Anda di halaman 1dari 18

STUDI KASUS

____

KRITERIA
PERENCANAAN

____

DESAIN DAN DIAGRAM


PROSES

____

PERALATAN IPAL

KELOMPOK II
BIO FILTER AEROB

KELOMPOK II
1. ARIEF DWI MA’RUF
2. BOETROS B GHALI H
3. FITRIANI
4. REZA IBNU MULIA
5 TRIATMOJO HADI .S
6. NILAFA
7. SAIFUL BAKRI
BAB I
PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang
Air merupakan kebutuhan dasar dan sangat vital bagi kehidupan manusia.
Seiring dengan pertambahan penduduk yang begitu pesat di Indonesia
menyebabkan tingkat aktivitas dan pemakaian air juga meningkat. Akibatnya
jumlah buangan air limbah yang dihasilkan meningkat pesat pula.

Masalah pencemaran air di Indonesia sampai saat ini telah menjadi masalah
yang cukup serius. Penyebab dari pencemaran tidak hanya berasal dari buangan
industri tetapi juga air buangan rumah tangga atau air limbah domestik. Ditambah
lagi rendahnya kesadaran sebagian besar masyarakat akan pentingnya kebersihan
sanitasi, menyebabkan proses pencemaran di badan-badan air seperti sungai, air
permukaan, dan air tanah dangkal akan bertambah cepat. Hal ini akan berakibat
terjadinya penurunan kualitas lingkungan.

Air limbah secara garis besar dapat dibagi menjadi tiga yaitu air limbah
domestik yakni yang berasal dari buangan rumah tangga, air limbah dari
perkantoran dan pertokoan (daerah komersil), air limbah industri, dan air limbah
pertanian.

1.2. Studi Kasus


Sebuah perusahaan Tambang yang berlokasi di loa kulu mempekerjakan 500

orang karyawan terdiri karyawan yang tinggal di mess perusahaan sebanyak 375

Orang serta 125 orang karyawan yang bolak balik dari rumah ke perusahaan setiap

harinya.
Untuk mencegah pencemaran lingkungan karena aktifitas tambang maka

dibutuhkan fasilitas IPAL untuk mengolah air limbah dari mess karyawan.

1.3.Penentuan Kapasitas
Asumsi jam kerja normal 12 jam dengan total 125 orang bergantian bolak –

balik perusahaan dengan skema regu 2 shift ( 1 shift 8 jam kerja ditambah

antisipasi jam lembur dan kegiatan lain maka dibuat 12 jam ) . Menurut studi

Suratmi,2017 pemakaian air bersih rata-rata di kecamatan loa kulu adalah 130

l/hari dan dan dari air limbah tersebut sekitar 70-80 % nya menjadi air limbah

(pratiwi & Purwanti, 2015).

Banyaknya air buangan limbah dalam 1 hari adalah :


24 𝐽𝑎𝑚
 375 orang x 91 l/hari x 24 𝑗𝑎𝑚 = 34125 l/hari

12 𝐽𝑎𝑚
 125 orang x 91 l/hari x 24 𝑗𝑎𝑚 = 5687.5 l/hari

 Total: 34125 l/hari + 5687.5 l/hari = 39812.5 l/hari

= 39.81 M3/hari x 120% over kapasitas

= 47.78 M3/hari = 48 M3/hari

Seluruh Limbah dihasilkan adalah total dari air limbah dari domestik karyawan,

air limbah dari dapur, air limbah laundry, dan air limbah dari proses lain contohnya

pencucian kendaraan. Diasumsi konsentrasi BOD adalah 435 mg/L yang perlu diolah

agar memenuhi standar baku mutu air limbah sesuai dengan perda no.2 tahun 2011

provinsi Kalimantan Timur yaitu konsentrasi BOD <30 mg/L


Table 1.1. Baku Mutu Air limbah Perhotelan

1.4. Desain ipal

Pengolahan dengan biofilter anaerob aerob merupakan pengembangan dari


proses proses biofilter anaerob dengan proses aerasi kontak. Pengolahan air limbah
dengan proses biofilter anaerob-aerob terdiri dari beberapa bagian yakni bak
pengendap awal, biofilter anaerob (anoxic), biofilter aerob, bak pengendap akhir,
dan jika perlu dilengkapi dengan bak kontaktor khlor.

Di dalam bak kontaktor anaerob tersebut diisi dengan media dari bahan plastik
atau kerikil/batu split. Jumlah bak kontaktor anaerob ini bisa dibuat lebih dari satu
sesuai dengan kualitas dan jumlah air baku yang akan diolah. Penguraian zat-zat
organik yang ada dalam air limbah dilakukan oleh bakteri anaerobik atau facultatif
aerobik Setelah beberapa hari operasi, pada permukaan media filter akan tumbuh
lapisan film mikro-organisme. Mikro-organisme inilah yang akan menguraikan zat
organik yang belum sempat terurai pada bak pengendap.
Berikut adalah gambar diagram alir proses pengolahan air limbah dengan
proses biofilter anaerob aerob:
Gambar 1. Diagram alir proses pengolahan limbah domestik mess karyawan.

Gambar 2. Diagram alir proses pengolahan air limbah domestik mess karyawan

1.4.1. Peralatan instalasi pengolahan limbah


1.4.1.1. Bak pemisah lemak
Penyisihan minyak dan lemak menggunakan grease trap dilakukan di awal
sistem pengolahan untuk mencegah terjadinya gangguan pada unit pengolahan
selanjutnya. Pada umumnya, grease trap terdiri dari dua kompartemen.
Kompartemen pertama berfungsi untuk menyisihkan berbagai jenis padatan dalam
lumpur tinja: padatan dengan berat jenis lebih berat dari air akan mengendap
sedangkan padatan dengan berat jenis lebih ringan dari air (seperti minyak dan
lemak) akan mengapung di permukaan air.
Selanjutnya, kompartemen kedua berfungsi untuk memastikan bahwa minyak
dan lemak tetap tertahan di dalam sistem dan tidak ikut terbawa air limbah
mengalir menuju unit pengolahan selanjurnya. Minyak dan lemak yang tertahan
tersebut harus dibersihkan secara berkala untuk menjaga kebersihan unit dan
mencegah terjadinya penyumbatan. Beberapa penelitian menyebutkan bahawa
grease trap mampu menyisihkan hingga 80% minyak dan lemak (EPA, 1998), serta
50-80% BOD dan TSS (DPH, 1998)
Belum ada kriteria desain untuk unit grease trap. Namun, disarankan kecepatan
aliran dalam grease trap 2-6 m/jam dan waktu tinggal 5-20 menit.

Debit masuk = 48 m3/hari


BOD masuk = 435 mg/l
BOD Keluar = 435 x 50 %
= 217.5 mg/l

1.4.1.2. Bak Ekualisasi


Bak Ekualisasi berfungsi untuk menyamakan debit dan karakteristik influen
air limbah yang masuk sehingga mengoptimalkan waktu yang dibutuhkan untuk
proses pengolahan sekunder dan lanjutan.

1.4.1.3. Pompa Umpan


Pompa berfungsi untuk mengalirkan air limbah dari bak ekualisasi ke bak

pengendapan awal. Pompa diletakan 10 cm didasar bak ekualisasi agar bisa

menyedot air dan lumpur yang ada di bak ekualisasi. jarak antara bak ekualisasi

sampai bagian atas bak pengendapan awal yang disediakan perusahaan adalah 3

meter maka dibutuhkan pompa yang memiliki tekanan minimal 0.5 bar sehingga

diharapkan dapat memompa air sampai ketinggian 5 meter.


Debit limbah = 48.0 m3/hari
2.0 m3/Jam
0.0333 m3/menit
Model pompa Kenji JKS 10-3
Tipe pompa Submersible
Flow pompa 0.15 m3/menit
Tekanan 0.8 bar
Jumlah 2 buah
Listrik 500 w, 220 v

1.4.1.4. Bak pengendapan awal


Bak pengendap primer berfungsi untuk menyisihkan partikel melalui
pengendapan secara gravitasi. Bak pengendap primer dapat didesain berbentuk
lingkaran atau segi empat dengan bentuk aliran horizontal, radial, maupun ke atas
(upward). Untuk mendukung proses pengendapan, kecepatan aliran dalam sistem
dirancang lebih rendah dari titik kecepatan di mana aliran dapat mengendapkan
materi tersuspensi. Dengan demikian, akan lebih banyak partikel yang dapat
diendapkan dan disisihkan dalam bentuk lumpur, sedangkan partikel yang
memiliki massa jenis lebih rendah dari air akan mengapung.

Debit masuk = 48 m3/hari


BOD masuk = 217.5 mg/l
BOD Keluar = 147.9 mg/l
Estimasi Penyisihan BOD 32% (Buku IPLT A)

1.4.1.5. Bak kontaktor biofilter anaerob


Air limpasan dari bak pengendap awal selanjutnya dialirkan ke bak kontaktor
anaerob dengan arah aliran dari atas ke bawah, dan dari bawah ke atas. Di dalam
bak kontaktor anaerob tersebut diisi dengan media biofilter dari bahan plastik tipe
sarang tawon, Adanya air yang melalui media biofilter mengakibatkan timbulnya
lapisan lender yang menyeimuti permukaan biofilter air limbah yang menagnduk
zat organik belum teruraikan pada bak pengendap bila melalui lapisan lender ini
akan mengalami proses penguraian secara biologis. Efisiensi penyaringan akan
meningkat karena dengan adanya biofilter upflow yakni penyaringan dengan
sistem aliran bawah keatas akan mengurangi kecepatan partikel yang terdapat pada
air buangan dan partikel yang tidak terbawa aliran keatas akan mengendap didasar
bak filter.
Jumlah bak kontaktor anaerob terdiri dari dua buah ruangan. Penguraian zat-
zat organik yang ada dalam air limbah dilakukan oleh bakteri anaerobik atau
fakultatif aerobik. Setelah beberapa hari operasi, pada permukaan media filter akan
tumbuh lapisan film mikro-organisme. Mikro-organisme inilah yang akan
menguraikan zat organic yang belum sempat terurai pada bak pengendap.

Debit masuk = 48 m3/hari


BOD masuk = 147.9 mg/l
BOD Keluar = 59.16 mg/l
Efisiensi penyisihan konsentrasi BOD pada unit anaerobic digester berkisar
60% sampai 90%. Dalam perhitungan ini, efisiensi penyisihan BOD diasumsikan
sebesar 60%. (Buku IPLT A)
1.4.1.6. Bak kontaktor biofilter aerob
Air limbah dari bak kontaktor (biofilter) anaerob dialirkan ke bak kontaktor
aerob. Di dalam bak kontaktor aerob ini diisi dengan media khusus dari bahan
plastik tipe sarang tawon, sambil diaerasi atau dihembus dengan udara sehingga
mikro organisme yang ada akan menguraikan zat organik yang ada dalam air
limbah serta tumbuh dan menempel pada permukaan media. Dengan demikian air
limbah akan kontak dengan mikro-orgainisme yang tersuspensi dalam air maupun
yang menempel pada permukaan media yang mana hal tersebut dapat
meningkatkan efisiensi penguraian zat organik, serta mempercepat proses
nitrifikasi, sehingga efisiensi penghilangan amonia menjadi lebih besar.
Untuk menentukan dimensi dari bak biofilter aerob maka diperlukan
spesifikasi desain yang di tunjukan di table 1.2:
BioFilter Beban BOD/satuan permukaan media <30 gr BOD/m2.hari
Aerob (LA)
Beban BOD 0.5-4 kg BOD/m3 media
Waktu tinggal Rata-Rata 6-8 jam
Tinngi ruang lumpur 0,15-0,5 m
Tinggi bed media pembiakan mikroba 1,2 m
Tinggi air diatas bed mikroba 0,2-0,35 m
Tabel 1.2. Spesifikasi desain bak filter aerob (BPPT, 2010)

Untuk memenuhi spesifikasi tersebut maka dilakukan perhitungan berdasarkan


debit air masuk dan konsentrasi BOD di air limbah umpan

- Debit Masuk : 48 m3/hari atau 0.333


m3/menit
- Konsentrasi BOD yang Masuk : 59.16 mg/l
- Konsentrasi BOD pada effluent : 20 mg/l
- Effisiensi pengolahan kandungan BOD : 66.19 %
- Beban BOD di air Feed : 2.84 kg/hari
- Jumlah BOD yang dipisahkan dari air efffluen : 1.88 kg/hari
- Beban BOD per volume media yang digunakan : 0.5 kg/ m3.hari
- Volume Media yang diperlukan : 5.68 m3
- Volume bak biofilter aerob : 11.36 m3 dibulatkan
menjadi 11.5 m3

Ditetapkan dimensi bak:

Luas 4.5 meter


Lebar 1.5 meter
Kedalaman Efektif 3 meter
Panjang 3 meter
Tinggi ruang bebas 0.3 meter
Volume Aktual 13.5 m3
Konstruksi Beton K300
Tebal Dinding 0.2 meter

Biofilter Aerob terdiri dari 2 stage yang masing-masing terdiri dari


dua ruangan aerasi dan ruang bed Media aerob. Dengan spesifikasi masing-
masing:
- Ruang Aerasi Biofilter Aerob
Luas 2.25 m2
Lebar 1.5 meter
Kedalaman Efektif 3 meter
Panjang 1.5 meter
Volume 6.75 m3

- Ruang Bed Media


Lebar 1.5 meter
Kedalaman Efektif 3 meter
Panjang 1.5 meter
Tinggi Biofilter 1.5 meter
Volume total media pada biofilter
(minimal 5.68 m3) 6.75 m3
BOD Loading per volume Media 0.421 kg BOD/m3.hari
Waktu tinggal di Bak aerob 6.75 Jam

Media pembiakan mikroba digunakan pada bak anaerob dan bak aerob. Jenis
media yang digunakan adalah media tipe sarang tawon seperti yang terlihat pada
gambar 4.12, dengan spesifikasi sebagai berikut :

Gambar 3. Biofilter honeycomb


Material : PVC Sheet
Ketebalan : 0.4 mm
Ukuran Modul : 120 cm x 30 cm x 30 cm
Luas Kontak Spesifik : 116 m2/m3
Diameter Lubang : 3 cm x 3 cm
Warna : Bening Transparant
Berat Spesifik : 32 kg/m3
Total Media Biofilter yang dibutuhkan : 5.68 m3
Jumlah minimal Biofilter yang dibutuhkan : 53 buah
Dipilih honeycomb dengan diameter pori 30 mm dan ketebalan 0.4 karena
memilikii luas spesifik yang besar yaitu 116 m 2/m3.

- Luas permukaan media = 783 m3


- BOD Loading/Luas Permukaan Media = 0.003627 kg BOD/m2.hari

Diketahui Kebutuhan oksigen di dalam reaktor biofilter aerob = jumlah BOD


yang dihilangkan

Kebutuhan
Teoritis 1.87968 Kg/hari
Faktor keamanan Overkapasitas 150%
Kebutuhan
Teoritis 2.81952 Kg/hari

Menurut dari data Badan Meteorologi Klimatologi dan Geologi wilayah


kalimantan timur memiliki suhu udara rata-rata adalah 28oC

Temperatur udara Rata2 : 28 C


Berat Udara pada suhu 28 : 1.1725 kg/m3
Jumlah Kebutuhan udara
: 11.4510
teoritis m3/hari
Untuk mentransfer udara ke seluruh bagian bak aerator maka diperlukan alat
diffuser. Dipilih Diffuser udara tipe silinder karena potensi tersumbat lebih kecil
daripada tipe membrane.
Gambar 4. Diffuser tipe silinder
Susunan diffuser yang lurus dipilih karena effisiensi transfer oksigen yang
lebih effisien dibandingkan susunan lain yaitu 3.05 %, sehingga Kebutuhan udara
actual = 375.44 m3/hari atau 260.724 l/menit. Pemilihan blower aerasi udara
disesuaikan dengan kebutuhan udara actual yaitu 260.724 l/menit. Karena desai
kedalaman air bak aerasi adalah 3 meter maka dibutuhkan blower aerasi dengan head
minimal 3000 mm.

Model : HJB 280 Aerator


Kapasitas : 280 l/jam
Tekanan : 0.5 bar
Head blower : 5000 mm
Jumlah : 2 unit
1.4.1.7. Gambar bak biofilter aerob

Gambar 5. Desain Bak Biofilter Aerob

Gambar 6. Arah aliran air limbah


Gambar 7. Tampa katas

Gambar 8. Tampak samping kiri

Gambar 9. Tampak belakang


Gambar 10. Tampak depan

Gambar 11. Cutover bak biofilter aerob

Gambar 12. Area blower udara aerator


Gambar 13. Posisi diffuser di bak aerasi

Gambar 14 . Posisi media Biofilter


1.4.1.8. Bak pengendapan akhir
Bak pengendap akhir berfungsi untuk memisahkan atau mengendapkan
kotoran padatan tersuspensi (TSS) yang ada di dalam air limbah agar air olahan
IPAL menjadi jernih. Waktu tinggal hidrolik di dalam bak pengendap akhir
umumnya sekitar 2-4 jam. Dibandingkan dengan proses lumpur aktif, lumpur yang
berasal dari biofilter anerob-aerob lebih sedikit dan lebih mudah mengendap,
karena ukurannya lebih besar dan lebih berat. Air limpasan (over flow) dari bak
pengendap akhir relatif sudah jernih, selanjutnya dialirkan ke bak biokontrol dan
selanjutnya dilairkan ke bak khlorinasi.
BAB II
PENUTUP

Dengan kapasitas pengolahan Instalasi pengolahan limbah (IPAL) sebesar 435

mg/L maka dapat disimpulkan bahwa :

1. Desain IPAL telah ditentukan untuk menampung kapasitas 120 % dari

kapasitas normal

2. IPAL didesain agar mengurangi kadar BOD dari 435 mg/L menjadi 20 mg/L

dibawah batasan standar baku mutu air limbah menurut perda no.2 tahun

2011 provinsi Kalimantan Timur yaitu konsentrasi BOD <30 mg/L.


Daftar Pustaka

1997. Buku A Panduan Perencanaan Teknik Terinci Bangunan Pengolahan


Lumpur Tinja. Direktorat Jendral Cipta Kerja: Kementrian Pekerjaan Umum
dan Perumahan Rakyat.
Ebie Kunio dan Ashidate Noriatsu, “Eisei Kougaku Enshu – Jousuidou to
gesuidou “, Morikita Shupan, Tokyo, 1992.
Harfadli, Muhammad Ma’rij dkk. 2019. Estimasi Koefisien Transfer OKsigen
pada Metode Aerasi Fine Bubble Diffuser. Balikpapan: Institut Teknologi
Kalimantan.
Sya’bani, Muhammad Rizki. 2013. Laporan Praktek Kerja Lapangan
Teknologi Pengolahan Air Limbah Domestik Sistem Biofilter Aerob-Anaerob
oleh BPPT DKI JAKARTA. Samarinda: Universitas Mulawarman.

Anda mungkin juga menyukai