Anda di halaman 1dari 13

I.

MAKSUD DAN TUJUAN


1.1 Maksud
Melakukan proses bleaching metoda exhaust pada kain kapas yang telah
diproses desizing dan scouring
1.2 Tujuan
Mengidentifikasi konsentrasi zat oksidator optimum
II. TEORI DASAR
2.1 Serat Kapas
Serat kapas tumbuh menutupi seluruh permukaan biji kapas. Dalam
tiap-tiap buah terdapat 20 biji kapas atau lebih. Serat mulai tumbuh pada saat
tanaman berbunga dan merupakan pemanjangan sebuah sel tunggal dari
epidermis atau selaput luar biji. Sel membesar sampai diameter maksimum
dan kemudian sel yang berbentuk silinder tersebut tumbuh yang mencapai
panjang maksimum. Pada saat itu serat merupakan sel yang sangat panjang
dengan dinding tipis yang menutup protoplesma dan inti. Pada saat yang sama
dengan tumbuhnya serat, tumbuh juga serat-serat yang sangat pendek dan
kasar yang disebut linter. Lima belas sampai delapan belas hari berikutnya
mulai masa pendewasaan serat, dimana dinding sel makin tebal dengan
terbentuknya lapisan-lapisan selulosa dibagian dalam dinding yang asli.
Dinding yang asli disebut dinding primer dan dinding yang menebal
pada waktu pendewasaan disebut dinding sekunder. Pertumbuhan dinding
sekunder tersebut berlangsung terus sampai hari ke 45 sampai hari ke 75 atau
satu dua hari sebelum buah terbuka.
Pada waktu serat dewasa, agar sel serat tetap bertahan dalam lapisan
epidermis. Serat selama pertumbuhan berbentuk silinder dan diameternya
kurang lebih sama di bagian tengah serat, agak membesar dibagian dasar dan
mengecil kearah ujungnya. Ketika buah kapas terbuka uap air yang ada di
dalam menguap, sehingga serat tidak berbentuk silinder lagi.
Dalam proses pengeringan ini dinding serat mengerut, lumennya
menjadi lebih kecil dan lebih pipih dan terbentuk puntiran pada serat yang
disebut konvolusi.
Arah puntiran baik arah S maupun arah Z dapat terjadi dalam satu
serat. Jumlah putiran berkisan antara 50 sampai 100 per inci bergantung pada
jenis, kondisi pertumbuhan dan pengeringan.
2.2 Pengelantangan
Proses pengelantangan adalah proses untuk menghilangkan warna
alam (pigmen alam) yang ada pada bahan tekstil sehingga diperoleh bahan
yang lebih putih, baik menggunakan zat oksidator maupun reduktor. Pigmen-
pigmen alam pada bahan tekstil umumnya terdapat pada bahan dari serat-serat
alam baik serat tumbuh-tumbuhan maupun serat binatang yang tertentu selama
masa pertumbuhan. Sedangkan bahan tekstil dari serat sintetik tidak perlu
dikelantang, karena pada proses pembuatan seratnya sudah mengalami
pemurnian dan pengelantangan, tetapi untuk bahan tekstil yang terbuat dari
campuran serat sintetik dan serat alam diperlukan proses pengelantangan
terutama prosesnya ditujukan terhadap serat alamnya.
Untuk menghilangkan pigmen-pigmen alam tersebut hanya dapat
dilakukan dalam proses pengelantangan dengan menggunakan zat
pengelantang yang bersifat oksidator atau yang bersifat reduktor.
Pengelantangan dapat dilakukan sampai memperoleh bahan yang putih sekali,
misalnya untuk bahan-bahan yang akan dijual sebagai benang putih atau kain
putih, tetapi dapat pula dilakukan hanya sampai setengah putih khususnya
untuk bahan-bahan yang akan dicelup atau berdasarkan penggunaan akhirnya.

2.3 Tujuan Pengelantangan


Tujuan proses pengelantangan adalah untuk menghilangkan kotoran-
kotoran organic yang terwujud sebagai pigmen-pigmen warna alami yang
tidak bisa hilang hanya dengan proses pemasakan saja. Hal yang sangat
berbeda antara pengelantangan dan pemutihan optic adalah untuk menambah
kecerahan bahan karena bahan mampu memantulkan sinar lebih banyak
sehingga kain nampak lebih putih dan lebih cerah.

2.4 Zat Pengelantangan


Proses pengelantangan yang dilakukan pada selulosa umumnya
menggunakan zat oksidator sebagai zat pengelantang. Zat pengelantang yang
bersifat oksidator dibagi menjadi 2 golongan, yaitu:

a) Mengandung chlor : natrium hipoklorit (NaOCl), natrium klorit


(NaClO2), dan kaporit (CaOCl2).
b) Tanpa chlor : hydrogen peroksida (H2O2), natrium peroksida
(Na2O2), natrium boraks (Na2BO3), kalium permanganate (KMnO4),
kalium kromat (K2CrO4).
2.5 Mekanisme Pengelantangan
Proses pengelantangan ini dilakukan dengan merendam bahan
dengan suatu larutan yang mengandung zat pengelantang yang bersifat
oksidatormaupun zat pengelantang yang bersifat reduktor. Senyawa-senyawa
organic dalam bahan yang mempunyai ikatan rangkap dioksidasi atau di
reduksi menjadi ikatan tunggal atau menjadi senyawa yang lebih sederhana
sehingga bahan tekstil tersebut menjadi putih.

2.6 Metoda Pengelantangan


Metoda yang digunakan untuk proses pengelantangan dapat dilakukan secara
bak maupun kontinyu. Pengelantangan pada kondisi suhu kamar dapat juga
dilakukan dengan menggunakan bak atau J-Box tanpa pemanasan. Pada
system kontinyu (dibenam peras) dengan larutan pengelantang didiamkan
selama waktu tertentu bergantung dari klor aktif yang digunakan.

2.7 Zat Pengelantan H2O2


Hidrogen peroksida adalah cairan tidak berwarna yang mudah larut dalam air
dalam semua perbanddingan campuran. Zat ini stabil apabila pH bawah 7, dan
semakin tidak stabil dengan bertambahnya alkalinitas. Karena itu di dalam
larutan H2O2 ditambahkan zat penstabil yang mencegah terdekomposisi zat ini
selama penyimpanan. Pada konsentrasi diatas 6% (w/w) dapat menyebabkan
iritasi bila bersentuhan dengan kulit, apabila ini terjadi maka bagian kulit yang
terkena harus segera dicuci bersih dengan air. Untuk keamanan saat bekerja
dengan zat ini sebaiknya digunakan kacamta pelindung dan sarung tangan
karet.
Hidrogen peroksida adalah zat pengelantang yang paling banyak digunakan
karena potensial redoksnya paling rendah (810-840 mV) diantara zat
pengelantang lainnya, sehingga kemungkinan kerusakan serat lebih sedikit dan

cocok digunakan untuk proses pengelantangan serat selulosa, protein dan


sintetik. Zat ini memiliki ikatan peroksida (-O-O-) dimana paling tidak satu
atom oksigen adalah atom oksigen aktif yang mampu merusak ikatan rangkap
dari pigmen warna alam pada serat. Kandungan oksigen aktif H2O2
didefinisikan sebagai berat atom oksigen (Ar O2 = 16) dibagi massa relatif
molekul H2O2 (MR H2O2 = 34) dikali 100%. Dalam hal ini H2O2 murni
memiliki kandungan oksigen aktif 47% (16/34 x 100%). Dalam perdagangan
H2O2 dinyatakan konsentrasinya dengan persentase berat (%w/w), umumnya
dijual sebagai larutan H2O2 35% dan 50%. Awalnya konsentrasi H2O2
dinyatakan dalam volume strenght (disingkat VoI) yaitu banyaknya volume
oksigen yang dibebaskan setiap satu unit volume laruatan H2O2. Sebagai
contoh H2O2 10 vol artinya setiap unit volume larutan ini akan menghasilkan
10 volume unit gas oksigen pada keadaan gas standar (NTP). H 2O2 35% (w/w,
berat per berat) setara dengan H2O2 130 vol dan H2O2 50% setara dengan
H2O2 197 vol.

III. PERCOBAAN
3.1.Alat dan Bahan
- Beaker glass atau gelas keramik
- Pengaduk kaca
- Kasa, kaki tiga, bunsen
- Timbangan digital
- Bahan kapas
- Zat sesuai resep
3.2 Diagram Alir

Timbang kain dan zat sesuai resep

Larutkan zat pengelantang


Timbang kain dan zat sesuai resep

Proses pengelantangan
Timbang kain dan zat sesuai resep

Proses anti khlor


Timbang kain dan zat sesuai resep

Kain dicuci panas dan dingin


Timbang kain dan zat sesuai resep

Pengeringan
Timbang kain dan zat sesuai resep

Evaluasi kain
Timbang kain dan zat sesuai resep
3.3 Resep dan Bahan
Resep 1 2 3 4

H2O2 (mL/L) 25 27,5 30

Zat Pembasah
1
(mL/L)
Stabilisator
1
(mL/L)
NaOH (g/L) 10
Suhu (OC) 30˚C
Waktu (menit) 40
Vlot 1:30

3.4 Skema Proses

3.5 Perhitungan Resep

 Luthfiah Luh Legati


Berat bahan = 5,50 gram
Vlot = 1:30
= 5,50 ×30
= 165 mL
1
Stabiliser = ×165
1000
= 0,165 mL
10
NaOH = ×165
1000
= 1,65 gram
22,5
H2O2 = ×165
1000
= 3,71 mL
1
Zat Pembasah = ×165
1000
= 0,165 mL
Larutan = 165-3,7-0,2-0,2
= 161 mL
 Rahadian Noor Madany
Berat bahan = 5,61 gram
Vlot = 1:30
= 5,61 ×30
= 168,3 mL
1
Stabiliser = ×168,3
1000
= 0,1683 mL
10
NaOH = ×165
1000
= 1,683 gram
25
H2O2 = ×168,3
1000
= 4,20 mL
1
Zat Pembasah = ×168,3
1000
= 0,1683 mL
Larutan = 168,3-4-0,2-0,2
= 164 mL

 Muhammad Abid Aghani


Berat bahan = gram
Vlot = 1:30
= ×30
= mL
1
Stabiliser = ×
1000
= mL
10
NaOH = ×
1000
= gram
27,5
H2O2 = ×
1000
= mL
1
Zat Pembasah = ×
1000
= mL
Larutan =
= mL
 Noval Ardianto Baedowi
Berat bahan = gram
Vlot = 1:30
= 5,41 ×30
= 162,3 mL
1
Stabiliser = ×162,3
1000
= 0,1623 mL
10
NaOH = ×162,3
1000
= 1,623 gram
30
H2O2 = ×162,3
1000
= 4,869 mL
1
Zat Pembasah = ×162,3
1000
= 0,1623 mL
Larutan = 162,3 – 0,1623 -0,1623 -4,869
= 157,03 mL
IV. DISKUSI
4.1 Data Hasil Percobaan
Rangking kain sebelum percobaan
  Kain 1 Kain 2 Kain 3 Kain 4
Penilaian orang ke-1 1 4 2 3
Penilaian orang ke-2 1 3 2 4
Penilaian orang ke-3 2 3 1 4
Penilaian orang ke-4 1 3 2 4
Jumlah 5 7 7 15

Rangking kain setelah percobaan

  Kain 1 Kain 2 Kain 3 Kain 4


Penilaian orang ke-1 2 3 1 4
Penilaian orang ke-2 2 3 1 4
Penilaian orang ke-3 2 3 1 4
Penilaian orang ke-4 1 3 2 4
Jumlah 7 12 5 16

Keterangan
1 = Tidak Putih
2 = Kurang Putih
3 = Putih
4 = Sangat Putih

4.2 Diskusi
Grafik derajat putih setelah percobaan :
Penilaian Derajat Putih Kain
18
16
14
12
10
Skor

8
6
4
2
0
22.5 25 27.5 30
Konsentrasi zat oksidator (gram/liter)

Pada percobaan bleaching yang dilakukan kain nomer 4 mengalami pemutihan kain yang
paling besar dikarenakan penggunaan H2O2 pada kain nomer 4 sebesar 30 ml/L. pada Proses ini
zat oksidator yang kita gunakan adalah H 2O2 . Zat ini akan stabil pada pH dibawah 7, yaitu pH asam.
Hydrogen peroksida adalah zat pengelantang yang paling banyak digunakan karena zat ini tidak banyak
meruksak serat. Berikut adalah reaksi yang terjadi pada H2O2.

 H2O2 → H2O + (O) terjadi dekomposisi spontan

 H2O2↔ H+ + HO2 terjadi diasosiasi dalam air

 HO2 → OH- + (O) terjadi pelepasan oksigen aktif

 NaHO2 ↔ Na+ + HO2- pelepasan ion HO2- dalam suasana alkali

 2 H2O2→ 2H2O + (O) terjadi dekomposisi

 NaHO2 ↔ Na+ + HO2- pelepsan ion HO2- dalam

Susana alkali

Oksigen radikal ini, akan terbentuk pada kondisi - kondisi tertentu, seperti pada pH antara
11-12, dan ditambahkan NaOH. Oksigen radikal ini akan mengoksidasi ikatan rangkap yang ada
pada serat alam. Untuk dapat mengendalikan kerja dari H2O2, maka perlu ditambahkan stabilisator.
Stabilisator akan memperlambat penguraian H2O2, H2O2 ini akan terkatalis oleh ion-ion logam
seperti air, karena air mengandung besi (Fe), atau fungsi yang lain yaitu sebagai pengikat logam.
Perbandingan variasi resep dan metoda dapat mempengaruhi hasil kain bleaching. Hal lain yang
juga berpengaruh dalam proses ini adalah saat pengadukan kain yang mana semakin baik
pengadukan hasil maka proses bleaching juga akan semakin bagus.
V. KESIMPULAN
Pada percobaan ini dilakukan proses pengelantangan (bleaching) dan didapat hasil yang paling
optimum yaitu pada proses dengan resep nomor 4 :
 Menggunakan H2O2 dengan konsentrasi 30 ml/L
 Menggunakan zat pembasah dengan konsentrasi 1 ml/L
 Stabilizer dengan konsentrasi 1 ml/L
 NaOH dengan konsentrasi 10 g/L
 Suhu yang digunakan adalah suhu kamar (25℃ - 30℃ )

DAFTAR PUSTAKA

Ichwan, Muhammad, Wiewiek Eka mulyani, Nono C. 2004. Pedoman Praktikum Teknologi
Persiapan penyempurnaan. Bandung : Sekolah Tinggi Teknologi Tekstil.

Rasyid Djufri, dkk. 1976. Teknologi Pengelantangan Pencelupan dan Pencapan. Bandung :
Institut Teknologi tekstil.

Soebardi, Haryanti Rahayu. 2003. Pedoman Praktikum Teknologi Persiapan Penyempurnaan.


Bandung : Sekolah Tinggi Teknologi Tekstil.

Anda mungkin juga menyukai