)
QG = gas flow rate (cm3/sec)
PRINSIP-PRINSIP OPERASI WET SCRUBBER UNTUK PARTIKULAT
Kapabilitas dan limitasi Wet Scrubber

Keuntungannya:
Mampu menangani debu mudah terbakar dan meledak
Dapat menangani kabut di keluaran proses
Pemeliharaan yang relatif rendah
Sederhana dalam desain dan mudah untuk menginstal
Efisiensi dapat bervariasi
Memberikan pendinginan untuk gas panas
Menetralisir gas dan debu korosif

Kerugiannya:
Cairan limbah dapat menimbulkan masalah pencemaran air
Limbah terkumpul dalam keadaan basah
Potensi korosi
Membutuhkan proteksi pada pembekuan
Gas buang akhir memerlukan pemanasan untuk menghindari opasitas emisi
Pertikel terkoleksi mungkin terkontaminasi, dan tidak dapat didaur ulang
Pembuangan limbah lumpur mungkin sangat mahal.
DESAIN WET SCRUBBER
Particulate Matter Removal Capability
Empirical Evaluation
Review desain dibatasi faktor-faktor sbb:
Laju alir gas rata-rata dan maksimum
Suhu gas masuk rata-rata dan maksiumum
Kadar material korosif yang ada dalam aliran gas
Kadar potensi material yang mudah meledak dalam aliran gas
Ketersediaaan make-up water
Kebutuhan disposal dan treatmen cairan
Tipe proses, bahan baku dan bahan bakar
Sumber skedul operasi
Area tersedia untuk scrubber dan WWTP
Keperluan penyediaan alkali
Distribusi ukuran partikel (jika ada)
Data emisi (jika ada)
DESAIN WET SCRUBBER
Particulate Matter Removal Capability
Pilot Scale Tests
Tes kinerja skala pilot dapat dilakukan.
Tes ini sebaiknya dilakukan untuk sumber emisi yang rencana akan ditreatmen.

Theoretical Penetration Models.


Efisiensi penyerapan partikel melalui scrubber basah sangat tergantung
pada ukuran partikel karena dari karakteristik dua mekanisme
penangkapan: impaksi dan gerakan Brown.
Model teoritis mempertimbangkan impaksi dan difusi ini berdasarkan
gerakan umum partikel dan gerakan tetesan dari setiap jenis scrubber.
Model memberikan perkiraan penetrasi sebagai fungsi dari ukuran partikel
yang kemudian dapat diterapkan pada distribusi ukuran partikel dari skala
komersial.
DESAIN WET SCRUBBER
Particulate Matter Removal Capability
Theoretical Penetration Models. Pto : Penetrasi total (0-1);
Spray Chamber Ptd : Penetrasi partikel tertentu (0-1);
L
Pt d d : Efisiensi partikel untuk ukuran dp
Pt 0 = dL
L
0 QL : Laju alir cairan, m3/dtk;
3 QL Vt Z d Ad Vt d QG : Laju alir gas, m3/dtk;
Pt d = exp = exp 0,25
4 QL rd Vt VG QG VG : Kecepatan superfisial gas, cm/s;
Vt : Kecep. pengendapan akhir, cm/dtk;
3
=

rd : Radius droplet, cm;
Z: Panjang zona kontak scrubber, cm;
2
Kp Ad : Luas penampang semua droplet
d =
K p + 0,7 dalam scrubber
C : Fktor koreksi Cunningham;
2
C p dp Vp p : Diameter partikel, cm;
Kp =
9 dd dd : Diameter droplet, cm;
p dp2 g : Viskositas gas, poise (g/cm-dtk);
Vt = da : Diameter aerodinamik partikel, cm;
18
g: gravitasi, 980 cm/dtk2.
DESAIN WET SCRUBBER
Spray Chamber
Contoh: Hiitung penetrasi partikel 8 m dalam vertical countercurrent chamber jika kondisi operasi
adalah QL/QG = 1 l/m3, VG = 20 cm/s; rd = 0,015 cm; dan z = 3 m. Anggap tekanan atmosperik dan 25C.

Hitung Vt: Anggap diameter aerodinamik maka p = 1 g/cm3; dan = 0,00018 g/cm.dtk.
p dp2 g 1 8104 2 x 980
Vt = = = 190 cm/detik
18 18 x 0,00018

d a2 Vp (0,0008)2 (20)
Kp = = = 0,263
9 dd 9 0,00018 0,03

2 2
Kp 0,263
d = = = 0,0746
Kp +0,7 0,263+0,7

3 QL Vt Z d 3 0,001 190 300 (0,0746)


Pt d = exp = exp = exp ( 1,25) = 0,29
4 Q L r d Vt VG 4 0,015 (19020)

Menganggap 100% penggunaan spray, efisiensi penyerapannya = 71% untuk partikel 8 m.


Jika kita anggap hanya 40% spray tetap ditahan, maka QL/QG = 0,2 x 0,001 = 0,0002.
Sehingga Ptd= exp [(-1,25)(0,2)] = exp [-0,5) = 0,61.
Dalam kasus ini efisiensi = 39%.
DESAIN WET SCRUBBER

Venturi scrubber
Kp: parameter impaksi
Pt d inersia.
Q L VG L d
= exp 0,7 f : Faktor empiris, f = 0,25
55 Q G
untuk partikel
hidropobik, f = 0,5
untuk partikel hidropilik
dan untuk unit ukuran
besar;
L : Densiti cairan, g/cm3;
dd : Diameter droplet
Sauter, cm;
: Tensi permukaan cairan,
dyne/cm
L : Viskositas cairan, poise
(g/cm-dtk);
DESAIN WET SCRUBBER
Penyelesaian

0,5 0,45 1,5


58600
= + 597 1000
0,5

0,5 0,45
58600 72 0,01 1,5
= + 597 1000 0,001
50 100 1 721 0,5

= 99,4 + 11 = 110,4 m

Q L VG L d + 0,7 0,49 1
Pt d = exp 0,7 + 1,4 ln +
55 Q G 0,7 0,7 +

0,001 50 100 0,011 2,8 0,5+0,7 0,49 1


Pt d = exp 0,7 2,8 0,5 + 1,4 ln +
55 x 0,00018 0,7 0,7+2,8 0,5 2,8

= exp { 5,56 (-0,7 1,4 + 1,54 + 0,23) (1/28)} = exp (-0,649)

= 0,52.
Efisiensi penangkapannya = 48%.

Anda mungkin juga menyukai