Anda di halaman 1dari 12

PROPOSAL PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA

PERMEN ADEK (AntiDiare dari Ekstrak sabut Kelapa) UNTUK ANAK


DALAM BENTUK LOZENGES

BIDANG KEGIATAN:
PKM PENELITIAN

Diusulkan Oleh:

ALFIANDI KETUA NIM. O1A114142 (Angkatan 2014)


NENI RAHMADANI ANGGOTA 1 NIM. O1A114161 (Angkatan 2014)
NADHILA HAJARANI ANGGOTA 2 NIM. O1A117162 (Angkatan 2017)

UNIVERSITAS HALUOLEO
KENDARI
2017
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ......................................................................................... i


PENGESAHAN PROPOSAL PKM-PENELITIAN ............................................ii
DAFTAR ISI ........................................................................................................iii
BAB 1 PENDAHULUAN .................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ................................................................................................ 1
1.2 Perumusan Masalah ........................................................................................2
1.3 Tujuan .............................................................................................................2
1.4 Luaran .............................................................................................................2
1.5 Manfaat dan Urgensi ......................................................................................2
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA .......................................................................... 3
2.1 Diare................................................................................................................3
2.2 Bakteri Penyebab Diare...................................................................................3
2.3 Kelapa (Cocos Nucifera).................................................................................3
2.4 Lozenges..........................................................................................................4
2.5 Uraian Zat Tambahan ....................................................................................4
BAB 3 METODE PENELITIAN .......................................................................4
3.1 Waktu dan Tempat Penelitian .......................................................................4
3.2 Desain Penelitian............................................................................................4
3.3 Metode Penelitian...........................................................................................5
BAB 4 BIAYA DAN JADWAL KEGIATAN .................................................. 8
4.1 Anggaran Biaya..............................................................................................8
4.2 Jadwal Kegiatan ............................................................................................8
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................10
LAMPIRAN ....................................................................................................... 11
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Diare masih merupakan masalah kesehatan yang penting di Indonesia.
Prevalensi diare klinis adalah sebesar 9,0%. Kematian akibat penyakit diare
tersebar di semua kelompok umur dengan prevalensi tertinggi terdeteksi
pada balita (16,7%) (RISKKESDAS, 2007). Berdasarkan Survei Kesehatan
Rumah Tangga (SKRT), studi Mortalitas dan Riset Kesehatan Dasar dari
tahun ke tahun diketahui bahwa diare masih menjadi penyebab utama
kematian balita di Indonesia. Penyebab utama kematian akibat diare adalah
tata laksana yang kurang tepat baik di rumah maupun di sarana kesehatan.
WHO memperkirakan 4 milyar kasus diare terjadi di dunia pada tahun 2007
dan 2,2 juta diantaranya meninggal, sebagian besar anak-anak di bawah
umur 5 tahun (Mafazah, 2013).
Diare adalah suatu penyakit yang ditandai dengan buang air besar
dengan frekuensi yang tidak normal dan konsistensi tinja yang lebih lembek
atau cair. Diare dapat disebabkan oleh infeksi kuman berupa parasit, bakteri
(Escherichia coli, Salmonella, Shigella) (Jawetz dkk, 1982). Penyakit diare
yang timbul di Masyarakat dapat terjadi secara mewabah atau menular
dengan cepat apabila sumber mata air yang digunakan oleh masyarakat
tercemar oleh bakteri atau kuman yang dapat menyebabkan diare (Hartini,
2016).
Tanaman kelapa (Cocos nucifera) merupakan salah satu tanaman yang
termasuk dalam famili Palmae dan banyak tumbuh di daerah tropis, seperti
di Indonesia. Sejak tahun 1988 Indonesia menduduki urutan pertama
sebagai negara yang memiliki areal kebun kelapa terluas di dunia. Dari
seluruh luas areal perkebunan kelapa, sekitar 97,4% dikelola oleh
perkebunan rakyat yang melibatkan sekitar 3,1 juta keluarga petani, sisanya
sebanyak 2,1% dikelola perkebunan besar swasta dan 0,5% dikelola
perkebunan besar negara (Palungkun, 2003). Salah satu bagian yang
terpenting dari tanaman kelapa adalah buah kelapa. Bagian dari buah kelapa
yang diambil untuk dimanfaatkan sebagai bahan masakan adalah daging
buah dan air kelapanya, sehingga sabut kelapa dibuang begitu saja dan
kurang dimanfaatkan. Oleh karena itu, studi pemanfaatan sabut kelapa perlu
dilakukan agar lebihmemiliki nilai guna, sehingga dapat mereduksi jumlah
sabut kelapa dalam timbunan sampah.
Ekstrak etanol sabut kelapa (Cocos nucifera Linn) dapat menghambat
pertumbuhan bakteri Escherichia colidan Shigella dysenteriae (Aminah,
2006). Sabut kelapa dapat dimanfaatkan sebagai obat karena diduga
mengandung tanin, yang merupakan senyawa kimia yang kompleks, terdiri
dari beberapa senyawa polifenol. Secara umum, tanin berfungsi sebagai
penolak hewan pemakan tumbuhan karena rasanya yang sepat, dan dalam
bidang pengobatan, rasanya yang sepat ini dapat dimanfaatkan sebagai
adstringen dan antidiare. Hasil uji yang telah dilakukan terhadap ekstrak
etanol sabut kelapa pada tikus putih menunjukkan efek antidiare (Marline,
2004).
Sediaan tablet sebagai antidiare yang beredar di pasaran saat ini
kurang praktis untuk digunakan oleh anak-anak karena sulit untuk ditelan.
Salah satu alternatifnya dalah dengan pembuatan sediaan lozenges.
Lozenges merupakan tablet yang diformulasikan untuk dihisap yang
memberikan residu rasa enak dalam rongga mulut, mudah ditelan dan tidak
meninggalkan rasa pahit atau tidak enak (Siregar, 2008).
Berdasarkan latar belakang tersebut, penulis berinisiatif
mengembangkan suatu produk dengan memanfaatkan senyawa bioaktif yang
terkandung dalam limbah sabut kelapa yang banyak terdapat di Indonesia
sehingga dapat berdampak pada peningkatan mutu kesehatan serta
perekonomian masyarakat Indonesia.
1.2. Perumusan Masalah
Masalah yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
a) Bagaimana pembuatan formulasi lozenges dari ekstrak sabut
kelapa(Cocos nucifera) ?
b) Bagaimana efektivitas sediaan lozenges dari ekstrak sabut kelapa (Cocos
nucifera) sebagai antidiare?
1.3. Tujuan
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
a) Untuk mengetahui formulasi lozenges dari sabut kelapa (Cocos
Nucifera)
b) Untuk mengetahui efektivitas sediaan lozenges dari ekstrak sabut kelapa
(Cocos Nucifera) sebagai antidiare.
1.4. Luaran yang Diharapkan
Luaran yang diharapkandaripenelitianiniadalah:
a) Memberikan sumbangan informasi baru terhadap perkembangan
pencarian obat antidiare sehingga dapat mengurangi angka kematian.
b) Menghasilkan publikasi ilmiah yang paten bertaraf nasional maupun
internasional dalam industri farmasi dan yang berpotensi paten, sehingga
dapat meningkatkan taraf hidup, mutu kesehatan, dan ekonomi
masyarakat
1.5. Manfaat dan Urgensi
1) Internal
a. Menambah keterampilan peneliti di bidang formulasi bahan obat alami.
b. Menambah wawasan keilmuan peneliti di bidang pengujian obat-obatan.
2) Eksternal
a. Menghasilkan sediaan lozenges dengan bahan aktif ekstrak sabut kelapa
(Cocos Nucifera)
b. Meningkatkan nilai ekonomi kelapa (Cocus Nucifera).
c. Memberikan informasi kepada masyarakat dan industri farmasi
dalampemanfaatan dan diversifikasi sediaan farmasi dari limbah sabut
kelapa (Cocus Nucifera)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Diare
Diare merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus maupun
bakteri. Diare adalah buang air besar dengan tinja berbentuk cair atau
setengah cair dan kandungan air tinja lebih banyak dari biasanya lebih dari
200 gram atau 200 ml/24 jam dan frekuensinya lebih dari 3 kali per hari
(Kusuma, 2015).
2.2 Bakteri Penyebab Diare
Escherichia coli
Kerajaan : Phylogenetica
Kelas : gamma Proteobacteria
Ordo : Enterobacteriales
Famili : Enterobacteriaceae
Genus : Escherichia
Spesies : Escherichia coli
Bakteri E. coli merupakan bakteri gram negatif, pada umumnya
hiduppada tinja dan dapat menyebabkan gangguan kesehatan seperti
diare,muntaber, dan masalah pencernaan manusia (Atjung, 1990)
Shigella dysenteria
Diare akut disebabkan terinfeksi bakteri yaitu Shigella dysenteriae.
Infeksi shigella disebarkan oleh makanan, jari, tinja dan lalat dari orang ke
orang. Gejala yang ditimbulkan peradangan usus, terutama di usus besar,
yang dapat menyebabkan diare berat dengan lendir atau darah dalam tinja.
Shigella Sp. merupakan keluarga dari Enterobacteriaceae termasuk bakteri
patogen gram negatif berbentuk batang yang bersifat anaerob (Rahayu,
2016).
2.3 Kelapa (Cocos Nucifera)
Klasifikasi kelapa sebagai berikut (Arthur, 1981) :
Divisio : Magnoliophyta
Class : Liliopsida
Subclass : Arecidae
Ordo/ Bangsa : Areceales
Family/Suku : Arecaceae Gambar 1. Kelapa
Marga : Cocus (Cocus nucifera)
Jenis : Cocus nucifera L.
Berdasarkan skrening fitokimia ekstrak sabut kelapa memiliki kandungan
tanin, flavanoid dan senyawa polifenol lainnanya (Okon et al, 2012).
Senyawa tanin disebutkan mempunyai indikasi sebagai adstringen,
antiinflamasi, antimikroba, hemostatis, antioksidan, antidiare, antasida,
hipokolesteramik dan antirematik (Mill dan Bone, 2000).

2.4 Lozenges
Tablet hisap (lozenges) adalah sediaan padat yang mengandung satu atau
lebih bahan aktif, umumnya dengan bahan dasar beraroma manis dan melarut
dalam mulut. Tablet hisap memiliki keuntungan-keuntungan yang dimiliki
oleh sediaan tablet pada umumnya, antara lain proses produksi mudah,
praktis dalam hasil pengemasan, penyimpanan, dan transportasi, selain itu
juga adanya jaminan ketetapan dosis, pemakaiannya mudah, relatif lebih
stabil dibanding sediaan oral cair, secara fisik lebih stabil dibanding kapsul,
serta lebih aman dibanding sediaan parenteral. Keuntungan lain dari tablet
hisap yakni dapat mengatasi kekurangan yang dimiliki sediaan tablet pada
umumnya, seperti kesukaran menelan pada anak kecil dan orang-orang
tertentu, penggunaan tablet hisap lebih praktis karena tidak perlu ditelan,
cukup dihisap dalam mulut. Kriteria mutu fisik tablet hisap berbeda dengan
tablet biasa, perbedaan tersebut diantaranya adalah kekerasan yang lebih
tinggi (>10 kg) dan melarut perlahan dalam mulut (sekitar 5-10 menit)
(Utomo, 2009).
2.5 Uraian Bahan Tambahan
Tablet hisap biasanya terbuat dari gula yang telah direduksi dan tersusun
atas bahan-bahan pendukung, contohnya bahan pengisi yang berfungsi untuk
menjamin suatu sediaan tablet hisap mempunyai ukuran atau massa yang
dibutuhkan (misalnya laktosa, sukrosa dan manitol), bahan pengikat yang
berfungsi sebagai pengikat antar bahan sehingga terbentuk massa yang
berbentuk granula atau massa kempal (misalnya gum arab dan gelatin), bahan
pelicin yang berfungsi untuk mengurangi gesekan yang timbul antara
permukaan tablet dengan dinding die saat pencetakan tablet (misalnya
magnesium stearat), bahan pemanis berfungsi untuk menutupi rasa pahit
akibat bahan-bahan yang dicampurkan (misalnya sukrosa, manitol dan
stevia), bahan pemberi aroma yang berfungsi menutupi aroma khas dari
bahan-bahan yang dicampurkan (misalnya adalah essence mint atau menthol)
(Lachman et al. 1994).

BAB III METODE PENLITIAN


3.1 Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan selama lima bulan. Proses ekstraksi, formulasi,
dan pengujian lozenges dilakukan di Laboratorium Farmasi Fakultas Farmasi
Universitas Halu Oleo Kendari.
3.2 Desain Penelitian
Metodologi yang diuraikan di bawah ini meliputi pendekatan dan proses
urutan kerja dari rangkaian kegiatan penelitian yang akan dilakukan.

Preparasi Sampel

Ekstraksi

Ekstrak

Uji Anti Bakteri Uji In Vivo

Larutan Ekstrak Larutan Ekstrak Larutan Ekstrak


10% 20% 40%

Konsentrasi Optimum

Formulasi Lozenges

Evaluasi

Uji Stabilitas Uji Kelarutan Uji organoleptik

Bagan 1. Tahapan Penelitian

3.3 Metode Penelitian


a. Pengambilan Sampel
Sabut kelapa diperoleh dari pengelolah kopra di Kelurahan Punggaluku,
Kecamatan Laeya, Kabupaten Konawe Selatan, Provinsi Sulawesi Tenggara.
b. Preparasi Sampel
Sampel dicuci dengan air mengalir lalu sabut kelapa dibuat menjadi lebih
kecil, kemudian dikeringkan dan diblender hingga menjadi serbuk kasar.

c. Ekstraksi
Serbuk sabut kelapa dimaserasi dengan pelarut etanol 80%, saring,
ampasnya dimaserasi lagi hingga diperoleh maserat jernih, kemudian seluruh
maserat digabung menjadi satu lalu diuapkan sampai kental dengan bantuan
rotary evaporator pada suhu tidak lebih 40oC. Proses pengeringan dilanjutkan
menggunakan freeze dryer pada suhu -40oC selama lebih kurang 24 jam,
diperoleh eksral etanol kering sebanyak 15 g
d. Uji AntiBakteri
Uji sensitivitas dilakukan dengan metode difusi Kirby Bauer. Metode
memiliki beberapa langkah: Pertama batang kapas steril dicelupkan pada
seuspensi bakteri, kemudian dioleskan pada permukaan agar Muller Hinton.
Kedua, cakram yang telah dicelupkan ke infusa akar sagu dan cakram
kloramfenikol diletakkan pada agar Muller Hinton. Bahan ini kemudian
diinkubasi selama 19- 24 jam pada suhu 37C. Ketiga, zona radikal sekitar
cakram kemudian diukur (dalam mm).
e. Uji In Vivo
Tahapan penelitian in vivo yaitu mencit diadaptasi lingkungan selama 1
minggu. Mencit dipuasakan selama 60 menit sebelum penelitian, lalu
dikelompokkan menjadi 6 kelompok masing-masing 4 ekor mencit Semua
mencit di berikan Shigella dysenteriae dosis 108 cfu/ml secara oral sebanyak
0.4 ml/ekor mencit, kecuali kontrol negatif. 30 menit setelah pemberian
Shigella dysenteriae, masing-masing kelompok diberi perlakuan, yaitu
kelompok 1 diberikan akuades sebanyak 0.4 ml sebagai kontrol positif.
Kelompok 2 diberikan Shigella dysenteriae dosis 108 cfu/ml sebanyak 0.4 ml
sebagai kontrol positif. Kelompok 3 diberikan Shigella dysenteriae dosis 108
cfu/ml dan loperamid HCl 0.0102 mg/kg bb masing-masing sebanyak 0.4 ml
sebagai control obat. Kelompok 4, 5, dan 6 diberikan dosis 1, 2, dan 3 yaitu
10%, 20%, dan 40% dalam 0,5 mL setiap 20 mg berat badan mencit, semua
perlakuan diberikan secara oral.
f. Analisis data
Data yang diperoleh dianalisis statistik dengan menggunakan analisis
ragam (ANOVA) kemudian dilakukan uji BNT (Beda Nyata Terkecil) taraf
5% uji antidiare menggunakan one way Anova SPSS versi 17,0
g. Formulasi Lozenges
Tabel 1. Rancangan Formula
No Bahan Berat Fungsi
Konsentrasi
1. Ekstrak Sabut Kelapa Zat Aktif
Optimum
2. Acasia 0,2g Binder
3. Asam Stearat 0,12g Lubricant
4. Essence Strawberry q.s Pewarna
5. Eritrosin q.s Perasa
6. Casein q.s Agen Whipping
7. Sorbitol 0,12g Pengawet
8. Sukrosa Ad 4g Basis Permen

Cara Pembuatan:
Sukrosa dan acasia dilarutkan dalam air sambil proses pemanasan
sehingga terbentuk basis lozenges. Selanjutnya ekstrak sabut kelapa
dicampurkan kedalam basis hingga homegen, kemudian ditambahakan asam
stearat, essence strawberry, eritrison, casein, dan sorbitol. Setelah pecampuran
dilakukan penuangan kedalam cetakan sesuai bentuk dan ukuran. Terakhir
dilakukan pengemasa.
h. Evaluasi Lozenges
1) Uji Stabilitas
Uji stabilitas dilakukan dengan cara penyimpanan 1-2 bulan pada suhu
60oC (Moyeenul Huq et al., 2011).
2) Kecepatan Larut di Mulut
Pengukuran kecepatan larut di mulut dilakukan untuk mengetahui jumlah
bahan permen tablet yang melarut tiap satuan waktu sampai permen tablet
tersebut habis melarut dimulut. Sebelum dilakukan pengukuran, tablet
ditimbang dulu kemudian diukur waktu yang diperlukan sebuah tablet
sampai habis melarut di mulut (Rosadi, 2007).
3) Organoleptik
Uji organoleptik yang akan dilakukan adalah uji hedonik dan uji
pemeringkatan (rating). Uji pemeringkatan dilakukan untuk memperoleh
data tentang posisi pasar produk soft candy dari ekstrak akar pakis
dibandingkan dengan produk lain sejenis di pasar. Uji hedonik dilakukan
untuk memperoleh data tentang tingkat kesukaan produk soft candy dari
ekstrak akar pakis dibandingkan dengan produk lain sejenis di pasar
(Zamrudi, 2008).
BAB IV BIAYA DAN JADWAL KEGIATAN
4.1.Anggaran Biaya
Adapun rancangan biaya penelitian selama 5 (lima) bulan kerja adalah
sebagai berikut :
Tabel 2. Anggaran Biaya
No. Jenis Pengeluaran Jumlah (Rp)
1. Peralatan Penunjang (terlampir) 4.095,126,-
2. Bahan Habis Pakai (terlampir) 2.202,800,-
3. Biaya Perjalanan (terlampir) 2.250.000,-
4. Biaya Pengeluaran lain-lain (terlampir) 2.820.000,-
Total 11.331.926,-

4.2 Jadwal Kegiatan


Jadwal Kegiatan Pelaksanaan adalah sebagai berikut :
Tabel 3. Jadwal Kegiatan Penelitian
Bulan ke-
No Jenis kegiatan
I II III IV V
1. Pengambilan dan
preparasi sampel
2. Penyiapan alat/bahan
3. Pembuatan ekstrak
4. Uji antibakteri
5. Formulasi lozenges
6. Uji In Vivo
7. Evaluasi
8. Pembuatan laporan
DAFTAR PUSTAKA

Atjung. 1990. Tanaman Obat dan Minuman Segar. Yasaguna. Jakarta.

Balai Penelitian dan Pengembangan Kesehatan.. 2007. Riset Kesehatan Dasar


(RISKESDAS) 2007. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. Jakarta.

Chabib, L., Asih T., Rischi D. I., 2010. Formulasi Tablet Hisap Ekstrak Gambir
(Uncaria gambir (Hunter) Roxb.) Dengan Variasi Bahan Pengikat Gom
Arab (Gummi acaciae). Majalah Obat Tradisional, Vol 15(2).

Cronquist, A. 1982. An Integrated System Of Classification Of Flowering Plants.


Columbia University Press. Columbia.

Dalimunthe, A. dan Marline N. 2006. Pengujian Ekstrak Etanol Sabut Kelapa


(Cocos nucifera Linn) Terhadap Bakteri Escherichia Coli
dan Shigella Dysenteriae. Jurnal Komunikasi Penelitian, Vol 18 (3).

Jawetz, E., Melnick, J. L. dan Adelberg, E. A. 1982. Mikrobiologi untuk Profesi


Kesehatan. Alih bahasa: Bonang, G. Edisi keempat. EGC Penerbit Buku
Kedokteran. Jakarta.

Kusuma, E. A., Roslaili R., Endrinaldi. 2015. Identifikasi Bakteri Coliform pada
Air Kobokan di Rumah Makan Kelurahan Andalas Kecamatan Padang
Timur. Jurnal Kesehatan Andalas. Vol 4 (3).

Lachman L, Lieberman HA, Kanig JL. 1994. Teori dan Praktek Farmasi Industri
II. Jakarta: UI Press.

Marline, N. 2004. Pemeriksaan Senyawa Kimia Sabut Kelapa (Cocos nucifera


Linn) dan Uji Efek Antidiare terhadap Tikus Putih Secara In Vivo. Media
Farmasi An Indonesian Pharmaceutical Journal, Vol 13(1).

Mill, S. and Bone, K. 2000, Principles and Practice of Phytotherapy. Modren


Herbal Medicine. Churchill Livingstone. Toronto.

Moyeenul Huq et al., 2011. Journal of Chemical and Pharmaceutical Research.


3(1): 14-23.

Okon, O et al., 2012. Characterization And Phytochemical Screening Of Coconut


(Cocos nucifera L.) Coir Dust As A Low Cost Adsorbent For Waste
Water Treatment. Elixir Appl. Chem. 47 8961-8968.

Palungkun, R., 2003, Aneka Produk Olahan Kelapa, Cetakan ke Sembilan,


Penebar Swadaya, Jakarta.
Rahayu, S., 2016 . Pengaruh Konsentrasi Ekstrak Etanol Buah Pare (Momordica
charantia L) Terhadap Pertumbuhan Bakteri Shigella dysenteriae Secara
In Vitro. Jurnal Ilmiah Ibnu Sina, Vol 1(2).

Siregar, C.J.P. dan Wikarsa, S. 2008. Teknologi Farmasi Sediaan Tablet Dasar -
Dasar Praktis. Penerbit Buku EGC. Jakarta.

Utomo, M. T., Adhita S. P., 2009. Formulasi Pembuatan Tablet Hisap Berbahan
Dasar Mikroalga Spirulina platensis Sebagai Sumber Antioksidan Alami.
J. Sains MIPA. Vol. 15 (3), ISSN 1978-1873.

Anda mungkin juga menyukai