1
Sistem diatas dikendalikan oleh tiga elemen instrumentasi, yaitu
transmitter (LT: level transmitter), berfungsi sebagai sistem pengukuran,
controller (LIC: level indicating control) berfungsi sebagai pembanding
dan menghitung, serta control valve (LV: level valve) berfunsi sebagai
pengoreksi.
Juga sebaliknya kalau level di tangki naik, control valve harus lebih
menutup agar flow air ke tangki berkurang. Jadi, kalau level naik, sinyal
ke control valve harus turun. Untuk itu controller harus bekerja increase-
decrease. Artinya kalau measurement variable naik, output controller
justru harus turun.
2
ini sangat penting agar semua sistem menghasilkan suatu feedback
negatif.
Adakalanya ditemukan keadaan dimana tidak mungkin mendapatkan
feedback negatif apabila tidak menyisipkan sebuah elemen pembalik
sinyal. Ada unit instrumentasi yang berfungsi untuk mebalik sinyal dari
increase-increase menjadi increase-decrease atau sebaliknya. Unit itu
disebut inverter atau signal inverter. Kebutuhan unit inverter biasanya
muncul karena sifat sistem pengukuran.
3
Pada elemen yang mengandung unsur kelambatan, terjadi phase shift
antara input dan output.
4
Gambar 1.6. Elemen dengan percepatan, terjadi phase shift positif
atau phase lead.
5
Gambar 1.7. Pengaruh Gaint Pada Transient respons
Bisakah dihindari agar phase shift semua elemen tidak sama dengan
-3600. penjelasan akan dapat diperoleh pada subbab berikut. Namun,
sebelumnya pelajarilah terlebih dahulu sebuah istilah baru yang disebut
natural frequency. Sebuah loop dikatakan berosilasi pada natural
frequency apabila loop tersebut berosilasi dengan amplituda tetap
(sustain oscilation) dan unit controller tidak mengandung phase shift
sama sekali.
1.4. pengaruh Loop Gain dan Phase Shift pada Response Sistem
Dari semua bentuk transient response yang ada di dalam Garnbar1.8.
nampak jelas bahwa keadaan tidak stabil dapat dihindari dengan dua
cara. Pertama, phasse shift diusahakan tidak sama dengan-360 0. Kedua,
loop gain diusahakan agar selalu lebih kecil dari satu. Sayangnya, tidak
banyak yang dapat dilakukan untuk mengubah phase shifi loop, karena
6
kelak akan diketahui bahwa hanya phase shift elemen controller yang
dapat kita ubah-ubah. Phase shift elemen lain tidak dapat diubah karena
memang sudah merupakan sifat alam elemen tersebut. Jadi, satu-satunya
jalan untuk menghindari keadaan tidak stabil adalah dengan membuat
Ioop gain supaya tidak pernah sama dengan satu.
7
Akibatnya, Ievel akan turun sebanyak 20% dari 60% menjadi 40% (titik
5). Level yang 40% ini juga akan dibaca oleh sistem pengukuran
sehingga measurement variable juga turun menjadi 40% (titik 6).,Karena
set point tetap ada di 50%, maka error kini berubah menjadi +10%. Oleh
controller, error +10% ini akan dibuat untuk menambah manipulate
variable sebaayak 20% (titik )|.Bukaan control valve sekarang tidak
lagl 40%, tetapi berubah menjadi 60%. FIow air ke tangki kembali naik
dari 40% ke 60% (titik 9).
Kesimpulan apa yang bisa didapat dari kurva waktu titik 1 sampai
dengan titik 9 itu? Dari kesembilan kurva waktu itu jelas bahwa
amplituda process variable semakin lama semakin membesar sebanyak
dua kali lipat. Kalau skenario di atas diteruskan, akan tampak bahwa
akhirnya level akan naik-turun dari 0% ke 100%. Gejala inilah yang
disebut dengan osilasi dengan amplituda membesar atau lazim disebut
undamped.
Mengapa terjadi response yang undamped? Jawabnya, karena loop gain
pada sistem itu lebih besar dari satu (G L > 1). Khususnya, pada contoh
ini, loop gain GL = 2. Perubahan load sebesar 10%, teryata
mengakibatkan perubahan level sebesar 20%. Setiap kali sinyal koreksi
bergerak di dalam loop, akan terjadi pembesaran amplituda sinyal.
sebanyak 2 kali. Fruktuasi process variable semakin lama akan semakin
membesar, dan timbul keadaan yang sangat dikuatirkan terjadi di dalam
suatu sistem pengendalian. Dapat dibayangkan apa yang terjadi kalau
fluktuasi process variable tersebut terjadi pada sebuah pengendalian
tegangan genarator. Semua peralatan yang mengambil daya generator
tersebut pasti akan rusak. Untuk aplikasi lain, keadaannya mungkin
bisa jauh lebih buruk bahkan fatal. Itulah sebabnya osilasi dengan
amplituda membesar tidak akan pernah dapat ditolerir. Skenario yang
sama dengan di atas dapat dibuat dengan mengandaikan loop gain G L=
0,5. Sinyal koreksi semakin larnaakan semakin mengecil, dan setiap kali
koreksi merambat di dalam loop, error akan selalu berkurang 50% dan
berubah tanda dari negatif ke positif, atau dari positif ke negatif'. Jadi,
dapat ditarik kesimpulan bahwa dengan loop gain sarnn dengan
setengah, amplifuda osilasi semakin lama akan semakin mengecil
8
sebanyak kali. Keadaan inilah yang disebut dengan istilalah quarter-
damping. Artinya, amplituda gelombang sinus yang kedua akan selalu
seperempat dari amplituda yang pertama.
Sampai sejauh ini belum pernah disebutkan bahwa ada dua bentuk gain'
yaitu dgnamic gain dan steady state gain. Kedua unsur lead dan lag
inilah yang membuat dynamic gain berbeda dengan steady state gain,
sehingga timbul phase shift bilamana pada input elemen diberi sinyal
sinusoida. Dalam praktek, suatu eleme pengendalian tidak akan pernah
benar-benar diberi lnput sinusoida. Namun, secara tidak langsung
elemen-elemen itu akan menerima input sinusoida pada waktu terjadi
osiiasi-osilasi kecil pada response.
Besarnya gain pada saat ada osilasi-osilasi kecil itulah yang disebut
dengan dynamic gain Jadi, dynamic gain adalah gain sebuah elemen yang
besarnya tergantung pada frekuensi sinusoida input. Besarnya dynamic
gain bisa sangat berbeda dengan besarnya steady state gain. Begitu pula
dengan phase shift. Besarnya phase shift juga sangat tergantung pada
besarnya frekuensi.
9
Gambar 2.10. Pemotongan loop untuk memperkenalkan analisa
frequency domain.
10