Oleh :
Eva Puspita Sari
1831410106
2A – D3 / 13
Sebagai contoh pada blok diagram final control element (FCE) yang
menjadi masukan adalah % PO sedangkan keluarannya adalah manipulated
variable (MV), seperti terlihat pada gambar II.2. Korelasi antara masukan dan
keluaran dari masing – masing komponen pengendali perlu dicari untuk
mengetahui hubungan antara keduanya, apakah memiliki korelasi positif
(penambahan variabel input akan diikuti dengan penambahan variabel output) ataukah
sebaliknya.
Linearitas
Idealnya, semua sistem pengukuran maupun elemen-elemen yang ada di
sistem pengendalian menghasilkan output yang selalu sebanding dengan input.
Tidak peduli di daerah mana sistem beroperasi. Kalau input besarnya 10%, output
juga harus 10%. Kalau input besarnya 20%, maka output juga harus 20%. Demikian
seterusnya, sampai input mencapai skala 100% dan output juga mencapai skala 100%.
Secara grafis, bila hubungan input-output itu digambarkan pada sumbu X-Y
akan diperoleh kurva seperti dalam Gambar II.3. Suatu elemen dikatakan linear
apabila kurva input vs output membentuk garis lurus seperti yang ada pada
Gambar II.3. Sayangnya, bentuk linear yang ideal seperti pada gambar itu nyaris
tidak pernah dapat ditemukan. Biasanya, bentuk kurva tidak lurus, mungkin
sedikit melengkung atau berkelok-kelok. Tetapi, ketidaklurusan ini masih ada di
dalam batas-batas yang bisa dianggap linear. Penyimpangan dari garis linear ideal
itulah yang disebut linearitas atau linearity.
Hysterisis
Gejala hysteresis pada sebuah instrument atau sistem pengukuran dapat dilihat
pada waktu ia beroperasi secara dua arah. Gejala ini lebih mudah diterangkan melalui
gambar. Gambar II.6 (a) menunjukkan dua kurva yang hampir berhimpitan. Kurva yang
satu ditandai dengan panah ke atas dan yang lain ditandai dengan panah ke bawah.
Hubungan input-output, tergantung dari arah mana perubahan terjadi. Pada waktu input
berubah dari 0% menuju 100%, hubungan input-output akan mengikuti kurva dengan
tanda anak panah ke atas. Sebaliknya, pada waktu input berubah dari 100% menuju 0%,
hubungan input-output mengikuti kurva dengan tanda anak panah ke atas. Gejala hysterisis
terjadi pada banyak elemen sistem pengendalian yang mengandung unsur mekanis,
khususnya control valve.
Marilah kita ikuti apa yang terjadi pada waktu sinyal input ke control valve naik
dari 0% menuju ke 100% dan pada waktu sinyal input ke control turun dari 100%
menuju ke 0%. Pada waktu sinyal naik, posisi bukaan control valve tertinggal di 24%
walaupun input sudah 25%. Pada waktu input naik sampai 50%, posisi bukaan control valve
tertinggal di 48% walaupun input sudah 50%. Demikian seterusnya, posisi control valve
benar-benar sama dengan input setelah sinyal mencapai 100%. Hal sebaliknya terjadi pada
waktu input berubah dari 100% menuju ke 0%. Pada waktu input turun dari 100% ke
75%, posisi bukaan control valve tertinggal di 76% walaupun input sudah 75%. Dan pada
waktu input turun dari 75% ke 50%, posisi bukaan control valve tertinggal di 52%
walaupun input 50%. Demikian seterusnya, posisi bukaan control valve baru benar-benar
sama dengan input setelah input menjadi 0%, atau control valve tertutup rapat.
Gejala hysterisis sebenarnya juga salah satu dari jenis error (kesalahan
baca). Hanya saja error disini tidak konstan besarnya, dan tergantung ke arah mana
input berubah. Namun, gejala hysterisis seperti halnya linearitas, tidak dapat
diungkapkan dalam bentuk transfer function. Kalau gejala ini harus diungkapkan
perlu banyak transfer function untuk satu elemen. Mengapa demikian, karena gain
elemen tidak linear sangat tergantung pada daerah dimana elemen beroperasi.
Tahap Pengoperasian
Tahap Pemadaman
Tahap Pengoperasian
Tahap Pematian
Tahap Start-Up
Setiap kenaikan 10%, pencatatan %PV pada PC, laju alir pada FI1,
dan tekanan pada barometer (lihat gambar).
Tahap Pematian
Pengarahan G1 ke posisi “0”.
Penutupan valve air utama dan aplikasi “Pilot”, serta pematian PC.
V. Data Pengamatan
5.1. Korelasi antara Besaran – Besaran pada Pengendali Aras
Tabel 1. Hasil Pengamatan Korelasi antara Besaran – Besaran pada
Pengendali Aras
No % PO Initial Level Air Waktu Laju alir Tekanan
. Actuating Signal (cm) t (menit) (cm3/menit) (Psi)
1. 0 0 5 4
2. 10 1 5 4,5
3. 20 1,5 5 5,5
4. 30 98,5 5 6,5
5. 40 181 5 7,5
6. 50 213 5 8
7. 60 220 5 8,3
8. 70 217 5 8
9. 80 213 5 8
10. 90 206 5 8
11. 100 239 5 8
12. 90 237 5 8
13. 80 250 5 8
14. 70 248 5 8
15. 60 253 5 8
16. 50 192 5 7,5
17. 40 184 5 7,2
18. 30 100 5 7
19. 20 1 5 6
20. 10 1 5 4,5
21. 0 0 5 4