LUMPUR IPA
oleh :
2008
0
PENGELOLAAN LUMPUR
INSTALASI PENGOLAHAN AIR ( IPA )
PENDAHULUAN
1.1.
Ruang Lingkup
Peraturan teknis ini memuat ketentuan tentang prinsip, operasi dan pemeliharaan
unit pengolahan lumpur dari instalasi pengolahan air ( IPA ).
1.2.
Tujuan pengolahan lumpur dari instalasi pengolahan air adalah agar lumpur yang
dibuang tidak mengganggu lingkungan sekitar dan memenuhi peraturan yang ada.
1.3.
Prinsip
II.
Untuk mengukur atau memprediksi tingkat produk lumpur, dianjurkan untuk memilih
parameter-paramter yang sejenis dengan kondisi operasional dan menggunakan
rumus-rumur dasar dasar.
II.1. Tingkat produksi Lumpur Alum kering (pons per juta galon produksi air):
[ Dosis Alum (mg/l) x 2.2 ]+ [ Kekeruhan Air Baku (NTU) x 1.3* x 8.34 ]
atau :
Produksi lumpur kering (mg/l air yang diproduksi) =
*
[ Dosis Alum (mg/l) x 0.26 ] + [ Kekeruhan Air Baku (NTU) x 1.3 ]
Catatan :
* 1.3 adalah rasio antara zat padat terlarut (mg/l) dan kekeruhan (NTU). Jangkauan
rasio ini adalah 1.0 2.0
Contoh:
Suatu IPA dengan kekeruhan air baku 150 NTU, dosis tawas 60 mg/l. Berapa lumpur
yang dihasilkan tiap liter air yang diproduksi
Jawab:
Kekeruhan air baku
Dosis Alum Sulfat
:
:
150
60
NTU
mg/l
III.
Karakteristik lumpur dari pengolahan air berbeda dari satu tempat ke tempat lain
karena sangat tergantung pada karakteristik air baku, tipe dan jumlah koagulan, dan
tipe bahan koagulan pembantu lainnya yang digunakan untuk mengolah air baku.
Secara umum, lumpur alum kering terdiri dari 30% dan 50 % padatan inert, seperti
silika dan kalsium.
Karakteristik dari lumpur kapur bervariasi sebagai fungsi komposisi magnesium
hidroksida. Konsentrasi magnesium hidroksida bervariasi dari tidak tentu sampai
dengan 30 % beratnya. Lumpur kapur terdiri dari sedikit magnesium hidroksida yang
dapat diencerkan menjadi 50-60 % zat padat melalui penggunaan lapisan kering.
Akan tetapi, angka-angka ini akan berkurang menjadi 20 dan 25 % zat padat jika
lumpur mengandung konsentrasi magnesium hidroksida lebih tinggi.
Karakterisitik lumpur sangat perlu diketahui karena akan berpengaruh terhadap
metode penanganan dan pembuangannya. Contohnya lumpur alum yang setengah
kering dan lumpur feris adalah thixotopic; perubahan fasa lumpurnya sangat
tergantung atas tekanan secara fisik. Karakteristik seperti ini membuat lumpur alum
dan besi sangat susah ditangani.
Komposisi lumpur secara umum ditunjukkan pada tabel berikut
Tabel 1 Komposisi lumpur
Komposisi Padatan
(% zat padat)
Konsistensi Lumpur
Lumpur Alum
Lumpur Kapur
0 10
Cair
Cair
10 15
Agak kental
Agak kental
15 20
Seperti pasta
Seperti pasta
20 25
Semi-padat
(2)
(3)
Komposisi dari lumpur alum dalam bak sedimentasi persegi umumnya terdiri
dari 0.3 1.5 % padatan. Sedangkan komposisi padatan dari tangki
sedimentasi clarifier hanya 0.2 0.5 %. Bak sedimentasi tanpa alat penyapu
lumpur mekanik biasanya dapat memiliki lumpur sampai dengan ketinggian 3
3,5 m sebelum bak dibersihkan. Komposisi padatan dari bak sedimentasi
dengan penyapu lumpur mekanik berkisar 0.5 1.5 %.
Pada keadaan normal, sekitar 0.1 0.5 % dari air yang diolah akan dibuang
melalui operasi pembuangan lumpur (kecuali didaur ulang). Hubungan antara
kandungan padatan tersuspensi (SS = mg/l) dengan kekeruhan (NTU) adalah
fungsi dari jenis, ukuran, bentuk dan warna dari padatan tersuspensi.
Perbandingan antara padatan tersuspensi total dengan kekeruhan berkisar
antara 1 2 dengan 1,3 sebagai rata-rata perbandingan.
Kandungan padatan dari lumpur dari proses pelunakan dengan kapur lebih
besar dibandingkan dengan lumpur alum; berkisar antara 1 10 % tergantung
pada tipe clarifier yang digunakan. Lumpur yang dihasilkan dari clarifier
mengandung 3 4 % padatan dan 0.3 1.5 % dari air proses pelunakan
dengan kapur dibuang sebagai lumpur.
(2)
l/dt/m ).
5
Sentrifugasi
Diantara beberapa tipe unit yang dijual, unit yang paling aplikatif adalah unit
scroll discharge, solid bowl (mangkuk putar) dan basket bowl. Unit ini terdiri dari
mangkuk putaran dalam bentuk tabung/silinder dengan bagian kerucut pada
ujungnya, dan baling-baling yang berputar didalamnya. Lumpur diisikan melalui
tengah/pusat, tertahan pada dinding mangkuk karena gaya sentrifugal. Zat
padat yang mengendap dipindahkan oleh alat pembawa dari ujung mangkuk
semetnara bagian yang jernih (effluent) dilalukan pada ujung lainnya.
Basket centrifuges menghasilkan lumpur alum yang mengandung 10 11%
tanpa penggunaan polimer. Komposisi Lumpur (mengandung 1/4 Al 2(OH)3
dapat diperbaiki sampai dengan 15 % padatan jika lumpur diprakondisikan
terlebih dahulu dengan polimer. Prakondisi yang optimum dengan
membubuhkan 1 2 pon per ton padatan (0.5 1 kg/ ton) akan menghasilkan
25 30 % padatan.
(4)
Bowl centrifugation
Bowl centrifugation memungkinkan lumpur kapur pelunakan lebih mudah
dikentalkan dari Lumpur alum. Teknik ini dapat menghasilkan 30 70 %
padatan dengan atau tanpa di prakondisikan dengan polimer. Kelemahan
metode ini adalah membutuhkan pemeliharaan tingkat tinggi dan biaya
pemeliharaan yang tinggi.
(5)
Filter Press
Filter press dapat digunakan untuk proses penghilangan air baik pada lumpier
alum maupun Lumpur kapur. Namun lebih banyak digunakan terutama dalam
proses penghilangan air Lumpur alum yang diprakondisikan dengan polimer,
kapur atau precoated dengan diaomacius earth. Umur dari filter cloth
normalnya adalah 1.5 tahun. Filter press adalah proses batch yang
memerlukan biaya investasi dan pemeliharaan yang tinggi. Sampai saat ini, jika
padatan yang dipersyaratkan diatas 40% padatan alum kering, proses ini
adalah metode yang paling bisa diandalkan.
6
(6)
Belt Press
Unit Belt press relatif kecil dan hanya membutuhkan relatif sedikit perhatian dan
pemeliharaan saat unit dioptimalkan. Unit ini sering digunakan untuk mengolah
Lumpur koagulan dan dapat menghasilkan padatan alum dengan 20 25 %
padatan jika polimer ditambahkan.
(7)
Vacuum Filter
Vacuum Filter digunakan terutama untuk mengolah lumpur kapur. Unit ini
umumnya menghasilkan 40 50% padatan. Untuk kandungan lumpur kapur
2
magnesium yang rendah, tingkat bebannya 40 90 lb/ft per jam (195 440
2
kg/m /jam), namun jika kandungan Lumpur kapur magnesium tinggi beban
2
pengolehan yang digunakan hanya sebesar 10 20 lb/ft per jam (48.8 97.65
2
kg/m /jam). Vacuum filter tidak efktif jika digunakan untuk mengolah lumpur
alum.
Tabel berikut menyimpulkan kinerja tipikal dari beberapa unit proses
penghilangan air.
Tabel 2. Kinerja Tipikal Proses Dewatering
Thickening
secara
gravitasi
Dryin
g
beds
Centrifugation
Filter
Press
Belt
Press
Lumpur alum
25
3050
10 25
25l50
2530
Lumpur kapur
8 12
4060
30 70
4050
Jenis
Lumpur
V.
Jumlah minimum
Ukuran dari tiap kolam
Kedalaman cairan lumpur
Kemiringan dasar kolam
Bentuk kolam
Sistem drainase dasar
Lining
10
11
Kecepatan belt
12
13
IX.
Literatur
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Pegawai Bali Pelatihan Air Bersih dan PLP2,
Departemen Pekerjaan Umum, Pelatihan Lanjutan Fasilitas Penjernihan Air,
1997
14