Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH PENGOLAHAN LIMBAH

METODE LUMPUR AKTIF (ACTIVATED SLUDGE)

Oleh:

EKA TRIA HANDAYANI

1331410071

LEVI SETIA PRATAMA

1331410042

JURUSAN TEKNIK KIMIA


POLITEKNIK NEGERI MALANG
2015

BAB 1
PENDAHULUAN

Pengolahan air limbah pada umumnya dilakukan dengan menggunakan


metode Biologi. Metode ini merupakan metode yang paling efektif dibandingkan
dengan metode Kimia dan Fisika. Proses pengolahan limbah dengan metode biologi
adalah metode yang memanfaatkan mikroorganisme sebagai katalis untuk
menguraikan material yang terkandung di dalam air limbah. Mikroorganisme sendiri
selain menguraikan dan menghilangkan kandungan material, juga menjadikan
material yang terurai tadi sebagai tempat berkembang biaknya.
Dalam pengolahan air limbah secara aerobik mikroorganisme mengoksidasi
dan mendekomposisi bahan-bahan organik dalam air limbah dengan menggunakan
oksigen yang disuplai oleh aerasi dengan bantuan enzim dalam mikroorganisme. Pada
waktu yang sama mikroorganisme mendapatkan energi sehingga mikroorganisme
baru dapat bertumbuh. Proses pengolahan secara biologi yang paling sering
digunakan adalah proses pengolahan dengan menggunakan metode lumpur aktif.
Lumpur aktif (activated sludge) adalah proses pertumbuhan mikroba
tersuspensi. Proses ini menggunakan udara yang disalurkan melalui pompa blower
(diffused) atau melalui proses aerasi mekanik dengan menambahkan oksigen. Sel
mikroba membentuk flok yang akan mengendap di tangki penjernihan. Kemampuan
bakteri dalam membentuk flok menentukan keberhasilan pengolahan limbah secara
biologi, karena akan memudahkan pemisahan partikel dan air limbah.
Dengan menerapkan sistem ini didapatkan air bersih yang tidak lagi
mengandung senyawa organik beracun dan bakteri yang berbahaya bagi kesehatan.
Air tersebut dapat dipergunakan kembali sebagai sumber air untuk kegiatan industri
selanjutnya. Diharapkan pemanfaatan sistem daur ulang air limbah akan dapat
mengatasi permasalahan persediaan cadangan air tanah demi kelangsungan kegiatan
industri dan kebutuhan masyarakat akan air. Metode pengolahan lumpur aktif
(activated sludge) merupakan proses pengolahan air limbah yang memanfaatkan
proses mikroorganisme tersebut.
Air tersebut dapat dipergunakan kembali sebagai sumber air untuk kegiatan
industri selanjutnya. Air daur ulang tersebut dapat dimanfaatkan dengan aman untuk
kebutuhan konsumsi air seperti cooling tower, boiler laundry, toilet flusher,

penyiraman tanaman, general cleaning, fish pond car wash dan kebutuhan air yang
lainnya.
Dalam hal ini metode lumpur aktif merupakan metode pengolahan air limbah
yang paling banyak dipergunakan, termasuk di Indonesia, hal ini mengingat metode
lumpur aktif dapat dipergunakan untuk mengolah air limbah dari berbagai jenis
industri seperti industri pangan, pulp, kertas, tekstil, bahan kimia dan obat-obatan.
Teknik Pengolahan air limbah banyak ragamnya. Salah satu dari teknik Air
limbah adalah proses lumpur aktif dengan aerasi oksigen murni. Pengolahan ini
termasuk pengolahan biologi, karena menggunakan bantuan mikroorganisma pada
proses pengolahannya.
Proses lumpur aktif merupakan proses pengolahan secara biologis aerobic
dengan mempertahankan jumlah massa mikroba dalam suatu reaktor dan dalam
keadaan tercampur sempurna. Suplai oksigen adalah mutlak dari peralatan mekanis,
yaitu aerator dan blower, karena selain berfungsi untuk suplai oksigen juga
dibutuhkan pengadukan yang sempurna. Perlakuan untuk memperoleh massa mikroba
yang tetap adalah dengan melakukan resirkulasi lumpur dan pembuangan lumpur
dalam jumlah tertentu.

BAB II
ISI

2.1 Pengertian Lumpur Aktif


Lumpur aktif (activated sludge) adalah proses pertumbuhan mikroba tersuspensi yang
pertama kali dilakukan di Ingris pada awal abad 19. Sejak itu proses ini diadopsi seluruh
dunia sebagai pengolah air limbah domestik sekunder secara biologi. Proses ini pada
dasarnya merupakan pengolahan aerobik yang mengoksidasi material organik menjadi CO 2
dan H2O, NH4. dan sel biomassa baru. Udara disalurkan melalui pompa blower (diffused) atau
melalui aerasi mekanik. Sel mikroba membentuk flok yang akan mengendap di tangki
penjernihan.
Pengolahan air limbah pada umumnya dilakukan dengan menggunakan metode
Biologi. Metode ini merupakan metode yang paling efektif dibandingkan dengan metode
Kimia dan Fisika. Proses pengolahan limbah dengan metode biologi adalah metode yang
memanfaatkan mikroorganisme sebagai katalis untuk menguraikan material yang terkandung
di dalam air limbah. Mikroorganisme sendiri selain menguraikan dan menghilangkan
kandungan material, juga menjadikan material yang terurai tadi sebagai tempat berkembang
biaknya. Metode pengolahan lumpur aktif (activated sludge) adalah merupakan proses
pengolahan air limbah yang memanfaatkan proses mikroorganisme tersebut.
Dengan menerapkan sistem ini didapatkan air bersih yang tidak lagi mengandung
senyawa organik beracun dan bakteri yang berbahaya bagi kesehatan. Air tersebut dapat
dipergunakan kembali sebagai sumber air untuk kegiatan industri selanjutnya. Diharapkan
pemanfaatan sistem daur ulang air limbah akan dapat mengatasi permasalahan persediaan
cadangan air tanah demi kelangsungan kegiatan industri dan kebutuhan masyarakat akan air.
Air tersebut dapat dipergunakan kembali sebagai sumber air untuk kegiatan industri
selanjutnya. Air daur ulang yang kami kerjakan dapat dimanfaatkan dengan aman untuk
kebutuhan konsumsi air seperti cooling tower, boiler laundry, toilet flusher, penyiraman
tanaman, general cleaning, fish pond car wash dan kebutuhan air yang lainnya.
Pengaturan jumlah massa mikroba dalam sistem lumpur aktif dapat dilakukandengan
baik dan relatif mudah karena pertumbuhan mikroba dalam kondisi tersuspensi sehingga
dapat terukur dengan baik melalui analisa laboratorium. Tetapi jika dibandingkan dengan
sistem sebelumnya operasi sistem ini jauh lebih rumit. Khususnya untuk limbah industri dengan
karakteristik khusus.

Permasalahan dalam lumpur aktif antara lain :

Membutuhkan energi yang besar


Membutuhkan operator yang terampil dan disiplin dalam mengatur jumlah massa mikroba

dalam reactor
Membutuhkan penanganan lumpur lebih lanjut.

2.2 Proses Pengolahan Air Limbah


Metode activated sludge ini dilakukan pada pengolahan air limbah sebelum dibuang
ke lingkungan. Pengolahan air limbah ini pada umumnya termasuk dalam pengolahan secara
biologi dimana activated sludge

memanfaatkan mikroorganisme sebagai pengurai dari

material limbah yang masuk. Untuk proses ini mikroorganisme membutuhkan oksigen agar
memaksimalkan penguraian materi yang terkandung di dalam limbah. Proses yang dimaksud
adalah proses aerasi dimana oksigen ditambahkan kedalam air limbah yang sudah
dicampurkan dengan lumpur aktif.
Berikut adalah tahapan yang lebih rinci mengenai proses activated sludge dalam
menguraikan material limbah :
1

Tahap awal (pendahuluan)


Pada tahap ini air limbah yang masuk disaring terlebih dahulu oleh bar screen

sehingga benda seperti kayu, bungkus plastik, batuan, botol, dll akan tersaring. Selanjutnya
partikel benda seperti pasir ataupun yang mempunyai diameter kurang dari 0,2 mm akan
tersaring oleh grit chamber.
2

Tahap primer (primary treatment)


Setelah dilakukan penyaringan di tahap sebelumnya, maka akan dihasilkan air yang

masih berwarna keruh dan biasanya masih terdapat padatan kasar dan halus yang lolos pada
tahap awal. Oleh karena itu partikel tersebut dapat dipisahkan dengan bantuan gravitasi
sehingga partikel yang berat akan mengendap ke bawah, proses ini disebut proses
sedimentasi. Untuk bahan padatan yang halus akan diberi penambahan zat kimia agar bahan
padatan yang berukuran koloid tersebut dapat terapung di atas permukaan air, proses ini
dinamakan proses flotasi.
3

Tahap sekunder (secondary treatment)


Di tahap secondary treatment ini air limbah akan mengalami proses aerasi dimana air

limbah dicampurkan dengan lumpur aktif dan ditambahkan oksigen sebagai bahan utama
untuk pertumbuhan dan perkembangan dari mikroorganisme yang akan membantu proses
penguraian limbah. Setelah itu lumpur aktif akan terendap dan akan terlihat jelas batas antara

lumpur dengan air. Sisa lumpur ini disaring kembali dan ditampung untuk digunakan pada
proses yang sama. Jadi lumpur aktif ini dapat digunakan secara berulang-ulang sampai
memasuki keadaan jenuh. Kita dapat mengetahuinya dari perbedaan batas lumpur dengan air
antara lumpur yang masih baik digunakan atau lumpur yang telah jenuh. Lumpur yang masih
layak digunakan akan dipompakan kembali untuk air limbah yang lain dan dimasukkan
kembali oksigen sebagai bahan makanan utama mikroorganisme pengurai.
4

Tahap tersier (Tertiary treatment)


Terakhir, air limbah yang telah melewati ketiga tahapan tersebut akan diolah

menggunakan zat Chlorine atau bisa disebut dengan proses desinfeksi yang bertujuan untuk
membunuh kuman dalam limbah cair.

2.3 Deskripsi Proses Lumpur Aktif


Aliran umpan air limbah/ subtrat, bercampur dengan aliran lumpur aktif yang
dikembalikan sebelum masuk rektor. Campuran lumpur aktif dan air limbah membentuk
suatu campuran yang disebut cairan tercampur (mixed liquor ). Memasuki aerator, lumpur
aktif dengan cepat memanfaatkan zat organik dalam limbah untuk men-degradasinya.

Kondisi lingkungan aerobic diperoleh dengan memberikan oksigen ke tangki aerasi.


Pemberian oksigen dapat dilakukan dengan penyebaran udara tekan, aerasi permukaan secara
mekanik, atau injeksi oksigen murni. Aerasi dengan difusi udara tekan atau aerasi mekanik
mempunyai dua fungsi, yaitu pemberi udara dan pencampur agar terjadi kontak yang
sempurna antara lumpur aktif dan senyawa organik di dalam limbah.
Pada tangki pengendapan (clarifier ), padatan lumpur aktif mengendap dan terpisah
dengan cairan sebagai effluent. Sebagian lumpur aktif dari dasar tangki pengendap
dipompakan kembali ke reaktor dan dicampur dengan umpan (subtrat) yang masuk, sebagian
lagi dibuang.
Dalam reactor mikroorganisme mendegradasi bahan-bahan organik dengan persamaan
stoikiometri pada reaksi di bawah ini (Metcalf dan Eddy,1991):

TABEL 1 Distribusi Bakteri Heteropik Aerobik Dalam Lumpur Aktif Standard


(Hiraishi et al. (1989).
GENUS
KELOMPOK
Comamonas-Pseudomonas

PERSENTASI
DARI TOTAL
ISOLAT
50

Alkaligenes

5,8

Pseudomonas (Kelompok Florescent)

1,9

Paracoccus

11,5

Unidentified (gram negative rods)

1,9

Aeromomas

1,9

Flavobacterium Cytophaga

13,5

Bacillus

1,9

Micrococcus

1,9

Coryneform

5,8

Arthrobacter

1,9

Aureobacterium-Microbacterium

1,9

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengolahan Limbah Cair dengan Lumpur Aktif


a.Oksigen
Oksigen dibutuhkan ketika pengolahan terhadap airlimbah dilakukan secara aerob. Tetapi
untuk proses anaerob, kehadiran oksigen pada reaktor pengolahan limabh tidak
diperbolehkan sehingga mikroorganisme yang digunakan untuk mendegradasi limbah adalah
bakteri anaerob yang tidak membutuhkan oksigen.
b.Nutrisi
Mikroorganisme akan menggunakan bahan-bahan organik yang terkandung dalam limbah
cair sbagai makanannya, tetapi ada beberapa unsur kimia penting yang banyak digunakan
sebagai nutrisi untuk pertumbuhan bakteri sehingga pertumbuhan bakteri optimal. Sumber
nutrisi tersebut antara lain :
~Makro nutrient
Sumber makro nutrient yang sering ditambahkan antara lain adalah N, S, P, K, Mg, Ca, Fe,
Na, dan Cl. Unsur nitrogen dan phospor yang digunakan biasanya diperoleh dari urea dan
TSP dengan perbandingan 5:1(Metcalf &Eddy, 2004).
~Mikro nutrient
Sumber mikro nutrient yang penting antara lain adalah Zn, Mn, Mo, Se, Co, Cu, dan Ni .
Penggunaan mikronutrient adalah 1-100 g/L (Robert H. Perry, 1997). Karena jika terlalu

banyak justru merupakan racun bagi mikroorganisme. Penambahan mikronutrient Cu lebih


dari 1 mg/L mengakibatkan efisiensi penurunan TOC menjadi menurun (Y.P. Ting, *H.
Imaiand S. Kinoshita, 1994).
c.Komposisi organisme
Komposisi mikroorganisme dalam lumpur aktif sangat menentukan baik atau tidaknya proses
pengolahan yang dilakukan. Kondisi yang paling baik untuk pengolahan limbah dengan
lumpur aktif adalah apabila populasi mikroorgamisme yang dominan adalah free ciliata
diikuti dengan stalk ciliata dan terdapat beberapa rotifera.
d.pH
Kondisi pH lingkungan sangat berperan dalam pertumbuhan mikroorganisme terutama
bakteri karena derajat keasaman atau kebasaan akan mempengaruhi aktivitas enzim yang
terdapat dalam sel bakteri. pHoptimum untuk pertumbuhan bagi kebanyakan bakteri adalah
antara 6.5- 7.5. Pergeseran pH dalam limbah cair dapat diatasi dengan larutan H2SO4 atau
NaOH maupun larutan kapur.
e.Temperatur
Pengaruh temperatur untuk pertumbuhan mikroorganisme terutama bakteri adalah terhadap
proses kerja enzim yang berperan dalam sintetis bahan-bahan organik terlarut dalam limbah
cair. Temperatur optimal dalam proses lumpur aktif untuk pertumbuhan bakteri adalah 32360C (Hammer, Mark J, 1931).

BAB III
APLIKASI

3.1 Pengolah Limbah Tekstil PT Unitek, Bogor

Indonesia dalam satu dasa warsa ini dikenal sebagai penghasil tekstil yang besardisamping India dan
Pakistan. Dalam proses produksi industri tekstil banyak menggunakanbahan kimia dan air. Bahan kimia yang
digunakan antara lain untuk proses pencucian,pemutihan, dan pewarnaan. Akibat dari itu pencemaran
lingkungan menjadi masalah bagi masyarakat yang tinggal disekitar industri tekstil. Mengingat pentingnya
industri tekstil sebagai penghasil devisa negara dan perlunya perlindungan lingkungan, maka diperlukan
adanya teknologi pengolah limbah tekstil yang handal. Salah satu contoh pengolahan limbah tekstil yang
hingga saat ini beroperasi adalah pengolahan limbah tekstil milik PT Unitex di Bogor.
Proses pengolahan air limbah PT Unitek terbagi atas tiga tahap pemrosesan, yaitu :
1. Proses primer yang meliputi penyaringan kasar, penghilangan warna, ekualisasi, penyaringan halus,
pendinginan.
2. Proses sekunder yang meliputi proses biologi dan sedimentasi.
3. Proses tersier yang merupakan tahap lanjutan dengan penambahan bahan kimia.
Sistem pengolah limbah yang digunakan merupakan perpaduan antara proses fisika, kimia, dan
biologi. Proses yang berperan dalam pengurangan bahan pencemar adalah proses biologi yang menggunakan
sistem lumpur aktif dengan aerasi lanjutan ( extended aeration ).
Selain limbah cair terdapat pula limbah padat yang berupa lumpur, hasil samping dari sistem
pengolahan yang digunakan. Lumpur hasil olahan digunakan sebagai bahan campuran pembuatan conblock
dan batako press serta pupuk organik. Hal ini merupakan salah satu alternatif dan langkah lebih maju dari PT
Unitek dalam memanfaatkan kembali limbah padat.
Urutan proses pengolahan limbah di PT Unitek secara garis besar dibagi dalam 5 unit
proses yang meliputi proses primer, sekunder, dan tersier, yaitu :

Unit 1 : adalah proses penghilangan warna dengan sistem koagulasi dan sedimentasi.

Unit 2 : adalah proses penguraian bahan organik yang terkandung di dalam air limbah
dengan sistem lumpur aktif.

Unit 3 : adalah proses pemisahan air yang telah bersih dengan lumpur aktif dari kolam
aerasi.

Unit 4 : adalah proses penghilangan padatan tersuspensi setelah pengendapan.

Unit 5 : adalah proses pemanfaatan lumpur padat setelah pengepresan di belt press.

BAB 1V
DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 2000. Pengolahan limbah metode lumpur aktif. http:// www.scrib.com/


Pengolahan limbah metode lumpur aktif
Mardini, dini.2004. Penggunaan metode lumpur aktif sebagai salah satu
pengolahan sekunder terhadap limbah cair industru tekstil.http:// www.scrib.com
Metcalf & Eddy, 2004. Pengolahan Limbah Cair dengan Lumpur Aktif.
Sutapa, 1999. Lumpur aktif: alternatif pengolahan limbah cair.http :
//www.scrib.com/alternatif pengolahan limbah cair.

Anda mungkin juga menyukai