BAB - 4
STANDAR/KRITERIA
PERENCANAAN
Intake atau bangunan penangkap air adalah bangunan penyadap air atau alat yang
berfungsi untuk mengambil air dari sumbernya. Pada dasarnya intake dilengkapi
dengan kisi-kisi atau saringan dimana air baku masih dapat melewatinya. Fungsi dari
bangunan penangkap air adalah untuk menampung air sementara sebelum dialirkan
melalui pipa transmisi. Hal ini untuk menjamin kuantitas air bersih sesuai dengan
kebutuhan kota.
Topografi sumber
Dalam penentuan lokasi intake ada beberapa hal yang perlu diperhatikan agar intake
dapat berfungsi dengan baik, yaitu:
Selain persyaratan diatas, intake itu juga harus ditempatkan pada suatu lokasi yang
tepat, yaitu sungai, danau dan sumber air permukaan lainnya. Sedangkan syarat-
syarat dari penentuan lokasi intake antara lain:
Mudah dijangkau
Dapat diandalkan
Kondisi ekonomi
Seperti yang kita ketahui bahwa bangunan intake satu sama lain mempunyai bentuk
yang berbeda sesuai dengan sumber airnya misalkan broncapterig kata lain dari
intake untuk mata air, intake tipe jembatan atau ponton untuk sungai, dam atau
waduk kata lain dari intake untuk sungai yang dibendung dan masih banyak lagi yang
lainnya, namun semuanya mempunyai fungsi yang sama yaitu untuk menangkap air
baku dengan kapasitas yang memadai sebelum dialirkan ke Instalasi Pengolahan Air.
Intake dibangun tegak lurus terhadap aliran untuk menghindari masuknya pasir
ke dalam bangunan
Dibangun sedemikian rupa sehingga dalam kondisi yang terburuk masih dapat
dipergunakan
Sekarang ini telah banyak jenis-jenis intake atau bangunan pengambilan air ini, intake
sungai antara lain adalah tower, crib, shome dan pipe/condult.
A. Intake Tower
Lokasi. Lokasi diusahakan sedekat mungkin dengan tepian air minum yang
ditempatkan dengan kedalaman air minum 10 ft (3 m), kecuali intake yang
berukuran kecil.
Bentuk dan Ukuran. Bagian puncak tower minimum harus dapat mencapai
ketinggian 5 ft (1,5 m) diatas permukaan air tertinggi. Jembatan penghubung juga
harus memiliki ketinggian yang sama. Diameter tower harus cukup besar untuk
meletakkan dan memperbaiki pintu intake juga pompa.
Struktur. Material yang digunakan untuk membangun tower harus kuat dan tahan
lama, seperti rainforced concrete dan harus dibangun diatas pondasi yang kokoh
sehingga dapat bertahan walaupun terjadi bencana banjir.
Intake Ports. Pintu intake port haruslah tersedia untuk beberapa kedalaman air.
Pintu terendah terletak 2 ft dari dasar. Interval vertikal dari pintu-pintu
berikutnya antara 10 – 15 ft (3 – 4,5 m). Kecepatan aliran yang melewati pintu
pada ketinggian yang sama tidak lebih dari 1 fps (0,3 m/s). Didaerah-daerah yang
sering terjadi pembekuan air, kecepatan aliran air yang dianjurkan dibawah 0,5
fps (0,15 m/s).
B. Shore Intake
Lokasi. Shore intake harus ditempatkan dengan ketinggian air minimal 6 ft atau
1,8m.
Tipe. Shore intake tipikal. Tipe Sumur siphon, tersuspensi, terapung, tergantung
situasi daerahnya.
Intake Bay. Intake bay harus dapat dilewati aliran dengan kecepatan maksimal
15fps (0,45m/s). Jika terdapat sampah ataupun es dalam jumlah yang besar,
kecepatan harus diturunkan sampai dibawah 1 fps (0,3 m/s).
C. Intake Crib
Lokasi. Lebih dari 10 ft (3 m) dari permukaan dan terletak dilokasi dimana intake
crib tidak akan terbenam oleh sedimen yang terbentuk, terbawa aliran sungai.
Struktur. Terletak pada area dimana ketinggian air lebih dari 10 ft, puncak intake
harus berada 3 ft (1 m) dari dasar. Jika ketinggian air kurang dari 10 ft, crib harus
diletakkan dibawah dasar sungai sejauh 1–3 ft (0,3–1 m). Semua sisi harus
dilindungi dengan tembok batu ataupun lempengan beton. Kecepatan maksimal
aliran yang lewat adalah 0,25–0,5 fps (0,08–0,15 menit per detik).
D. Intake Pipe/Condult
Perlindungan. Jika pipa harus menyebrangi sungai ataupun danau untuk menuju
shaft, puncak harus dilindungi. Kadang-kadang pecahan batu harus diletakkan
diatas selokan penghubung sebagai pelindung.
Infiltration Gallery. Arah memiliki sudut yang tepat terhadap sungai ataupun
paralel dengan arah aliran yang tergantung pola underflow, tingkat kesulitan,
bahaya pembangunan gallery.
Kriteria Perencanaan:
KemiringanBar ( 40 – 60 ).
Perhitungan:
B = Ws / (n-1)
Screen
Screen adalah penyaring atau penahan yang terbuat dari batang-batang besi
tegak. Pada screen, partikel-partikel mengambang, sampah dan benda-benda
terapung lainnya yang mungkin ada ditempat-tempat penyadapan terutama di
bangunan sadap sungai (intake) dapat disisihkan. Cara penyisihannya yaitu
dengan melewatkan air pada screen sehingga partikel-partikel yang tidak
diinginkan dapat tertahan di screen tersebut. Screen berada pada struktur intake,
reservoir dan sungai.
Wash Out
Over Flow
Over Flow berfungsi untuk menyalurkan kelebihan air sehingga tinggi muka air
akan konstan.
Alat ukur debit berfingsi untuk mengetahui jumlah air yang mengalir dalam pipa
transmisi.
Mistar Ukur
Mistar ukur digunakan untuk mengetahui kedalaman/ ketinggian dari dasar intake.
4.1.1.3 Screen
Screen adalah penyaring atau penahan yang terbuat dari batang-batang besi atau baja
tegak. Pada screen, partikel-partikel mengambang, sampah dan benda-benda
terapung lainnya yang mungkin saja berada di tempat-tempat penyadapan terutama
di bangunan sadap sungai (intake) dapat disisihkan. Cara penyisihannya yaitu dengan
melewatkan air pada screen sehingga partikel-partikel yang tidak diinginkan dapat
tertahankan discreen tersebut. Screen berada pada struktur intake, reservoir dan
disungai.
Kriteria perencanaan:
Bar Screen
Bars screen (racks) harus disediakan pada setiap pintu, diletakkan pada bagian
yang terbuat dari baja dan diletakkan 2 – 3 Inchi antara satu sama lainnya. Pada
kondisi normal kecepatan aliran yang melewati bukaan bar screen tidak boleh
melewati 2 fps (0,6 m/s). Pada kasus-kasus khusus kecepatan aliran dibatasi
dibawah 0,5 fps untuk mencegah ikan-ikan kecil terhisap.
Fine Screen
Perhitungan:
HL = (v/b)4/3 . hv . sin
Dimana:
HL = head loss / kehilangan tekanan (m), untuk bar yang bersih akan
bertambah dengan meningkatnya clogging.
(lingkaran) = 1,79
Dimana:
Q = kapasitas (m2/det)
g = gravitasi (m/det2)
Sistem transmisi merupakan salah satu bagian dari Unit Produksi air minum yang
berguna untuk menghantarkan air baku ke Instalasi Pengolahan Air. Dalam
perencanaan sistem transmisi ini digunakan satu jalur pipa. Kedalaman dari
penempatan pipa transmisi adalah 0.8 m – 1.5 m dari muka tanah, hal ini perlu
diperhatikan untuk menjamin keamanan sistem dari berbagai gangguan. Kecepatan
aliran air di dalam pipa adalah 0.6 m/detik – 3 m/detik. Untuk menentukan dari
sistem transmisi, maka perlu diperhatikan dengan baik jalur pipa transmisi air baku
guna menciptakan energi yang baik, ekonomis, mudah dirawat.
Pada kondisi kemiringan tanah cukup besar sehingga untuk dapat menghantarkan air
dalam jumlah yang cukup maka pipa transmisi dilengkapi dengan perlengkapan
pembantu seperti valve, bak pelepas tekan, blow off dan sebagainya.
Perletakan pipa transmisi sebaiknya ditempatkan pada daerah yang telah mempunyai
jalur untuk mempermudah pengangkutan, pemasangan, pemgawasan dan
perawatan. Penentuan diameter dilakukan dengan memperhitungkan jumlah air yang
akan dialirkan, perbedaan tinggi yang tersedia, kapasitas dari perlengkapan pipa
maupun suku cadangnya dan kehilangan tekanan maksimum yang mungkin terjadi.
Dalam pembuatan pipa transmisi ini ada beberapa faktor yang perlu diperhatikan
adalah faktor-faktor berikut ini:
Jalur transmisi diusahakan pendek dan penggunaan diameter yang paling sesuai
serta menghindari penggunaan perlengkapan yang terlalu banyak dan perlu
memperhatikan pula umur dari pipa agar dapat diperhitungkan berapa besar
biaya yang diperlukan untuk memelihara sistem dan adanya kemungkinan
pengadaan jalur yang baru.
Dimensi pipa transmisi dapat ditentukan menggunakan rumus Hazen William sebagai
berikut:
Dimana:
D = Diameter pipa (m)
Q = Debit aliran (m3/det)
C = Koefisien kekerasan
S = Sloop (m/m)
Koefisien kekasaran pipa, bergantung pada jenis dan kondisinya. Untuk lebih jelasnya
dapat dilihat pada Tabel 4.1 dibawah ini:
Jenis pipa yang akan digunakan dalam pekerjaan ini adalah pipa baja dengan
spesifikasi steel water pipe, AWWA C 208 dengan diameter 300 mm.
Salah satu bagian dari Unit Produksi adalah Instalasi Pengolahan Air (IPA). Jenis IPA
ada berbagai macam, pemilihannya biasanya sesuai dengan kondisi kualitas air baku
yang akan digunakan. Berikut ini akan diuraikan jenis-jenis IPA yang umum
digunakan di Indonesia, yaitu yang sesuai dengan kebutuhan kondisi kualitas air yang
umum dijumpai.
Flokulasi dan koagulasi merupakan tempat dimana proses penambahan zat kimia
pembentuk flok atau koagulan kedalam air baku, sehingga bercampur dengan koloid
yang tidak dapat mengendap serta suspensi yang sulit untuk mengendap sehingga
terbentuk flok-flok yang cepat mengendap. Pada koagulasi, terjadi penambahan
koagulan dan pencampuran pada saat memberi kesempatan pada koagulan untuk
bercampur dengan air baku. Segera setelah pengadukan cepat, air dialirkan ke proses
flokulasi, dimana terbentuk flok-flok yang lebih besar pada pengadukan lambat.
Pengadukan tidak boleh terlalu cepat karena dapat mengakibatkan pecahnya flok
yang sudah terbentuk. Pada proses koagulasi tidak boleh terjadi pengendapan,
partikel/flok yang terbentuk akan diendapkan di bak sedimentasi.
Fungsi proses ini adalah jumlah partikel koloid tersuspensi yang sulit mengendap
sehingga mengurangi beban untuk proses selanjutnya (sedimentasi, filtrasi pasir
cepat). Jika partikel-partikel yang tergantung sulit untuk di endapkan, dapat juga
dilakukan penambahan kekeruhan seperti penambahan claya, sehingga partikel-
partikel yang sulit mengendap diharapkan dapat ikut mengendap bersama dengan
partikel hasil penambahan tersebut. Prinsip flokulasi dan koagulasi kimiawi adalah
destabilisasi dan pengikatan partikel-partikel koloid secara bersama-sama. Proses ini
juga menyangkut pembentukkan flok-flok yang mengadsorp dan menangkap atau
mengikat partikel koloid di dalam air. Selain itu terbentuk flok-flok yang lebih besar
sehingga mudah diendapkan dan disaring.
a. Pembubuhan Koagulan.
b. Pengadukan Cepat.
Proses ini dimaksudkan agar terjadi pencampuran antara koagulan dengan air
secara cepat dan segera. Hal sangat membantu untuk menghasilkan proses
flokulasi yang baik, karena proses ini memerlukan distribusi baik dan merata dari
bahan koagulasi dengan air secara cepat. Didalam prakteknya pengadukan
dengan cepat dilakukan dengan cara:
c. Pengadukan Lambat
Atau Proses Secara Gravitasi proses ini dimaksudkan untuk memberi waktu yang
cukup untuk kontak antara koagulasi yang terhidrolisa dalam air dengan partikel-
partikel koloid dan kemudian membentuk flok-flok dalam aliran yang lebih besar
yang dapat diendapkan dalam bak pengendapan. Secara umum pengadukan
lambat dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut:
Bentuk serbuk
Bentuk serbuk
Bentuk Serbuk
Kapur (CaO)
Bentuk serbuk
Bentuk serbuk
Kekeruhan yang terjadi pada air baku dari sumber air permukaan berasal dari partikel
yang disebut dengan “Colloid”. Colloid memiliki ukuran yang sangat kecil yaitu
sekitar 0,001–
colloid tersebut dapat mudah mengendap maka perlu dilakukan pengelompokan
diantara colloid tersedut sehingga membentuk partikel yang memiliki ukuran yang
besar dan mudah mengendap.
Colloid biasanya bermuatan ion negatif, sehingga agar dapat saling tarik menarik
dengan colloid lainnya dibutuhkan pemberian ion positif. Dengan pemberian ion
positif dan dilakukan pengadukan maka sejumlah colloid akan saling menempel dan
membentuk flock.
+
+
+ +
Colloid bermuatan
ion negatif
+
Pemberian ion positif yang
berasal dari bahan
koagulan
+
Membentuk Flock
+ +
+
+ +
Mengendap
Setelah flok terbentuk maka dapat dilakukan proses pengendapan. Kecepatan endap
flok sekitar antara 0,3 – 0,45 m/jam
Design Kriteria
Koagulasi:
G x Td = 104 - 105
Flokulasi:
G x Td = 104 - 105
G Value
Proses pengelompokan dua atau lebih materi, misalkan colloid, di dalam air akan
dipengaruhi oleh faktor kecepatan (dv) dan jarak (dz) antara partikelnya.
Perbandingan antara kecepatan partikel dan jarak antara partikel untuk bertemu
dan mengelompok disebut gradien velocity atau memiliki simbul G dengan satuan
1/dt.
dv
dz
P
G
( .C )
Dimana:
- P = Power =.g.H.Q
- = -6 m2/dt
Baffel chanel dengan aliran horizontal akan menghasilkan aliran air yang
mengalir secara zig-zag sebagai berikut:
v2
Inlet
v1
Outlet
Pada baffel chanel dengan jenis aliran horizontal akan terjadi dua macam
aliran yaitu aliran lurus dengan kecepatan v1 (m/dt) dan aliran berkelok
dengan kecepatan v2 (m/dt) , dimana dari kedua jenis kecepatan aliran
tersebut masing-masing akan menghasilkan kehilangan tekanan, sebagai
berikut:
Pada baffel chanel aliran horizontal, Apabila jumlah h1 adalah n, maka jumlah
h2 adalah (n-1).
Baffel chanel dengan aliran jenis vertikal akan menghasilkan aliran air yang
naik turun (up and down), sebagai berikut:
h1
h2
v2 h3
Inlet
Outlet
v1 v3
h = v2 /2g
Q = v. . A
Dimana:
= Koef kontraksi = 0,63
A = luas lubang
v
rp
m
P
G
( .C )
Dimana:
Cd = Koefisien drag = 1,8
A = Luas daun baling-baling (m2)
v = Kecepatan relatif baling-baling terhadap aliran air (m/dt)
C = Volume air di bak flocculator
4.1.3.2 Sedimentasi
Sedimentasi dilakukan jika kekeruhan air melebihi 5 NTU atau 25 mg/l SiU2.
Sedimentasi dapat dilakukan setelah proses flokulasi partikel koloid serta ditetapkan
setelah dilakukan proses pengurangan besi dan mangan yang tinggi di dalam air baku,
karena proses sedimentasi tidak dapat menghilangkan partikel-partikel koloid yang
terdapat pada air baku.
Partikel diskrit non-koloid yang tersuspensi didalam air baku akan dipengaruhi oleh
gaya vertikal ke bawah dan gaya horizontal sepanjang aliran yang laminer. Apabila
kecepatan partikel mengendap (Vs) lebih kecil daripada kecepatan mengendap Vo,
maka partikel diskrit tersebut akan terbawa oleh aliran yang laminer. Apabila
kecepatan partikel mengendap (Vs) lebih kecil daripada kecepatan mengendap Vo,
maka partikel diskrit tersebut akan terbawa oleh aliran air, sebaliknya apabila Vs >
Vo partikel diskrit tersebut akan mengendap.
Zone Inlet, merupakan tempat air terdistribusi secara merata, dimana partikel
menyebar keseluruh bagian bak pengendapan, Vs = Vo.
Zone Outlet, tempat mengalirkan air yang mengandung partikel yang tidak dapat
diendapkan untuk dikeluarkan dari bak pengendapan.
Bak sedimentasi yang ideal menurut Teori Comp (1946), mengikuti asumsi:
Zone inlet.
Zone outlet.
Zone lumpur.
Terdapat distribusi unirorm partikel yang melalui zone inlet. Partikel-partikel yang
masuk ke zone lumpur akan terus mengendap dan partikel-partikel yang masuk ke
zone outlet akan dialirkan keluarkan.
So = Q/BL = Q/A
Vo = Q/BH
Dimana
So = Beban Permukaan (m/jam)
S = Kecept. Endap Partikel (m/jam)
Vo = Kecept. Aliran Air (m/jam)
Q = Kapasitas Aliran (m3/jam)
B = Lebar Bak (m)
H = Tinggi Bak (m)
L = Panjang Bak (m)
S = So Partikel melayang
Fr = Vo2/ g R, dimana:
yaitu akibat dari adanya hembusan angin atau aliran yang tidak merata di
zona inlet atau zona outlet.
H = 1/12 x L0,8
B: L = 1: 6 -10
Diameter
Kecepatan Endap Berat Jenis Jenis Partikel
partikel
(mm) (cm/dt, 10o C) (m/jam) (ton/m3)
0.3 3.2 115.2 2.65
0.2 2.1 75.6 2.65
0.15 1.5 54 2.65 Pasir
0.1 0.8 28.8 2.65
0.08 0.6 21.6 2.65
0.02 0.02 0.72 1.03
0.018 0.015 0.54 1.03
Flock
0.015 0.012 0.43 1.03
0.01 0.01 0.36 1.03
0.0001 0.00001 0.00036 1.03 Colloid
c. Plate Settler
Fungsi plate settler adalah untuk memperluas permukaan bak sedimentasi atau
meningkatkan beban permukaan bak sedimentasi.
Vo = q/ w (m/jam)
So = (q sin a) / ( w + t)
(m/jam)
So’ = So ( w + t) / H
cos a + W ) (m/jam)
d. Sludge Blanket
V = Q/A,
Dimana:
Karena Bak berbentuk krucut, maka makin keatas A dan V makin membesar pada
lokasi Sludge Blanket terbentuk, V = S , yaitu posisi sludge melayang, sehingga
sludge terkumpul dan membentuk sludge blanket (selimut lumpur).
e. Grit Chamber
Fungsi: untuk mengendapkan partikel-partikel besar dan pasir yang terbawa oleh
aliran air dari unit pengambilan sumber air baku (air permukaan) menuju unit
pengolahan.
Grit chamber ditujukan untuk menangkap partikel besar dan pasir yang memiliki
diameter antara 0,08-0,3mm dengan kecepatan endap sekitar 21,6-115,2m/jam.
Design Kriteria:
Bentuk bak grit chamber dibuat sedemikian rupa untuk dapat menciptakan
aliran streamline yaitu berbentuk segi empat memanjang dengan di bagian
inflow menuju bak grit chamber dibentuk membesar secara gradual dan di
bagian menuju outflow mengecil secara gradual
Jumlah Bak minimal 2 buah, untuk keperluan pengurasan. Apabila jumlah bak
hanya 1 buah maka harus dilengkapi dengan saluran by pass
Dimana:
L = Panjang bak
Tinggi muka air di bak grit chamber di bawah muka air minimum intake
Filtrasi adalah unit yang berfungsi untuk menyaring flok-flok yang tidak dapat
diendapkan di unit sedimentasi, terutama yang berat jenisnya lebih kecil dari berat
jenis air. Proses pemisahan zat padat dari cairan yang ada pada cairan lain yang
diolah media proses, untuk menghitung partikel-partikel yang sangat halus, flok-flok
dari zat tersuspensi dan mikroorganisme.
Pada proses ini terjadi penahan partikel diantara dua media (bagian porinya) atau
diatas permukaan media yaitu partikel yang mempunyai diameter lebih besar dari
pori-pori. Sedangkan flok-flok atau partikel yang mempunyai diameter lebih besar
dari pori-pori. Sedangkan flok-flok atau partikel yang memiliki diameter lebih kecil
akan mengendap dan menempel di butiran media. Setelah melalui filter diharapkan
kekeruhan dapat lebih kecil dari 1 NTU.
Berdasarkan kecepatan aliran terdapat dua jenis filter, yaitu saringan pasir lambat
(SSF) dan saringan pasir cepat (RSF). Berikut penjelasanrinci dan jenis-jenis filter
tersebut.
BUTI
PO
Mekanisme
a. Mechanical Straining
b. Pengendapan
Proses pengendapan merupakan salah satu jenis proses yang terjadi pada
media saringan pasir. Pengendapapan dari materi kotoran yang ada
didalam aliran air yang disaring terjadi pada permukaan butiran pasir.
c. Adsorbtion
d. Kimiawi
Proses kimiawi juga dapat terjadi didalam media penyaring pada saat
menyaring air yang memiliki kandungan bahan anorganik maupun
organik yang akan berreaksi dengan oksigen yang terbawa oleh arus air:
1. Bahan Anorganik:
2. Bahan Organik:
e. Biologis
a. Fisik
5. Buat grafik terhadap data berat pasir yang tertinggal diatas masing-
masing ayakan tersebut
DIMASUKAN
DITIMBANG
PASIR 1 KG AYAKAN
% Lolos
100
d eff = d 10 = 0,4 mm
60
50 d 60
UC = = 1,5
d 10
d 60 = 0,6 mm
10
0
0,1 0,2 0,5 1,0 2,0 Bukaan saringan (mm)
d ef f = d 10 = 0,4 mm
e. Kehilangan Tekanan
Pada saat air mengalir melalui media pasir maka akan terjadi kehilangan
tekanan. Kehilangan tekanan di dalam media saringan dapat dihitung dengan
menggunakan rumus Carman-Kozeny sebagai berikut:
(1 – p)2 v
H = 180 L
g p3 (deff)2
Dimana:
n = Viskositas kinematik = (1,011) 10-6 m2/dt
g = grafitasi = 9,81 m/dt2
p = porositas pasir = 40% = 0,4
v = kecepatan aliran (m/dt)
d eff = d10 = diameter pasir yang digunakan (mm)
L = Tebal lapisan pasir
Saringan pasir secara umum terdiri dari dua jenis yaitu Saringan Pasir Cepat dan
Saringan Pasir Lambat. Saringan pasir cepat memiliki media penyaring dengan
diameter yang besar dan kecepatan aliran filtrasi yang besar. Sedangkan
Saringan Pasir lambat memiliki media penyaring yang menggunakan diameter
yang kecil dengan kecepatan aliran filtrasi yang kecil. Saringan Pasir Cepat
digunakan untuk menyaring materi yang besar seperti Floc. Saringan pasir
lambat dapat menyaring materi yang sangat kecil seperti virus. Penggunaan SPC
harus didahului oleh proses flokulasi untuk membentuk floc, sedangkan pada
PSL dapat langsung menyaring air baku tanpa memerlukan proses pembentukan
floc.
g. Design Kriteria
Tebal Gravel : 20 – 30 cm
Tinggi Gravel : 30 cm
p+E
pe =
1+E
Dimana:
E = Ekspansi = 30 – 40 %
Pencucian/ pembersihan media pasir pada SPL dilakukan dengan cara scraping
(pengerokan). Pada saat pada media pasir sudah menunjukan adanya
penyumbatan yaitu aliran air di media filter sudah tidak lancar, maka perlu
dilakukan pencucian pasir.
3. Pasir yang terkerok kemudian dicuci dengan air bersih, untuk kemudian
digunakan lagi dikemudian hari
5. Apabila ketinggian media pasir telah mencapai batas minimum yaitu 40 cm,
angkat keseluruhan pasir yang tersisa
6. Masukan pasir yang telah dicuci sebelumnya dan tempatkan pada lapisan
bagian bawah.
4.1.3.4 Reservoir
Sistem distribusi merupakan suatu sistem yang berfungsi sebagai sistem pembagi air
kepada konsumen. Oleh karena pemakaian air tidak selalu tepat dari waktu ke waktu
dimana terjadi pemakaian maksimum dan minimum, maka diperlukan adanya
tempat penyimpanan air untuk keadaan darurat, misalkan untuk pemadam
kebakaran.
Dalam suatu sistem distribusi, reservoar memegang peranan yang sangat penting.
Instalasi pengolahan air memberikan kapasitas berdasarkan kebutuhan air maksimum
perjam (debit puncak per jam). Dalam hal ini ada perbedaan besar antara kapasitas
yang satu dengan yang lain.
1. Equalizing Flows atau keseimbangan aliran. Debit yang masuk ke dalam reservoar
harus konstan, sedangkan debit yang keluar bervariasi atau berfluktuasi. Untuk itu
diperlukan suatu keseimbangan aliran yang dapat melayani fluktuasi, juga untuk
menyimpan cadangan air bersih untuk keadaan darurat.
Posisi dan jumlah pipa inlet ditentukan berdasarkan pertimbangan bentuk dan
struktur reservoar, sehingga air yang masuk ke dalam reservoar dapat
mengalir dengan merata sedemikian rupa serta diuasahakan tidak ada daerah
aliran mati.
Pipa outlet diletakkan minimal 10 cm diatas lantai atau pada muka air
terendah dan dilengkapi dengan saringan.
Pipa peluap (over flow) dan penguras dimensinya harus terhindar dari
kemungkinan terjadinya kontaminasi dari luar.
Reservoar dilengkapi dengan pipa vent, manhole dan alat ukur volume air.
Dimensi pipa harus cukup untuk sirkulasi udara yang sesuai dengan kapasitas
reservoar.
Tinggi pipa vent dari atap sekitar 50 cm, dan harus dilengkapi dengan kawat
kasa sehingga kotoran tidak dapat masuk.
Konstruksi manhole keseluruhan harus kedap air, agar air dari luar tidak
masuk.
c. Penempatan Reservoir
d. Konstruksi Reservoir
e. Perpipaan Reservoir
Pada reservoir ini harus dilengkapi dengan sistem perpipaan yang terdiri dari pipa
inlet, outlet, overflow (peluap) dan blow out (penguras) serta dilengkapi pula
dengan lubang manhole dan ventilasi.
Sistem distribusi perpipaan adalah suatu sarana untuk melayani atau menyampaikan
air kepada konsumen yang membutuhkannya dengan syarat memenuhi aspek
kuantitas, kualitas dan kontinuitas. Sistem ini adalah merupakan salah satu komponen
dari sistem penyediaan air bersih.
Intake Instalasi
Dalam mendisain sistem distribusi harus sesuai dengan kriteria perencanaan teknis,
dimana kriteria perencanaan teknis jaringan distribusi air bersih ini digunakan sebagai
pedoman dalam merencanakan jaringan distribusi air bersih Perumahan Kota Wisata.
Sehingga jaringan yang direncanakan dapat memenuhi persyaratan teknis dan hidrolis
serta ekonomis.
Sistem distribusi merupakan sistem penyaluran air bersih dari reservoir distribusi ke
daerah pelayanan dan merupakan sistem yang paling penting dalam penyediaan air
minum, hal ini dikarenakan bahwa baik buruknya sistem penyediaan air minum
dapat dinilai dari sistem distribusinya. Konsumen menilai keseluruhan sistem
penyediaan air minum hanya dari sistem distribusinya, artinya bagaimana konsumen
dapat menerima air minum dengan kualitas dan kuantitas yang memuaskan. Untuk
itu suatu sistem distribusi yang baik adalah sistem yang bisa melayani kebutuhan
konsumen dengan memuaskan setiap waktu.
Terdapat beberapa hal penting yang perlu diperhatikan dalam suatu sistem distribusi
yaitu:
Kualitas air minum yang sampai kepada konsumen harus memenuhi syarat air
minum.
Kuantitas air yang disediakan mencukupi dalam arti dapat memenuhi kebutuhan
konsumen setiap saat.
Besar aliran dan tekanan yang memadai adalah hal yang perlu diperhatikan, agar
air dapat sampai ke konsumen dengan memuaskan.
Sistem jaringan distribusi perpipaan merupakan suatu sarana fisik yang bertujuan
membawa atau memindahkan air minum dari reservoir menuju konsumen di daerah
pelayanan. Selain itu sistem distribusi harus pula dilengkapi dengan peralatan dan
perlengkapan lain agar dapat berfungsi dengan baik.
Pengklasifikasian jaringan perpipaan direncanakan terbagi tiga yaitu pipa induk, pipa
cabang dan pipa pelayanan yang perencanaannya dibatasi oleh kriteria tertentu
(Tabel 4.3).
Tabel 4-3 Perencanaan Pipa Induk, Pipa Cabang Dan Pipa Pelayanan
Pipa hantar dalam sistem distribusi air bersih biasanya memberikan bentuk atau
kerangka dasar sistem distribusi. Tidak dibenarkan dibuat sambungan rumah
pada sistem pipa hantar distribusi ini. Feeder system ini dibedakan menjadi:
Head statis yang tersedia tidak lebih dari 80 m tergantung jenis dan kelas
pipa.
Tekanan pada sistem harus dapat menjangkau titik krtitis, dengan sisa tekan
tidak kurang dari 10 m.
Sedangkan kriteria teknis yang harus diambil dalam perencanaan pipa induk
adalah:
Lokasi jalur pipa dipilih menghindari medan yang sulit, seperti halnya
tanah longsor, banjir 1-2 tahunan atau bahaya lainnya yang menyebabkan
lepas atau pecahnya pipa.
Jalan pintas sedapat mungkin dipilih tepat berada diatas tanah milik
pemerintah atau sepanjang jalan raya atau jalan umum.
Untuk jalur pipa yang panjang dimana air terpaksa dipompa, katup atau
tangki pengaman harus dapat mencegah terjadinya water hammer.
Jalur pipa diusahakan sedikit mungkin melintasi jalan raya, sungai, jalur
kereta api, jalur yang kurang stabil sebagai dasar pipa dan daerah yang
dapat menjadi sumber kontaminasi.
Pipa cabang nerupakan jenis hantaran yang kedua dari sistem. Pipa ini
meneruskan air yang disadap dari pipa induk utama ke suatu blokj pelayanan.
Pipa ini selanjutnya mempunyai percabangan terhadap pipa service. Secara fisik,
pipa induk dibatasi sebagai berikut:
Kelas pipa yang dipergunakan sama atau lebih dari pipa induk utama.
Pipa pelayanan adalah pipa yang menyadap dari pipa induk sekunder dan
langsung melayani konsumen. Diameter yang dipakai tergantung pada besarnya
pelayanan terhadap konsumen. Sistem pipa ini dibedakan menjadi:
Service Line
Sedangkan kriteria teknis yang perlu dipenuhi dalam perencanaan jalur pipa induk
adalah:
Jalur pipa sedapat mungkin dipilih di atas tanah milik pemerintah atau
sepanjang jalan umum
Jalur pipa harus menghindari belokan tajam baik horizontal maupun vertikal
dan harus menghindari siphon yang aliran airnya di atas garis hidrolis.
Jalur pipa sedikit mungkin melintasi jalan raya, sungai, jalan kereta api, jalan
kurang stabil, sebagai dasar pipa dan daerah yang dapat menjadi sumber
kontaminan.
Untuk lebih jelasnya berikut ini diterangkan mengenai ketiga sistem tersebut.
Sistem jaringan bercabang terdiri dari pipa induk utama (main feeder)
disambungkan dengan pipa sekunder, lalu disambungkan lagi dengan pipa
cabang lainya sampai akhirnya pada pipa yang menuju konsumen.
Dari segi ekonomis sistem bercabang ini sangat menguntungkan, karena jalur
pipa lebih pendek dan diameter yang kecil, namun dari segi operasional
mempunyai keterbatasan diantaranya:
Jika terjadi kerusakan, akan terdapat daerah pelayanan yang tidak akan
mendapatkan air karena tidak adanya sirkulasi air.
Jika terjadi kebakaran, suplai air pada fire hidran lebih sedikit karena
aliranya satu arah.
Sistem jaringan perpipaan melingkar terdiri dari pipa induk dan cabang yang
saling berhubungan satu sama lainnya dan membentuk suatu loop (jaringan
yang melingkar), sehingga terjadi sirkulasi air ke seluruh jaringan distribusi.
Dari pipa induk dilakukan penyadapan oleh pipa cabang dan selanjutnya dari
pipa cabang dilakukan pendistribusian untuk konsumen.
Bentuk perluasan kota yang tidak diatur, demikian pula jaringan jalannya
tidak berhubungan satu sama lain pada bagian tertentu.
a. Gradien Pipa:
b. Penutup Pipa
Penutup minimum pipa yang digunakan untuk melindungi pipa yang ditanam
di dalam tanah disarankan sebagai berikut:
60 cm di luar jalur
c. Static Pressure
Menghindari resiko pecahnya pipa eksisting yang umurnya sudah lebih dari 10
tahun, maka diusahakan tekanan yang terjadi pada saat tidak ada aliran pada
semua titik junction lebih kecil dari 5 m.
d. Penanaman Pipa
Pipa Transmisi
Pipa Sekunder
Apabila pada kedua tepi jalan, posisi bangunan rumah cukup rapat, maka
diperlukan pemasangan pipa sekunder di kedua tepi jalan tersebut untuk
mengurangi terjadinya penyeberangan pipa terhadap jalan. Hal ini
dimaksudkan untuk menghindari terjadinya kebocoran yang umumnya
terjadi pada penyeberangan pipa akibat pecahnya pipa tersebut.
e. Pipa Pararel
f. Kecepatan Aliran
Kecepatan aliran didalam pipa tidak kurang dari 0,3 m/dt untuk mencegah
terjadinya pengendapan dan penyumbatan pipa, dan lebih kecil dari 5 m/det,
untuk mencegah terjadinya gangguan hidrolis dan mekanik pada jaringan
pipa.
1. Sisa Tekan
Untuk pipa Distribusi Utama, sisa tekan minimum pada daerah kritis
sekitar 15 meter kolom air.
2. Kecepatan Aliran
Jenis Pipa
Tekanan dari luar pipa yaitu tekanan tanah dan air tanah serta beban lalu
lintas.
Jenis pipa yang umum dipakai untuk pipa induk adalah ACP (Asbestos
Cement Pipe), DCIP (Ductile Cast Iron Pipe), GIP (Galvanized Iron Pipe),
Steel Pipe dan pipa HDPE.
Pipa CIP terbuat dari besi tuang. Pipa jenis ini sangat kuat, berat dan tahan
lama tetapi mudah terkena korosi terutama pada bagian permukaan dan
sambungannya, oleh karena itu ada jenis pipa CIP yang diberi lapisan anti
korosi yaitu DCIP.
Pipa GIP terbuat dari baja atau besi. Umumnya tidak tahan terhadap
korosi, tahan terhadap kesadahan tinggi, harganya mahal, pengangkutan
dan pemasangan mudah tetapi tidak tahan terhadap tekanan dari luar.
Steel Pipe merupakan pipa yang terbuat dari baja. Umumnya tahan
terhadap benturan ringan, pembuatanya mudah tetapi tidak tahan
terhadap korosi dan membutuhkan banyak waktu untuk penyambungan
serta mahal harganya.
Pipa PVC (Poly Vinyl Chlorida) merupakan pipa yang terbuat dari palstik
Poly Vinyl Chlorida. Umumnya tahan terhadap korosi, ringan,
pemasangan dan pengangkutannya mudah.
Pipa Pelayanan
Jenis pipa yang umum dipakai adalah GIP, Steel Pipe dan pipa PVC (Poly
Vinyl Chlorida). Dengan melihat jalur distribusi saat ini dan mudah
ditemukan dipasaran, maka untuk pipa pelayanan memakai pipa PVC.
Dengan berkembangnya teknologi dan bergesernya kearah pelayanan air
minum maka dari aspek standar kualitas yang mendukung adalah pipa PE.
Perlengkapan Pipa
a. Katup Isolasi
Berfungsi untuk :
Mengatur aliran, terutama bila satu bagian jalur pipa akan dites, diperiksa
dan diperbaiki.
Pada pipa induk dengan aliran secara gravitasi perlu dilengkapi gate valve
dengan penutupan lambat agar dapat melindungai (mengurangi) gelombang
air (water hammer).
b. Fitting (sambungan)
Berfungsi untuk:
Berfungsi untuk menahan pipa dan fittingnya pada tempat tertentu yang
mendapat beban tekanan yang mengakibatkan pipa tidak stabil (bergerak).
Blok penahan ini memindahkan beban dari sambungan ke bidang tanah
sekitarnya. Peralatan ini digunakan jika pipa menyebrangi saluran sungai,
irigasi atau lembah. Untuk panjang lebih dari 4 m dipergunakan tiang
penyangga jembatan pipa.
Berfungsi untuk mengeluarkan udara dalam pipa. Adanya udara ini akibat
aliran turbulen dan tidak meratanya aliran dalam pipa. Udara dalam pipa
akan terakumulasi pada titik tertinggi dan pada setiap 1 km jalur pipa di titik
tertinggi dipasang alat ini .
Untuk perlintasan jalan raya (jalur pipa bersilangan dengan jalan), konstruksi
lintasan dibuat seperti penimbunan biasa dengan memperkuat bagian sebelah
atasnya dengan memakai plat beton atau urugan pasir ditambah sirtu.
Water meter mempunyai fungsi untuk mengukur besarnya aliran air yang
mengalir dalam pipa. Jenis water meter biasanya ditentukan berdasarkan
penempatan water meter itu sendiri misalnya:
Water meter yang dipasang didekat instalasi biasanya disebut water meter
induk
Water meter yang dipasang pada sambungan rumah disebut water meter
pelanggan.
Flow meter berfungsi untuk mengukur debit aliran air didalam pipa, flow
meter dipasang pada pipa utama distribusi dan transmisi sebagai kelengkapan
untuk kontrol debit dan kontrol pompa atau dapat juga dipasang pada sistem
dosing dengan maksud alat pelengkap untuk dapat menentukan dosing rate
yang akurat. Flow meter dapat dipasang secara permanen/ terus-menerus atau
dapat juga dipasang secara temporer tergantung dari fungsi dan tujuannya.
i. Pressure Gauges
Pressure Gauges berfungsi untuk mengatur tekanan air yang ada didalam pipa.
Pressure gauges biasanya dipasang pada:
Pada bak pelepas tekan dan perlengkapan kontrol debit lainnya dengan
sistem gravitasi, fasilitas pelengkap untuk pemeriksaan kondisi peralatan
kontrol.
j. Regulating Valves
Regulating Valves diperlukan bila aliran air atau besarnya tekanan perlu
dikontrol. Katup ini merupakan jenis Disc-valve atau Butterfly valves. Disc-
valves dipergunakan dalam mengurangi besarnya tekanan tetapi pada bak
pelepas tekan dipergunakan Butterfly valves.
Air Resease Valves dipasang pada belokan pipa yang mengarah kebawah.
Katup yang akan dipergunakan merupakan disain standard (flosing balls)
Pressure Release Valves yang menggunakan tipe per (spring operated type).
Katup ini dipasang pada pipa induk dengan aliran gravitasi dengan arah aliran
lagsung dimulai dan peralatan kontrol aliran (bak pelepas tekan, PRV,
Washouts dan katup pemeliharaan).
m. Float Valve
Float Valve dipasang pada bak pelepas tekan dan pada bak penampung
(reservoir). Tipe disesuaikan dengan bak pelepas tekan/ reservoir.
n. Wash - Out
Wash - out dipasang pada jalur pipa distribusi induk dengan lokasi pada profil
memanjang yang memperlihatkan adanya depresi, seperti perlintasan sungai
dan sebelum bak pelepas tekan daripada keadaan dimana terdapat ujung atau
akhir dari pipa cabang.
Pada sistem distribusi dipasang pada setiap titik terendah untuk semua
diameter pipa distribusi lebih besar dari 25 mm, dengan maksimum jarak
sebesar 2 km.
o. Fire Hydrant
e. Sistem Pengaliran
Sistem pengaliran dalam sistem distribusi air bersih dapat diklasifikasikan sebagai
berikut:
1. Sistem Gravitasi
2. Sistem Pemompaan
3. Sistem Kombinasi
Sistem ini merupakan sistem gabungan dari sistem gravitasi dan sistem
pemompaan. Pada sistem kombinasi ini, air yang didistribusikan dikumpulkan
terlebih dahulu dalam reservoir pada saat permintaan air minimum. Jika
permintaan air meningkat maka air akan dialirkan melalui sistem gravitasi
maupun sistem pemompaan.
Sisa Tekan
Untuk pipa induk, sisa tekan minimum pada daerah krisis sekitar 15 meter
kolom air.
Kecepatan Aliran
Ada 3 (tiga) metoda untuk perlintasan sungai dan atau badan air, yang dapat
digunakan yaitu:
Pada setiap jembatan pipa minimum dipasang 1 (satu) buah air valve dan 2
(dua) buah wash-out dan minimum 1 (satu) buah wash out dan 2 (dua) buah
air valve untuk pipa yang diletakkan melintas dibawah sungai/ badan air.
Perlintasan pada jalur jalan/ rel kereta api dapat menggunakan atau melalui
gorong-gorong yang ada. Jika tidak ada gorong-gorong yang dekat dengan lokasi
i. Thrust Blocks
Tekanan pada bagian dalam pipa akan dapat berkembang menjadi besar apabila
terjadi kesalahan penempatan lokasi jalur pipa (ketidak seimbangan gaya
penahan).
Sebagaimana telah diuraikan dalam lingkup pekerjaan pada bab terdahulu, maka
DED yang di buat untuk menyusun pekerjaan Instalasi Pengolahan Air (IPA)
dengan kapasitas 50 l/det, telah disepakati bahwa unit pengolahan yang akan
digunakan (dibangun) terdiri dari unit pengolahan lengkap.
Dalam rangka pencapaian misi, visi serta tujuan PDAM dalam upayanya
mencapai target jangkauan pelayanan dan juga menyikapi kompleksitasnya
permasalahan pengelolaan air bersih, maka suatu perencanaan pengembangan
perusahaan jangka menengah yang jelas dan tepat, sesuai dengan situasi dan
kondisi yang sedang dan yang akan datang mutlak sangat diperlukan. Dengan
dibangunnya IPA yang baru diharapkan dapat mencapai target peningkatan
pelayanan.
Tingkat pemakaian air per orang sangat bervariasi antara suatu daerah dengan daerah
lainnya, sehingga secara keseluruhan penggunaan air dalam suatu sistem penyediaan
air minum juga akan bervariasi. Bervariasinya pemakaian air ini disebabkan oleh
beberapa faktor, antara lain: iklim, standar hidup, aktivitas masyarakat, tingkat sosial
dan ekonomi, pola serta kebiasaan masyarakat dan hari libur.
Berhubungan dengan fluktuasi pemakaian air ini, terdapat tiga macam pengertian,
yaitu:
a. Kebutuhan rata-rata
Pemakaian air rata-rata dalam satu hari adalah pemakaian air dalam setahun
dibagi dengan 365 hari.
Fluktuasi pemakaian air dari hari ke hari dalam satu tahun sangat bervariasi dan
terdapat satu hari dimana pemakaian air lebih besar dibandingkan dengan hari
lainnya. Kebutuhan air pada hari maksimum digunakan sebagai dasar
perencanaan untuk menghitung kapasitas bangunan penangkap air, perpipaan
transmisi dan Instalasi Pengolahan Air (IPA). Faktor hari maksimum (fm) berkisar
antara 1,1 sampai 1,5 (Lampiran III Permen PU NO. 18 Tahun 2007). Dalam
penyusunan Rencana Induk SPAM Kabupaten Cianjur, faktor hari maksimum
(fm) yang digunakan sebagai kriteria desain adalah 1,2.
Faktor jam puncak (fp) adalah suatu kondisi dimana pemakaian air pada jam
tersebut mencapai maksimum. Faktor jam puncak biasanya dipengaruhi oleh
jumlah penduduk dan tingkat perkembangan kota, dimana semakin besar jumlah
penduduknya semakin beraneka ragam aktivitas penduduknya. Dengan
bertambahnya aktivitas penduduk, maka fluktuasi pemakian air semakin kecil.
Berdasarkan standar yang tercantum dalam Lampiran III Permen PU No.18
Tahun 2007, faktor jam puncak (fp) berkisar antara 1,15-3. Dalam penyusunan
Rencana Induk SPAM Kabupaten Cianjur, faktor jam puncak (fp) yang digunakan
sebagai kriteria desain adalah 1,5.
Proyeksi penduduk
Ketersediaan air
Perkiraan kebutuhan air hanya didasarkan pada data sekunder sosial ekonomi
dan kebutuhan air diklasifikasikan berdasarkan aktifitas perkotaan atau
masyarakat.
Kategori Kota
Besar Sedang Kecil
No Uraian Kriteria Metro Desa
(500 rb – 1 (100-500 rb) (20 – 100 rb)
(>1 Jt) Jiwa (<20 rb) Jiwa
Jt) Jiwa Jiwa Jiwa
1 Cakupan Pelayanan (%) 90 90 90 90 70
Perpipaan 60 Perpipaan 60 Perpipaan 60 Perpipaan 60 Perpipaan 25
BPJ 30 BPJ 30 BPJ 30 BPJ 30 BPJ 45
2 Konsumsi SR (L/o/Hr) 190 170 150 130 30
3 Konsumsi HU (L/o/Hr) 30 30 30 30 30
4 Jumlah Jiwa/SR 5 5 6 6 10
5 Jumlah Jiwa/HU 100 100 100 (100 – 200) 200
6 SR: HU (50: 50) s/d (50: 50) s/d (80: 20 70: 30 70: 30
(80: 20) (80: 20)
7 Konsumsi Non Domestik (%) (20 – 30) (20 – 30) (20 – 30) (20 – 30) (20 – 30)
8 Kehilangan Air (%) (20 – 30) (20 – 30) (20 – 30) (20 – 30) (20 – 30)
9 Faktor Max Day 1.1 1.1 1.1 1.1 1.1
10 Faktor Peak Hour 1.5 1.5 1.5 1.5 1.5
11 Tekanan Air Dalam Pipa Min & Max 10 & 70 10 & 70 10 & 70 10 & 70 10 & 70
(mka)
12 Jam Operasi 24 24 24 24 24
13 Vol.Reservoir (%) (max day demand) 20 20 20 20 20
14 Kecepatan Pengaliran Dalam Pipa Tr (0,6 – 4,0) Tr (0,6 – 4,0) Tr (0,6 – 4,0) Tr (0,6 – 4,0) Tr (0,6 – 4,0)
(m/det) DI (0,6 – 2) DI (0,6 – 2) DI (0,6 – 2) DI (0,6 – 2) DI (0,6 – 2)
15 Koefisien HW PVC (120 – 140) PVC (120 – PVC (120 – 140) PVC (120 – 140) PVC (120 – 140)
Steel 120 140) Steel 120 Steel 120 Steel 120
GIP 110 Steel 120 GIP 110 GIP 110 GIP 110
GIP 110
Merupakan kebutuhan air yang berasal dari rumah tangga dan sosial. Standar
konsumsi pemakaian domestik ditentukan berdasarkan rata-rata pemakaian air
perhari yang diperlukan oleh setiap orang. Standar konsumsi pemakaian air domestik
dapat dilihat dari Tabel 4.5.
Tabel 4-5 Tingkat Konsumsi/Pemakaian Air Rumah Tangga Sesuai Kategori Kota
Dimana:
Kegiatan non domestik adalah kegiatan penunjang kota terdiri dari kegiatan komersil
berupa industri, perkantoran, perniagaan dan kegiatan sosial seperti sekolah, rumah
sakit dan tempat ibadah. Penentuan kebutuhan air non domestik didasarkan pada
faktor jumlah penduduk pendukng dan jumlah unit fasilitas yang dimaksud. Fasilitas
perkotaan tersebut antara lain adalah fasilitas umum, industri dan komersil.
Perhitungan kebutuhan air non domestik di wilayah Imekko Kabupaten Sorong
Selatan diasumsikan sebesar 15-20%.
Jenis Kota
No Kriteria Teknis Metro Besar Sedang Kecil
(1>1 Juta) Jiwa (500 Rb – 1 Juta) Jiwa (100 – 500 Ribu) Jiwa 20 – 100 Rb) JIwa
1 Jenis Perencanaan Rencana Induk Rencana Induk Rencana Induk -
2 Horison 20 Tahun 15 - 20 Tahun 15 - 20 Tahun 15 - 20 Tahun
Perencanaan
3 Sumber Air Baku Investigasi Investigasi Identifikasi Identifikasi
4 Pelaksana Penyedia Jasa/ Penyedia Jasa/ Penyedia Jasa/ Penyedia Jasa/
Penyelenggara/Pemda Penyelenggara/Pemda Penyelenggara/Pemda Penyelenggara/Pemda
5 Peninjauan Ulang Per 5 Tahun Per 5 Tahun Per 5 Tahun Per 5 Tahun
6 Penanggung Jawab Penyelenggara/Pemda Penyelenggara/ Pemda Penyelenggara/Pemda Penyelenggara/Pemda
7 Sumber Pendanaan Hibah Luar Negeri Hibah Luar Negeri Hibah Luar Negeri Pinjaman Luar
Pinjaman Luar Pinjaman Luar Pinjaman Luar Negeri
Negeri Negeri Negeri APBD
Pinjamanan dalam Pinjamanan dalam Pinjamanan dalam
negeri negeri negeri
APBD APBD APBD
PDAM PDAM PDAM
Swasta Swasta Swasta