Anda di halaman 1dari 24

PROSES PENGOLAHAN AIR LIMBAH SECARA BIOLOGIS

Dosen Pengajar ;
Dr. Ir. Haruki Agustina, M.Env.Eng.Sc.
Beata Ratnawati, ST, M.Si.

Asisten Dosen ;
Mufti Zuchair, A.Md.
Fiha Nurfatharani, A.Md.
Dimas Aprianto, A.Md.

Oleh :

Authamalia Kharisma Putri J3M117086


Rifaldi Hardiana J3M117101
Puput Eka Wijayanti J3M117135
Ayu Lestari J3M117165
Mohamad Adli Faiz Madani J3M217187
Anisa Amelia J3M217197

TEKNIK DAN MANAJEMEN LINGKUNGAN


SEKOLAH VOKASI
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2019

i
Sekolah Vokasi Institut Pertanian Bogor
Teknik & Manajemen Lingkungan
Teknologi Pengelolaan & Pemanfaatan Limbah Industri & Domestik

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan karunia-Nya
penulis dapat menyelesaikan laporan mata kuliah Teknologi Pengelolaan dan Pemanfaatan Limbah
Domestik dan Industri dengan judu ”Proses Pengolahan Air Limbah Secara Biologi”. Laporan ini
dibuat di Jalan Lodaya II RT 02 RW 05, Bogor. Laporan ini dibuat tanggal 29-30 Agustus 2019.
Laporan mata kuliah ini dibuat dengan tujuan menambah ilmu dalam proses pengolahaan
limbah cair. Penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada orangtua dan keluarga yang
senantiasa memberi dukungan dalam segala hal. Terima kasih kepada Dr. Ir. Haruki Agustina,
M.Env.Eng.Sc. dan Beata Ratnawati, ST, M.Si selaku dosen pengajar mata kuliah Teknologi
Pengelolaan dan Pemanfaatan Limbah Domestik dan Industri. Penulis juga mengucapkan terima
kasih kepada seluruh teman-teman Program Studi Teknik dan Manajemen Lingkungan Sekolah
Vokasi IPB. Semoga laporan mata kuliah ini bermanfaat.

Bogor, 30 Agustus 2019

Penulis

ii
Sekolah Vokasi Institut Pertanian Bogor
Teknik & Manajemen Lingkungan
Teknologi Pengelolaan & Pemanfaatan Limbah Industri & Domestik

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .......................................................................................................................ii


DAFTAR ISI .................................................................................................................................... iii
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................................................iv
DAFTAR TABEL .............................................................................................................................. v
BAB I ................................................................................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang .................................................................................................................... 1
1.2 Tujuan .................................................................................................................................. 1
1.3 Manfaat ................................................................................................................................ 1
BAB II ................................................................................................................................................ 2
2.1 Pengolahan Aerobik......................................................................................................... 2
a. Kolam aerasi ........................................................................................................................ 2
b. Activated Sludge Process ................................................................................................ 2
c. Extended Aeration ............................................................................................................... 3
d. Oxidation Ditch ............................................................................................................... 3
2.2 Pengolahan Anaerobik ..................................................................................................... 3
a. Filter Anaerobik .................................................................................................................. 3
b. Upflow Anaerobic Sludge Blanket (UASB).................................................................... 4
c. Kolam Anaerobik ................................................................................................................ 5
d. Anaerobik Baffled Reactor (ABR) .................................................................................. 6
2.3 Pengolahan Kombinasi .................................................................................................... 7
a. Pengolahan Air Limbah dengan Kolam Stabilisasi (Waste Stabilization Ponds) ............... 7
b. Rotating Biological Contractor (RBC) ............................................................................ 9
c. Biofilter ............................................................................................................................. 13
d. Membran Bioreaktor ...................................................................................................... 15
e. Moving Bed Biofilm Reactor (MBBR) ............................................................................. 16
BAB III ............................................................................................................................................ 18
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................................... 19

iii
Sekolah Vokasi Institut Pertanian Bogor
Teknik & Manajemen Lingkungan
Teknologi Pengelolaan & Pemanfaatan Limbah Industri & Domestik

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Cascade Aerator ................................................................................................................ 2


Gambar 2 Cone Tray Aerator............................................................................................................. 2
Gambar 3 ............................................................................................................................................ 5
Gambar 4 Anaerobic Baffled Reactor (ABR) .................................................................................... 6
Gambar 5 Bermacam konfigurasi kolam stabilisasi .......................................................................... 8
Gambar 6 Proses Pengolahan Air Limbah Sistem RBC .................................................................. 11
Gambar 7 Diagram Proses Pengolahan Air Limbah Dengan Proses Biofilter Anaerob Aerob ....... 15

iv
Sekolah Vokasi Institut Pertanian Bogor
Teknik & Manajemen Lingkungan
Teknologi Pengelolaan & Pemanfaatan Limbah Industri & Domestik

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Kelebihan dan keterbatasan pengolahan air limbah dengan kolam stabilisasi 9

v
Sekolah Vokasi Institut Pertanian Bogor
Teknik & Manajemen Lingkungan
Teknologi Pengelolaan & Pemanfaatan Limbah Industri & Domestik

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dewasa ini perkembangan industri yang sangat pesat dikarenakan penerapan kemajuan
teknologi oleh manusia untuk mendapatkan kualitas hidup yang lebih baik, di sisi lain hal
tersebut dapat menimbulkan dampak yang merugikan kelangsungan hidup manusia. Dampak
tersebut harus dicegah karena keseimbangan lingkungan dapat terganggu oleh kegiatan industri
dan teknologi tersebut. Jika keseimbangan lingkungan terganggu maka kualitas lingkungan juga
berubah. Kenyamanan hidup banyak ditentukan oleh daya dukung alam atau kualitas lingkungan
yang mendukung kelangsungan hidup manusia. Buangan yang dihasilkan dari suatu proses
produksi baik industri maupun domestik disebut limbah. Limbah menurut sumbernya dibedakan
menjadi tiga, yaitu : limbah cair, limbah padat, limbah gas dan limbah B3 (Bahan Berbahaya
Beracun) (Hasana F 2016).

Limbah cair merupakan air buangan adalah sisa air yang dibuang yang berasal dari rumah
tangga, industri maupun tempat-tempat umum lainnya, dan pada umumnya mengandung bahan-
bahan atau zat-zat yang dapat membahayakan bagi kesehatan manusia serta menggangu
lingkungan hidup. Sumber lain mengatakan bahwa air limbah adalah kombinasi dari cairan dan
sampah cair yang berasal dari daerah pemukiman, perdagangan, perkantoran dan industri, yang
bercampur dengan air tanah, air permukaan dan air hujan. Berdasarkan pengertian diatas dapat
disimpulkan bahwa air limbah adalah air yang tersisa dari kegiatan manusia, baik kegiatan
rumah tangga maupun kegiatan lain seperti industri, perhotelan dan sebagainya. Lingkungan
hidup dapat dilindungi dari pencemaran dengan pengolahan air limbah yang baik. Secara ilmiah
lingkungan mempunyai daya dukung yang cukup besar terhadap gangguan yang timbul karena
pencemaran air limbah tersebut. Namun demikian, alam tersebut mempunyai kemampuan yang
terbatas dalam daya dukungnya sehingga air limbah perlu diolah sebelum dibuang. Pengolahan
limbah sendiri dilakukan secara fisika,kimia dan biologi (Hasanah F 2016).

1.2 Tujuan
Makalah tentang Pengolahan Limbah Cair Secara Biologi ini dibuat dengan tujuan yaitu,
agar kita dapat mengetahui dan memahami tentang proses-proses air limbah secara biologis.

1.3 Manfaat
Menambah pengetahuan pembaca tentang proses pengolahan air dan pengolahan limbah
cair secara biologis serta sebagai syarat dalam penilaian mata kuliah Teknologi pengelolaan dan
pemanfaatan Limbah Domestik dan Industri.

1
Sekolah Vokasi Institut Pertanian Bogor
Teknik & Manajemen Lingkungan
Teknologi Pengelolaan & Pemanfaatan Limbah Industri & Domestik

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengolahan Aerobik


a. Kolam aerasi
Kolam aerasi adalah tempat limbah diberi perlakuan aerasi atau diberi udara, untuk
meningkatkan aktivitas bakteri aerobik. Bakteri aerobik ini dapat menurunkan konsentrasi
zat organik di dalam air limbah. Dalam kolam aerasi, terdapat proses penambahan udara atau
aerasi, yang dapat dilakukan dengan beberapa cara, di antaranya dengan cara alami, difusi,
atau mekanik. Cara alami adalah dengan membuat air limbah memiliki kontak dengan udara
secara alami, misalnya dengan diterjunkan. Aerasi alami biasa dilakukan dengan cascade
aerator, waterfalls atau cone tray aerator. Difusi adalah proses aerasi dengan pemompaan
udara melalui pipa diffuser di bawah permukaan kolam aerasi. Aerasi mekanik adalah proses
aerasi dengan memberi perlakuan berupa pengadukan sehingga memungkinkan terjadinya
kontak antara air dengan udara.

Gambar 2 Cone Tray Aerator Gambar 1 Cascade Aerator

b. Activated Sludge Process


Activated Sludge Process (ASP) adalah proses pengolahan limbah dengan penambahan
lumpur aktif. Lumpur aktif adalah lumpur yang tersuspensi dan diberi oksigen sehingga
seluruh mikroorganisme aerobik yang melekat dengan lumpur menjadi sangat aktif. Tujuan
penanganan dengan lumpur aktif diantaranya adalah untuk mengurangi kadar BOD
(Ningtyas R 2015). Air limbah yang diberi lumpur aktif selanjutnya menuju proses
sedimentasi untuk mengendapkan lumpur. Sebagian lumpur dikembalikan ke dalam proses
aerasi, sebagian lagi ke luar menjadi excess sludge. Sistem pengolahan air limbah dengan

2
Sekolah Vokasi Institut Pertanian Bogor
Teknik & Manajemen Lingkungan
Teknologi Pengelolaan & Pemanfaatan Limbah Industri & Domestik

proses lumpur aktif (activated sludge) salah satunya adalah dengan sistem aerasi berlanjut
(extended aeration).
c. Extended Aeration
Extended Aeration adalah proses lanjutan dari penambahan lumpur aktif di tahap ASP.
Lumpur sisa/excees sludge dari proses ASP dimasukkan ke dalam kolam aerasi.
Dimasukkannya excess sludge ke kolam aerasi bertujuan untuk melanjutkan biodegradasi
zat organik pada air limbah sebagai influen (Sari DR 2015). Energi yang digunakan pada
sistem aerasi berlanjut (extended aeration) tidak hanya digunakan untuk mengurangi
penambahan BOD, tetapi juga untuk proses digesti aerobik lumpur di dalam reaktor.
Pengurangan ketersediaan makanan dan proses asimilasi lengkap oleh biomassa menjadikan
sistem aerasi berlanjut (extended aeration) ini salah satu proses pengolahan limbah yang
paling efisien dalam pengurangan BOD.
d. Oxidation Ditch
Oxidation ditch atau oksidasi parit merupakan kolam berbentuk oval, air limbah akan
dialirkan secara berputar sambil dicampurkan bakteri pengolah serta udara atau oksigen
sebagai “makanan” untuk bakteri tersebut. Sistem oksidasi parit terdiri dari bak aerasi berupa
parit atau saluran yang berbentuk oval yang dilengkapi dengan satu atau lebih rotor rotasi
untuk aerasi limbah.

2.2 Pengolahan Anaerobik


Proses pengolahan limbah secara anaerobic adalah suatu metabolisme tanpa menggunakan
oksigen yang dilakukan oleh bakteri anaerob. Ciri khas dari proses secara anaerob adalah
terbentuknya gas metana. Di dalam proses anaerobic yang berperan adalah mikroorganisme
anaerobic. Proses anaerobic memiliki beberapa keuntungan dan kelebihan diantaranya : derajat
stabilitas tinggi, produk lumpur buangan rendah, kebutuhan nutrient rendah, dihasilkan gas
metan yang dapat digunakan untuk sumber energi (Said IN 205). Pengolahan anaerobic
digunakan untuk mengolah air limbah dengan beban organic yang tinggi. Bakteri yang sering
digunakan untuk pengolahan anaerob yaitu bakteri hidrolisa, bakteri acetogenik, bakteri
metanogenik. Beberapa pengolahan biologis anaerob antara lain : filter anaerobic, UASB,kolam
anaerobic dan ABR.
a. Filter Anaerobik
Karakteristik filter anaerobic dilengkapi dengan filter media untuk tempat
berkembangnya koloni bakteri membentuk film (lendir) akibat fermentasi oleh enzim bakteri
terhadap bahan organic yang ada di dalam limbah. Media yang digunakan bisa dari kerikil,
bola-bola plastik atau tutup botol plastik dengan diameter anatara 5 cm s/d 15 cm. Aliran
dapat dilakukan dari atas atau dari bawah. Keunggulan dari filter anaerobic yaitu tahan
terhadap shock loading, tidak membutuhkan energy listrik, efisiensi BOD dan TSS tinggi.
Kelemahan dari proses ini yaitu membutuhkan pencucian media secara berkala, effluentnya

3
Sekolah Vokasi Institut Pertanian Bogor
Teknik & Manajemen Lingkungan
Teknologi Pengelolaan & Pemanfaatan Limbah Industri & Domestik

membutuhkan pengolahan tambahan, effiseiensi reduksi bakteri pathogen dan nutrient


rendah, membutuhkan start up yang lama.
b. Upflow Anaerobic Sludge Blanket (UASB)
Reaktor UASB dikembangkan oleh Lettinga, van Velsen, de Zeeuw dan Hobma (1979)
yang telah diaplikasikan secara luas untuk pengolahan limbah cair industri dan beberapa
pengolahan limbah domestik yang relatif encer. Sistem UASB pertama kali dikenalkan pada
akhir tahun 1970 dan aplikasi skala penuh diperluas pada tahun 1980-an. Pada sistem UASB,
influen masuk melalui bagian bawah reaktor dan berjalan ke arah atas melewati bed lumpur.
Elemen penting dari desain reaktor UASB adalah sistem distribusi influen, gas-solid
separator serta desain sistem pengeluaran efluen. Telah banyak modifikasi yang dilakukan
pada sistem UASB diantaranya adalah penambahan tangki pengendap atau penggunaan
bahan packing pada bagian atas reaktor. Kedua modifikasi tersebut dilakukan untuk
memberikan sistem pengumpul padatan yang lebih baik dan untuk mencegah hilangnya
sejumlah besar padatan dari reaktor akibat gangguan proses atau perubahan karakteristik dan
densitas bed lumpur. Efisiensi penyisihan bahan organik dengan reaktor UASB mencapai
90-95% pada saat beban COD berkisar diantara 12-20 kg COD/m3 .hari pada berbagai jenis
limbah dengan suhu 30-35°C. Untuk limbah yang banyak mengandung VFA disarankan
menggunakan beban yang lebih tinggi untuk mendapatkan granul lumpur yang lebih padat.

4
Sekolah Vokasi Institut Pertanian Bogor
Teknik & Manajemen Lingkungan
Teknologi Pengelolaan & Pemanfaatan Limbah Industri & Domestik

Kelebihan pada proses UASB diantaranya adalah (Rittman, 2001 ) :


 Produksi lumpur yang sedikit, hanya sekitar 5-15% BODL yang dikonversi
menjadi lumpur.
 Menghasilkan metana sebagai produk akhir yang merupakan sumber energi yang
dapat digunakan sebagai pemanas atau penghasil tenaga listrik. Nilai energi CH4
adalah 35.8 kJ/l pada keadaan STP.
 Memungkinkan untuk beban organik yang tinggi. Umumnya beban organik pada
sistem anaerob adalah 5-10 kg COD/m3 .hari, sedangkan untuk sistem aerob
adalah kurang dari 1 kg COD/m3 .hari, dimana transfer O2 menjadi pembatas
utama.
 Sistem yang murah untuk aplikasi pengolahan limbah cair perkotaan langsung,
dapat diterapkan pada skala kecil dimana variasi aliran limbah cair yang tinggi
tergantung musim hujan atau peningkatan penduduk selama masa liburan.

Gambar 3 Upflow Anaerobic Sludge Blanket (UASB)

c. Kolam Anaerobik
Karakteristik Kolam ini dibuat dengan mengatur kedalaman kolam agar terjadi proses
anaerobic, kedalamannya sekitar 2-5 cm. Jika dinding dan dasar pada kolam anaerobic tidak
menggunakan pasangan batu, maka kolam tersebut harus dilapisi tanah kedap air (tanah liat
+ pasir 30%) setebal 30 cm. atau diberi lapisan geomembrane untuk menghindari air dari
kolam meresap kedalam tanah dan beresiko mencemari air dari kolam meresap ke dalam
tanah dan beresiko mencemari air tanah sekitarnya. Keunggulan kolam anaerobic adalah
biaya yang dibutuhkan sedikit dari segi operasional karena tidak menggunakan energy
listrik, effisiensi removal yang cukup baik. Kelemahan dari proses ii yaitu reduksi bakteri
pathogen dan nutrient rendah, effluentnya masih membutuhkan pengolahan tambahan,
membutuhkan pretreatment untuk mencegah terjadinya clogging.

5
Sekolah Vokasi Institut Pertanian Bogor
Teknik & Manajemen Lingkungan
Teknologi Pengelolaan & Pemanfaatan Limbah Industri & Domestik

d. Anaerobik Baffled Reactor (ABR)


Anaerobic Baffled Reactor (ABR) atau dikenal juga dengan Anaerobic Baffled Septic
Tank (ABST) adalah salah satu reaktor hasil modifikasi septic tank dengan penambahan
sekat-sekat. Teknologi ini telah digunakan dan dikembangkan oleh Bachman dkk (1985)
untuk mengolah limbah cair sintetik dengan kategori kuat (COD 8000 mg/l) sampai sedang.
Sistem ABR sangat efisien untuk mengolah air buangan sintetis yang relatif kurang kuat
(low-strength synthetic wastewater, air buangan dari rumah penjagalan hewan, dan air
buangan domestik atau perkotaan. ABR juga cocok untuk mengolah air buangan yang
memiliki kandungan zat tersuspensi tidak terendapkan yang tinggi dan rasio BOD/COD yang
rendah, seperti limbah dari kegiatan industri. ABR merupakan bioreaktor anaerob yang
memiliki kompartemen- kompartemen yang dibatasi oleh sekat-sekat vertikal. ABR mampu
mengolah berbagai macam jenis influen. Umumnya sebuah ABR terdiri dari kompartemen-
kompartemen yang tersusun seri. Rangkaian kompartemen pada ABR secara seri memiliki
keuntungan dalam membantu mengolah substansi yang sulit didegradasi (Sasse, 1998).
Aliran limbah cair diarahkan menuju ke bagian bawah sekat (Wanasen, 2003) oleh susunan
seri sekat tergantung maupun tegak dan juga tekanan dari influen sehingga air limbah dapat
mengalir dari inlet menuju outlet. Bagian bawah sekat tergantung dibengkokkan 45o untuk
mengarahkan aliran air dan mengurangi channelling atau aliran pendek. Bagian downflow
lebih sempit dibanding upflow untuk mencegah akumulasi mikroorganisme. Dalam aliran
ke atas, aliran melewati sludge blanket, sehingga limbah dapat kontak dengan
mikroorganisme aktif. Arah aliran limbah dalam sebuah reaktor ABR dapat dilihat pada
gambar 1 berikut :

Gambar 4 Anaerobic Baffled Reactor (ABR)


ABR merupakan rektor biologi atau bioreaktor biakan kontinu dimana suplai medium
pertumbuhan masuk secara kontinu dan produk yang keluar juga kontinu. Laju alir cairan
menuju reaktor sama dengan laju alir cairan keluar dari reaktor. Konsekuensinya, ABR

6
Sekolah Vokasi Institut Pertanian Bogor
Teknik & Manajemen Lingkungan
Teknologi Pengelolaan & Pemanfaatan Limbah Industri & Domestik

mempunyai volume atau level reaktor yang konstan. ABR merupakan unit pengolahan yang
menggunakan prinsip kerja dari beberapa unit pengolahan. Prinsip kerja yang digunakan
adalah kombinasi dari prinsip kerja septic tank, fluidised bed reactor dan UASB (Upflow
Anaerobic Sludge Blanket Reactor). Pengoperasian dan pemeliharaannya juga relatif mudah.
Letak perbedaan ABR dengan UASB adalah lapisan lumpur di ABR tidak diflotasikan,
hanya diendapkan di bagian bawah unit. ABR juga tidak membutuhkan media granular
khusus untuk operasi. Selain itu ABR juga tidak memiliki keterbatasan sistem seperti UASB
terutama ekspansi sludge bed yang minimal. ABR menggabungkan proses-proses
sedimentasi dengan penguraian lumpur secara parsial dalam kompartemen yang sama,
walaupun pada dasarnya hanya merupakan suatu kolam sedimentasi tanpa bagian-bagian
yang bergerak atau penambahan bahan-bahan kimia. Proses yang terjadi di dalam ruang
pertama ABR adalah proses pengendapan dan pada ruang-ruang berikutnya terjadi proses
penguraian akibat air limbah kontak dengan mikroorganisme.

2.3 Pengolahan Kombinasi


a. Pengolahan Air Limbah dengan Kolam Stabilisasi (Waste Stabilization Ponds)
Kolam stabilisasi didefinisikan sebagai kolam dangkal buatan manusia yang
menggunakan proses fisis dan biologis untuk mengurangi kandungan bahan pencemar yang
terdapat pada air limbah. Proses tersebut antara lain meliputi pengendapan partikel padat,
penguraian zat organik, pengurangan nutrien (P dan N) serta pengurangan organisme
patogenik seperti bakteri, telur cacing dan virus (Polprasert, 1996; Pena-Varon and Mara,
2004). Kolam stabilisasi ini cukup banyak digunakan oleh negara-negara berkembang karena
biaya pembuatan dan pemeliharaannya murah serta lahan yang tersedia masih cukup banyak.
Prinsip dasar dari kolam stabilisasi adalah (Veenstra, 2000): - menyeimbangkan dan menjaga
fluktuasi beban organik dan beban hidrolis limbah air, - mengendapkan partikel padatan dari
air limbah di kolam pertama, - memanfaatkan proses fotosintesis yang dilakukan oleh algae
sebagai sumber utama oksigen, - proses penguraian zat organik secara biologis yang
dilakukan oleh mikroorganisme (baik secara aerobik maupun anaerobik), dan - pengurangan
organisme patogenik melalui beberapa proses interaktif antara alga dan bakteria.
Kolam stabilisasi dapat diklasifikasikan berdasarkan pada proses biologis yang utama
pada kolam tersebut, pola pembebanan hidrolis atau tingkat pengolahan yang diinginkan.
Berdasarkan pada hal tersebut, kolam stabilisasi dapat digolongkankan menjadi: kolam
anaerobik, kolam fakultatif dan kolam pematangan (Polprasert, 1996). - Kolam anaerobik
(anaerobic ponds). Kolam anaerobik didesain agar partikel padat yang dapat terurai secara
biologis dapat mengendap dan diuraikan melalui proses anaerobik. Kolam ini biasanya
mempunyai kedalaman 3 sampai 5 meter dengan masa tinggal hidrolis (hydraulic retention
time) antara 1 sampai 20 hari. - Kolam fakultatif (facultative ponds). Kolam fakultatif
biasanya mempunyai kedalaman berkisar 1 sampai 2 meter dengan proses penguraian secara
aerobik dibagian atas dan penguraian secara anaerobik di lapisan bawahnya. Jenis kolam ini

7
Sekolah Vokasi Institut Pertanian Bogor
Teknik & Manajemen Lingkungan
Teknologi Pengelolaan & Pemanfaatan Limbah Industri & Domestik

mempunyai masa tinggal hidrolis antara 5 sampai 30 hari. Penggunaan kolam fakultatif
bertujuan untuk menyeimbangkan input oksigen dari proses fotosintesis alga dengan
pemakaian oksigen yang digunakan untuk penguraian zat organik. - Kolam pematangan
(maturation ponds).
Kolam pematangan adalah kolam dangkal dengan kedalaman hanya 1 sampai 1,5 meter.
Hal ini ditujukan agar keseluruhan kolam tersebut dapat ditumbuhi oleh alga sehingga
oksigen yang dihasilkan selama proses fotosintesis dapat dipergunakan untuk proses
penguraian secara aerobik. Kolam ini digunakan untuk memperbaiki kualitas air yang
dihasilkan oleh pengolahan di kolam fakultatif dan untuk mengurangi jumlah organisme
patogenik. Sebagai upaya untuk mendapatkan kualitas air limbah hasil olahan yang lebih
baik, kolam anaerobik, kolam fakultatif dan kolam pematangan dapat dikombinasikan dalam
beberapa cara.

Gambar 3 menggambarkan beberapa kombinasi dari kolam stabilisasi.

Gambar 5 Bermacam konfigurasi kolam stabilisasi

Dasar utama untuk pemilihan tipe konfigurasi adalah derajat kualitas air limbah hasil
olahan yang hendak dicapai (Pescod, 1992). Selain cukup banyak digunakan di negara-
negara tropis maupun sub-tropis, dikarenakan oleh kehandalan dan efisiensinya, sistem ini
juga digunakan dibeberapa negara maju seperti Amerika Serikat dan Jerman. Kolam
stabilisasi yang terdiri dari kolam anaerobik, fakultatif dan pematangan mampu mengurangi
Keterangan AN : kolam anaerobik F : kolam fakultatif M : kolam pematangan Inersia Vol.
VI No. 1, Mei 2010 59 kandungan BOD air limbah sampai dengan 90%, sedangkan
pengurangan bakteri coli (sebagai indikator adanya organisme patogen) dapat mencapai 99%
(Veenstra, 2000). Beberapa kelebihan dan kekurangan dari sistem pengolahan air limbah
menggunakan kolam stabilisasi disajikan dalam tabel 2.

8
Sekolah Vokasi Institut Pertanian Bogor
Teknik & Manajemen Lingkungan
Teknologi Pengelolaan & Pemanfaatan Limbah Industri & Domestik

Tabel 1 Kelebihan dan keterbatasan pengolahan air limbah dengan kolam stabilisasi

b. Rotating Biological Contractor (RBC)

Prinsip Pengelolaan
RBC (Rotating Biological Contactor) merupakan adaptasi pengolahan air limbah dengan
biakan melekat (attached grouwth).
1. Media yang digunakan piring (disk) tipis dari baja, dengan d=2-4 m, tebal 0,8 mm
2. Disk dilekatkan pada poros baja dengan P=8 m
3. Poros kemudian diletakan dalam tangki/ bak reaktor RBC secara seri/ paralel sesuai
tujuan menjadi satu modul.
4. Modul diputar, hingga permukaan media secara bergantian tercelup ke dalam air limbah
dan berada di atas permukaan air limbah (udara)
5. Mikroorganisme akan tumbuh dengan sendirinya. Mikroorganisme ini mengambil
makanan dari air limbah dan oksigen dari udara
6. Tebal biofilm pada permukaan media mencapai 2-4mm bergantung beban organik dalam
reaktor dan kecepatan putaran
7. Beban organik yang besar menyebabkan kondisi anaerob, untuk mencapai nitrifikasi
sempurna, dalam bak dipasang injeksi udara
8. RBC masih tergolong baru, umumnya digunakan untuk pengolahan limbah domestik
atau perkotaan.

Prinsip kerja

9
Sekolah Vokasi Institut Pertanian Bogor
Teknik & Manajemen Lingkungan
Teknologi Pengelolaan & Pemanfaatan Limbah Industri & Domestik

Prinsip kerja pengolahan air limbah dengan RBC yaitu air limbah yang mengandung
polutan organik dikontakkan dengan lapisan mikro-organisme (microbial film) yang
melekat pada permukaan media di dalam reaktor. Media tempat melekatnya film
biologis ini membentuk suatu modul, selanjutnya modul tersebut diputar secara pelan
dalam keadaan tercelup sebagian ke dalam air limbah yang mengalir secara kontinyu
ke dalam reaktor tersebut.
Mikro-organisme misalnya bakteri, alga, protozoa, fungi, dan lainnya tumbuh
melekat pada permukaan media yang berputar membentuk suatu lapisan yang terdiri
dari mikro-organisme yang disebut biofilm (lapisan biologis). Mikro-organisme akan
menguraikan atau mengambil senyawa organik yang ada dalam air serta mengambil
oksigen yang larut dalam air atau dari udara untuk proses metabolismenya sehingga
kandungan senyawa organic dalam air limbah berkurang. Senyawa hasil proses
metabolisme mikroorganisme ini ada 2, yaitu padatan dan gas. Gas akan tersebar ke
udara melalui rongga pada medium sedangkan padatan akan tertahan di lapisan biofilm
dan terurai menjadi bentuk yang larut dalam air (Nurkholis A 2018).

a. Proses Pengolahan
Pengolahan air limbah sistem RBC terdiri atas (Gambar 6):
1. Bak pemisah pasir
Untuk mengendapkan kotoran berupa pasir atau lumpur kasar. Kotoran
yang mengambang misalnya sampah, tertahan pada sarangan (screen)
pemisah pasir tersebut.
2. Bak pengendap awal
Lumpur atau padatan tersuspensi akan mengendap di bagian ini. Waktu
tinggal di dalam bak pengedap awal adalah 24 jam, dan lumpur yang telah
mengendap dikumpulkan dan dipompa ke bak pengendapan lumpur.
3. Bak kontrol aliran
Untuk mengontrol debit air limbah, bila melebihi kapasitas, air limbah
disimpan sementara dalam bak ini.
4. Reaktor (RBC)
Alat untuk mengurangi senyawa organik dalam air limbah.
5. Bak pengendap akhir
Untuk mengendapkan lumpur dari RBC. Air limpasan (over flow) dari
bak pengendap akhir relatif sudah jernih. Lumpur yang mengendap di
dasar bak dipompa ke bak pemekat lumpur bersama-sama dengan lumpur
yang berasal dari bak pengendap awal.
6. Bak khlorinasi
Untuk membunuh mikro-organisme patogen, Coli dan virus yang ada
dalam air. Air limbah sudah boleh dibuang ke badan air.

10
Sekolah Vokasi Institut Pertanian Bogor
Teknik & Manajemen Lingkungan
Teknologi Pengelolaan & Pemanfaatan Limbah Industri & Domestik

7. Unit pengolahan lumpur


Mengumpulkan lumpur dari bak pengendap awal maupun bak pengendap
akhir, kemudian di pekatkan dengan cara didiamkan sekitar 25 jam, lalu
lumpur yang telah pekat dipompa ke bak pengering lumpur atau
ditampung pada bak tersendiri dan secara periodik dikirim ke pusat
pengolahan lumpur di tempat lain.

Gambar 6 Proses Pengolahan Air Limbah Sistem RBC

b. Desain RBC

Perencanaan penggunaan RBC untuk pengolahan limbah cair harus


memperhatikan:
1. Beban BOD Surface Loading
Hubungan antara beban konsentasi BOD inlet dan beban BOD
terhadap efisiensi pemisahan BOD untuk air limbah domestik
ditunjukkan seperti pada Tabel 3, sedangan hubungan antara beban BOD
terhadap efisiensi penghilangan BOD ditunjukkan seperti pada tabel 4.
2. Beban Hidrolik

11
Sekolah Vokasi Institut Pertanian Bogor
Teknik & Manajemen Lingkungan
Teknologi Pengelolaan & Pemanfaatan Limbah Industri & Domestik

Beban hidrolik yang terlalu besar mempengaruhi pertumbuhan


mikroorganisme dan menyebabkan mikroorganisme yang melekat pada
permukaan media mudah terkelupas.
3. Jumlah stage (tahap)
Makin banyak jumlah tahapnya efisiensi pengolahan juga makin
besar. Kualitas air limbah di dalam tiap tahap akan menjadi berbeda, oleh
karena itu jenis mikroorganisme pada tiap tiap tahap umumnya juga
berbeda. Keanekaragaman mikroorganisme tersebut mengakibatkan
efisiensi RBC menjadi lebih besar.
4. Kecepatan putaran
Apabila kecepatan putaran lebih besar maka transfer oksigen di udara
dan di dalam air limbah akan menjadi lebih besar, tetapi akan
memerlukan energi yang lebih besar. Selain itu apabila kecepatan putaran
terlalu cepat pembentukan lapisan mikroorganisme pada permukaan
media RBC akan menjadi kurang optimal (Satoto EN 2010).
5. Temperatur
Sistem RBC relatif sensitif terhadap perubahan suhu. Suhu optimal
untuk proses RBC berkisar antara 15 - 40 0 C. Makin tinggi
temperaturnya harga f(T) makin rendah. Korelasi temperatur terhadap

harga f(T) dapat dilihat padaTabel 5. F (T) merupakan faktor koreksi


temperatur.

c. Keunggulan RBC

Beberapa keunggulan proses pengolahan air limbah dengan sistem RBC


antara lain:
1. Pengoperasian alat serta perawatannya mudah
2. Konsumsi energi lebih rendah

12
Sekolah Vokasi Institut Pertanian Bogor
Teknik & Manajemen Lingkungan
Teknologi Pengelolaan & Pemanfaatan Limbah Industri & Domestik

3. Dapat dipasang beberapa tahap (multi stage), sehingga tahan terhadap


fluktuasi beban pengolahan
4. Reaksi nitrifikasi lebih mudah terjadi, sehingga efisiensi penghilangan
ammonium lebih besar
5. Tidak tejadi bulking ataupun buth (foam) seperti pada proses lumput
aktif

d. Kelemahan RBC
Sedangkan beberapa kelemahan dari proses pengolahan air limbah dengan
sistem RBC antara lain:
1. Pengontolan jumlah mikro-organisme sulit dilakukan
2. Sensitif terhadap perubahan temperatur
3. Kadang-kadang konsentrasi BOD air olahan masih tinggi
4. Dapat menimbulkan pertumbuhan cacing rambut
5. Kadang-kadang timbul bau yang kurang busuk.

c. Biofilter
Biofilter Proses pengolahan air limbah dengan proses biofilter dilakukan dengan cara
mengalirkan air limbah ke dalam reaktor biologis yang telah diisi dengan media penyangga
untuk pengembangbiakkan mikroorganisme dengan atau tanpa aerasi. Untuk proses
anaerobik dilakukan tanpa pemeberian udara atau oksigen. Biofiler yang baik adalah
menggunakan prinsip biofiltrasi yang memiliki struktur menyerupai saringan dan tersusun
dari tumpukan media penyangga yang disusun baik secara teratur maupun acak di dalam
suatu biofilter. Adapun fungsi dari media penyangga yaitu sebagai tempat tumbuh dan
berkembangnya bakteri yang akan melapisi permukaan media membentuk lapisan massa
yang tipis (biofilm) (Herlambang dan Marsidi, 2003).
Proses Biofilter Anaerob – Aerob Pengolahan air limbah dengan proses Biofilter Anaerob
- Aerob adalah proses pengolahan air limbah dengan cara menggabungkan proses biofilter
anaerob dan proses biofilter anaerob. Dengan mengunakan proses biofilter anaerob, polutan
organik yang ada di dalam air limbah akan terurai menjadi gas karbon dioksida dan methan
tanpa menggunakan energi (blower udara), tetapi amoniak dan gas hidrogen sulfida (H2S)
tidak hilang. Oleh karena itu jika hanya menggunakan proses biofilter anaerob saja hanya
dapat menurunkan polutan organik (BOD, COD) dan padatan tersuspensi (TSS). Agar
supaya hasil air olahan dapat memenuhi baku mutu maka air olahan dari proses biofilter
anaerob selanjutnya diproses menggunakan biofilter aerob. Dengan proses biofilter aerob
polutan organik yang masih tersisa akan terurai menjadi gas karbon dioksida (CO2) dan air

13
Sekolah Vokasi Institut Pertanian Bogor
Teknik & Manajemen Lingkungan
Teknologi Pengelolaan & Pemanfaatan Limbah Industri & Domestik

(H2O), amoniak akan teroksidasi menjadi nitrit selanjutnya akan menjadi nitrat, sedangkan
gas H2S akan diubah menjadi sulfat. Dengan menggunakan proses biofilter anaerob-aerob
maka akan dapat dihasilkan air olahan dengan kualitas yang baik dengan menggunakan
konsumsi energi yang lebih rendah.
Adapun proses pengolahan air limbah adalah seluruh air limbah dialirkan masuk ke bak
pengumpul atau bak ekualisasi, selanjutnya dari bak ekualisasi air limbah dipompa ke bak
pengendap awal, untuk mengendapkan partikel lumpur, pasir dan kotoran organik
tersuspensi. Selain sebagai bak pengendapan, juga berfungsi sebagai bak pengontrol aliran,
serta bak pengurai senyawa organik yang berbentuk padatan, pengurai lumpur (sludge
digestion) dan penampung lumpur. Desain proses pengolahan air limbah dengan sistem
biofilter anaerob-aerob dapat dilihat pada Gambar 2.

14
Sekolah Vokasi Institut Pertanian Bogor
Teknik & Manajemen Lingkungan
Teknologi Pengelolaan & Pemanfaatan Limbah Industri & Domestik

Gambar 7 Diagram Proses Pengolahan Air Limbah Dengan Proses Biofilter Anaerob Aerob

Air dari bak pengendap awal, kemudian masuk ke dalam reaktor biofilter anaerob.
Kemudian air limbah dialirkan ke reaktor biofilter aerob, yang telah diisi dengan media dari
bahan plastik tipe sarang tawon yang berfungsi untuk media pembiakan mikroba. Di dalam
reaktor aerob, air limbah dikontakkan dengan udara melalui fine buble diffuser, tujuannya
agar mikroorganisme yang ada dapat menguraikan zat organik yang ada dalam air limbah
serta tumbuh dan menempel pada permukaan media. Hal tersebut dapat meningkatkan
efisiensi penguraian zat organik, deterjen serta mempercepat proses nitrifikasi, sehingga
efisiensi penghilangan amonia menjadi lebih besar. Proses ini sering di namakan Aerasi
Kontak (Contact Aeration).
Dari bak aerasi, air dialirkan ke bak pengendap akhir. Di dalam bak pengendap akhir
sebagian air limbah dipompa kembali ke bagian inlet bak aerasi dengan pompa sirkulasi
lumpur. Sedangkan air limpasan (over flow) dialirkan ke bak biokontrol dan selanjutnya
dialirkan ke bak kontaktor khlor untuk proses disinfeksi. Air olahan/efluen, yakni air yang
keluar setelah proses khlorinasi dapat langsung dibuang ke sungai atau saluran umum (Dinda
RKH 2017)

d. Membran Bioreaktor
Pada tipe Membran Bioreactor, membran diletakkan terpisah dari reaktor. Cairan hasil
penguraian bioreaktor di pompa ke membran secara cross-flow untuk dilakukan pemisahan
padat cair. Kelebihan cairan diresirkulasi, sedangkan produk ditempatkan pada bak khusus.
Masing-masing tipe tersebut memiliki keunggulan. Namun, bioreaktor membran terendam
paling disukai dan banyak digunakan pada instalasi pengolahan air limbah. Keunggulan
menggunakan membrane bioreactor adalah mempermudah proses filtrasi pada membran dan
backwash dapat dilakukan tanpa mengganggu sistem.
Berbagai penelitian mengenai pengolahan limbah amonia menggunakan membrane
bioreactor telah dilakukan, Tian dan Liang (2008) dalam penelitiannya menyebutkan bahwa
MBR dapat mengurangi kadar amonia dalam limbah domestiknya hingga 89,4 %.
Sedangkan Thamer dan Ahmed (2008) mendapatkan hasil yang lebih baik dengan

15
Sekolah Vokasi Institut Pertanian Bogor
Teknik & Manajemen Lingkungan
Teknologi Pengelolaan & Pemanfaatan Limbah Industri & Domestik

menyimpulkan bahwa kandungan N-NH3 dalam limbah sintetik yang digunakan berhasil
disisihkan hingga 99,8%. Fenomena ini mengindikasikan bahwa laju nitrifikasi cukup tinggi.
Proses nitrifikasi dapat berlangsung dengan adanya bakteri Nitrisomonas. Bakteri nitrifikasi
mengoksidasi ion ammonium untuk memperoleh energi dan melepas ion nitrit (NO2-). Ion
nitrit yang dihasilkan akan dioksidasi lebih lanjut oleh bakteri Nitrobacter menjadi ion nitrat
(NO3-). Oksidasi ion ammonium dan ion nitrit oleh bakteri disebut proses nitrifikasi. Ketika
ion nitrit dioksidasi, bakteri memperoleh energi dan melepas ion nitrat (NO3-). Ketika bakteri
mengoksidasi substrat, maka proses reproduksi akan terjadi atau terjadi peningkatan
populasi bakteri. Bakteri mewakili jumlah padatan dalam tangki aerasi (Kusworo, 2009).
Penelitian Tri Widjaja (2007), tentang SMBR menunjukkan bahwa sistem ini masih
mampu menyisihkan bahan organik dengan baik, walaupun konsentrasi biomassa cukup
tinggi. Dengan teknologi membran dapat mengatasi masalah keterbatasan penggunaan
konsentrasi lumpur, dan perlu pengontrolan yang baik pada F/M ratio, sludge age dan
dissolved oxygen.

e. Moving Bed Biofilm Reactor (MBBR)


Limbah domestik cenderung memiliki kandungan senyawa organik dan nitrogen tinggi,
yang apabila tidak di olah akan menyebabkan pencemaran terhadap badan air penerima.
Jenis nitrogen anorganik yang utama dalam air adalah nitratnitrogen (NO3-N), ammonium-
nitrogen (NH3-N) dan nitritnitrogen (NO2-N). Nitrit merupakan bentuk peralihan dari
ammonium menjadi nitrat yang disebut dengan nitrifikasi sedangkan peralihan dari bentuk
nitrit menjadi gas nitrogen disebut denitrifikasi. Nitrifikasi berlangsung pada kondisi aerobik
dan denitrifikasi berlangsung pada kondisi anoksik
Konsentrasi senyawa nitrogen yang tinggi akan menyenbabkan masalah bagi badan air,
salah satunya adalah dapat menurunkan kandungan Dissolved Oxygen, memicu terjadinya
eutrofikasi dan meningkatkan kadar toksisitas suatu badan air. Oleh karena itu perlunya
pengolahan yang tepat terhadap limbah domestik sebelum dibuang kebadan air. Jenis
pengolahan yang banyak dikembangkan adalah pengolahan secara biologis yaitu dengan
memanfaatkan mikroorganisme untuk mendegradasi senyawa organik serta untuk
menurunkan kandungan nitrogen didalam air limbah. Moving Bed Biofilm Reactor (MBBR)
merupakan salah satu unit pengolahan biologis yang memanfaatkan biofilm yaitu dengan
sistem fluidized attached growth (mikroorganisme yang tumbuh dan berkembangbiak pada
media). Selama proses pengolahan berlangsung, MBBR memanfaatkan proses aerobik-
anoksik yang berpotensi untuk menurunkan kandungan nitrogen melalui proses nitrifikasi
dan denitrifikasi. Efisiensi removal nitrogen pada limbah domestik melalui proses
aerobikanoksik mencapai 65-70%. Pada penelitian lain menambahkan bahwa efisiensi
removal nitrogen dapat mencapai 80,9% dan khususnya pada ammonium mencapai 99,72%
pada limbah artifisial dengan konsentrasi COD 500 mg/L. Penurunan kandungan nitrogen
yang terjadi dapat disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain adalah beban organik limbah

16
Sekolah Vokasi Institut Pertanian Bogor
Teknik & Manajemen Lingkungan
Teknologi Pengelolaan & Pemanfaatan Limbah Industri & Domestik

yang akan diolah dan waktu durasi pengolahan secara aerobik dan anoksik yang diterapkan.
Untuk variasi durasi pengolahan aerobik-anoksik yang paling optimum belum diketahui,
oleh karena itu, diperlukan penelitian mengenai pengolahan senyawa organik dan nitrogen
secara bioloigs menggunakan reaktor MBBR.

17
Sekolah Vokasi Institut Pertanian Bogor
Teknik & Manajemen Lingkungan
Teknologi Pengelolaan & Pemanfaatan Limbah Industri & Domestik

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Berdasarkan materi yang telah didapatkan tentang pengolahan limbah secara biologis, kita
dapat mengetahui bahwa di dalam proses pengolahannya, limbah dapat diproses dengan
tahapan aerobik, anaerobik maupun kombinasi antara aerobik dan anaerobik.

3.2 Kendala yang dihadapi


Kendala yang dihadapi yaitu materi menegenai pengolahan limbah cair secara biologis
sangat beragam dan ada beberapa materi yang sulit menetukan gambar contoh.

18
Sekolah Vokasi Institut Pertanian Bogor
Teknik & Manajemen Lingkungan
Teknologi Pengelolaan & Pemanfaatan Limbah Industri & Domestik

DAFTAR PUSTAKA

Anisa A dan Herumurti W. 2017. Pengolahan Limbah Domestik Menggunakan Moving


Bed Biofilm Reactor (MBBR) dengan Proses Aerobik-Anoksik untuk Menurunkan
Nitrogen. Jurnal Teknik ITS. Vol. 6 (2): Hal 361-366

Dinda Rita K. Hartaja. 2017. Desain Instalasi Pengolahan Air Limbah Rumah Sakit
Kapasitas 40 M3 /Hari. Jurnal Perancangan Desain Instalasi. Vol. 10 (2): Hal 99-113

Hasanah F. 2016. Pengolahan Limbah Industri Secara Biologi.pdf. Diakses tanggal 30


Agustus 2019.

Ningtyas R. 2015. Pengolahan air limbah dengan proses lumpur aktif. Jurusan Teknik
Kimia Fakultas Teknologi Industri Institut Teknologi Bandung.

Nurkholis A, dkk. 2018. Proses Pengelolaan Air Limbah secara Biologis (Biofilm):
Trickling Filter dan Rotating Biological Contactor (RBC). Departemen Geografi
Lingkungan, Fakultas Geografi, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.

Said NI.2005.Uji performance biofilter anaerobok menggunakan media biofilter sarang


tawon.Jurnal Teknik. Vol (

Sari DR. 2015. Evaluasi pengolahan air limbah dengan sistem extended aeration di
rumah sakit “X” semarang [skripsi] Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas
Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Semarang.

Satoto E. Nayono. 2010. Metode Pengolahan Air Limbah Alternatif Untuk Negara
Berkembang.Jurnal Inersia. Vol. VI (1). Hal 52-64

19

Anda mungkin juga menyukai