Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PRAKTIKUM

LABORATORIUM BIOPROSES
FERMENTASI ASAM SITRAT OLEH ASPERGILLUS NIGER
(FERMENTASI AEROB)
Dosen Pembimbing: Ghusrina Prihandini, S.T.,M.T.

Tanggal Praktikum: Senin, 26 september 2022


Sampai dengan
Senin, 17 oktober 2022

Disusun Oleh:
Axl Argasurya (211411037)
Besty Lovianda (211411038)
Desti Fitriani (211411039)
Dewi Nurfadhilah (211411040)

PROGRAM STUDI DIII TEKNIK KIMIA


JURUSAN TEKNIK KIMIA
POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
2022
I. JUDUL PRAKTIKUM
Fermentasi asam sitrat oleh aspergillus niger ( fermentasi aerob)

II. TUJUAN PRAKTIKUM

Setelah melakukan percobaan ini mahasiswa diharapkan :


a. Memahami perbedaan komposisi media fermentasi untuk pertumbuhan dan
produksi
b. Memahami kondisi operasi optimum untuk pembentukan produk asam sitrat

c. Memahami jenis pola pembentukan produk asam sitrat.

III. DASAR TEORI

Citric acid (2-hydroxy-1,2,3 propanetricarboxylic acid) pertama kali diisolasi dari


jus jeruk oleh Scheele (1978). Asam sitrat ada secara alami membentuk senyawa antara di
dalam siklus asam sitrat (daur Krebs). Pada siklus tersebut karbohidrat akan dioksidasi
menjadi karbon dioksida. Asam sitrat diproduksi dalam bentuk anhydrous maupun
monohidrat dan merupakan asam organik kuat yang memiliki titik leleh pada suhu 1530C.
Fermentasi asam sitrat pertama kali diproduksi dengan metoda fermentasi
permukaan, namun dengan berkembangnya metoda bawah permukaan (submerged)
menunjukkan perbaikan produksi asam laktat secara nyata. Keberhasilan proses fermentasi
asam sitrat selain ditentukan oleh metoda fermentasi, pemilihan strain mikroorganisma
yang tepat, komposisi media fermentasi dan kondisi operasi yang optimal.
Asam sitrat adalah metabolit primer yang pada kondisi normal tidak diekskresikan
dalam jumlah yang banyak. Asam sitrat akan diekskresikan keluar sel karena adanya
kondisi yang tidak normal dalam proses metabolisma sel yang disebabkan kelainan genetik
atau ketidakseimbangan metabolik akibat kondisi lingkungan tertentu (Rohr, Max
dkk.,1982).
Beberapa spesies jamur Aspergillus seperti Aspergillus niger, Aspergilluswentii,
dan Aspergillus clavatus dilaporkan dapat menghasilkan asam laktat cukup banyak pada
lingkungan yang dikondisikan. Jamur lain seperti Botrytis cinerea,Mucor piriformis dan
Trichoderma viride juga dapat menghasilkan asam sitrat dalam jumlah cukup banyak.
Trichoderma viride memiliki spektrum enzim yang sangat luas sehingga mampu
menggunakan selulosa dan polisakarida lain sebagai sumber karbon. Aspergillus niger
termasuk jamur dari keluarga Plectomycetes, kelas Ascomycetes (cendawan pipa).
Miseliumnya memiliki inti, dan bercabang membentuk hyfa yang menopang konidium.

Makro nutrien maupun trace element memberikan pengaruh yang cukup besar
pada pembentukan asam sitrat. Secara umum disepakati bahwa ekskresi asam sitrat yang
berlimpah akan terjadi jika pembentukan biomassa dibatasi (Rohr, Max dkk., 1982).

Pengkondisian awal media produksi asam sitrat untuk menghasilkan produksi asam sitrat
yang tinggi dilakukan dengan membatasi/mengurangi satu atau lebih elemen-elemen
essensial, seperti fosfor, Mn, Zn atau Fe. Fosfor merupakan makro nutrien yang
dibutuhkan sel untuk mensintesa nukleotida dan komponen-komponen phosphorylated
lain. Kehadiran logam-logam trace dalam media produksi akan menurunkan produksi asam
sitrat secara nyata. Karakteristik media produksi asam sitrat yang mendukung
pembentukan produk adalah memiliki konsentrasi substrat gula yang tinggi, konsentrasi
fosfat yang rendah, pH rendah dibawah 2, kelarutan oksigen yang tinggi dan kehadiran
logam-logam trace seperti Mn 2+, Fe 2+ dan Zn 2+ (Rohr, Max dkk., 1982).
Asam sitrat terjadi dalam sistem terminal oksidasi metabolisme mikroorganisme.
Sistem ini dinyatakan sebagai Krebs Cycle ( Gambar 3.1). Penumpukan/akumulasi asam
sitrat dapat terjadi jika siklus ini pecah/putus.

Gambar 3.1 Siklus Tricarbocyclic /TCA ( Shuler Michael L, Fikret Kargi)


Pembentukan produk mikrobial dapat digolongkan dalam 3 pola yaitu :

• Pola pembentukan produk yang berasosiasi dengan pertumbuhan. Laju


pembentukan spesifik produk berbanding lurus dengan laju spesifik
pertumbuhan. Enzim merupakan contoh produk yang dihasilkan dari pola
pertumbuhan di atas.
• Pola pembentukan produk yang tidak berasosiasi dengan pertumbuhan.
Pembentukan produk terjadi pada fasa stasioner pada saat laju pertumbuhan
adalah nol. Laju spesifik pembentukan produk adalah konstan. Antibiotik
merupakan metabolit sekunder yang terbentuk melalui pola pembentukan
produk yang tidak berasosiasi dengan pertumbuhan.
• Pola campuran, produk terbentuk selama pertumbuhan yang lambat dan fase
stasioner. Laju spesifik pembentukan produk mengikuti persamaan Luedeking-
Piret. Asam laktat, xanthan gum merupakan contoh metabolit sekunder yang
diproduksi melalui pola campuran.

Tiga jenis pola pembentukan produk tersebut ditunjukkan oleh Gambar 3.2.

Gambar 3.2 Tipe pola pertumbuhan dan pembentukan produk pada fermentasi batch.

(a) Pola pembentukan produk yang berasosiasi dengan pertumbuhan. (b) Pola campuran
dan (c) Pola pembentukan produk yang tidak berasosiasi dengan pertumbuhan
IV. PELAKSANAAN PERCOBAAN

4.1 Alat

a. Fermentor berbentuk erlenmeyer 1000 ml yang dilengkapi dengan pengaduk


magnetik,aerasi dan saluran pengambilan sampel
b. Inkubator yang dapat diatur suhunya.
c. Botol-botol sampel
d. Peralatan titrasi : biuret, erlemeyer 50 ml, corong kaca dll

4.2 Bahan

4.2.1 Mikroorganisme

Mikroba yang digunakan pada penelitian ini adalah jamur Aspergillus niger.
yang ditumbuhkan dalam media agar miring Potato Dextrose Agar (PDA) sebagai
stock culture dan disimpan pada suhu 40C.

4.2.2 Media Fermentasi


a. Media pertumbuhan/pre-culture

Media pertumbuhan/pre-culture yang digunakan adalah Potato Dextrose


Broth (PDB). 100 ml media pre-culture yang telah diinokulasi dengan spora jamur
diinkubasi pada suhu 280-290C pada kecepatan pengadukan 150 rpm. Komposisi
PDB adalah kentang 200 gr, dextrose 20 gr, CaCO3 0,02 gr, MgSO4 0,02 gr,
aquadest 1000 ml, atau dapat menggunakan PDB kemasan siap pakai.

b. Media produksi

Tabel 4.2.2 Media sintesis HJ Peppler

Bahan Komposisi Media (gr)


Sukrosa 200
(NH4)CO3 2,0
KH2PO4 0,14
MgSO4.7H2O 1,0
FeCl3 0,5 mg
ZnSO4 -
HCl sampai pH 2
Aquadest 1 liter

4.3 Rancangan Percobaan

Pipet 5 ml media pertumbuhan,


Buat terlebih dahulu kurva standar Buat media pertumbuhan sebanyak
masukkan dalam tabung yang berisi
konsentrasi sukrosa terhadap nilai 100 ml dan media produksi 900 ml.
kultur murni jamur. Dengan
brix, pada konsentrasi sukrosa (media yang mengandung sukrosa
menggunakan jarum ose lepaskan
140g/l, 120 g/l, 100 g/l, 50g/l, 30 g/l harus disaring dahulu) kemudian
spora yang melekat pada koloni
dan 10 g/l. sterilkan.
jamur hingga terlarut semua.

Masukkan biakan dalam media


pertumbuhan 100 ml
Tuangkan ke dalam erlenmeyer Inkubasi dalam Incubator shaker
(starter/inokulum) ke dalam
yang berisi media untuk selama 16 jam jam pada suhu 28-
erlemeyer yang berisi media
pertumbuhan. 290C, 150 rpm.
produksi. Inkubasi selama 7 hari
pada suhu 28-290C, 120 rpm.

Lakukan sampling setiap 6 jam


sebanyak 10 ml melalui saluran
pengambilan sampel.

Tabel 4.3 Kondisi Operasi

Kondisi Peppler

Suhu Inkubasi (shaker) 28-29oC


Agitasi (pengadukan) 120 rpm
Aerasi 30 ml/detik
Set pH media sebelum
2,0
sterilisasi
Waktu fermentasi 7 hari
Gambar 4.3 Flow sheet proses fermentasi asam sitrat

4.4 Analisa Sampel

Analisa terhadap sampel dilakukan setiap 6 jam selama proses fermentasi meliputi :

1. Analisa kadar sukrosa dengan metoda refraktometer (pengukuran Brix).

2. Analisa asam sitrat dengan titrasi asam-basa (acidimetri) menggunakan NaOH


0,01 M dengan indikator fenophtalein. Konsentrasi asam total diasumsikan
sebagai konsentrasi asam sitrat.

V. TABEL DATA PENGAMATAN

Tabel 5. Konsentrasi sukrosa dan nilai brix.

Konsentrasi Glukosa Nilai Brix


10 1,5
30 3,4
50 5,5
100 9,8
120 11,4
140 13,1
Kurva standar konsentrasi sukrosa terhadap nilai brix.
14 13,1
y = 0,0888x + 0,7873
12 R² = 0,9987 11,4

9,8
Konsentrasi Glukosa

10

5,5
6

4 3,4

1,5
2

0
0 20 40 60 80 100 120 140 160
Nilai Brix

Gambar 5. Kurva standar kosentrasi sukrosa terhadap nilai brix

VI. PENGOLAHAN DATA


Tabel 6.1 Pengolahan data percobaan.
Waktu Brix Konsentrasi Volume NaOH Konsentrasi asam
(jam ke-) (%) sukrosa (g/l) (ml) sitrat (g/l)
0 14 2,0305 4 0,004
2 13,9 2,02162 5,2 0,0052
19 13,5 1,9861 5,7 0,0057
25 13,7 2,00386 6 0,006
43 13,9 2,02162 14,5 0,0145
47 13,9 2,02162 15,2 0,0152
64 13,9 2,02162 30,5 0,0305
69 13,9 2,02162 32,3 0,0323
148 13,7 2,00386 32,8 0,0328
160 13,5 1,9861 29,7 0,0297

6.1 Contoh perhitungan konsentrasi sukrosa (gram/liter)


Persamaan garis yang diperoleh dari kurva standar : y = 0,0888x + 0,7873

➢ Pada T0, Brix = 14% y = 0,0888(14) + 0,7873


y = 0,0888x+ 0,7873 y = 2,0305
6.2 Contoh perhitungan konsentrasi asam sitrat (gram/liter)

V1 = Volume NaOH

M1 = Konsentrasi NaOH ( 0,01 M)

V2 = Volume sampel (10ml)

M2 = Konsentrasi asam sitrat dalam sampel

➢ Pada T0, NaOH = 4 ml 4 . 0,01 = 10 . 𝑀2


𝑉1 × 𝑀1 = 𝑉2 × 𝑀2 𝑀2 = 0,004 gram/liter

Kurva konsentrasi sukrosa (g/l) terhadap waktu (jam)


2,035
2,03
Konsentrasi sukrosa (g/l)

2,025
2,02
2,015
2,01
2,005
2
1,995
1,99
1,985
1,98
0 20 40 60 80 100 120 140 160 180
Waktu (jam)

Gambar 6.2.1 Kurva konsentrasi sukrosa (g/l) terhadap waktu (jam)


Kurva konsentrasi asam sitrat (g/l) terhadap waktu
(jam)
0,04
Konsentrasi asam sitrat (g/l)

0,035
0,03
0,025
0,02
0,015
0,01
0,005
0
0 20 40 60 80 100 120 140 160 180
Waktu (jam)

Gambar 6.2.2 Kurva konsentrasi asam sitrat (g/l) terhadap waktu (jam)

VII. PEMBAHASAN
1. Axl Argasurya (211411037)
Praktikum kali ini bertujuan untuk memproduksi asam sitrat melalui proses fer mentasi
dengan menggunakan jamur Aspergillus niger. Pada prinsipnya, pembuatan asam sitrat ini
adalah mengubah sukrosa (yang merupakan substratnya) menjadi asam sitrat melalui proses
fermentasi dengan bantuan jamur Aspergillus niger. Aspergillus niger digunakan dalam proses
ini karena Aspergillus niger memiliki enzim amylase, glukoamilase atau amiloglukosedase
sehingga senyawa karbohidrat akan dipecah menjadi glukosa, dan melalui jalur EMP glukosa
akan dirubah menjadi asam piruvat. Asam piruvat melalui siklus krebs atau siklus PCA akan
dirubah menjadi asam sitrat.

Reaksi pembentukan asam sitrat :

C12H22O11(s) + H2O(l) → C6H12O6(s) + C6H12O5(s)


Sukrosa Glukosa

3
C6H12O6(s) + 2 O2(g) → C6H8O7(s) + 2 H2O(l)

Glukosa Asam sitrat

Pembuatan media fermantasi saat praktikum yaitu media fermentasi pertumbuhan dan
media fermentasi prduksi. Kedua media ini berbeda komposisi, pada media pertumbuhan
digunakan komposisi media yang lebih kompleks karena mikroba masih dalam keadaan masaa
adaptasi sehingga perlu penambahan komposisi media yang kompleks sedangkan pada
komposisi media fermentasi produk lebih sederhana dibandingkan dengan komposisi media
fermentasi pertumbuhan karena pada saat digunakan, mikroba dalam keadaan fasa exponensial
sehingga tidak dibutuhkan lagi fasa adaptasi, dengan fasa exponensial pada mikroba ini
diharapkan mendapatkan produk yuang maksimal.

Aspergillus niger dapat tumbuh optimum pada suhu 35-37 °C, dengan suhu minimum
6-8 °C, dan suhu maksimum 45-47 °C. Sehingga pada proses fermentasi fermentor
dikondisikan menjadi 400C. Selain suhu, faktor yang harus diperhatikan yaitu aerasi karena
pada percobaan kali ini merupakan fermentasi aerob ( karena dalam proses pertumbuhannya
Aspergillus niger memerlukan oksigen yang cukup ), sehingga dalam prosesnya memerlukan
aerasi. Proses aerasi ini bisa dilakukan dilakukan dengan menambahkan atau memasukan udara
ke fermentor dengan catatan udara yang dimasukan harus steril agar tidak menimbulkan
kontaminasi. Pada percobaan kali ini kami melakukan aerasi dengan pengadukan.

Dari data yang diperoleh saat praktikum didapat kurva waktu terhadap konsentrasi asam
sitrat. Semakin lama waktu yang dibutuhkan maka nilai konsentrasi asam sitrat semakin tinggi,
hal ini karena Aspergillus niger masih dalam keadaan fasa exponential sehingga jumlah
Aspergillus niger akan semakin banyak hal ini berpengaruh terhadap konsentrasi asan sitrat
karena jumlah Aspergillus niger yang semakin banyak dapat menkonversi sukrosa ke asam
sitrat yang lebih banyak pula pada rentan waktu tersebut

Factor-faktor yang mempengaruhi dalam mempengaruhi fermentasi asam sitrat yang


yang berlangsung :

a. Mikrobia

Saat ini produksi asam sitrat secara komersial menggunakan Aspergillus niger,
dan ada pula yang menggunakan Saccharomyces lipolytica, Penicillium
simplicissimum, dan A. foeitidus. Mikroba yang di gunakan harus dalam keadaan
pertumbuhan optimum atau pada saat fasa eksponensial. Sehingga dapat menghasilkan
produk yang maksimal.

b. Komposisi Nutrisi Media

Media fermentasi untuk biosintesis asam sitrat terdiri dari substrat yang
dibutuhkan untuk pertumbuhan mikroorganisme, terutama terdiri dari substrat yang
dibutuhkan untuk pertumbuhan mikroorgaisme terutama sumber karbon, nitrogen dan
fosfor.

2. Besty Lovianda (211411038)


3. Desti Fitriani (211411039)
4. Dewi Nur Fadhilah (211411040)
VIII. KESIMPULAN
1. Axl Argasurya (211411001)
1. Fermentasi asam sitrat dilakukan dalam sebuah fermentor dalam kondisi
aerob.
2. Fermentasi asam sitrat berlangsung selama 160 jam.
3. Semakin lama waktu proses fermentasi maka semakin tinggi konsentrasi asam
sitrat yang dihasilkan pada percobaan kali ini.
4. Laju pembentukan asam sitrat berbanding lurus dengan pertumbuhan
biomassanya, sehingga pola pembentukannya merupakan pola pembentukan
yang berasosiasi dengan pertumbuhan.
5. Kondisi operasi optimum untuk percobaan ini yaitu :

Kondisi Peppler

Suhu Inkubasi (shaker) 28-29oC


Agitasi (pengadukan) 120 rpm
Aerasi 30 ml/detik
Set pH media sebelum
2,0
sterilisasi
Waktu fermentasi 7 hari

2. Besty Lovianda (211411002)


3. Desti Fitriani (211411003)
4. Dewi Nur Fadhilah (211411004)
IX. DAFTAR PUSTAKA
1. Djumali M & Ani Suryani, “Teknologi Bioproses” , Penebar Swadaya, 1994
2. Shuler Michael L., Fikret Kargi, Bioprocess Engineering Basic Concepts,
Prentice-Hall International Inc., New Jersey, 1992
3. Jurnal tentang Asam Sitrat
4. Arief, dkk. 2012. Laporan praktikum dasar bioproses. Politeknik Negeri Bandung
5. Manfaati, Rintis. 2011. “Pembuatan Asam Sitrat”. Politeknik Negeri Bandung

Anda mungkin juga menyukai