Oleh :
IKEU NUR HALIMAH
NPM. 16020103
KIMIA TEKSTIL
Oleh :
IKEU NUR HALIMAH
NPM. 16020103
KIMIA TEKSTIL
Oleh :
IKEU NUR HALIMAH
NPM. 16020103
KIMIA TEKSTIL
Oleh :
IKEU NUR HALIMAH
NPM. 16020103
KIMIA TEKSTIL
Pembimbing I Pembimbing II
Puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT atas karunia-Nya sehingga
saya dapat menyelesaikan Laporan Kerja Praktik ini tepat pada waktunya.
Shalawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW
beserta keluarga, sahabat, dan pengikutnya.
1. Ibu NM. Susyami Hitariyat, S. Teks. M.Si dan Ibu Octianne Djamaludin, M.T
selaku pembimbing yang telah meluangkan waktunya untuk memberikan
bimbingan serta arahan selama penulis menyelasaikan praktik lapangan.
2. Pimpinan PT Garuda Mas Semesta.
3. Bapak Yanke selaku pembimbing pabrik yang telah memberikan arahan di
perusahaan terutama Bapak Jaelani dan Bapak Komang beserta seluruh
karyawan bagian penyempurnaan (finishing) yang telah banyak memberikan
ilmu serta membantu penulis selama melaksanakan Praktik Kerja Lapangan.
Saya menyadari pada Laporan Kerja Praktii ini masih mempunyai kekurangan,
oleh karena itu saran dan kritik sangat diharapkan demi kemajuan dan
kesempurnaan dalam Laporan Kerja Praktik. Semoga Allah SWT senantiasa
melindungi dan membalas kebaikan dari semua pihak yang telah membantu saya
dalam menyelesaikan Laporan Kerja Praktik ini, Aamiin.
Penyusun,
NPM. 16020103
i
DAFTAR ISI
ii
DAFTAR ISI
(Lanjutan)
iii
DAFTAR ISI
(Lanjutan)
iv
DAFTAR TABEL
v
DAFTAR GAMBAR
vi
DAFTAR LAMPIRAN
vii
RINGKASAN
PT Garuda Mas Semesta yang didirikan pada tahun 1981 dengan bentuk badan
hukum Perseroan Terbatas (PT) dan berlokasi di Jalan Industri II No. 2
Leuwihgajah, Kecamatan Cimahi Selatan, Kota Cimahi, Provinsi Jawa Barat
40533. Luas tanah PT Garuda Mas Semesta 37.942 m2 dengan luas bangunan
21.346,5 m2. PT Garuda Mas Semesta, selanjutnya disebut “Perseroan Terbatas”
didirikan dengan akta nomor 9 tanggal 9 April 1984 yang dibuat dihadapan Notaris
Liana Nugraha, S.H., Notaris Bandung yang telah mendapat pengesahan dari
Departemen Kehakiman Republik Indonesia nomor C2-4704.HT.01.01.TH.84
tanggal 21 Agustus 1987. Permodalan berasal dari Penanaman Modal Dalam
Negeri (PMDN). Struktur organisasi PT Garuda Mas Semesta berbentuk garis dan
staf dengan kekuasaan tertinggi dipegang oleh Komisaris. Jumlah karyawan
sampai bulan Desember 2019 sebanyak 425 orang dengan komposisi
berdasarkan tingkat pendidikannya sebagai berikut, 6,68% lulusan S1/D4, 2,35%
lulusan D3, 1,16% lulusan D1/D2, 70,11% lulusan Sekolah Menengah Atas atau
setingkat, 15,76% lulusan Sekolah Menengah Pertama, dan 4% lulusan Sekolah
Dasar.
viii
BAB I PENDAHULUAN
Praktik Kerja Lapangan (PKL) adalah kegiatan kulikuler yang harus dilaksanakan
mahasiswa di semester 7 dengan beban 12 SKS. Mahasiswa diwajibkan
melakukan Praktik Kerja Lapangan (PKL) di industri tekstil, garmen atau fesyen
untuk mempersiapkan diri sebelum memasuki dunia kerja nyata. Kegiatan Praktik
Kerja Lapangan (PKL) ini dilaksanakan selama 64 hari kerja dari mulai 16
September–6 Desember 2019. Mahasiswa diwajibkan menyusun Laporan Kerja
Pratik (LKP) setelah selesai melaksanakan Praktik Kerja Lapangan (PKL).
Laporan Kerja Praktik (LKP) merupakan salah satu tolak ukur untuk menilai
kemampuan mahasiswa menerapkan ilmu dan pengetahuan yang diperoleh
sesuai dengan bidang studi Kimia Tekstil yang disusun melalui suatu laporan atas
dasar observasi, praktik kerja, atau penelitian terapan sederhana, sesuai dengan
bidang ilmu yang ditempuh.
1
Setelah melaksanakan Praktik Kerja Lapangan mahasiswa diwajibkan untuk
membuat Laporan Praktik Kerja Lapangan yang terdiri dari lima bab yakni Bab I
menjelaskan gambaran umum pelaksanaan Praktik Kerja Lapangan di PT Garuda
Mas Semesta, Bab II menjelaskan mengenai bagian umum perusahaan, Bab III
menjelaskan mengenai proses produksi yang terkait dengan beberapa aspek
seperti Perencanaan dan Pengendalian Produksi, Proses Produksi, Perawatan
dan Perbaikan Mesin, dan Pengendalian mutu dari mulai bahan baku hingga
produk. Pada Bab IV merupakan bagian diskusi yang membahas mengenai
tentang proses yang ada di Departemen Penyempurnaan pada kode kain 21644-
016163 yang meliputi proses bakar bulu+softening dan sanforisasi dibahas
mengenai beberapa aspek mulai dari Perencanaan dan Pengendalian Produksi,
Proses Produksi, Perawatan dan Perbaikan Mesin, dan Pengendalian Mutu. Dan
Bab V berisi mengenai kesimpulan dan saran yang ada pada Bab IV.
Selama menjalani Praktik Kerja Lapangan terdapat kendala yaitu pada saat Praktik
Kerja Lapangan waktu pelaksanaan proses produksi hanya berjalan selama 4 hari
yaitu hari senin sampai kamis yang menjadikan kurangnya komunikasi yang cukup
intens selama pelaksanaan kerja praktik.
2
BAB II BAGIAN UMUM PERUSAHAAN
3
2.1.2 Lokasi Perusahaan
4
2.1.3 Luas Tanah dan Bangunan
Luas tanah keseluruhan PT Garuda Mas Semesta adalah sebesar 37.942 m2 merupakan luas bangunan yang terdiri dari pabrik dan
bangunan pendukung lainnya untuk menunjang proses produksi dan sebanyak 21.346,5 m2 merupakan lahan terbuka.
5
2.2 Struktur Organisasi Perusahaan
PT Garuda Mas Semesta mempunyai sturktur organisasi berbentuk garis dan staf,
yaitu jenis organisasi dimana pimpinan dibantu oleh staf yang ahli dalam bidang
tertentu, memberikan komando didalam melaksanakan tugasnya. Wewenang
disetiap bagian diserahkan kepada tiap Pemimpin Departemen dibawahnya pada
semua bidang pekerjaan. Melalui struktur organisasi ini dapat dilihat hubungan
kerjasama antara satu bagian dengan bagian yang lainnya, dimana mereka secara
bersama-sama akan menunjang keberhasilan dari suatu manajemen produksi.
Garis vertikal menyatakan adanya wewenang atasan untuk memberikan instruksi
kepada bawahannya serta terdapat tanggung jawab bawahan terhadap
atasannya, sedangkan garis horizontal menyatakan hubungan kerja sama antara
bagian satu dengan bagian yang lainnya. Struktur organisasi PT Garuda Mas
Semesta dapat dilihat pada Gambar 2.3 di halaman 7.
Pada halaman 8 merupakan uraian tugas dan tanggung jawab secara struktural
dan fungsional berdasarkan struktur organisasi pada Gambar 2.3 di halaman 7.
6
Sumber : Personalia dan Umum PT Garuda Mas Semesta, 2019
7
1. Komisaris
Komisaris memiliki tugas sebagai pengangkatan dan pemberhentian direktur
utama.
2. Direktur
Direktur memiliki tugas sebagai pengambil keputusan tertinggi dan pembuat
garis-garis besar kebijakan perseroan dalam bidang operasional yang
mengawasi kerja para manajer di bawahnya.
3. Staf Ahli
Staf ahli bertugas untuk membantu Direktur dalam hal kesekretariatan
pelaksanaan teknis administrasi perusahaan serta pelayanan dan
sehubungan dengan keperluan perusahaan.
4. Manajer Pabrik
Manager pabrik bertugas untuk membuat garis–garis kebijakan perseroan
dalam bidang operasionalnya masing–masing dengan menjabarkan garis–
garis besar direktur yang meliputi perencanaan, pelaksanaan, pegawasan
dan kordinasi bagian–bagian.
1) Manajer Personalia dan Umum
Tugas Personalia dan Umum diantaranya :
- Merencanakan, menyelenggarakan transportasi serta sistem
keamanan perusahaan.
- Merencanakan, menyelenggarakan dan mengevaluasi kegiatan-
kegiatan kepersonaliaan dengan untuk mendukung terciptanya
jaminan pelayanan terhadap seluruh karyawan dan perusahaan
serta terciptanya hubungan kerja yang harmonis antara sesama
karyawan dengan perusahaan.
- Meningkatkan fungsi dan peranan sumber daya manusia.
2) Manajer Produksi
Manajer Produksi bertugas untuk mengelola seluruh produksi,
operasional pabrik untuk menghasilkan produk (kain denim) sesuai
dengan target produksi secara kuantitas dan kualitas.
3) Manajer Pemasaran/Marketing
Tugas Manajer Pemasaran diantaranya :
- Mengelola dan bertanggung jawab terhadap seluruh kegiatan
pemasaran produk yang dihasilkan oleh bagian produksi.
8
- Mengatur arus permintaan dan penawaran barang di pasaran serta
mengkoordinasikannya dengan bagian produksi.
5. Staf
- Staf Manajer Personalia dan Umum
Staf Manajer Personalia dan Umum memiliki tugas untuk membantu
Manajer Personalia dan Umum dalam hal menyelenggarakan dan
mengevaluasi kegiatan–kegiatan kepersonaliaan.
- Staf Manajer Marketing
Staf Manajer Marketing memiliki tugas untuk membantu Manajer
Marketing dalam hal pemasaran, permintaan dan penawaran barang
yang diproduksi.
6. Kepala Bagian
Kepala Bagian bertugas sebagai pelaksana fungsi manajerial fungsional
dalam perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan secara langsung.
1) Kepala Bagian Gudang
Tugas dari Kepala Bagian Gudang diantaranya :
- Memeriksa laporan–laporan persediaan barang agar akurat.
- Bertanggung jawab terhadap pengiriman barang–barang kepada
konsumen agar tepat waktu.
- Menentukan pemilihan sarana angkutan untuk pengiriman barang.
- Memperluas, memperbaiki dan mengganti fasilitas gudang atas
persetujuan dari atasan.
- Memperhatikan efisiensi persediaan.
- Bertanggung jawab terhadap penyimpangan barang–barang agar
tersimpan dengan baik dan aman.
2) Kepala Bagian Maintenance
Kepala Bagian Maintenance memiliki tugas untuk bertanggung jawab
terhadap pemeriksaan, pemeliharaan dan perbaikan peralatan serta
mesin–mesin produksi guna kelancaran proses produksi.
3) Kepala Bagian PPC (Production Planning and Control)
Kepala Bagian PPC merupakan pelaksana fungsi manajerial dalam hal
perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan secara langsung terhadap
segala aktifitas perencanaan produksi. Kepala bagian dalam
menjalankan tanggung jawabnya dibantu oleh beberapa orang staf.
9
4) Kepala Bagian R&D (Research and Developmet)
Kepala Bagian R&D memiliki tugas untuk menguji segala zat–zat,
benang, melakukan percobaan pencelupan serta membuat sampel untuk
produksi agar sesuai dengan produksi dan permintaan konsumen.
5) Kepala Bagian Warping, Dyeing-Sizing di Persiapan Pertenunan,
Weaving dan Finishing.
Kepala Bagian Warping, Dyeing-Sizing di Persiapan Pertenunan,
Weaving dan Finishing memiliki tugas sebagai pelaksana fungsi
manajerial yang berhubungan dengan proses produksi di bagianya
masing–masing untuk memenuhi target produksi dan kualitas yang telah
ditetapkan.
6) Kepala Bagian Inspecting (Pemeriksaan)
Kepala Bagian Inspecting memiliki tugas sebagai pelaksana fungsi
manajerial dalam perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan secara
langsung terhadap segala aktifitas pemeriksaan dan perbaikan cacat
yang sederhana pada kain.
7) Kepala Bagian Packing
Kepala Bagian Packing bertugas untuk mengatur serta mengawasi
barang hasil produksi agar dapat disimpan dan disusun dengan baik dan
bertanggung jawab atas barang yang akan dipasarkan baik kuantitas
maupun kualitanya sehingga terdapat pengecekan kembali proses
finishing, cara pemeriksaan kainnya sama dengan inspecting dan standar
penilaian yang dipakai sama.
8) Kepala Bagian Utility
Kepala Bagian Utility memiliki tugas untuk mengatur dan bertanggung
jawab terhadap ketersediaan tenaga listrik, tenaga uap, pengolahan air
proses dan limbah cair, peralatan energi lainnya agar selalu siap
membantu pabrik guna kelancaran proses produksi serta kelestarian
lingkungan.
7. Kepala Shift (Kashift)
Kepala Shift memiliki tugas untuk menjalankan fungsi–fungsi manajerial
dalam perencanaan dan pelaksanaan dengan lebih menitikberatkan dari segi
pelaksanaan dan pengawasan bertugas membantu kepala bagian dalam
kegiatan produksi, mengatur dan mengawasi kerja operator dan dalam
10
pelaksanaan tugasnya bertanggung jawab secara langsung kepada Kepala
Bagian.
8. Kepala Regu (Karu)
Kepala Regu memiliki tugas untuk menjadi pemimpin satuan tugas dari suatu
kelompok pelaksanaan tenaga kerja. Tugasnya membantu kepala shift dalam
melaksanakan kegiatan produksi, membagi tugas dan mengawasi kerja
operator.
9. Operator
Operator bertugas sebagai pelaksana untuk setiap pekerjaan, mengatasi
penyimpanan yang harus langsung dikerjakan pada waktu produksi sedang
berjalan, melaksanakan kegiatan produksi secara efektif, efisien dan aman
serta melaporkan hasil kegiatan kepada Kepala Shift atau Kepala Regu.
2.4 Ketenagakerjaan
11
yang turut serta menjadikan perusahaan produktif dalam menghasilkan
produknya.
Berdasarkan ketentuan umum pasal 1 UU Tenaga Kerja No 17 Tahun 2003,
serikat pekerja merupakan organisasi yang dibentuk dari, oleh, dan untuk pekerja
baik di perusahaan maupun di luar perusahaan yang bersifat bebas, terbuka,
mandiri, demokratis, dan bertanggung jawab guna memperjuangkan, membela
serta melindungi hak dan kepentingan pekerja serta meningkatkan kesejahteraan
pekerja dan keluarganya. Oleh karena itu, karyawan di PT Garuda Mas Semesta
tergabung dalam Serikat Pekerja Seluruh Indonesia (SPSI) yang merupakan salah
satu organisasi serikat pekerja sesuai dengan peraturan yang berlaku.
Berdasarkan data Bagian Personalia dan Umum tahun 2019, jumlah tenaga kerja
di PT Garuda Mas Semesta sampai Desember 2019 berjumlah 425 orang.
Berdasarkan tingkat pendidikan, tenaga kerja di PT Garuda Mas Semesta
beranekaragam, mulai dari Perguruan Tinggi (PT), Sekolah Menengah Atas
(SMA), Sekolah Menengah Pertama (SMP), dan Sekolah Dasar (SD). Komposisi
tenaga kerja di PT Garuda Mas Semesta dapat dilihat pada Tabel 2.1 di bawah ini.
Jumlah tenaga kerja di PT Garuda Mas Semesta sampai dengan bulan Desember
2019 tersebar ke berbagai bagian, seperti diperlihatkan pada Tabel 2.2 di halaman
13.
12
Tabel 2.2 Data jumlah tenaga kerja PT Garuda Mas Semesta
13
Tabel 2.3 Data jumlah tenaga kerja berdasarkan Sub Departemen/Departemen
di PT Garuda Mas Semesta (lanjutan)
Pengaturan waktu kerja yang dilakukan PT Garuda Mas Semesta sesuai dengan
perundang-undangan yang dikeluarkan oleh Departemen Tenaga Kerja yaitu 8
jam sehari dengan waktu istirahat satu jam untuk karyawan non shift dan 30 menit
untuk karyawan shift. Kegiatan operasional dan produksi dilakukan selama 24 jam
setiap harinya. Waktu pelaksanaan kerja dibagi menjadi 2 yaitu waktu kerja shift
dan non shift.
Waktu kerja shift adalah waktu kerja yang sudah ditetapkan tetapi dibedakan
menjadi 3 bagian waktu yaitu pagi, siang, dan malam, yang dilakukan secara
bergilir oleh karyawan shift. Karyawan shift adalah mereka yang berhubungan
langsung dengan pelaksanaan produksi pabrik. Di PT Garuda Mas Semesta,
shift ini dilakukan setiap 1 minggu sekali secara bergiliran yaitu setiap hari
senin. Waktu kerja shift dapat dilihat pada Tabel 2.5 di halaman 15.
14
Tabel 2.5 Waktu kerja karyawan shift di PT Garuda Mas Semesta
2.4.4.1 Pengupahan
Upah adalah hak karyawan yang harus diberikan oleh perusahaan. Upah dan
fasilitas diberikan kepada karyawan berdasarkan pertimbangan dan
kebijaksanaan perusahaan. Selain upah, ada yang dinamakan tunjangan-
tunjangan yang dibayarkan oleh seksi penggajian pada setiap bulannya seperti
tunjangan hadir, tunjangan jabatan, dan tunjangan pengobatan.
15
Tabel 2.6 Laporan pelatihan karyawan di PT Garuda Mas Semesta
16
Tabel 2.6 Laporan pelatihan karyawan di PT Garuda Mas Semesta (lanjutan)
17
Penetapan besanya upah yang diberikan ditentukan oleh perusahaan dengan
mempertimbangkan kondisi perusahaan, pendidikan, prestasi kerja, keahlian dan
kecakapan, masa kerja, status karyawan yang bersangkutan dengan aturan
perundangan mengenai ketenagakerjaan. Sistem pengupahan disusun dan
direncanakan sesuai dengan UMK (Upah Minimum Kabupaten atau kota) yang
berlaku, upah dasar terdiri gaji pokok dan tunjangan-tunjangan.
Dasar pengupahan terdiri dari upah bulanan yang memiliki komponen sebagai
berikut:
1. Gaji Pokok
Gaji pokok diberikan sesuai dengan peraturan pemerintah tentang Upah
Minimum Daerah (UMD).
2. Tunjangan Jabatan
Tunjangan jabatan diberikan kepada karyawan yang memiliki jabatan dan
besarnya disesuaikan dengan tingkatan jabatannya.
3. Tunjangan Masa Kerja dan Prestasi
Tunjangan masa kerja dan prestasi diberikan kepada karyawan berdasarkan
pada masa kerja dan penilaian loyalitas, kedisiplinan, keterampilan dan hasil
kerja.
4. Premi Kesejahteraan
Premi kesejahteran diberikan kepada karyawan atas ketentuan dan kebijakan
perusahaan.
5. Premi Hadir Bulanan
Premi hadir bulanan diberikan sesuai dengan presensi karyawan setiap bulan.
6. Upah Lembur
Upah lembur diberikkan kepada karyawan yang melakukan kerja lebih dari 8
jam dalam 1 hari kerja atau melakukan kerja pada hari libur.
7. Jaminan Sosial Tenaga Kerja (JAMSOSTEK)
Merupakan pemotongan upah karyawan sebesar 2% dari gaji pokok yang
diterima karyawan.
18
1. Tunjangan Hari Raya (THR)
Perusahaann memberikan THR sekali dalam setahun berbentuk uang yang
besarnya sama dengan satu kali gaji pokok. Disamping itu perusahaan juga
biasanya memberikan bingkisan dalam bentuk barang, baik berupa bahan
tekstil ataupun barag bentuk lainnya. THR ini diberikan satu minggu
menjelang hari raya.
2. Badan Penyelenggara Jaminan Kesehatan (BPJS)
Sesuai dengan anjuran dan peraturan pemerintah, maka PT Garuda Mas
Semesta mengikut sertakan seluruh karyawan dalam program Badan
Penyelenggara Jaminan Kesehatan (BPJS)
3. Perlengkapan kerja.
Perusahaan menyediakan kelengkapan kerja yang diperlukan sesuai jenis
dan sifat pekerjaan. Para pekerja berkewajiban memakai perlengkapan kerja
selama melakukan kerja. Perlengkapan kerja tersebut terdiri dari:
Pakaian seragam lengkap (baju dan celana denim)
Pekerjaan yang menurut pekerjaannya mudah terkena kotoran yang
sukar dibersihkan (seperti oli dan bahan kimia) memperoleh pakaian kerja
khusus.
Pekerjaan yang karena sifat pekerjaannya harus melakukan tugas yang
berbahaya bagi kesehatan dan keselamatan, maka disediakan
perlengkapan kerja seperti ear plug, masker, topi, kaca mata las, kaos
tangan, safety shoes dan lain-lain.
4. Konsumsi
Setiap karyawan mendapatkan jatah 1 kali makan dalam 1 hari kerja yang
diberikan pada waktu istirahat, serta diberikan jatah 1 cup susu murni setiap
hari senin untuk semua karyawan dan 1 cup setiap hari kerja untuk bagian
kimia.
5. Peribadatan
Perusahaan menyediakan sarana peribadatan berupa mushola dengan luas
1 x 2 m yang terletak dalam lingkungan pabrik di setiap bagian produksi
sehingga karyawan dapat beribadah dengan mudah tanpa meninggalkan
lokasi pabrik.
19
6. Transportasi
Sebagai sarana transportasi perusahaan menyediakan 1 bis dan 2 elf untuk
mengantar jemput karyawan.
7. Koperasi Karyawan
Perusahaan menyediakan koperasi karyawan untuk memenuhi kebutuhan
pokok serta sebagai sarana simpan pinjam dan pengelolaannya ditangani
oleh karyawan.
8. Rekreasi, Olah Raga dan Kesenian
Fasilitas olah raga disediakan oleh perusahaan, seperti zumba untuk
karyawan wanita, serta bersepeda atau sepak bola untuk karyawan pria.
Pembebasan waktu kerja atau cuti diberikan oleh perusahaan kepada karyawan
sebagai bentuk perhatian perusahaan terjadap kondisi karyawan. Waktu dan
lamanya diatur sesuai jenis cuti. Berikut adalah beberapa cuti yang diterapkan di
PT Garuda Mas Semesta diantaranya:
1. Cuti Tahunan
Cuti tahunan diberikan kepada setiap karyawan yang telah mempunyai masa
kerja tanpa terputus selama 12 bulan penuh terhitung dari tanggal
ditetapkannya masuk dan diterima sebagai karyawan serta semenjak hak cuti
tahunannya berakhir. Lamanya adalah 1 hari untuk setiap 23 hari kerja setiap
bulannya dan maksimum 12 hari kerja setiap tahun. Selama menjalani
istirahat tahunan karyawan tetap mendapat upah.
2. Cuti Haid dan Cuti Hamil/Gugur Kandungan
Cuti haid, cuti hamil atau cuti keguguran hanya diberikan kepada karyawan
wanita dan ketentuan gaji pokoknya tetap dibayar penuh oleh perusahaan.
Perusahaan memberikan hak cuti bagi karywan wanita dengan aturan sebagai
berikut:
- Cuti haid pada hari pertama dan kedua, dengan menunjukan surat
dokter/bidan, dilegalisir oleh dokter perusahaan.
- Cuti hamil yang lamanya 1,5 bulan sebelum dan 1,5 bulan setelah
melahirkan. Bagi yang mengalami keguguran kandungannya, diberikan
cuti 1 bulan dihitung semenjak 3 bulan dengan pertimbangan kesehatan
atas keterangan dokter. Selama menjalani cuti hamil/gugur kandungan
sampai anak ketiga karyawan mendapat upah, sedangkan cuti untuk
20
anak keempat dan seterusnya, tidak dibayar upahnya dan dinyatakan
sebagai cuti diluar tanggungan perusahaan.
3. Cuti Istimewa
Perusahaan akan memberikan cuti istmewa kepada karyawan dengan
dibayar upahnya apabila:
- Karyawan sendiri menikah, selama 3 hari.
- Karyawan menikahkan anaknya, selama 2 hari
- Istri karyawan melahirkan/gugur kandungan, selama 2 hari.
- Kematian istri/sumi/anak/orang tua/mertua karyawan, selama 3 hari.
- Karyawan menghitankan/membaptiskan anaknya, selama 2 hari.
4. Cuti Bersama
Pelaksanaan cuti bersama diperhitungkan dengan cuti tahunan dan
pelaksanaannya disesuaikan dengan kebutuhan dan kepentingan
perusahaan. Bila dipandang perlu perusahaan akan menetapkan cuti tahunan
bersama kepada semua karyawan pada waktu-waktu tertentu, yaitu:
- Setiap menjelang dan sesudah Hari Raya Idul fitri.
- Sesudah Hari Raya Natal/Tahun Baru.
21
BAB III BAGIAN PRODUKSI
Bagian PPC akan melakukan kerjanya setelah menerima pesanan dari konsumen
melalui bagian pemasaran dan dikoordinasikan dengan Manajer Produksi.
Kegiatan produksi akan berjalan sesuai dengan yang diinginkan dengan adanya
penjadwalan sebagai pengingat atau pembagian waktu berdasarkan rencana
pengaturan urutan kerja. Kegiatan perencaaan mesin dan karyawan di PT Garuda
Mas Semesta dilakukan oleh setiap Kepala Bagian untuk memadukan kebutuhan
dan persyaratan dalam urutan produksi dengan fasilitas yang tersedia. Setelah
kain selesai diproduksi sesuai dengan order, maka kain tersebut akan diperiksa
oleh Bagian Inspecting untuk dilakukan pengecekan dengan menentukan grade
kain. Setelah memasuki Bagian Inspecting kain masuk ke Bagian Packing untuk
dipasarkan dan diberikan kepada konsumen. Setelah kain hasil proses produksi
sudah berada ditangan konsumen disitulah kegiatan produksi sudah selesai.
22
Skema penerimaan pesanan dari PT Garuda Mas Semesta dapat dilihat pada
Gambar 3.1 di halaman 24.
3.2 Produksi
Produk yang dihasilkan oleh PT Garuda Mas Semesta yaitu kain denim. Benang
yang dipakai untuk membuat kain denim di PT Garuda Mas Semesta berasal dari
PT Kwarlam Indonesia, PT Sulindafin, dan PT Bintang Indospin Industri. Jumlah
rata–rata produksi kain denim yang dihasilkan setiap bulannya, jumlah produksi
warping disajikan pada Tabel 3.1, jumlah produksi pencelupan disajikan pada
Tabel 3.2, jumlah produksi weaving disajikan pada Tabel 3.3 dan jumlah produksi
finishing disajikan pada Tabel 3.4 di halaman 25.
23
Sumber : Bagian PPC PT Garuda Mas Semesta, 2019
24
Tabel 3.1 Jumlah produksi warping di PT Garuda Mas Semesta
Pengaturan tata letak dan tata ruangan yang baik dan tepat dapat mendukung
kelancaran proses produksi guna meningkatkan efisiensi dan produktivitas kerja.
25
Pengaturan tata letak mesin yang baik memungkinkan proses produksi berjalan
secara lancar dan kontinyu serta tidak terjadi penumpukan bahan pada satu posisi.
Mesin-mesin produksi yang terdapat di PT Garuda Mas Semesta ditunjukkan pada
Tabel 3.5 di halaman 27. Tata letak mesin bagian finishing ditunjukkan pada
Gambar 3.2 di bawah ini
Gambar 3.2 Tata letak mesin bagian finishing PT Garuda Mas Semesta
26
Tabel 3.5 Daftar mesin produksi PT Garuda Mas Semesta
Nama
No Jumlah Merek Buatan Tahun Fungsi
Mesin
Panon PLW
1 unit Taiwan 1997
84 Mengubah bentuk
Penghanian Panon PL- gulungan benang lusi
1. 1 unit Taiwan 1996
(Warping) 84 cones ke bentuk
She yang gulungan beam hani.
1 unit Taiwan 2001
Zhionyi
Mengubah bentuk
gulungan benang
Kamitzu
Pengelosan dari bentuk cheese
2. 2 unit Tipe : GA Jepang 2009
(Rewinding) ke cones dan
014
menyesuaikan
volume benang
Panon Tipe Proses kontiyu :
Pencelupan- 1 unit Taiwan 1995
PLDS-81 Scouring,
penganjian
3. 1 unit Wuxi Huali China 2007 pencelupan benang
(dyeing-
Panon tipe lusi, dan penganjian
sizing) 1 unit Taiwan 2002
PL-94 benang lusi.
33 unit GT-Max 1990
Tenun rapier
4. 17 unit Optimax Belgia 2002 Proses pertenunan
(weaving)
6 unit GTX 1960
1 unit - Hongkong 1990 Kecepatan/kapasitas
mesin (Hongkong) :
40-60 yard/menit.
Mesin Bakar Kecepatan/kapsitas
5. Bulu (Gas Osthoff- mesin (Jerman) : 40-
1 unit Jerman 2007
Singeing) senge 50 yard/menit.
Proses pembakaran
bulu & pemberian
softening.
1 unit 1990 Kecepatan/kapasitas
Mesin monfortex : 45-55
6. Monfortex Jerman
Sanforisasi 1 unit 2007 yard/menit.
Pemengkeretan kain.
Kecepatan/kapasitas
Setia logam : 40 yard/ menit/
7. Inspecting 10 unit produk Indonesia 1995 lebar kain 189 cm.
Tipe: SL Memeriksa cacat
pada kain.
Sumber : Bagian Utility PT Garuda Mas Semesta, 2019
27
3.2.3 Proses Produksi
Proses produksi adalah suatu usaha atau kegiatan untuk mengolah bahan baku
menjadi bahan siap pakai. Proses produksi di PT Garuda Mas Semesta meliputi
proses persiapan pertenunan, pencelupan, pertenunan dan penyempurnaan.
Proses produksi di PT Garuda Mas Semesta berdasarkan sistem pemasaran yaitu,
menggunakan sistem pesanan dan lokal. Sistem pesanan di PT Garuda Mas
Semesta dimulai dari kesepakatan antara konsumen dari bagian Marketing untuk
menentukan corak yang diinginkan. Sistem local PT Garuda Mas Semesta
memiliki standar sendiri sehingga konsumen dapat memilih sesuai corak yang
sudah ada. Selanjutnya, bagian Marketing memberikan pesanan ke bagian PPC.
Setelah itu bagian PPC akan memberikan kartu proses kepada setiap bagian
sehingga proses produksi bisa berjalan sesuai pesanan tersebut.
Urutan proses produksi di PT Garuda Mas Semesta untuk pembuatan kain denim
dibagi menjadi tiga bagian produksi, yaitu :
2. Bagian Pertenunan
3. Bagian Penyempurnaan
28
3.2.3.1 Bagian Persiapan Pertenunan
Proses persiapan pertenunan benang lusi dan pakan meliputi proses penghanian
(warping), pengelosan (rewinding), scouring, pencelupan benang dan penganjian
benang lusi, skema mesin dyeing-sizing merek Panon ditunjukan pada Gambar
3.3 di bawah ini.
29
Cara kerja mesin dyeing-sizing :
1. Benang dari gulungan beam hani (1), setelah melewati rol-rol penghantar (2),
benang masuk ke dalam bak scouring (3), dan silinder penegang (4),
kemudian dibilas dengan air bersih banyak 2 kali (5).
2. Benang ditegangkan melalui rol-rol penegang, kemudian masuk ke dalam bak
celup (5 bak untuk zat warna indigo dan 2 bak untuk zat warna belerang) (6).
3. Setelah pencelupan benang menggunakan zat warna indigo maka dilakukan
airing pada rol-rol oksidasi (7) dan pencelupan benang dengan menggunakan
zat warna belerang (8).
4. Setelah pencelupan benang dioksidasi dengan cara dilewatkan pada bak
larutan oksidator (9), hal ini dilakukan untuk warna hitam (yang dicelup dengan
zat warna belerang dan dioksidasi dengan Sky Oxidant ditambah sky acid
dengan perbandingan 1:1) dan topping (Jika benang hanya di celup zat warna
indigo, maka proses oksidasi tidak dilakukan). Benang yang telah dicelup
kemudian dibilas dengan air bersih sebanyak 2 kali bak (10).
5. Setelah itu, benang dikeringkan dengan silinder pengering (11) untuk
kemudian benang masuk ke dalam larutan kanji (12).
1. Persiapan Penyempurnaan
30
2. Pencelupan
3. Penganjian
31
Benang Benang Benang lusi kapas grey
Spandex Poliester
Penghanian Pengelosan
Pakan Pakan
(Warping)
Benang
Tunggal Scouring
Pencucukan Penyambungan
Penggintiran
Pertenunan
Benang
Pemeriksaan Awal
Penyempurnaan
Keterangan :
= Kain Stretch
= Kain Non Stretch Pemeriksaan Akhir
Packing
Pada proses penghanian dilakukan penggulungan benang dari bentuk cones yang
dipasang pada rak cones kemudian ditarik bersamaan dengan kecepatan dan
tegangan tertentu menjadi bentuk beam lusi dengan panjang, lebar, dan jumlah
lusi yang disesuaikan dengan corak dan konstruksi yang akan diproduksi. Benang
yang telah digulung dalam bentuk beam lusi akan disertai dengan data proses
yang berisi data-data benang grey meliputi jenis benang, kondisi atau kualitasnya
dan cacat-cacat lainnya yang ditemukan saat proses penghanian. Selain itu juga
dilengkapi dengan kartu proses yang terdiri dari data-data benang grey dan urutan
32
proses yang harus dilakukan pada benang tersebut sehingga akan mempermudah
operator dalam bekerja. Syarat-syarat proses penghanian diantaranya :
Setiap corak mempunyai kebutuhan jumlah benang yang berbeda, hal ini
dipengaruhi oleh beberapa hal, diantaranya kontruksi kain yang meliputi jenis
benang lusi, jenis benang pakan, panjang kain, lebar kain, kerapatan pakan
(density), dan anyaman. Corak kain yang diorderkan melalui warping ini akan
ditulis secara gamblang mengenai data-data corak tersebut, misalnya :
33
benang grey kapas sebelum benang tersebut dicelup dengan zat warna. Zat yang
digunakan oleh PT Garuda Mas Semesta untuk proses scouring yaitu Fimbil 608.
Proses ini dikerjakan pada meisn dyeing-sizing panon, pada suhu 30°C apabila
menggunakan suhu tinggi hasil pencelupan benangnya tidak baik, daya serap
berkurang dan kemungkinan terjadi belang pada hasil pencelupan benangnya.
Suhu : 30oC
Waktu : 25 detik
Fimbil 608 berfungsi untuk menambah daya serap benang terhadap zat pemasak
agar masuk kedalam serat dengan baik.
3.2.3.1.4 Pencelupan
Pencelupan merupakan proses pemberian warna pada bahan secara merata dan
permanen menggunakan zat warna. Zat warna yang digunakan dalam pencelupan
benang lusi adalah zat warna indigo (INDIGO BLUE) biru dan zat warna belerang
hitam (SULFUR BLACK). Zat warna indigo tidak larut dalam air sehingga sebelum
dilakukan proses pencelupan terlebih dahulu dibuat leuko zat warna yang larut
dalam air agar substantif terhadap serat. Leuko zat warna indigo biru dibuat
dengan mereduksi zat warna indigo biru dengan natrium hidrosulfit (Na2S2O4) dan
natrium hidroksida (NaOH). Zat warna belerang yang digunakan oleh PT Garuda
Mas Semesta sudah berbentuk larutan sehingga tidak dilakukan proses
pembuatan leuko. Proses pencelupan dengan zat warna indigo biru dilakukan
pada suhu kamar (30oC) dengan kecepatan mesin 18-20 m/menit. Pencelupan
dengan zat warna belerang hitam dilakukan pada suhu 90oC, setelah itu dilakukan
prose oksidasi yang bertujuan untuk mengoksidasi zat warna kembali sehingga
menjadi pigmen zat warna yang tidak larut dan berwarna. Oksidasi leuko zat warna
indigo dilakukan dengan cara airing (oksidasi dengan udara), sedangkan untuk
leuko zat warna belerang, dioksidasi dengan cara direndam-peras dalam larutan
oksidator senyawa peroksida (SKY OXIDANT) yang dicampur dengan SKY ACID
dengan perbandingan 1:1 setelah itu dilakukan pembilasan untuk menghilangkan
34
zat warna yang tidak terfiksasi. Selain itu, terdapat pula proses topping untuk
memperoleh warna biru kehitaman (Blue-black). Proses benang celup dengan zat
warna indigo biru (pad-airing dengan beberapa kali perendaman) kemudian
dicelup dengan zat warna belerang. Pencelupan warna hitam kebiruan (black-
blue) awalnya dilakukan celup dengan zat warna belerang kemudian dioksidasi
dan dicuci, setelah itu celup dengan zat indigo. Proses ini dikerjakan pada mesin
dyeing-sizing panon pada suhu kamar kecepatan mesin 18-20 m/menit. Salah satu
resep yang digunakan oleh PT Garda Mas Semesta untuk pencelupan zat warna
indigo kode 344038 013 BII CTM 400 adalah sebagai berikut :
Salah satu resep yang digunakan PT Garuda Mas Semesta untuk pencelupan zat
warna belerang adalah sebagai berikut :
Resep pencelupan :
Resep oksidasi :
35
- Jumlah bak larutan celup : 1 bak (± 1.600 l)
- Waktu perendaman bak : 45 detik
- Waktu oksidasi/bak : 75–80 detik
- Teperatur larutan celup : 60oC
- Wet Pick Up (WPU) : 70 %
- Kecepatan mesin : 18–20 m/menit.
1. Indigo biru (indigo blue) adalah zat warna bejana jenis indigo yang
memberikan warna biru pada benang kapas.
2. Zat warna belerang (sulfur black) adalah zat warna belerang larut yang
digunakan untuk memberikan warna hitam pada benang kapas.
3. Na2S2O4 adalah reduktor yang digunakan untuk mereduksi zat warna indigo
sehingga larut dalam air.
4. NaOH sebagai alkali kuat yang digunakan untuk proses pereduksian dalam
pembentukan zat warna indigo dan belerang yang larut (leuko).
5. Fimbil 608 adalah zat pembasah yang berfungsi untuk menambah daya serap
benang.
6. Isopon adalah senyawa turunan (derivate) glukosa yang berfungsi untuk
mencegah terjadinya oksidasi dini (premature oxcidation) dan reduktor zat
warna belerang larut, zat ini berperan sebagai reduktor lemah untuk menjaga
kelarutan zat warna belerang larut.
7. Senyawa peroksida (sky oksidant) adalah oksidator yang digunakan untuk
mengoksidasi zat warna belerang. Selain sebagai zat oksidator, sky oksidant
digunakan untuk mengoksidasi zat warna belerang menjadi pigmen zat warna
belerang yang tidak larut dan berwarna, juga dimaksudkan untuk
menghilangkan belerang bebas (efek bronzing).
8. Asam asetat (sky acid) berfungsi untuk menetralkan sisa alkali pada benang
(setelah pencelupan) sehingga benang tidak terlalu alkalis.
3.2.3.1.5 Penganjian
Proses penganjian benang lusi bertujuan meningkatkan daya tenun sehingga akan
menghasilkan benang yang kuat dan tidak mudah putus terhadap gesekan-
gesekan pada saat dilakukan proses pertenunan. Proses penganjian ini
menggunakan kanji sintetik. Proses ini dilakukan pada temperature 90oC dengan
kecepatan 18-20 m/menit dan konsentrasi 4-6 % (diukur dengan mengunakan
36
refraktometer). Konsentrasi larutan kanji disesuaikan dengan nomor dan ukuran
benang yang digunakan. Resep penganjian yang digunakan pada kode 344038
013 BII CTM 400 adalah sebagai berikut :
Protex ST berfungsi untuk membentuk lapisan film pada benang, agar dapat
melindungi serat yang ada pada permukaan benang agar tidak berbulu dan
kekuatan benangnya meningkat.
Sebelum benang lusi pada beam ditenun, diperlukan proses pencucukan. Proses
pencucukan dipengaruhi oleh anyaman kain yang dibuat, alat pembentuk mulut
lusi pada tenun, dan jenis mesin tenun yang digunakan. Proses pencucukan terdiri
dari proses pemasukan benang lusi pada dropper, pemasukan benang lusi pada
gun-gun, dan pemasukan benang lusi pada sisir tenun.
Kain yang memiliki anyaman yang sama dengan anyaman yang diproduksi
sebelumnya dan masih terpasang dimesin, maka benang lusi yang tersisa di mesin
cukup disambung dengan benang lusi yang baru.
Penyambungan atau tying ini dilakukan jika kontruksi kain yang akan ditenun sama
dengan kontruksi kain yang sudah diproses pada mesin tenun, dengan kata lain
37
anyamannya tidak berubah dan pada corak yang sama. Proses tying dalam satu
corak dapat menghabiskan waktu selama 90 menit. Proses penyambungan
(winding) benang leno bertujuan untuk mengubah bentuk gulungan benang ke
bentuk gulungan leno yang digunakan sebagai benang pinggir pada pertenun.
Dinamakan benang leno karena benang tersebut membentuk anyaman leno pada
pinggiran kain. Pada benang leno jenisnya anyamannya plat (polos) sehingga
pinggiran kain lebih kuat dan lebih kencang.
Prinsip kerja peluncuran benang pakan pada mesin tenun rapier adalah benang
pakan yang berada pada mesin satu sisi mesin tenun ditarik oleh rapier pembawa
di bawah ketengah kemudian dipindahkan benang pakan terseut ke rapier
penerima kemudian rapier penerima bergerak mundur yang membawa benang
pakan kesisi mesin lainnya dan gerakan rapier bolak balik. Kelancaran proses
pertenunan sangat tergantung pada proses persiapan pertenunan, apabila proses
persiapan pertenunan menghasilkan benang dengan mutu yang baik, maka pada
proses pertenunan kemungkinan besar akan menghasilkan hasil tenun yang baik
pula.
38
Kain Denim
(Dari Pertenunan)
Bakar Bulu
Softening
Penyusutan/Pemengkeretan Kain
39
didapatkan kain yang benar-benar rata dan bersih. Pembakaran bulu ini dapat
dilakukan pada satu sisi permukaan kain yaitu arah lusi.
Proses pembakaran bulu ini dilakukan dengan melewatkan kain di antara api
dengan suatu kecepatan tertentu dan disesuaikan dengan jenis kain yang akan
diproses. Untuk jenis kain tipis dengan sedikit bulu kecepatan mesin dipercepat,
sedangkan untuk kain tebal kecepatan mesin diperlambat. PT Garuda Mas
Semesta memiliki dua mesin yang digunakan untuk proses pembakaran bulu
dengan kecepatan 40–50 yard/menit.
Skema jalannya kain pada mesin bakar bulu dapat dilihat pada Gambar 3.7 di
bawah ini.
40
Cara kerja mesin bakar bulu adalah sebagai berikut :
- Kain dari gulungan kain (1) akan ditarik dan dibuka oleh cloth guider (2)
yang berfungsi untuk menjaga posisi kain agar tetap rata pada posisinya
serta mencegah lipatan pada kain, kain yang sudah dibuka oleh cloth guider
akan dilewatkan pada rol pengatur tegangan kain (3), kemudian masuk ke
dalam ruang penyikatan (4) dan akan diproses dengan rol penyikat (5) yang
berfungsi untuk menyikat bulu-bulu dan kotoran pada kain sehingga dapat
mempermudah saat proses pembakaran.
- Selanjutnya kain masuk ke ruang pembakaran bulu (6) yang terdiri dari 1
buah pembakar (7) sehingga bulu-bulu pada satu permukaan kain terbakar.
- Kain dilewatkan pada rol-rol penegang (8), melewati playter (9) kemudian
kain sudah siap dilakukan proses selanjutnya (10).
3.2.3.3.2 Softening
Resep pelemasan yang digunakan di PT Garuda Mas Semesta pada mesin bakar
bulu adalah :
Softener : 16 g/l
Larutan : 500 liter
Temperatur : 30°C (suhu kamar)
WPU : 60-70%
41
3.2.3.3.3 Penyempurnaan Anti Mengkeret (Sanforisasi)
Kain tenun kapas cenderung bertambah panjang setelah pembakaran bulu dan
softening akibat tarikan-tarikan yang dialaminya selama proses-proses tersebut
sehingga kain tersebut besar kemungkinan untuk mengkeret kembali setelah
proses pencucian. Untuk menghilangkan sifat tersebut kain disempurnakan
dengan proses anti mengkeret (sanforisasi).
Cara kerja :
1. Kain yang akan diproses (1) dilewatkan pada cloth guider (2) yang berfungsi
sebagai pembuka kain, lalu dilewatkan pada rol tension (3) sebagai pengatur
tegangan kain.
42
2. Kain dilewatkan pada steamer (4) untuk mendapatkan kelembaban yang
sesuai, lalu kain dilewatkan pada klep expander (5) untuk mengembangkan
permukaan kain agar tetap rata dan tidak menimbulkan lipatan pada kain
sehingga mempermudah saat proses penyusutan.
3. Kain dilewatkan diantara rubber belt (6) dan silinder panas (7) untuk dilakukan
proses pemengkeretan pada kain.
4. Kain dikeringkan di dalam pengering palmer (8) dan dilipat oleh pengatur
lipatan kain (9).
3.2.3.3.4 Penggulungan
43
yang ada diantaranya adalah tenaga listrik, tenaga uap, pengolahan air proses
dan lmbah, laboratorium, dan gudang.
Chuan/China sehari-hari
shari-hari
44
3.2.4.3 Pengolahan Air Proses
Sumber air kebutuhan produksi maupun non produksi berasal dari 1 sumber yaitu
air sumur (air artesis) yang berada disekitar area perusahaan. Terdapat 2 sumur,
Sumur 1 mempunyai kedalaman 180 meter dengan debit air 15,58 m3/jam
sedangkan sumur 2 mempunyai kedalaman 162 meter dengan debit 14,87
m3/jam.
Air dari sumur bor ini digunakan untuk kebutuhan ketel uap (boiler) dan rumah
tangga (pabrik dan penduduk sekitar). Penggunaan air sumur bor untuk kebutuhan
boiler rumah tangga pabrik (non produksi) dan masyarakat sekitar hanya
ditampung dalam bak penampung kemudian langsung dipergunakan, sedangkan
untuk kebutuhan boiler, air dari sumur hanya mengolah menggunakan resin untuk
mengurangi TDS (Total Dissolve Solid). Adapun skema distribusi air sumur bor di
PT Garuda Mas Semesta pada Gambar 3.10 di bawah ini.
45
adalah agar buangan dari saluran pabrik tidak mencemari lingkungan, dan tidak
mengganggu kesehatan, kenyamanan dan kesejahteraan karyawan serta
masyarakat sekitar pabrik.
3.2.4.5 Laboratorium
3.2.4.5.2 Laboratorium QC
46
Air buangan dari produksi
Anaerob 1&2
Filter Press
Clarifier 2
Bak Intermediate
Sungai
Sumber : Utility PT Garuda Mas Semesta, 2019
47
Tahapan proses pengolahan limbah PT Garuda Mas Semesta yaitu seagai
berikut:
48
10. Clearwell 1 (Bak Air Bersih 1)
Penampung air bersih dari proses kimia-fisika sebelum proses filtrasi lanjutan
dimana air dikembalikan ke produksi dan dibuang kembali ke sungai.
11. Filtration Tank 1-2 (Tanki Filtrasi 1-2)
Filtrasi lanjutan sebelum dilakukan pembuangan ke aliran sungai.
12. Clearwell 2 (Bak Air Bersih 2)
Penampungan air bersih sebelum dikembalikan ke aliran sungai.
13. Sludge Intermediate Tank (Bak Penampungan Lumpur)
Penampung padatan/lumpur yang terpisahkan agar dapat diproses oleh
pengolah lumpur.
14. Sludge Fluctuator Tank (Bak Flokulasi Lumpur)
Penampung padatan/lumpur yang terpisahkan agar dapat diproses oleh
pengolah lumpur.
15. Fiter press
Pengolah lumpur untuk dikeringkan dan dikemas ke penampungan limbah B3,
air yang keluar dikembalikan ke proses limbah awal.
3.2.4.6 Pergudangan
Gudang merupakan salah satu tempat yang menunjang kebutuhan produksi yang
dapat digunakan untuk menyimoan bahan baku, bahan pembantu serta untuk
menyimpan produk jadi kain (kain denim) yang siap dikirim kepada konsumen.
Apabila ada bagian yang akan mengajukan pengadaan barang, maka perlu
membuat SPP (Surat Pengajuan Pembelian) ke bagian Gudang, lalu bagian
Gudang akan mengajukan ke bagian pembelian. Adanya sistem pergudangan
49
merupakan salah satu sarana penunjang produksi, yang berfungsi untuk
memudahkan pemeriksaan dan penyediaan bahan baku, perlengkapan mesin,
serta zat-zat kimia yang digunakan untuk proses produksi.
Perbaikan mesin di PT Garuda Mas Semesta dilakukan jika terjadi kerusakan pada
mesin dan harus diganti suku cadangnya oleh yang baru. Perbaikan mesin di
perusahaan ini meliputi :
50
2. Pembongkaran Mesin (Overhaul)
Kegiatan dimana seluruh bagian mesin dibuka, dibersihkan, dan bagian yang
rusak diperbaiki atau diganti, diberi pelumas dan diatur kembali untuk
mengembalikan kondisi mesin dalam keadaan normal.
Bahan baku benang yang digunakan di PT Garuda Mas Semesta berasal dari
perusahaan lain di dalam negeri. Benang lusi yang digunakan adalah kapas,
sedangkan benang pakan yang digunakan adalah polyester, polyester-stretch,
kapas, kapas-stretch.
3.4.2 Proses
1. Sebelum Produksi
Setelah menerima kepastian produk yang akan dibuat, maka bagian
perencanaan produksi segera menetapkan garis-garis besar proses produksi
yang akan dilaksanakan.
51
2. Saat ProduksiUntuk mendapatkan mutu yang sesuai dengan spesifikasi
pemesan, maka proses produksi harus dikontrol, usaha untuk mengontrol
proses produksi tersebut adalah :
- Menjalankan produksi sesuai dengan order kerja (perencanaan produksi)
yang telah disusun oleh bagian PPC.
- Setiap proses selalu disertai dengan kartu proses produksi agar tidak
terjadi kesalahan proses.
- Setiap foreman yang menangani proses produksi wajib mengisi dan
menyerahkan laporan kerja harian kepada kepala bagian.
- Pengawasan terhadap proses produksi dilakukan oleh kepala regu,
foreman atau langsung oleh kepala bagian.
- Jika terjadi masalah yang berpengaruh terhadap hasil produksi maka
langsung diatasi ditempat kejadian oleh operator atau pengawas bagian
mesin yang bersangkutan.
- Bila operator atau pengawas mesin tidak dapat mengatasi masalah maka
harus segera melaporkannya ke atasan menurut jenjang jabatannya.
- Himbauan keselamatan kerja bagi operator ditempel pada tiap-tiap mesin
dengan tujuan untuk menghindari terjadinya kecelakaan.
3. Setelah Produksi
Setelah semua proses dilewati, sebelum diserahkan kepada pemesan,
terlebih dahulu dilakukan pemeriksaan terhadap cacat produk pada seluruh
bagian kain dan pengelompokan kain berdasarkan poin cacat. Tindak lanjut
dari pemeriksaan ini dibedakan menjadi 2, diantaranya:
- Bila cacat tersebut disebabkan oleh bagian mesin yang rusak atau bagian
operator yang kurang baik, maka bagian pemeriksaan akan melapor ke
bagian produksi dan bagian perawatan mesin.
Pada proses ini dilakukan analisa data terhadap kartu produksi dan laporan-
laporan. Hasil evaluasi dan surat harian kerja yang berupa kartu proses dan
resep produksi yang sudah dipakai dijadikan arsip.
52
3.4.3 Produk
Pemberian nilai pada setiap cacat kain yang ditemukan pada pemeriksaan kain
menggunakan sistem poin. Pemberian poin pada cacat cacat berdasarkan pada
panjang cacat baik kearah panajng kain maupun kearah lebar kain. Adapun
pemberian nilai berdasarkan cacat yang ditimbulkan terdapat pada Table 3.8 di
bawah ini.
53
2. Setelah range nilai diperoleh, kemudian tentukan kualitas kain berdasarkan
standar grade yang ditetapkan. Standar kualitas setiap satu rol kain
berdasarkan range nilai yang diperoleh dari perhitungan diatas terdapat nilai
pada table 3.9 di bawah ini :
Tabel 3.9 Range nilai
Setelah kain melewati proses finishing, maka kain akan masuk ke Bagian Packing.
Pada Bagian Packing, dilakukan pemeriksaan kembali karena setelah proses
finishing, kualitas kain pun akan berubah, bisa menjadi lebih baik atau lebih buruk.
Apabila terdapat cacat kain, maka kain akan diperbaiki sesuai dengan cacat yang
ditemukan. Kain yang telah diperbaiki tersebut kualitasnya dapat naik ataupun
menurun, maka dari itu perlu adanya grade kualitas kain untuk melihat kualitas
kain denim tersebut. Standar penilaian menentukan grade kain di Bagian Packing
sama dengan yang dipakai oleh Bagan Inspecting. Skema mesin inspeksi SL-100
dapat dilihat pada Gambar 3.12 di bawah ini.
54
Keterangan Gambar 3.12 :
55
BAB IV DISKUSI
Topik yang dibahas pada bagian bab 4 adalah mengenai proses penyempurnaan
pada kain denim non-stretch dengan kode kain 21644-016163 dengan
penambahan softening menggunakan mesin bakar bulu Osthoff Senge buatan
Germany dan mesin sanfor Monfortex buatan Germany. Topik ini akan dibahas
secara analis, komprehensif mulai dari perencanaan dan pengendalian produksi,
proses produksi, pemeliharaan mesin dan pengendalian mutu.
Salah satu proses yang ada di PT Garuda Mas Semesta yaitu proses
penyempurnaaan pada kain denim. Perencanaan produksi penyempurnaan kain
denim kepada bagian finishing berdasarkan pesanan dari bagian inspect. Setelah
pesanan diterima oleh bagian inspect yang sudah direncanakan oleh PPC,
pesanan tersebut dikoordinasikan kepada Bagian Finishing. Dimulai dari pengisian
data proses dari tiap mesin sesuai dengan kartu proses sampai pemeriksaan akhir
56
oleh bagian packing (final inspect). Jika pengendalian mutu kain hasil dari bagian
finishing memenuhi, maka akan langsung dikirim kepada konsumen.
Selain kartu proses setiap mesin dilengkapi dengan buku yang berfungsi untuk
mendata setiap kode kain yang sudah di proses pada masing-masing mesin dan
kendala yang terjadi pada saat proses berlangsung. Buku tersebut digunakan
sebagai salah satu media komunikasi antar operator dengan foreman sehingga
bisa melakukan pengawasan terhadap jalannya proses pada setiap mesin.
Pada kode kain 21644-016163, sejauh yang di amati tidak mengalami kendala.
Pada proses pemengkeretan ini faktor yang paling penting adalah tingkat
kemuluran susut yang tinggi setelah proses finish. Apabila hasil sisa susut arah
lusi yang didapat tidak sesuai dengan standar yang diinginkan maka dilakukan
pemotongan ulang dalam 1 rol sebanyak 1 yard untuk di uji pencucian. Apabila
masih saja tidak sesuai dengan standar maka dilakukan reproses pemengkeretan,
yang akan mengakibatkan waktu dan biaya produksi bertambah. Untuk kode kain
21644-016163 ini didapat hasil sisa susut arah lusi yang sesuai dengan standar
57
dan permintaan konsumen, sehingga proses produksi berjalan sesuai dengan
rencana.
Proses produksi yang dilakukan pada bagian finishing ini dilakukan dengan baik
dan berjalan sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan dengan produk yang
dikerjakan. Proses produksi yang dikerjakan pada kode 21644-016163 meliputi
proses pembakaran bulu, pemberian softening, dan proses sanforisasi. Proses
produksi yang dilakukan di bagian finishing ditunjukkan pada gambar 4.2
dibawah ini.
Kain denim
non stretch
Tes Lab
Pembakaran bulu
(singeing)+softening
Proses sanforisasi
Tes
Lab
Tidak
Ya
Kain denim
siap kirim
58
4.2.1 Bakar Bulu (Singeing)+Softening
Adapun parameter proses bakar bulu yang dikerjakan pada kode kain 21644-
016163 di halaman 60.
59
Temperature Cylinder Dryer (˚C)
- Range 1 : 110-130
- Range 2 : 110-130
- Range 3 : 110-130
Twill : Kanan
Setting Lebar
- Potensio : R2
Skew
- Setting : 2,5
- Actual : 7-8 cm
Lebar (cm)
- Awal : 160-161
- Jadi : 150-152
Speed (yard/menit) : 40-55
Moisture (%) : 5-10
Adapun resep proses softening yang digunakan pada kode kain 21644-016163,
sebagai berikut :
Softener : 16 g/l
Larutan : 500 l
WPU : 60-70%
Pada saat proses bakar bulu pada kode kain 21644-016163 berjalan dengan
lancar, tidak ada kendala saat proses berlangsung sehingga kode kain 21644-
016163 dikatakan hasil produksi yang lancar dan banyak permintaan dari
konsumen. Hasil dari proses bakar bulu disimpan di area dekat mesin sanfor yang
bertujuan mempermudah untuk proses selanjutnya yaitu proses sanforisasi.
Sanforisasi di PT Garuda Mas Semesta dilakukan setelah proses bakar bulu dan
proses softening. Proses sanforisasi pada kode kain 21644-016163 dilakukan
dengan tujuan untuk memberikan susut pada kain. Agar mempermudah dalam
60
proses, operator melihat settingan pada standar parameter proses sanfor pada
kode kain 21644-016163. Kain masuk melalui rol pengantar kemudian kain turun
melalui cloth guider yang berfungsi untuk menyeimbangkan posisi kain agar tetap
pada jalurnya dengan sistem pneumatic, selanjutnya kain melewati roll feedroll
untuk memberikan tegangan pada kain, bisa disetting menggunakan potensio
yang ada pada panel. Settingan tersebut disesuaikan dengan parameter kode kain
yang sedang diproses. Kemudian kain melewati sprayer yang berfungsi untuk
membantu menambah kelembaban berupa semprotan air pada kain. Selanjutnya
kain melewati cylinder steamer yang berisikan uap untuk membantu penyerapan
sprayer air agar masuk kedalam pori-pori kain, setelah itu kain melaju ke klip
expander agar permukaan kain rata dan tidak menyebabkan llipatan sebelum
masuk ke bagian penyusutan. Kemudian kain melalui karet rubber belt dan
cylinder rubber belt dengan settingan temperatur uap 1,5-2,5 bar. Pada rubber belt
ini kain disusutkan sesuai dengan standar permintaan kode kain tersebut. Pada
kode kain 21644-016163 sisa susut lusi diberi 0-1%, setelah kain keluar dari rubber
belt kain masuk melewati cylinder blanket yang berfungsi untuk menstabilkan
susut, menstabilkan lebar, menstabilkan moisture (mengeringkan kain), dan kain
setelah keluar dari blanket kemudian melewati cylinder cooling yang berfungsi
membantu proses relaksasi kain. Terakhir kain melewati plaiter untuk memberikan
tumpukan yang rapih pada gerobak kain setelah diproses pada mesin sanfor.
Pada saat proses sedang berlangsung dilakukan random sampling tester untuk
mengetahui kesesuaian standar hasil proses finish (sanforisasi), kain diambil
sampel sebanyak 1 yard pada 1 roll untuk sampel test cuci lab untuk memastikan
hasil susut yang diberikan pada proses sanfor kode kain 21644-016163 sudah
sesuai dengan permintaan konsumen dan standar yang sudah ditetapkan. Setelah
kain diproses sanfor selanjutnya kain didiamkan selama 3-4 jam untuk proses
relaksasi untuk meminimalisir terjadinya kemuluran susut. Setelah kain diproses
relaksasi selanjutnya kain dikirim ke bagian final inspect disertai dengan form
serah terima.
Adapun parameter proses shrinking yang dikerjakan pada kode kain 21644-
016163, di bawah ini :
61
- Finishing Falmer : 2-5
- Blanket : 2-5
Setting Mesin
- Feed Roll : 0-2
- Klip Expander : 0,5-1,5
- Rubber Belt : 12-15
- Blanket : 15-16,5
- Lebar Klip (cm) : 150-155
- Speed (y/min) : 30-45
- Kompresi rubber belt : 16-18
Susut (%)
- Kapur : 12-14
- Rolling : 12-14
Pick : 52-53
Skew sobek (cm) : 4-6
Moisture (%) : 1-5
Target lebar finish : 59±1
Lebar Finish : 150-152
Hasil Tes Cuci Finish
- Lebar asal (cm) : 150-152
- Lebar jadi (cm) : 149-150
- Lusi (%) : 0-1
- Pakan (%) : 0-3
- Skew (%) : 0-2
- Pick (hl/inchi) : 51-53
Pada saat proses sanforisasi pada kode kain 21644-016163 berjalan dengan
lancar, tidak ada kendala saat proses berlangsung. Adapun faktor yang harus
diperhatikan ketika proses berlangsung yaitu:
- FeedRoll
FeedRoll ini berfungsi untuk memberikan efek tegang pada kain melalui
penyetingan kecepatan feedroll. Kode kain 21644-016163 jenis kainnya ialah kain
basic (kain denim cotton non stretch), jika tegangan kain tidak disesuaikan dengan
parameter proses maka akan menimbulkan tegangan kain yang tidak standar yang
mengakibatkan lipatan.
62
- Steamer
Steamer ini berfungsi untuk membantu penyerapan spray air kedalam pori-pori
kain melalui dorongan steam yang dikeluarkan oleh steamer. Apabila settingan
steamer tidak sesuai dengan parameter proses maka moisture yang dihasilkan
tidak sesuai dengan parameter yang berdampak terhadap penyusutan.
- Klip Expander
Klip expander ini befungsi untuk mengembangkan permukaan kain agar tetap rata
dan tidak menimbulkan lipatan pada kain sehingga mempermudah saat proses
penyusutan. Ketika kain sedang berjalan maka klip expander ini harus disesuaikan
dengan lebar kain agar pada saat proses penyusutan lebih mudah.
- Cylinder dan rubber belt
Cyilinder dan rubber belt ini berfungsi untuk menyusutkan kain. Pada proses
sanfor ketika kain melewati cylinder dan rubber belt disini terjadinya penyusutan
kain, maka harus diperhatikan jika parameter proses tidak sesuai maka hasil
penyusutan tidak memenuhi standar. Cylinder blanket yang berfungsi untuk
menstabilkan susut, menstabilkan moisture (mengeringkan kain), jika setting
temperatur tidak sesuai dengan parameter maka moisture yang dihasilkan tidak
sesuai dengan standar dan bisa berdampak ketidakstabilan susut.
Pemeliharaan dan perbaikan mesin produksi dapat dilakukan dengan tujuan untuk
menjaga kondisi mesin tetap baik serta memperpanjang usia pakai mesin. Kondisi
mesin yang baik akan meningkat efisiensi mesin. Kondisi mesin adalah suatu
faktor yang sangat berpengaruh terhadap kelancaran produksi sehingga perlu
dilakukan pemeliharaan dan perawatan dari ketika mesin itu akan dipasangkan.
Mesin yang digunakan di PT Garuda Mas Semesta terjadi dari beberapa jenis, hal
ini tentunya memerlukan spesialisasi dan perawatannya dapat dilihat di bawah ini.
1. Preventive maintenance
Bertujuan untuk menjaga agar mesin produksi penyempurnaan kain denim tetap
dalam kondisi yang baik, guna mencegah terjadinya kerusakan mesin. Kegiatan
ini meliputi kegiatan ini meliputi pembersihan (cleaning), pelumasan (oiling), dan
63
scouring yang merupakan kegiatan pembersihan secara menyeluruh yang meliputi
pembersihan, pemeriksaan, dan penyetelan mesin.
2. Corrective Maintenance
Bertujuan memperbaiki kerusakan mesin yang terjadi pada saat proses produksi
yang berlangsung. Bagian-bagian mesin yang rusak diperbaiki dan apabila tidak
dapat diperbaiki lagi maka diganti dengan yang baru.
Untuk pelaksanaan perawatan bulan November pada Tabel 4.1 di bawah ini.
64
Tabel 4.1 Pelaksanaan perawatan finishing periode November 2019 (lanjutan)
Perbaikan mesin untuk memperbaiki peralatan atau mesin yang rusak pada mesin
bagian finishing di PT Garuda Mas Semesta. Ada dua cara perbaikan yang
dilakukan. Pertama, yaitu memperbaiki tanpa mengganti peralatan mesin. Kedua,
jika mesin mengalami kerusakan yang memungkinkan tidak berjalannya produksi
penyempurnaan kain denim maka akan adanya perbaikan yang mengharuskan
pergantian peralatan atau komponen mesin. Namun tetap memperhatikan biaya
perbaikan.
65
mengetahui kualitas bahan yang berada dalam batas–batas toleransi yang
diberikan konsumen.
1. Plan (perencanaan)
2. Do (pelaksanaan)
66
3. Check (pemeriksaan)
Tabel 4.2 Data parameter hasil proses pada kode kain 21644-016163
4. Action (tindakan)
Pada tindakan ini dilakukan perbaikan apabila terjadi penyimpangan baik
selama proses maupun setelah proses produksi guna untuk memperbaiki
kegagalan dan gangguan baik pada proses maupun produk jadi. Tindakan
yang dilakukan yaitu pengujian test cuci kain. Adapun data hasil test cuci finish
disajikan pada tabel 4.3 dibawah ini.
67
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengamatan dan pembahasan yang telah dilakukan, pada hasil
produksi finishing dengan kode kain 21644-016163 dari awal hingga akhir proses
maka dapat disimpulkan sebagai berikut :
5.2 Saran
1. Untuk mencegah tingkat kemulurah susut yang tinggi, maka waktu relaksasi
diubah dari 3-4 jam menjadi 5-6 jam.
2. Pemeliharaan mesin yang dilakukan sebaiknya dilengkapi dengan peralatan
uji untuk memastikan parameter keberhasilannya.
68
DAFTAR PUSTAKA
69
DAFTAR PUSTAKA
(Lanjutan)
70
LAMPIRAN
- Larutan : 500 l
= 8.000 g ~ 8 kg
- Air : 500 l
71
Lampiran 3 proses softening pada mesin bakar bulu
72
Lampiran 5 data proses bakar bulu
73