Anda di halaman 1dari 30

LAPORAN PRAKTIKUM

OPERASI TEKNIK KIMIA 1


(STK4227)

PERCOBAAN 8
ENERGY LOSSES IN BENDS

DOSEN PEMBIMBING: Dr. Ir. DONI RAHMAT WICAKSO, ST., M.Eng

DISUSUN OLEH:
KELOMPOK X (SEPULUH)

AHMAD RAIHAN FIRDAUS (2010814310002)


BELLA FEBRIANTY PUTRI S. (2010814220021)
RAYHAN MAHESWARA R. (2010814210020)

PROGRAM STUDI S-1 TEKNIK KIMIA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
BANJARBARU

2022
ABSTRAK

Energy losses in bends merupakan peristiwa kehilangan energi yang diakibatkan oleh
sambungan pipa (fitting). Bahan padatan memiliki bentuk dan ukuran yang berbeda dan ada juga
material yang memiliki ukuran tertentu dan seragam. Sehingga penanganan diperlukan adanya
proses perubahan bentuk material baik berupa proses penghalusan atau pengecilan ukuran
terutama untuk bahan padatan. Tujuan dari percobaan ini adalah menentukan faktor kehilangan
energi pada pipa (headloss factor, k) karena fitting¸seperti belokan (bend), kontraksi, pembesaran
dan gate valve dengan cara pengukuran perbedaan tekanan (pressure drop) yang terjadi pada
fitting.
Nilai Bilangan Reynolds yang diperoleh berdasarkan hasil perhitungan pada bukaan 1,
1¼ , 1½ dan 1¾ pada semua fitting adalah lebih dari 4100 yang berarti aliran yang terbentuk
adalah turbulen. Headloss terbesar terdapat pada fitting elbow bend yaitu sebesar 0,035 m pada
bukaan 1¾ karena belokan yang membentuk siku-siku (90° ) dengan cross sectional area yang
sangat kecil sehingga menimbulkan tekanan yang besar. Sedangkan headloss terkecil terdapat
pada fitting enlargement dan mitre bend yaitu sebesar 0,002 pada bukaan 1 . Nilai dari koefisien
kehilangan terbesar terdapat pada fitting contraction, long bend dan elbow bend pada bukaan 1
dengan nilai yang sama sebesar 2,6700. Sedangkan koefisien kehilangan terkecil terdapat pada
fitting mitre bend yaitu sebesar 0,2919 pada bukaan 1¾.

Kata Kunci: Fitting, Reynolds number, Headloss, cross sectional area.

VIII-i
PERCOBAAN 8
ENERGY LOSSES IN BENDS

8.1 PENDAHULUAN

8.1.1 Tujuan Percobaan


Tujuan dari percobaan ini adalah menentukan faktor kehilangan energi
pada pipa (headloss factor, k) karena fitting seperti belokan (bends), kontraksi dan
pembesaran dengan cara pengukuran perbedaan tekanan (pressure drop) yang
terjadi pada fitting.

8.1.2 Latar Belakang


Fluida biasanya ditransfer melalui pipa atau tabung yang melingkar dalam
penampilan dan tersedia dalam berbagai ukuran ketebalan dinding dan bahan
penyusun. Pipa sambung atau fitting dan katup bersifat menghambat aliran norma
dan menyebabkan gesekan tambahan titik pipa yang memiliki ukuran pendek dan
mempunyai banyak sambungan, memiliki rugi gesek (friction losses) yang lebih
besar pada sambungan dibandingkan pipa lurus (McCabe dkk., 1993).
Selama fluida mengalir melalui pipa banyak terjadi rugi tekanan yang
disebut mayor headloss dan minor headloss. Koefesien kerugian tekanan dapat
didefinisikan pada karakteristik akibat aliran pada percabangan sebagai fungsi
stagnasi atau total tekanan. Apabila fluida mengalir melalui suatu percabangan
maka akan terjadi separasi yang mengakibatkan terjadinya kerugian tekanan
(Djalil dkk., 2019).
Aplikasi energy losses in bends dalam industri adalah pada pendistribusian
air. Dilihat dari jenis belokannya terdapat dua jenis belokan dalam sambungan
pipa, yaitu sambungan belokan patah dan sambungan belokan yang berjari-jari
(Zainudin dkk., 2012). Oleh karena itu, percobaan ini penting dilakukan agar
praktikan dapat mengaplikasikan penanggulangan masalah energy losses in bends
dalam bidang industri.

VIII-1
8.2 DASAR TEORI

Gerakan muncul di dalam lapisan batas karena kerja yang dilakukan oleh
gaya gesek dalam menjaga gradien kecepatan di kedua aliran turbulen dan laminar
dikonversikan menjadi kalor oleh aktivitas viscous. Gesekan yang terbentuk Di
lapisan batas yang tidak terpisah disebut gesekan kulit (skin friction). Saat lapisan
batas yang menjadi terpisah dan ikut terbentuk, timbul lagi energi disipasi
tambahan dan tipe gesekan yang terjadi merupakan fungsi dari posisi dan bentuk
benda padat yang bersangkutan titik dalam situasi tertentu baik skin friction dan
form friction dapat bekerja bersama-sama, tetapi dalam derajat yang berbeda.
Gerakan total, meliputi kedua macam kehilangan (rugi) karena gesekan yang
terjadi (McCabe dkk., 1993).
Pressure drop adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan
penurunan tekanan dari suatu titik di dalam pipa atau aliran air. Gaya gesek pada
fluida seperti yang mengalir melalui tabung. Pada aliran suatu fase, pressure drop
dipengaruhi oleh Reynolds number yang merupakan fungsi dari viskositas fluida
dan diameter pipa (Zainudin dkk., 2012).
Pipa sambungan atau fitting dan katup (valve) bersifat menghambat aliran
normal dan akan menyebabkan gesekan tambahan tipe hifa yang memiliki ukuran
pendek dan mempunyai banyak sambungan, memiliki rugi gesek (friction loss)
dari sambungan yang lebih besar dibandingkan dengan pipa lurus. Rugi gesek
atau hff dari sambungan bisa didapatkan dari persamaan berikut (McCabe dkk.,
1993):

hff = Kf . Va2 …(8.1)


2g

Dimana:
Kf = Faktor rugi pipa sambung
Va = Kecepatan rata – rata dalam pipa menuju pipa sambung (m/s)
g = Percepatan gravitasi (m/s2)
hff = Kerugian gesek oleh pipa sambung (m)

VIII-2
VIII-3

Terjadi penghilangan energi pada fluida yang disebabkan oleh fitting.


Kerugian gesekan permukaan pada aliran melalui pipa lurus yang dihitung dengan
menggunakan pembesaran faktor gesekan. Metode untuk memperkirakan
kerugian akan dibahas di bawah ini (Geankoplis, 1997):
1. Sudden Enlargement Losses 
Jika section pipa membesar secara perlahan-lahan sangat kecil atau tidak
ada headloss. Apabila terjadi perubahan tiba-tiba, ini menyebabkan
additional losses karena ekspansi pada bagian yang terjadi membesar.

2
2
( v 1 – v 2) (1− A 1 )2 v 1 v 12 J
hex = = = kex
2a A 2 2∝ 2∝ kg
…(8.2)

Dimana:
hex = Headloss sudden expansion
v1 = Kecepatan awal
v2 = Kecepatan akhir
A1 = Luas permukaan bagian pertama
A2 = Luas permukaan bagian kedua
kex = Konstanta sudden expansion
J =Energi
g = Percepatan gravitasi

2. Sudden Contraction Losses 


Bila saluran penampang tiba-tiba mengecil, arus fluida tidak dapat
mengikuti perubahan arah diseputar sudut yang tajam pada penyempitan
ini dan arus memisah dinding pipa. Rugi gesek karena kontraksi tiba – tiba
itu sebanding dengan tinggi tekan kecepatan di dalam saluran yang lebih
kecil. Berikut persamaan yang dapat dilihat:
VIII-4

2 2
v v J
hc = 0,55 (1− A 2 ) 1 = kc 2 …(8.3)
A1 2∝ 2∝ g

Dimana:
hc = Headloss sudden contraction
v1 = Kecepatan awal
v2 = Kecepatan akhir
A1 = Luas permukaan bagian pertama
A2 = Luas permukaan bagian kedua
kc = Konstanta sudden contraction
J = Energi
g = Percepatan gravitasi

3. Friction losses in Fitting and Valve


Pipe fitting and valve juga menghambat aliran normal dalam sebuah pipa
dan menyebabkan tambahan friction losses. Suatu pipa pendek terdapat
banyak sambungan (fitting). Friction losses dari fitting mungkin lebih
besar daripada yang berasal dari bagian pipa lurus. Friction losses untuk
fitting dan valve diberikan oleh persamaan berikut:

v 12
hff = Kf …(8.4)
2
Dimana:
hf = Headloss pipa sambung
kf = Konstanta pipa sambung
v1 = Kecepatan mula – mula

4. Friction loss in Mechanical Energy Balance Equation

∆L v
2
v 12 v 22 v 12
∈ f =4+ +kex +kc +kf …(8.5)
D 2 2 2 2
VIII-5

Dimana:
∈f = Friction headloss
∆L = Jarak
v = Kecepatan
kex = Konstanta sudden expansion
kc = Konstanta sudden contraction
D = Diameter
kf = Konstanta pipa sambung

Jika V1 = V2 = V3 maka persamaan menjadi :

2
∆L v
∈ f =(4 + + kex +kc +kf ) …(8.6)
D 2

Aliran fluida dalam pipa pada kenyataannya Mengalami penurunan


tekanan seiring dengan panjang pipa yang dilalui fluida tersebut. Menurut teori
dalam mekanika fluida Hal ini disebabkan karena fluida yang mengalir memiliki
viskositas. Viskositas ini menyebabkan timbulnya gaya gesek yang sifatnya
menghambat. Untuk melawan gaya gesek tersebut diperlukan energi sehingga
mengakibatkan adanya energi yang hilang pada aliran fluida. Energi yang hilang
ini mengakibatkan penurunan tekanan aliran fluida atau disebut juga kerugian
tekanan. Hasil penelitian menunjukkan hubungan antara bilangan reynold dengan
faktor gesekan adalah berbanding terbalik, yang artinya semakin besar bilangan
reynolds maka akan semakin kecil friction factornya, hubungan antara kecepatan
kan dan kerugian Mayor adalah berbanding lurus yang artinya semakin besar
kecepatan maka kerugian Mayor akan semakin besar juga. Hubungan antara
headloss dengan debit air yaitu jika aliran semakin besar dengan koefisien
headloss nya tinggi maka headloss pada setiap panjang pipa semakin besar
(Wibowo dkk., 2017).
VIII-6

Dalam jaringan perpipaan kehilangan tekanan ini jauh lebih kecil daripada
kehilangan akibat gesekan di dalam pipa. Oleh sebab itu kehilangan tekanan ini
lazim disebut sebagai kehilangan minor atau minor loss (Geankoplis, 1997):
1. Contraction 
Contraction merupakan pipa yang mengalami pengukuran cross sectional
area secara mendadak dari saluran dengan membentuk pinggiran yang
tajam sehingga tekanan yang melewatinya akan bertambah.

Gambar 8.1 Contraction


 
2. Enlargement
Enlargement yaitu pipa yang mengalami penambahan cross sectional area
mendadak dari saluran sehingga tekanan yang melewatinya kecil.

Gambar 8.2 Enlargement

3. Long Bend
Long bend yaitu belokan panjang pada pipa dengan sudut yang melingkar
dan cross sectional area besar sehingga tekanan kecil. 
VIII-7

Gambar 8.3 Long Bend

4. Short Bend 
Short bend yaitu belokan pipa seperti long Bend tetapi lebih pendek dari
cross sectional area yang lebih kecil sehingga tekanannya besar. 

Gambar 8.4 Short Bend

5. Elbow Bend 
Elbow bend yaitu belokan pada pipa yang membentuk pipa siku yaitu (90 o)
dengan Cross sectional area yang sangat kecil sehingga menimbulkan
tekanan yang sangat besar. 

Gambar 8.5 Elbow Bend

Pipa miter bend pada umumnya memiliki fungsi yang sama dengan elbow,
yaitu berfungsi sebagai alat transportasi fluida. Namun ada perbedaan dari kedua
jenis fitting ini. Mitter bend merupakan belokan pada sistem perpipaan yang
terbuat dari potongan pipa lurus yang disambung sehingga membentuk belokan.
VIII-8

Jika dua potong pipa lurus yang disambung dengan las di mana perubahan arah
yang terbentuk lebih kecil dari 3°, maka metode desain pipa ini tidak
menyebabkan kenaikan tegangan yang berarti. Lain halnya jika perubahan arah
dua potong pipa lurus lebih dari 3° maka sambungan itu sudah dikategorikan
sebagai miter bend (Sihombing dkk., 2017).

Gambar 8.6 Dimensi Miter Bend

Dimana : ∅ = Sudut potong pipa miter, derajat


α = Sudut perubahan pipa, derajat
R1 = Effective radius pipa miter bend
r2 = Radius pipa, inchi
T = Ketebalan pipa, meter
8.3 METODOLOGI PERCOBAAN

8.3.1 Alat dan Deskripsi Alat


Alat-alat yang digunakan pada percobaan ini adalah:
- Hydraulic Bench
- Energy Losses in Bends and Fitting Apparatus
- Stopwatch
- Gelas ukur 1000 mL
- Termometer

Deskripsi Alat

Keterangan:
1. Inlet test rig 6. Short bend 11. Elbow bend
2. Mitre bend 7. Air bleed screw 12. Flow control
valve
3. Area enlargement 8. Air connector 13. Manometer tube
4. Area contraction 9. Differential pressure gauge
5. Long bend 10. Gate valve fitting

Gambar 8.7 Rangkaian Alat Energy Losses in Bends and Fitting Apparatus

VIII-9
VIII-10

8.3.2 Bahan
Bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah air.

8.3.2 Prosedur Kerja


8.3.3.1 Set-Up Alat Percobaan
1. Inlet test rig dihubungkan dengan supply aliran dari pompa.
2. Pompa dinyalakan kemudian kran pompa dibuka, dan test rig diisi dengan air.
3. Aliran dibiarkan mengalir melalui manometer. Flow control valve ditutup, air
bleed screw dan air connector dibuka secara perlahan untuk mengeluarkan
semua udara, kemudian aliran pompa pada manometer dibiarkan overflow.
4. Flow control valve dibuka hingga ketinggian air pada manometer menurun
hingga ketinggian tertentu, kemudian air bleed screw dan air connector
dikencangkan dan flow control valve ditutup.
5. Ketinggian manometer dicatat pada keadaan steady untuk semua fitting.

8.3.3.2 Pengambilan Data Percobaan


1. Kehilangan energi yang melewati fitting pipa diukur.
2. Flow control valve dibuka untuk bukaan 1, kemudian ketinggian manometer
dibaca dan dicatat, setelah levelnya steady.
3. Air yang keluar dari flow control valve ditampung menggunakan gelas ukur
1000 mL selama 2 detik. Kemudian volume air yang tertampung dicatat.
Percobaan diulang sebanyak 3 kali.
4. Prosedur 1-3 diulangi untuk bukaan flow control valve 1¼ , 1½ dan 1¾ .
5. Suhu air diukur dengan menggunakan termometer.
8.4. HASIL DAN PEMBAHASAN

8.4.1 Hasil Pengamatan


Tabel 8.1 Pengamatan untuk Headloss Aliran dari t = 2 s dan T = 28 oC pada
Bukaan 1, 1¼ , 1½ dan 1¾

Bukaan 1 Bukaan 1¼ Bukaan 1½ Bukaan 2¾


Fitting ∆H V ∆H V ∆H V ∆H V
(m) (m3) (m) (m3) (m) (m3) (mm) (m3)
Enlargement 0,002 0,004 0,010 0,015
Contraction 0,003 0,006 0,018 0,032
0,000201

0,000457

0,000713

0,000930
Long bend 0,003 0,005 0,014 0,022
Short bend 0,002 0,005 0,016 0,029
Elbow bend 0,003 0,007 0,020 0,035
Mitre bend 0,002 0,003 0,005 0,007

8.4.2 Hasil Perhitungan


Tabel 8.2 Hasil Perhitungan pada Bukaan 1
Dynamic
Flowrate Velocity Koefisien
Fitting Head NRe
(Qt)(m3/s) (m/s) Kehilangan
(v2/2g)
Enlargemen
0,1484 0,001124 1,7800 4440,8618
t
Contraction 0,1484 0,001124 2,6700 4440,8618
Long bend 0,000067 0,1484 0,001124 2,6700 4440,8618
Short bend 0,1484 0,001124 1,7800 4440,8618
Elbow bend 0,1484 0,001124 2,6700 4440,8618
Mitre bend 0,1484 0,001124 1,7800 4440,8618

VIII-11
VIII-12

Tabel 8.3 Hasil Perhitungan pada Bukaan 1¼


Velocit Dynamic
Flowrate Koefisien
Fitting y Head NRe
(Qt)(m3/s) Kehilangan
(m/s) (v2/2g)
Enlargemen
0,3367 0,001124 0,6916 10075,2189
t
Contraction 0,3367 0,001124 1,0375 10075,2189

Long bend 0,3367 0,001124 0,8646 10075,2189


0,000152
Short bend 0,3367 0,001124 0,8646 10075,2189

Elbow bend 0,3367 0,001124 1,2104 10075,2189

Mitre bend 0,3367 0,001124 0,5187 10075,2189

Tabel 8.4 Hasil Perhitungan pada Bukaan 1½


Velocit Dynamic
Flowrate Koefisien
Fitting y Head NRe
(Qt)(m3/s) Kehilangan
(m/s) (v2/2g)
Enlargemen
0,5258 0,014108 0,7088 15731,0491
t
Contraction 0,5258 0,014108 1,2759 15731,0491
Long bend 0,5258 0,014108 0,9924 15731,0491
0,000238
Short bend 0,5258 0,014108 1,1341 15731,0491
Elbow bend 0,5258 0,014108 1,4176 15731,0491
Mitre bend 0,5258 0,014108 0,3544 15731,0491
VIII-12
VIII-13

Tabel 8.5 Hasil Perhitungan pada Bukaan 1¾


Dynamic
Flowrate Velocity Koefisien
Fitting Head NRe
(Qt)(m3/s) (m/s) Kehilangan
(v2/2g)
Enlargemen
0,6856 0,023982 0,6255 20516,6489
t
Contraction 0,6856 0,023982 1,3343 20516,6489
Long bend 0,6856 0,023982 0,9174 20516,6489
0,000310
Short bend 0,6856 0,023982 1,2092 20516,6489
Elbow bend 0,6856 0,023982 1,4594 20516,6489
Mitre bend 0,6856 0,023982 0,2919 20516,6489

8.4.2 Pembahasan
Energy losses in bends adalah kehilangan energi yang terjadi akibat
gangguan and hambatan yang tidak bisa dihindari seperti belokan. Percobaan ini
bertujuan untuk menentukan faktor kehilangan tekanan (headloss) yang terjadi
pada berbagai macam fitting yaitu enlargement, contraction, long bend, short
bend, elbow bend dan mitre bend. Percobaan ini dilakukan dengan variasi bukaan
1, 1¼ , 1½ dan 1¾. Tujuan dari variasi bukaan untuk memperoleh variasi
kecepatan aliran yang keluar dan pengaruhnya terhadap headloss dan koefisien
kehilangannya. Semakin besar kecepatan aliran fluida maka semakin besar
volume yang ditampung selama selang waktu tertentu, akibatnya flowrate dan
headloss akan semakin besar.
Percobaan ini menggunakan variasi bukaan flow control valve yaitu 1,
1¼ , 1½ dan 1¾. Hasil perhitungan didapatkan flowrate meningkat dengan
semakin besarnya bukaan pada flow control valve. Waktu yang digunakan pada
percobaan ini yaitu 2 detik. Tinggi manometer pada berbagai fitting berbeda
karena adanya perbedaan bentuk di setiap fitting. Ketinggian manometer
berbanding terbalik dengan cross sectional area. Semakin kecil cross sectional
area maka semakin besar tekanan yang dihasilkan.
VIII-13

Berdasarkan nilai Reynolds number yang diperoleh dari hasil perhitungan


diketahui aliran yang terjadi pada bukaan 1, 1¼, 1½ dan 2¾ adalah jenis aliran
turbulen yang mana bilangan reynoldsnya berturut-turut sebesar 4440,8619;
10075,2189; 15731,0491 dan 20516,6489. Jenis aliran dapat diketahui dari
bilangan reynoldnya. Jika bilangan Reynold <2100 jenis alirannya laminar, jika
bilangan reynoldnya >4100 jenis alirannya turbulen dan jika bilangan reynoldnya
lebih dari 2100 dan kurang dari 4100 maka jenis alirannya transisi (Darmawan,
2018). Nilai bilangan Reynold yang didapat berbanding lurus dengan bukaan
valve, semakin besar bukaan valve maka nilai bilangan Reynold juga semakin
besar.
Kenaikan Reynolds number semakin besar dengan bukaan flow control
valve yang semakin besar dengan waktu penampung air yang sama yaitu 2 detik.
Hal ini sebanding dengan volume air serta flowrate yang semakin besar. Dapat
dikatakan bahwa semakin besar flowrate, maka nilai koefisien kehilangan akan
semakin kecil. Hal tersebut menyebabkan aliran semakin turbulen dan koefisien
kehilangan terjadi. Dynamic head memiliki nilai yang berbanding lurus dengan
headloss. Variasi bukaan valve yang bertujuan untuk mengetahui kecepatan aliran
yang keluar berdasarkan variasi bukaan. Jika aliran semakin besar dengan
koefisien headloss tinggi, maka headloss pada setiap Panjang pipa semakin besar
(Wibowo dkk., 2017)
Berdasarkan hasil perhitungan dapat dilihat grafik hubungan antara
dynamic head terhadap headloss pada setiap fitting yang ditunjukkan pada
Gambar 8.8 sebagai berikut:
VIII-15

0.040
0.030
Head Loss (∆H)

0.020 Enlargement
Contraction
0.010 Long Bend
0.000 Short Bend
0 0 0 0 0 0 Elbow Bend
000 050 1 00 1 50 2 00 2 50 Mitre Bend
0 0 0 0 0 0
0. 0. 0. 0. 0. 0.
Dynamic Head

Gambar 8.8 Hubungan antara Dynamic Head terhadap Headloss (ΔH) pada
Setiap fitting

Gambar 8.8 menunjukkan hubungan antara dynamic head terhadap headloss


yang terjadi pada fitting dengan bukaan 1, 1¼ , 1½ dan 1¾ didapatkan urutan
headloss dari yang terkecil adalah mitre bend, enlargement, long bend, short
bend, contraction dan elbow bend. Elbow bend pada bukaan 1¾ dengan headloss
terbesar yaitu 0,035 m. Hal ini disebabkan karena cross sectional areanya kecil
dan tekanannya besar. Sedangkan headloss terkecil yaitu mitre bend dengan nilai
0,002 m pada bukaan 1. Hal ini disebabkan oleh cross sectional area yang besar
dan tekanan kecil. Sehingga dapat disimpulkan bahwa cross sectional area sangat
berpengaruh pada nilai headloss. Nilai headloss berbanding lurus dengan nilai
dynamic head. Hal ini terdapat pada persamaan berikut (McCabe dkk., 1993):

v 12
hff = Kf …(8.6)
2

Semakin besar nilai headloss maka dynamic head akan semakin besar
pula. Hal ini disebabkan oleh pengaruh Reynolds number yang meningkat diikuti
oleh peningkatan nilai velocity dan flowrate pada fitting. Berdasarkan Gambar
8.8 nilai headloss pada semua fitting mengalami peningkatan. Hal ini sesuai
VIII-15

dengan hubungan antara headloss dengan debit air yaitu jika aliran semakin besar
dengan
VIII-16

koefisien headloss tinggi, maka headloss pada setiap panjang pipa semakin besar
(Wibowo dkk., 2017).
Flowrate bernilai besar apabila volume yang dihasilkan banyak dan
volumenya juga akan lebih banyak jika bukan control valve lebih besar.
Meningkatnya nilai flowrate diikuti oleh meningkatnya nilai velocity, Reynolds
number dan dynamic head. Namun apabila flowrate lebih besar daripada headloss
maka koefisien kehilangan yang dihasilkan kecil, begitu pula sebaliknya. Oleh
karena itu, untuk mendapatkan nilai koefisien headloss yang besar maka nilai
headloss juga besar.
Hubungan antara flowrate terhadap koefisien kehilangan pada setiap
fitting digambarkan pada Gambar 8.9:

4
Koefisien Kehilangan

3
Enlargement
2 Contraction
Long Bend
1 Short Bend
Elbow Bend
Mitre Bend
0
0.00000 0.00010 0.00020 0.00030
Flowrate (Qt)

Gambar 8.9 Hubungan antara Flowrate (Qt) terhadap Koefisien Kehilangan


(k) pada Setiap Fitting

Gambar 8.9 menunjukkan bahwa hubungan antara flowrate terhadap koefisien


headloss adalah berbanding terbalik yang artinya semakin tinggi nilai flowrate
maka akan nilai koefisien headloss akan semakin kecil begitu pula sebaliknya.
Berdasarkan Gambar 8.9 beberapa fitting mengalami fluktuasi, sehingga hasil
yang diperoleh tidak sesuai dengan teori. Hal ini disebabkan karena masih banyak
VIII-16

terdapat gelembung udara di dalam manometer sehingga headloss yang


didapatkan
VIII-17

masih belum steady. Nilai koefisien kehilangan terbesar terdapat pada jenis fitting
contraction, long bend dan elbow bend pada bukaan 1 dengan nilai yang sama
sebesar 2,6700 dan yang terkecil pada jenis fitting mitre bend pada bukaan 1¾
sebesar 0,2919. Ketiga fitting yang disebutkan diatas memiliki nilai koefisien
kehilangan yang besar karena memiliki cross section area yang kecil, sehingga
tekanan pada pipa terhadap fluida pun besar mengakibatkan headloss fluida
meningkat dan menyebabkan koefisien kehilangan meningkat. Sedangkan pada
jenis mitre bend memiliki cross section area yang besar sehingga pada pipa yang
dialiri oleh fluida akan menimbulkan tekanan yang kecil akibatnya nilai headloss
menurun dan menyebabkan koefisien kehilangan menurun. Jika aliran semakin
besar dengan koefisien headloss tinggi, maka headloss pada setiap panjang pipa
semakin besar (Wibowo dkk., 2017).
Faktor-faktor yang mempengaruhi headloss pada percobaan ini yaitu
velocity dan flowrate, tekanan, cross sectional area. Untuk velocity dan flowrate,
dimana semakin tinggi velocity dan flowrate maka nilai koefisien kehilangan
(headloss) akan semakin kecil. Untuk tekanan, dimana semakin besar tekanan
maka semakin besar nilai koefisien kehilangannya. Untuk cross sectional area,
semakian besar cross sectional area, maka akan semakin kecil headlossnya
8.5 PENUTUP

8.5.1 Kesimpulan
Kesimpulan dari percobaan ini yaitu semakin besar nilai headloss maka
semakin besar pula nilai dynamic head. Semakin besar flowrate, maka semakin
kecil koefisien kehilangan. Koefisien kehilangan tertinggi terdapat pada fitting
contraction, long bend dan elbow bend pada bukaan 1 dengan nilai yang sama
sebesar 2,6700 dan nilai koefisien kehilangan terendah terdapat pada jenis fitting
mitre bend pada bukaan 1¾ dengan nilai sebesar 0,2919.

8.5.2 Saran
Saran yang dapat diberikan pada percobaan ini adalah memvariasi suhu
air. Bisa dengan mengalirkan air dingin ke dalam rangkaian alat. Hal ini bertujuan
agar praktikan dapat mengetahui pengaruh fungsi suhu terhadap percobaan energy
losses in bends.

VIII-18
DAFTAR PUSTAKA

Darmawan, D. 2018. Analisis Bilangan Reynolds (Re) untuk Menetukan


Jenis Aliran Fluida Menggunakan CFD (Computation Fluid Dynamic) Sebagai
Rancangan Bahan Ajar di SMA. Skripsi.

Djalil, M. A., Salimin dan Saudia, B. 2019. Penelitian Kerugian Energi


Sistem Exhaust Manifold Instalasi Pipa Air Bersih. Jurnal Ilmiah Mahasiswa
Teknik Mesin. Volume 4. 81-92

Geankoplis, C. J. 1997. Transport Processes and Unit Operation. Edisi


ke-3. Prentice-Hall International Inc. New York

McCabe, W. L., Smith, J. C. dan Harriot, P. 1993. Unit Operation of


Chemical Engineering. Mc Graw Hill. New York

Sihombing, A. W. E., Yudo, H. dan Amiruddin, W. 2017. Analisis


Kekuatan Pipa Miter Bend Dengan Variasi Sudut Akibat Beban Momen Bending.
Jurnal Teknik Perkapalan. Volume 5.

Wibowo, S. S., Suharto, K. dan Widodo, S. 2017. Analisis Debit Fluida


Pada Pipa Elbow 90° Dengan Variasi Diameter Pipa. Jurnal Teknik Mesin.

Zainudin, Sayoga, I. M. A. dan Nuarsa, I. M. 2012. Analisis Pengaruh


Variasi Sudut Sambungan Belokan Terhadap Head Losses Aliran Pipa. Dinamika
Teknik Mesin. Volume 2.

DP.VIII-1
DAFTAR GAMBAR

Gambar 8.1………………………………………………………………….VIII-5
Gambar 8.2………………………………………………………………….VIII-6
Gambar 8.3………………………………………………………………….VIII-6
Gambar 8.4………………………………………………………………….VIII-6
Gambar 8.5………………………………………………………………….VIII-7
Gambar 8.6………………………………………………………………….VIII-7
Gambar 8.7………………………………………………………………….VIII-8
Gambar 8.8………………………………………………………………….VIII-14
Gambar 8.9………………………………………………………………….VIII-16

DG.VIII-1
DAFTAR TABEL

Tabel 8.1………………………………………………………………….VIII-10
Tabel 8.2………………………………………………………………….VIII-10
Tabel 8.3………………………………………………………………….VIII-11
Tabel 8.4………………………………………………………………….VIII-11
Tabel 8.5………………………………………………………………….VIII-12

DT.VIII-1
DAFTAR NOTASI

p = Tekanan (psi)
ρ = Densitas (g/cm3)
v = Kecepatan aliran dalam pompa (m/s)
g = Gravitasi (m/s2)
h = Headloss
Qt = Flowrate (m2/s)
f = Faktor friksi
A = Luas penampang (m2)
k = Koefisien Headloss
∆H = Headloss (m)
Re = Bilangan Reynolds
V = Volume (m3)

DN.VIII-1
LAMPIRAN PERHITUNGAN

1. Perhitungan Pada Fitting Enlargement bukaan ½


a. Headloss (∆H)
Diketahui : H1 : 0,292 m
H2 : 0,290 m
∆H = H1 – H2 = (0,292 – 0,290) m = 0,002 m

b. Volume rata – rata


v 1 + v 2 + v 3 ( 200+210+215 ) mL ( 0,161+ 127+103 ) x 10−6 m3
ῡ = = =
3 3 3
201 mL= 0,000201 m3

c. Flowrate (Qt)

Qt =
t
3
0,000201m
=
2s
= 0,000067 m3/s

d. Velocity (ѵ)
4. Qt
Ѵ =
πd 2
4 (0,000067 m3 /s)
=
3,14.(0,024 m)2
= 0,1484 m/s

e. Reynolds Number (NRe)


T = 28 0 C
Viskositas kinematik (v) = 8,02 x 10-7 m2/s
ѵ .d
NRe =
v

LP.VIII-1
( 0,1484 m/s ) .( 0,024 m)
= −7
8,02 x 10 m 2/s
= 4440,8618

LP.VIII-2
LP.VIII-3

f. Dynamic Head
ѵ2
Dynamic Head =
2g
( 0,1484 m/ s )2
= 2
2. 9,8 m/s
= 0,001124 m

g. Koefisien Kehilangan
∆H
K =
ѵ 2/2. g
0,002 m
=
0,001124 m
= 1,7800

Perhitungan selanjutnya dapat dilihat pada Tabel Perhitungan 8.3, 8.4 dan 8.5

Anda mungkin juga menyukai