Anda di halaman 1dari 61

Laboratorium Pengendalian Proses

Semester V 2019 / 2020


LAPORAN PRAKTIKUM

PENGENDALIAN pH

Pembimbing : Jeanne Dewi Damayanti, S.T.,M.Sc


Kelompok : IV ( Empat )
Kelas / Prodi : 3 A / D3 Teknik Kimia
Tanggal Praktikum : 11, 18 dan 25 November 2019

Anggota Kelompok :
1. Vira Rahmawati ( 331 17 004 )
2. Muyassarah ( 331 17 005 )
3. Ainun Tasbih ( 331 17 007 )
4. Diah Athifah Mahdiyah (331 17 008)
5. Ardiansyah ( 331 17 014 )
6. Ramansi ( 331 17 0 )

PROGRAM STUDI D3 TEKNIK KIMIA


JURUSAN TEKNIK KIMIA
POLITEKNIK NEGERI UJUNG PANDANG
2019
PENGENDALIAN pH

A. JUDUL
Pengendalian keasaman pH

B. TUJUAN PRAKTIKUM
1. Untuk megetahui prosedur pengendalian pH dengan
menggunakan alat pengendalian pH secara komputasi serta
menerapkan variabel-variabel yang dapat mempengaruhi pH.

2. Melakukan simulasi pengendalian dan menghitung nilai PID


yang ideal dengan pengadukan.

3. Melakukan optimasi pengendalian dengan memasukkan nilai


PID simulasi.

C. PERINCIAN KERJA
1. Membuat larutan HCl (Asam Klorida) 0,001 M dan larutan
NaOH (Natrium Hidroksida) 0,001 M.

2. Menyalakan komputer dan alat pengendali pH.


3. Memulai praktikum pengendalian pH.

D. ALAT DAN BAHAN


1. Alat yang digunakan:
a. Seperangkat alat Armfield PCT 43 Electronic Control
Console
b. Set computer
c. Baskom 20 L
d. Gelas kimia 1000 mL
e. Gelas ukur 25 mL
f. Gelas kimia plastik 2000 mL
2. Bahan yang digunakan:
a. Air
b. NaOH 1 M
c. HCl 1 M
E. DASAR TEORI
Pengendalian proses adalah bagian dari pengendalian
automik yang diterapkan di bidang teknologi proses untuk
menjaga kondisi proses agar sesuai dengan yang diinginkan.
Seluruh komponen yang terlibat dalam pengendalian proses
disebut sistem pengendalian atau sistem control.

Jenis-jenis variable yang berperan dalam sistem pengendalian,


yaitu:
1. Process Variable (PV) adalah besaran fisik atau kimia yang
menunjukkan keadaan sistem proses yang dikendalikan agar
nilainya tetap atau berubah mengikuti alur tertentu (variabel
terkendali).

2. Manipulated Variable (MV) adalah variabel yang digunakan


untuk melakukan koreksi atau mengendalikan PV (variabel
pengendali).

3. Set Point (SP) adalah nilai variabel proses yang diinginkan


(nilai acuan).

4. Gangguan (w) adalah variabel masukan yang mampu


mempengaruhi nilai PV tetapi tidak digunakan untuk
mengendalikan.
5. Variabel Keluaran Tak Dikendalikan adalah variabel yang
menunjukkan keadaan sistem proses tetapi tidak dikendalikan
secara langsung.

Adapun langkah-langkah sistem pengendalian proses adalah


sebagai berikut:
1. Mengukur
Tahap pertama dari langkah pengendalian adalah mengukur atau
mengamati nilai variable proses.
2. Membandingkan
Hasil pengukuran atau pengamatan variable proses (nilai
terukur) dibandingkan dengan nilai acuan (set point).
3. Mengevaluasi
Perbedaan antara nilai terukur dan nilai acuan dievaluasi untuk
menentukan langkah atau cara melakukan koreksi atas
perbedaan itu.
4. Mengoreksi
Tahap ini bertugas melakukan koreksi variable proses, agar
perbedaan antara nilai terukur dan nilai acuan tidak ada atau
sekecil mungkin.

Untuk pelaksanan langkah-langkah pengendalian proses


tersebut diperlukan instrumentasi sebagai berikut:

1. Unit proses.
2. Unit pengukuran. Bagian ini bertugas mengubah nilai
variable proses yang berupa besaran fisik atau kimia menjadi
sinyal standar (sinyal pneumatic dan sinyal listrik). Unit
pengukuran ini terdiri atas:

a. Sensor: elemen perasa (sensing element) yang langsung


“merasakan” variabel proses. Sensor merupakan bagian
paling ujung dari sistem/unit pengukuran dalam sistem
pengendalian. Contoh dari elemen perasa yang banyak
dipakai adalah thermocouple, orificemeter, venturimeter,
sensor elektromagnetik, dll.

b. Transmitter atau tranducer: bagian yang menghitung


variable proses dan mengubah sinyal dari sensor menjadi
sinyal standar atau menghasilkan sinyal proporsional,
seperti:

 DC voltage 0-5 volt


 DC current 4-20 mA
 Pressure 3-15 psi
3. Unit pengendali atau controller atau regulator yang bertugas
membandingkan, mengevaluasi dan mengirimkan sinyal ke
unit kendali akhir. Hasil evalusi berupa sinyal kendali yang
dikirim ke unit kendali akhir. Sinyal kendali berupa sinyal
standar yang serupa dengan sinyal pengukuran.

4. Unit kendali akhir yang bertugas menerjemahkan sinyal


kendali menjadi aksi atau tindakan koreksi melalui
pengaturan variable termanipulasi. Unit kendali akhir ini
terdiri atas:

a. Actuator atau servo motor: elemen power atau


penggerak elemen kendali akhir. Elemen ini menerima
sinyal yang dihasilkan oleh controller dan mengubahnya
ke dalam action proporsional ke sinyal penerima.

b. Elemen kendali akhir atau final control element: bagian


akhir dari sistem pengendalian yang berfungsi untuk
mengubah measurement variable.dengan cara
memanipulasi besarnya manipulated variable yang
diperintahkan oleh controller. Contoh paling umum dari
elemen kendali akhir adalah control valve (katup
kendali).
Tipe-tipe pengendalian
1. Pengendali ON-OFF
Pengendali yang paling dasar adalah mode on-off atau sering
disebut metode dua posisi. Jenis pengendali on-off ini merupakan
contoh dari mode pengendali tidak terus menerus (diskontinyu).
Mode ini paling sederhana, murah dan seringkali bisa dipakai
untuk mengendalikan proses-proses yang penyimpanannya dapat
ditoleransi. Keluaran pengendali hanya memiliki dua
kemungkinan nilai, yaitu nilai maksimum (100%) dan nilai
minimum (0%). Sebagai contoh adalah pengendali temperatur
ruangan dengan memakai AC, setrika listrik menggunakan
sakelar temperatur.

Respon Pengendali :
a. Hanya memiliki dua nilai keluaran, maksimum (100%) atau
minimum (0%).

b. Selalu terjadi cycling (perubahan periodic pada nilai PV)


c. Cocok dipakai untuk respon PV yang lambat
d. Tidak cocok jika terdapat waktu mati.

Gambar 1. Pengendali dua posisi pada proses pengendalian


tinggi air

Mekanisme pengendali ini mudah difahami bila ditinjau


pengatur tinggi air dalam tangki. Air dalam tangki secara terus
menerus dikeluarkan dengan laju tetap. Apabila permukaan air
turun melebihi titik acuan R, maka sensor tinggi air akan
memberi sinyal bahwa terjadi penurunan permukaan air melebihi
batas. Sinyal ini masuk ke pengendali dan pengendali
memerintah pompa untuk bekerja. Dengan bekerjanya pompa, air
akan masuk ke tangki dan permukaan air akan naik kembali. Pada
saat tinggi air tepat mencapai R pompa berhenti.Akibat terjadi
pengosongan tangki, dan proses di atas berulang lagi. Dengan
demikian pompa akan selalu matihidup secara periodik seiring
dengan perubahan tinggi permukaan air. Peristiwa ini disebut
cycling atau osilasi.
Gambar 2. Osilasi pada variabel proses (PV)
Keterangan gambar:

y = sinyal pengukuran
tinggi air u = sinyal
kendali ke pompa

secara matematik, u 100%; e>0 =


0%; e<0

Pengendali On-Off dengan Histerisis


Untuk mencegah osilasi terlalu cepat pada
pengendalian on-off dua posisi, perlu dibuat lebih dari satu batas
yaitu batas atas (BA) dan batas bawah (BB).

Adapun langkah pengerjaan pengendalian on-off


dengan histerisis:

a. Dibuat lebih dari satu batas atas (BA) dan batas bawah
(BB)
b. Batas atas adalah batas tertinggi variable proses saat
naik
c. Batas bawah adalah batas terbawah variable proses
saat turun
d. BA dan BB disebut celah diferensial (differential gap), daerah
netral, atau histerisis
e. Fungsi celah diferensial adalah untuk memperlambat periode-
periode cycling

Gambar 3. Pengendali dua posisi pada proses


pengendalian tinggi air dengan celah diferensial.

Dengan adanya dua titik acuan (batas), maka terdapat daerah


netral yang berada di antara dua titik acuan. Jika permukaan air
berada pada daerah netral, terdapat dua kemungkinan. Pertama,
bila air sedang turun maka pompa tidak bekerja, karena
permukaan air masih di atas batas bawah. Kedua, bila permukaan
air sedang naik maka pompa sedang bekerja, karena permukaan
air di bawah batas atas.

Gambar 4. Pengendali dua posis pada proses pengendalian


tinggi air dengan celah differensial.
(a) Osilasi pada variabel proses (PV)
(b) Keluaran pengendali
Pengendali dua posisi menyatu energi atau massa ke
dalam proses dengan bentuk pulsa-pulsa, sehingga menimbulkan
osilasi atau cycling pada variabel proses.

Amplitude cycling bergantung pada tiga factor, yaitu:


• Konstanta waktu proses
• Waktu mati
• Besarnya perubahan beban
Kelebihan pengendali dua posisi:
• Perancangan mudah
• Murah
• Terpercaya
Kekurangan pengendalian dua posisi:
• Terjadi fluktuasi pada variabel proses, terutama bila perubahan
beban cukup besar.

2. Pengendali Proporsional
Proporsional adalah persen perubahan sinyal kendali
sebanding dengan persen perubahan sinyal pengukuran. Dengan
kata lain sinyal kendali merupakan kelipatan sinyal pengukuran.
Respon proporsional merupakan dasar pengendali PID.
Pemakaian pengendali proporsional selalu menghasilkan offset.
Offset berarti pengendali mempertahankan nilai PV pada suatu
harga yang berbeda dengan setpoint. Offset muncul dalam usaha
pengendali mempertahankan keseimbangan massa dan/atau
energi. Pengendali proporsional hanya dapat digunakan untuk
proses yang dapat menerima offset. Faktor kelipatan disebut gain
pengendali (Kc). Pengendali proporsional sebanding dengan
error-nya.
Persamaan
matematika :
U = Kc.e +
Uo dengan,

U = Keluaran pengendali (sinyal kendali),


Kc =Proportional gain (gain
pengendali) e = Error (SP – PV)

Uo = bisa, yaitu nilai sinyal kendali saat tidak ada error (e = 0)


Istilah gain pengendali bisaanya dinyatakan dalam proportional
band (PB)

Harga PB berkisar 0 – 500.


PB pada dasarnya menunjukkan persentasi rentang PV yang
dapat dikendalikan atau range error maksimum sebagai masukan
pengendali yang dapat menyebabkan pengendali memberikan
keluaran dengan range maksimum. Semakin sempit proportional
band, offset semakin kecil yang sesuai dengan proses dengan
kapasitas besar, waktu mati kecil sehingga dapat memakai
proportional band yang sempit. Tanggapan loop terbuka
pengendali proporsional

Gambar 5. Respon Pengendali Proporsional


3.Pengendali Proportional Integral
Penambahan fungsi aksi integral pada pengendali proporsional
adalah menghilangkan offset dengan tetap mempertahankan
respon. Pada pengendali proporsional-integral sistem pengendali
cenderung mudah osilasi, sehingga PB perlu lebih besar.

Persamaan pengendali PI:

dengan :
ti = waktu integral (integral action)
Aksi integral merespons besar dan lamanya error. Aksi integral
dapat dinyatakan dalam menit per-pengulangan (= waktu
integral) atau pengulangan per-menit (konstanta integral).
Respon loop terbuka pengendali proporsional integral (PI) pada
gambar di bawah ini.

Persamaan:

Gambar 6. Respon loop terbuka Pengendali Proporsional-


Integral
(
PI) Catatan :

a. Waktu integral tidak boleh lebih kecil disbanding waktu mati


proses sebab valveakan mencapai batas sebelum pengukuran
(PV) dapat dibawa kembali ke setpoint.

b. Ketika aksi integral diterapkan pada sistem pengendalian


yang memiliki error dalam waktu yang lama, misalnya
proses batch, maka aksi integral akan mengemudikan sinyal
kendali kea rah keluaran maksimum menghasilkan integral
resr wind-up atrau ke arah minimum (integral reset wind-
down).

4.Pengendali Proporsional Integral Differential (PID)


Kelambatan akibat aksi integral dapat dihilangkan dengan
menambah aksi aksi derivative pada pengendali proporsional
integral (PI) sehingga menghasilkan jenis pengendali
proporsional-integral-derivatif (PID). Aksi derivarif bertujuan
mempercepat respons perubahan PV dan memperkecil
overshoot, namun sistem ini sangat peka terhadap gangguan
bising (noise). Sistem ini sangat cocok pada proses yang
memiliki konstanta waktu jauh lebih besar dibanding waktu mati,
penambahan aksi derivative dapat memperbaiki kualitas
pengendalian, namun tidak dapat digunakan pada proses dengan
waktu mati dominan, penambahan aksi derivative dapat
menyebabkan ketidakstabilan, sebab adanya keterlambatan (lag)
respons pengukuran.

Persamaan standar pengendali proporsional-integral-derivatif


(PID)

Dengan:
d = waktu derivative (menit)
Gambar 7. Respons steep loop terbuka pengendali (PID)
Sifat-sifat pengendali proporsional-integral-derivatif (PID)
yaitu tanggapan cepat dan amplitude osilasi kecil (lebih stabil),
tidak terjadi offset dan peka terhadap noise.

5.Pengendalian Proporsional Derivativ (PD)


Pengendali proporsional-derivatif (PD) banyak menimbulkan
masalah sehingga model pengendali ini hamper tidak pernah
dipakai di industri karena kepekaan terhadap noise dan tidak
sesuai untuk proses dengan waktu dominan. Model pengendali
PD sesuai untuk proses multikapasitas, proses batch dan proses
lain yang memiliki tanggapan lambat.

Persamaan standar pengendali proporsional-derivatif (PD)


Gambar 8. Respons steep loop terbuka pengendali (PD)

Pengendali proporsional derivative (PD) tanggapan cepat terhadap


respon dengan overshoot kecil namun sangat peka terhadap noise.

Penentuan Parameter Pengendali Optimum (Optimum


Control Setting)A

Ada banyak cara yang digunakan untuk menentukan nilai


parameter pengendali optimum pada sistem pengendali,
diantaranya adalah:

a.Metode Osilasi teredam (Damped Ossilation Method)

Metode ini didasarkan pada respon proses yang


mempunyai decay ratio ¼ pada suatu sistem tertutup yang
hanya menggunakan aksi proporsional. Metode ini dilakukan
dengan cara mengecilkan nilai gain dari harga terkecil sampai
satu nilai tertentu sehingga didapat respon yang berosilasi dan
mempunyai decay ratio ¼.
Final Value of response

Respon Time

b.Metode Loop Tuning (Continous–Cycling Method)


Metode penyetelan dengan menggunakan metode loop
tuning pada dasarnya adalah penyetelan secara eksperimen
untuk mendapatkan suatu nilai konstanta kritis atau penguat
ultimat (gain ultimat) pada kontroller yang hanya
menggunakan aksi proportional dalam siklus pengendali
tertutup (closed loop cystem). Penyetelan dilakukan secara
coba–coba dengan cara merubah nilai gain secara selangkah
demi selangkah, sampai didapatkan respon dari sistem yang
berosilasi secara terus menerus. Kondisi dimana sistem
berosilasi secara terus menerus yang disebabkan oleh nilai
penguatan proporsional yang digunakan disebut gain ultimate
(Ku) dan

Gambar 9. Respons Proses pada kondisi Kritis atau


Kondisi Ultimat
Pada kondisi respon proses yang berisolasi secara continue
waktu tiap periode kritis dapat dihitung dengan mengambil
titik sembarang dari satu puncak ke puncak berikutnya (lihat
gambar di atas). Untuk mendapatkan parameter yang
optimum maka Ziegler Nichlos telah menetapkan sesuai
dengan tabel berikut ini :

Tabel 1. Pengesetan parameter pengendali menurut


metode ZieglerNichols

AKSI KONTROL NILAI PENGENDALI


Kc TI TD
P 0.50 Ku - -
P+I 0.45 Ku Pu /1.2 -
P+I+D 0.60 Ku Pu /2.0 Pu /8

c.Metode Kurva Reaksi (Reaction Curve Method)


Metode ini juga dikembangkan oleh Ziegler Nichlos dan sering
disebut dengan metoda reaksi proses. Pendekatan dasarnya yaitu
didasarkan pada respon transient suatu proses akibat adanya suatu
perubahan step input pada suatu rangkaian terbuka (open loop).
Pada saat mulai untuk metode ini, bisaanya dilakukan gangguan
terhadap proses yaitu dengan cara melakukan perubahan step
terhadap output controller sebesar M%. Nilai variabel kontrol saat
dilakukan gangguan dan setelah mencapai nilai jenuh diukur atau
dicatat (jika menggunakan recorder), serta waktu yang dibutuhkan
proses untuk mencapai nilai jenuh yang baru. Selang waktu yang
dibutuhkan tepat saat gangguan dilakukan dan saat tercapainya nilai
baru yang jenuh merupakan penjumlahan dari waktu mati (TAD) dan
waktu naik (Ta) secara keseluruhan. Tanggapan proses untuk loop
terbuka diperlihatkan pada gambar 1.6. dibawah ini :
Gambar 10. Tanggapan Proses Loop Terbuka
Berdasarkan hasil dan respon proses tersebut diatas maka COHEN
& COONS menetapkan nilai – nilai parameter pengendali seperti
tabel berikut :

Tabel 2. Hasil dan Respon Proses COHEN & COONS

Metode Penyetelan Kontroller


Kontroller Kc TI TD
P 1.Ta TAD

Us.TAD 1+ 3
.Ta
P+I 1.Ta TAD 30
Us.TAD T +3TaD /Ta
0.9+ 6 .Ta AD 9+20TaD
/Ta
P+D 1.Ta 5 6
TAD T −2TaD
Us.TAD 4+ /Ta
6 .Ta AD 9+20TaD
/Ta
P+I+ 1.Ta 4 32 4
D TAD T +6TaD /Ta T
Us.TAD 3+ AD 13+8TaD AD 11+2 TaD
4 .Ta /Ta /Ta
Dimana Us = penguatan sistem = Cp/M%

Kestabilan
Dalam kondisi normal, sistem pengendalian harus
menghasilkan operasi yang stabil. Artinya pengendali mampu
mengembalikan penyimpangan variabel proses ke nilai yang
diinginkan dengan sesedikit mungkin overshoot dan osilasi.

Pemilihan Jenis Pengendali


Hakikat utama pengendalian proses adalah mempertahankan
nilai variable proses agar sesuai dengan kebutuhan operasi, untuk
mecapai hal tersebut maka perlu dilakukan pemilihan jenis
pengendali yang tepat dan sesuai dengan tujuan dan kebutuhan
operasi.Teknik pemilihan dan penerapan jenis pengendali
sebagai berikut:

1. Penggunaan pengendali dua posisi, jenis ini dapat digunakan


jika :
a. Variabel proses tidak memerlukan ketelitian tinggi
b. Cycling pada variable proses dapat diterima dan laju
perubahan variable proses lambat.

2. Pengendali proporsional, jenis ini digunakan jika pengendali


dua posisi tidak mencukupi. Jenis ini dapat digunakan jika :
a. Offset dapat diterima dengan Kc (atau PB) yang moderat
atau jika
PB besar
b. Sistem operasi memiliki aksi integrasi, contoh tekanan gas
dan tinggi permukaan cairan dan sistem proses memiliki
tanggapan lambat hingga sedang.

3. Jika pengendali proporsional tidak mencukupi, perlu digunakan


pengendali proporsional – integral. Jenis ini dapat digunakan
jika :
a. Variabel proses memiliki tanggapan yang cepat, contoh laju
alir. Sebab aksi integral memperlambat tanggapan,
sehingga jika prosesnya cepat, penambahan aksi integral
masih tetap memuaskan. Oleh sebab itu tekanan gas dan
tinggi permukaan cairan jarang dikendalikan dengan PI.

b. Sistem proses yang tidak dapat membolehkan adanya offset.


4. Jika pengendali PI tidak mencukupi, perlu digunakan
pengendali proporsional integral derivatif (PID).

Jenis ini dapat digunakan jika sistem proses memiliki


tanggapan lambat, offset tidak diperbolehkan, waktu mati
cukup kecil (tidak dominant) dan tidak ada noise, contoh
suhu, komposisi, dan pH.

5. Pengendali jenis proporsional-derivatif (PD) hamper tidak


pernah digunakan di industri.

Adanya aksi derivative mempercepat tanggapan, tetapi


sangat peka terhadap noise. Padahal variable proses di
industri hampir selalu mengandung noise. Namun demikian
jika diinginkan memakai PB yang kecil sementara overshoot
diharapkan tetap kecil, penambahan derivative dapat
membantu. Pengendali PD cocok dipakai untuk proses batch
dan multikapasitas dengan catatan noise tidak ada.

Tujuan utama pengendalian pH adalah mengendalikan


pH larutan yang terdapat pada tangki utama (main) yang mengalir
ke bawah masuk menuju tangki pencampur, jumlah larutan yang
masuk dapat diketahui dengan mengatur katup dan mengukur
laju alir dari flowmeter. Gangguan (noise) dari tangki noise juga
mengalir ke bawah menuju tangki pencampur, jumlah dan besar
aliran dapat diatur dan dilihat dengan flowmeter. Larutan
bercampur di tangki dan diaduk oleh stirrer kemudian diukur
oleh elektroda, hasil pengukuran diberikan ke controller CRpH
yang berhubungan dengan sebuah personal computer. Output
dari controller kemudian diberikan ke pompa peristaltik yang
akan memompa sejumlah larutan koreksi sehingga pH didalam
tangki akan mendekati harga setpoint yang telah ditetapkan
sebelumnya.

Dalam variasi laju alir umpan dengan setpoint bersifat


agak asam dan asam kuat. Pada laju alir yang lambat, pengendali
tidak dapat mempertahankan harga pH dan pompa akan bergerak
secara periodik (bergantian) sehingga menghasilkan osilasi dan
tidak mencapai setpoint stabil. Pengurangan osilasi dapat
dilakukan dengan mempercepat laju alir. Perbedaan untuk
setpoint yang bersifat agak asam dan asam dapat diperlihatkan
pada grafik yang terbentuk. Linearitas dan bentuk simetris grafik
antara setpoint yang berbeda pada saat laju alir divariasikan
menunjukkan ketergantungan pH terhadap laju alir.

Dosing Pump
Dosing pump adalah pompa khusus untuk
menginjeksikan chemical secara terukur dan akurat serta manan
untuk berbagai aplikasi. Dosing pump/ pompa dosing/ metering
pump/ pompa injeksi kimia adalah pompa yang bertugas untuk
menginjeksikan bahan kimia dengan ukuran yang akurat untuk
mendapatkan hasil yang diinginkan.

Sensor Keasaman (pH)


Pada prisnsipnya pengukuran suatu pH adalah didasarkan
pada potensial elektro kimia yang terjadi antara larutan yang
terdapat di dalam elektroda gelas (membrane glass) yang telah
diketahui dengan larutan yang terdapat di luar elektroda gelas
yang tidak diketahui. Hal ini dikarenakan lapisan tipis dari
gelembung kaca akan berinteraksi dengan ion hidrogen yang
ukurannya relatif kecil dan aktif, elektroda gelas tersebut akan
mengukur potensial elektrokimia dari ion hidrogen atau
diistilahkan dengan potential of hydrogen.

Sensor pH akan mengukur potensial listrik (pada Gambar


1 ). alirannya searah jarum jam) antara mercury chloride (HgCl)
pada elektroda pembanding dan potassium chloride (KCL) yang
merupakan larutan di dalam gelas elektroda perak. Tetapi
potensial antara sampel yang tidak diketahui dengan elektoda
gelas dapat berubah tergantung pada sampelnya, oleh karena itu
perlu dilakukan kalibrasi dengan menggunakan larutan yang
ekuivalen yang lainnya menetapkan nilai pH.

Elektroda pembanding colomel terdiri dari tabung gelas


yang berisi potassium chloride (KCL). Tabung gelas ini mudah
pecah sehingga untuk mercury chloride (HgCl) di ujung larutan
KCL. Tabung gelas ini mudah pecah sehingga untuk
menghubungkannya digunakan ceramic berpori atau bahan
sejenisnya. Elektroda semacam ini tidak mudah terkontaminasi
oleh logam dan unsur natrium. Elektroda gelas terdiri dari tabung
kaca yang kokoh yang tersambung dengan gelombang kaca tipis
yang didalamnya terdapat larutan KCl sebagai buffer pH 7.

Elektroda perak yang ujungnya merupakan perak kloride


(AgCl2) dihubungan kedalam larutan tersebut. Untuk
meminimalisir pengaruh electric yang tidak diinginkan, tersebut
dilindungi oleh suatu lapisan kertas pelindung yang biasanya
terdapat di bagian dalam elektroda gelas. Salah satu contoh
bentuk elektroda gelas jenis sensor pH.
F. GAMBAR RANGKAIAN ALAT

Keterangan :
A = Komputer
B = Stirrer
C = Sensor pH
D = Katup Output
E = Pumb A
F = Pumb B
G = Penampung larutan asam
H = Penampung larutan basa
G. PROSEDUR KERJA
1.Membuat Larutan Asam dan Basa
a. Membuat larutan HCl (asam klorida) 0,001 M
1) Menghitung volume HCl 1 M yang dibutuhkan untuk
membuat larutan HCl 0,001 M. •Konsentrasi awal M1
=1M

• Konsentrasi akhir M2 = 0,001 M


• Volume akhir V2 = 20.000 mL
M1 . V1 = M2 . V2

V1 = 20 mL
2) Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan.
3) Mengisi bak penampungan dengan air sebanyak 19,8 L
atau hingga batas yang ada pada bak penampungan.

4) Memipet larutan HCl 1 M sebanyak 20 mL kedalam


tangki penampungan.

5) Mengaduk larutan pada bak penampungan hingga


homongen.
b. Membuat larutan NaOH (Natrium Hidroksida) 0,001 M.
1) Menghitung volume NaOH 1 M yang dibutuhkan untuk
membuat larutan NaOH 0,001 M. •Konsentrasi awal
M1 = 1 M

• Konsentrasi akhir M2 = 0,001 M


• Volume akhir V2 = 20.000 mL
M1 . V1 = M2 . V2

V1 = 20 mL
2) Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan.
3) Mengisi bak penampungan dengan air sebnayak 19,8 L
atau hingga batas yang ada pada bak penampungan.

4) Memipet larutan NaOH 1 M sebanyak 20 mL ke dalam


tangki penampungan.

5) Mengaduk larutan pada bak penampungan hingga


homogen.

2. Percobaan 1 (Pengaruh Perubahan Proportional Band


terhadap pH)

a. Menyalakan komputer dan alat PCT40 pH sensor.


b. Merangkai selang sesuai dengan yang diinstruksikan.
c. Membuka aplikasi PCT 40 pada komputer, kemudian pilih
“section 1”.

d. Menyiapkan baskom sebanyak tiga buah dan diberi tanda


A, B, dan C yang dimana:

• Untuk pompa A digunakan baskom A dan diisi larutan


asam (HCl) 0,001 M

• Untuk pompa B digunakan baskom b dan diisi larutan


basa (NaOH) 0,001 M.

• Baskom ketiga digunakan untuk pembuangan.


e. Mengisi larutan basa pada tabung hingga sensor pH tercelup
dengan cara mengatur pompa B 30% dan ditunggu sampai
“acidity” mencapai pH > 10 dan stirrer dijalankan.

f. Setelah pH pada “acidity” tercapai, pilih “control”,


kemudian diatur set point = 7 , PB = 10, I = 300, dan D = 1,
mengubah proses menjadi
“automatic”. Klik “apply” dan “Go” untuk menjalankan
proses.
g. Percobaan selesai apabila data telah mencapai set point dan
konstan.
h. Mematikan proses dengan mengklik “stop” pada tab menu.
i. Melakukan cara yang sama dengan memvariasikan nilai PB
0.1%, 1% dan 3%.

j. Menyimpan data yang diperoleh.

3. Percobaan 2 (Pengaruh Perubahan Kecepatan Feed


(Pompa B) terhadap pH)

a. Membuka aplikasi PCT 40 pada komputer, kemudian pilih


“section 1”.

b. Menyiapkan baskom sebanyak tiga buah dan diberi tanda


A,B, dan C yang dimana:

• Untuk pompa A digunakan baskom A dan diisi larutan


asam (HCl) 0,001 M

• Untuk pompa B digunnakan baskom B dan diisi


larutan basa (NaOH) 0,001 M.

• Baskom ketiga digunakan untuk pembuangan .


c. Mengisi larutan basa pada tabung hingga sensor pH tercelup
dengan cara mengatur pompa B 30% dan ditunggu sampai
“acidity” mencapai pH > 10 dan stirrer dijalankan.

d. Setelah pH pada “acidity” tercapai, pilih “control”,


kemudian diatur set point = 7, PB = 10, I = 300, dan D= 1,
mengubah proses menjadi

“automatic”. Klik “ apply” dan “Go” untuk menjalankan


proses.
e. Menunggu hingga respon mencapai set point dan konstan.
f. Setelah konstan, mengubah kecepatan pompa B menjadi
50%, kemudian menunggu hingga respon mencapai set
point dan konstan kembali.

g. Mengubah lagi kecepatan pompa B menjadi 70%, dan


menunggu hingga respon mencapai set point dan konstan
kembali.

h. Mengubah lagi kecepatan pompa B menjadi 30% dan


menunggu hingga respon mencapai set point dan konstan
kembali.

i. Setelah konstan, mematikan proses dengan mengklik “stop”


pada tab menu.

j. Menyimpan data yang telah dperoleh.

4. Percobaan 3 (Pengaruh Variasi Konsentrasi Feed


terhadap pH)
a. Membuka aplikasi PCT 42 pada komputer, kemudian pilih
“section 1”.

b. Menyiapkan baskom sebanyak tiga buah dan diberi tanda


tabel A, B, dan C yang dimana:

• Untuk pompa A digunakan baskom A dan diisi larutan


asam (HCl) 0,001 M

• Untuk pompa B digunakan baskom B dan diisi larutan


basa
(NaOH) 0,001 M
• Baskom ketiga digunakan untuk pembuangan.
c. Mengisi larutan basa pada tabung hingga sensor pH tercelup
dengan cara mengatur pompa B 30% dan ditunggu sampai
“acidity” mencapai pH > 10 dan stirrer dijalankan.
d. Setelah pH pada “acidity” tercapai, pilih “control”,
kemudian diatur set point = 7, PB = 10, I = 300, dan D=1,
mengubah proses menjadi

“automatic”. Klik “apply” dan “Go” untuk menjalankan


proses.
e. Menunggu hingga respon mencapai set point dan konstan.
f. Setelah konstan, menambahkan 5 mL. Larutan NaOH 1 M
di baskom penampungan yang berisi larutan NaOH 0,001
M, kemudian menunggu hingga respon mencapai set point
dan konstan kembali.

g. Setelah konstan kembali, menambahkan 5 mL larutan HCl


1 M pada baskom penampungan yang berisi larutan NaOH
0,001 M, kemudian menunggu hingga respon mencapai set
point dan konstan kembali.

h. Setelah konstan, mematikan proses dengan mengklik “stop”


pada tab menu.

i. Menyimpan data yang diperoleh.

5. Percobaan 4 (Simulasi Nilai PID terhadap pH)


a. Membuka aplikasi PCT 40 pada komputer pilih “section 1”.
b. Menyiapkan baskom sebanyak tiga buah dan diberi tanda
label A, B, dan C yang dimana:

• Untuk pompa A digunakan baskom A dan diisi larutan


asam (HCl) 0,001 M

• Untuk pompa B digunakan baskom B dan diisi larutan


basa
(NaOH) 0,001 M
• Baskom ketiga digunakan untuk pembuangan.
c. Mengisi larutan basa pada tabung hingga sensor ph tercelup
dengan cara mengatur pompa B 30% dan ditunggu sampai
“acidity” mencapai pH > 10 dan stirrer dijalankan.

d. Setelah pH pada “acidity” tercapai, pilih “control”,


kemudian diatur set point = 7, PB = 0, I = 0, dan D = 0,
mengubah proses menjadi

“automatic” Klik “apply” dan “Go” untuk menjalankan


proses.
e. Melakukan proses yang ini hingga terbentuk tiga osilasi.
f. Menyimpan data yang diperoleh sebagai simulasi.
g. Menghitung optimasi PID dengan metode tuning, dimana:
a. P = y/3
b. I = t
c. D = t/6

dengan y adalah amplitudo dan t adalah waktu 1


gelombang.
h. Memilih “control” kemudian mengatur set point menjadi 7,
mengisi nilai P, I, dan D, memilih mode operasi
“automatic”, dengan nilai hasil perhitungan tadi, kemudian
mengklik “apply” “OK” lalu menekan “GO” pada tab
menu.

i. Melakukan hingga isolasi telah stabil, mematikan proses


dengan mengklik “STOP” pada tab menu.

j. Menyimpan data yang diperoleh sebagai optimasi.

H. DATA PENGAMATAN
1. Tabel
1. Percobaan 1 (Pengaruh Perubahan Proportional Band
terhadap pH)
Tabel 1.1 Pengaruh Perubahan Proportional Band (10%) terhadap pH

Elapsed Acidity/ PID PID PID PID


NO Time Alkalinity Proportional Integral Derivative Set
(menit) Band Time Time Point
[pH] [%] [s] [s] [mS]
1 00:01 10.7 10 300 1 7
2 00:31 10.5 10 300 1 7
3 01:01 10.3 10 300 1 7
4 01:31 10.0 10 300 1 7
5 02:01 9.6 10 300 1 7
6 02:31 8.8 10 300 1 7
7 03:01 7.7 10 300 1 7
8 03:31 7.2 10 300 1 7
9 04:01 6.6 10 300 1 7
10 04:31 6.0 10 300 1 7
11 05:01 5.9 10 300 1 7
12 05:31 6.0 10 300 1 7
13 06:01 6.1 10 300 1 7
14 06:31 6.2 10 300 1 7
15 07:01 6.3 10 300 1 7
16 07:31 6.4 10 300 1 7
17 08:01 6.5 10 300 1 7
18 08:31 6.6 10 300 1 7
19 09:01 6.6 10 300 1 7
20 09:31 6.7 10 300 1 7
21 10:01 6.7 10 300 1 7
22 10:31 6.8 10 300 1 7
23 11:01 6.8 10 300 1 7
24 11:31 6.8 10 300 1 7
25 12:01 6.8 10 300 1 7
26 12:31 6.8 10 300 1 7
27 13:01 6.8 10 300 1 7
28 13:31 6.9 10 300 1 7
29 14:01 6.9 10 300 1 7
30 14:31 6.9 10 300 1 7
31 15:01 6.9 10 300 1 7
32 15:31 6.9 10 300 1 7
33 16:01 6.9 10 300 1 7
34 16:31 7.0 10 300 1 7
35 17:01 7.0 10 300 1 7
36 17:31 7.0 10 300 1 7
37 18:01 7.0 10 300 1 7
38 18:31 7.0 10 300 1 7
39 19:01 7.0 10 300 1 7
40 19:31 7.0 10 300 1 7
41 20:01 7.0 10 300 1 7
42 20:31 7.0 10 300 1 7
43 21:01 7.0 10 300 1 7
44 21:31 7.0 10 300 1 7

Tabel 1.2 Pengaruh Perubahan Proportional Band (3%) terhadap pH

Elapsed PID PID PID PID


Acidity/
NO Time Proportional Integral Derivative Set
Alkalinity
(menit) Band Time Time Point
[pH]
[%] [s] [s] [mS]
1 00:01 10.0 3 300 1 7
2 00:31 9.6 3 300 1 7
3 01:01 9.0 3 300 1 7
4 01:31 7.8 3 300 1 7
5 02:01 7.0 3 300 1 7
6 02:31 6.1 3 300 1 7
7 03:01 6.0 3 300 1 7
8 03:31 6.1 3 300 1 7
9 04:01 6.3 3 300 1 7
10 04:31 6.5 3 300 1 7
11 05:01 6.6 3 300 1 7
12 05:31 6.7 3 300 1 7
13 06:01 6.7 3 300 1 7
14 06:31 6.7 3 300 1 7
15 07:01 6.7 3 300 1 7
16 07:31 6.8 3 300 1 7
17 08:01 6.8 3 300 1 7
18 08:31 6.8 3 300 1 7
19 09:01 6.8 3 300 1 7
20 09:31 6.8 3 300 1 7
21 10:01 6.9 3 300 1 7
22 10:31 6.9 3 300 1 7
23 11:01 6.9 3 300 1 7
24 11:31 6.9 3 300 1 7
25 12:01 6.9 3 300 1 7
26 12:31 6.9 3 300 1 7
27 13:01 6.9 3 300 1 7
28 13:31 6.9 3 300 1 7
29 14:01 6.9 3 300 1 7
30 14:31 6.9 3 300 1 7
31 15:01 6.9 3 300 1 7
32 15:31 6.9 3 300 1 7
33 16:01 7.0 3 300 1 7
34 16:31 7.0 3 300 1 7
35 17:01 7.0 3 300 1 7
36 17:31 7.0 3 300 1 7
37 18:01 7.0 3 300 1 7
38 18:31 7.0 3 300 1 7
39 19:01 7.0 3 300 1 7
40 19:31 7.0 3 300 1 7
41 20:01 7.0 3 300 1 7
42 20:31 7.0 3 300 1 7

Tabel 1.3 Pengaruh Perubahan Proportional Band (1%) terhadap pH

Elapsed PID PID PID PID


Acidity/
Time Proportional Integral Derivative Set
NO Alkalinity
(menit) Band Time Time Point
[pH]
[%] [s] [s] [mS]
1 00:00 10.5 1 1 7
2 00:30 10.3 1 300 1 7
3 01:00 10.0 1 300 1 7
4 01:30 9.6 1 300 1 7
5 02:00 9.0 1 300 1 7
6 02:30 7.9 1 300 1 7
7 03:00 7.0 1 300 1 7
8 03:30 6.6 1 300 1 7
9 04:00 6.6 1 300 1 7
10 04:30 6.6 1 300 1 7
11 05:00 6.8 1 300 1 7
12 05:30 6.9 1 300 1 7
13 06:00 6.9 1 300 1 7
14 06:30 6.9 1 300 1 7
15 07:00 6.9 1 300 1 7
16 07:30 7.0 1 300 1 7
17 08:00 7.0 1 300 1 7
18 08:30 7.0 1 300 1 7
19 09:00 7.0 1 300 1 7
20 09:30 7.0 1 300 1 7
21 10:00 7.0 1 300 1 7
22 10:30 7.0 1 300 1 7
23 11:00 7.0 1 300 1 7
24 11:30 7.0 1 300 1 7
25 12:00 7.0 1 300 1 7

Tabel 1.4 Pengaruh Perubahan Proportional Band (0.1%) terhadap pH


PID PID PID PID
Elapsed Acidity/
NO Proportional Integral Derivative Set
Time Alkalinity
Band Time Time Point
(menit) [pH]
[%] [s] [s] [mS]
1 00:00 10.5 0.1 300 1 7
2 00:30 10.3 0.1 300 1 7
3 01:00 10.1 0.1 300 1 7
4 01:30 9.8 0.1 300 1 7
5 02:00 9.2 0.1 300 1 7
6 02:30 8.3 0.1 300 1 7
7 03:00 7.2 0.1 300 1 7
8 03:30 6.7 0.1 300 1 7
9 04:00 6.7 0.1 300 1 7
10 04:30 6.7 0.1 300 1 7
11 05:00 6.9 0.1 300 1 7
12 05:30 7.1 0.1 300 1 7
13 06:00 7.0 0.1 300 1 7
14 06:30 7.0 0.1 300 1 7
15 07:00 7.0 0.1 300 1 7
16 07:30 7.0 0.1 300 1 7
17 08:00 7.0 0.1 300 1 7
18 08:30 7.0 0.1 300 1 7
19 09:00 7.0 0.1 300 1 7
20 09:30 7.0 0.1 300 1 7
21 10:00 7.0 0.1 300 1 7
22 10:30 7.0 0.1 300 1 7

2. Percobaan 2 (Pengaruh Perubahan Kecepatan Feed (Pompa


B) terhadap pH
1. Tabel 2.1 Pengaruh Perubahan Kecepatan Feed (Pompa B) 30%, 50%,
dan 70% terhadap pH

Pump PID PID PID PID


Elapsed Acidity/
NO B Proportional Integral Derivative Set
Time Alkalinity
Speed Band Time Time Point
(menit) [pH]
[%] [%] [s] [s] [mS]
1 00:01 30 10.6 10 300 1 7
2 00:31 30 10.2 10 300 1 7
3 01:01 30 9.8 10 300 1 7
4 01:31 30 9.3 10 300 1 7
5 02:01 30 8.6 10 300 1 7
6 02:31 30 7.5 10 300 1 7
7 03:01 30 7.2 10 300 1 7
8 03:31 30 6.9 10 300 1 7
9 04:01 30 6.8 10 300 1 7
10 04:31 30 6.6 10 300 1 7
11 05:01 30 6.5 10 300 1 7
12 05:31 30 6.5 10 300 1 7
13 06:01 30 6.4 10 300 1 7
14 06:31 30 6.4 10 300 1 7
15 07:01 30 6.4 10 300 1 7
16 07:31 30 6.4 10 300 1 7
17 08:01 30 6.5 10 300 1 7
18 08:31 30 6.5 10 300 1 7
19 09:01 30 6.5 10 300 1 7
20 09:31 30 6.6 10 300 1 7
21 10:01 30 6.6 10 300 1 7
22 10:31 30 6.7 10 300 1 7
23 11:01 30 6.7 10 300 1 7
24 11:31 30 6.8 10 300 1 7
25 12:01 30 6.8 10 300 1 7
26 12:31 30 6.8 10 300 1 7
27 13:01 30 6.9 10 300 1 7
28 13:31 30 6.9 10 300 1 7
29 14:01 30 6.9 10 300 1 7
30 14:31 30 6.9 10 300 1 7
31 15:00 30 6.9 10 300 1 7
32 15:31 30 7.0 10 300 1 7
33 16:01 30 7.0 10 300 1 7
34 16:31 30 7.0 10 300 1 7
35 17:01 30 7.0 10 300 1 7
36 17:31 30 7.0 10 300 1 7
37 18:01 30 7.0 10 300 1 7
38 18:31 30 7.0 10 300 1 7
39 19:01 30 7.0 10 300 1 7
40 19:31 30 7.0 10 300 1 7
41 20:01 30 7.0 10 300 1 7
42 20:31 50 7.1 10 300 1 7
43 21:01 50 7.2 10 300 1 7
44 21:31 50 7.4 10 300 1 7
45 22:01 50 7.4 10 300 1 7
46 22:31 50 7.3 10 300 1 7
47 23:01 50 7.3 10 300 1 7
48 23:31 50 7.3 10 300 1 7
49 24:01 50 7.3 10 300 1 7
50 24:31 50 7.2 10 300 1 7
51 25:01 50 7.2 10 300 1 7
52 25:31 50 7.2 10 300 1 7
53 26:01 50 7.2 10 300 1 7
54 26:31 50 7.2 10 300 1 7
55 27:01 50 7.2 10 300 1 7
56 27:31 50 7.1 10 300 1 7
57 28:01 50 7.1 10 300 1 7
58 28:31 50 7.1 10 300 1 7
59 29:01 50 7.1 10 300 1 7
60 29:31 50 7.1 10 300 1 7
61 30:01 50 7.1 10 300 1 7
62 30:31 50 7.1 10 300 1 7
63 31:01 50 7.1 10 300 1 7
64 31:31 50 7.1 10 300 1 7
65 32:01 50 7.1 10 300 1 7
66 32:31 50 7.1 10 300 1 7
67 33:01 50 7.1 10 300 1 7
68 33:31 50 7.1 10 300 1 7
69 34:01 50 7.0 10 300 1 7
70 34:31 50 7.0 10 300 1 7
71 35:01 50 7.0 10 300 1 7
72 35:31 50 7.0 10 300 1 7
73 36:01 50 7.0 10 300 1 7
74 36:31 50 7.0 10 300 1 7
75 37:01 50 7.0 10 300 1 7
76 37:31 50 7.0 10 300 1 7
77 38:01 50 7.0 10 300 1 7
78 38:31 50 7.0 10 300 1 7
79 39:01 70 7.1 10 300 1 7
80 39:31 70 7.3 10 300 1 7
81 40:01 70 7.3 10 300 1 7
82 40:31 70 7.3 10 300 1 7
83 41:01 70 7.3 10 300 1 7
84 41:31 70 7.3 10 300 1 7
85 42:01 70 7.2 10 300 1 7
86 42:31 70 7.2 10 300 1 7
87 43:01 70 7.2 10 300 1 7
88 43:31 70 7.2 10 300 1 7
89 44:01 70 7.2 10 300 1 7
90 44:31 70 7.2 10 300 1 7
91 45:01 70 7.2 10 300 1 7
92 45:31 70 7.1 10 300 1 7
93 46:01 70 7.1 10 300 1 7
94 46:31 70 7.1 10 300 1 7
95 47:01 70 7.1 10 300 1 7
96 47:31 70 7.1 10 300 1 7
97 48:01 70 7.1 10 300 1 7
98 48:31 70 7.1 10 300 1 7
99 49:01 70 7.1 10 300 1 7
100 49:31 70 7.1 10 300 1 7
101 50:01 70 7.1 10 300 1 7
102 50:31 70 7.1 10 300 1 7
103 51:01 70 7.1 10 300 1 7
104 51:31 70 7.0 10 300 1 7
105 52:01 70 7.0 10 300 1 7
106 52:31 70 7.0 10 300 1 7
107 53:01 70 7.0 10 300 1 7
108 53:31 70 7.0 10 300 1 7
109 54:01 70 7.0 10 300 1 7
110 54:31 70 7.0 10 300 1 7
111 55:01 70 7.0 10 300 1 7
112 55:31 70 7.0 10 300 1 7
113 56:01 70 7.0 10 300 1 7

3. Percobaan 3 (Pengaruh Variasi Konsentrasi Feed terhadap


pH)
Tabel 3.1 Pengaruh Variasi Konsentrasi HCl dan NaOH terhadap pH

Elapsed PID PID PID PID


Acidity/
NO Time Proportional Integral Derivative Set
Alkalinity
(menit) Band Time Time Point
[pH]
[%] [s] [s] [mS]
1 00:01 10.5 10 300 1 7
2 00:31 10.1 10 300 1 7
3 01:01 9.8 10 300 1 7
4 4 4 4 4 4 4
5 02:01 8.5 10 300 1 7
6 02:31 7.5 10 300 1 7
7 03:01 7.1 10 300 1 7
8 03:31 6.8 10 300 1 7
9 04:01 6.6 10 300 1 7
10 04:31 6.5 10 300 1 7
11 05:01 6.4 10 300 1 7
12 05:31 6.4 10 300 1 7
13 06:01 6.4 10 300 1 7
14 06:31 6.4 10 300 1 7
15 07:01 6.4 10 300 1 7
16 07:31 6.4 10 300 1 7
17 08:01 6.4 10 300 1 7
18 08:31 6.4 10 300 1 7
19 09:01 6.5 10 300 1 7
20 09:31 6.5 10 300 1 7
21 10:01 6.6 10 300 1 7
22 10:31 6.6 10 300 1 7
23 11:01 6.6 10 300 1 7
24 11:31 6.7 10 300 1 7
25 12:01 6.7 10 300 1 7
26 12:31 6.7 10 300 1 7
27 13:01 6.8 10 300 1 7
28 13:31 6.8 10 300 1 7
29 14:01 6.8 10 300 1 7
30 14:31 6.9 10 300 1 7
31 15:01 6.9 10 300 1 7
32 15:31 6.9 10 300 1 7
33 16:01 6.9 10 300 1 7
34 16:31 6.9 10 300 1 7
35 17:01 6.9 10 300 1 7
36 17:31 6.9 10 300 1 7
37 18:01 6.9 10 300 1 7
38 18:31 7.0 10 300 1 7
39 19:01 7.0 10 300 1 7
40 19:31 7.0 10 300 1 7
41 20:01 7.0 10 300 1 7
42 20:31 7.0 10 300 1 7
43 21:01 7.0 10 300 1 7
44 21:31 7.0 10 300 1 7
45 22:01 7.0 10 300 1 7
46 22:31 7.0 10 300 1 7
47 23:01 7.0 10 300 1 7
48 23:31 7.0 10 300 1 7
49 24:01 7.0 10 300 1 7
50 24:31 7.1 10 300 1 7
51 25:01 7.3 10 300 1 7
52 25:31 7.4 10 300 1 7
53 26:01 7.4 10 300 1 7
54 26:31 7.4 10 300 1 7
55 27:01 7.4 10 300 1 7
56 27:31 7.3 10 300 1 7
57 28:01 7.3 10 300 1 7
58 28:31 7.3 10 300 1 7
59 29:01 7.3 10 300 1 7
60 29:31 7.2 10 300 1 7
61 30:01 7.2 10 300 1 7
62 30:31 7.2 10 300 1 7
63 31:01 7.2 10 300 1 7
64 31:31 7.2 10 300 1 7
65 32:01 7.1 10 300 1 7
66 32:31 7.1 10 300 1 7
67 33:01 7.1 10 300 1 7
68 33:31 7.1 10 300 1 7
69 34:01 7.1 10 300 1 7
70 34:31 7.1 10 300 1 7
71 35:01 7.1 10 300 1 7
72 35:31 7.1 10 300 1 7
73 36:01 7.1 10 300 1 7
74 36:31 7.1 10 300 1 7
75 37:01 7.0 10 300 1 7
76 37:31 7.1 10 300 1 7
77 38:01 7.1 10 300 1 7
78 38:31 7.0 10 300 1 7
79 39:01 7.0 10 300 1 7
80 39:31 7.0 10 300 1 7
81 40:01 7.0 10 300 1 7
82 40:31 7.0 10 300 1 7
83 41:01 7.0 10 300 1 7
84 41:31 7.0 10 300 1 7
85 42:01 7.0 10 300 1 7
86 42:31 7.0 10 300 1 7
87 43:01 7.0 10 300 1 7
88 43:31 7.0 10 300 1 7
89 44:01 6.9 10 300 1 7
90 44:31 6.8 10 300 1 7
91 45:01 6.7 10 300 1 7
92 45:31 6.6 10 300 1 7
93 46:01 6.6 10 300 1 7
94 46:31 6.6 10 300 1 7
95 47:01 6.7 10 300 1 7
96 47:31 6.7 10 300 1 7
97 48:01 6.7 10 300 1 7
98 48:31 6.7 10 300 1 7
99 49:01 6.8 10 300 1 7
100 49:31 6.8 10 300 1 7
101 50:01 6.8 10 300 1 7
102 50:31 6.8 10 300 1 7
103 51:01 6.8 10 300 1 7
104 51:31 6.9 10 300 1 7
105 52:01 6.9 10 300 1 7
106 52:31 6.9 10 300 1 7
107 53:01 6.9 10 300 1 7
108 53:31 6.9 10 300 1 7
109 54:01 6.9 10 300 1 7
110 54:31 6.9 10 300 1 7
111 55:01 6.9 10 300 1 7
112 55:31 6.9 10 300 1 7
113 56:01 7.0 10 300 1 7
114 56:31 7.0 10 300 1 7
115 57:01 7.0 10 300 1 7
116 57:31 7.0 10 300 1 7
117 58:01 7.0 10 300 1 7
118 58:31 7.0 10 300 1 7
119 59:01 7.0 10 300 1 7
120 59:31 7.0 10 300 1 7
121 00:01 7.0 10 300 1 7
122 00:31 7.0 10 300 1 7

4. Percobaan 4 (Simulasi Nilai PID Terhadap pH)


Tabel 4.1 simulasi nilai PID terhadap pH

Elapsed PID PID PID PID


Acidity/
NO Time Proportional Integral Derivative Set
Alkalinity
(menit) Band Time Time Point
[pH]
[%] [s] [s] [mS]
1 00:01 10.5 0 0 0 7
2 00:31 10.3 0 0 0 7
3 01:01 10.1 0 0 0 7
4 01:31 9.8 0 0 0 7
5 02:01 9.4 0 0 0 7
6 02:31 8.8 0 0 0 7
7 03:01 7.8 0 0 0 7
8 03:31 7.1 0 0 0 7
9 04:01 6.5 0 0 0 7
10 04:31 6.4 0 0 0 7
11 05:01 6.4 0 0 0 7
12 05:31 6.5 0 0 0 7
13 06:01 6.8 0 0 0 7
14 06:31 7.2 0 0 0 7
15 07:01 6.6 0 0 0 7
16 07:31 6.5 0 0 0 7
17 08:01 6.6 0 0 0 7
18 08:31 7.1 0 0 0 7
19 09:01 6.9 0 0 0 7
20 09:31 6.5 0 0 0 7
21 10:01 6.5 0 0 0 7
22 10:31 6.7 0 0 0 7
23 11:01 7.2 0 0 0 7
24 11:31 6.7 0 0 0 7
25 12:01 6.5 0 0 0 7
26 12:31 6.6 0 0 0 7
27 13:01 6.9 0 0 0 7
28 13:31 7.2 0 0 0 7
29 14:00 6.6 0 0 0 7

Tabel 4.2 Optimalisasi Nilai PID terhadap pH

Acidity/ PID PID PID PID


Elapsed
NO Alkalinity Proportional Integral Derivative Set
Time
Band Time Time Point
(menit)
[pH] [%] [s] [s] [mS]
1 00:01 10.3 0.23 60 10 7
2 00:31 10.2 0.23 60 10 7
3 01:01 9.9 0.23 60 10 7
4 01:31 9.6 0.23 60 10 7
5 02:01 9.2 0.23 60 10 7
6 02:31 8.5 0.23 60 10 7
7 03:01 7.4 0.23 60 10 7
8 03:31 6.9 0.23 60 10 7
9 04:01 6.7 0.23 60 10 7
10 04:31 6.7 0.23 60 10 7
11 05:01 6.8 0.23 60 10 7
12 05:31 7.1 0.23 60 10 7
13 06:01 7.0 0.23 60 10 7
14 06:31 7.0 0.23 60 10 7
15 07:01 7.0 0.23 60 10 7
16 07:31 7.0 0.23 60 10 7
17 08:01 7.0 0.23 60 10 7
18 08:31 7.0 0.23 60 10 7
19 09:01 7.0 0.23 60 10 7
20 09:31 7.0 0.23 60 10 7
21 10:01 7.0 0.23 60 10 7
22 10:31 7.0 0.23 60 10 7

2. Grafik
Percobaan 1
Grafik 1.1 Pengaruh Perubahan Proportional Band Terhadap PH
11.0

10.0

9.0
pH PB 0.1%
8.0 PB 1%
PB 3%
7.0
PB 10%
6.0

5.0
00:00 07:12 14:24 21:36 28:48
Waktu (menit)

Percobaan II
Grafik 2.1 Pengaruh Perubahan Kecepatan Pompa B terhadap Ph

11.0
10.5
10.0
9.5
9.0
pH

8.5
Pump B
8.0 30%
7.5
7.0
6.5
6.0
00:00 14:24 28:48 43:12 57:36 12:00
Waktu (menit)

Percobaan III
Grafik 3.1 Pengaruh Variasi Konsentrasi terhadap Ph
11.0

10.0
sebelum
9.0 penambah
an NaOH
+5 ml
pH

8.0 NaOH

7.0 +5 ml HCl

6.0

5.0
00:00 14:24 28:48 43:12 57:36 12:00
Waktu (menit)

Percobaan IV
Grafik 4.1 Simulasi Pengaruh Nilai PID terhadap pH

11.0
10.5
10.0
9.5
9.0
pH

8.5
8.0
7.5
7.0
6.5
6.0
00:00 02:53 05:46 08:38 11:31 14:24 17:17
Waktu (menit)

Sehingga :
Titik tertinggi = 7,2
Titik terendah = 6,5
Waktu tertinggi = 11 menit 1 detik = 661 sekon
Waktu terendah = 12 menit 1 detik = 721 sekon
Maka :

y = 7,2 – 6,5 = 0,7

t = (721 – 661) sekon = 60 sekon

 Proportional Band (P) = y/3 = 0,7/3 = 0,23%


 Integral Time (I) = t = 60 s
 Derivative Time (D) = t/6 = 60/6 = 10 s

Grafik 4.2 Optimasi Pengaruh Nilai PID terhadap pH

11.0
10.5
10.0
9.5
9.0
pH

8.5
8.0
7.5
7.0
6.5
6.0
00:00 01:26 02:53 04:19 05:46 07:12 08:38 10:05 11:31
Waktu (menit)

I. PEMBAHASAN
1. Vira Rahmawati ( 331 17 004 )
Pada percobaan pengendalian pH ini bertujuan untuk
mengendalikan pH larutan agar nilainya tetap konstan pada nilai yang
diinginkan sesuai dengan produk yang akan dihasilkan. Pada percobaan
ini dibuat larutan asam dan basa dimana pada larutan asam yaitu HCl
dengan konsentrasi 1 M dicampur air sebanyak 20 liter, sedangkan
NaOH 1 M juga dicampur air 20 liter. Pada alat pengendalian pH
memiliki dua wadah/baskom yaitu A dan B yang berisikan larutan
NaOH 0,001 M dan HCl 0,001 M yang terletak dibagian bawah. Umpan
ini kemudian dihubungkan dengan pompa sentrifugal untuk menarik
aliran tersebut lalu masuk ke dalam reactor. Mula-mula hanya larutan
asam yang di start up lalu setelah terdeteksi nilai pH-nya oleh elektroda
maka controller menginstruksikan sinyal ke pompa dimana laju alirnya
disesuaikan dengan nilai pH. Jumlah larutan yang masuk kedalam
reaktordapat diketahui dengan mengatur katup dan mengukur laju alir
dari flowmeter.

Proses ini terus berlanjut sampai didapatkan nilai setpoint dan


ketika mencapai nilai setpoint maka pompa akan berhenti bekerja
namun larutan asam terus mengalir. Larutan bercampur direaktor dan
diaduk oleh stirrer kemudian di ukur oleh elektroda, hasil pengukuran
diberikan ke controller CR pH yang berhubungan dengan sebuah
personal computer. Output dari controller kemudian diberikan ke
pompa peristaltik yang akan memompa sejumlah larutan koreksi
sehingga pH didalam tangki akan mendekati harga setpoint yang telah
ditetapkan sebelumnya. Pada laju alir yang lambat, pengendali tidak
dapat mempertahankan harga pH dan pompa akan bergerak secara
periodik (bergantian) sehingga menghasilkan osilasi dan tidak
mencapai setpoint stabil. Pengurangan osilasi dapat dilakukan dengan
mempercepat laju alir.

Pada pratikum ini percobaan pertama yang dilakukan adalah


pengaruh perubahan variasi nilai proportional band terhadap pH.
Variasi nilai pengaruh proportional band yaitu 10%, 3%, 1%, dan
0,1%. Beradasarkan data yang telah diperoleh dapat diketahui bahwa
variasi nilai Proporsional Band (P) mempengaruhi waktu respon dari
alat pengendali pH, sehingga mengakibatkan waktu proses juga ikut
terpengaruh. Dari grafik di atas, semakin besar nilai Proporsional Band
(P), maka semakin besar pula waktu respon yang dibutuhkan sistem
untuk merespon error yang terjadi, sehingga set point dapat tercapai
dalam waktu yang relatif lama. Hal ini dapat dilihat, saat nilai PB 10%
= 21.31 menit (tabel 1.1), pada PB 3% = 20.31 menit (table 1.2), PB 1%
= 12.00 menit, dan untuk PB 0.1% = 10.30 menit.

Percoban kedua yaitu dilakukan variasi pengaruh kecepatan


pompa B (NaOH) terhadap pH yaitu dengn variasi bukaan katup 30%,
50% dan 70%. Berdasarkan dari hasil percobaan, waktu yang
dibutuhkan untuk mencapai set point pada kecepatan 30% = 20.01
menit, kecepatan 50% = 38.31 menit dan pada kecepatan 70% = 56.01
menit. Pada grafik 2.1 dapat dilihat bahwa setiap kenaikan kecepatan
pompa B dapat diperoleh nilai setpoint yaitu 7. Dari variasi ini, dapat
dianalisa bahwa semakin besar kecepatan pompa, maka waktu yang
dibutuhkan untuk memperoleh nilai set point akan semakin besar.
Pengaruh

Percobaan ketiga adalah pengaruh penambahan konsentrasi


larutan terhadap pH.Berdasarkan pada grafik 3.1 yang diperoleh dapat
dilihat bahwa sebelum dilakukan penambahan konsentrasi larutan
diperoleh set point 7 dan setelah penambahan konsentrasi larutan, pH
larutan menurun. Untuk proses akhir proses pengendalian pH mulai
konstan mencapai set point. Pada saat penambahan 5 mL larutan NaOH
untuk mencapai setpoint 7, bukaan pompa A (larutan HCl) semakin
besar karena konsentrasi NaOH semakin tinggi dan waktu yang
dibutuhkan untuk mencapai setpoint akan semakin lama. Begitu pula
pada penambahan 5 mL larutan HCl, untuk mencapai setpoint HCl
dinaikkan. Dari percobaan ini dapat dianalisa apabila konsentrasi pH
semakin asam atau semakin basa maka akan mempengaruhi laju
alirnya.

Percobaan terakhir yaitu pengaruh penentuan nilai PID terhadap


pH adapun tujuan dari praktikum ini untuk menentukan nilai PID yang
optimum dimana percobaan ini dilakukan simulasi dan optimasi.
Simulasi dilakukan untuk mencari nilai PID, yang kemudian nilai PID
tersebut akan dimasukkan pada percobaan optimasi. Metode yang
digunakan yaitu dengan metode Ziegle-Nichols. Pada simulasi proses
pengendalian dilakukan hingga tercapai 3 osilasi (Tabel 4.1). Dimana
salah satu osilasi akan diukur nilai y nya. Mulamula kita menentukan
nilai Y pada grafik 4.1 , dengan mengambil titik tertinnggi dan terendah
pada suatu gelombang, lalu interval antara keduanya pada sumbu y
merupakan nilai Y, sedangkan untuk mencari nilai waktu interval antara
titik tertinggi dan terendah diambil pada sumbu x, dan nilai ini
merupakan nilai t. Setelah nilai Y dan t telah didapatkan, maka nilai P,
I dan D dapat ditemukan berdasarkan rumus P=𝑦/3 , I=t, dan D=𝑡/6 .
Sehingga nilai PID yang didapatkan yaitu P=0,23%, I= 60 s dan D= 10
s. Pencapaian nilai set point 7 pada optimasi dapat dilihat pada grafik
4.2, dimana pada optimasi nilai P,I, dan D yang diperoleh dimasukkam
sehingga diperoleh kurva dengan nilai yang semakin konstan dan
menuju setpoint.

2. Muyassarah ( 331 17 005 )


Tujuan praktikum ini adalah mengendalikan pH larutan agar
nilainya tetap konstan pada set point yang akan dikendalikan. Dimana
pada percobaan kali ini dibuat larutan asam dan basa dimana pada
larutan asam, HCl dengan konsentrasi 1 M dicampur dengan air
sebanyak 20 Liter. Sedangkan NaOH 1 M juga dicampur air 20 Liter.
Pada alat pengendalian pH memiliki 2 baskom yang terletak di bagian
bawah alat. Baskom pada bagian kanan berisikan larutan NaOH dan
baskom yang terletak pada bagian kiri berisikan larutan HCl. Umpan
ini kemudian dihubungkan dengan pompa sentrifugal untuk menarik
aliran tersebut lalu masuk ke dalam reaktor. Mula-mula hanya larutan
asam yang di start up lalu setelah terdeteksi nilai pH-nya oleh
elektroda maka controller menginstruksikan sinyal ke pompa dimana
laju alirnya disesuaikan dengan nilai pH.
Pada pratikum ini dilakukan pratikum pengendalian pH
dengan menggunakan beberapa percobaan, yaitu:

1. Pengaruh perubahan proportional Band terhadap pH

Pada pecobaan ini, dilakuakan variasi pengaruh


proportional band yaitu 0,1 %, 1% 3 % , dan 10 %. Beradasarkan
data yang telah diperoleh dapat diketahui bahwa variasi nilai
Proporsional Band (P) mempengaruhi waktu respon dari alat
pengendali pH, sehingga mengakibatkan waktu proses juga ikut
terpengaruh. Dari grafik di atas, semakin besar nilai Proporsional
Band (P), maka semakin besar pula waktu respon yang dibutuhkan
system untuk merespon error yang terjadi, akibatnya set point
dapat tercapai dalam waktu yang relatif lama .

2. Pengaruh variasi kecepatan pompa B terhadap pH.


Pada pecobaan ini, dilakukan variasi pengaruh kecepatan
pompa B (NaOH) terhadap pH yaitu dengn variasi bukaan katup
30%, 50% dan 70%. Berdasarkan dari hasil percobaan, waktu
yang dibutuhkan untuk mencapai set point pada kecepatan 30%
yaitu 15.31 menit, pada kecepatan 50% yaitu 34.01 menit dan
pada kecepatan 70% yaitu 51.31 menit. Dari variasi ini, dapat
dianalisa bahwa semakin besar kecepatan pompa, maka waktu
yang dibutuhkan untuk memperoleh nilai set point akan semakin
kecil, hal ini dapat terjadi karena apabila kecepatan pompa di
naikkan maka aliran feed masuk ke tangki akan terisi dengan
cepat sehingga waktu yang digunakan akan semakin sedikit.
3. Pengaruh variasi konsentrasi Feed terhadap pH
Pada pecobaan ini, dilakukan variasi konsentrasi terhadap
pH. Berdasarkan pada grafik yang diperoleh dapat dilihat bahwa
sebelum dilakukan penambahan konsentrasi larutan diperoleh set
point 7. Setelah dilakukan penambahan NaOH pH akan
mengalami kenaikan hingga membutuhkan beberapa waktu
untuk kembali mencapai set point. Selain itu, bukaan pompa A
(HCl) memiliki bukaan yang lebih besar dan perlahan mengecil
ketika akan mencapai set point. Pada saat pH telah mencapai set
point, dilakukan penambahan HCl sehingga pH akan mengalami
penurunan. Pada saat yang bersamaan bukaan pompa B semakin
besar dan perlahan mengecil ketika mendekati set point. Dari
percobaan ini dapat diketahui apabila konsentrasi pH semakin
asam atau semakin basa maka akan mempengaruhi laju alirnya
dengan tujuan mempertahankan pH tetap pada set point
4. Pengaruh optimasi Nilai PID Terhadap pH
Tujuan praktikum ini untuk menentukan nilai P, I dan D
terbaik untuk mencapai set point dengan baik. Metode yang
digunakan yaitu dengan metode Ziegle-Nichols. Pada simulasi
proses pengedalian dilakukan hingga mencapai tiga osilasi.
Mulamula kita menentukan nilai Y pada grafik, dengan
mengambil titik tertinggi dan terendah pada suatu gelombang,
lalu interval antara keduanya pada sumbu y merupakan nilai Y,
sedangkan untuk mencari nilai waktu interval antara titik
tertinggi dan terendah diambil pada sumbu x, dan nilai ini
merupakan nilai t. Setelah nilai Y dan t telah didapatkan, maka
nilai P, I dan D dapat ditemukan berdasarkan rumus P=𝑦/3 , I=t,
dan D= /6 . Sehingga nilai PID yang didapatkan yaitu P=0,23%,
I= 60 s dan d= 10 s.

3. Ainun Tasbih ( 331 17 007)


Praktikum kali ini bertujuan untuk menjaga pH agar berada pada

kisaran nilai yang diinginkan sesuai dengan produk yang akan

dihasilkan. Pada percobaan ini dibuat larutan asam dan basa dimana

pada larutan asam, HCl dengan konsentrasi 1 M dicampur dengan air

sebanyak 20 Liter. Sedangkan NaOH 1 M juga dicampur air 20 Liter.


Pada alat pengendalian pH memiliki 2 baskom yang terletak di bagian

bawah alat. Baskom pada bagian kanan berisikan larutan NaOH dan

baskom yang terletak pada bagian kiri berisikan larutan HCl. Umpan

ini kemudian dihubungkan dengan pompa sentrifugal untuk menarik

aliran tersebut lalu masuk ke dalam reaktor. Mula-mula hanya larutan

basa yang di start up lalu setelah terdeteksi nilai pH-nya oleh elektroda

maka controller menginstruksikan sinyal ke pompa dimana laju alirnya

disesuaikan dengan nilai pH. Proses ini terus berlanjut sampai

didapatkan nilai setpoint dan ketika mencapai nilai set point maka

pompa akan berhenti bekerja namun larutan asam terus mengalir.

Pengendalian mode proporsional integral inilah yang mengatur rentang

pH dan laju alir basa yang akan dikeluarkan sebagai output untuk

mencapai set point.

Percobaan pertama adalah pengaruh variasi nilai proportional band

terhadap pH. Variasi nilai proportional band yang digunakan sebesar

0,1%, 1%, 3% dan 10%. Berdasarkan data yang diperoleh dapat dilihat

bahwa waktu untuk mencapai set point pada PB 0,1% = 06.00 menit

(Tabel 1.4), pada PB 1% = 07.30 menit (Tabel 1.3), pada PB 3% = 14.31

menit (Tabel 1.2) dan pada PB 10% = 16.31 menit (Tabel 1.1). Dari

data tersebut dapat disimpulkan bahwa semakin besar nilai pada PB,

waktu yang diperlukan untuk mencapai set point semakin lama.

Percobaan kedua adalah pengaruh variasi kecepatan pompa B

terhadap pH. Dimana pompa B merupakan larutan NaOH dengan


variasi bukaan katup 30%, 50% dan 70%. Pada Grafik 2.1 dapat dilihat

bahwa setiap kenaikan kecepatan pompa B dapat diperoleh nilai set

point yaitu 7. Dari variasi ini, dapat dianalisa bahwa semakin besar

bukaan katup pompa, maka waktu yang dibutuhkan untuk memperoleh

nilai set point akan semakin kecil, hal ini dapat terjadi karena apabila

kecepatan pompa dinaikkan maka aliran feed masuk ke tangki akan

terisi dengan cepat sehingga waktu yang digunakan akan semakin

sedikit. Dimana pada kecepatan 30% set point tercapai selama 15.31

menit, pada kecepatan 50% set point selama 34.01 menit, sedangkan

untuk kecepatan 70% set point selama 51.31 menit.

Percobaan ketiga adalah pengaruh penambahan konsentrasi larutan

terhadap pH. Dapat dilihat pada Grafik 3.1 bahwa sebelum penambahan

diperoleh set point 7 dan setelah penambahan konsentrasi larutan, pH

larutan menjadi naik turun. Namun, pada bagian akhir proses

pengendalian larutan pH mulai mencapai konstan dan tercapai set point

7. Penambahan 5 mL larutan NaOH untuk mencapai set point 7, bukaan

pompa A (larutan HCl) semakin besar karena konsentrasi NaOH

semakin tinggi dan waktu yang dibutuhkan untuk mencapai set point

akan semakin lama. Begitu pula pada penambahan 5 mL larutan HCl,

untuk mencapai set point bukaan pompa A semakin rendah, karena

konsentrasi HCl dinaikkan. Dari percobaan ini dapat dianalisa apabila

konsentrasi pH semakin asam atau semakin basa maka akan

mempengaruhi laju alirnya.


Percobaan terakhir adalah menentukan nilai PID yang optimum

dimana percobaan ini dilakukan simulasi dan optimasi. Simulasi

dilakukan untuk mencari nilai PID, yang kemudian nilai PID tersebut

akan dimasukkan pada percobaan optimasi. Pada simulasi proses

pengendalian dilakukan hingga tercapai 3 osilasi (Tabel 4.1). Dimana

salah satu osilasi akan diukur nilai y nya yang merupakan selisih pH

antara puncak dan lembah serta nilai t yang merupakan selisih waktu.

Sehingga nilai PID yang didapatkan yaitu P = 0,23%, I = 60 s dan D =

10 s. Pencapaian nilai set point 7 pada optimasi dapat dilihat pada

Grafik 4.2. Pada simulasi diperoleh kurva dengan jumlah osilasi

sebanyak 4, sehingga dari beberapa osilasi tersebut dapat dihitung nilai

y dan t nya untuk menentukan nilai P, I dan D. Sedangkan pada

optimasi, nilai P,I, dan D yang diperoleh dimasukkan sehingga

diperoleh kurva dengan nilai yang semakin konstan menuju set

pointnya.

4. Diah Athifah Mahdiyah ( 331 17 008)


Pengendalian pH bertujuan untuk menjaga pH agar berada pada

kisaran yang diinginkan sesuai dengan produk yang akan dihasilkan.

Pada percobaan ini digunakan HCl dengan konsentrasi 1 M sebagai

larutan asam dan NaOH dengan konsentrasi 1 M sebagai larutan basa.

Masing-masing dilarutkan dalam 20 liter air. Alat ini bekerja dengan

cara mengalirkan umpan menuju ke reaktor menggunakan pompa

sentrifugal. Umpan yang dimaksud adalah larutan HCl dan NaOH.


Mula-mula hanya larutan asam yang di pompa menuju reaktor, setelah

nilai pH-nya terdeteksi oleh elektroda maka controller

menginstruksikan sinyal ke pompa dimana laju alirnya disesuaikan

dengan nilai pH.

Proses tersebut berlanjut hingga mencapai setpoint. Setelah

mencapai setpoint maka pompa akan berhenti namun larutan asam terus

mengalir. Pengendalian mode proporsional integral inilah yang

mengatur rentang pH dan laju alir basa yang akan dikeluarkan sebagai

output untuk mencapai setpoint.

Percobaan pertama adalah pengaruh variasi nilai proportional band

terhadap pH. Variasi nilai proportional band yang digunakan sebesar

0,1%, 1%, 3% dan 10%. Berdasarkan data yang diperoleh dapat dilihat

bahwa waktu untuk mencapai set point pada PB 0,1% = 06.00 menit

(Tabel 1.4), pada PB 1% = 07.30 menit (Tabel 1.3), pada PB 3% = 14.31

menit (Tabel 1.2) dan pada PB 10% = 16.31 menit (Tabel 1.1). Dari

data tersebut dapat disimpulkan bahwa semakin besar nilai pada PB,

waktu yang diperlukan untuk mencapai set point semakin lama.

Percobaan kedua adalah pengaruh variasi kecepatan pompa B

terhadap pH. Pompa B merupakan larutan NaOH dengan variasi

bukaan katup 30%, 50% dan 70%. Pada Grafik 2.1 dapat dilihat bahwa

setiap kenaikan kecepatan pompa B dapat diperoleh nilai set point yaitu

7. Dari variasi ini, dapat dianalisa bahwa semakin besar bukaan katup

pompa, maka waktu yang dibutuhkan untuk memperoleh set point akan
semakin kecil, hal ini dapat terjadi karena apabila kecepatan pompa

dinaikkan maka aliran feed masuk ke tangki akan terisi dengan cepat

sehingga waktu yang digunakan akan semakin sedikit. Kecepatan 30%

set point memerlukan waktu selama 15.31 menit, kecepatan 50%

memerlukan waktu selama selama 34.01 menit, sedangkan untuk

kecepatan 70% memerlukan waktu selama 51.31 menit untuk mencapai

set poin.

Percobaan ketiga adalah pengaruh penambahan konsentrasi larutan

terhadap pH. Dapat dilihat pada Grafik 3.1 bahwa sebelum penambahan

laritan diperoleh set point 7 dan setelah penambahan konsentrasi

larutan, pH larutan menjadi tidak stabil (naik turun). Namun, pada

bagian akhir proses pengendalian larutan pH mulai mencapai konstan

dan tercapai set point 7. Penambahan 5 mL larutan NaOH untuk

mencapai set point 7, bukaan pompa A (larutan HCl) semakin besar

karena konsentrasi NaOH semakin tinggi dan waktu yang dibutuhkan

untuk mencapai set point akan semakin lama. Begitu pula pada

penambahan 5 mL larutan HCl, untuk mencapai set point bukaan pompa

A semakin rendah, karena konsentrasi HCl dinaikkan. Dari percobaan

ini dapat disimpulkan bahwa apabila konsentrasi pH semakin asam atau

semakin basa maka akan mempengaruhi laju alirnya.

Percobaan keempat adalah menentukan nilai PID yang optimum,

percobaan ini dilakukan simulasi dan optimasi. Simulasi dilakukan

untuk mencari nilai PID, yang kemudian nilai PID tersebut akan
dimasukkan pada percobaan optimasi. Pada simulasi proses

pengendalian dilakukan hingga tercapai 3 osilasi (Tabel 4.1). Dimana

salah satu osilasi akan diukur nilai y-nya yang merupakan selisih pH

antara puncak dan lembah serta nilai t yang merupakan selisih waktu.

Sehingga nilai PID yang didapatkan yaitu P = 0,23%, I = 60 s dan D =

10 s. Pencapaian nilai set point 7 pada optimasi dapat dilihat pada

Grafik 4.2. Pada simulasi diperoleh kurva dengan jumlah osilasi

sebanyak 4, sehingga dari beberapa osilasi tersebut dapat dihitung nilai

y dan t nya untuk menentukan nilai P, I dan D. Sedangkan pada

optimasi, nilai P,I, dan D yang diperoleh dimasukkan sehingga

diperoleh kurva dengan nilai yang semakin konstan menuju set point-

nya.

5. Ardianyah ( 331 17 014 )


Praktikum yang dilakukan adalah pengendalian pH. Praktikum ini
bertujuan untuk melihat cara pengendalian kondisi pH dengan
menggunakan alat pengendalian pH skala kecil. Pengendalian pH ini
bertujuan untuk menjaga pH tetap konstan pada nilai pH yang
diinginkan (set point). Pada alat pengendalian pH ini terdapat dua
wadah yang berisi larutan NaOH 0,001 M dan HCl 0,001 M yang
terletak di bagian bawah. Untuk mengenali kedua wadah tersebut maka
diberikan label sesuai nama larutannya. Jumlah larutan yang masuk ke
dalam reaktor dapat diketahui dengan mengatur katup dan mengukur
laju alir dari flowmeter pada komputer kontrol, larutan (umpan)
dihubungkan dengan pompa sentrifugal untuk mengisap umpan menuju
ke reaktor.
Larutan bercampur di reaktor dan diaduk oleh stirrer kemudian di
ukur oleh elektroda, hasil pengukuran diberikan ke controller CR pH
yang berhubungan dengan sebuah personal computer. Output dari
controller kemudian diberikan ke pompa peristaltik yang akan
memompa sejumlah larutan koreksi sehingga pH di dalam tangki akan
mendekati harga set point yang telah ditetapkan sebelumnya. Jika nilai
pH tinggi maka larutan asam akan masuk untuk menurunkan nilai pH
agar mencapai set point 7. Begitupun ketika pH mulai turun dari nilai
set point makan larutan basa akan dialirkan untuk menjaga pH tetap
pada set point.
Pada pratikum ini dilakukan pratikum pengendalian pH dengan
menggunakan beberapa percobaan, yaitu:
1. Pengaruh perubahan proportional Band terhadap pH
Percobaan pertama adalah pengaruh variasi nilai proportional
band terhadap pH. Variasi nilai proportional band yang digunakan
sebesar 0,1%, 1%, 3% dan 10%. Berdasarkan data yang diperoleh
dapat dilihat bahwa waktu untuk mencapai set point pada PB 0,1%
= 06.00 menit (Tabel 1.4), pada PB 1% = 07.30 menit (Tabel 1.3),
pada PB 3% = 14.31 menit (Tabel 1.2) dan pada PB 10% = 16.31
menit (Tabel 1.1).
Beradasarkan data yang telah diperoleh dapat diketahui
bahwa variasi nilai Proporsional Band (P) mempengaruhi waktu
respon dari alat pengendali pH, sehingga mengakibatkan waktu
proses juga ikut terpengaruh. Dari grafik di atas, semakin besar nilai
Proporsional Band (P), maka semakin besar pula waktu respon yang
dibutuhkan system untuk merespon error yang terjadi, akibatnya set
point dapat tercapai dalam waktu yang relatif lama, sebab apabila
nilai PB besar maka offset akan bertambah sehingga mempengaruhi
waktu respon menjadi lama.
2. Pengaruh variasi kecepatan pompa B terhadap pH
Percobaan selanjutnya variasi kecepatan pompa B terhadap
pH. Dimana pompa B merupakan larutan NaOH dengan variasi
bukaan katup 30%, 50% dan 70%. Pada Grafik 2.1 dapat dilihat
bahwa setiap kenaikan kecepatan pompa B dapat diperoleh nilai set
point yaitu 7. Dari variasi ini, dapat dianalisa bahwa semakin besar
bukaan katup pompa, maka waktu yang dibutuhkan untuk
memperoleh nilai set point akan semakin kecil, hal ini dapat terjadi
karena apabila kecepatan pompa dinaikkan maka aliran feed masuk
ke tangki akan terisi dengan cepat sehingga waktu yang digunakan
akan semakin sedikit. Dimana pada kecepatan 30% set point tercapai
selama 15.31 menit, pada kecepatan 50% set point selama 34.01
menit, sedangkan untuk kecepatan 70% set point selama 51.31
menit.
3. Pengaruh variasi konsentrasi larutan terhadap pH
Percobaan ketiga adalah pengaruh penambahan konsentrasi
larutan terhadap pH. Dapat dilihat pada Grafik 3.1 bahwa sebelum
penambahan diperoleh set point 7 dan setelah penambahan
konsentrasi larutan, pH larutan menjadi naik turun. Namun, pada
bagian akhir proses pengendalian larutan pH mulai mencapai
konstan dan tercapai set point 7. Penambahan 5 mL larutan NaOH
untuk mencapai set point 7, bukaan pompa A (larutan HCl) semakin
besar karena konsentrasi NaOH semakin tinggi dan waktu yang
dibutuhkan untuk mencapai set point akan semakin lama. Begitu
pula pada penambahan 5 mL larutan HCl, untuk mencapai set point
bukaan pompa A semakin rendah, karena konsentrasi HCl dinaikkan.
Dari percobaan ini dapat dianalisa apabila konsentrasi pH semakin
asam atau semakin basa maka akan mempengaruhi laju alirnya.
4. Pengaruh optimasi Nilai PID Terhadap pH
Percobaan terakhir adalah menentukan nilai PID yang
optimum dimana percobaan ini dilakukan simulasi dan optimasi.
Simulasi dilakukan untuk mencari nilai PID, yang kemudian nilai
PID tersebut akan dimasukkan pada percobaan optimasi. Pada
simulasi proses pengendalian dilakukan hingga tercapai 3 osilasi
(Tabel 4.1). Dimana salah satu osilasi akan diukur nilai y nya yang
merupakan selisih pH antara puncak dan lembah serta nilai t yang
merupakan selisih waktu. Sehingga nilai PID yang didapatkan yaitu
P = 0,23%, I = 60 s dan D = 10 s. Pencapaian nilai set point 7 pada
optimasi dapat dilihat pada Grafik 4.2. Pada simulasi diperoleh
kurva dengan jumlah osilasi sebanyak 4, sehingga dari beberapa
osilasi tersebut dapat dihitung nilai y dan t nya untuk menentukan
nilai P, I dan D. Sedangkan pada optimasi, nilai P,I, dan D yang
diperoleh dimasukkan sehingga diperoleh kurva dengan nilai yang
semakin konstan menuju set pointnya.

6. Ramansi ( 331 17 0)
Praktikum ini bertujuan untuk mengendalikan pH larutan agar

nilainya tetap konstan pada nilai yang diinginkan (set point) yang

akan dikendalikan. Terdapat dua larutan yaitu larutan NaOH 0,001 M

dan HCl 0,001 M yang akan dipompakan ke dalam tangki

berpengaduk. Volume air yang masuk dapat diatur dengan mengatur

bukaan pompa pada masing- masing larutan.

Larutan akan bercampur di reaktor dan diaduk oleh stirrer kemudian

di ukur oleh elektroda, hasil pengukuran diberikan ke controller CR

pH yang berhubungan dengan perangkat komputer. Output dari

controller kemudian diberikan ke pompa peristaltik yang akan

memompa sejumlah larutan koreksi sehingga pH di dalam tangki

akan mendekati harga set point yang telah ditetapkan sebelumnya.

Pada pratikum ini dilakukan pratikum pengendalian pH dengan

menggunakan beberapa percobaan, yaitu:


Pengaruh perubahan proportional Band terhadap pH

Pada pecobaan ini, dilakuakan variasi pengaruh proportional band

yaitu 0,1%, 1%, 3 %, dan 10%. Beradasarkan data yang telah

diperoleh dapat diketahui bahwa variasi nilai Proporsional Band (P)

mempengaruhi waktu respon dari alat pengendali pH, sehingga

mengakibatkan waktu proses juga ikut terpengaruh. Dari grafik di atas

dapat diamati bahwa saat nilai PB=0,1% waktu yang responnya yaitu

03.31 menit, saat PB= 1 % waktu responnya yaitu 03.00 menit, saat

PB=3% waktu responnya yaitu 02.01 menit, dan saat PB=10% waktu

respon sebesar 04.01. Kecepatan respon dipengaruhi oleh nilai

Proporsional Band (P). Dimana, nilai P tidak boleh terlalu besar

ataupun terlalu kecil. Pada praktikum ini nilai P yang memiliki

kecepatan respon cepat adalah P=3%.

Pengaruh Perubahan Kecepatan Pompa B terhadap pH

Pada pecobaan ini, dilakukan variasi pengaruh kecepatan pompa B

(pompa untuk larutan NaOH) terhadap pH yaitu dengn variasi bukaan

katup 30%, 50% dan 70%. Berdasarkan dari hasil percobaan, waktu

yang dibutuhkan untuk mencapai set point pada kecepatan 30% yaitu

16.31 menit, pada kecepatan 50% yaitu 09.00 menit dan pada

kecepatan 70% yaitu 08.32 menit. Dari variasi ini, dapat dianalisa

bahwa semakin besar kecepatan pompa, maka waktu yang

dibutuhkan untuk memperoleh nilai set point akan semakin kecil, hal

ini dapat terjadi karena apabila kecepatan pompa di naikkan maka


aliran feed masuk ke tangki akan terisi dengan cepat sehingga waktu

yang digunakan akan semakin sedikit.

Pengaruh variasi konsentrasi Feed terhadap pH

Pada pecobaan ini, dilakukan variasi konsentrasi terhadap pH.

Berdasarkan pada grafik yang diperoleh dapat dilihat bahwa sebelum

dilakukan penambahan konsentrasi larutan diperoleh set point 7.

Setelah dilakukan penambahan NaOH pH akan mengalami kenaikan

hingga membutuhkan beberapa waktu untuk kembali mencapai set

point. Selain itu, bukaan pompa A (HCl) memiliki bukaan yang lebih

besar dan perlahan mengecil ketika akan mencapai set point. Pada

saat pH telah mencapai set point, dilakukan penambahan HCl

sehingga pH akan mengalami penurunan. Pada saat yang bersamaan

bukaan pompa B semakin besar dan perlahan mengecil ketika

mendekati set point. Dari percobaan ini dapat diketahui apabila

konsentrasi pH semakin asam atau semakin basa maka akan

mempengaruhi laju alirnya dengan tujuan mempertahankan pH tetap

pada set point

Pengaruh optimasi Nilai PID Terhadap pH

Tujuan praktikum ini untuk menentukan nilai P, I dan D terbaik untuk

mencapai set point dengan baik. Metode yang digunakan yaitu dengan

metode Ziegle-Nichols. Pada simulasi proses pengedalian dilakukan

hingga mencapai tiga osilasi. Mulamula kita menentukan nilai Y pada


grafik, dengan mengambil titik tertinggi dan terendah pada suatu

gelombang, lalu interval antara keduanya pada sumbu y merupakan

nilai Y, sedangkan untuk mencari nilai waktu interval antara titik

tertinggi dan terendah diambil pada sumbu x, dan nilai ini merupakan

nilai t. Setelah nilai Y dan t telah didapatkan, maka nilai P, I dan D

dapat ditemukan berdasarkan rumus P=𝑦/3 , I=t, dan D= /6 . Sehingga

nilai PID yang didapatkan yaitu P=0,23%, I= 60 s dan d= 10 s.

J. KESIMPULAN

1. Nilai Proportional Band (P) mempengaruhi lama respon alat, semakin


kecil nilai P maka semakin cepat set poin tercapai.
2. Laju umpan dapat mempengaruhi cepat lambatnya set point tercapai,
dan penambahan konsentrasi dapat mempengaruhi kondisi pH suatu
larutan dan dapat menjadi penghambat untuk tercapainya set point.
3. Pengadukan sangat mempengaruhi suatu pengukuran/pengendalian,
pengadukan berperan penting dalam pembacaan sensor.
4. Nilai PID yang didapatkan dari hasil percobaan yaitu P=0.23%, I=60 s,
dan D= 10 s.
5. Pada simulasi diperoleh kurva dengan jumlah osilasi sebanyak 4,
sehingga dari beberapa osilasi tersebt dapat dihitung nilai y dan t nya
untuk menentukan nilai P,I, dan D. sedangkan pada optimasi, nilai P,I,
dan D dimasukkan sehingga diperoleh kurva dengan nilai yang semakin
konstan menuju set point.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2015. Pengendalian pH.
http://s3.amazonenews.com/academia.edu. Diakses pada tanggal 27 November
2019 pukul 15:00).
Buku Petunjuk Laboratorium Pengendalian Proses. Politeknik Negeri Ujung
Pandang. Jurusan Teknik Kimia: Politeknik Negeri Ujung Pandang.
Byers, Jennifer. 2014. Laporan Pengendalian pH.
(http://id.scribd.com/document/250752964/LAPORANPENGENDALIAN-
PH-docx. Diakses pada tanggal 27 November 2019 pukul 16:30).

Anda mungkin juga menyukai