Anda di halaman 1dari 88

TAHAP PENGOLAHAN LIMBAH

CAIR

1.PENGOLAHAN PENDAHULUAN
(PRELIMINARY TREATMENT)
DITUJUKAN UNTUK MENGHILANGKAN
SUBSTANSI AIR LIMBAH YANG DAPAT
MERUSAK ATAU MENGGANGGU
OPERASIONAL UNIT PENGOLAH
2. PENGOLAHAN TAHAP PERTAMA
(PRIMARY REATMENT)
UNTUK MENGHILANGKAN SUSPENDED
3. PENGOLAHAN TAHAP KEDUA
(SECONDARY TREATMENT)
UNTUK MENGHILANGKAN
SUSPENDED SOLID, BAHAN
BIODEGRADABLE DENGAN BANTUAN
MIKROORGANISME
4. PENGOLAHAN TAHAP KETIGA
(TERTIARY TREATMENT)
DIPERLUKAN BILA ADANYA
PENINGKATAN BAHAN ORGANIK,
BAHAN BERACUN MAUPUN
NUTRIENT
6. Pembunuhan Bakteri (Desinfektion)

 Tujuan Utk Mengurangi Atau Membunuh Bakteri Patogen


Dlm Limbah
 Dpt Dilakukan Dgn :
- Clorinasi
- Bahan Radiasi (O3) & Panas
 Zat Pembunuh Ini Akan Merusak Atau Menginaktifkan
Enzim Utama M.O Shg Terjadi Kerusakan Dinding Sel M.O
 Hal Yg Perlu Diperhatikan Dlm Memilih Bhn Desinfektan :

a. Daya Racunnya
b. Wkt Kontak Yg Diperlukan
c. Efektivitasnya
d. Rendahnya Dosis
e. Tdk Toksik Thd Manusia
f. Tetap Tahan Thd Air
g. Biaya Murah Utk Pemakaian Massal
PROSES Pengolahan
• Secara Fisik
Menggunakan Aplikasi Gaya Fisik
• Secara Kimia
Menggunakan Bahan Kimia Atau Reaksi
Kimia
• Secara Biologis
Melibatkan Prinsip Dasar Kehidupan
Mikroorganisme
PENGOLAHAN PENDAHULUAN
(PRELIMINARY TREATMENT)

 Screening
 Berdsrkan proses penyaringan, saringan ini
terdiri dari : saringan kasar & saringan halus
 Saringan halus terbuat dari kawat kasa, plat
berlubang atau bhn lain dgn lebar bukaan 5 mm
atau kurang
 Saringan halus terbuat dari btg berpenampang
persegi atau bulat yg dipasang pd penampang
aliran
 Berdasarkan cara pembersihan terdiri dari :
pembersihan secara manual dan mekanik
 Jika saringan menggunakan pembersihan secara
manual maka saringan ditempatkan dengan sudut
kemiringan 30-450 terhadap bidang muka air dan
jarak antar btg 75-150 mm. Aliran air (kecepatan
aliran air) sangat perlu dijaga kelancarannya agar
tidak mengganggu proses pengolahan selanjutnya.
Kecepatan yg umum = 0,3 – 0,9 m/dt
 Pada instansi pengolahan kecil sering digunakan
saringan pembersihan secara manual.
PENGOLAHAN PENDAHULUAN
(PRELIMINARY TREATMENT
CONTOH FASILITAS PRELIMINARY TREATMENT

Manual Screen Mechanicaly cleaned bar screen


PENGOLAHAN PENDAHULUAN
PRELIMINARY TREATMENT
CONTOH FASILITAS PRELIMINARY TREATMENT

VERTICAL SCREEN BAR SCREW CONVEYOR


PENGOLAHAN PENDAHULUAN
(PRELIMINARY TREATMENT)
 Grit Removal (Penghilang Partikel Padat)

 Berfungsi : mengendapkan partikel padat


(diameter 0,2 mm) yg ada dalam air limbah
 Partikel padat : pasir, biji-bijian, sisa tanah, dll
 Unitnya disbt Grit Chamber, yg terdiri dari : tangki
detritus & unit pengukur kecepatan (parshal
flume, multiple channel atau proporsional weir)
PENGOLAHAN PENDAHULUAN
(PRELIMINARY TREATMENT)

CONTOH FASILITAS PRELIMINARY TREATMENT

Stop Grit

Q Q

Parshall Flume
Grit Storage

Grit Chamber dengan Parshall Flume


PENGOLAHAN PENDAHULUAN (PRELIMINARY
TREATMENT)
CONTOH FASILITAS PRELIMINARY TREATMENT

Outlet Melalui Weir

Inlet
Air Air & Pasir

Pasir

Gambar Grit Chamber


PENGOLAHAN PENDAHULUAN (PRELIMINARY
TREATMENT)

 Communitor (Pencacah)

 Berfungsi : pemotong secara otomatis padatan


yg ada dalam limbah supaya ukuran lebih kecil
 Pencacah terdiri dari drum cast iron atau bahan
lain yg berlubang-lubang, berotasi pd sumbu
vertikal dgn motor pengerak dan reduction
gearbox diatasnya
 Padatan terbawa aliran msk ke drum dan
dipotong oleh gigi-gigi pemotong yg dipsg pd
plat pemotong permanen kmdn turun melalui
sifon menuju sal. unit berikutnya

 Pemasangan pencacah bisa dilakukan seblm


atau sesdh grit chamber
PENGOLAHAN PENDAHULUAN (PRELIMINARY TREATMENT)

CONTOH FASILITAS PRELIMINARY TREATMENT

Communitor Instalasi Communitor


PENGOLAHAN TAHAP PERTAMA (PRIMARY TREATMENT)

 Prasedimentasi

Outlet
Inlet
Vh Zone
Zone Settling Zone

Vs

Sludge Zone
 Inlet Zone
Berfgs : sbg t4 memperluas transisi aliran dari
aliran influent ke aliran steady uniform di settling
zone
 Outlet Zone
Berfgs : merupakan daerah yg menghslkan air
yg jernih tanpa suspensi yg ikut terbawa
 Sludge Zone
Berfgs : sbg t4 menampung material yg
diendapkan yg berupa lumpur endapan
 Settling Zone
Berfgs : sbg t4 berlgsnya proses pengendapan
(pemisahan) partikel dari air .
Secara umum partikel dibedakan atas :
1. Partikel Diskrit
• Partikel yg selama pengendapan tdk
berubah ukuran, btk & beratnya
• Partikel ini dpt mengendap scr gravitasi
• Vs 100C = 0,0069 cm/dt
• Proses pengendapan partikel diskrit
disebut proses prasedimentasi
2. Partikel flokulent
• Partikel yg selama pengendapan berubah
ukuran, btk & beratnya hal ini terjadi
dikrnkan partikel bergabung dgn bhn
koagulant
• Vs 100C = 0,083 cm/dt
• Proses pengendapan partikel flokulent disbt
proses sedimentasi

Jadi pd prinsipnya :

prasedimentasi = sedimentasi
PENGOLAHAN TAHAP PERTAMA (PRIMARY TREATMENT)

SEDIMENTASI

 Berfungsi untuk t4 pengendapan flok-flok


yg terbentuk dari proses koagulasi dan
flokulasi
 Kriteria perencanaan tdk jauh berbeda dgn
kriteria perencanaan bangunan
prasedimentasi
 Utk meningkatkan effisiensi pengendapan
kadangkala diperlukan sekat (baffel)
horizontal
PENGOLAHAN TAHAP PERTAMA (PRIMARY TREATMENT)
CONTOH FASILITAS PRIMARY TREATMENT

Bangunan Sedimentasi

Penampang
Bangunan Sedimentasi
PENGOLAHAN TAHAP PERTAMA (PRIMARY TREATMENT)

 Flotasi/Pengapungan
• Sama seperti sedimentasi, flotasi
digunakan untuk memisahkan padatan
dari air
• Unit ini digunakan jika densitas partikel lbh
kecil dibanding densitas air sehingga
cenderung mengapung, oleh krnnya dlm
proses ini perlu ditambahkan gaya ke atas
dgn memasukkan udara ke dlm air
PENGOLAHAN TAHAP PERTAMA (PRIMARY TREATMENT)

• Flotasi jg digunakan utk pemisahan lemak &


minyak,pemisahan flok stlh pengolahan
kimia (pemisahan padatan tersuspensi) dan
pengentalan lumpur (sludge thickening)
• Ada 2 jenis :
1. Air flotasi
2. Dissolved Air Flotation (DAF)
PENGOLAHAN TAHAP PERTAMA (PRIMARY TREATMENT)

1. Air flotasi : flotasi yg dibantu dgn


memasukkan gelembung udara (2-4 mm)
ke dlm air, menggunakan blower atau
diffuser
2. Dissolved air flotation (DAF) : flotasi yg
dibantu dgn memasukkan udara yg tlh
dilarutkan dlm air, shg gelembung udara yg
dihslkan berukuran halus (0,04-0,08 mm)
• Gelembung udara akan mengikat partikel
padat sehingga partikel ini mempunyai
daya apung untuk naik ke permukaan
• Partikel pd flotasi (dipermukaan) diambil
dgn operasi pengambilan buih
PENGOLAHAN TAHAP PERTAMA (PRIMARY TREATMENT)

Skema Air Flotation


PENGOLAHAN TAHAP PERTAMA (PRIMARY TREATMENT)

Skema Air Flotation


PENGOLAHAN TAHAP PERTAMA (PRIMARY TREATMENT)

Skema Air Flotation


PENGOLAHAN TAHAP PERTAMA (PRIMARY TREATMENT)

Percobaan Air Flotation di Laboratorium


PENGOLAHAN TAHAP KEDUA (SECONDARY TREATMENT)

 Merupakan proses biologis utk menghilangkan


bhn organik melalui oksidasi boikhemis
 Pengolahan dpt dilakukan dgn :
1. Lumpur aktif (Activated Sludge)
2. Trikling filter
3. Kolam aerasi (Aerated Lagoons)
4. Kolam stabilisasi (Stabilitation Pon)
5. Parit oksidasi (Oxidation Ditch)
6. Rotating Biological Contactors (RBC)
CONTOH FASILITAS SECONDARY TREATMENT

Oxidation Ditch
CONTOH FASILITAS SECONDARY TREATMENT

Oxidation Ditch
• Oxidation ditch adalah bak berbtk parit dilengkapi rotor
yg digunakan utk mengolah air limbah dgn
memanfaatkan oksigen (kondisi aerob).
• Di unit ini O2 diperoleh bakteri berlgs scr alami tanpa
bantuan alat mekanis semacam aerator shg di bagian
bwhnya dpt terjadi kondisi anaerob.
• Kondisi anaerob (septic) ini tidak akan terjadi pada ditch
yg bekerja optimal
• Ditch yg bekerja optimal maksudnya pd dicth tsb terjadi
pengadukan yg nyaris sempurna (complete
mixing).Rotor yg ada pd dicth mendukung pengadukan,
sirkulasi, aerasi dan oksidasi air limbah
• Rotor dipasang memanjang di pinggir saluran
• Rotor ini pun menentukan kapasitas oksigenasi
khususnya yg berkenaan dgn btk, ukuran, dan
kedalaman celupan (depth of immersion).
• Kedlmn celupan ini ada nilai optimumnya, tdk blh
kurang atau lbh krn kapasitas transfer oksigennya
akan menurun dan nilainya ditentukan oleh
kedlmn kritisnya (critical depth). Begitu pula,
makin cpt putaran rotornya, makin byk oksigen yg
msk ke dlm air limbah.
• Agar tdk terjadi endapan, kecepatan minimum yg
diharapkan antara 0,25 s.d 0,3 m/d. Dgn
kecepatan ini, partikel dan bioflok berada dlm
kondisi tersuspensi.
• Umumnya, konsentrasi oksigen sangat tinggi di
sekitar rotor. Air limbah yg baru sj melewati rotor
kaya akan oksigen dan sebaliknya, miskin
oksigen ketika kembali ke rotor setelah
berkeliling sepanjang parit oksidasi. Hal ini
berlaku utk parit oksidasi yg hanya memiliki satu
rotor.
• Jumlah unit rotor yg dipsg dipengaruhi oleh taraf
pencemaran air limbah dan debitnya.
• Dlm praktiknya, jlh rotor ikut mempengaruhi
kecepatan yg dihasilkan. Makin byk rotor, makin
byk jg oksigen yg ditransfer ke dlm massa air
limbah dan bioflok ttp makin mahal biaya
investasi dan perawatannya
• Istilah oxidation dicth sering disalah artikan atau
dipertukarkan dgn istilah oxidation pond yg
merupakan kolam oksidasi atau sering jg disbt
stabilization pond.
• Parit oksidasi Oxidation dicth) berbtk lingkaran,
oval atau ellips dgn bbrp variasi pd salah satu
ujungnya.
• Air limbah yg diolah di unit ini hrs discreen dulu
dgn coarse screen dan dikominusi dgn
comminutor agar ranting dan sampah menjadi
berukuran kecil dan dpt disisihkan.
• Stlh itu air limbah dialirkan ke grit chamber utk
menyisihkan pasirnya.
• Tahap selanjutnya adalah primary settling tank
yg berfgs mengendapkan partikel yg lolos dari
grit chamber. Efluen settling tank ini selanjutnya
masuk ke parit oksidasi.
• Bahan parit bisa berupa pasangan batu
kali, batu-bata, atau beton.
• Pilihan bahan bergantung pd bsr kecilnya
debit yg diolah dan kondisi air tanah
setempat serta jauh-dekatnya dengan
permukiman.
• Pada instalasi yg bsr, parit oksidasi selalu
dilengkapi dgn secondary settling tank
yang difungsikan utk mengendapkan
bioflok dan air limbahnya dialirkan secara
kontinyu.
• Utk menambah efisiensi pengolahannya,
dilengkapi juga dgn fasilitas resirkulasi
lumpur (returned sludge)
• Berbagai macam cara dpt diterapkan utk
mengembalikan lumpur endapan di
secondary settling tank ini. Yg biasa
dilakukan adalah dgn memasang pompa
lumpur ulir (screw pump). Endapan lumpur
(sludge) dialirkan secara hidrolis ke bak
penampung lumpur.
• Karena secara hidrolis maka elevasi alas bak
screw pump berada di bawah taraf muka air di
secondary settling tank. Resirkulasi ini
berlangsung kontinyu 24 jam sehari.
• Untuk mengatur konsentrasi lumpur yang masuk
ke dalam parit oksidasi mk di unit penampung
lumpur ini dilengkapi jg dgn kanal utk
membuang kelebihan lumpur (excess sludge) yg
dialirkan ke unit pengering lumpur (sludge drying
bed).
• Modus kedua pengoperasian parit oksidasi adalah
secara berkala. Parit oksidasi ini tidak dilengkapi dgn
secondary settling tank. Bioflok dibiarkan mengendap di
dalam parit sampai endapannya terkumpul cukup banyak
di lantai parit dalam tempo tertentu. Di sini parit
difungsikan juga sebagai sedimentor.

• Setelah mayoritas biofloknya mengendap maka air


olahannya dialirkan ke outlet, lalu dibuang ke saluran
atau sungai sedangkan sludge-nya dipompakan ke bak
pengering lumpur. Tentu saja tidak semua lumpurnya
disedot dan dikeringkan tetapi ada porsi tertentu yang
disisakan untuk starter pada periode pengolahan air
limbah selanjutnya.
• Agar pertumbuhan bakterinya optimum,
sebaiknya air limbah pabrik (terutama
pabrik yang air limbahnya sedikit
mengandung zat organik) digabung
dengan air limbah domestik dari kamar
mandi dan kloset, juga dicampur dengan
air limbah dapur asalkan di bagian
awalnya dilengkapi dengan penangkap
lemak (grease trap).
• Pd instalasi bsr, btk penampang melintang parit
berupa trapezium. Btk segi empat jg bisa ttp
hanya utk IPAL berkapasitas kecil
• Kedlmn parit antara 1,5 – 2 m, bergtg pd besar-
kecilnya debit yg diolah dan luas lahan yg tersedia
• Lebar paritnya disesuaikan dgn pjg rotor yg dibuat
oleh pabrik. Dgn demikian, saat mendesain parit
oksidasi, perancang hrs berhubungan dengan
vendor atau pabrikan rotor dan mempelajari
spesifikasi teknis rotornya
• Rotor yang biasa digunakan adalah cage rotor,
berisi lembaran pelat logam yg dipsg mirip sikat
yg biasa digunakan utk membersihkan tabung
reaksi di laboratorium. Poros (shaft) rotor ini
diputar oleh motor berkecepatan tertentu sesuai
dgn spesifikasinya. Putarannya bisa mencapai
72 rpm (revolution per minute, putaran per
menit) dengan kedalaman celupan 13,5 cm.
• Air limbah sedikit demi sedikit dimskkan
ke dlm reaktor sambil diberikan bakteri yg
berasal dari septic tank
• Belasan mobil tinja dikerahkan utk
memberikan “kehidupan” awal bagi
mikroba di dlm reaktor oxidation ditch.
CONTOH FASILITAS SECONDARY TREATMENT

TRICKLING FILTER
Effluen
influen
CONTOH FASILITAS SECONDARY TREATMENT

RBC
ROTARY BIOLOGICAL CONTACTOR
CONTOH FASILITAS SECONDARY TREATMENT

STABILIZATION PONDS
CONTOH FASILITAS SECONDARY TREATMENT

AERATED LAGOON
CONTOH FASILITAS SECONDARY TREATMENT

AERATION TANK
 Tdk menggunakan bhn kimia (murah dan
efisien)
 Dasar mendesain proses pengolahan secara
biologis adalah mengerti ttg aktifitas biokimia m.o
(kebutuhan nutrien dan kebutuhan oksigen)
 Kebthn nutrien “faktor pertumbuhan” yaitu :
- karbon
- inorganik mayor elemen : N,P,S,K,Mg,Ca,Fe,Na
- inorganik minor elemen : Zn,Mn,Mo,Se,Co,Cu
 Proses biologis dlm pengolahan air limbah terdiri
dari 2 jenis yaitu :
1.Berdsrkan kebutuhan oksigen :
a. Proses aerobik
b. Proses anaerobik
c. Proses kombinasi aerobik dan anaerobik
d. Proses Pon
2.Berdasarkan cara tumbuh kembang bakteri dlm
reaktor (tangki) terdiri dari :
a. Tersuspensi (suspended growth reactor)
b. Melekat (attached growth reactor)
a. Suspended growth reactor (Proses Pertumbuhan
tersuspensi)
 Terdiri dari : * Lumpur aktif plg byk digunakan
* Kolam aerasi
* Proses aerobik digestion
* dll
 Lumpur aktif (AS) pertama sekali dikembangkan di
Inggris 1914 oleh Arderin dan Lockett
 Lumpur aktif dpt mereduksi bau, kdr bhn organik
spt COD dan BOD ( BOD : 85-90%) dan
menghslkan lumpur, nitrat
 Bakteri yg digunakan bakteri aerobik dibiakkan
dlm tangki aerasi dlm keadaan tersuspensi
(terlarut)
 Reaksi oksidasi sintesa sel sbb :

CHONS + O2 + nutrien bakteri CO2+ NH3+C5H7NO2 +hsl akhir


z.organik sel baru

 Reaksi Respirasi/sintesa sbb :

C5H7NO2 + 5O2 5CO2 + 2H2O + NH3 + Energi


• Lumpur aktif terdiri dari 2 tangki : bak aerasi
dan bak pengendap II (clarifier/sedimentasi)
• Pengurain zat organik scr biokimia & m.o
aerobik pd bak aerasi dpt juga dgn me(+) O2
• Bak pengendap berfgs memisahkan lumpur
aktif (biomass) dari bak aerasi
• Lumpur aktif yang mengendap sebagian
dikembalikan lg ke bak aerasi dan sebagian
lg dibuang.
Q, So Qe, Se
REAKTOR TANGKI
SEDIMENTASI

Qr, Sr

Q : debit influen, Qe : debit effluen, Qr : debit resirkulasi


So : BOD awal, Se : BOD effluen, Sr : BOD resirkulasi
Tangki reaktor
• Gangguan pd proses lumpur aktif yaitu :

1) Rising Sludge : gas Nitrogen dr proses


denitrifikasi terperangkap pd gumpalan
lumpur, shg lumpur muncul kepermukaan
2) Bulking Sludge : krn jeleknya kemampuan
mengendap lumpur biologis (telalu byk flok
lumpur dan flok lumpur yg terbtknya
ukurannya besar shg densitasnya menurun
shg tdk bisa mengendap
b. Attached Growth
(Proses Pertumbuhan Melekat)

• Menghilangkan bhn organik dan nitrifikasi


(konversi amoniak menjadi nitrat)
• Cth : - Trikling Filter byk digunakan
- Rotating Biologikal Contactor (RBC)
- Fixed – film nitrification reaktor
- Roughing Filter
• TF pertama dioperasikan di Inggris 1893
Prinsipnya : bak diisi dgn pecahan batu atau
plastik, diameter batu 2,5-10 cm, tinggi susunan
batu 0,9-2,5 m
• Air limbah dialirkan dari atas dgn sbh distributor
rotary
• Plastik sbg media dpt berbtk bulat, bujur sangkar
dll
• M.O akan melekat pd media filter (batu/plastik)
menguraikan bahan organik dgn batuan O2.
Bakteri/M.O yg tumbuh pd media ini membtk
lapisan film (lendir)
• Bakteri aerobik dan anaerobik :
- Achromobakter
- Flavobakterium
- Psudomonas
- Alkaligenes
- Nitrosomonas & Nitrobakter
• Jamur
- Mucor
- Geotrichum
- Pencillium
- Sporatuchum
• Alga : - Phormidium
- Chorella menghasilkan O2
- Ulothix
• Protozoa : - Vorticella
- Oprcularia
- Epistylis
PENGOLAHAN TAHAP KETIGA
(TERTIARY TREATMENT)

 Disebut jg Advanced Waste Water Treatment


(AWT)
 Bertujuan utk menghilangkan senyawa-senyawa
tertentu (fosfor, nitrogen, senyawa-senyawa yg
menimbulkan warna, COD & logam berat) atau
mempersiapkan air utk digunakan kembali.
a. Pengolahan Fosfor
 Kelebihan fosfor dlm air menyebabkan bau &
berkurangnya ikan
 Pengurangan senyawa ini dpt dilakukan dgn pe
+ koagulan alumunium sulphat, kapur tohor &
ferry chloride
 Fosfor dikurangi hingga 90%
 Pe+ koagulan ini dpt dilakukan saat air limbah
msk pd primary treatment atau pd bak aerasi dari
sistem lumpur aktif dan blh jg stlh pengolahan
tahap kedua.
 Keuntungan jk diltkkan pd primary treatment :
mengurangi kapasitas pengolahan tahap kedua.
 Jk diltkkan stlh pengolahan tahap kedua mk
dibthkan 1 bak pengendapan lg utk pengolahan
tahap ketiga dan keuntungannya bhn padatan air
limbah akan sgt berkurang
 Pe+ kapur tohor (lime) dpt jg mengurangi Cr, Zn,
Ag, Mg, Cd hingga 90% dan pH shg efektif
bunuh bakteri & virus
b. Penyaringan (Filtrasi)
 Adalah proses melewatkan air pd media spt
pasir utk menghilangkan SS atau koloidal dlm
air.
 Menurut medianya saringan terdiri dari :
1. Mono Media : pasir
2. Dual Media : pasir-kerikil atau pasir-atrasit
3. Multi Media : pasir-kerikil-antrasit-ijuk
 Menurut kecepatan aliran terdiri dari :
1. Saringan pasir cepat
2. Saringan pasir lambat
 Menurut arah aliran terdiri dari :
1. Down Flow Filter
2. Up Flow Filter
3. Biflow Filter
 Perlu pemilihan yg tepat dari jenis media
saringan krn karakteristik air limbah sgt
berbeda
 Bila saringan tlh lama dipakai biasanya lalu
sumbat, utk itu perlu dilakukan pencucian
kembali media pd saringan pasir lambat dan
back washing pd saringan pasir cepat
(pencucian media dgn jln memberi aliran air
berlawanan arah dgn inlet)
Raw Sewage

Grit Removal
and screening

Coagulant

Settling

Filtration

Granular carbon
adsorbtion

Independent Physical-chemical Treatment


c. Pengolahan Nitrogen
 Nitrogen merupakan sumber nutrien bagi lumut
hijau dan biru hijau pd permukaan air
 Pd sistem pengolahan air kotor hampir semua
nitrogen dirubah menjadi amoniak
 Amoniak menyerap DO air, toksik thp ikan,
menimbulkan korosif pd tembaga dan
menaikkan kebutuhan desinfektan
 Amoniak nitrogen dihilangkan dgn cara :
1. Cara Biologis
2. Cara fisik-kimia : amonia stripping, selective
ion exchange dan break pointchlorination
Penanganan Lumpur
Sludge Handling
Lumpur - Sludge?
• Lumpur merupakan by product yang selalu terjadi dari
setiap proses pengolahan limbah
• Pada intinya merupakan campuran zat padat dan cair,
dengan kadar solid yang bervariasi (0.25% - 6% berat
atau lebih)
• Karakteristik sludge tersebut berbeda-beda, & sangat
tergantung pada asal muasal terbentuknya lumpur tsb:
– Berbagai bahan padat yang ikut kedalam pengolahan
limbah (tanah, kotoran, dlsb)
– Sisa/bangkai dari berbagai micro organism yang
diperlukan didalam proses pengolahan limbah atau
perubahan substansi limbah kedalam bentuk padatan
untuk selanjutnya dipisahkan
– Bagian dari limbah yang belum terurai sempurna
– Dlsb

Karena itu jumlah lumpur yang terjadi merupakan salah satu


aspek yang perlu diperhatikan didalam pemilihan sistem pengolahan
Skema Umum

Pengolahan Limbah

Mengandung Substansi B3
Stabil Lumpur
Belum Stabil
Handling
Khusus

Di-stabilkan
Dikembalikan
ke Alam

Dimanfaatkan untuk
Berbagai Tujuan
Pengolahan Lumpur
• Beberapa Pertimbangan didalam melakukan pilihan
untuk Pengolahan Lumpur
– Jumlah/Volume lumpur yang perlu ditangani
• Bergantung pada karakteristik limbah, sistem pre-
treatment, dan sistem pengolahan limbah yang
digunakan
– Ketersediaan Lahan
– Kepekaan terhadap usaha/business
– Pertimbangan biaya investasi dan O&M
– Ketersediaan service provider untuk penanganan
lumpur
Tahapan Penanganan Lumpur secara umum :
Pengambilan &
Pemindahan Slurry

Pengolahan

Pengangkutan

Disposal atau
Pembuangan
Pengambilan & Pemindahan Slurry

 Pada umumnya pengambilan slurry dilakukan dengan


pompa krn lazimnya lokasi akumulasi lumpur lebih
rendah
# Pompa lumpur/sump pump
 Pola pengambilan lumpur tergantung dari pola
pengolahan yang dipilih :
# Routine - setiap hari
# Intermittent - tergantung dari design desludging
interval
Pengolahan
Cara Pengolahan Tujuan Pengolahan

Conditioning Mempercepat laju pengurangan air


• Pe+ Bhn Kimia dan penangkapan bahan padat
• Pengolahan dgn panas

Stabilisasi Mengurangari bahan padat dari


• Digester anaerobik lumpur, organisme phatogen dan bau
• Digester aerobik
Penebalan (thickening) Menambah konsentrasi bahan padat
• Gravity dan pengurangan volume
• Flotasi
Dewatering Pengurangan volume dan
• Filtrasi vacuum pembentukkan potongan-potongan
• Centrifugasi lumpur lembab
• Alas Pasir (Sludge Drying Bed)
Pengolahan

Cara Pengolahan Tujuan Pengolahan

Pengeringan & oksidasi


• Pembakaran Pembentukan potongan lumpur kering
• Pengeringan dgn panas atau lumpur yg teroksidasi
• Oksidasi udara basah

Pembuangan akhir
• Landfill Penggunaan atau pembuangan lumpur
• Penyebaran di atas tanah bahan padat
• Lagoons
• Pembuangan di laut
 Sludge Conditioning

• Bahan kimia yang ditambahkan : Coagulan


Ferri-klorida, Kapur-tohor, Abu dari
incenerator dan Organik Polimer
• Zat ini dimasukkan ke dalam lumpur sebelum
proses thickening atau dewatering
• Pengolahan dengan panas dilakukan dgn
memanaskan lumpur sampai 350 - 4500 F
pada tekanan 150 – 300 psi
• Cara lain dgn memberi chlor dosis tinggi
pada tekanan rendah (30 – 40 psi)
 Sludge Thickening
• Pada flotasi udara diinjeksikan pd tekanan
40-80 psi
• Gravity thickening adalah proses
pengendapan yg prinsipnya sama dgn
prasedimentasi atau sedimentasi
Gravity thickening
 Sludge Stabilisasi

Sludge Digester
• Lazimnya sludge digester merupakan sarana untuk
menguraikan/ menstabilkan lumpur yang diambil dari proses
pre-treatment (sedimentation chamber)
• Tetapi bukan lumpur yang telah lama diendapkan (misalnya
dari
Septic atau Imhoff tank dengan desludging interval yang lama)

Influent Sludge
Digester

Excess Sludge dr proses


Activated Sludge
• Sludge Digester

Gas

Supernatan
Raw Sludge

Digestion
Zone

Digested
Sludge

Diagram Anaerobic Sludge Digestion


Sludge Digester
 Dewatering

Filter Press, Vacuum Press, Belt Press


Filter Press, Vacuum Press, Belt Press
Sludge Drying Bed
Digunakan untuk pengolahan lumpur skala kecil dan
menengah
Waktu pengeringan berkisar antara 2 - 4 minggu

Digested Sludge
Pasir Kerikil

Subdrai
n
Digested Sludge

Pasir
Kerikil

Sludge Drying Bed Subdrain


 Lapisan pasir : 4-9 inchi
 Lapisan kerikil : 8-18 inchi
 Lumpur disebarkan di atas pasir
 Dibuat drainase utk menampung air dari
lumpur & dapat dikembalikan ke bak
pengolah awal
 Kelemahan cara ini : butuh areal yg luas

Anda mungkin juga menyukai