Anda di halaman 1dari 5

Teknologi Pengolahan dan pemanfaatan limbah

Pembahasan

Limbah merupakan bentuk hasil dari buangan sebuah kegiatan produksi. Limbah buangan
tersebut dapat berupa padatan, cairan, dan juga gas. Limbah dapat diartikan juga sebagai suatu bahan
yang tidak berarti dan tidak memiliki nilai. Sebuah kegiatan industri maupun domestik merupakan
contoh sumber limbah yang ada pada lingkungan. Simber Limbah yang ada di PT Mandala Cahaya
Sentosa dibagi menjadi limbah cair dan limbah padat. Limbah padat termasuk kedalam limbah B3. Air
limbah domestic merupakan air limbah yang berasal dari kegiatan tempat ibadah, kamar mandi, toilet,
wastafel, dan sanitasi peralatan.

Pengolahan LImbah Cair

Penggunaan air dari PT. Mandala Cahaya Sentosa yaitu berasal dari air prigen yaitu sebesar
17,76 m3/hari. Lalu penggunaan air prigen ini akan disalurkan ke beberapa tahapan yaitu pembersihan
lanatai, cuci peralatan produksi, mushola, laundry dll. Dari pengggunaan air tersebut akan mendapatkan
Limbah cair yang ada di PT. Mandala Cahaya Sentosa. Air sanitasi karyawan dibedakan menjadi dua yaitu
grey water dan black water. Grey water adalah air limbah non-toilet seperti air limbah yang dihasilkan
dari kegiatan sehari-hari seperti mandi dan mencuci sedangkan untuk air limbah toilet disebut black
water. Menurut Syafrudin, 2014 timbulan air limbah jenis grey waterberjumlah 75% dari air
limbah domestik, sementara black water berjumlah 25%. Berikut ini merupakanneraca penggunaan air
untuk kegiatan operasional pada PT. MCS dilihat pada gambar.

Masing-masing limbah yang sumbernya berlainan tersebut mempunyai karakteristik yang


berbeda, tetapi pada dasarnya dapat digolongkan dalam dua kelompok, yaitu limbah yang mengandung
bahan kimia (dari proses produksi) dan yang tidak mengandung bahan kimia dari toilet dan kantin (non-
kimia). Dilihat dari sifat bahan polutan yang ada limbah non-kimia merupakan limbah yang mudah untuk
didegradasi dan jika dilakukan pengelolaan dengan baik tidak menimbulkan banyak permasalahan.
Sedangkan limbah kimia merupakan limbah yang relatif lebih sulit untuk didegradasi. Limbah ini sering
menimbulkan dampak lingkungan yang berkelanjutan seperti, bau/aroma, kerusakan biota dan struktur
tanah, bertahan dalam jangka waktu yang lama dan sebagian lagi dapat menimbulkan bahaya keracunan
dll (Sulman dan Irawan, 2016). Berdasarkan perkiraan karakteristik air limbahnya, maka teknologi
pengolahan air limbah produksi yang tepat untuk PT Mandala Cahaya Sentosa adalah proses biologi.
Proses biologi untuk mendegradasi polutan-polutan organik terlarut serta polutan lain yang tidak terolah
pada proses kimia-fisika. Pengolahan biologi yang akan diaplikasikan untuk mengolah air adalah proses
biologi dengan menggunakan teknologi kombinasi anaerob-aerob.

Proses pengolahan limbah ini menggunakan IPAL (instalasi pengolahan air limbah) dengan
metode kombinasi anaerob-aerob. Diagram/skema instalasi pengolahan limbah (IPAL) dari PT Mandala
Cahaya Sentosa dapat dilihat pada gambar. Kegiatan operasional PT. Mandala Cahaya Sentosa diolah di
IPAL hanya bersal dari cuci peralatan produksi, pembersihan lantai, mushola, dapurm air limpasan, dan
septitank yang dialirkan ke IPAL, grey water dan wastafel, air limbah dari kegiatan operasional tersebut
dialirkan setiap hari disalurkan menuju bak penampungan awal.

Air limbah dialirkan ke alat pengolahan melalui lubang pemasukan (inlet) masuk ke ruang (bak)
pengendapan awal. Bak penampungan tersebut dilakukan untuk menampung air dar berbagai macam
kondisi. Tahapan yang dilakukan untuk mengendapkan air dari partikel lumpur, pasir dan kotoran
organic tersuspensi, kemudian di pompa menuju ke bak Anaerob. Untuk mengurai dan menghilangkan
kontaminan organic dari air limbah, penguraian zat-zat organic yang ada didalam air limbah dilakukan
oleh bakteri anaerobic. PT. Mandala Cahaya Sentosa melakukan pemberian makan setiap hari sebanyak
500 ml dan diberi nutrisi setiap hari sebanyak 500 ml oleh penanggung jawab IPAL. Setelah 2 minggu
beroperasi pada permukaan media filter akan tumbuh lapisan film mikroorganisme. Struktur dari bak
penampung IPAL PT. Mandala Cahaya sentosa terdiri dari 3 bak penampung anaerob. Sistem air
mengalir dari zona anaerob pertama air limbah mengalir dengan arah aliran dari atas ke bawah,
sedangkan pada zona anaerob kedua dan ketiga air limbah mengalir dengan arah aliran dari bawah ke
atas. Aliran tersebut akan membuat system air yang mengalir dari bawah ke atas sehingga bagian bawah
bak akan mengendapkan lumpur dari mikroorganisme sedangkan air yang sudah terurai dari
mikroorganisme akan mengalir keatas masuk kebak penampung dua , system ini akan berulang terus
hingga air akan mencapai ke bak ketiga.

Air yang mengandung mikroorganisme dari bak anerob belum sempat terurai pada bak
pengendap maka air tersebut mengalir secara otomatis dialirkan menuju toren 1 aerob dan toren 2
aerob yang diberi makan setiap hari sebanyak 500 ml dan nutrisi sebanyak 400 ml. Struktur IPAL PT.
MCS terdapat 2 bak aerob. Sistem pengaliran air dari system aerob sama seperti dengan bak anaerob
yaitu air mengalir dari zona aerob pertama akan mengalir dari atas kebawah sedangkan pada zona aerob
kedua mengalir dari bawah keatas. Selanjutnya yaitu pemberian blower untuk dihembuskan dengan
udara sehingga mikroorganisme yang ada akan menguraikan zat oeganik yang ada di dalam air limbah
serta tumbuh dan menempel pada permukaan media, dengan demikian air limbah akan kontak dengan
microorganism yang tersuspensi dalam air maupun yang menempel pada permukaan media yang mana
dapat meningkatkan efisiensi penguraian zat organic serta mempercepat proses nitrifikasi, sehingga
penghilangan ammonia menjadi lebih besar. Proses ini bisa diartikan sebagai proses aerasi. Hal ini juga
diperkuat oleh pernyataan Halim dkk (2023) yang menyatakan bahwa Aerasi merupakan proses
pengolahan dimana air dibuat mengalami kontak erat dengan udara dengan tujuan meningkatkan
kandungan oksigen dalam air tersebut. Fungsi utama aerasi adalah melarutkan oksigen ke dalam air
untuk meningkatkan kadar oksigen terlarut dalam air dan melepaskan kandungan gas-gas yang terlarut
dalam air, serta membantu pengadukan air. Aerasi dapat dipergunakan untuk menghilangkan
kandungan gas terlarut, oksidasi besi dan mangan dalam air, mereduksi ammonia dalam air melalui
proses nitrifikasi. Proses aerasi sangat penting terutama pada pengolahan limbah yang proses
pengolahan biologinya memanfaatkan bakteri aerob. PT. MCS memanfaatkan aerator diatas aerob agar
tahap aerasi ini dapat memanfaatkan bakteri aerob.

Setelah itu mengalir pada tahap clarifer biologi yang mempunyai bentuk bundar pada bagian
atasnya dan bagian bawahnya berbentuk corong bertujuan untuk mempermudah pengeluaran endapan
dari dasar bak sedimentasi. TSS akan mengendap kedasar tangku sedangkan TDS akan dipompa menuju
toren 1 aerob untuk dikurangi kadar airnya karena lumpur mati sulit untuk terendap di bawah clarifier
biologi terdapat velva bertujuan jika akan menguran lumpur tinggal membuka velva tersebut dan
lumpurnya dimasukan ke delam karung yang ditaruh atas wadah dedngan otomatis airnya menetes ke
bawah hingga air tersebut tidak menetes lagi, kemudan sisa air tetesan tersebut diolah lagi masuk ke
IPAL. Penanganan lumpurnya dilakukan oleh pihak ketiga yang berkerja sama dengan PT. MCS, air yang
sudah melewati clarifer akan mengalir ke tahap carbon filter
Pada tahap ini air yang kerung bahkan berwarna kecoklatan dapat diubah menjadi jernih
kembali setelah menggunakan filter coconut carbon. Filter coconut carbon dari PT. MCS terdiri dari dua
bagian yaitu zolit dan carbon. Menurut Nisa dkk (2010) dan Khuzaimah (2020) menyatakan bahwa Filter
menggunakan carbon difungsikan untuk menyerap kotoran dalam air karena karbon memiliki luas
permukaan besar sehingga memiliki daya serap atau absorpsi yang tinggi terhadap bahan berbentuk
larutan atau uap. Selain itu, Penggunaan filter karbon dapat menyerap anion, kation, menyaring bau
menjernihkan dan menyaring logam yang terkandung dalam air. Adapun fungsi lainnya dari karbon yaitu
menyerap klorin, menciptakan rasa segar pada air, menyerap garam, mineral dan senyawa organic.
Menurut Purwoto dkk (2015) fungsi dari zeolite yaitu untuk absorbs, filtrasi, pelunakan dan
menghilangkan kandungan aminia di dalam air sehingga dapat menetralkan pH di dalam air. Kemudian
air sudah melewati filtrasi coconut carbon akan mengalir ke bak pengendpan akhir yaitu bertujuan
untuk memastikan air yang siap untuk dibuang memiliki kejernihan yang sesuai dengan standard an
tidak mengandung lumpur. Setelah itu air akan mengalir ke tahapan akhir dari proses IPAL yaitu fish
pond atau kolam ikan. Kolam ikan ini difungsikan sebagai indicator hidup yaitu bahwa air yang sudah
mencapai tahapan ini dapat menopang kehidupan di air, misalnya ikan dan tumbuhan lain yang ada di
kolam ikan, dapat dikatakan kola mini mewakili apa yang ada di lingkungan luar yang digunakan sebagai
penerima air limbah yang telah diproses dan memiliki kualitas baik. Air hasil pengelolaan lumpur dari
septitank diambil oleh pihak ketiga secacra periodic.

Air limbah dihasilkan oleh PT. MCS harus sesuai dengan standar yang ditetapkan oleh Dinas
Lingkungan Hidup. Setiap hari air limbah dari PT. MCS selalu dillakukan pemantauan dan pencacatan
menggunakan pH. Pemantauan pH pada anaerob jika air di bawah standar maka dilakukan proses injek
air sebelum memasuki bak anaerob. Proses injek ini menggunakan soda api agar kadar air tersebut
mendekati standar pH. Menurut Halim dkk (2023) Natrium hidroksida, juga dikenal sebagai lindi (lye)
dan soda kaustik atau soda api, adalah suatu senyawa anorganik dengan rumus kimia NaOH. Senyawa ini
merupakan senyawa ionik berbentuk padatan putih yang tersusun dari kation natrium Na + dan anion
hidroksida OH−. Natrium hidroksida merupakan basa dan alkali yang sangat kaustik, mampu
menguraikan protein pada suhu lingkungan biasa dan dapat menyebabkan luka bakar bila terpapar.
Senyawa ini sangat larut dalam air, dan dengan mudah menyerap kelembaban dan karbon dioksida dari
udara. Senyawa ini membentuk hidrat dengan rumus NaOH·nH2O. Senyawa monohidratnya NaOH·H2O
mengkristal dari larutan berair pada rentang suhu antara 12,3 hingga 61,8°C. Padas IPAL PT. MCS soda
api dipergunakan untuk meningkatkan kadar pH. Jika kadar pH pada bak aerob dan bak pengendapan air
di bawah atau di atas standar maka pengolahan air dari proses tersebut akan diproses lagi pada
anaerob. Hasil lumpur tersebut maka akan dilakukan pengujian secara berkala selama 5 (lima) nulan
sekali oleh pihak ketiga. Berikut merupakan Baku Mutu Air Limbah untuk PT. Mandala Cahaya Sentosa
berdasarkan perhitungan Baku Mutu Campuran adalah Sebagai berikut:

Parameter Satuan Kapasitas Maksimum


BOD Mg/L 59,36
COD Mg/L 130,16
TSS Mg/L 76,02
Minyak & lemak Mg/L 7,68
Amoniak Mg/L 10
Total coliform Jumlah/100ml 3000
pH - 6-9
Phospat (P2O4) Mg/L 10
MBAS Mg/L 3,13
Phenol 0,2

Pengolahan Limbah B3

Limbah B3 merupakan sisa suatu usaha dan/atau kegiatan yang mengandung B3 dan memilki potensi
yang membahayakan. Hal tersebut karena dalam limbah B3 mengandung bahan-bahan yang memiliki
sifat dan karakteristik mudah meledak, mudah terbakar, bersifat reaktif, beracun, hingga dapat
menyebabkan infeksi. Limbah B3 berdampak negatif bagi lingkungan karena dapat masuk ke dalam air,
tanah, udara seingga menimbulkan pencemaran baru, selain itu limbah B3 juga dapat meracuni makhluk
hidup lainnya melalui rantai makanan sehingga membuat makhluk hidup lainnya menjadi teracuni zat-
zat berbahaya tersebut. Tidak hanya terhadap lingkungan, namun limbah B3 juga menempatkan
manusia pada keadaan bahaya seperti terkena berbagai macam penyakit gangguan pernafasan,
kerusakan syaraf, kanker, kerusakan pada kulit, kanker dan sebagainya. Pengolahan limbah B3
merupakan bentuk dari pengelolaan limbah B3 dan dalam kaitannya penghasil limbah B3 tidak dapat
melakukan pengolahan maka dapat diserahkan kepada jasa pengolah limbah B3 sebagai pihak ketiga.

Hal ini sesuai dengan PT. Mandala Cahaya Sentosa yang tidak dapat melakukan pengolahan maka
pengolahannya diserahkan ke pihak ketiga. Limbah B3 ada beberapa macam yaitu limbah padat dari
aki/baterai bekas, limbah terkontaminasi, kemasan bekas B3, kemasan bekas tinta dll. Limbah B3 dari PT
MCS akan dikumpulkan berdasarkan kode. Berikut merupakan jenis limbah B3 yang dihasilkan PT.
Mandala Cahaya Sentosa berdasarkan tabel.

No Kode Limbah B3 Nama Limbah Sumber limbah B3 Karakteristik


limbah B3
1 A102d Aki/ baterai Bekas Kategori 1 dari sumber tidak Korosif, beracun
spesifik
A108d Limbah terkontaminasi Kategori 1 dari sumber tidak Beracun
B3 spesifik
B107d Limbah elektronik, lampu Kategori 2 dari sumber tidak Beracun
TL, printed circuit board spesifik
(PCB) dan kawat logam
B104d Kemasan bekas B3 (cair Kategori 2 dari sumber tidak Beracun
dan Padat) spesifik
B105d Minyak pelumas bekas Kategori 2 sumber tidak Cairan mudah
antara lain minyak gear, spesifik terbakar
minyak pelumas bekas
hidrolik mesin, grit
chambers, separator dan
atau campurannya
B110d Kain majun bekas dan Kategori 2 dari sumber tidak Mudah terbakar
sejenisnya spesifik
B321-4 Kemasan bekas tinta Kategori 2 dar sumber tidak Beracun
spesifik
B109d Filter bekas dari fasiitas Kategori 2 dari sumber tidak Beracum
pengendalian spesifik
pencemaran udara
Sumber: PT. Mandala Cahaya Sentosa

Setelah limbah B3 tersebut dibagi berdasarkan kode dan karakteristik dari limbah. Maka selanjutnya,
limbah tersebut akan ditimbang. Limbah dihasilkan disimpan di TPS limbah B3 sesuai dengan
karakteristik dari limbah sejak limbah B3 dihasilkan. Standar penyimpanan limbah B3 yang dilakukan
oleh PT. Mandala Cahaya Sentosa paling lama:

- 90 (Sembilan puluh) hari sejak limbah B3 dihasilkan, untuk limbah B3 yang dihasilkan sebesar 50
kg perhari atau lebih
- 180 (seratus delapan puluh) hari sejak limbah B3 dihasilkan kurang dar 50 kg perhari untuk
limbah B3 kategori 1
- 365 (tiga ratus enam puluh lima) hari sejak limbah B3 dihasilkan. Untuk limbah B3 yang
dihasilkan kurang dari 50Kg perhari untuk limbah B3 kategori 2 dari sumber tidak spesifik dan
sumber spesifik umum
- 365 (tiga ratus enam puluh lima) hari sejak limbah B3 dihasilkan, untuk limbah B3 kategori 2 dari
sumber spesifik khusus.

Selanjutnya yaitu menghubungi pihak ke 3 untuk dilakukan pengambilan dan pengolahan

Halim, A., Yudiastuti, S. O. N., & Pangestu, D. P. (2023). LIQUID WASTE PROCESSING FOOD PROCESSING
INDUSTRY, CASE STUDY PT. XYZ. Sustainable Environmental and Optimizing Industry Journal, 5(1), 11-20.

Khuzaimah, S. (2020). Pemanfaatan Minyak Jelantah dan Ekstrak Kulit Citrus reticulata sebagai
Bahan Pembuatan Sabun. JTI-UNUGHA (Jurnal Teknologi Industri-UNUGHA), 2(2)

Nisa, S. K., Lustiyati, E. D., & Fitriani, A. (2021). Sanitasi Penyediaan Air Bersih dengan Kejadian
Stunting pada Balita. Jurnal Penelitian Dan Pengembangan Kesehatan Masyarakat Indonesia, 2(1),
17-25

Purwoto, S., Purwanto, T., & Hakim, L. (2015). Penjernihan Air Sungai dengan Perlakuan Koagulasi,
Filtrasi, Absorbsi, dan Pertukaran Ion. WAKTU: Jurnal Teknik UNIPA, 13(2), 45-53.

Sulman, L., & Irawan, J. (2016). Pengelolaan Limbah Kimia di Laboratorium Kimia PMIPA FKIP
UNRAM. Jurnal Pijar Mipa, 11(2).

Anda mungkin juga menyukai