Anda di halaman 1dari 42

Osmosis terbalik

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas


Artikel ini membutuhkan lebih banyak catatan
kaki untuk pemastian. Bantulah memperbaiki artikel ini dengan
menambahkan catatan kaki dari sumber yang terpercaya.

Halaman ini belum atau baru diterjemahkan sebagian dari bahasa


Inggris.
Bantulah Wikipedia untuk melanjutkannya. Lihat panduan penerjemahan Wikipedia.

Reverse osmosis (Osmosis terbalik) atau RO adalah suatu metode penyaringan yang dapat
menyaring berbagai molekul besar dan ion-ion dari suatu larutan dengan cara memberi tekanan
pada larutan ketika larutan itu berada di salah satu sisi membran seleksi (lapisan penyaring). Proses
tersebut menjadikan zat terlarut terendap di lapisan yang dialiri tekanan sehingga zat pelarut murni
bisa mengalir ke lapisan berikutnya. Membran seleksi itu harus bersifat selektif atau bisa memilah
yang artinya bisa dilewati zat pelarutnya (atau bagian lebih kecil dari larutan) tetapi tidak bisa
dilewati zat terlarut seperti molekul berukuran besar dan ion-ion. Osmosis adalah sebuah fenomena
alam yang terjadi dalam sel makhluk hidup dimana molekul pelarut (biasanya air) akan mengalir dari
daerah berkonsentrasi rendah ke daerah Berkonsentrasi tinggi melalui sebuah membran
semipermeabel. Membran semipermeabel ini menunjuk ke membran sel atau membran apa pun
yang memiliki struktur yang mirip atau bagian dari membran sel. Gerakan dari pelarut berlanjut
sampai sebuah konsentrasi yang seimbang tercapai di kedua sisi membran.
Reverse osmosis adalah sebuah proses pemaksaan sebuah terlarut dari sebuah daerah konsentrasi
terlarut tinggi melalui sebuah membran ke sebuah daerah terlarut rendah dengan menggunakan
sebuah tekanan melebihi tekanan osmotik. Dalam istilah lebih mudah, reverse osmosis adalah
mendorong sebuah larutan melalui filter yang menangkap zat terlarut dari satu sisi dan membiarkan
pendapatan pelarut murni dari sisi satunya.
Untuk mendapatkan air tawar dari air laut bisa dilakukan dengan cara osmosis terbalik, suatu proses
penyaringan air laut dengan menggunakan tekanan dialirkan melalui suatu membran saring. Sistem
ini disebut SWRO (Seawater Reverse Osmosis) dan banyak digunakan pada kapal laut atau
instalasi air bersih di pantai dengan bahan baku air laut.
Proses ini telah digunakan untuk mengolah air laut untuk mendapatkan air tawar, sejak awal 1970-
an.

Skema osmosis terbalik (desalinasi) menggunakan pertukaran tekanan.


1:Aliran masuk air laut,
2: Aliran air bersih flow (40%),
3:Aliran konsentrasi (60%),
4:Aliran air laut (60%),
5: Konsentrat (pembuangan),
A: Aliran pompa tekanan tinggi (40%),
B: Pompa sirkulasi,
C:Satuan osmosis dengan membran,
D: Penukar tekanan

Daftar isi
[sembunyikan]

 1Proses Osmosis
 2Galeri
 3Lihat pula
 4Pranala luar

Proses Osmosis[sunting | sunting sumber]


Osmosis adalah proses alami. Ketika dua cairan konsentrasi yang berbeda dipisahkan oleh sebuah
membran semipermeabel, cairan memiliki kecenderungan untuk bergerak dari konsentrasi yang
lebih rendah ke konsentrasi yang lebih tinggi untuk keseimbangan potensial kimia.
Secara formal, reverse osmosis adalah proses memaksa pelarut dari daerah konsentrasi zat terlarut
tinggi melalui membran semipermeabel ke daerah konsentrasi zat terlarut rendah dengan
menerapkan tekanan melebihi tekanan osmotik. Aplikasi terbesar dan paling penting dari reverse
osmosis adalah pemisahan air murni dari air laut dan air payau, air laut atau air payau bertekanan
terhadap satu permukaan membran, menyebabkan transportasi garam-menipis air melintasi
membrane dan munculnya air minum dari sisi tekanan rendah.
Membran yang digunakan untuk reverse osmosis memiliki lapisan padat dalam matriks polimer -
baik kulit membran asimetris atau lapisan interfasial dipolimerisasi dalam membran tipis-film-
komposit - di mana pemisahan terjadi.
Dalam kebanyakan kasus, membran ini dirancang untuk memungkinkan air hanya untuk melewati
melalui lapisan padat, sementara mencegah bagian dari zat terlarut (seperti ion garam). Proses ini
mensyaratkan bahwa tekanan tinggi akan diberikan pada sisi konsentrasi tinggi membran, biasanya
2-17 bar (30-250 psi) untuk air tawar dan payau, dan 40-82 bar (600-1200 psi) untuk air laut, yang
memiliki sekitar 27 bar (390 psi) [3] tekanan osmotik alam yang harus diatasi.Proses ini terkenal
karena penggunaannya dalam desalinasi (menghilangkan garam dan mineral lainnya dari air laut
untuk mendapatkan air tawar), namun sejak awal 1970-an itu juga telah digunakan untuk
memurnikan air segar untuk aplikasi medis, industri, dan domestik.
Osmosis menjelaskan bagaimana pelarut bergerak antara dua solusi yang dipisahkan oleh sebuah
membran semipermeabel untuk mengurangi perbedaan konsentrasi antara larutan. Ketika dua
larutan dengan konsentrasi yang berbeda dari zat terlarut dicampur, jumlah total zat terlarut dalam
dua larutan akan terdistribusi secara merata di jumlah total pelarut dari dua larutan
Daripada mencampur dua larutan bersama-sama, mereka dapat dimasukkan ke dalam dua
kompartemen di mana mereka dipisahkan dari satu sama lain dengan membran semipermeabel.
Membran semipermeabel tidak memungkinkan zat terlarut untuk berpindah dari satu kompartemen
ke lainnya, namun memungkinkan pelarut untuk bergerak.Karena kesetimbangan tidak dapat
dicapai oleh pergerakan zat terlarut dari kompartemen dengan konsentrasi zat terlarut tinggi untuk
yang satu dengan konsentrasi zat terlarut rendah, itu bukan dicapai dengan pergerakan pelarut dari
daerah konsentrasi zat terlarut rendah ke daerah-daerah konsentrasi zat terlarut tinggi.Ketika pelarut
bergerak jauh dari daerah konsentrasi rendah, hal itu menyebabkan daerah-daerah untuk menjadi
lebih terkonsentrasi. Di sisi lain, ketika pelarut bergerak ke daerah-daerah konsentrasi tinggi,
konsentrasi zat terlarut akan menurun. Proses ini disebut osmosis. Kecenderungan untuk pelarut
mengalir melalui membran dapat dinyatakan sebagai "tekanan osmotik", karena analog mengalir
disebabkan oleh perbedaan tekanan. contoh Osmosis adalah difusi.
Dalam osmosis terbalik, dalam penyusunan yang sama seperti yang di osmosis, tekanan diterapkan
ke kompartemen dengan konsentrasi tinggi. Dalam hal ini, ada dua kekuatan yang mempengaruhi
gerakan air: tekanan yang disebabkan oleh perbedaan konsentrasi zat terlarut antara dua
kompartemen (tekanan osmotik) dan tekanan eksternal diterapkan.

Definisi Reverse Osmosis System -- By Fujikasui Engineering Indonesia (Perusahaan Ahli


Pengolahan Air)
1. 1. By : Fujikasui Engineering Indonesia Telp :021 824 333 94 Hp: 0878 7373 3767
2. 2. Pengertian Reverse Osmosis Reverse Osmosis adalah suatu sistem penyaringan air,
melalui membran-mebran tertentu (yang memiliki pori- pori dibawah 0,1 mikron) dengan
dipaksa (didorong) oleh suatu tekanan.
3. 3. Mengapa Memakai RO System? 1. Ramah Lingkungan 2. Cakupan Pemisahan yang
Luas
4. 4. RO Vs Filtrasi Lainnya
5. 5. RO Vs Filtrasi Lainnya
6. 6. Komponen RO
7. 7. Cara Kerja RO System
8. 8. Aplikasi RO System 1. Desalinasi Air Laut 2. Factory Feed Water 3. Pengolahan Air
Minum Dan Masih Banyak Lagi ....
9. 9. Parameter Air RO
10. 10. TAIKISHA MANUFACTURING -- KARAWANG YUTAKA – MM2100  EMBLEM --
MM2100  FDK –MM2100  DIPSOL – DELTAMAS  RINNAI INDONESIA -- TANGERANG
 MORESCO INDONESIA – INDOTAISEI  KAWAI NIP – EJIP Instalasi RO oleh Kubota
Kasui (Fujikasui Engineering)
11. 11. Tentang Penulis Penulis adalah salah seorang Project Development Head di sebuah
perusahaan water Engineering Internasional bernama PT. Kubota Kasui Engineering
Indonesia. Penulis biasa melakukan riset, pengembangan, serta analisa pada seluruh
komponen yang terlibat dalam WTP & WWTP agar dihasilkan penemuan, atau
pengembangan yang lebih baik lagi. Penulis memiliki latar belakang seorang Analis Kimia,
dan saat ini sedang melanjutkan pendidikan pada bidang Teknik Industri. Jika Memerlukan
bantuan untuk Training, Seminar ataupun Konsultasi, Penulis dapat dihubungi langsung
melalui : Email : anggi.kkei@gmail.com Phone : 0857 1147 2834
12. 12. Sekilas Kubota Kasui Kubota Kasui Engineering Indonesia (d/h Fujikasui), atau biasa
disebut Kubota Kasui adalah sebuah perusahaan Water & Gas Engineering International.
Perusahaan ini telah lama dipercaya untuk memenuhi kebutuhan pembuatan Plant
pengolahan Air, Gas maupun Limbah Cair. Nissin Mfg, Aetra, Honda Mfg, Rinnai adalah
sebagian dari banyak Client yang pernah ditangani oleh Perusahaan ini. Info tentang Kubota
Kasui bisa didapat melalui : www.fujikasui.co.id Phone : 021 -824 333 91
Proses Osmosis[sunting | sunting sumber]
Osmosis adalah proses alami. Ketika dua cairan konsentrasi yang berbeda dipisahkan oleh sebuah
membran semipermeabel, cairan memiliki kecenderungan untuk bergerak dari konsentrasi yang
lebih rendah ke konsentrasi yang lebih tinggi untuk keseimbangan potensial kimia.
Secara formal, reverse osmosis adalah proses memaksa pelarut dari daerah konsentrasi zat terlarut
tinggi melalui membran semipermeabel ke daerah konsentrasi zat terlarut rendah dengan
menerapkan tekanan melebihi tekanan osmotik. Aplikasi terbesar dan paling penting dari reverse
osmosis adalah pemisahan air murni dari air laut dan air payau, air laut atau air payau bertekanan
terhadap satu permukaan membran, menyebabkan transportasi garam-menipis air melintasi
membrane dan munculnya air minum dari sisi tekanan rendah.
Membran yang digunakan untuk reverse osmosis memiliki lapisan padat dalam matriks polimer -
baik kulit membran asimetris atau lapisan interfasial dipolimerisasi dalam membran tipis-film-
komposit - di mana pemisahan terjadi.
Dalam kebanyakan kasus, membran ini dirancang untuk memungkinkan air hanya untuk melewati
melalui lapisan padat, sementara mencegah bagian dari zat terlarut (seperti ion garam). Proses ini
mensyaratkan bahwa tekanan tinggi akan diberikan pada sisi konsentrasi tinggi membran, biasanya
2-17 bar (30-250 psi) untuk air tawar dan payau, dan 40-82 bar (600-1200 psi) untuk air laut, yang
memiliki sekitar 27 bar (390 psi) [3] tekanan osmotik alam yang harus diatasi.Proses ini terkenal
karena penggunaannya dalam desalinasi (menghilangkan garam dan mineral lainnya dari air laut
untuk mendapatkan air tawar), namun sejak awal 1970-an itu juga telah digunakan untuk
memurnikan air segar untuk aplikasi medis, industri, dan domestik.
Osmosis menjelaskan bagaimana pelarut bergerak antara dua solusi yang dipisahkan oleh sebuah
membran semipermeabel untuk mengurangi perbedaan konsentrasi antara larutan. Ketika dua
larutan dengan konsentrasi yang berbeda dari zat terlarut dicampur, jumlah total zat terlarut dalam
dua larutan akan terdistribusi secara merata di jumlah total pelarut dari dua larutan
Daripada mencampur dua larutan bersama-sama, mereka dapat dimasukkan ke dalam dua
kompartemen di mana mereka dipisahkan dari satu sama lain dengan membran semipermeabel.
Membran semipermeabel tidak memungkinkan zat terlarut untuk berpindah dari satu kompartemen
ke lainnya, namun memungkinkan pelarut untuk bergerak.Karena kesetimbangan tidak dapat
dicapai oleh pergerakan zat terlarut dari kompartemen dengan konsentrasi zat terlarut tinggi untuk
yang satu dengan konsentrasi zat terlarut rendah, itu bukan dicapai dengan pergerakan pelarut dari
daerah konsentrasi zat terlarut rendah ke daerah-daerah konsentrasi zat terlarut tinggi.Ketika pelarut
bergerak jauh dari daerah konsentrasi rendah, hal itu menyebabkan daerah-daerah untuk menjadi
lebih terkonsentrasi. Di sisi lain, ketika pelarut bergerak ke daerah-daerah konsentrasi tinggi,
konsentrasi zat terlarut akan menurun. Proses ini disebut osmosis. Kecenderungan untuk pelarut
mengalir melalui membran dapat dinyatakan sebagai "tekanan osmotik", karena analog mengalir
disebabkan oleh perbedaan tekanan. contoh Osmosis adalah difusi.
Dalam osmosis terbalik, dalam penyusunan yang sama seperti yang di osmosis, tekanan diterapkan
ke kompartemen dengan konsentrasi tinggi. Dalam hal ini, ada dua kekuatan yang mempengaruhi
gerakan air: tekanan yang disebabkan oleh perbedaan konsentrasi zat terlarut antara dua
kompartemen (tekanan osmotik) dan tekanan eksternal diterapkan.
SEP

21

Sistem Penyaliran Tambang


Penyaliran yang diuraikan berikut ini dititikberatkan pada metode atau teknik
penanggulangan air pada tambang terbuka. Penyaliran bisa bersifat pencegahan atau pengendalian
air yang masuk ke lokasi penambangan. Hal yang perlu diperhatikan adalah kapan cuaca ekstrim
terjadi, yaitu ketika air tanah dan air limpasan dapat membahayakan kegiatan penambangan, oleh
sebab itu kondisi cuaca pada tambang terbuka sangat besar efeknya terhadap aktifitas
penambangan. Apabila hal ini sudah diperhitungkan sebelumnya, maka kegiatan penambangan akan
terhindar dari kondisi yang membahayakan tersebut.
Pengertian Sistem Penyaliran Tambang
Sistem penyaliran tambang adalah suatu metode yang dilakukan untuk mencegah masuknya
aliran air ke dalam lubang bukaan tambang atau mengeluarkan air tersebut.
Pengendalian Air Tambang
Terdapat dua cara pengendalian air tambang yang sudah terlanjur masuk ke
dalam front penambangan yaitu dengan sistem kolam terbuka (sump) atau membuat paritan
dan adit. Sistem penyaliran dengan membuat kolam terbuka dan paritan biasanya ideal diterapkan
pada tambang open cast atau kuari, karena dapat memanfaatkan gravitasi untuk mengalirkan air
dari bagian lokasi yang lebih tinggi ke lokasi yang lebih rendah. Pompa yang digunakan pada sistem
ini lebih efektif dan hemat.

Gambar 3.1 Penampang sistem adit


Metode Penyaliran Tambang
Penanganan mengenai masalah air tambang dalam jumlah besar pada tambang terbuka
dapat dibedakan menjadi beberapa metode, yaitu:
Mengeluarkan Air Tambang (Mine Dewatering)
Merupakan upaya untuk mengeluarkan air yang telah masuk ke lokasi penambangan.
Beberapa metode penyaliran tambang (mine dewatering) adalah sebagai berikut :
1. Membuat sump di dalam front tambang (Pit)
Sistem ini diterapkan untuk membuang air tambang dari lokasi kerja. Air tambang
dikumpulkan pada sumuran (sump), kemudian dipompa keluar. Pemasangan jumlah pompa
tergantung pada kedalaman penggalian, dengan kapasitas pompa menyesuaikan debit air yang
masuk ke dalam lokasi penambangan.

2. Membuat paritan
Pembuatan parit sangat ideal diterapkan pada tambang terbuka open cast atau kuari. Parit
dibuat berawal dari sumber mata air atau air limpasan menuju kolam penampungan, langsung ke
sungai atau diarahkan ke selokan (riool). Jumlah parit ini disesuaikan dengan kebutuhan, sehingga
bisa lebih dari satu. Apabila parit harus dibuat melalui lalulintas tambang maka dapat dipasang
gorong-gorong yang terbuat dari beton atau galvanis. Dimensi parit diukur berdasarkan volume
maksimum pada saat musim penghujan deras dengan memperhitungkan kemiringan lereng. Bentuk
standar melintang dari parit umumnya trapesium.

Penyaliran Tambang (Mine drainage)


Penyaliran tambang adalah mencegah air masuk ke lokasi penambangan dengan cara
membuat saluran terbuka sehingga air limpasan yang akan masuk ke lubang bukaan dapat langsung
dialirkan ke luar lokasi penambangan. Upaya ini umumnya dilakukan untuk penanganan air tanah
yang berasal dari sumber air permukaan.
Beberapa metode penyaliran tambang (mine drainage) adalah sebagai berikut:
a. Metode Siemens

Pada setiap jenjang dari kegiatan penambangan dipasang pipa ukuran 8 inch, di setiap pipa
tersebut pada bagian ujung bawah diberi lubang-lubang, pipa yang berlubang ini berhubungan
dengan air tanah, sehingga di pipa bagian bawah akan terkumpul air, yang selanjutnya dipompa ke
atas secara seri dan selanjutnya dibuang.

b. Metode Elektro Osmosis

Bilamana lapisan tanah terdiri dari tanah lempung, maka pemompaan sangat sulit diterapkan
karena adanya efek kapilaritas yang disebabkan oleh sifat dari tanah lempung itu sendiri. Untuk
mengatasi hal tersebut, maka diperlukan cara elektro osmosis. Pada metode ini digunakan batang
anoda serta katoda. Bila elemen-elemen ini dialiri listrik, maka air pori yang terkandung dalam
batuan akan mengalir menuju katoda (lubang sumur) yang kemudian terkumpul dan dipompa
keluar.

c. Metode kombinasi dengan lubang bukaan bawah tanah

Dilakukan dengan membuat lubang bukaan mendatar didalam tanah guna menampung aliran
air dari permukaan. Beberapa lubang sumur dibuat untuk menyalurkan air permukaan kedalam
terowongan bawah tanah tersebut. Cara ini cukup efektif karena air akan mengalir sendiri akibat
pengaruh gravitasi sehingga tidak memerlukan pompa.
Hal Yang Mempengaruhi Sistem Penyaliran Tambang
 Permeabilitas

Disamping parameter-parameter lain, permeabilitas merupakan salah satu yang perlu


diperhitungkan. Secara umum permeabilitas dapat diartikan sebagai kemapuan suatu fluida
bergerak melalui rongga pori massa batuan.
 Rencana Kemajuan Tambang

Rencana kemajuan tambang nantinya akan mempengaruhi pola alir saluran yang akan
dibuat, sehingga saluran tersebut menjadi efektif dan tidak menghambat sistem kerja yang ada.

 Curah Hujan

Sumber utama air yang masuk ke lokasi penambangan adalah air hujan, sehingga besar
kecilnya curah hujan yang terjadi di sekitar lokasi penambangan akan mempengaruhi banyak
sedikitnya air tambang yang harus dikendalikan. Data curah hujan biasanya disajikan dalam data
curah hujan harian, bulanan, dan tahunan yang dapat berupa grafik atau tabel.

Analisa curah hujan dilakukan dengan menggunakan Metode Gumbel yang dilakukan dengan
mengambil data curah hujan bulanan yang ada, kemudian ambil curah hujan maksimum setiap
bulannya dari data tersebut, untuk sampel dapat dibatasi jumlahnya sebanyak n data.

Dengan menggunakan Distribusi Gumbel curah hujan rencana untuk periode ulang tertentu
dapat ditentukan. Periode ulang merupakan suatu kurun waktu dimana curah hujan rencana
tersebut diperkirakan berlangsung sekali. Penentuan curah hujan rencana untuk periode ulang
tertentu berdasarkan Distribusi Gumbel. Untuk itu data curah hujan harus diolah terlebih dahulu
menggunakan kaidah statistik mengingat kumpulan data adalah kumpulan yang tidak tergantung
satu sama lain, maka untuk proses pengolahannya digunakan analisis regresi metode statistik.

Xr = X +(σxσn) . (Yr– Yn) …………………....................... (3.1 )


Keterangan :
Xr = Hujan harian maksimum dengan periode ulang tertentu (mm)
X = Curah hujan rata-rata
σx = Standar deviasi curah hujan
σn = Reduced standart deviation, nilai tergantung dari banyaknya data
Yr = Reduced variate, untuk periode hujan tertentu (table 3.2)

Tabel 3.1
Periode ulang hujan untuk sarana penyaliran
Keterangan Periode ulang hujan (tahun)
Daerah terbuka 0–5
Sarana tambang 2- 5
Lereng-lereng tambang dan 5- 10
penimbunan
Sumuran utama 10 -25
Penyaliran keliling tambang 25
Pemindahan aliran sungai 100

Untuk menentukan reduced variate digunakan rumus dibawah ini:

Yt = (-ln⁡(-ln(T-1))T …………………....................... (3.2 )


Keterangan:
Yt = Reduced variate (koreksi variasi)
T = Periode ulang (tahun)

Untuk menentukan koreksi rata-rata digunakan rumus:

Yn = ln(-ln⁡(n+1-m))n+1 …………………....................... (3.3 )


Rata-rata Yn, YN = ΣYnN

Untuk menghitung koreksi simpangan (reduced standar deviation) ditentukan dengan rumus
sebagai berikut:
Sn = Σ(Yn-YN)2(n-1) …………………....................... (3.4)
Keterangan:
Yn = Koreksi rata-rata
YN = Nilai rata-rata Yn
n = Jumlah data

Untuk menentukan curah hujan rencana digunakan rumus:

CHR = X + SSn(Yt-YN) …………………....................... (3.5)


Dari hasil perhitungan diperoleh suatu debit rencana dalam satuan mm/hari, yang kemudian
debit ini bisa dibagi dalam perencanaan penyaliran. Selain itu juga harus diperhatikan resiko
hidrologi (PR) yang mungkin terjadi, resiko hidrologi merupakan angka dimana kemungkinan hujan
dengan debit yang sama besar angka tersebut, misalnya 0,4 maka kemungkinan hujan dengan debit
yang sama atau melampaui adalah sebesar 40%. Resiko hidrologi dapat dicari dengan
menggunakan rumus:
PR = 1-(1-1TR) TL …………………....................... (3.6) Keterangan:
PR = Resiko hidrologi
TR = Periode ulang
TL = Umur bangunan
Besarnya intensitas hujan yang kemungkinan terjadi dalam kurun waktu tertentu dihitung
berdasarkan persamaan Mononobe, yaitu :
I = R2424 (24t) 2/3 …………………....................... (3.7)
Keterangan :
R24 = Curah hujan rencana perhari (24jam)
I = Intensitas curah hujan (mm/jam)
t = Waktu konsentrasi (jam)

Hubungan antara derajat curah hujan dan intensitas curah hujan dapat dilihat pada table 3.2

Tabel 3.2
Hubungan Derajat dan Intensitass Curah Hujan

Derajat hujan Intensitas curah Kondisi


hujan (mm/menit)
Hujan lemah 0.02 – 0.05 Tanah basah semua
Hujan normal 0.05 – 0.25 Bunyi hujan terdengar
Hujan deras 0.25 – 1.00 Air tergenang diseluruh
permukaan dan
>1.00 terdengar bunyi dari
Hujan sangat genangan
deras Hujan seperti
ditumpahkan, saluran
pengairan meluap

Perencanaan Saluran Terbuka

Pada perencanaan saluran terbuka ada beberapa faktor lapangan yang perlu diperhatikan
yaitu :
1. Catchment area/water deviden
Catchment area adalah suatu daerah tangkapan hujan yang dibatasi oleh wilayah tangkapan
hujan yang ditentukan dari titik-titik elevasi tertinggi sehingga akhirnya merupakan suatu
poligon tertutup dengan pola yang sesuai dengan topografi dan mengikuti kecenderungan arah
gerak air. Dengan pembuatan catchment area maka diperkirakan setiap debit hujan yang tertangkap
akan terkonsentrasi pada elevasi terendah. Pembatasan catchment area dilakukan pada peta
topografi, dan untuk merencanakan sistem penyalirannya dianjurkan menggunakan peta rencana
penambangan dan peta situasi tambang.
2. Waktu konsentrasi
Waktu konsentrasi adalah waktu yang diperlukan hujan untuk mengalir dari titik terjauh ke
tempat penyaliran. Waktu konsentrasi dapat dihitung dengan rumus dari “Kirpich”.

tc = HL …………………....................... (3.8)
Keterangan :
tc = Waktu terkumpulnya air (menit)
L = Jarak terjauh sampai titik penyaliran (meter)
H = Beda ketinggian dari titik terjauh sampai ke tempat berkumpulnya air (meter)

3. Saluran Terbuka
Bentuk penapang saluran yang paling sering digunakan dan umum adalah bentuk trapesium,
sebab mudah dalam pembuatannya, murah, efisien, mudah dalam perawatannya, dan stabilitas
kemiringan lerengnya dapat disesuaikan dengan keadaan daerahnya.
Setelah diketahui luas penampang bisa ditentukan jari-jari hidrolis dengan Rumus Manning.
Untuk bentuk saluran yang akan dibuat ada beberapa macam bentuk dengan perhitungan
geometrinya sebagai berikut :
Table 3.3

Dimensi Penampang basah


Tinggi
Lebar muka Faktor
Penampang atas (B) air (y) kemiringan (x) Luas (A) Keliling (D) Jari-jari hidrolis (R)

b y b.y b + 2h

- (b. y)/ (b+2y)

1:1 → x : h
1:1,5→x=1,5y
b + 2x y 1:2→x=2y (b+x)y b+2y (1+x2)
(b+x)y/(b+2y(t+x2)1/2

лD (1-
Ф=cos-1((d- Ф/180)+ (лD(1-Ф/180)+4(d-
2(d- 0,5D)/0.5D) (d- Л.D(1- 0,5D)ztgФ)/4лD(1-Ф/180)
0,5D)tgФ d 0,5D)2tgФ Ф/180)

Perhitungan geometri dari beberapa bentuk saluran terbuka

Tabel 3.4
Kemiringan dinding saluran yang sesuai untuk berbagai jenis bahan

Bahan Kemiringan dinding saluran


Batu/cadas Hampir tegak lurus
Tanah gambut/peat ¼:1
Tanah berlapis beton ½:1
Tanah bagi saluran yang lebar 1:1
Tanah bagi parit kecil 1,5 : 1
Tanah berpasir lepas 2:1
Lempung berpori 3:1

Tabel 3.5
Sifat-sifat hidrolik pada saluran terbuka

Kemiringan rata-rata dasar Kecepatan rata-rata


saluran (m/det)
(%)
Kurang dari 1 0,4
1-2 0,6
2-4 0,9
4-6 1,2
6-10 1,5
10-15 2,4

4. Air limpasan (run off)

Air limpasan adalah bagian dari curah hujan yang mengalir di atas permukaan tanah menuju
sungai, danau atau laut. Dalam neraca air digambarkan hubungan antara curah hujan
(CH), evapotranspirasi (ET), air limpasan (RO),infiltrasi (I), dan perubahan permukaan air tanah
(dS), sebagai berikut :

CH = I + ET + RO ± dS …………………....................... (3.9)

Besarnya air limpasan tergantung dari banyak faktor, sehingga tidak semua air yang berasal
dari curah hujan akan menjadi sumber bagi sistem drainase. Dari banyak faktor, yang paling
berpengaruh yaitu :

1. Kondisi penggunaan lahan


2. Kemiringan lahan
3. Perbedaan ketinggian daerah

Faktor-faktor ini digabung dan dinyatakan oleh suatu angka yang disebut koefisien air
limpasan. Penentuan besarnya debit air limpasan maksimum ditentukan dengan
menggunakan Metode Rasional, antara lain sebagai berikut :
Q = 0,278 × C × I × A …………………....................... (3.10)
Keterangan:
Q = Debit air limpasan maksimum (m3/detik)
C = Koefisien limpasan (Tabel 3.7)
I = Intensitas curah hujan (mm/jam)
A = Luas daerah tangkapan hujan (km2)

Penggunaan Rumus Rasional mengasumsikan bahwa hujan merata di seluruh daerah


tangkapan hujan, dengan lama waktu hujan sama dengan waktu konsentrasi.

Jenis Material

Jenis material pada areal penambangan berpengaruh terhadap kondisi penyebaran air
limpasan karena untuk setiap jenis dan kondisi material yang berbeda memiliki koefisien materialnya
masing-masing. Beberapa perkiraan koefisien limpasan terlihat pada tabel 3.6:

Tabel 3.6
Beberapa harga koefisien kekasaran manning

Tipe dinding saluran n


Semen 0,010 – 0,014
Beton 0,011 – 0,016
Bata 0,012 – 0,020
Besi 0,013 – 0,017
Tanah 0,020 – 0,030
Gravel 0,022 – 0,035
Tanah yang ditanami 0,025 – 0,040

Tabel 3.7
Koefisien material dan kecepatan izin aliran

No Material Nilai Kecepatan aliran


(m/det)
n Air jernih Air keruh
1 Pasir halus koloida 0.020 0.457 0.672
2 Lanau kepasiran non koloida 0.020 0.534 0.762
3 Lanau non koloida 0.020 0.610 0.914
4 Lanau alluvial non koloiada 0.020 0.610 1.067
5 Lalau kaku 0.020 0.672 1.067
6 Debu vulkanis 0.020 0.672 1.067
7 Lempung kompak 0.025 1.143 1.525
8 Lanau alluvial, koloida 0.025 1.143 1.524
9 Kerikil halus 0.025 0.672 1.524
10 Pasir kasar non koloida 0.030 1.143 1.524
11 Pasir kasar koloida 0.025 1.129 1.829
12 Batuan D 20 mm 0.028 1.340 1.9
13 Batuan D 50 mm 0.028 1.980 2.4
14 Batuan D 100 mm 0.030 2.810 3.4
15 Batuan D 200 mm 0.030 3.960 4.5
16 Tanah berumput 0.030 - 2
17 Pasangan batau 0.017 - 5
18 Tembok diplester 0.010 - 5

Perencanaan Sump

Sump merupakan kolam penampungan air yang dibuat untuk menampung air limpasan, yang
dibuat sementara sebelum air itu dipompakan serta dapat berfungsih sebagai pengendap lumpur.
Tata letak sump akan dipengaruhi oleh sistem drainase tambang yang disesuaikan dengan geografis
daerah tambang dan kestabilan lereng tambang.

Perencanaan Sistem Pemompaan

1. Tipe sistem pemompaan


Sitem pemompaaan dikenal ada beberapa macam tipe sambungan pemompaan yaitu :
a. Seri
Dua atau beberapa pompa dihubungkan secara seri maka nilai head akan bertambah sebesar
jumlah head masing-masing sedangkan debit pemompaan tetap.
b. Pararel
Pada rangkaian ini, kapasitas pemompaan bertambah sesuai dengan kemampuan debit masing-
masing pompa namunhead tetap. Kemudian untuk kebutuhan pompa ada dua hal yang perlu untuk
diperhatikan

2. Batas Kapasitas Pompa


Batas atas kapasitas suatu pompa pada umumnya tergantung pada kondisi berikut ini :
a. Berat dan ukuran terbesar yang dapat diangkut dari pabrik ke tempat pemasangan.
b. Lokasi pemasangan pompa dan cara pengangkutannya.
c. Jenis penggerak dan cara pengangkatannya.
d. Pembatasan pada besarnya mesin perkakas yang dipakai untuk mengerjakan bagian-bagian pompa
e. Pembatasan pada performansi pompa.

3. Pertimbangan ekonomi
Pertimbangan ini menyangkut masalah biaya, baik biaya investasi untuk pembangunan
instalasi maupun biaya operasi dan pemeliharaannya.
4. Julang total pompa
Julang total pompa yang harus disediakan untuk mengalirkan jumlah air seperti
direncanakan, dapat ditentukan dari kondisi instalasi yang akan dilayani oleh pompa. Julang total
pompa dapat ditulis sebagai berikut :

Ht=hc+ hv+hf+ hI …………………....................... (3.11 )


Keterangan :
Ht = Julang total pompa (m)
hc = Julang statis total (m)
hv = Velocity head (m)
hf = Julang gesek (m)
hI = Jumlah belokan (m)

a. Julang statis (static head)


Adalah kehilangan energi yang disebabkan oleh perbedaan tinggi antara tempat
penampungan dengan tempat pembuangan.

hc = h2 – h1 …………………....................... (3.12 )
Dimana :
h2 = Elevasi air keluar
h1 = Elevasi air masuk

b. Julang kecepatan (velocity head)


Julang kecepatan adalah kehilangan yang diakibatkan oleh kecepatan air yang melalui
pompa.

hv =
( v22 ×g ) …………………....................... (3.13)
Dimana :
v = Kecepatan air yang melalui pompa (m/detik)
g = Gaya gravitasi (m/detik)

c. Julang kerugian gesek dalam pipa


Untuk menghitung julang kerugian gesek didalam pipa dapat dipakai salah satu dari dua
rumus berikut ini :
V = C . Rp. Sq …………………....................... (3.14)
Atau
hf = λ. LD . v22g …………………....................... (3.15)
Keterangan :
v = Kecepatan rata-rata aliran didalam pipa (m/dtk)
C,p,q = Koefisien-koefisien
R = Jari-jari hidrolik (m)
S = Gradien hidrolik
hf = Julang kerugian gesek dalam pipa (m)
λ = Koefisien kerugian gesek
g = Percepatan gravitas (ms-2)
L = Panjang pipa (m)
D = Diameter pipa (m)

Selanjutnya untuk aliran turbulen julang kerugian gesek dapat dihitung dengan berbagai
rumus empiris.
i. Rumus Darcy
Dengan cara Darcy, maka koefisien kerugian gesek (λ) dinyatakan sebagai berikut:

λ = 0,020 + 0,0005D …………………....................... (3.16)


Rumus ini berlaku untuk pipa baru dari besi cor. Jika pipa telah dipakai selama bertahun-
tahun, harga koefisien kerugian gesek (λ) akan menjadi 1,5 sampai 2 kali harga barunya.
ii. Rumus Hazen-Williams
Rumus ini pada umumnya dipakai untuk menghitung kerugian head dalam pipa yang relatif
sangat panjang.

V = 0,849CR0,63S0,54 …………………....................... (3.17)


Atau
Hf = 10,666.Q1,85x LC1,85 D4,85 …………………....................... (3.18)
Keterangan :
hf = Julang kerugian (m)
v = Kecepatan rata-rata didalam pipa (m/s)
C = Koefisien (table 3.9 )
R = Jari-jari hidrolik (m)
S = Gradien hidrolik (S=hfL )Q = Laju Aliran ( m3/s)
L = Panjang pipa

Tabel 3.8
Kondisi pipa dan harga koefisien (Formula Hazen-William)
Jenis Pipa C
Pipa besi cor baru 130
Pipa besi cor tua 100
Pipa baja baru 120-130
Pipa baja tua 80-100
Pipa dengan lapisan semen 130-140
Pipa dengan lapisan terarang 140
batu

d. Julang kerugian dalam jalur pipa

Dalam aliran melalui jalur pipa, kerugian juga akan terjadi apabila ukuran pipa, bentuk
penampang atau arah aliran berubah. Kerugian ditempat-tempat transisi yang demikian ini dapat
dinyatakan secara umum dengan rumus:
hf = n. f. v22g …………………....................... (3.19)
Keterangan :
v = kecepatan rata-rata di dalam pipa (m/s)
f = Koefisien kerugian
g = Percepatan gravitasi (9.8m/dtk2)
hf = Julang kerugian (m)

Cara menentukan harga koefisien kerugian (f) untuk berbagai bentuk transisi pipa akan
diperinci seperti dibawah ini:

Jika kecepatan aliran (v) setelah masuk pipa, maka harga koefisien kerugian dari rumus
(3.17) untuk berbagai bentuk ujung masuk pipa menurut Weisbach adalah sebagai berikut:
f = 0,5 ………………..……………………………………………………. (i1)
f = 0,25 ……………..………………………………………………………. (i2)
f = 0,06 (untuk r kecil) sampai …………...………………………………. (i3)
f = 0,005 (untuk r besar) ……..……………………………………………. (i4)
f = 0,56 …………...………………………………………………………… (i5)
f = 3,0 ( untuk sudut tajam) sampai
f = 1,3 (untuk sudut 45) …………………...………………………………. (i6)
f = fi + 0,3 cos θ + 0,2 cos θ, dimana fi adalah koefisien bentuk dari ujung masuk dan mengambil
2

harga (i1) sampai (i6) sesuai dengan bentuk yang dipakai.

Bila ujung pipa isap yang berbentuk lonceng dan tercelup dibawah permukaan air maka
harga f berkisar antara 0,2 sampai 0,4. Terdapat dua macam belokan, yaitu belokan lengkung dan
belokan patah. Untuk belokan lengkung digunakan rumus:

f = [0,131 + 1,847 (D/2R)3,5] (θ90 )0,5 ………......................... (3.20)


Dari percobaan Weisbach dihasilkan rumus yang umum dipakai untuk belokan patah
adalah:
f = 0,946 sin2.θ/2 + 2,047 sin4.θ/2 .…………......................... (3.21)
keterangan :

f = Koefisien kerugian
R = Jari-jari lengkung belokan
θ = Sudut belokan

e. Daya poros dan efisiensi pompa


e.i Daya air
Daya air adalah energi yang secara efektif diterima oleh air dari pompa persatuan waktu. Daya air
(Pw) dapat dihitung dengan menggunakan Rumus:

Pw = γ. Q . H …………......................... (3.22)

Keterangan:
γ = Bobot isi air (kN/m3)
Q = Kapasitas (m3/detik)
H = Julang total (m)
Pw = Daya air (kW)

e.ii Daya poros


Daya poros yang diperlukan untuk menggerakkan pompa adalah sama dengan daya air ditambah
kerugian daya di dalam pompa. Daya poros (P) dapat dihitung dengan menggunakan rumus:
P = Pwηρ …………………....................... (3.23)
Keterangan:
ηρ = Efesiensi pompa
P = Daya poros

Efesiensi pompa untuk pompa-pompa jenis khusus harus diperoleh dari pabrik pembuatnya.

Settling Pond
Berfungsi sebagai tempat menampung air tambang sekaligus untuk mengendapkan
partikel-partikel padatan yang ikut bersama air dari lokasi penambangan, kolam pengendapan ini
dibuat dari lokasi terendah dari suatu daerah penambangan, sehingga air akan masuk ke settling
pond secara alami dan selanjutnya dialirkan ke sungai melalui saluran pembuangan.
Dengan adanya settling pond, diharapkan air yang keluar dari daerah penambangan sudah
bersih dari partikel padatan sehingga tidak menimbulkan kekeruhan pada sungai atau laut sebagai
tempat pembuangan akhir. Selain itu juga tidak menimbulkan pendangkalan sungai akibat dari
partikel padatan yang terbawa bersama air.
Bentuk settling pond biasanya hanya digambarkan secara sederhana, yaitu berupa kolam
berbentuk empat persegi panjang, tetapi sebenarnya dapat bermacam-macam bentuk disesuaikan
dengan keperluan dan keadaan lapangannya. Walaupun bentuknya dapat bermacam-macam,
namun pada setiap settling pond akan selalu ada 4 zona penting yang terbentuk karena proses
pengendapan material padatan. Keempat zona tersebut adalah :

1. Zona masukan (inlet)


Merupakan tempat masuknya air lumpur kedalam settling pond dengan anggapan campuran
padatan-cairan yang masuk terdistribusi secara seragam.

2. Zona pengendapan (settlement zone)


Merupakan tempat partikel padatan akan mengendap. Batas panjang zona ini adalah panjang
dari kolam dikurangi panjang zona masukan dan keluaran.

3. Zona endapan lumpur (sediment)


Merupakan tempat partikel padatan dalam cairan (lumpur) mengalami sedimentasi dan
terkumpul di bagian bawah kolam.

4. Zona keluaran (outlet)


Merupakan tempat keluaran buangan cairan yang jernih. Panjang zona ini kira-kira sama
dengan kedalaman kolam pengendapan, diukur dari ujung kolam pengendapan.

Ukuran Settling Pond


Untuk menentukan dimensi settling pond dapat dihitung berdasarkan hal-hal sebagai
berikut:
1. Diameter partikel padatan yang keluar dari kolam pengendapan tidak lebih dari 9 x 10-6 m, karena
akan menyebabkan pendagkalan dan kekeruhan sungai.
2. Kekentalan air
3. Partikel dalam lumpur adalah material yang sejenis
4. Kecepatan pengendapan material dianggap sama
5. Perbandinga dan cairan padatan diketahui

Luas settling pond dapat dihitung dengan menggunakan rumus:


A = QtotalV ….…………………....................... (3.24)
Keterangan:
A = Luas settling pond (m2)
Qtotal = Debit air yang masuk settling pond (m3/detik)
V = Kecepatan pengendapan (m/dtk)
Perhitungan Prosentasi Pengendapan

perhitungan prosentase pengendapan ini bertujuan untuk mengetahui kolam pengendapan


yang akan dibuat dapat berfungsih untuk mengendapkan partikel padatan yang terkandung dalam
air limpasan tambang. Untuk perhitungan, diperlukan data-data antara lain (%) padatan dan persen
(%) air yang terkandung dalam lumpur
Waktu yang dibutuhkan partikel untuk mengendap dengan kecepan (V) sejauh (h) adalah:
tv = hV(detik) …………………....................... (3.25)
Waktu yang dibutuhkan partikel untuk keluar dari kolam pengendapan dengan kecepatan (Vh)
adalah:
Vh = QtotalA …………………....................... (3.26)
Th = PVh (detik) …………………....................... (3.27)
Dalam proses pengendapan ini partikel mampu mengendap dengan baik jika (tv) tidak lebih
besar dari (th).
Persentase pengendapan = th(th+tv) x 100% ……………..................... (3.28)

Diposting 21st September 2012 oleh Syaiful049

8
Lihat komentar

1.

Anggriano Sagar17 Juni 2015 20.35

Mksh ilmunya
Balas

2.

Unknown30 November 2015 10.26

bisa minta referensinya ngak bro


Balas

3.

Dimas Indra27 Januari 2016 07.09

bagi sumbernya dong kak


Balas

4.

Adrinal Simamora9 Agustus 2016 23.55

bagi sumbernya dong kak


Balas

5.

Muhammad Fadlan10 Agustus 2016 17.28

keren pak, kalo ada infoin referensinya pak..


terima kasih
Balas

6.

Arief Rachman13 Desember 2016 21.37

mantap
Balas

7.

kasmuri adi7 Juni 2017 08.16

sumbernya gan :)
Balas

8.

achmad indriansyah23 Januari 2018 08.33

Makasih yaa.. Berguna buat TA gua.. Kalo bisa sumber nya yaa hehe
Balas

Penyaliran Tambang

 Klasik

 Kartu Lipat
 Majalah

 Mozaik

 Bilah Sisi

 Cuplikan

 Kronologis
1.
SEP

21

Sistem Penyaliran Tambang


Penyaliran yang diuraikan berikut ini dititikberatkan pada metode atau teknik
penanggulangan air pada tambang terbuka. Penyaliran bisa bersifat pencegahan atau pengendalian
air yang masuk ke lokasi penambangan. Hal yang perlu diperhatikan adalah kapan cuaca ekstrim
terjadi, yaitu ketika air tanah dan air limpasan dapat membahayakan kegiatan penambangan, oleh
sebab itu kondisi cuaca pada tambang terbuka sangat besar efeknya terhadap aktifitas
penambangan. Apabila hal ini sudah diperhitungkan sebelumnya, maka kegiatan penambangan akan
terhindar dari kondisi yang membahayakan tersebut.
Pengertian Sistem Penyaliran Tambang
Sistem penyaliran tambang adalah suatu metode yang dilakukan untuk mencegah masuknya
aliran air ke dalam lubang bukaan tambang atau mengeluarkan air tersebut.
Pengendalian Air Tambang
Terdapat dua cara pengendalian air tambang yang sudah terlanjur masuk ke
dalam front penambangan yaitu dengan sistem kolam terbuka (sump) atau membuat paritan
dan adit. Sistem penyaliran dengan membuat kolam terbuka dan paritan biasanya ideal diterapkan
pada tambang open cast atau kuari, karena dapat memanfaatkan gravitasi untuk mengalirkan air
dari bagian lokasi yang lebih tinggi ke lokasi yang lebih rendah. Pompa yang digunakan pada sistem
ini lebih efektif dan hemat.

Gambar 3.1 Penampang sistem adit


Metode Penyaliran Tambang
Penanganan mengenai masalah air tambang dalam jumlah besar pada tambang terbuka
dapat dibedakan menjadi beberapa metode, yaitu:
Mengeluarkan Air Tambang (Mine Dewatering)
Merupakan upaya untuk mengeluarkan air yang telah masuk ke lokasi penambangan.
Beberapa metode penyaliran tambang (mine dewatering) adalah sebagai berikut :
1. Membuat sump di dalam front tambang (Pit)
Sistem ini diterapkan untuk membuang air tambang dari lokasi kerja. Air tambang
dikumpulkan pada sumuran (sump), kemudian dipompa keluar. Pemasangan jumlah pompa
tergantung pada kedalaman penggalian, dengan kapasitas pompa menyesuaikan debit air yang
masuk ke dalam lokasi penambangan.

2. Membuat paritan

Pembuatan parit sangat ideal diterapkan pada tambang terbuka open cast atau kuari. Parit
dibuat berawal dari sumber mata air atau air limpasan menuju kolam penampungan, langsung ke
sungai atau diarahkan ke selokan (riool). Jumlah parit ini disesuaikan dengan kebutuhan, sehingga
bisa lebih dari satu. Apabila parit harus dibuat melalui lalulintas tambang maka dapat dipasang
gorong-gorong yang terbuat dari beton atau galvanis. Dimensi parit diukur berdasarkan volume
maksimum pada saat musim penghujan deras dengan memperhitungkan kemiringan lereng. Bentuk
standar melintang dari parit umumnya trapesium.

Penyaliran Tambang (Mine drainage)


Penyaliran tambang adalah mencegah air masuk ke lokasi penambangan dengan cara
membuat saluran terbuka sehingga air limpasan yang akan masuk ke lubang bukaan dapat langsung
dialirkan ke luar lokasi penambangan. Upaya ini umumnya dilakukan untuk penanganan air tanah
yang berasal dari sumber air permukaan.
Beberapa metode penyaliran tambang (mine drainage) adalah sebagai berikut:
a. Metode Siemens

Pada setiap jenjang dari kegiatan penambangan dipasang pipa ukuran 8 inch, di setiap pipa
tersebut pada bagian ujung bawah diberi lubang-lubang, pipa yang berlubang ini berhubungan
dengan air tanah, sehingga di pipa bagian bawah akan terkumpul air, yang selanjutnya dipompa ke
atas secara seri dan selanjutnya dibuang.

b. Metode Elektro Osmosis

Bilamana lapisan tanah terdiri dari tanah lempung, maka pemompaan sangat sulit diterapkan
karena adanya efek kapilaritas yang disebabkan oleh sifat dari tanah lempung itu sendiri. Untuk
mengatasi hal tersebut, maka diperlukan cara elektro osmosis. Pada metode ini digunakan batang
anoda serta katoda. Bila elemen-elemen ini dialiri listrik, maka air pori yang terkandung dalam
batuan akan mengalir menuju katoda (lubang sumur) yang kemudian terkumpul dan dipompa
keluar.
c. Metode kombinasi dengan lubang bukaan bawah tanah

Dilakukan dengan membuat lubang bukaan mendatar didalam tanah guna menampung aliran
air dari permukaan. Beberapa lubang sumur dibuat untuk menyalurkan air permukaan kedalam
terowongan bawah tanah tersebut. Cara ini cukup efektif karena air akan mengalir sendiri akibat
pengaruh gravitasi sehingga tidak memerlukan pompa.

Hal Yang Mempengaruhi Sistem Penyaliran Tambang


 Permeabilitas

Disamping parameter-parameter lain, permeabilitas merupakan salah satu yang perlu


diperhitungkan. Secara umum permeabilitas dapat diartikan sebagai kemapuan suatu fluida
bergerak melalui rongga pori massa batuan.
 Rencana Kemajuan Tambang

Rencana kemajuan tambang nantinya akan mempengaruhi pola alir saluran yang akan
dibuat, sehingga saluran tersebut menjadi efektif dan tidak menghambat sistem kerja yang ada.

 Curah Hujan

Sumber utama air yang masuk ke lokasi penambangan adalah air hujan, sehingga besar
kecilnya curah hujan yang terjadi di sekitar lokasi penambangan akan mempengaruhi banyak
sedikitnya air tambang yang harus dikendalikan. Data curah hujan biasanya disajikan dalam data
curah hujan harian, bulanan, dan tahunan yang dapat berupa grafik atau tabel.

Analisa curah hujan dilakukan dengan menggunakan Metode Gumbel yang dilakukan dengan
mengambil data curah hujan bulanan yang ada, kemudian ambil curah hujan maksimum setiap
bulannya dari data tersebut, untuk sampel dapat dibatasi jumlahnya sebanyak n data.

Dengan menggunakan Distribusi Gumbel curah hujan rencana untuk periode ulang tertentu
dapat ditentukan. Periode ulang merupakan suatu kurun waktu dimana curah hujan rencana
tersebut diperkirakan berlangsung sekali. Penentuan curah hujan rencana untuk periode ulang
tertentu berdasarkan Distribusi Gumbel. Untuk itu data curah hujan harus diolah terlebih dahulu
menggunakan kaidah statistik mengingat kumpulan data adalah kumpulan yang tidak tergantung
satu sama lain, maka untuk proses pengolahannya digunakan analisis regresi metode statistik.
Xr = X +(σxσn) . (Yr– Yn) …………………....................... (3.1 )
Keterangan :
Xr = Hujan harian maksimum dengan periode ulang tertentu (mm)
X = Curah hujan rata-rata
σx = Standar deviasi curah hujan
σn = Reduced standart deviation, nilai tergantung dari banyaknya data
Yr = Reduced variate, untuk periode hujan tertentu (table 3.2)

Tabel 3.1
Periode ulang hujan untuk sarana penyaliran

Keterangan Periode ulang hujan (tahun)


Daerah terbuka 0–5
Sarana tambang 2- 5
Lereng-lereng tambang dan 5- 10
penimbunan
Sumuran utama 10 -25
Penyaliran keliling tambang 25
Pemindahan aliran sungai 100

Untuk menentukan reduced variate digunakan rumus dibawah ini:

Yt = (-ln⁡(-ln(T-1))T …………………....................... (3.2 )


Keterangan:
Yt = Reduced variate (koreksi variasi)
T = Periode ulang (tahun)

Untuk menentukan koreksi rata-rata digunakan rumus:

Yn = ln(-ln⁡(n+1-m))n+1 …………………....................... (3.3 )


Rata-rata Yn, YN = ΣYnN

Untuk menghitung koreksi simpangan (reduced standar deviation) ditentukan dengan rumus
sebagai berikut:
Sn = Σ(Yn-YN)2(n-1) …………………....................... (3.4)
Keterangan:
Yn = Koreksi rata-rata
YN = Nilai rata-rata Yn
n = Jumlah data

Untuk menentukan curah hujan rencana digunakan rumus:


CHR = X + SSn(Yt-YN) …………………....................... (3.5)
Dari hasil perhitungan diperoleh suatu debit rencana dalam satuan mm/hari, yang kemudian
debit ini bisa dibagi dalam perencanaan penyaliran. Selain itu juga harus diperhatikan resiko
hidrologi (PR) yang mungkin terjadi, resiko hidrologi merupakan angka dimana kemungkinan hujan
dengan debit yang sama besar angka tersebut, misalnya 0,4 maka kemungkinan hujan dengan debit
yang sama atau melampaui adalah sebesar 40%. Resiko hidrologi dapat dicari dengan
menggunakan rumus:
PR = 1-(1-1TR) TL …………………....................... (3.6) Keterangan:
PR = Resiko hidrologi
TR = Periode ulang
TL = Umur bangunan

Besarnya intensitas hujan yang kemungkinan terjadi dalam kurun waktu tertentu dihitung
berdasarkan persamaan Mononobe, yaitu :
I = R2424 (24t) 2/3 …………………....................... (3.7)
Keterangan :
R24 = Curah hujan rencana perhari (24jam)
I = Intensitas curah hujan (mm/jam)
t = Waktu konsentrasi (jam)

Hubungan antara derajat curah hujan dan intensitas curah hujan dapat dilihat pada table 3.2

Tabel 3.2
Hubungan Derajat dan Intensitass Curah Hujan

Derajat hujan Intensitas curah Kondisi


hujan (mm/menit)
Hujan lemah 0.02 – 0.05 Tanah basah semua
Hujan normal 0.05 – 0.25 Bunyi hujan terdengar
Hujan deras 0.25 – 1.00 Air tergenang diseluruh
permukaan dan
>1.00 terdengar bunyi dari
Hujan sangat genangan
deras Hujan seperti
ditumpahkan, saluran
pengairan meluap

Perencanaan Saluran Terbuka


Pada perencanaan saluran terbuka ada beberapa faktor lapangan yang perlu diperhatikan
yaitu :
1. Catchment area/water deviden
Catchment area adalah suatu daerah tangkapan hujan yang dibatasi oleh wilayah tangkapan
hujan yang ditentukan dari titik-titik elevasi tertinggi sehingga akhirnya merupakan suatu
poligon tertutup dengan pola yang sesuai dengan topografi dan mengikuti kecenderungan arah
gerak air. Dengan pembuatan catchment area maka diperkirakan setiap debit hujan yang tertangkap
akan terkonsentrasi pada elevasi terendah. Pembatasan catchment area dilakukan pada peta
topografi, dan untuk merencanakan sistem penyalirannya dianjurkan menggunakan peta rencana
penambangan dan peta situasi tambang.

2. Waktu konsentrasi
Waktu konsentrasi adalah waktu yang diperlukan hujan untuk mengalir dari titik terjauh ke
tempat penyaliran. Waktu konsentrasi dapat dihitung dengan rumus dari “Kirpich”.

tc = HL …………………....................... (3.8)
Keterangan :
tc = Waktu terkumpulnya air (menit)
L = Jarak terjauh sampai titik penyaliran (meter)
H = Beda ketinggian dari titik terjauh sampai ke tempat berkumpulnya air (meter)

3. Saluran Terbuka
Bentuk penapang saluran yang paling sering digunakan dan umum adalah bentuk trapesium,
sebab mudah dalam pembuatannya, murah, efisien, mudah dalam perawatannya, dan stabilitas
kemiringan lerengnya dapat disesuaikan dengan keadaan daerahnya.
Setelah diketahui luas penampang bisa ditentukan jari-jari hidrolis dengan Rumus Manning.
Untuk bentuk saluran yang akan dibuat ada beberapa macam bentuk dengan perhitungan
geometrinya sebagai berikut :
Table 3.3

Dimensi Penampang basah


Tinggi
Lebar muka Faktor
Penampang atas (B) air (y) kemiringan (x) Luas (A) Keliling (D) Jari-jari hidrolis (R)

b y b.y b + 2h

- (b. y)/ (b+2y)

1:1 → x : h
1:1,5→x=1,5y
b + 2x y 1:2→x=2y (b+x)y b+2y (1+x2)
(b+x)y/(b+2y(t+x2)1/2
лD (1-
Ф=cos-1((d- Ф/180)+ (лD(1-Ф/180)+4(d-
2(d- 0,5D)/0.5D) (d- Л.D(1- 0,5D)ztgФ)/4лD(1-Ф/180)
0,5D)tgФ d 0,5D)2tgФ Ф/180)

Perhitungan geometri dari beberapa bentuk saluran terbuka

Tabel 3.4
Kemiringan dinding saluran yang sesuai untuk berbagai jenis bahan

Bahan Kemiringan dinding saluran


Batu/cadas Hampir tegak lurus
Tanah gambut/peat ¼:1
Tanah berlapis beton ½:1
Tanah bagi saluran yang lebar 1:1
Tanah bagi parit kecil 1,5 : 1
Tanah berpasir lepas 2:1
Lempung berpori 3:1

Tabel 3.5
Sifat-sifat hidrolik pada saluran terbuka

Kemiringan rata-rata dasar Kecepatan rata-rata


saluran (m/det)
(%)
Kurang dari 1 0,4
1-2 0,6
2-4 0,9
4-6 1,2
6-10 1,5
10-15 2,4

4. Air limpasan (run off)

Air limpasan adalah bagian dari curah hujan yang mengalir di atas permukaan tanah menuju
sungai, danau atau laut. Dalam neraca air digambarkan hubungan antara curah hujan
(CH), evapotranspirasi (ET), air limpasan (RO),infiltrasi (I), dan perubahan permukaan air tanah
(dS), sebagai berikut :

CH = I + ET + RO ± dS …………………....................... (3.9)
Besarnya air limpasan tergantung dari banyak faktor, sehingga tidak semua air yang berasal
dari curah hujan akan menjadi sumber bagi sistem drainase. Dari banyak faktor, yang paling
berpengaruh yaitu :

1. Kondisi penggunaan lahan


2. Kemiringan lahan
3. Perbedaan ketinggian daerah

Faktor-faktor ini digabung dan dinyatakan oleh suatu angka yang disebut koefisien air
limpasan. Penentuan besarnya debit air limpasan maksimum ditentukan dengan
menggunakan Metode Rasional, antara lain sebagai berikut :

Q = 0,278 × C × I × A …………………....................... (3.10)


Keterangan:
Q = Debit air limpasan maksimum (m3/detik)
C = Koefisien limpasan (Tabel 3.7)
I = Intensitas curah hujan (mm/jam)
A = Luas daerah tangkapan hujan (km2)

Penggunaan Rumus Rasional mengasumsikan bahwa hujan merata di seluruh daerah


tangkapan hujan, dengan lama waktu hujan sama dengan waktu konsentrasi.

Jenis Material

Jenis material pada areal penambangan berpengaruh terhadap kondisi penyebaran air
limpasan karena untuk setiap jenis dan kondisi material yang berbeda memiliki koefisien materialnya
masing-masing. Beberapa perkiraan koefisien limpasan terlihat pada tabel 3.6:

Tabel 3.6
Beberapa harga koefisien kekasaran manning

Tipe dinding saluran n


Semen 0,010 – 0,014
Beton 0,011 – 0,016
Bata 0,012 – 0,020
Besi 0,013 – 0,017
Tanah 0,020 – 0,030
Gravel 0,022 – 0,035
Tanah yang ditanami 0,025 – 0,040

Tabel 3.7
Koefisien material dan kecepatan izin aliran

No Material Nilai Kecepatan aliran


(m/det)
n Air jernih Air keruh
1 Pasir halus koloida 0.020 0.457 0.672
2 Lanau kepasiran non koloida 0.020 0.534 0.762
3 Lanau non koloida 0.020 0.610 0.914
4 Lanau alluvial non koloiada 0.020 0.610 1.067
5 Lalau kaku 0.020 0.672 1.067
6 Debu vulkanis 0.020 0.672 1.067
7 Lempung kompak 0.025 1.143 1.525
8 Lanau alluvial, koloida 0.025 1.143 1.524
9 Kerikil halus 0.025 0.672 1.524
10 Pasir kasar non koloida 0.030 1.143 1.524
11 Pasir kasar koloida 0.025 1.129 1.829
12 Batuan D 20 mm 0.028 1.340 1.9
13 Batuan D 50 mm 0.028 1.980 2.4
14 Batuan D 100 mm 0.030 2.810 3.4
15 Batuan D 200 mm 0.030 3.960 4.5
16 Tanah berumput 0.030 - 2
17 Pasangan batau 0.017 - 5
18 Tembok diplester 0.010 - 5

Perencanaan Sump

Sump merupakan kolam penampungan air yang dibuat untuk menampung air limpasan, yang
dibuat sementara sebelum air itu dipompakan serta dapat berfungsih sebagai pengendap lumpur.
Tata letak sump akan dipengaruhi oleh sistem drainase tambang yang disesuaikan dengan geografis
daerah tambang dan kestabilan lereng tambang.

Perencanaan Sistem Pemompaan

1. Tipe sistem pemompaan


Sitem pemompaaan dikenal ada beberapa macam tipe sambungan pemompaan yaitu :
a. Seri
Dua atau beberapa pompa dihubungkan secara seri maka nilai head akan bertambah sebesar
jumlah head masing-masing sedangkan debit pemompaan tetap.
b. Pararel
Pada rangkaian ini, kapasitas pemompaan bertambah sesuai dengan kemampuan debit masing-
masing pompa namunhead tetap. Kemudian untuk kebutuhan pompa ada dua hal yang perlu untuk
diperhatikan

2. Batas Kapasitas Pompa


Batas atas kapasitas suatu pompa pada umumnya tergantung pada kondisi berikut ini :
a. Berat dan ukuran terbesar yang dapat diangkut dari pabrik ke tempat pemasangan.
b. Lokasi pemasangan pompa dan cara pengangkutannya.
c. Jenis penggerak dan cara pengangkatannya.
d. Pembatasan pada besarnya mesin perkakas yang dipakai untuk mengerjakan bagian-bagian pompa
e. Pembatasan pada performansi pompa.

3. Pertimbangan ekonomi
Pertimbangan ini menyangkut masalah biaya, baik biaya investasi untuk pembangunan
instalasi maupun biaya operasi dan pemeliharaannya.
4. Julang total pompa
Julang total pompa yang harus disediakan untuk mengalirkan jumlah air seperti
direncanakan, dapat ditentukan dari kondisi instalasi yang akan dilayani oleh pompa. Julang total
pompa dapat ditulis sebagai berikut :

Ht=hc+ hv+hf+ hI …………………....................... (3.11 )


Keterangan :
Ht = Julang total pompa (m)
hc = Julang statis total (m)
hv = Velocity head (m)
hf = Julang gesek (m)
hI = Jumlah belokan (m)

a. Julang statis (static head)


Adalah kehilangan energi yang disebabkan oleh perbedaan tinggi antara tempat
penampungan dengan tempat pembuangan.

hc = h2 – h1 …………………....................... (3.12 )
Dimana :
h2 = Elevasi air keluar
h1 = Elevasi air masuk

b. Julang kecepatan (velocity head)


Julang kecepatan adalah kehilangan yang diakibatkan oleh kecepatan air yang melalui
pompa.
hv =
( v22 ×g ) …………………....................... (3.13)
Dimana :
v = Kecepatan air yang melalui pompa (m/detik)
g = Gaya gravitasi (m/detik)

c. Julang kerugian gesek dalam pipa


Untuk menghitung julang kerugian gesek didalam pipa dapat dipakai salah satu dari dua
rumus berikut ini :
V = C . Rp. Sq …………………....................... (3.14)
Atau
hf = λ. LD . v22g …………………....................... (3.15)
Keterangan :
v = Kecepatan rata-rata aliran didalam pipa (m/dtk)
C,p,q = Koefisien-koefisien
R = Jari-jari hidrolik (m)
S = Gradien hidrolik
hf = Julang kerugian gesek dalam pipa (m)
λ = Koefisien kerugian gesek
g = Percepatan gravitas (ms-2)
L = Panjang pipa (m)
D = Diameter pipa (m)

Selanjutnya untuk aliran turbulen julang kerugian gesek dapat dihitung dengan berbagai
rumus empiris.
i. Rumus Darcy
Dengan cara Darcy, maka koefisien kerugian gesek (λ) dinyatakan sebagai berikut:

λ = 0,020 + 0,0005D …………………....................... (3.16)


Rumus ini berlaku untuk pipa baru dari besi cor. Jika pipa telah dipakai selama bertahun-
tahun, harga koefisien kerugian gesek (λ) akan menjadi 1,5 sampai 2 kali harga barunya.
ii. Rumus Hazen-Williams
Rumus ini pada umumnya dipakai untuk menghitung kerugian head dalam pipa yang relatif
sangat panjang.

V = 0,849CR0,63S0,54 …………………....................... (3.17)


Atau
Hf = 10,666.Q1,85x LC1,85 D4,85 …………………....................... (3.18)
Keterangan :
hf = Julang kerugian (m)
v = Kecepatan rata-rata didalam pipa (m/s)
C = Koefisien (table 3.9 )
R = Jari-jari hidrolik (m)
S = Gradien hidrolik (S=hfL )Q = Laju Aliran ( m3/s)
L = Panjang pipa

Tabel 3.8
Kondisi pipa dan harga koefisien (Formula Hazen-William)
Jenis Pipa C
Pipa besi cor baru 130
Pipa besi cor tua 100
Pipa baja baru 120-130
Pipa baja tua 80-100
Pipa dengan lapisan semen 130-140
Pipa dengan lapisan terarang 140 d. Julang kerugian dalam jalur pipa
batu
Dalam aliran melalui jalur
pipa, kerugian juga akan terjadi apabila ukuran pipa, bentuk penampang atau arah aliran berubah.
Kerugian ditempat-tempat transisi yang demikian ini dapat dinyatakan secara umum dengan rumus:
hf = n. f. v22g …………………....................... (3.19)
Keterangan :
v = kecepatan rata-rata di dalam pipa (m/s)
f = Koefisien kerugian
g = Percepatan gravitasi (9.8m/dtk2)
hf = Julang kerugian (m)

Cara menentukan harga koefisien kerugian (f) untuk berbagai bentuk transisi pipa akan
diperinci seperti dibawah ini:

Jika kecepatan aliran (v) setelah masuk pipa, maka harga koefisien kerugian dari rumus
(3.17) untuk berbagai bentuk ujung masuk pipa menurut Weisbach adalah sebagai berikut:
f = 0,5 ………………..……………………………………………………. (i1)
f = 0,25 ……………..………………………………………………………. (i2)
f = 0,06 (untuk r kecil) sampai …………...………………………………. (i3)
f = 0,005 (untuk r besar) ……..……………………………………………. (i4)
f = 0,56 …………...………………………………………………………… (i5)
f = 3,0 ( untuk sudut tajam) sampai
f = 1,3 (untuk sudut 45) …………………...………………………………. (i6)
f = fi + 0,3 cos θ + 0,2 cos θ, dimana fi adalah koefisien bentuk dari ujung masuk dan mengambil
2

harga (i1) sampai (i6) sesuai dengan bentuk yang dipakai.


Bila ujung pipa isap yang berbentuk lonceng dan tercelup dibawah permukaan air maka
harga f berkisar antara 0,2 sampai 0,4. Terdapat dua macam belokan, yaitu belokan lengkung dan
belokan patah. Untuk belokan lengkung digunakan rumus:

f = [0,131 + 1,847 (D/2R)3,5] (θ90 )0,5 ………......................... (3.20)


Dari percobaan Weisbach dihasilkan rumus yang umum dipakai untuk belokan patah
adalah:

f = 0,946 sin2.θ/2 + 2,047 sin4.θ/2 .…………......................... (3.21)


keterangan :

f = Koefisien kerugian
R = Jari-jari lengkung belokan
θ = Sudut belokan

e. Daya poros dan efisiensi pompa


e.i Daya air
Daya air adalah energi yang secara efektif diterima oleh air dari pompa persatuan waktu. Daya air
(Pw) dapat dihitung dengan menggunakan Rumus:

Pw = γ. Q . H …………......................... (3.22)

Keterangan:
γ = Bobot isi air (kN/m3)
Q = Kapasitas (m3/detik)
H = Julang total (m)
Pw = Daya air (kW)

e.ii Daya poros


Daya poros yang diperlukan untuk menggerakkan pompa adalah sama dengan daya air ditambah
kerugian daya di dalam pompa. Daya poros (P) dapat dihitung dengan menggunakan rumus:
P = Pwηρ …………………....................... (3.23)
Keterangan:
ηρ = Efesiensi pompa
P = Daya poros

Efesiensi pompa untuk pompa-pompa jenis khusus harus diperoleh dari pabrik pembuatnya.

Settling Pond
Berfungsi sebagai tempat menampung air tambang sekaligus untuk mengendapkan
partikel-partikel padatan yang ikut bersama air dari lokasi penambangan, kolam pengendapan ini
dibuat dari lokasi terendah dari suatu daerah penambangan, sehingga air akan masuk ke settling
pond secara alami dan selanjutnya dialirkan ke sungai melalui saluran pembuangan.
Dengan adanya settling pond, diharapkan air yang keluar dari daerah penambangan sudah
bersih dari partikel padatan sehingga tidak menimbulkan kekeruhan pada sungai atau laut sebagai
tempat pembuangan akhir. Selain itu juga tidak menimbulkan pendangkalan sungai akibat dari
partikel padatan yang terbawa bersama air.
Bentuk settling pond biasanya hanya digambarkan secara sederhana, yaitu berupa kolam
berbentuk empat persegi panjang, tetapi sebenarnya dapat bermacam-macam bentuk disesuaikan
dengan keperluan dan keadaan lapangannya. Walaupun bentuknya dapat bermacam-macam,
namun pada setiap settling pond akan selalu ada 4 zona penting yang terbentuk karena proses
pengendapan material padatan. Keempat zona tersebut adalah :

1. Zona masukan (inlet)


Merupakan tempat masuknya air lumpur kedalam settling pond dengan anggapan campuran
padatan-cairan yang masuk terdistribusi secara seragam.

2. Zona pengendapan (settlement zone)


Merupakan tempat partikel padatan akan mengendap. Batas panjang zona ini adalah panjang
dari kolam dikurangi panjang zona masukan dan keluaran.

3. Zona endapan lumpur (sediment)


Merupakan tempat partikel padatan dalam cairan (lumpur) mengalami sedimentasi dan
terkumpul di bagian bawah kolam.

4. Zona keluaran (outlet)


Merupakan tempat keluaran buangan cairan yang jernih. Panjang zona ini kira-kira sama
dengan kedalaman kolam pengendapan, diukur dari ujung kolam pengendapan.

Ukuran Settling Pond


Untuk menentukan dimensi settling pond dapat dihitung berdasarkan hal-hal sebagai
berikut:
1. Diameter partikel padatan yang keluar dari kolam pengendapan tidak lebih dari 9 x 10-6 m, karena
akan menyebabkan pendagkalan dan kekeruhan sungai.
2. Kekentalan air
3. Partikel dalam lumpur adalah material yang sejenis
4. Kecepatan pengendapan material dianggap sama
5. Perbandinga dan cairan padatan diketahui

Luas settling pond dapat dihitung dengan menggunakan rumus:


A = QtotalV ….…………………....................... (3.24)
Keterangan:
A = Luas settling pond (m2)
Qtotal = Debit air yang masuk settling pond (m3/detik)
V = Kecepatan pengendapan (m/dtk)
Perhitungan Prosentasi Pengendapan

perhitungan prosentase pengendapan ini bertujuan untuk mengetahui kolam pengendapan


yang akan dibuat dapat berfungsih untuk mengendapkan partikel padatan yang terkandung dalam
air limpasan tambang. Untuk perhitungan, diperlukan data-data antara lain (%) padatan dan persen
(%) air yang terkandung dalam lumpur
Waktu yang dibutuhkan partikel untuk mengendap dengan kecepan (V) sejauh (h) adalah:
tv = hV(detik) …………………....................... (3.25)
Waktu yang dibutuhkan partikel untuk keluar dari kolam pengendapan dengan kecepatan (Vh)
adalah:
Vh = QtotalA …………………....................... (3.26)
Th = PVh (detik) …………………....................... (3.27)
Dalam proses pengendapan ini partikel mampu mengendap dengan baik jika (tv) tidak lebih
besar dari (th).
Persentase pengendapan = th(th+tv) x 100% ……………..................... (3.28)

Diposting 21st September 2012 oleh Syaiful049

8
Lihat komentar

Memua
Tema Tampilan Dinamis. Diberdayakan oleh Blogger.

Sistem Pengolahan Air (SPA)

Air untuk produksi (Air untuk Penggunaan Farmasi/APF atau Water for Pharmaceutical Use/WPU)
memegang peranan penting dan kritis dalam industri farmasi. Hal ini disebabkan beberapa hal,
antara lain :

 Air merupakan bahan baku, dalam jumlah besar, terutama untuk produk Sirup, Obat suntik
cair, cairan infus, dan lain-lain sehingga apabila tercemar, beresiko sangat fatal bagi
pemakai.
 Untuk memastikan produksi obat yang bermutu dan aman bagi para pengguna.

Terdapat 3 hal yang diatur di dalam Sistem Pengolahan Air, yaitu :

1. Spesifikasi Mutu Air


2. Sistem Pemurnian Air
3. Sistem Penyimpanan dan Distribusi Air

– Konsep Dasar Sistem Pengolahan Air (SPA) –

Selanjutnya, mari kita bahas masing-masing hal tersebut satu persatu

1. Spesifikasi Mutu Air

Secara garis besar, Spesifikasi Mutu Air dapat dibagi menjadi beberapa “grade” sebagai berikut :

 Air Pasokan (Feed Water)


 Air Murni (Purified Water)
 Air dengan Tingkat Pemurnian yang Tinggi (Highly Purified Water/HPW)
 Air Untuk Injeksi (Water for Injection/WFI)
 Air dengan Mutu Tertentu untuk Proses dan Pembuatan Bentuk Sediaan

Berikut adalah sebagian persyaratan spesifikasi mutu macam-macam air yang digunakan :

Sedangkan penggunaan dari masing-masing air tersebut adalah sbb :

Catatan : Persyaratan Air Murni dan Air Untuk Injeksi, dapat dilihat pada masing-masing monografi
(lihat Farmakope terbaru)

2. Sistem Pemurnian Air

Kecuali untuk pembuatan WFI, sistem pemurnian air TIDAK DITETAPKAN dalam kompendia. Jadi
Industri Farmasi masing-masing “bebas” untuk menentukan sistem mana yang paling sesuai dengan
tujuan penggunaannya.

Desain, konfigurasi dan tata letak peralatan pemurnian air, sistem penyimpanan dan distribusi harus
mempertimbangkan hal-hal sbb :

 Ketersediaan ruang untuk instalasi


 Beban struktural dalam bangunan
 Ketersediaan akses yang memadai (terutama untuk pemeliharaan dan pengawasan)
 Kemampuan penanganan bahan kimia untuk regenerasi dan sanitasi secara aman.

Berikut salah satu contoh desain dan konfigurasi sistem pemurnian air.

Mekanisme kerja Purified Water System

Purified water system merupakan sistem pengolahan air yang dapat menghilangkan berbagai
cemaran (ion, bahan organik, partikel, mikroba dan gas) yang terdapat di dalam air yang akan
digunakan untuk produksi. Air (raw water) pengolahan air dapat diperoleh dari air PDAM (city
water), Shallow well (sumur dangkal) dengan kedalaman 10-20 m, atau berasal dari Deep
well(sumur dalam) dengan kedalaman 80-150 m. Variasi mutu dari pasokan air mentah (raw water)
yang memenuhi syarat ditentukan dari target mutu air yang akan dihasilkan. Demikian pula mutu air
menentukan peralatan yang diperlukan untuk pengolahan air tersebut. Purified water system terdiri
dari: Multimedia filter, Carbon filter, Water softener, Heat Exchanger (HE), Micro filter, Ultra
filtration (R.O = Reverse Osmosis), dan Electro De-Ionization (EDI).
Multimedia filter. Multimedia filter berfungsi untuk menghilangkan lumpur, endapan dan partikel-
partikel yang terdapat pada raw water. Multimedia filter terdiri dari beberapa filterdengan porositas 6-
12 mm; 2,4 – 4,8 mm; 1,2-2,4 mm; dan 0,6-1,2 mm. Filter-filter ini tersusun dalam
satu vessel (tabung) dengan bagian bawah tabung diberikan gravel atau pasir sebagai
alas vessel (sehingga sering juga disebut dengan sand filter).

Active Carbon filter. Carbon aktif adalah karbon yang telah diaktifkan dengan menggunakan uap
bertekanan tinggi atau karbon dioksida (CO2) yang berasal dari bahan yang memiliki
daya adsorbsi yang sangat tinggi. Biasanya digunakan dalam bentuk granular (butiran). Active
carbonberfungsi sebagai pre-treatment sebelum proses de-ionisasi untuk
menghilangkan chlorine, chloramine, benzene, pestisida, bahan-bahan organik, warna, bau dan
rasa dalam air.

Water Softener Filter. Water softener filter berisi resin anionik yang berfungsi untuk menghilangkan
dan/atau menurunkan kesadahan air dengan cara mengikat ion Ca++ dan Mg++ yang
menyebabkan tingginya tingkat kesadahan air.

Reverse Osmosis. Reverse osmosis merupakan teknik pembuatan air murni (purified water) yang
dapat menurunkn hingga 95% Total Dissolve Solids (TDS) di dalam air. Reverse osmosis terdiri dari
lapisan filter yang sangat halus (hingga 0,0001 mikron)

EDI (Elektonic De-Ionization). EDI merupakan perkembangan dari Ion Exchange system dimana
sebagai pengikat ion (+) dan (-) dipakai juga elektroda disamping resin. Elektroda ini dihubungkan
dengan arus listrik searah sehingga proses pemurnian air dapat berlangsung terus menerus tanpa
perlu regenerasi. Setelah melewati EDI, selanjutnya purified water yang dihasilkan ditampung dalam
tanki penampungan (storage tank) yang dilengkapi dengan CIP (cleaning in place) dan looping
system dan siap didistribusikan ke ruang produksi.

3. sistem Penyimpanan dan Distribusi Air

Sistem penyimpanan dan distribusi merupakan salah satu bagian penting dari seluruh sistem, dan
harus dirancang terintegrasi sepenuhnya dengan komponen sistem pemurnian air. Sistem
penyimpanan dan distribusi harus dikonfigurasikan untuk mencegah kontaminasi berulang terhadap
air setelah pengolahan. Konfigurasi ini harus
menerapkan kombinasi pemantauan online dan offline untuk menjamin spesifikasi air
yang tepat dipertahankan. Selanjutnya, setelah air dimurnikan dengan menggunakan metode yang
sesuai, dapat digunakan secara langsung atau lebih sering, disalurkan ke dalam tangki
penyimpanan untuk didistribusikan ke titik pengguna.

Teknik pengendalian biokontaminasi

Salah satu permasalah yang harus mendapat perhatian serius selama penyimpanan dan distribusi
air adalah masalah pengendalian proliferasi mikroba. Terdapat beberapa teknik yang digunakan
terpisah atau, lebih sering, dalam kombinasi, yaitu :

 Mempertahankan sirkulasi aliran turbulen secara kontinu dalam sistem distribusi air untuk
mengurangi kecenderungan pembentukan biofilm
 Desain sistem yang memastikan pipa sependek mungkin
 Dalam sistem bersuhu ambien, pipa dilindungi terhadap pengaruh pipa panas yang
berdekatan
 Deadlegs pada instalasi pipa lebih kecil dari tiga kali diameter pipa cabang
 Pengukur tekanan dipisahkan dari sistem dengan membran
 Penggunaan katup diafragma yang higienis
 Sistem pemipaan dipasang dengan kemiringan tertentu untuk memungkinkan pengosongan
“drainable”
 Penghambatan pertumbuhan mikroba dengan cara berikut: – radiasi ultraviolet dalam sistem
pemipaan; mempertahankan pemanasan sistem (pada suhu acuan > 65″C); sanitasi sistem
secara berkala menggunakan air panas (pada suhu acuan >70″C) atau air panas
superheated atau uap murni; dan sanitasi rutin secara kimiawi menggunakan ozon atau
bahan kimia yang cocok.

Jika digunakan sanitasi kimiawi, penting untuk membuktikan residu bahan kimia telah dihilangkan
sebelum air digunakan. Ozon dapat dihilangkan secara efektif menggunakan radiasi ultraviolet pada
panjang gelombang 254 nm yang jam
penggunaannya diperiksa secara berkala.

Kualifikasi dan Inspeksi Sistem Pengolahan Air

Sistem Pengolahan Air merupak sistem kritis yang berdampak langsung terhadap mutu, sehingga
parameter mutu kritis sistem tersebut harus dikualifikasi. Kualifikasi yang akan dilakukan harus
mengikuti kaidah validasi yang mencakup Kualifikasi Desain (KD), kualfikasi Instalasi (KI), Kualifikasi
Operasional (KO) dan Kualifikasi Kinerja (KK) sesuai dengan Pedoman CPOB. KD, KI dan KO
sangat tergantung dari masing-masing sistem yang diinstall oleh masing-masing industri farmasi,
sehingga Juknis CPOB tidak memberikan guideline yang spesifik. juknis CPOB (dan juga POPP
CPOB) hanya memberikan guideline mengenai pelaksanaan KK (kualifikasi Kinerja) dengan
pendekatan 3 fase, yaitu fase 1, fase 2 dan fase 3. Berikut ringkasan pelaksanaan KK 3 fase :

Inspeksi Sistem Pengolahan Air

SPA merupakan salah satu sarana penunjang kritis, sehingga senantiasa menjadi “subyek” inspeksi
oleh Badan POM. Berikut adalah acuan yang dapat digunakan mengenai apa saja yang perlu
disiapkan dalam pelaksanaan inspeksi atau audit mutu :

 Gambar SPA terakhir yang menunjukan semua peralatan dalam sistem denganpenandaan
fungsi alat mulai dari awall inlet sampai titik pengguna lengkap dengantitik pengambilan
sampel;
 Gambar pemipaan yang disetujui (misal, ortografis dan/ atau isometris);
 Pola pengambilan sampel dan pemantauan dilengkapi gambar semua titik sampel;
 Program pelatihan untuk pengambilan dan pengujian sampel;
 Penetapan batas waspada dan batas bertindak untuk pemantauan;
 Pemantauan hasil dan evaluasi tren;
 Pemeriksaan terhadap kajian sistem tahunan yang terakhir;
 Pengkajian perubahan terhadap sistem sejak inspeksi terakhir dan pemeriksaan apakah
pengendalian perubahan telah diimplementasikan;
 Pengkajian terhadap penyimpangan yang tercatat dan investigasinya;
 lnspeksi umum terhadap status dan kondisi sistem;
 Pengkajian catatan perawatan, kegagalan dan perbaikan; dan
 Pemeriksaan kalibrasi dan standardisasi instrumen kritis.

Demikian, secara sekilas gambaran mengenai Sistem Pengolahan Air, sesuai dengan CPOB 2012.

Semoga bermanfaat.

Salam hangat

Penjelasan Reverse osmosis 1

Perkenalan singkat sistem Reverse Osmosis


Sistem reverse osmosis adalah merupakan salah satu proses yang banyak digunakan untuk
pemurnian air atau yang biasa disebut desalinasi (atau menghilangkan garam dari air laut). Selain
dari hal itu, reverse osmosis dapat digunakan juga untuk daur ulang air, dari air kotor menjadi air
bersih, pengolahan air limbah, pemurnian air untuk kebutuhan industri seperti Boiler, chiller,
cooling water atau digunakan untuk bahan percampuran untuk produk kosmetik atau campuran
makanan.

Permasalahan pada air ini telah menjadi ancaman secara global yang sangat mendesak. dimulai
dengan kekeringan air, wabah penyakit yang menyebar lewat air, Banjir yang melanda
dibeberapa daerah di Indonesia sampai pada kenaikan permukaan air laut yang memperparah
dampak dari banjir yang ada. Terkait dengan masalah ini, pemerintah dan seluruh rakyat
indonesia diharapkan memiliki kesadaran akan tanggung jawab mengenai air.

mesin ro reverse osmosis menjawab kebutuhan dari salah satu permasalahan yang ada pada air,
yaitu pengolahan air menjadi air bersih sehingga kekurangan air bersih dapat diatasi. Aplikasi
sistem reverse osmosis digunakan untuk mengatasi beberapa kekhawatiran ini. Di Perth,
Australia ( terutama yang berada pada daerah yang kering gersang, yang dimana dikelilingi oleh
laut ), Hampir 17 persen air minum didaerah tersebut merupakan air hasil olahan sistem
desalinasi yang menggunakan sistem osmosa terbalik atau RO dalam prosesnya. Sumber ( The
Economist)

Didunia, total dari sistem desalinasi yang menggunakan osmosa terbalik mencapai 13.000 unit
menurut Asosiasi Desalinasi International. Itu merupakan sistem dengan kapasitas yang cukup
besar. Belum lagi dengan kapasitas yang kecil dan menengah. Sampai saat ini sistem Osmosa
terbalik menjadi dominasi sistem yang di minati oleh banyak pelaku usaha dibandingkan dengan
sistem Distilasi.

Saat ini kita sudah mengetahui kegunaan dari sistem RO yaitu untuk mengubah air laut menjadi
air minum. Itu adalah salah satu fungsi dari reverse osmosis. Terlepas dari fungsi fungsinya yang
lain. Tapi apakah kita mengetahui cara kerja dari RO tersebut ? terlebih dahulu kita harus
mengetahui cara kerja dari mesin RO sendiri, Dibuat dari bahan semipermeable menjadi
membrane RO dengan pori pori 0.0001 mikron. Kemudian membrane ditekan dengan tekanan
tinggi 70psi hingga 600psi tergantung pada sistem yang digunakan, untuk menghasilkan air yang
mendekati murni. Untuk lebih lanjutnya, di lain waktu akan kami jelaskan secara lebih detail
bagaimana membrane RO bekerja.
Sumber disadur dari : science.howstuffworks.com/

Anda mungkin juga menyukai