Anda di halaman 1dari 29

PENDAHULUAN

A. TUJUAN
Sebagai pedoman dalam pengolahan air limbah pada Industri Plastik PT. Hokkan
Deltapack Mojokerto dengan sistem biologis (mikro organisme) meliputi
commisioning, operasional dan pemeliharaan

B. RUANG LINGKUP
Ruang lingkup pada pedoman ini adalah:
1. Tinjauan singkat CV. Anugerah Medika Sehat
Memberikan gambaran singkat mengenai unit-unit proses pengolahan air
limbah.
2. Standar Operasional Prosedur (SOP) untuk proses
Memberikan panduan bagi operator untuk operasional STP CV.
Anugerah Medika Sehat khususnya dari segi proses.
3. Troubleshooting
Memberikan gambaran bagi operator mengenai masalah yang mungkin
timbul dan bagaimana penyelesaiannya khususnya berkaitan dengan proses.
4. Kesehatan dan Keselamatan kerja
Memberikan gambaran secara umum mengenai kecelakaan dan penyakit
yang mungkin timbul saat operasional STP CV. Anugerah Medika Sehat dan
bagaimana cara identifikasi bahaya serta pencegahannya.
5. Instruksi kerja
Memberikan gambaran langkah-langkah kerja/instruksi kerja bagi
operator untukoperasional STP CV. Anugerah Medika Sehat.
6. Tanggap Darurat STP
Memberikan gambaran langkah-langkah yang harus dilakukan dalam
kondisi Darurat di wilayah kerja CV. Anugerah Medika Sehat.
STANDARD OPERATIONAL PROCEDURE (SOP)
SISTEM KERJA
SEWAGE TREATMENT PLANT SYSTEM

A. Prinsip Kerja
Pada kondisi normal Sewage Treatment Plant 3 MPD di CV. Anugerah
Medika Sehat dapatdilihat pada gambar bagan alir dibawah ini.

INLET AIR LIMBAH

Bak Equalisasi

Bak Pengendap Awal

Bak Anaerob

Proses Biologi
Nutrisi/bakteri Aerobic
Bak Aerob

Bak Aerasi
Bak Pengendap Akhir

Chlorin Bak Chlorin

Sand Filter UV

Clear Water Tank

Siram Tanaman

Gambar. Diagram Alir Proses Instalasi Pengolahan Air Limbah


CV. Anugerah Medika Sehat
B. Proses Operasional IPAL
1. Bak Equalisasi
Bak equalisasi menggunakan buis beton yang berfungsi untuk menampung
air limbah dari sumber limbah menuju STP FRP IPAL dengan menyamakan
semua kandungan limbah seperti pH, suhu, kandungan organik dan anorganik
menjadi homogen. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam perawatan pada
bak equalisasi adalah menguras endapan padatan dari akumulasi limbah jika
terdapat endapan, mengontrol bak jangan sampai terjadi kebocoran, dan
memastikan pompa dalam bak equalisasi bekerja secara optimal.
 Dimensi Unit Proses
Jumlah : 1 Unit
Material : Buis Beton
Diameter : 1,00 m
Dalam : 1,50 m
Volume : 1,18 m3
 Equipment
Pompa Equalisasi
Jumlah : 1 Unit
Type : Submersible
Cap : Shimizu / setara
Kapasitas : 200 lpm
Material : Cast Iron
Head :8m
Motor : 0.37 kw/1 ph/220V
Operation : 1 Duty 1 Stand

2. Bak Penampung Awal atau Filtrasi


Bak penampung awal terdapat pada ruang pertama STP FRP IPAL yang
memiliki fungsi untuk menampung semua hasil limbah cair yang dihasilkan dari
kegiatan industri. Bak penampungan berfungsi juga sebagai pengendapan awal,
untuk mengendapkan partikel lumpur, pasir dan kotoran lainnya dengan disertai
media filter berupa filtermat untuk menyaring kotoran yang terbawa dari bak
equalisasi.
 Dimensi Unit Proses
Jumlah : 1 Unit
Material : Fiberglass (FRP)
Diameter : 1,10 m
Lebar : 0,60 m
Dalam : 1,10 m
Volume : 0,57 m3

3. Bak Anaerob
Pengolahan biologi secara anaerob bertujuan untuk mereduksi
kandungan senyawa organik dalam air limbah dengan menggunakan bakteri
anaerob yaitu bakteri yang tidak memerlukan oksigen untuk proses
metabolismenya. Pada tangki anaerobik yang honey comb sebagai media
tempat hidup mikroba maka mikroba sanggup mereduksi kandungan
Metylene Blue Active Surfactan (MBAS), hal ini terjadi karena proses
anaerobik merupakan proses biologi yang memanfaatkan aktivitas
mikroorganisme yang dapat tumbuh dan berkembang baik dalam lingkungan
dimana tidak terdapat molekul oksigen. Kolam Anaerobic cocok untuk
mengolah air limbah yang mengandung COD > 2500 mg/l dan rasio
BOD/COD <0,3.
 Dimensi Unit Proses
Jumlah : 1 Unit
Material : Fiberglass (FRP)
Diameter : 1,10 m
Lebar : 0,73 m
Dalam : 1,10 m
Volume : 0,69 m3

4. Bak Aerob
Pada bak aerob menggunakan bakteri aerob yang digunakan untuk
membantu mendegadrasi bahan-bahan organik pada air limbah. Bakteri aerob
dalam metabolisme membutuhkan oksigen. Untuk menghasilkan oksigen dalam
air bisa menggunakan bantuan aerator dengan pendistribusian yang bisa di atur.
Dalam metabolisme bakteri aerob membutuhkan oksigen yang terlarut dalam air
atau Disolved Oxygen (DO). DO minimal untuk tumbuh kembang bakteri
membutuhkan 2 mg/l, tetapi untuk proses nitrifikasi membutuhkan DO lebih
tinggi sebesar 4 mg/l.

Parameter yang perlu dilakukan dalam bak aeraob adalah:


 Beban Organik (Organic Loading)
Beban organik didefinisikan sebagai jumlah senyawa organik di dalam air
limbah yang dihilangkan atau didegradasi di dalam aerasi per unit volume
per hari. Beban organik yang sangat tinggi dapat berpengaruh terhadap
pertumbuhan mikroorganisme, dan pada konsentrasi tertentu dapat
mengakibatkan kematian mikroorganisme.
 Temperatur
Jenis mikroorganisme yang sesuai dengan kondisi temperatur akan menjadi
dominan dalam sistem. Temperatur dalam pengolahan air buangan secara
aerob bukan merupakan faktor yang dikondisikan karena temperatur sangat
dipengaruhi oleh iklim yang ada.
 Keasaman Air (pH)
Setiap jenis bakteri membutuhkan pH tertentu untuk dapat tumbuh dengan
baik. Pada umumnya semua bakteri mempunyai kondisi pertumbuhan antara
4–9,5 dengan pH optimum 6,5 – 7,5. Bakteri akan tumbuh dengan baik pada
kondisi sedikit basa yaitu berkisar antara 7–8.
 Kebutuhan Oksigen (DO)
Oksigen terlarut dalam bak aerasi harus dijaga antara 2 – 4 mg/l. Oksigen
berperan dalam proses oksidasi, sintesa dan respirasi dari sel.
 Dimensi Unit Proses
Jumlah : 1 Unit
Material : Fiberglass (FRP)
Diameter : 1,10 m
Lebar : 0,73 m
Dalam : 1,10 m
Volume : 0,69 m3

5. Bak Pengendap Akhir


Bakteri yang ada di bak aerasi kemungkinan dapat terlepas dan dapat
menyebabkan air olahan menjadi keruh. Untuk mengatasi hal tersebut air
limpasan/keluaran dari bak aerasi dialirkan menuju bak pengendap akhir.
Tujuan dari bak pengendapan akhir adalah untuk mengendapkan dan
menghalangi bakteri supaya bakteri tidak ikut terbuang ke lingkungan. Pada bak
pengendapan akhir ini dilengkapi dengan pompa yang bertujuan untuk
mengembalikan bakteri menuju bak aerasi atau disebut dengan Return Activated
Sludge (RAS) pump. Dengan adanya pompa RAS kita dapat mengontrol tumbuh
kembang bakteri. Pada bak pengendapan akhir juga dilengkapi dengan filter mat
yang disusun sedemikian rupa supaya air effluent benar benar bersih dan jernih.
 Dimensi Unit Proses
Jumlah : 1 Unit
Material : Fiberglass (FRP)
Diameter : 1,10 m
Lebar : 0,60 m
Dalam : 1,10 m
Volume : 0,57 m3
 Equipment :
Pompa RAS
Jumlah : 1 Unit
Type : Submersible
Kapasitas : 100 lpm
Material : Cast Iron
Head :4m
Power : 1,4 A/1ph/220V
Brand : Waser

6. Sand Filter
Air dari bak pengendap akhir dialirkan ke unit Sand Filter dimana tekanan air
yang dialirkan bertekanan maksimal 3,5 Bar.
 Spesifikasi Aerfresh Sand Filter:
Type : Aerfresh 30 - SF
Kapasitas : 10-12 m3/jam
Dimensi : Ø 760 x 1200 mm
Material : Mild Steel
Piping Koneksi : 1-1/2 inch in/out
Media : Silica Sand
Sistem Operasi : Manual Backwash

Pada proses filtrasi membutuhkan pressure kerja filter hanya sebesar 4 Bar
maksimum, untuk memperkecil tekanan/ mengurangi tekanan sebelum menuju ke
proses filtrasi diwajibkan memasang valve PRV (Pressure Reducing Valve) bila
tekanan air yang masuk terlalu besar. Setelah dari filter, dengan tambahan UV, air
hasil olahan dialirkan kembali ke wastafel.

7. Bak Chlorin.
Bak chlorin berfungsi sebagai tangki untuk menjernihkan air hasil olahan
limbah menjadi lebih jernih dengan bantuan klor. Desinfektan tank merupakan
bagian dari unit desinfeksi, dimana unit ini untuk memastikan air limbah
sebelum dibuang ke lingkungan parameter bakteri coli bisa memenuhi
standar yang ditetapkan.
 Dimensi Unit Proses
Jumlah : 1 Unit
Material : Pas. Bata
Panjang : 0,75 m
Lebar : 0,50 m
Dalam : 0,50 m
Volume : 0,19 m3

 Equipment :
Pompa Dosing
Jumlah : 1 Unit
Brand : Seko or Equal
Kapasitas : 0.9 liter/jam
Pressure : 10 bar
Motor : 16 W/230 Vac/1 ph/50 Hz

8. Bak Clear Water


Bak clear water adalah bak tempat pengambilan sample effluent setelah
pengolahan limbah. Diharapkan air effluent yang ada di bak sample sudah
memenuhi standard baku mutu yang ditetapkan Pergub setempat.
 Dimensi Unit Proses
Jumlah : 1 Unit
Material : Pas. Bata
Panjang : 0,75 m
Lebar : 0,50 m
Dalam : 0,50 m
Volume : 0,19 m3
STANDARD OPERATIONAL PROCEDURE (SOP)
PEMELIHARAAN
SEWAGE TREATMENT PLANT SYSTEM

A. Persiapan awal
1. Periksa panel listrik dan pastikan tersedia supply arus listrik.
2. Pastikan kondisi IPAL bersih dari kotoran, daun-daun, plastik dll
3. Pastikan filter dan pompa listrik sudah terpasang dengan benar
4. Pemeriksaan bukaan kran atau valve dimasing masing jalur perpipaan.

B. Operasi Start-Up
1. Bak Equalisasi
a. Pastikan pompa celup terpasang dengan benar dan level sensor
otomatis sudah diatur.
b. Pastikan pompa dalam posisi ON di Panel
c. Pastikan kran yang menuju STP FRP IPAL sudah terbuka jika ada.

2. Bak Penampung Awal atau Filtrasi


a. Pastikan air inlet lancar masuk ke bak
b. Pastikan tidak ada kotoran atau lumpur
c. Pastikan media filtermat terpasang dengan benar

3. Bak Anaerob
a. Isi bakteri starter ke dalam bak anaerob
b. Pastikan bak dalam kondisi tertutup, kedap udara

4. Bak Aerob
a. Pastikan Aerator telah terpasang di bak aerasi
b. Isi bakteri starter ke dalam bak aerasi.

5. Bak Pengendapan Akhir


a. Pastikan pompa RAS terpasang dengan benar beserta jalur perpipaan.
b. Pastikan filtermat terpasang dengan benar.

6. Bak Chlorin
a. Pastikan kran atau valve menuju bak chlorim telah terbuka
b. Isi bak chlorin dengan chlorin
7. Bak Clear Water
a. Pastikan pipa dari bak fish pond menuju bak clear water tidak tersumbat
b. Pastikan kebersihan dari bak clear water

C. Monitoring Proses
a. (minimal 2 kali sehari) Guna memonitoring kondisi proses diperlukan
pengecekan beberapa parameter kontrol yang harus dilakukan secara
berkala.
 Equalization Tank dengan parameter uji:
 pH
 TSS
 Warna Visual
 Aerob Tank dengan parameter uji:
 pH
 DO
 Warna Visual

b. Analisa Rutin Bulanan


 Titik sampling
 Equalization Tank
 Effluent Tank
 Parameter uji sesuai dengan peraturan yang berlaku

D. Pemeliharaan Bangunan Unit Proses


FRP unit proses harus dibersihkan secara berkala untuk menjaga
kebersihan dan ketahanan unit proses. Hal-hal yang perlu di lakukan adalah
 Pembersihan kotoran/sampah di bak screening/filtrasi awal (rutin tiap 1
minggu sekali).
 Pembersihan kotoran pada dinding bak
 Pembersihan rumput-rumput pada lokasi kerja
 Pengecatan pada benda-benda logam, minimal 1 tahun sekali
 Penataan dan pembersihan area kerja

E. Pemeliharaan Equipment
Equipment yang dioperasikan memerlukan perawatan khusus agar dapat
beroperasional dengan baik dan terhindar dari kerusakan.
 Pompa Proses & Pompa Lumpur
 Pengecekan debit secara berkala (per hari) secara visual, jika tidak
sesuai check debit dengan pengukuran.
 Pembersihan saringan dan impeller pompa secara berkala (minimal
1 minggu sekali)
 Pengecekan tegangan, amper (minimal 1 hari sekali).
 Pengecekan kondisi mur-baut, pegangan pompa/pipa secara berkala
(minimal 1 minggu sekali)
 Pengecekan tahanan lilitan dan isolasi kabel (minimal 1 bulan sekali).
 Pengecekan impeller pompa, house pump dan kondisi valve secara
berkala (minimal 1 tahun sekali)
 Overhaule ( 1 tahun)

 Dosing Pump
 Pengecekan panas motor, getaran motor, suara putaran motor, ampere
meter dan kipas motor.
 Check debit secara berkala
 Pengecekan tegangan, amper, tahanan lilitan dan isolasi.
 Pengecekan kondisi mur-baut, getaran dan connector grounding
secaraberkala
 Bersihkan non Return Valve secara berkala
 Check Diapram
 Pembersihan ceceran air di sekitar equipment

 Honeycomb / Sarang Tawon


 Pengecekan kondisi Sarang Tawon, terutama lumpur yang
menempel (minimal 1 minggu sekali)
 Pembersihan Sarang Tawon dengan menurunkan level air dan
menyemprot media sarang tawon sehingga bersih dari sumbatan
lumpur ( 1-2 bulan sekali, tergantung kondisi lumpur).

 Panel Room
 Pembersihan ruangan dari segala macam kotoran dan benda (1 hari
sekali).
 Pengecekan kondisi name plate secara berkala (1 bulan sekali)
 Pergantian komponen harus spesifikasinya sama/sesuai (jika
diperlukan)
 Pengecekan kondisi kabel, terminal/TOR, kontaktor, NCB (NFB) &
Connecting antar kabel secara berkala ( minimal 1 bulan sekali)

F. Petunjuk Umum
1. Baca seluruh petunjuk pengoperasian dan pemeliharaan dengan baik.
2. Ikuti petunjuk yang tercantum dalam manual untuk setiap pekerjaan.
3. Jika terjadi masalah di lapangan seperti kelistrikan, perpiaan dll bisa
dikonsultasikan dengan kami.
4. Untuk menjaga kontinyuitas operasional equipment hendaknya tersedia
spare part masing- masing equipment yang sesuai dengan spesifikasinya.

TROUBLESHOOTING
SEWAGE TREATMENT PLANT SYSTEM

A. Troubleshooting
Dalam operasional Instalasi pengolahan air limbah tidak dapat dihindari
kejadian-kejadian incidental yang mengganggu proses pengolahan baik dari segi
proses dan equipment pendukung. Untuk troubleshooting equipment akan dibahas
bagaimana penanganannya agar proses tetap berjalan:
 Proses
a. Filamentous
Filamentous ditandai dengan pertumbuhan bakteri filamen yang
menutup permukaan air dan sangat mengganggu proses.
- Ciri-ciri :
 Terdapat gumpalan lumpur naik
 Terdapat lapisan filament pada permukaan air
 Biasa terjadi pada saat MLSS tinggi
- Penyebab :
 kekurangan nutrisi,
 kekurangan oksigen
 kekurangan flavours.
- Penanganan :
 Perlu evaluasi pada proses Biologi
 Penambahan khlorin dengan dosis disesuaikan
 Wasting

b. pH<6
Pada kondisi pH < 6 proses biologi tidak dapat berjalan optimal dan
dapat berakibat bakteri yang berkembang tidak sesuai dengan yang kita
harapkan (bakteri pathogen)
- Ciri-ciri :
 pH<6
 perkembangan bakteri lambat (SV30 rendah)
- Penyebab :
 Inlet pH rendah
 Recovery proses gagal
- Penanganannya:
 Perlu penambahan Coustic Soda di proses aerasi (hati-hati
sedikit demi sedikit,check pH sampai 7-8)
 Check pH inlet, jika perlu ditambahkan Coustic pada Clarifier I
(pH 7-8)

c. pH>9 di effluent

Pada proses aerasi akan terjadi pelepasan OH- sehingga akan


berpengaruh terhadap nilai pH. Jika terjadi demikian perlu setting pH di
Clarifier I diturunkan lagi pH-nya.
- Ciri-ciri :
 pH>9
 perkembangan bakteri lambat (SV30 rendah)
- Penyebab :
 penambahan penambahan coustic berlebih
- Penanganannya:
 Check pH perlu penambahan asam sulfat di proses aerasi (hati-
hati sedikit demisedikit, check pH sampai 7-8)
 jika perlu ditambahkan air bersih untuk menurunkan pH

d. SV30 < 30%


SV30 rendah berarti perkembangan bakteri atau jumlah bakteri rendah
shingga akan berpengaruh terhadap efektifitas pengolahan dan effluent air
limbah.
- Ciri-ciri :
 Secara visual activated sludge berwarna coklat muda cenderung
bening
 SV30 rendah <30%
- Penyebab :
 pH terlalu rendah atau tinggi
 DO terlalu tinggi (terjadi sludge digester)
 Kurang meratanya proses mixing
 Bakteri tidak dapat berkembang
- Penanganan selanjutnya:
 Check Operasional Blower, DO>4ppm dapat dikurangi atau
diatur valve-nya.
 Check kondisi bakteri secara mikroskopis, jika tidak
terdeteksi adanya bakteri maka diperlukan seeding
ulang
 Penambahan innokulan 4-5 kg/hari selama 5 hari

e. Rising Sludge
Rising sludge ditandai dengan lumpur mengapung di permukaan air di
Aerobic Tank dan Clarifier

- Ciri-ciri:
 Lumpur mengapung dipermukaan air dalam bentuk lempengan
- Penyebab :
 Terjadinya proses denitrifikasi dimana nitrit dan nitrat dirubah
menjadi gas nitrogen. Gas nitrogen terbentuk pada lapisan
lumpur dan terperangkap dalam massa lumpur sehingga padatan
lumpur akan mengapung.
 Terjadi shock load
 DO terlalu rendah (DO<0.3ppm)
- Penanganannya:
 Check DO, jika teralau rendah perlu disetting ulang level DO
meter
 Meningkatkan return actived sludge
 Meningkatkan sludge wasting rate

f. DO< 0.5 ppm


- Penyebab
 pH terlalu rendah
 terjadi shock loading
- Penanganannya
 Dilakukan pengecheckan proses (pH, SV30, Check Bakteri,
COD, debit limbahmasuk 5 hari terakhir)
 Penyesuaian dosis pHi atau penghentian jika terlalu tinggi
 Penambahan Fresh water
 Penghentian inlet limbah sampai DO normal

g. DO>4 ppm
- Penyebab
 pH terlalu tinggi
 terjadi bakteri mati/sludge digester
 Blower berlebih
- Penanganannya
 Dilakukan pengecheckan proses (pH, SV30, Check Bakteri,
COD, debit limbahmasuk 5 hari terakhir)
 Penyesuaian dosis pHi atau penghentian jika terlalu tinggi
 Penambahan Fresh water
 Pengaturan Debit Blower/pengurangan Blower

 Equipment
a. Pompa kondisi OFF
1. Motor pompa mati (OFF)
- Penyebab
 Power failure
 Over load/trip
 Motor terbakar
 Contactor rusak
 Fuse Putus
 Terjadi arus pendek
- Penanganannya:
 Check supply listrik, jika listrik normal check yang lain
 Check overload trip atau tidak, jika trip segera direset di TOR
 Check level air untuk masing-masing bak, lihat level minimum
pompa OFF (jikaautomatic).
 Check Fuse, jika putus segera diganti
 Jika semua langkah tadi sudah dilakukan tetapi pompa masih mati
segera hubungi operator mechanical-elektrikal untuk
pengecheckan lebih lanjut dan perbaikan.

2. Air tidak mengalir/ngempos (motor berputar).


- Penyebab
 Valve pipa section/discharge tertutup
 Motor bekerja berat
 Terjadi penyumbatan pada saringan/impeller
 Bearing kurang grease/Oli
 Glandpacking/seal bocor
 Footvalve bocor.
- Penanganannya:
 Check kondisi valve-valve, jika tertutup valve segera dibuka
 Check Amper dan rpm, jika amper terlalu tinggi dan rpm terlalu
lambat maka perlu dilakukan pengurangan beban pompa dengan
mengecilkan aliran valve di pipa section.
 Check footvalve atau impeller pompa, jika terjadi penyumbatan
segera bersihkan.
 Check footvalve, jika bocor maka harus dibersihkan. Untuk
operasional kembalidiperlukan pengisian air di pipa section.
 Check kebocoran pada gland packing, jika bocor kencangkan
baut gland packingatau ganti gland packing dengan yang baru
 Jika semua langkah tadi sudah dilakukan tetapi pompa masih mati
segera hubungi operator mechanical-elektrikal untuk
pengecheckan lebih lanjut dan perbaikan.
b. Dosing Pump
1. Motor Pompa Mati (OFF)
- Penyebab
 Power failure
 Over load/trip
 Motor terbakar
 Contactor rusak
 Fuse Putus
 Terjadi arus pendek
- Penanganannya:
 Check supply listrik, jika listrik normal check yang lain
 Check overload trip atau tidak, jika trip segera direset di TOR
 Check Fuse, jika putus segera diganti
 Jika semua langkah tadi sudah dilakukan tetapi pompa masih mati
segera hubungi operator mechanical-elektrikal untuk
pengecheckan lebih lanjut dan perbaikan.

2. Chemical tidak mengalir/ngempos (motor berputar).


- Penyebab
 Valve pipa section/discharge tertutup
 Motor bekerja berat
 Terjadi penyumbatan
 Membran tidak berfungsi
 Packing/seal bocor
- Penanganannya:
 Check kondisi valve-valve, jika tertutup valve segera dibuka
 Check Amper dan rpm, jika amper terlalu tinggi dan rpm terlalu
lambat maka perlu dilakukan pengurangan beban pompa dengan
mengecilkan aliran valve di pipa section.
 Check pipa outlet/inlet, jika terjadi penyumbatan segera
bersihkan.
 Jika membrane rusak segera diganti dengan yang baru.
 Jika semua langkah tadi sudah dilakukan tetapi pompa masih mati
segera hubungi operator mechanical-elektrikal untuk
pengecheckan lebih lanjut dan perbaikan.
c. Emergency Condition
1. Pompa Equalisasi Rusak/Mati
- Harus segera dilakukan perbaikan atau penggantian terhadap
kerusakan
- Penggantian dengan Pompa Submersible dan Equipment
pendukungnya
- Melakukan substitusi/pertukaran dengan pompa yang lain

2. Pompa Ras Rusak/Mati


- Harus segera dilakukan perbaikan atau penggantian terhadap
kerusakan
- Penggantian dengan Pompa Submersible dan Equipment
pendukungnya
- Melakukan substitusi/pertukaran dengan pompa yang lain

3. Pompa Filter Rusak/Mati


- Harus segera dilakukan perbaikan atau penggantian terhadap
kerusakan
- Penggantian dengan Pompa Submersible dan Equipment
pendukungnya
- Melakukan substitusi/pertukaran dengan pompa yang lain

4. Pompa Efflunt Rusak/Mati


- Harus segera dilakukan perbaikan atau penggantian terhadap
kerusakan
- Penggantian dengan Pompa Submersible dan Equipment
pendukungnya
- Melakukan substitusi/pertukaran dengan pompa yang lain

5. Pompa Dosing Mati


- Segera melakukan perbaikan atau penggantian
- Melakukan substitusi/pertukaran dengan Dosing Pump pHi, pHi
dapat dialirkan secara gravitasi, namun pengaturan harus dikontrol
secara ketat.
d. Rekomendasi
Untuk mengantisipasi kondisi yang tidak diharapkan atau terganggunya
operasional akibatkerusakan unit equipment pendukung maka:
1. Perlu disediakan sparepart masing-masing equipment yang sering
mengalami kerusakan
2. Perlu disediakan pompa Submersible dan equipment pendukung
sebagai pengganti jikaterjadi kerusakan pada pompa
3. Menyediakan pH paper untuk crosscheck dan cadangan saat pH control
mati/rusak
4. Menyediakan Flexible House/selang 2 inch untuk kondisi emergensi.
KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA (K3)

SEWAGE TREATMENT PLANT SYSTEM

A. Kesehatan & Keselamatan Kerja


1.1 Sumber-sumber Bahaya
Kecelakaan kerja atau penyakit yang diakibatkan hubungan kerja pasti tidak
diinginkan oleh siapapun karena akan menganggu proses kerja atau proses
produksi serta mengganggu lingkungan. Pada umumnya kecelakaan kerja
didahului oleh rangkaian beberapa peristiwa yang saling berhubungan dan
merupakan sebab akibat. Sehingga kecelakaan kerja dapat dicegah atau
diminimalkan dengan menganalisa hubungan sebab akibat tersebut (analisa
resiko dan pencegahannya).
Aktivitas kerja di wilayah STP Grand Dharmahusada Lagoon
mempunyai resiko terhadap kecelakaan kerja dan penyakit yang berhubungan
dengan kerja.
- Sumber-sumber bahaya dan identifikasinya
a. Peralatan kerja (bagian yang berputar, bergerak dan menanggung
beban)
 Kesalahan pemasangan
 Kesalahan pemakaian
 Kesalahan perawatan
 Tidak pernah diperiksa dan diuji (tidak layak pakai)
b. Daerah lingkungan kerja tidak aman
c. Tenaga kerja yang melakukan kegiatan antara lain meliputi cara, sifat
pekerjaan

- Secara umum bahaya kecelakaan kerja yang dapat terjadi adalah


a. Terjatuh
b. Terpeleset/tergelencir
c. Terantuk /terbentur
d. Terjatuh ke air/tenggelam
e. Terjepit
f. Terkena alat/benda tajam
g. Tersengat listrik
h. Kebakaran
- Sedangkan penyakit yang diakibatkan kerja adalah
a. Berkurangnya pendengaran (bising dari pompa)
b. Gatal-gatal (terkena Chemical)
c. Kulit pecah-pecah (terkena chemical)

- Untuk menjaga kesehatan dan keselamatan, selama di lokasi


diharuskan memakai APD:
a. Helm Safety
b. Sepatu Safety
c. Sarung Tangan Karet
d. Kacamata Safety
e. Masker
f. Rompi Safety
g. Safety Harness (untuk tempat diatas 1.8m)

1.2 Upaya pengendalian


- Umum
a. Pemberian papan pengumuman/peringatan atau rambu-rambu
b. Sebelum memulai pekerjaan dilakukan analisa resiko (JSA)
c. Pengoperasian STP sesuai dengan SOP
d. Obyek pengawasan yang berupa pesawat, mesin, alat, instalasi
harus memenuhisyarat-syarat sebagai berikut:
• Konstruksi harus kuat
• Alat pengaman/safety device terpasang dan berfungsi dengan baik
• Alat perlindungan mesin harus memenuhi syarat dan
terpasang pada bagian-bagian yang berbahaya.
• Alat perkakas tangan harus digunakan sesuai dengan fungsinya
• Harus layak pakai/disahkan oleh pihak safety
• Harus dilakukan pemeriksaan dan pengujian sesuai
dengan standart yangberlaku
• Harus dilakukan perawatan dengan baik
• Harus dioperasikan sesuai dengan petunjuk dari gedung
pembuat dan olehorang yang berwenang.
e. Tenaga kerja yang bekerja harus memenuhi syarat antara lain:
• Harus memiliki pengetahuan, ketrampilan dan perilaku yang baik
• Minimal 2 orang untuk operasional STP
• Memiliki ijin untuk mengoperasikan peralatan yang beroperasi
• Harus sehat fisik dan mental
• Mentaati prosedur kerja
• Memakai alat perlindungan diri (APD) yang
diwajibkan di lokasi STP atausesuai dengan jenis
pekerjaan.
f. Lingkungan kerja harus aman antara lain:
• Lay out mesin harus sesuai dengan proses dan memenuhi syarat
• Ventilasi dan penerangan harus memenuhi syarat
• Pemeriksaan rumah tangga harus dilakukan dengan baik
• Lantai kerja harus cukup kuat, bersih, dan tidak licin.

- Khusus
a. Safety maintenance
 Pastikan breaker untuk alat yang akan di maintenance pada posisi
OFF
 Pemasangan log pada tombol panel yang sedang diperbaiki
dilengkapi dengan kontak person yang berwenang pada log
tersebut.
 Penguncian Panel Room selama perbaikan (kunci dibawa orang yang
bertanggung jawab)
 Pastikan tidak ada aliran listrik pada kabel output
 Pastikan lokasi/bak dalam kondisi kering.
 Pemakaian APD yang sesuai

b. Panel Room
 Pemakaian APD yang sesuai (sarung tangan karet untuk
menghindaritersengat listrik, sepatu safety, kacamata safety)
 Dilarang menempatkan barang-barang mudah terbakar atau meledak
di Panel Room
 Dilarang menempatkan barang-barang logam penghantar listrik
 Dilarang menempatkan air dalam kemasan apapun
 Pemasangan log pada tombol panel
 Pastikan tidak ada kabel yang terkelupas dan tertutup rapat pada
kabel atausambungan kabel

c. Pengurasan Bak/pekerjaan dalam bak


 Pastikan bak dalam keadaan kering (terutama saat memanfaatkan
energylistrik)
 Pemakaian APD yang sesuai (sepatu safety boot, pemakaian safety
harness)

d. Pekerjaan penambahan innokulan/nutrisi/kapur


 Pelarutan kapur sebelum di tambahkan
 Pemakaian APD yang sesuai (masker, sarung tangan karet,
kacamata safety)
WORK INSTRUCTION (WI)
SEWAGE TREATMENT PLANT SYSTEM

A. Work Instruction (WI)


1.1 Inspeksi Sebelum Penggunaan
a) Pastikan pemasangan unit STP tidak terbalik. Jika hal ini terjadi
operasional unitSTP tidak dapat berfungsi.
b) Pastikan semua ruangan sudah terisi air dan tidak ada kebocoran pada
unit STP.
c) Pastikan Machinery (Blower, Control Panel & Pompa), Piping dan Wiring
sudah ter- instalasi dengan baik.
1.2 Petunjuk Operasi
Pada dasarnya Operasional STP beroperasi secara otomatis dengan
dikontrol oleh Control Panel STP, yang perlu dilakukan oleh operator pihak
maintenance lebih banyak ke bagaimana memelihara/maintenance peralatan
dan system yang ada, tindakan untuk Start-Up pengoperasian system sebagai
berikut ;
1. Pastikan supply listrik ke Panel STP terpenuhi dengan ditandai nyala
lampu indikator.
2. Nyalakan Power pada Control Panel STP
3. Setting timer sesuai dengan waktu pada saat power STP dinyalakan.
4. Pastikan operasional STP sesuai dengan table dibawah ini:

No. Proses Indikasi


Pompa equalisasi beroperasi dan dapat
1. Equalisasi
menstransfer air limbah ke ruangan berikutnya.
Pastikan bak dalam posisi tertutup dan pipa penyalur
2. Anaerasi
gas keluar telah terpasang pada kolam anaerasi.
Aerator Aerasi beroperasi dan didalam bak aerasi
3. Aerasi
terdapat gelembung-gelembung udara.
RAS Pump (Pompa RAS) beroperasi dan dapat
mengembalikan activated sludge dari unit Secondary
4. Bak Pengendap Akhir
Clarifier ke unit Aerasi. Bak Sedimentasidapat
mengendapkan lumpur.
Pastikan pompa filter dapat beroperasi maupun
5. Pompa Filter backwash dan dapat memompa air limbah menuju
multimedia filter tank.
Pastikan pressure pada tangki filter sekitar 3 bar
6. Sand Filter Tank ketika beroperasi. Pastikan air hasil peyaringan lebih
jernih dari sebelumnya.
Pompa effluent beroperasi dan dapat mentransferair
7. Pompa effluent hasil olahan ke saluran kota
(Drainage).

Secara rinci gambar, fungsi dan cara operasional dari beberapa peralatan yang
digunakan pada Proses Pengolahan limbah Domestik (STP) CV. Anugerah Medika
Sehat ditampilkan seperti tabel berikut :

Cara Catatan /
Peralatan Fungsi
Pengoperasian Keterangan
Sebagai penyaring limbah
Bar Screen Manual Peralatan statis
kasar
Atur selector switch
Memindahkan larutan
Chemical pada manual, off,
chemical dari Tangki Manual/auto
Dozing Pump atau
Chemical ke titik injeksi
automatic
Menghidupkan tekan
Memindahkan Slugde tombol ON
/lumpur dari Clarifier Tank Manual / auto Mematikan tekan
RAS Pump
ke Aeration Tank (RAS) / Timer tombol OFF dan
Sludge Holding Tank (SHT) selector switch
auto manual
Menghidupkan tekan
tombol ON
Memindahkan air limbah
Manual / auto Mematikan tekan
Filter Pump Buffer Tank ke Tangki
Timer tombol OFF dan
Filter
selector switch
auto manual
TANGGAP DARURAT
SEWAGE TREATMENT PLANT SYSTEM

A. Tanggap Darurat
Dalam operasional Instalasi pengolahan air limbah tidak dapat dihindari kejadian-
kejadian incidental yang mengganggu proses pengolahan baik dari segi proses dan
equipment pendukung, hal ini sudah disampaikan dalam Manual Book. Untuk
troubleshooting yang sifatnya Major/besar yang mengakibatkan proses lumpuh total, dapat
dilakukan beberapa halberikut:
1.1 Listrik Mati
Kendala listrik mati secara total dapat terjadi, karena sumber listrik berasal dari luar
(PLN) sehingga listrik tergantung dari PLN.
Ada beberapa hal yang akan terjadi:
a. Banjir Limbah di Area Produksi
b. Equalisasi Meluap
c. Proses kimia-fisika dan biologi tidak berjalan
d. Jika lebih dari 4 jam, banyak bakteri mati, Aerasi berwarna hitam dan resiko bau
Untuk mengantisipasi hal tersebut harusnya disediakan:
a. Antisipasi di bagian produksi, jika sudah ada informasi akan pemadaman listrik
Perlu pengurangan produksi untuk mencegah air limbah tidak tertampung saat listrik
padam
b. Genzet
Genzet dapat mensuplay listrik ke STP, minimal proses biologi aerob tetap dapat
beroperasi.
c. Comppressor
Tampungan udara kompressore yang dapat digunakan udaranya , minimal dapat
memberikan sedikeit gelembung udara di proses biologi aerob.
d. Tangki Penampung Limbah
Menyediakan tangki-tangki penampung sementara
e. Pompa Air Diesel
Menyediakan pompa air yang berbahan bakar diesel atau bensin untuk menyedot air
limbah ke dalam bak penampung.
Namun jika hal hal diatas tidak ada atau tidak bisa dilakukan maka ada beberapa
langkah yang dapat dilakukan, diantaranya:
a. Menyewa Genzet untuk STP setelah dapat info akan ada pemadaman listrik
b. Menutup saluran drainase agar tidak ada air limbah yang terbuang keluar, kemudian
dipompa dengan pompa diesel.
c. Sebisa mungkin memberikan suplay udara ke bak aerasi (dengan compressor atau
yang lain).
d. Mengundang pihak ke 3 yang mempunyai ijin pengelolaan limbah B3 untuk
menyedot air limbah.

1.2 Equipment Utama Rusak


Kendala equipment utama rusak seringkali terjadi, sehingga diperlukan beberapa
langkah antisipasi:
a. Penyediaan pompa cadangan
b. Penyediaan blower ( 1 duty 1 standby)
c. Penyediaan sparepart

Untuk mengatasi equipment yang rusak dapat dilakukan dengan:


a. Penggantian dengan pompa cadangan
b. Perbaikan pompa secepatnya
c. Saturation Pump dapat digantikan sementara dengan compressor
d. Aerator mati sementara digantikan dengan kompressor

1.3 Proses Biologi Rusak (Bakteri mati)


1. Akibat keracunan
Bakteri mati akibat keracunan dapat terjadi, diantaranya akibat salah
pemberian nutrisi phospat, dimana phospat yang dipakai TSP (Trisodium
Phospate), seharusnya Triple Super Phospat, atau pemberian NaOh berlebih
sehingga pH aerasi> 10
Beberapa hal yang dapat dilakukan:
a. Jika diakibatkan TSP, pemberian dihentikan, tambahkan air bersih sebanyak
banyaknya untuk mempercepat racun keluar. Pastikan tidak muncul busa lagi
b. Jika akibat berlebih NaOH, dapat dilakukan penambahan Asam Sufat untuk
menurunkan pH ke pH netral.
2. Akibat listrik mati
Sudah dijelaskan di point 1.1
3. Akibat Aerator Mati
Jika Aerator utama mati, segera operasikan aerator cadangan (Spare), jika
aerator spare tidak ada atau rusak maka diusahakan ditambah udara dari
kompressor dan air disemburkan ke udara dengan pompa.

1
1.4 Hasil Effluent tidak masuk Baku Mutu
Jika Effluent tidak masuk baku mutu maka yang harus dilakukan adalah:
a. Melakukan Re-proses, Air effluent air limbah dikembalikan ke Bak Aerasi untuk
diproses ulang. Operasikan pompa filter, namun pipa effluentnya dialirkan ke
BakAerasi
b. Menyerahkan air limbah ke pihak ke-3 yang berijin
c. Menghentikan produksi sumber limbah

1.5 Kejadian Mayor (Gempa Bumi)


Jika terjadi gempa Bumi yang mengakibatkan :
a. Listrik Mati
Biasanya jika ada bencana alam gempa yang besar, jaringan listrik akan dimatikan
dari pihak PLN, untuk mengatasi hal ini dapat dilakukan langkah langkah
penangannya seperti Point 1.1. Listrik Mati.
b. Bangunan dan Equipment mengalami kerusakan
Pada saat gempa yang besar dapat mengakibatkan bangunan air dan
equipment mengalami kerusakan/keretakan maka perlu segera dilakukan
penambalan/perbaikan. Jika tidak daat dilakukan perbaikan secara cepat atau
perlu pengurasan maka:
- Penutupan saluran drainase dan air limbah agar tidak ada air
limbah yangkeluar dari lingkungan gedung
- Menyerahkan air limbah ke pihak ke-3 yang berijin
- Menghentikan produksi sumber limbah

1.6 Kejadian Kebakaran Gedung


Jika terjadi kebakaran Pabrik yang mengakibatkan :
a. Listrik Mati
Biasanya jika ada kebakaran yang besar, jaringan listrik akan dimatikan
dari pihak PLN, untuk mengatasi hal ini dapat dilakukan langkah langkah
penangannya seperti Point 1.1. Listrik Mati
b. Bangunan dan Equipment mengalami kerusakan akibat kebakaran
Pada saat kebakaran yang besar dapat mengakibatkan bangunan air dan
equipment mengalami kerusakan/keretakan maka perlu segera dilakukan
perbaikan. Jika tidak dapat dilakukan perbaikan secara cepat atau perlu
pengurasan maka:
- Penutupan saluran drainase dan air limbah agar tidak ada air limbah yang
keluar dari lingkungan gedung

2
- Menyerahkan air limbah ke pihak ke-3 yang berijin
- Menghentikan produksi sumber limbah
c. Air Sisa penyemprotan Kebakaran
Air yang digunakan untuk menyemprot area kebakaran tentunya akan
terkontaminasi oleh material/bahan setengah jadi/produk yang larut dalam air,
sehingga perlu pengolaan agar tidak mencemari lingkungan, maka langkah yang
harus dilakukan adalah:
- Penutupan saluran drainase dan air limbah agar tidak ada air limbah yang
keluardari lingkungan pabrik
- Mengendalikan air sisa semprotan dialirkan ke area atau bak tertentu.,
kemudiandiolah di Unit IPAL.
- Menyerahkan air limbah ke pihak ke-3 yang berijin

Anda mungkin juga menyukai