PENGENDALIAN LEVEL
1. TUJUAN
2. LANDASAN TEORI
Dalam pengendalian level ini sebagai PV adalah level air, MV adalah aliran air
masuk, SP adalah level yang diinginkan, gangguan adalah aliran air keluar.
Sebagai sensor level adalah jenis sensor level hidrostatik. Level hidrostatik
menunjukkan tinggi level cairan. Oleh transmiter, ketinggian cairan
dikorelasikan dengan sinyal arus 4-20 mA. Sinyal dari transmiter dikirim ke
pengendali (komputer). Aksi pengendali berjenis berkebalikan (reverse acting).
Artinya jika level naik maka aliran air yang masuk berkurang.
Sinyal kendali dari pengendali (komputer) berupa sinyal tegangan 1-5 V,
yang selanjutnya diubah menjadi sinyal arus 4-20 mA. Oleh konverter sinyal
arus diubah menjadi sinyal pneumatik 0,2-1 bar (3-15 psi). Control valve (unit
kendali akhir) adalah jenis pneumatik yang mendapat sinyal pneumatik
tersebut.
Terdapat dua cara mengendalikan level, yaitu dengan manipulated variable
aliran masuk dan dengan manipulated variable aliran keluar (Gambar 1 dan 2).
Pada MV aliran masuk, maka respons sistem proses bersifat direct acting
(respons positif). Sedangkan pada MV aliran keluar, respons sistem bersifat
reverse acting (respons negatif).
2
Dari Gambar 2a, jika level naik, maka keluaran pengendali (sinyal kendali)
akan turun atau bertambah kecil. Akibatnya control valve yang berjenis FO
akan terbuka lebih besar dan level akan turun kembali ke setpoint. Dari
Gambar 2b, jika level naik, maka keluaran pengendali (sinyal kendali) juga naik
atau bertambah besar. Akibatnya control valve yang berjins FC akan terbuka
lebih besar dan level akan turun kembali ke setpoint.
3. PERALATAN PERCOBAAN
a) Control Valve
Fungsi:
Mengatur laju aliran air atas perintah pengendali melalui sinyal kendali
(controller output)
Aksi:
Aksi control valve adalah reverse acting air-to-open atau fail-closed
(FC). Arti reverse acting di sini adalah, jika sinyal kendali atau tekanan
udara pneumatic bertambah besar, maka stem (poros) masuk ke dalam.
Arti air-to-open adalah tekanan udara pnemuatik dipakai untuk membuka
valve. Dengan kata lain, jika udara pneumuatik bertambah besar maka
valve membuka.
Konvensi:
Jika stem ke atas maka valve membuka. Dan sebaliknya. Lihat penunjuk
bukaan valve di tangkai (stem).
b) I/P Transducer
Fungsi:
Mengubah sinyal arus menjadi sinyal tekanan udara pneumatik.
Aksi:
Aksi I/P Transducer adalah direct acting. Artinya, hubungan antara
sinyal dan tekanan udara adalah berbanding langsung. Dengan kata lain,
jika sinyal kendali bertambah besar, maka sinyal tekanan udara
pneumatic bertambah besar juga.
g) Sensor Level
Fungsi:
Mendeteksi level berdasar tekanan hidrostatik. Keluaran sensor diolah
oleh pengkondisi sinyal dan transmitter menjadi sinyal standar 4-20 mA.
h) Katup Solenoida
Fungsi:
Membuka dan menutup aliran gangguan dengan memakai tenaga listrik.
Katup ini hanya ada dua posisi, buka dan tutup penuh.
3. PROSEDUR PERCOBAAN
1) Pastikan penampung air telah terisi paling sedikit tiga perempat penuh.
2) Sistem peralatan level telah terhubung secara benar dengan komputer.
3) Pastikan komputer bekerja normal.
6
3) Pastikan pilihan SIMULASI atau REAL TIME. Jika melakukan praktik dengan
peralatan pengendalian, pastikan tombol pada posisi REAL TIME.
6) Pastikan katup buang utama (13) tertutup, dan katup buang tambahan
(15) terbuka.
7) Tekan tombol START sehingga sistem mulai berjalan dan data tercatat.
7
9) Buka katup buang utama (12) sekitar setengah buka hingga terjadi
akumulasi air dalam tangki dan level naik perlahan-lahan. Jika bukaan
katup terlalu besar, kenaikan level terlalu lambat, bahkan bisa terus
turun karena aliran masuk lebih kecil dibanding aliran keluar.
10) Biarkan, apakah level bisa mencapai 100%? Bilamana tidak, perkecil
katup buang utama.
11) Tekan tombol PAUSE.
Persiapan
1) Pilih Tipe Pengendali P.
Dalam pilihan ini, waktu integral tak berhingga dan waktu derivatif
bernilai nol. Isikan parameter pengendali sesuai tugas dari Pembimbing.
Bila Pembimbing tidak memberi tugas secara khusus gunakan hasil
identifikasi sistem proses dengan memilih salah satu metode yang ada.
Bila pembimbing tidak memberi tugas khusus dan juga tidak dilakukan
identifikasi sistem gunakan nilai PB = 100% (Kc = 1). Bila dengan nilai PB
ini terjadi fluktuasi besar pada level, perbesar nilai PB.
9
Persiapan
1) Pilih Tipe Pengendali PI.
Dalam pilihan ini, isian proporsional dan integral akan aktif dan derivatif
tidak aktif (bernilai nol). Isikan parameter pengendali sesuai tugas dari
Pembimbing. Bila Pembimbing tidak memberi tugas secara khusus
gunakan hasil identifikasi sistem proses dengan memilih salah satu
metode.
Bila pembimbing tidak memberi tugas khusus dan juga tidak dilakukan
identifikasi sistem gunakan nilai PB = 100% (Kc = 1) dan waktu integral
(Ti) 0,02 menit. Bila dengan nilai ini terjadi fluktuasi besar pada level,
perbesar dua kalinya.
10
Persiapan
1) Pilih tipe pengendali PID
Dalam pilihan ini, isian proporsional, integral dan derivatif akan aktif.
Isikan parameter pengendali sesuai tugas dari Pembimbing. Bila
Pembimbing tidak memberi tugas secara khusus gunakan hasil
identifikasi sistem proses dengan memilih salah satu metode yang ada.
11
Bila pembimbing tidak memberi tugas khusus dan juga tidak dilakukan
identifikasi sistem gunakan nilai PB = 100% (Kc = 1), waktu integral (T i)
0,02 menit dan waktu derivatif (Td) 0,01 menit. Bila dengan nilai ini
terjadi fluktuasi besar pada level, perbesar dua kalinya untuk nolai PB
dan TI tetai perkecil setengahnya untuk nilai Td.
2) Pastikan SP (setpoint) pada 50%
3) Tekan tombol START
4) Tunggu sampai PV sama dengan SP dan sudah stabil
5) Tekan tombol PAUSE
3.9 Penyelesaian
1) Matikan peralatan seluruhnya dari sumber listrik.
2) Buka katup buang tangki sehingga kosong.
3) Bersihkan tempat kerja sehingga tidak ada sampah, kertas atau barang
lain berserakan di sekitar peralatan.
4. KESELAMATAN KERJA
Potensi bahaya yang perlu diwaspadai.
Hati-hati dengan listrik bolak-balik 220 V dari PLN
Pada saat bekerja, di sekitar meja tidak terdapat pemasangan listrik
yang berbahaya.
Selidiki dengan test-pen atau peralatan lain, apakah semua peralatan
telah ditanahkan dengan baik. Hal ini untuk menghindari sengatan listrik
akibat efek kapasitif atau induktif.
Usahakan agar tidak seorangpun dapat tersandung oleh kawat-kawat
atau tidak sengaja merobohkan peralatan.
Bila menghubungkan peralatan, maka hubungan dengan jaringan listrik
dilakukan paling akhir.
12
Jika terjadi sengatan listrik dan korban terbelit kawat, jangan panik!
Cepat putuskan sambungan listrik, baru menolong korban.
6. DAFTAR PUSTAKA
(1) Heriyanto (2010). Pengendalian Proses. Jurusan Teknik Kimia, Bandung:
POLBAN
(2) Cooper, D.J. (2004). Practical Procxess Control. Control Station.
(3) Wade, H. L. (2004). Basic and Adavanced Regulatory Control: System
Design and Application. Ed. 2, ISA, NC.