2. Ellisabet Enjelina
A. Alat :
1. Erlenmeyer
2. Corong Kaca
3. Desikator
4. Oven
5. Gelas Ukur
6. Neraca Analitik
7. Pinset
8. Plastik Sampel
9. Tisu
10. Cawan Penguap
B. Bahan :
1. Lumpur Aktif
2. Kertas Filter
CARA KERJA PENGHITUNGAN SLUDGE VOLUME INDEX :
1. Siapkan alat dan bahan yang diperlukan
2. Siapkan 1000 ml sampel lumpur aktif pada gelas ukur
3. Siapkan statif dan corong imhoff, sangga corong imhoff menggunakan statif
4. Masukkan 1000 ml sampel lumpur aktif kedalam corong imhoff dan endapkan sampel
lumpur aktif selama 1 jam
5. Setelah 1 jam, lihat volume endapan sampel lumpur aktif yang terukur pada corong
imhoff. Catat hasil ukuran yang didapatkan
6. Kemudian buang supernatan, lalu ambil seluruh endapan dari sampel lumpur aktif
tersebut.
7. Siapkan cawan penguap yang sebelumnya sudah di stabilisasi
8. Masukkan hasil endapan lumpur kedalam cawan penguap, lalu masukkan kedalam oven
dengan suhu 105ºC selama 2 jam.
9. Setelah 1 jam, keluarkan cawan penguap yang berisi sampel lumpur aktif tersebut dari
oven dan masukkan kedalam desikator selama 15 menit.
10. Timbang cawan penguap yang sebelumnya berisi sampel lumpur aktif tersebut. Catat
hasilnya, dan masukkan kedalam perhitungan.
Diketahui :
1. Volume lumpur yang mengendap = 28 mL
2. Berat cawan kosong = 108,4268 g
3. Berat cawan + sampel setelah dioven = 122,4770 gram
Maka
𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑙𝑢𝑚𝑝𝑢𝑟 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑚𝑒𝑛𝑔𝑒𝑛𝑑𝑎𝑝
SVI = (𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑐𝑎𝑤𝑎𝑛+𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 𝑠𝑒𝑡𝑒𝑙𝑎ℎ 𝑑𝑖𝑜𝑣𝑒𝑛)−𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑐𝑎𝑤𝑎𝑛 𝑘𝑜𝑠𝑜𝑛𝑔
28 𝑚𝐿
= 122,4770 𝑔𝑟−108,4268 𝑔𝑟
= 14,0502 ml/gr
Diketahui :
1. Berat kertas kosong = 0,9859 gram
2. Berat kertas + sampel setelah dioven = 2,6895 gram
3. Berat kering sampel yang tersarung = 1,713 gram
Maka
MLSS =
PEMBAHASAN :
Limbah cair yang digunakna sebagai sampel berasal dari industri tekstil (PT. Fuji Palapa Textile
Industries Unit II) di Jl. Cibaligo No. 63, Cibeureum, Kec. Cimahi Selatan, Cimahi. Pada saat proses
koagulasi, dilakukan dua jenis pengadukan yaitu:
1. Pengadukan cepat selama 1 menit dengan kecepatan 120 rpm yang bertujuan untuk
mendispersikan koagulan dengan air limbah agar dapat bercampur dengan sempurna
2. Pengadukan lambat selama 20 menit dengan kecepatan 45 rpm yang bertujuan untuk membantu
pembentukan flok-flok dengan ukuran yang lebih besar hingga saat pengendapan dapat
mengendap secara sempurna
Dosis koagulan yang berlebihan dapat mengakibatkan restabilisasi, sehingga tingkat kekeruhan
dapat meningkat. Dalam hidrolisis PAC, tiga mol H+ terbentuk. Hidrolisis yang biasanya berlangsung
pada perusahaan air dosis dalam kisaran 5,8-7,5. Dalam nilai ini, warna dan koloid dihilangkan oleh
proses adsorpsi kedalam produk hidrolisis hidroksida logam yang terbentuk.
Keuntungan koagulan PAC daripada FeCl3 dan Al2(SO4)3 jika terlihat dari segi fisik adalah dari
warna yang terlihat. Untuk PAC warna yang dihasilkan yaitu lebih jernih, berbeda dengan FeCl 3 yang
larutannya berubah menjadi kuning, karena adanya kation Fe3+ berwarna kuning muda. Selain itu,
koagulan Al2(SO4)3 memberikan hasil yang jernih, namun masih belum lebih jernih dari PAC. Hal ini
dikarenakan PAC lebih cepat membentuk flok daripada koagulan Fe dan Al karena dari gugus aktif
aluminat yang bekerja efektif dalam mengikat koloid, dimana ikatan ini diperkuat dengan rantai
polimer dari gugus polielektrolit sehingga gumpalan flok nya menjadi lebih padat.
KESIMPULAN :
Berdasarkan hasil praktikum, maka dapat disimpulkan bahwa koagulan yang efektif yaitu PAC
dengan dosis 5000 ppm dan konsentrasi koagulan sebesar 70,12 %
DAFTAR PUSTAKA :
Said, Nusa Idaman. 2008. “Pengolahan Air Limbah Domestik di DKI Jakarta”. Jakarta Pusat:
Pusat Teknologi Lingkungan
Herlambang, A. dan Wahjono, H.D., (2010), Teknologi Pengolahan Limbah Tekstil Dengan
Lumpur Aktif, Kelompok Teknologi Pengelolaan Air Bersih dan Limbah Cair,
Direktorat Teknologi Lingkungan. Kedeputian Bidang Informatika, Energi dan
Material, Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi
LAMPIRAN :