Reverse osmosis (Osmosis terbalik) atau RO adalah suatu metode penyaringan yang dapat
menyaring berbagai molekul besar dan ion-ion dari suatu larutan dengan cara memberi tekanan
pada larutan ketika larutan itu berada di salah satu sisi membran seleksi (lapisan penyaring). Proses
tersebut menjadikan zat terlarut terendap di lapisan yang dialiri tekanan sehingga zat pelarut murni
bisa mengalir ke lapisan berikutnya. Membran seleksi itu harus bersifat selektif atau bisa memilah
yang artinya bisa dilewati zat pelarutnya (atau bagian lebih kecil dari larutan) tetapi tidak bisa
dilewati zat terlarut seperti molekul berukuran besar dan ion-ion. Osmosis adalah sebuah fenomena
alam yang terjadi dalam sel makhluk hidup dimana molekul pelarut (biasanya air) akan mengalir dari
daerah berkonsentrasi rendah ke daerah Berkonsentrasi tinggi melalui sebuah membran
semipermeabel. Membran semipermeabel ini menunjuk ke membran sel atau membran apa pun
yang memiliki struktur yang mirip atau bagian dari membran sel. Gerakan dari pelarut berlanjut
sampai sebuah konsentrasi yang seimbang tercapai di kedua sisi membran.
Reverse osmosis adalah sebuah proses pemaksaan sebuah terlarut dari sebuah daerah konsentrasi
terlarut tinggi melalui sebuah membran ke sebuah daerah terlarut rendah dengan menggunakan
sebuah tekanan melebihi tekanan osmotik. Dalam istilah lebih mudah, reverse osmosis adalah
mendorong sebuah larutan melalui filter yang menangkap zat terlarut dari satu sisi dan membiarkan
pendapatan pelarut murni dari sisi satunya.
Untuk mendapatkan air tawar dari air laut bisa dilakukan dengan cara osmosis terbalik, suatu proses
penyaringan air laut dengan menggunakan tekanan dialirkan melalui suatu membran saring. Sistem
ini disebut SWRO (Seawater Reverse Osmosis) dan banyak digunakan pada kapal laut atau
instalasi air bersih di pantai dengan bahan baku air laut.
Proses ini telah digunakan untuk mengolah air laut untuk mendapatkan air tawar, sejak awal 1970-
an.
Daftar isi
[sembunyikan]
1Proses Osmosis
2Galeri
3Lihat pula
4Pranala luar
21
2. Membuat paritan
Pembuatan parit sangat ideal diterapkan pada tambang terbuka open cast atau kuari. Parit
dibuat berawal dari sumber mata air atau air limpasan menuju kolam penampungan, langsung ke
sungai atau diarahkan ke selokan (riool). Jumlah parit ini disesuaikan dengan kebutuhan, sehingga
bisa lebih dari satu. Apabila parit harus dibuat melalui lalulintas tambang maka dapat dipasang
gorong-gorong yang terbuat dari beton atau galvanis. Dimensi parit diukur berdasarkan volume
maksimum pada saat musim penghujan deras dengan memperhitungkan kemiringan lereng. Bentuk
standar melintang dari parit umumnya trapesium.
Pada setiap jenjang dari kegiatan penambangan dipasang pipa ukuran 8 inch, di setiap pipa
tersebut pada bagian ujung bawah diberi lubang-lubang, pipa yang berlubang ini berhubungan
dengan air tanah, sehingga di pipa bagian bawah akan terkumpul air, yang selanjutnya dipompa ke
atas secara seri dan selanjutnya dibuang.
Bilamana lapisan tanah terdiri dari tanah lempung, maka pemompaan sangat sulit diterapkan
karena adanya efek kapilaritas yang disebabkan oleh sifat dari tanah lempung itu sendiri. Untuk
mengatasi hal tersebut, maka diperlukan cara elektro osmosis. Pada metode ini digunakan batang
anoda serta katoda. Bila elemen-elemen ini dialiri listrik, maka air pori yang terkandung dalam
batuan akan mengalir menuju katoda (lubang sumur) yang kemudian terkumpul dan dipompa
keluar.
Dilakukan dengan membuat lubang bukaan mendatar didalam tanah guna menampung aliran
air dari permukaan. Beberapa lubang sumur dibuat untuk menyalurkan air permukaan kedalam
terowongan bawah tanah tersebut. Cara ini cukup efektif karena air akan mengalir sendiri akibat
pengaruh gravitasi sehingga tidak memerlukan pompa.
Hal Yang Mempengaruhi Sistem Penyaliran Tambang
Permeabilitas
Rencana kemajuan tambang nantinya akan mempengaruhi pola alir saluran yang akan
dibuat, sehingga saluran tersebut menjadi efektif dan tidak menghambat sistem kerja yang ada.
Curah Hujan
Sumber utama air yang masuk ke lokasi penambangan adalah air hujan, sehingga besar
kecilnya curah hujan yang terjadi di sekitar lokasi penambangan akan mempengaruhi banyak
sedikitnya air tambang yang harus dikendalikan. Data curah hujan biasanya disajikan dalam data
curah hujan harian, bulanan, dan tahunan yang dapat berupa grafik atau tabel.
Analisa curah hujan dilakukan dengan menggunakan Metode Gumbel yang dilakukan dengan
mengambil data curah hujan bulanan yang ada, kemudian ambil curah hujan maksimum setiap
bulannya dari data tersebut, untuk sampel dapat dibatasi jumlahnya sebanyak n data.
Dengan menggunakan Distribusi Gumbel curah hujan rencana untuk periode ulang tertentu
dapat ditentukan. Periode ulang merupakan suatu kurun waktu dimana curah hujan rencana
tersebut diperkirakan berlangsung sekali. Penentuan curah hujan rencana untuk periode ulang
tertentu berdasarkan Distribusi Gumbel. Untuk itu data curah hujan harus diolah terlebih dahulu
menggunakan kaidah statistik mengingat kumpulan data adalah kumpulan yang tidak tergantung
satu sama lain, maka untuk proses pengolahannya digunakan analisis regresi metode statistik.
Tabel 3.1
Periode ulang hujan untuk sarana penyaliran
Keterangan Periode ulang hujan (tahun)
Daerah terbuka 0–5
Sarana tambang 2- 5
Lereng-lereng tambang dan 5- 10
penimbunan
Sumuran utama 10 -25
Penyaliran keliling tambang 25
Pemindahan aliran sungai 100
Untuk menghitung koreksi simpangan (reduced standar deviation) ditentukan dengan rumus
sebagai berikut:
Sn = Σ(Yn-YN)2(n-1) …………………....................... (3.4)
Keterangan:
Yn = Koreksi rata-rata
YN = Nilai rata-rata Yn
n = Jumlah data
Hubungan antara derajat curah hujan dan intensitas curah hujan dapat dilihat pada table 3.2
Tabel 3.2
Hubungan Derajat dan Intensitass Curah Hujan
Pada perencanaan saluran terbuka ada beberapa faktor lapangan yang perlu diperhatikan
yaitu :
1. Catchment area/water deviden
Catchment area adalah suatu daerah tangkapan hujan yang dibatasi oleh wilayah tangkapan
hujan yang ditentukan dari titik-titik elevasi tertinggi sehingga akhirnya merupakan suatu
poligon tertutup dengan pola yang sesuai dengan topografi dan mengikuti kecenderungan arah
gerak air. Dengan pembuatan catchment area maka diperkirakan setiap debit hujan yang tertangkap
akan terkonsentrasi pada elevasi terendah. Pembatasan catchment area dilakukan pada peta
topografi, dan untuk merencanakan sistem penyalirannya dianjurkan menggunakan peta rencana
penambangan dan peta situasi tambang.
2. Waktu konsentrasi
Waktu konsentrasi adalah waktu yang diperlukan hujan untuk mengalir dari titik terjauh ke
tempat penyaliran. Waktu konsentrasi dapat dihitung dengan rumus dari “Kirpich”.
tc = HL …………………....................... (3.8)
Keterangan :
tc = Waktu terkumpulnya air (menit)
L = Jarak terjauh sampai titik penyaliran (meter)
H = Beda ketinggian dari titik terjauh sampai ke tempat berkumpulnya air (meter)
3. Saluran Terbuka
Bentuk penapang saluran yang paling sering digunakan dan umum adalah bentuk trapesium,
sebab mudah dalam pembuatannya, murah, efisien, mudah dalam perawatannya, dan stabilitas
kemiringan lerengnya dapat disesuaikan dengan keadaan daerahnya.
Setelah diketahui luas penampang bisa ditentukan jari-jari hidrolis dengan Rumus Manning.
Untuk bentuk saluran yang akan dibuat ada beberapa macam bentuk dengan perhitungan
geometrinya sebagai berikut :
Table 3.3
b y b.y b + 2h
1:1 → x : h
1:1,5→x=1,5y
b + 2x y 1:2→x=2y (b+x)y b+2y (1+x2)
(b+x)y/(b+2y(t+x2)1/2
лD (1-
Ф=cos-1((d- Ф/180)+ (лD(1-Ф/180)+4(d-
2(d- 0,5D)/0.5D) (d- Л.D(1- 0,5D)ztgФ)/4лD(1-Ф/180)
0,5D)tgФ d 0,5D)2tgФ Ф/180)
Tabel 3.4
Kemiringan dinding saluran yang sesuai untuk berbagai jenis bahan
Tabel 3.5
Sifat-sifat hidrolik pada saluran terbuka
Air limpasan adalah bagian dari curah hujan yang mengalir di atas permukaan tanah menuju
sungai, danau atau laut. Dalam neraca air digambarkan hubungan antara curah hujan
(CH), evapotranspirasi (ET), air limpasan (RO),infiltrasi (I), dan perubahan permukaan air tanah
(dS), sebagai berikut :
CH = I + ET + RO ± dS …………………....................... (3.9)
Besarnya air limpasan tergantung dari banyak faktor, sehingga tidak semua air yang berasal
dari curah hujan akan menjadi sumber bagi sistem drainase. Dari banyak faktor, yang paling
berpengaruh yaitu :
Faktor-faktor ini digabung dan dinyatakan oleh suatu angka yang disebut koefisien air
limpasan. Penentuan besarnya debit air limpasan maksimum ditentukan dengan
menggunakan Metode Rasional, antara lain sebagai berikut :
Q = 0,278 × C × I × A …………………....................... (3.10)
Keterangan:
Q = Debit air limpasan maksimum (m3/detik)
C = Koefisien limpasan (Tabel 3.7)
I = Intensitas curah hujan (mm/jam)
A = Luas daerah tangkapan hujan (km2)
Jenis Material
Jenis material pada areal penambangan berpengaruh terhadap kondisi penyebaran air
limpasan karena untuk setiap jenis dan kondisi material yang berbeda memiliki koefisien materialnya
masing-masing. Beberapa perkiraan koefisien limpasan terlihat pada tabel 3.6:
Tabel 3.6
Beberapa harga koefisien kekasaran manning
Tabel 3.7
Koefisien material dan kecepatan izin aliran
Perencanaan Sump
Sump merupakan kolam penampungan air yang dibuat untuk menampung air limpasan, yang
dibuat sementara sebelum air itu dipompakan serta dapat berfungsih sebagai pengendap lumpur.
Tata letak sump akan dipengaruhi oleh sistem drainase tambang yang disesuaikan dengan geografis
daerah tambang dan kestabilan lereng tambang.
3. Pertimbangan ekonomi
Pertimbangan ini menyangkut masalah biaya, baik biaya investasi untuk pembangunan
instalasi maupun biaya operasi dan pemeliharaannya.
4. Julang total pompa
Julang total pompa yang harus disediakan untuk mengalirkan jumlah air seperti
direncanakan, dapat ditentukan dari kondisi instalasi yang akan dilayani oleh pompa. Julang total
pompa dapat ditulis sebagai berikut :
hc = h2 – h1 …………………....................... (3.12 )
Dimana :
h2 = Elevasi air keluar
h1 = Elevasi air masuk
hv =
( v22 ×g ) …………………....................... (3.13)
Dimana :
v = Kecepatan air yang melalui pompa (m/detik)
g = Gaya gravitasi (m/detik)
Selanjutnya untuk aliran turbulen julang kerugian gesek dapat dihitung dengan berbagai
rumus empiris.
i. Rumus Darcy
Dengan cara Darcy, maka koefisien kerugian gesek (λ) dinyatakan sebagai berikut:
Tabel 3.8
Kondisi pipa dan harga koefisien (Formula Hazen-William)
Jenis Pipa C
Pipa besi cor baru 130
Pipa besi cor tua 100
Pipa baja baru 120-130
Pipa baja tua 80-100
Pipa dengan lapisan semen 130-140
Pipa dengan lapisan terarang 140
batu
Dalam aliran melalui jalur pipa, kerugian juga akan terjadi apabila ukuran pipa, bentuk
penampang atau arah aliran berubah. Kerugian ditempat-tempat transisi yang demikian ini dapat
dinyatakan secara umum dengan rumus:
hf = n. f. v22g …………………....................... (3.19)
Keterangan :
v = kecepatan rata-rata di dalam pipa (m/s)
f = Koefisien kerugian
g = Percepatan gravitasi (9.8m/dtk2)
hf = Julang kerugian (m)
Cara menentukan harga koefisien kerugian (f) untuk berbagai bentuk transisi pipa akan
diperinci seperti dibawah ini:
Jika kecepatan aliran (v) setelah masuk pipa, maka harga koefisien kerugian dari rumus
(3.17) untuk berbagai bentuk ujung masuk pipa menurut Weisbach adalah sebagai berikut:
f = 0,5 ………………..……………………………………………………. (i1)
f = 0,25 ……………..………………………………………………………. (i2)
f = 0,06 (untuk r kecil) sampai …………...………………………………. (i3)
f = 0,005 (untuk r besar) ……..……………………………………………. (i4)
f = 0,56 …………...………………………………………………………… (i5)
f = 3,0 ( untuk sudut tajam) sampai
f = 1,3 (untuk sudut 45) …………………...………………………………. (i6)
f = fi + 0,3 cos θ + 0,2 cos θ, dimana fi adalah koefisien bentuk dari ujung masuk dan mengambil
2
Bila ujung pipa isap yang berbentuk lonceng dan tercelup dibawah permukaan air maka
harga f berkisar antara 0,2 sampai 0,4. Terdapat dua macam belokan, yaitu belokan lengkung dan
belokan patah. Untuk belokan lengkung digunakan rumus:
f = Koefisien kerugian
R = Jari-jari lengkung belokan
θ = Sudut belokan
Pw = γ. Q . H …………......................... (3.22)
Keterangan:
γ = Bobot isi air (kN/m3)
Q = Kapasitas (m3/detik)
H = Julang total (m)
Pw = Daya air (kW)
Efesiensi pompa untuk pompa-pompa jenis khusus harus diperoleh dari pabrik pembuatnya.
Settling Pond
Berfungsi sebagai tempat menampung air tambang sekaligus untuk mengendapkan
partikel-partikel padatan yang ikut bersama air dari lokasi penambangan, kolam pengendapan ini
dibuat dari lokasi terendah dari suatu daerah penambangan, sehingga air akan masuk ke settling
pond secara alami dan selanjutnya dialirkan ke sungai melalui saluran pembuangan.
Dengan adanya settling pond, diharapkan air yang keluar dari daerah penambangan sudah
bersih dari partikel padatan sehingga tidak menimbulkan kekeruhan pada sungai atau laut sebagai
tempat pembuangan akhir. Selain itu juga tidak menimbulkan pendangkalan sungai akibat dari
partikel padatan yang terbawa bersama air.
Bentuk settling pond biasanya hanya digambarkan secara sederhana, yaitu berupa kolam
berbentuk empat persegi panjang, tetapi sebenarnya dapat bermacam-macam bentuk disesuaikan
dengan keperluan dan keadaan lapangannya. Walaupun bentuknya dapat bermacam-macam,
namun pada setiap settling pond akan selalu ada 4 zona penting yang terbentuk karena proses
pengendapan material padatan. Keempat zona tersebut adalah :
8
Lihat komentar
1.
Mksh ilmunya
Balas
2.
3.
4.
5.
6.
mantap
Balas
7.
sumbernya gan :)
Balas
8.
Makasih yaa.. Berguna buat TA gua.. Kalo bisa sumber nya yaa hehe
Balas
Penyaliran Tambang
Klasik
Kartu Lipat
Majalah
Mozaik
Bilah Sisi
Cuplikan
Kronologis
1.
SEP
21
2. Membuat paritan
Pembuatan parit sangat ideal diterapkan pada tambang terbuka open cast atau kuari. Parit
dibuat berawal dari sumber mata air atau air limpasan menuju kolam penampungan, langsung ke
sungai atau diarahkan ke selokan (riool). Jumlah parit ini disesuaikan dengan kebutuhan, sehingga
bisa lebih dari satu. Apabila parit harus dibuat melalui lalulintas tambang maka dapat dipasang
gorong-gorong yang terbuat dari beton atau galvanis. Dimensi parit diukur berdasarkan volume
maksimum pada saat musim penghujan deras dengan memperhitungkan kemiringan lereng. Bentuk
standar melintang dari parit umumnya trapesium.
Pada setiap jenjang dari kegiatan penambangan dipasang pipa ukuran 8 inch, di setiap pipa
tersebut pada bagian ujung bawah diberi lubang-lubang, pipa yang berlubang ini berhubungan
dengan air tanah, sehingga di pipa bagian bawah akan terkumpul air, yang selanjutnya dipompa ke
atas secara seri dan selanjutnya dibuang.
Bilamana lapisan tanah terdiri dari tanah lempung, maka pemompaan sangat sulit diterapkan
karena adanya efek kapilaritas yang disebabkan oleh sifat dari tanah lempung itu sendiri. Untuk
mengatasi hal tersebut, maka diperlukan cara elektro osmosis. Pada metode ini digunakan batang
anoda serta katoda. Bila elemen-elemen ini dialiri listrik, maka air pori yang terkandung dalam
batuan akan mengalir menuju katoda (lubang sumur) yang kemudian terkumpul dan dipompa
keluar.
c. Metode kombinasi dengan lubang bukaan bawah tanah
Dilakukan dengan membuat lubang bukaan mendatar didalam tanah guna menampung aliran
air dari permukaan. Beberapa lubang sumur dibuat untuk menyalurkan air permukaan kedalam
terowongan bawah tanah tersebut. Cara ini cukup efektif karena air akan mengalir sendiri akibat
pengaruh gravitasi sehingga tidak memerlukan pompa.
Rencana kemajuan tambang nantinya akan mempengaruhi pola alir saluran yang akan
dibuat, sehingga saluran tersebut menjadi efektif dan tidak menghambat sistem kerja yang ada.
Curah Hujan
Sumber utama air yang masuk ke lokasi penambangan adalah air hujan, sehingga besar
kecilnya curah hujan yang terjadi di sekitar lokasi penambangan akan mempengaruhi banyak
sedikitnya air tambang yang harus dikendalikan. Data curah hujan biasanya disajikan dalam data
curah hujan harian, bulanan, dan tahunan yang dapat berupa grafik atau tabel.
Analisa curah hujan dilakukan dengan menggunakan Metode Gumbel yang dilakukan dengan
mengambil data curah hujan bulanan yang ada, kemudian ambil curah hujan maksimum setiap
bulannya dari data tersebut, untuk sampel dapat dibatasi jumlahnya sebanyak n data.
Dengan menggunakan Distribusi Gumbel curah hujan rencana untuk periode ulang tertentu
dapat ditentukan. Periode ulang merupakan suatu kurun waktu dimana curah hujan rencana
tersebut diperkirakan berlangsung sekali. Penentuan curah hujan rencana untuk periode ulang
tertentu berdasarkan Distribusi Gumbel. Untuk itu data curah hujan harus diolah terlebih dahulu
menggunakan kaidah statistik mengingat kumpulan data adalah kumpulan yang tidak tergantung
satu sama lain, maka untuk proses pengolahannya digunakan analisis regresi metode statistik.
Xr = X +(σxσn) . (Yr– Yn) …………………....................... (3.1 )
Keterangan :
Xr = Hujan harian maksimum dengan periode ulang tertentu (mm)
X = Curah hujan rata-rata
σx = Standar deviasi curah hujan
σn = Reduced standart deviation, nilai tergantung dari banyaknya data
Yr = Reduced variate, untuk periode hujan tertentu (table 3.2)
Tabel 3.1
Periode ulang hujan untuk sarana penyaliran
Untuk menghitung koreksi simpangan (reduced standar deviation) ditentukan dengan rumus
sebagai berikut:
Sn = Σ(Yn-YN)2(n-1) …………………....................... (3.4)
Keterangan:
Yn = Koreksi rata-rata
YN = Nilai rata-rata Yn
n = Jumlah data
Besarnya intensitas hujan yang kemungkinan terjadi dalam kurun waktu tertentu dihitung
berdasarkan persamaan Mononobe, yaitu :
I = R2424 (24t) 2/3 …………………....................... (3.7)
Keterangan :
R24 = Curah hujan rencana perhari (24jam)
I = Intensitas curah hujan (mm/jam)
t = Waktu konsentrasi (jam)
Hubungan antara derajat curah hujan dan intensitas curah hujan dapat dilihat pada table 3.2
Tabel 3.2
Hubungan Derajat dan Intensitass Curah Hujan
2. Waktu konsentrasi
Waktu konsentrasi adalah waktu yang diperlukan hujan untuk mengalir dari titik terjauh ke
tempat penyaliran. Waktu konsentrasi dapat dihitung dengan rumus dari “Kirpich”.
tc = HL …………………....................... (3.8)
Keterangan :
tc = Waktu terkumpulnya air (menit)
L = Jarak terjauh sampai titik penyaliran (meter)
H = Beda ketinggian dari titik terjauh sampai ke tempat berkumpulnya air (meter)
3. Saluran Terbuka
Bentuk penapang saluran yang paling sering digunakan dan umum adalah bentuk trapesium,
sebab mudah dalam pembuatannya, murah, efisien, mudah dalam perawatannya, dan stabilitas
kemiringan lerengnya dapat disesuaikan dengan keadaan daerahnya.
Setelah diketahui luas penampang bisa ditentukan jari-jari hidrolis dengan Rumus Manning.
Untuk bentuk saluran yang akan dibuat ada beberapa macam bentuk dengan perhitungan
geometrinya sebagai berikut :
Table 3.3
b y b.y b + 2h
1:1 → x : h
1:1,5→x=1,5y
b + 2x y 1:2→x=2y (b+x)y b+2y (1+x2)
(b+x)y/(b+2y(t+x2)1/2
лD (1-
Ф=cos-1((d- Ф/180)+ (лD(1-Ф/180)+4(d-
2(d- 0,5D)/0.5D) (d- Л.D(1- 0,5D)ztgФ)/4лD(1-Ф/180)
0,5D)tgФ d 0,5D)2tgФ Ф/180)
Tabel 3.4
Kemiringan dinding saluran yang sesuai untuk berbagai jenis bahan
Tabel 3.5
Sifat-sifat hidrolik pada saluran terbuka
Air limpasan adalah bagian dari curah hujan yang mengalir di atas permukaan tanah menuju
sungai, danau atau laut. Dalam neraca air digambarkan hubungan antara curah hujan
(CH), evapotranspirasi (ET), air limpasan (RO),infiltrasi (I), dan perubahan permukaan air tanah
(dS), sebagai berikut :
CH = I + ET + RO ± dS …………………....................... (3.9)
Besarnya air limpasan tergantung dari banyak faktor, sehingga tidak semua air yang berasal
dari curah hujan akan menjadi sumber bagi sistem drainase. Dari banyak faktor, yang paling
berpengaruh yaitu :
Faktor-faktor ini digabung dan dinyatakan oleh suatu angka yang disebut koefisien air
limpasan. Penentuan besarnya debit air limpasan maksimum ditentukan dengan
menggunakan Metode Rasional, antara lain sebagai berikut :
Jenis Material
Jenis material pada areal penambangan berpengaruh terhadap kondisi penyebaran air
limpasan karena untuk setiap jenis dan kondisi material yang berbeda memiliki koefisien materialnya
masing-masing. Beberapa perkiraan koefisien limpasan terlihat pada tabel 3.6:
Tabel 3.6
Beberapa harga koefisien kekasaran manning
Tabel 3.7
Koefisien material dan kecepatan izin aliran
Perencanaan Sump
Sump merupakan kolam penampungan air yang dibuat untuk menampung air limpasan, yang
dibuat sementara sebelum air itu dipompakan serta dapat berfungsih sebagai pengendap lumpur.
Tata letak sump akan dipengaruhi oleh sistem drainase tambang yang disesuaikan dengan geografis
daerah tambang dan kestabilan lereng tambang.
3. Pertimbangan ekonomi
Pertimbangan ini menyangkut masalah biaya, baik biaya investasi untuk pembangunan
instalasi maupun biaya operasi dan pemeliharaannya.
4. Julang total pompa
Julang total pompa yang harus disediakan untuk mengalirkan jumlah air seperti
direncanakan, dapat ditentukan dari kondisi instalasi yang akan dilayani oleh pompa. Julang total
pompa dapat ditulis sebagai berikut :
hc = h2 – h1 …………………....................... (3.12 )
Dimana :
h2 = Elevasi air keluar
h1 = Elevasi air masuk
Selanjutnya untuk aliran turbulen julang kerugian gesek dapat dihitung dengan berbagai
rumus empiris.
i. Rumus Darcy
Dengan cara Darcy, maka koefisien kerugian gesek (λ) dinyatakan sebagai berikut:
Tabel 3.8
Kondisi pipa dan harga koefisien (Formula Hazen-William)
Jenis Pipa C
Pipa besi cor baru 130
Pipa besi cor tua 100
Pipa baja baru 120-130
Pipa baja tua 80-100
Pipa dengan lapisan semen 130-140
Pipa dengan lapisan terarang 140 d. Julang kerugian dalam jalur pipa
batu
Dalam aliran melalui jalur
pipa, kerugian juga akan terjadi apabila ukuran pipa, bentuk penampang atau arah aliran berubah.
Kerugian ditempat-tempat transisi yang demikian ini dapat dinyatakan secara umum dengan rumus:
hf = n. f. v22g …………………....................... (3.19)
Keterangan :
v = kecepatan rata-rata di dalam pipa (m/s)
f = Koefisien kerugian
g = Percepatan gravitasi (9.8m/dtk2)
hf = Julang kerugian (m)
Cara menentukan harga koefisien kerugian (f) untuk berbagai bentuk transisi pipa akan
diperinci seperti dibawah ini:
Jika kecepatan aliran (v) setelah masuk pipa, maka harga koefisien kerugian dari rumus
(3.17) untuk berbagai bentuk ujung masuk pipa menurut Weisbach adalah sebagai berikut:
f = 0,5 ………………..……………………………………………………. (i1)
f = 0,25 ……………..………………………………………………………. (i2)
f = 0,06 (untuk r kecil) sampai …………...………………………………. (i3)
f = 0,005 (untuk r besar) ……..……………………………………………. (i4)
f = 0,56 …………...………………………………………………………… (i5)
f = 3,0 ( untuk sudut tajam) sampai
f = 1,3 (untuk sudut 45) …………………...………………………………. (i6)
f = fi + 0,3 cos θ + 0,2 cos θ, dimana fi adalah koefisien bentuk dari ujung masuk dan mengambil
2
f = Koefisien kerugian
R = Jari-jari lengkung belokan
θ = Sudut belokan
Pw = γ. Q . H …………......................... (3.22)
Keterangan:
γ = Bobot isi air (kN/m3)
Q = Kapasitas (m3/detik)
H = Julang total (m)
Pw = Daya air (kW)
Efesiensi pompa untuk pompa-pompa jenis khusus harus diperoleh dari pabrik pembuatnya.
Settling Pond
Berfungsi sebagai tempat menampung air tambang sekaligus untuk mengendapkan
partikel-partikel padatan yang ikut bersama air dari lokasi penambangan, kolam pengendapan ini
dibuat dari lokasi terendah dari suatu daerah penambangan, sehingga air akan masuk ke settling
pond secara alami dan selanjutnya dialirkan ke sungai melalui saluran pembuangan.
Dengan adanya settling pond, diharapkan air yang keluar dari daerah penambangan sudah
bersih dari partikel padatan sehingga tidak menimbulkan kekeruhan pada sungai atau laut sebagai
tempat pembuangan akhir. Selain itu juga tidak menimbulkan pendangkalan sungai akibat dari
partikel padatan yang terbawa bersama air.
Bentuk settling pond biasanya hanya digambarkan secara sederhana, yaitu berupa kolam
berbentuk empat persegi panjang, tetapi sebenarnya dapat bermacam-macam bentuk disesuaikan
dengan keperluan dan keadaan lapangannya. Walaupun bentuknya dapat bermacam-macam,
namun pada setiap settling pond akan selalu ada 4 zona penting yang terbentuk karena proses
pengendapan material padatan. Keempat zona tersebut adalah :
8
Lihat komentar
Memua
Tema Tampilan Dinamis. Diberdayakan oleh Blogger.
Air untuk produksi (Air untuk Penggunaan Farmasi/APF atau Water for Pharmaceutical Use/WPU)
memegang peranan penting dan kritis dalam industri farmasi. Hal ini disebabkan beberapa hal,
antara lain :
Air merupakan bahan baku, dalam jumlah besar, terutama untuk produk Sirup, Obat suntik
cair, cairan infus, dan lain-lain sehingga apabila tercemar, beresiko sangat fatal bagi
pemakai.
Untuk memastikan produksi obat yang bermutu dan aman bagi para pengguna.
Secara garis besar, Spesifikasi Mutu Air dapat dibagi menjadi beberapa “grade” sebagai berikut :
Berikut adalah sebagian persyaratan spesifikasi mutu macam-macam air yang digunakan :
Catatan : Persyaratan Air Murni dan Air Untuk Injeksi, dapat dilihat pada masing-masing monografi
(lihat Farmakope terbaru)
Kecuali untuk pembuatan WFI, sistem pemurnian air TIDAK DITETAPKAN dalam kompendia. Jadi
Industri Farmasi masing-masing “bebas” untuk menentukan sistem mana yang paling sesuai dengan
tujuan penggunaannya.
Desain, konfigurasi dan tata letak peralatan pemurnian air, sistem penyimpanan dan distribusi harus
mempertimbangkan hal-hal sbb :
Berikut salah satu contoh desain dan konfigurasi sistem pemurnian air.
Purified water system merupakan sistem pengolahan air yang dapat menghilangkan berbagai
cemaran (ion, bahan organik, partikel, mikroba dan gas) yang terdapat di dalam air yang akan
digunakan untuk produksi. Air (raw water) pengolahan air dapat diperoleh dari air PDAM (city
water), Shallow well (sumur dangkal) dengan kedalaman 10-20 m, atau berasal dari Deep
well(sumur dalam) dengan kedalaman 80-150 m. Variasi mutu dari pasokan air mentah (raw water)
yang memenuhi syarat ditentukan dari target mutu air yang akan dihasilkan. Demikian pula mutu air
menentukan peralatan yang diperlukan untuk pengolahan air tersebut. Purified water system terdiri
dari: Multimedia filter, Carbon filter, Water softener, Heat Exchanger (HE), Micro filter, Ultra
filtration (R.O = Reverse Osmosis), dan Electro De-Ionization (EDI).
Multimedia filter. Multimedia filter berfungsi untuk menghilangkan lumpur, endapan dan partikel-
partikel yang terdapat pada raw water. Multimedia filter terdiri dari beberapa filterdengan porositas 6-
12 mm; 2,4 – 4,8 mm; 1,2-2,4 mm; dan 0,6-1,2 mm. Filter-filter ini tersusun dalam
satu vessel (tabung) dengan bagian bawah tabung diberikan gravel atau pasir sebagai
alas vessel (sehingga sering juga disebut dengan sand filter).
Active Carbon filter. Carbon aktif adalah karbon yang telah diaktifkan dengan menggunakan uap
bertekanan tinggi atau karbon dioksida (CO2) yang berasal dari bahan yang memiliki
daya adsorbsi yang sangat tinggi. Biasanya digunakan dalam bentuk granular (butiran). Active
carbonberfungsi sebagai pre-treatment sebelum proses de-ionisasi untuk
menghilangkan chlorine, chloramine, benzene, pestisida, bahan-bahan organik, warna, bau dan
rasa dalam air.
Water Softener Filter. Water softener filter berisi resin anionik yang berfungsi untuk menghilangkan
dan/atau menurunkan kesadahan air dengan cara mengikat ion Ca++ dan Mg++ yang
menyebabkan tingginya tingkat kesadahan air.
Reverse Osmosis. Reverse osmosis merupakan teknik pembuatan air murni (purified water) yang
dapat menurunkn hingga 95% Total Dissolve Solids (TDS) di dalam air. Reverse osmosis terdiri dari
lapisan filter yang sangat halus (hingga 0,0001 mikron)
EDI (Elektonic De-Ionization). EDI merupakan perkembangan dari Ion Exchange system dimana
sebagai pengikat ion (+) dan (-) dipakai juga elektroda disamping resin. Elektroda ini dihubungkan
dengan arus listrik searah sehingga proses pemurnian air dapat berlangsung terus menerus tanpa
perlu regenerasi. Setelah melewati EDI, selanjutnya purified water yang dihasilkan ditampung dalam
tanki penampungan (storage tank) yang dilengkapi dengan CIP (cleaning in place) dan looping
system dan siap didistribusikan ke ruang produksi.
Sistem penyimpanan dan distribusi merupakan salah satu bagian penting dari seluruh sistem, dan
harus dirancang terintegrasi sepenuhnya dengan komponen sistem pemurnian air. Sistem
penyimpanan dan distribusi harus dikonfigurasikan untuk mencegah kontaminasi berulang terhadap
air setelah pengolahan. Konfigurasi ini harus
menerapkan kombinasi pemantauan online dan offline untuk menjamin spesifikasi air
yang tepat dipertahankan. Selanjutnya, setelah air dimurnikan dengan menggunakan metode yang
sesuai, dapat digunakan secara langsung atau lebih sering, disalurkan ke dalam tangki
penyimpanan untuk didistribusikan ke titik pengguna.
Salah satu permasalah yang harus mendapat perhatian serius selama penyimpanan dan distribusi
air adalah masalah pengendalian proliferasi mikroba. Terdapat beberapa teknik yang digunakan
terpisah atau, lebih sering, dalam kombinasi, yaitu :
Mempertahankan sirkulasi aliran turbulen secara kontinu dalam sistem distribusi air untuk
mengurangi kecenderungan pembentukan biofilm
Desain sistem yang memastikan pipa sependek mungkin
Dalam sistem bersuhu ambien, pipa dilindungi terhadap pengaruh pipa panas yang
berdekatan
Deadlegs pada instalasi pipa lebih kecil dari tiga kali diameter pipa cabang
Pengukur tekanan dipisahkan dari sistem dengan membran
Penggunaan katup diafragma yang higienis
Sistem pemipaan dipasang dengan kemiringan tertentu untuk memungkinkan pengosongan
“drainable”
Penghambatan pertumbuhan mikroba dengan cara berikut: – radiasi ultraviolet dalam sistem
pemipaan; mempertahankan pemanasan sistem (pada suhu acuan > 65″C); sanitasi sistem
secara berkala menggunakan air panas (pada suhu acuan >70″C) atau air panas
superheated atau uap murni; dan sanitasi rutin secara kimiawi menggunakan ozon atau
bahan kimia yang cocok.
Jika digunakan sanitasi kimiawi, penting untuk membuktikan residu bahan kimia telah dihilangkan
sebelum air digunakan. Ozon dapat dihilangkan secara efektif menggunakan radiasi ultraviolet pada
panjang gelombang 254 nm yang jam
penggunaannya diperiksa secara berkala.
Sistem Pengolahan Air merupak sistem kritis yang berdampak langsung terhadap mutu, sehingga
parameter mutu kritis sistem tersebut harus dikualifikasi. Kualifikasi yang akan dilakukan harus
mengikuti kaidah validasi yang mencakup Kualifikasi Desain (KD), kualfikasi Instalasi (KI), Kualifikasi
Operasional (KO) dan Kualifikasi Kinerja (KK) sesuai dengan Pedoman CPOB. KD, KI dan KO
sangat tergantung dari masing-masing sistem yang diinstall oleh masing-masing industri farmasi,
sehingga Juknis CPOB tidak memberikan guideline yang spesifik. juknis CPOB (dan juga POPP
CPOB) hanya memberikan guideline mengenai pelaksanaan KK (kualifikasi Kinerja) dengan
pendekatan 3 fase, yaitu fase 1, fase 2 dan fase 3. Berikut ringkasan pelaksanaan KK 3 fase :
SPA merupakan salah satu sarana penunjang kritis, sehingga senantiasa menjadi “subyek” inspeksi
oleh Badan POM. Berikut adalah acuan yang dapat digunakan mengenai apa saja yang perlu
disiapkan dalam pelaksanaan inspeksi atau audit mutu :
Gambar SPA terakhir yang menunjukan semua peralatan dalam sistem denganpenandaan
fungsi alat mulai dari awall inlet sampai titik pengguna lengkap dengantitik pengambilan
sampel;
Gambar pemipaan yang disetujui (misal, ortografis dan/ atau isometris);
Pola pengambilan sampel dan pemantauan dilengkapi gambar semua titik sampel;
Program pelatihan untuk pengambilan dan pengujian sampel;
Penetapan batas waspada dan batas bertindak untuk pemantauan;
Pemantauan hasil dan evaluasi tren;
Pemeriksaan terhadap kajian sistem tahunan yang terakhir;
Pengkajian perubahan terhadap sistem sejak inspeksi terakhir dan pemeriksaan apakah
pengendalian perubahan telah diimplementasikan;
Pengkajian terhadap penyimpangan yang tercatat dan investigasinya;
lnspeksi umum terhadap status dan kondisi sistem;
Pengkajian catatan perawatan, kegagalan dan perbaikan; dan
Pemeriksaan kalibrasi dan standardisasi instrumen kritis.
Demikian, secara sekilas gambaran mengenai Sistem Pengolahan Air, sesuai dengan CPOB 2012.
Semoga bermanfaat.
Salam hangat
Permasalahan pada air ini telah menjadi ancaman secara global yang sangat mendesak. dimulai
dengan kekeringan air, wabah penyakit yang menyebar lewat air, Banjir yang melanda
dibeberapa daerah di Indonesia sampai pada kenaikan permukaan air laut yang memperparah
dampak dari banjir yang ada. Terkait dengan masalah ini, pemerintah dan seluruh rakyat
indonesia diharapkan memiliki kesadaran akan tanggung jawab mengenai air.
mesin ro reverse osmosis menjawab kebutuhan dari salah satu permasalahan yang ada pada air,
yaitu pengolahan air menjadi air bersih sehingga kekurangan air bersih dapat diatasi. Aplikasi
sistem reverse osmosis digunakan untuk mengatasi beberapa kekhawatiran ini. Di Perth,
Australia ( terutama yang berada pada daerah yang kering gersang, yang dimana dikelilingi oleh
laut ), Hampir 17 persen air minum didaerah tersebut merupakan air hasil olahan sistem
desalinasi yang menggunakan sistem osmosa terbalik atau RO dalam prosesnya. Sumber ( The
Economist)
Didunia, total dari sistem desalinasi yang menggunakan osmosa terbalik mencapai 13.000 unit
menurut Asosiasi Desalinasi International. Itu merupakan sistem dengan kapasitas yang cukup
besar. Belum lagi dengan kapasitas yang kecil dan menengah. Sampai saat ini sistem Osmosa
terbalik menjadi dominasi sistem yang di minati oleh banyak pelaku usaha dibandingkan dengan
sistem Distilasi.
Saat ini kita sudah mengetahui kegunaan dari sistem RO yaitu untuk mengubah air laut menjadi
air minum. Itu adalah salah satu fungsi dari reverse osmosis. Terlepas dari fungsi fungsinya yang
lain. Tapi apakah kita mengetahui cara kerja dari RO tersebut ? terlebih dahulu kita harus
mengetahui cara kerja dari mesin RO sendiri, Dibuat dari bahan semipermeable menjadi
membrane RO dengan pori pori 0.0001 mikron. Kemudian membrane ditekan dengan tekanan
tinggi 70psi hingga 600psi tergantung pada sistem yang digunakan, untuk menghasilkan air yang
mendekati murni. Untuk lebih lanjutnya, di lain waktu akan kami jelaskan secara lebih detail
bagaimana membrane RO bekerja.
Sumber disadur dari : science.howstuffworks.com/