Anda di halaman 1dari 26

MAKALAH PENGETAHUAN BAHAN TEKNIK

POLIMER THERMOSETTING

Disusun Oleh :

Muhammad Aswan Nur : 331 17 001

Sabil : 331 17 024

Kelas :2 A

Dosen Pembimbing : Joice Manga, S.T,M.T

JURUSAN TEKNIK KIMIA


POLITEKNIK NEGERI UJUNG PANDANG
MAKASSAR
2018

1
DAFAR ISI

Contents
Kata Pengantar ................................................................................................................................... 3
BAB 1 .................................................................................................................................................. 4
PENDAHULUAN .................................................................................................................................. 4
1. Latar belakang ........................................................................................................................ 4
2. Rumusan masalah .................................................................................................................. 4
3. Tujuan percobaan .................................................................................................................. 4
BAB II .................................................................................................................................................. 5
ISI ........................................................................................................................................................ 5
1. POLIMER............................................................................................................................. 5
2. POLIMER THERMOSETTING ............................................................................................... 6
a. Resin Urea Formaldehid…………….....……………………………………………………………………………8

b. Resin phenol…………………………………………………………………………………………………………….11

c. Resin amino…………………………………………………………………………………………….……………….12

d. Polyester…………………………………………………………………………………………………………………16

e. Resin Epoksida…………………………………………………………………………………………………….….18

BAB III ............................................................................................................................................... 24


KESIMPULAN .................................................................................................................................... 24

2
Kata Pengantar

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh


Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan sehingga kami
dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa pertolongan-Nya tentunya
kami tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik. Shalawat serta
salam semoga terlimpah curahkan kepada baginda tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW
yang kita nanti-natikan syafa’atnya di akhirat nanti.
Penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-Nya,
baik itu berupa sehar fisik maupun akal pikiran, sehingga penulis mampu untuk
menyelesaikan pembuatan makalah dengan judul “Polimer Termosetting”.
Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih
banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, penulis mengharapkan
kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya makalah ini nantinya dapat
menjadi makalah yang lebih baik lagi. Demikian, dan apabila terdapat banyak kesalahan
pada makalah ini penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua dalam menulis makalah ini.
Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat. Terima kasih.

Makassar, 8 Desember 2018

Penyusun

3
BAB 1

PENDAHULUAN
1. Latar belakang
Polimer merupakan makro molekul besar yang dibangun oleh pengulangan
kesatuan kimia yang kecil (monomernya) yang berakibat umumnya molekul polimer
memiliki massa molekul yang relative besar. Akhir-akhir ini perkembangan industri
tentang pemanfaatan teknologi polimer sangat pesat sekali. Polimer memiliki banyak
kegunaan dan manfaat yang luar biasa dalam kehidupan manusia.
Polimer sangat berguna dalam kehidupan sehari-hari, karena sangat menunjang di
berbagai bidang seperti aneka produk dan barang, di rumah tangga, kantor, dan
sebagainya, sehingga semua orang mengenalnya. Polimer mencakup plastic, karet,
serat sampai perekat. Polimer merupakan ilmu yang sangat dinamis. Oleh karena itu,
sangat dibutuhkan pengetahuan yang baik tentang konsep-konsep dasar polimer, guna
dapat memahami dan mengembangkan ilmu polimer.
Dengan adanya praktikum ini diharapkan mahasiswa mampu mengetahi sifat-sifat
dari polimer termoplastik dan thermoset sehingga mahasiswa dapat membedakannya.

2. Rumusan masalah
Adapun rumusan masalah dari prcobaan ini adalah sebagai berikut:
a. Bagaimana mengenal bahan polimer?
b. Bagaimana sifat-sifat polimer dan jeni-jenis thermoset?
c. Bagaimana proses pembuatan polimer termoset?

3. Tujuan percobaan
Adapun tujuan dari dilakukannya percobaan ini adalah sebagai berikut:

a. Mengenal bahan polimer


b. Mengetahui sifat-sifat polimer thermoset.
c. Mengetahui proses pembuatan polimer termoset

4
BAB II

ISI

A. POLIMER THERMOSETTING

1. POLIMER

Polimer disebut juga dengan makromolekul merupakan molekul besar yang dibangun
dengan pengulangan oleh molekul sederhana yang disebut monomer. Polimer merupakan
molekul raksasa (makromolekul) yang terbentuk dari susunan ulang ratusan bahkan ribuan
molekul sederhana yang disebut monomer. Oleh karena itu polimer mempunyai massa
molekul relatif yang sangat basar.Polimer (polymer) berasal dari dua kata, yaitu poly
(banyak) dan meros (bagian – bagian).

karakteristik polimer secara umum yaitu sebagai berikut :


• Densitas yang rendah, dibandingkan dengan logam dan keramik.
• Rasio kekuatan terhadap berat (strength to weight) yang baik untuk beberapa jenis
polimer.
• Ketahanan korosi yang tinggi.
• Konduktivitas listrik dan panas yang rendah

Klasifikasi polimer dapat dibedakan berdasarkan ketahanan terhadap panas (termal) dan
berdasarkan asalnya.
1. Polimer berdasarkan asalnya
Berdasarkan asalnya, polimer dibedakan atas polimer alam dan polimer buatan. Polimer
alam telah dikenal sejak ribuan tahun yang lalu, seperti amilum, selulosa, kapas, karet,
wol, dan sutra. Polimer buatan dapat berupa polimer regenerasi dan polimer sintetis.
Polimer regenerasi adalah polimer alam yang dimodifikasi. Contohnya rayon, yaitu
serat sintetis yang dibuat dari kayu (selulosa). Polimer sintetis adalah polimer yang
dibuat dari molekul sederhana (monomer) dalam pabrik
2. Polimer berdasarkan ketahan terhadap panas
 polimer termoplastik
 polimer termoseting

5
2. POLIMER THERMOSETTING

Polimer termoseting adalah polimer yang mempunyai sifat tahan terhadap panas.
Jika polimer ini dipanaskan, maka tidak dapat meleleh. Sehingga tidak dapat dibentuk ulang
kembali. Susunan polimer ini bersifat permanen pada bentuk cetak pertama kali (pada saat
pembuatan). Bila polimer ini rusak/pecah, maka tidak dapat disambung atau diperbaiki lagi.
Polimer ini terdiri dari molekul rantai lurus dengan ikatan yang kuat antarsesamanya

Atau bisa dikatakan Polimer thermosetting adalah polimer network. Polimer ini
menjadi keras secara permanen selama pembentukannya dan tidak melunak ketika
dipanaskan. Polimer network mempunyai crosslink kovalen di antara rantai polimer yang
berdekatan. Selama pemanasan, ikatan ini mengikat rantai polimer menjadi satu untuk
menahan gerakan vibrasi dan rotasi rantai pada temperature tinggi. Hal inilah yang menjadi
penyebab mengapa material tidak melunak ketika dipanaskan.

Polimer termoseting memiliki ikatan – ikatan silang yang mudah dibentuk pada waktu
dipanaskan. Hal ini membuat polimer menjadi kaku dan keras. Semakin banyak ikatan
silang pada polimer ini, maka semakin kaku dan mudah patah. Bila polimer ini
dipanaskan untuk kedua kalinya, maka akan menyebabkan rusak atau lepasnya ikatan
silang antar rantai polimer. Hanya pemanasan yang berlebih yang akan menyebabkan
beberapa ikatan crosslink dan polimer itu sendiri mengalami degradasi. Polimer termoset
biasanya lebih keras dan kuat daripada termoplastik dan mempunyai stabilitas
dimensional yang lebih baik. Kebanyakan polimer crosslink dan network termasuk
vulcanized rubbers, epoxies, dan phenolics and beberapa resin polyester adalah
termosetting

Tidak dapat menerima siklus pemanasan-pendinginan seperti termoplastik:


Ketika dipanaskan pada tahap awal, termoset melunak dan mampu mengalir di dalam
cetakan.

6
• Tapi pada temperatur yang tinggi, terjadi reaksi kimia yang mengeraskan material
sehingga akhirnya menjadi padatan yang tidak mampu lebur kembali (infusible solid).
• Jika dipanaskan ulang, tidak mampu melunak kembali melainkan akan terdegradasi
menghasilkan arang.

Bentuk struktur ikatan silang sebagai berikut.

1. SIFAT POLIMER THERMOSETTING

Sifat polimer termoseting sebagai berikut.

 Ketika dipanaskan pada tahap awal, termoset melunak dan mampu mengalir di
dalam cetakan.
 Tapi pada temperatur yang tinggi, terjadi reaksi kimia yang mengeraskan material
sehingga akhirnya menjadi padatan yang tidak mampu lebur kembali (infusible
solid).
 Jika dipanaskan ulang, tidak mampu melunak kembali melainkan akan terdegradasi
menghasilkan arang.
 Keras dan kaku (tidak fleksibel)
 Tidak dapat dibentuk ulang (sukar didaur ulang).
 Tidak dapat larut dalam pelarut apapun.
 Tahan terhadap asam basa.
 Mempunyai ikatan silang antar rantai molekul.

7
2. JENIS-JENIS THERMOSETTING

a. Resin Urea formaldehid (Resin Amino)


Resin Urea formaldehid adalah hasil polimerisasi kondensasi urea dengan formaldehid.
Resin ini termasuk dalam kelas resin thermosetting yang mempunyai sifat tahan
terhadap asam ,basa , tidak dapat melarut dan tidak dapat meleleh. Karena sifat-sifat
tersebut, aplikasi resin urea-formaldehid yang sangat luas sehingga industri urea-
formaldehid berkembang pesat. Resin urea ini dapat dicetak tekan, memiliki permukaan
yang keras dan mempunyai nilai dielektrik yang tinggi dan dapat diberi berbagai warna.
Contoh industri yang menggunakan industri formaldehid adalah laminating, coating,
tekstil resin finishing. Jenis resin ini banyak juga digunakan untuk mencegah berkerut
dan kusut nya kain katun dan untuk mencegah menyusutnya kayu. Polimer termoset
seperti urea formaldehid (UF) dan melamin formaldehid merupakan resin yang paling
banyak digunakan dari resin amino.
Namun demikian, penerimaan dari resin amino sebagai bahan pelarut seperti industri
pelapisan terhambat oleh beberapa di dalamnya terkandung kualitas yang kurang baik
seperti kerapuhan, tahan air yang buruk dan emisi formaldehid. Conner (1996)
melaporkan bahwa prosedur untuk sintesis resin UF menawarkan berbagai kondisi yang
membuat sintesis resin tidak diawetkan yang mungkin memiliki penting properti seperti
gel, taktik waktu dan spreadability. Emisi dan daya tahan formaldehid dari resin yang
dikeraskan dapat dikendalikan dan secara khusus disesuaikan untuk tujuan akhir
menggunakan dari resin (Osemeahon & Barminas, 2007).
Resin urea formaldehid (UF) merupakan produk polikondensasi urea dan
formaldehid baik dalam media basa atau netral atau asam atau alkali / asam. Moulding
ke partikel bubuk UF atau ikatan dengan resin UF biasanya menghasilkan produk
unggulan sebanding dengan kondensasi formaldehid lain (petrokimia) plastik, tetapi
hanya dapat digunakan dalam interior non-struktural aplikasi.
Resin UF memiliki warna jelas, proses curing yang cepat, dan membentuk ikatan
yang kuat di bawah berbagai kondisi yang lebih luas. Juga, karena biaya pembuatan
urea - formaldehid resin relatif paling murah, dan bahan baku yang mudah diperoleh,
resin UF mungkin adalah perekat petrokimia sintetis yang paling murah.

8
Polikondensasi urea dengan formaldehid biasanya menghasilkan obligasi
hydrolytically yang sensitif, rantai ikatan hidrogen yang kuat, dan kepadatan sambung
silang yang selalu meningkatkan kepekaan sensitivitas dalam aplikasi stress – bearing.
Sebagai akibatnya, produk UF – kayu terikat ini biasanya terbatas pada interior, aplikasi
non - struktural karena kecenderungannnya untuk terhidrolisis bila dalam kelembaban
tinggi dan atau suhu yang tinggi pula (Obichukwu, 2006).
Nilai pH, kepadatan isi, dan katalis resin urea formaldehid memainkan peran penting
dalam menyediakan gabungan pH lingkungan di antara kayu dan resin urea formaldehid.
Untuk mendapatkan kekuatan yang optimum, waktu pemberian tekanan dan suhu harus
disesuaikan dengan pH lingkungan. Dengan demikian, investigasi dari efek nilai pH,
kepadatan isi, dan katalis resin urea formaldehid di waktu gel sangat penting untuk
parameter efektif untuk diaplikasikan pada komposit kayu dasar .

Pembuatan Resin Urea Formaldehid


Resin formaldehid dibuat dengan mereaksikan formaldehid dengan berbagai zat-zat
seperti urea dan fenol. Reagen-reagen tersebut dicampur untuk membentuk polimer
termoset sambung silang yang digunakan dalam kayu yang disusun kembali (misalnya kayu
lapis) dan perekat kayu .
Resin formaldehid terbentuk oleh reaksi dengan urea formaldehid, fenol,
melamin atau resorsinol, dan digunakan sebagai perekat.

Gambar 2.1 Beberapa Senyawa yang Dapat Dibuat Resin Formaldehid

Formaldehid ini diproduksi oleh Resin ICI oleh katalis perak pada oksidasi metanol
:

Gambar 2.2 Pembentukan Formaldehid

9
Proses resinifikasi untuk urea formaldehid itu terjadi dalam dua tahap utama, yaitu
metilolasi dan kondensasi. Pada langkah metilolasi, urea dan formaldehid yang bereaksi di
bawah kondisi yang terkontrol menggunakan katalis basa. Biasanya, tahap metilolasi
dilakukan pada pH sekitar 8,0. Tahap metilolasi biasanya menghasilkan padatan terlarut
dalam campuran metilol, monometilol urea, dan dimetilol urea dan trimetilol urea.

Gambar 2.3 Reaksi Metilolasi Urea Formaldehid

Reaksi metilolasi urea dikendalikan sehingga 1 mol urea


digabung dengan 2 mol formaldehid untuk menghasilkan dimetilol urea yang dominan.
Tahap kedua dari proses resinifikasi melibatkan kondensasi dari jenis metilolasi dengan
adanya katalis asam, yang bila dilakukan sampai selesai, hasil dalam resin, sepenuhnya
mengeras dapat dicairkan dengan jembatan metilen. Hasil reaksi kondensasi yang telah
ditentukan titik akhirnya, dan resin intermediate didinginkan. Resin intermediate distabilkan
dengan menyesuaikan pH sampai sekitar 7,0-8,0. Kondensasi dari metilolasi setara dengan
2 mol urea bereaksi dengan 1 mol formaldehid untuk membentuk resin urea formaldehid .

Gambar 2.4 Reaksi Pembentukan Resin Urea Formaldehid

10
Lapisan resin urea formaldehid mempunyai tahap curing lebih cepat tetapi memiliki
kelembaban lebih rendah dibandingkan dari lapisan resin melamin formaldehid. Secara
umum, melamin berbasis resin lapisan memiliki kinerja lebih baik secara keseluruhan,
tapi, sekali lagi, biaya yang lebih tinggi membatasi penggunaannya. Hal ini secara
umum untuk penggunaan kombinasi urea/melamin berbasis resin untuk mencapai
keseimbangan yang tepat dari properti, biaya, dan kinerja

b. Fenol-formaldehida/bakelit (Resin Phenol)

Polimer merupakan suatu senyawa penyusun makro molekul yang berulang. Polimer juga
dibedakan berdasarkan asalnya yaitu polimer alam dan polimer sintesis. Ada polimer yang
dibedakan berdasarkan pembentukannya yaitu adisi dan kondensasi. Ada juga polimer
yang berdasarkan jenis monomernya yaitu homopolimer dan kopolimer. Selain itu ada
juga polimer yang dibedakan berdasarkan sifatnya, yaitu termoplas dan termoset.
Bakelit atau fenol formaldehida pertama kali disentesis oleh Leo Baekeland.
Bakelit sendiri merupakan salah satu contoh dari polimer yang berdasarkan asalnya,
polimer sintesis. Polimer sintesis sendiri artinya adalah polimer yang di buat di pabrik.
Selain itu bakelit mempunyai sifat polimer yang tidak dapat melunak dan dibentuk ulang.
Jika dipanaskan pada suhu tinggi, maka plastik ini akan terurai dan rusak.

PROSES PEMBUATAN BAKELIT


Proses pembentukan bakelit adalah polimer kondensasi. Kondensasi merupakan reaksi
penggabungan monomer – monomer dengan melepas molekul kecil, seperti H2O dan
CH3OH.

Reaksi kondensasi berlangsung lebih lambat, tahap demi tahap sehingga sering disebut
sebagai reaksi pertumbuhan tahap demi tahap. Produk utama dari reaksi ini, terbentuk

11
dari phenol dan formal dehide. Phenol dan formal dehide bergabung ( dimen ) kemudian
mengalami polimerisasi kendensasi. Bakelit digunakan untuk instalasi listrik dan alat-alat
yang tahan suhu tinggi, misalnya asbak dan fiting lampu listrik.

Merupakan resin sintetik yang dibuat dengan mereaksikan phenol


denganformaldehida, wujud nya keras, kuat, awet dan dapat dicetak pada berbegai
kondisi.Bahan ini mempunyai daya tahan panas dan air yang baik dan dapat diberi
macam-macam warna,sering digunakan sebagai bahan pelapis dan laminating, pengikat
batu gerinda, pengikat logam ataugelas, dapat dicetak menjadi kotak, isolator listrik,
tutup botol dan tangkai pisau, plastik yang digunakan untuk peralatan listrik seperti
fitting lampu listrik, steker listrik, peralatan fotografi, radio, perekat plywood.

c. Melamin-formaldehida.(Resin Amino)
Resin melamin-formaldehida diperkenalkan di Jerman oleh Henkel pada tahun 1935.
Resin ini termasuk dalam golongan resin amino yang diproduksi melalui reaksi
polikondensasi antara melamin dan formaldehida. Dibanding resin amino lainnya,
seperti resin urea-formaldehida, mempunyai kelebihan yakni transparan;
kekerasan(hardeness) yang lebih baik; stabilitas termal yang tinggi; tahan terhadap air,
bahan kimia, dan goresan; dan bersifat sebagai flame retardant. Dari kelebihan ini,
penggunaan resin ini sangat luas, seperti pada industri perekat, tekstil, laminasi, kertas,
pelapisaan permukaan ( surface coatings), moulding dan sebagainya.
Amerika saerikat, Eropa dan Asia Tenggara adalah pasar terbesar dari melamin.
Permintaan akan material ini di Amerika Serikat dan Eropa Barat tumbuh sekitar
3% pertahun dalam kurung waktu 2001 – 2006 dan secara global diprediksi tumbuh
sekitar 4,5% pertahun. Laju pertumbuhan akan permintaan di Asia Tenggara diharapkan
akan lebih cepat karena peningkatan produksi laminat untuk keperluan domestic dan
ekspor.

ASPEK KIMIAWI

Reaksi pembentukan resin melamin-formaldehida merupakan reaksi polikondensasi


yang sampai pada tahap akhir penggunaannya terdiri dari tiga tahap. Tahap pertama
adalah reaksi metilolasi dengan formaldehida membentuk melamin termetilolasi

12
(gambar 1).

Molekul melamin mengandung tiga gugus amina primer dan setiap gugus tersebut
mempunyai potensi untuk bereaksi dengan dua mol formaldehida hingga dapat
membentuk produk heksametilolmelamin, jika rasio formaldehida/melamin cukup
tinggi. Dalam medium alkali (pH >9) maka produk yang dihasilkan secara esensial
adalah trimetilolmelamin dan heksametilolmelamin

Tahap kedua adalah tahap kondensasi membentuk jembatan eter dan melepaskan air
atau pembentukan jembatan metilen dengan melepaskan formaldehida, bergantung
pada pH. Sebagai contoh kondensasi dari molekul monometilolmelamin

Tahap akhir adalah tahap kondensasi lanjut yang pada akhirnya membentuk produk
polimer terikat silang dengan struktur jejaring tiga dimensi
Parameter yang sangat penting dalam pembentukan resin melamin-formaldehida
adalah:
- rasio molar atau rasio massa dari bahan baku (melamin dan formaldehida)

- kemurnian bahan baku

- pH

- waktu dan

13
- temperature

PROSES PRODUKSI

Resin melamin-formaldehida biasanya dipreparasi secara batch (5 – 20 m3).


Proses kontinu juga dapat dilakukan, terutama untuk produksi resin perekat (lem).

a. Produksi Batchwise

Prosedur batchwise adalah metode yang paling banyak digunakan untuk produksi
resin melamin-formaldehida secara industrial. Walaupun kapasitas produksi relative
kecil, proses ini dapat dilakukan perluasan varitas produk dan setiap saat dapat
dilakukan perubahan produk. Gambar 1 menyajikan diagram pabrik untuk produksi
resin dalam bentuk larutan berair (aqueous solutions).
Reaksi dilakukan dengan dua atau lebih tahapan dalam reaktor (stainless steel, No.
St. 1.4541 atau St. 1.4571) berpengaduk (berbentuk piringan atau jangkar). Reaktor ini
juga dilengkapi dengan alat pemanas dan pendingin,serta alat ukur pH dan temperatur.
Pada tahap pertama (reaksi hidroksimetilasi atau metilolasi) dilakukan pada pH,
temperatur dan waktu tertentu, bergantung pada sifat produk yang diinginkan. Tahap
berikutnya adalah reaksi kondensasi dengan pengadukan dan pemanasan secara refluks.
pH larutan dipertahankan pada nilai tertentu dan lamanya refluks bergantung dari sifat
produk yang diinginkan.Setelah kondensasi selesai, produk dievaporasi dengan tekanan
tereduksi untuk memproteksi resin terhadap oksidasi/deteorisasi. Evaporasi dilakukan
hingga diperoleh larutan dengan konsentrasi tertentu. Kualitas resin yang dihasilkan
kemudian dibandingkan dengan spesifikasinya dan selanjutnya dimasukkan kedalam
tangki penyimpan (wadah produk final).
Sebagai contoh, pembuatan resin untuk impragnasi kertas yang digunakan dalam
memproduksi bahan laminasi dekoratif. 126 bagian (berbasis massa) melamin
dimasukkan ke dalam larutan yang diaduk berisi 120 bagian formaldehida 40% dan 70
bagian air pada temperature ruang. Campuran reaksi dibawa ke pH 9 dengan
penambahan larutan natrium hidroksida dan dipanaskan secara cepat (20 – 30 menit)
sampai temperature 100oC. Setelah melamin terlarut, proses berlangsung secara
eksotermal, penambahan larutan natrium hidroksida dilakukan secara kontinu, untuk
memelihara pH 8,5 – 8,8 sampai sepanjang proses kondensasi. Kondensasi dilakukan

14
dengan cara refluk dan pengadukan secara kuat. Indikator bahwa kondensasi selesai
yakni dengan mengambil sampel, kemudian diuji kompatibilitasnya dengan air. Jika
pada rasio 1 : 1,5 masih kompatibel, dicirikan dengan sedikit kekeruhan ketika air yang
ditambahkan sebanyak 1,5 kali dari jumlah larutan sampel pada suhu 20oC.
Selanjutnya, larutan didinginkan secara cepat dan pH dibawa ke nilai 9,5 – 10 pada
temperature ruang. Produk yang dihasilkan mempunyai kandungan padatan 55% dan
biasanya jernih.

Resin melamin-formaldehida dapat juga diproduksi dalam bentuk bubuk/padatan .


Dalam hal ini, pertama-tama dibuat larutan resin aqueous dan kemudian
diumpankan/dimasukkan ke dalam spray drier, dimana ia akan teratomisasi oleh
suatuspray disk atau nozzle.

Tetesan (droplets) yang dihasilkan dipanaskan dalam aliran gas panas yang
dibangkitkan melalui pemanasan udara tak langsung dalam suatu heat exchanger atau
dengan campuran gas buangan panas dengan udara. Bubuk dikumpul pada menara dan
dialirkan kedalam pemisah siklon atau filter. Selanjutnya dilewatkan ke wadah
pencampur (mixing bin) dan penyaring vibrasi untuk kemudian dikemas dalam
kantong atau drum.

b. Produksi Kontinu (Sinambung)

Industri produksi kontinu dari resin melamin-formaldehida diselenggarakan


untuk memperbesar kapasitas karena adanya peningkatan permintaan. Kekurangan
dari produksi kontinu adalah bahwa banyaknya yang diproduksi per satuan waktu
pada pabrik tertentu hanya dapat bervariasi dalam batas yang relatif sempit. Merubah
produk juga bukan hal yang mudah. Dilain pihak, prosedur kontinu memberikan
kualitas produksi sangat seragam.
Dari berbagai proses kontinu yang dipatenkan, umumnya menunjukkan
perbedaan dalam variasi temperature, pH, konsentrasi atau modifier. Aliran proses
dan produk tetap tidak berubah. Gambar 3 menyajikan diagram prose produksi
kontinu untuk larutan resin aqueous. Dibanding dengan proses batch, perbedaan
utama nampak pada seri reaktor yang digunakan dalam proses kontinu.

15
Produksi resin dalam bentuk bubuk juga dapat dilakukan dengan proses kontinu, yakni
larutan resin dalam wadah temporer diumpankan secara kontinu ke spray tower dan
selanjutnya seperti dalam pembentukan bubuk dalam proses batch.

APPLIKASI
Aplikasi dari resin melamin-formaldehida sangat luas meliputi:

a. Bahan perekat dalam industri pengerjaan kayu (woodworking industry)

b. Pembuatan kertas untuk tujuan dekoratif

c. Bahan cetakan (molding materials)

d. Bahan baku untuk pelapis permukaan (surface coatings)

e. Bahan peningkat daya regang/rentang dan kekuatan basah(wet strength) dalam


industry kertas

f. Sebagai textile auxiliaries dan leather auxiliaries

g. Sebagai flameproofing agents

D. POLYESTERS
PENGERTIAN POLIESTER
Poliester merupakan bahan baku produksi plastik jenis termoset. Poliester
memiliki berat molekul yang tinggi dan titik lebur yang tinggi. Poliester sering
digabungkan dengan polimer lain untuk menambah kualitasnya, seperti pada poliester
resin yang digabungkan dengan gelas fiber, dapat diperoleh polimer plastik yang kuat,
kokoh, tahan terhadap suhu atau tidak mudah meleleh. Contoh pada perahu boat, alat-
alat olah raga, dan alat-alat listrik . Salah satu jenis poliester adalah polifenil ester.
Polimer ini di proses melalui metode polimerisasi kondensasi dengan reaksi sebagai
berikut:

HOOROH + R’ (COCl)2 H[OROCOR’CO]nCl + HCl

Dengan R’ merupakan aril radikal

B. TIGA RUTE KONDENSASI PADA POLIESTER

16
Tidak seperti polimerisasi adisi, pada reaksi polimerisasi ini, tidak terjadi tahap
inisiasi dan terminasi. Rantai polimer yang bertumbuh ketika reaksi terjadi merupakan
reaksi random antara dua grup reaktif dengan menghasilkan senyawa sederhana sebagai
hasil samping.

Jenis reaksi ini termasuk dalam step-growth polymerization dan polimer yang dihasilkan
melalui reaksi ini disebut dengan step-growth polymer.
Sebagian besar reaksi dalam polimerisasi kondensasi melibatkan reaksi kondensasi
seperti esterifikasi, pertukaran ester, atau amidasi. Pada proses pembentukan poliester
aromatik seperti poly(ethylene terephthalate) atau PET, terdapat dua rute reaksi yaitu
poliesterifikasi antara terephthalic acid dan ethylene glycol atau reaksi poli-inter-esterifikasi
antara dimethyl terephthalate dengan ethylene glycol. Kedua jenis reaksi tersebut terjadi
dengan melibatkan monomer yang bersifat bifungsional dan memiliki gugus fungsi yang
sama di setiap ujungnya. Oleh karena itu terdapat istilah A-A/B-B step-growth
condensation-polymerization.

17
Jenis reaksi yang lain, misalnya reaksi pembentukan polyester alifatik seperti
polycaprolactone, terjadi melalui self-condensation dari ω-hydrocaproic acid. Pada
reaksi ini, monomer yang digunakan hanya satu jenis yang memiliki gugus fungsi
berbeda di kedua ujungnya. Sehingga untuk reaksi ini kadang disebut juga dengan A-B
step-growth condensation-polymerization.

Poliester di industri digunakan dalam penguatan ban, tali, kain buat sabuk mesin
pengantar (konveyor), sabuk pengaman, kain berlapis dan penguatan plastik dengan
tingkat penyerapan energi yang tinggi.Serat-serat poliester juga bisa dicampur dengan
serat-serat katun, wol, rayon dan sutera. Sifat-sifat serat poliester adalah sebagai berikut:
o Tahan kusut, baik untuk pakaian wanita maupun pria.
o Tahan cuci dan tidak kusut kalau dicuci.
o Lebih tahan sinar matahari dari pada nylon.
o Dapat ditekan dengan setrika panas (150° C), hingga terjadi lipatan tetapi dapat
dihilangkan dengan panas yang sama

E. Resin Epoksida

Polimer yang mengandung gugus epoksi, yakni gugus berisi atom oksigen yang terikat
pada dua atom karbon berdampingan. Resin epoksi dibuat dengan mengkopolimerisasi
bis fenol A dan epiklorohidrin sehingga diperoleh rantai epoksi dengan bobot molekul

18
rendah. Penambahan poliamina atau poliamida akan mematangkan (mengeraskan)
polimer dengan terbentuknya hubungan silang dan pemanjangan rantai. Karena tidak
adanya produk samping yang mudah menguap, pematangan resin ini tak disertai
penyusutan.

Resin ini banyak digunakan sebagai perekat, salutan pelindung, dan bahan kerangka,
karena memiliki sifat-sifat seperti menempel dengan kuat pada berbagai bahan
permukaan, mudah dimatangkan, hampir tak menyusut, secara kimiawi lamban, tahan
panas dan ke- lembapan, keras namun lentur, tahan benturan, dan baik sebagai penyekat
listrik.

Karena ulet dan kuat, resin ini digunakan untuk merekat kulit terluar aluminium pada
pesawat terbang berkecepatan tinggi. Selain itu, resin ini juga baik untuk merekat kaca,
kayu, kain, keramik, logam, dan bahan lain. Sebagai bahan salutan, resin ini ulet, lentur,
tahan panas, dan bersifat melindungi terhadap kebanyakan bahan kimia.

Resin jenis ini banyak dipakai untuk keperluan: pengecoran, pelapisan, protektor alat-
alat listrik, campuran cat dan sebagai adhesif (perekat/lem).Karena alasan resin ini tahan
terhadap aus dan beban kejut, maka sering juga digunakan untuk membuat cetakan tekan
(metalurgi serbuk), panel sirkuit listrik, tangki dan jig.

3. PROSES PEMBUATAN JENIS-JENIS THERMOSETTING

3.1 Cetak Tekan

Prinsip cetak tekan dibambarkan pada gambar di bawah ini. Sejumlah bahan dimasukan
dalam cetakan logam yang telah dipanaskan terlebih dahulu. Pada waktu cetakan ditutup,
bahan yang telah lunak tertekan sehingga mengalir mengisi rongga cetakan. Bahan yang
digunakan dapat berbentuk serbuk atau tablet prabentuk. Tekanan yang lazim digunakan
berkisar antara 0,7 sampai 55 Mpa, tergantung pada bahan yang digunakan dan bentuk
produk. Suhunya berkisara antara 120 hingga 205˚C. Panas sangat penting bagi resin
termosetting, karena pertama-tama diperlukan untuk plastisasi, kemudian untuk
polimerisasi atau untuk pengerasan. Serbuk perlu dipanaskan secara merata, suatu hal yang
cukup sulit karena daya hantar panas bahan tidak baik. Beberapa jenis bahan diolah dengan
penekanan, akan tetapi siklus pemanasan dan pendinginan cetakan yang cepat akan

19
menimbulkan kesulitan. Produk mungkin cacat sewaktu dikeluarkan bila pendonginan
cetakan tidak sempurna.

Proses cetak tekan

3.2 Cetak Transfer

Pada proses cetak transfer, serbuk termosetting atau benda prabentuk diletakkan pada
tempat tersendiri atau alam ruang tekanan di atas rongga cetakan, seperti tampak pada
gambar di bawah ini. Di sini bahan mengalami plastisasi akibat panas dan tekanan dan
diinjeksikan ke dalam rongga cetakan, sebagai cairan panas, di sini bahan tersebut kemudian
mengalami pengerasan. Waktu reaksi pengerasan untuk cetak-transfer lebih singkat
dibandingkan proses cetak-tekan. Waktu pengisian pun lebih singkat karena digunakan
bahan pembentuk yang lebih besar yang dapat dipanaskan lebih cepat. Proses ini sangat
cocok untuk membuat bagian-bagian yang memerlukan sisipan logam yang keecil, karena
bahan plastik yang panas memasuki rongga cetakan secara bertahap tanpa tekanan yang
tinggi. Bentuk yang rumit dan bentuk dengan variasi penampang yang besar dapat juga
duhasilkan dengan cara cetak transfer. Keterbatasan dari proses ini ialah: kehilangan bahan
dalam saluran pengalir, spru dan harga cetakan yang lebih mahal dibandingkan dengan
cetakan pada proses cetak-tekan.

20
Proses cetak transfer

3.3 Cara Injeksi Bahan Thermosett

Bahan termosett dalam batas-batas tertentu dapat dibentuk dengan cara cetak-jet.
Setelah dimodifikasi mesin cetak-injeksi untuk bahan termoplastik, dapat diubah untuk
keprluan cetak jet. Nosel, yang merupakan bahan terpenting dari mesin harus dapat
dipanaskan dan didinginkan selama siklus injeksi. Mula-mula resin dipanaskan dalam
silinder yang menglilingi penekanan, sampai lunak namun belum terpolimerisasi. Pada
waktu penekan menekan resin melalui nosel ke dalam cetakan, terjadi panas tambahan. Pada
saat cetakan penuh, nosel didinginkan dengan cepat dengan mengalirkan air untuk
mencegah polimerisasi bahan yang tersisa.

Mesin ulir umpan balik kini mulai digantikan dengan mesin cetak-jet seperti tampak
pada gambar di bawah ini. Bahan masuk, (di bawah pengaruh gravitasi), sementara didorong
oleh ulir yang berputar, bahan sekaligus dipanaskan. Pada waktu ulir berputar, bahan
terplastisasi di muka ulir, dan masih terhalang oleh plunyer sampai terkumpul sejumlah
bahan tertentu. Plunyer kemudian turun, dan ulir memaksa bahan memasuki ruang transfer.
Bahan kemudian ditekan memasuki rongga cetakan.

21
Proses dengan reaction injection

3.4 Spraying

Pengerjaan plastik dengan spraying menggunakan suatu alat penyemprot yang


dikendalikan seorang operator atau control computer. Dan hal ini merupakan paling cukup
populer sejak pertengahan abad 21. Pembuatan produk dengan cara spraying sering
digunakan sebagai komponen pendukung untuk struktur solid dan aplikasi lainnya. Alat
penyemprot itu sendiri biasanya dilengkapi dengan mekanisme yang dapat memotong serat
fiber menjadi helaian-helaian dan kemudian di distribusikan sepanjang permukaan cetakan.

Kemajuan teknologi dengan cara spraying telah terbukti lebih efisien dan merupakan
sistem penyemprotan yang lebih bersih, dengan mengurani emisi stirena, kapasitas
penyemprotan yang lebih besar dan keseragaman lebih baik diantara pola penyemprotan.
Alat penyemprot dihasilkan dengan konfigurasi yang bemaca-macam, masingmasing
dengan kemampuan yang berbeda-beda.

22
Proses dengan spraying

3.5 Pengecoran

Bahan termoset yang dicor antara lain adalah phenol, polyester, epoksi dan resinalyl.
Yang terakhir ini sangat cocok untuk lensa optik dan penggunaan lainnya yangmemerlukan
plastik yang sangat jernih. Resin ini mudah dicor karena memiliki sifatfluiditas yang baik.
Akrilik digunakan untuk mengecor benda yang tembus cahaya danlembaranPlastik di cor
apabila jumlah tidak seberapa. Sering kali dibuat cetakan terbukadari timah hitam dengan
menceluokan mandril baja dengan bentuk tertentu dalam timahhitam cair yang kemudian
dilepaskan setelah membeku.Dapat digunakan inti timah hitam, adukan semen atau karet
bila diperlukan.Cetakan yang kosong dibuat dengan cara pengecoran ‘slush-casting’ :yaitu
bahan bakudituang dalam cetakan, lalu kelebihannya dikeluarkan kembali.Benda padat
dapat dibuat dengan menggunakan cetakan dari adukan semen,gelas,kayu, logam, atau karet
sintetis

23
BAB III

KESIMPULAN
1. Polimer termoseting adalah polimer yang mempunyai sifat tahan terhadap panas.
Jika polimer ini dipanaskan, maka tidak dapat meleleh. Sehingga tidak dapat
dibentuk ulang kembali. Susunan polimer ini bersifat permanen pada bentuk cetak
pertama kali (pada saat pembuatan).
2. Jenis-jenis polimer thermoset antara lain adalah Resin Urea formaldehid (Resin
Amino) , Fenol-formaldehida/bakelit (Resin Phenol),Polyesters ,Resin Epoksida
3. Polimer thermoset dapat dibuat dengan beberapa cara antara lain Cetak Tekan , Cetak
Transfer , Cara Injeksi Bahan Thermosett , Spraying ,Pengecoran

24
.DAFTAR PUSTAKA

http://www.facebook.com/pages/Poliester/111934102156768

http://www.authorstream.com/Presentation/aninditays-594658-anindita-reggie-xii-ipa-2/

http://hadiyantokimia.guru-indonesia.net/artikel_detail-21224.html

http://www.chem-is-try.org/kategori/materi_kimia/kimia-polimer/klasifikasi-polimer/

http://www.chem-is-try.org/materi_kimia/kimia-polimer/klasifikasi-polimer/polimer-
termoplastik-dan-termosetting/

http://www.blogger-index.com/perbedaan%20termoset%20dan%20termoplastik.html

https://www.scribd.com/document/358780637/Polimer-Termoplastik-Dan-Termosetting

https://www.academia.edu/9640657/Polimer_Termoplastik_dan_Termosetting

https://www.academia.edu/10079178/resin_urea_formaldehid

https://id.wikipedia.org/wiki/Resin_Urea-Formaldehid

http://putrarajawali76.blogspot.com/2013/02/resin-urea-formaldehid-dan-resin-fenol.html

http://alfi-gaemgyusparkyuelf.blogspot.com/2014/10/materi-bakelit.html

https://www.kerajinankreatif.com/2017/10/mengenal-karakteristik-resin-polyester.html

http://infostudikimia.blogspot.com/2017/09/polimer-bakelit.html

http://bilangapax.blogspot.com/2011/02/resin-melamin-formaldehida.html

25
26

Anda mungkin juga menyukai