Anda di halaman 1dari 4

2.

3 Tipe Sedimentasi

Berdasarkan pada jenis partikel dan kemampuan partikel untuk berinteraksi, sedimentasi dapat
diklasifikasikan ke dalam empat tipe, yaitu:

1. Sedimentasi tipe I/ Plain Settling/Discrete particle

Sedimentasi tipe I merupakan pengendapan partikel diskret, yaitu partikel yang dapat
mengendap bebas secara individual tanpa membutuhkan adanya interaksi antar partikel.
Sebagai contoh sedimentasi tipe I adalah pengendapan lumpur kasar pada bak
prasedimentasi untuk pengolahan air permukaan dan pengendapan pasir pada grit chamber.
Ada beberapa kelebihan dan kekurangan pada sedimentasi tipe I, diantaranya yaitu:

Kelebihan Bak Pra Sedimentasi

Diterapkan pada unit grit chamber, untuk mengendapkan partikel kasar/grit yang sangat mudah
mengendap;

Sifat fisik partikel ini terjaga seperti bentuk, ukuran dan kepadatan,karena partikel yang
menetap,mempertahankan satu sama lain sehingga mereka tidak menyatu.

Bekerja tanpa adanya tambahan bahan kimia;

Bangunan pengolahan air minum yang berfungsi untuk mengendapkan partikel diskrit yang
relatif mudah mengendap;

Menurunkan kekeruhan air baku;

Mempermudah proses atau tidak memperberat beban kerja unit selanjutnya dan

Melindungi peralaan mekanis bergerak dan akumulasi grit pada jalur transmisi air baku dan
proses selanjutnya.

Berbentuk tunggal yang memiliki dua kompartemen atau dua bak terpisah, sehingga bila satu
kompartemen dibersihkan maka kompartemen yang lain masih dapat beroperasi sehingga
supplai air ke instalasi tidak terganggu
Kekurangan Bak Pra Sedimentasi

Suspensi bersifat encer dan kecepatan mengendapkan tergantung berat jenis dan diameter
partikel.

Aliran air pada proses bak sedimentasi ini harus tenang/tidak bergejolak sehingga tidak
menggangu proses pengendapan secara gravitasi.

Efisiensi 100% pengendapan tidak mungkin terjadi karena ukuran butiran partikel tidak
seragam. Partikel dengan ukuran lebih besar cendrung lebih cepat mengendap dibandingkan
dengan partikel yang lebih kecil.

Partikel diskrit yang ada pada bak prasedimentasi ini memiliki dampak yang kurang baik
sehingga dapat mengganggu kerja unit tersebut.

2. Sedimentasi tipe II (Flocculant Settling)

Sedimentasi tipe II adalah pengendapan partikel flokulen dalam suspensi, di mana selama
pengendapan terjadi saling interaksi antar partikel. Selama operasi pengendapan, ukuran
partikel flokulen bertambah besar, sehingga kecepatannya juga meningkat. Sebagai contoh
sedimentasi tipe II adalah pengendapan partikel hasil proses koagulasi-flokulasi pada
pengolahan air minum maupun air limbah.

Kelebihan Bak Sedimentasi

diterapkan pada bak sedimentasi untuk mengendapkan partikel flok hasil proses koagulasi
dan flokulasi;

tergantung pada kedalaman tangki;

tidak tergantung pada pengendapan asli;

digunakan pada bangunan pengolahan air minum dan air limbah yang berfungsi untuk
mengendapkan partikel hasil proses koagulasi-flokulasi yang relatif mudah mengendap
(karena telah menggabung menjadi partikel berukuran besar).
Primary settling tanks biasanya dilengkapi dengan mechanically driven scrapers yang terus
mendorong lumpur dikumpulkan menuju hopper di dasar tangki dimana ia dapat dipompa
ke tahap pengolahan lumpur lebih lanjut.

Adanya pelimpah (weir) dengan tinggi air di atas weir yang cukup tipis (1,5 cm) agar air
yang keluar melalui outlet diatur sedemikian, sehingga tidak mengganggu flok yang telah
mengendap.

Kekurangan Bak Sedimentasi

bergantung pada pembentukan flok. Sebelum proses sedimentasi terdapat unit koagulasi
dan flokulasi,yaitu unit pemberian senyawa kimia koagulan (biasanya aluminium sulfat,
Al2(SO4)3) dan unit pembentukan flok yang besarnya tidak menyebabkan pengendapan dini
pada unit flokulasi itu sendiri;

kecepatan mengendap partikel pada sedimentasi dipengaruhi oleh rasio permukaan dan
konsentrasi partikel, hal ini terjadi karena pada proses inni membutuhkan kecepatan
turunnya partikel untuk mendesain bak sedimentasi yang efektif dan efisien.

3. Sedimentasi tipe III dan IV/Hindered Settling (Zone Settling)

Sedimentasi tipe III adalah pengendapan partikel dengan konsentrasi yang lebih pekat, di
mana antar partikel secara bersama-sama saling menahan pengendapan partikel lain
disekitarnya. Karena itu pengendapan terjadi secara bersama-sama sebagai sebuah zona
dengan kecepatan yang konstan. Pada bagian atas zona terdapat interface yang
memisahkan antara massa partikel yang mengendap dengan air jernih. Sedimentasi tipe IV
merupakan kelanjutan dari sedimentasi tipe III, dimana terjadi pemampatan (kompresi)
massa partikel hingga diperoleh konsentrasi lumpur yang tinggi. Sebagai contoh sedimentasi
tipe III dan IV ini adalah pengendapan lumpur biomassa pada final clarifier setelah proses
lumpur aktif (Gambar 2.9). Tujuan pemampatan pada final clarifier adalah untuk
mendapatkan konsentrasi lumpur biomassa yang tinggi untuk keperluan resirkulasi lumpur
ke dalam reactor lumpur aktif (Anonim, 2007).
Gambar 2.9 Pengendapan pada final clarifier untuk proses lumpur aktif

Anda mungkin juga menyukai