PENYEMPURNAAN TEKSTIL
DISUSUN OLEH :
Nama Kelompok :
Dosen :
1. M.Widodo, AT.M.Tech
2. Hardianto,S.ST,M.Eng
3. Desiriana
2014
BAB I
PENDAHULUAN
Serat kapas adalah serat alam dengan kandungan gugus –OH yang sangat
banyak, kapas bersifat tidak tahan asam kuat/pekat, kekuatan saat basahnya lebih besar
dari pada saat kering, dengan MR antara 7-8,5 % membuat kapas sangat mudah
menyerap keringat. Sedangakan kapas sendiri memiliki kilau yang kurang baik, ini
dikarenakan struktur serat sendiri seperti pita terpuntir. Puntiran ini disebut konvolusi,
selain itu penampang melintang yang seperti ginjal membuat cahaya yang datang kurang
begitu baik dipantulkan kembali. Berikut adalah struktur kimia molekul serat kapas.
CH CH2OH H OH CH2OH
OH H H
O O H H O O
OH
H OH H H
(S) OH H (S) H (S) (S) OH H (S)
H OH H
H O O
O H
H O H
CH2OH H OH CH2OH H OH
1. Warna serat kapas tidak betul-betul putih, biasanya sedikit kekuning-kuningan. Karena pengaruh
cuaca yang lama, debu, dan kotoran akan menyebabkan warna yang keabu-abuan.
2. Kekuatan serat kapas dalam keadaan basah lebih tinggi dibandingkan dengan
kekuatan serat kapas pada keadaan kering
3. Mulur serat kapas berkisar antara 4 – 13% tergantung pada jenisnya
4. Moisture regain 7 – 8.5%
5. Berat jenis serat kapas 1.5 – 1.56
6. Indeks bias serat kapas sejak sumbu serat 1.58, indeks bias melintang sumbu serat
1.53
Sifat Kimia serat kapas :
Serat Rayon
Rayon viskosa adalah serat selulosa yang diregenerasi sehingga strukturnya
sama dengan serat selulosa yang lain, kecuali derajat polimerisasinya lebih rendah
karena terjadi degradasi rantai polimer selama pembuatan seratnya.
Prinsip pembuatannya ialah kayu yang dimurnikan dan dengan Natrium Hidroksida
(NaOH) dirbah menjadi selulosa alkali. Kemudian dengan karbondisulfa (CS2) dirubah menjadi
Natium selulosa Xantat dan selanjutnya dilarutkan dalam larutan Natrium Hidroksida encer.
Larutan ini kemudian diperam dan akhirnya dipintal dengan cara pemintalan basah dengan
menggunakan larutan asam.
Serat Poliester
Bentuk melintang serat poliester adalah bulat dan didalamnya terdapat bintik-
bintik, sedangkan penampang membujurnya berbentuk silinder dinding kulit yang tebal.
Zat pelemas adalah suatu zat yang biasa digunakan dalam proses
penyempurnaan untuk mendapatkan sifat bahan menjadi lembut, lemas, licin, tidak rapuh
dan anti statik. Zat pelemas yang biasa digunakan merupakan suatu zat yang
mengandung minyak/lemak. Zat pelemas ini dapat digunakan sebagai zat
penyempurnaan tersendiri maupun ditambahkan dengan zat penyempurnaan lain untuk
memperoleh kelemasan, kehalusan, pegangan penuh dan lembut serta kesupelan pada
bahan tekstil. Sifat tersebut didapat karena terjadi penurunan koefisien gesekan antara
serat atau filamen-filamen benang.
Pada dasarnya zat pelemas merupakan senyawa lemak dengan rantai panjang
yang diemulsikan, dibuat dari bahan alam seperti minyak, lemak dan berbagai jenis
sabun. Berdasarkan ionisasinya dalam air, zat pelemas dibagi menjadi zat pelemas
golongan anionik, kationik, nonionik maupun amfoter. Pada percobaan kali ini, zat
pelemas yang digunakan adalah silikon yang tergolong zat pelemas nonionik
Zat pelemas nonionik adalah zat pelemas yang tidak mempunyai muatan ion,
merupakan zat pelemas yang tidak reaktif. Zat pelemas ini umumnya dapat dipakai
bersama-sama dengan zat penyempurnaan lainnya, walaupun substantivitasnya kecil.
Zat pelemas tersebut tidak memberikan sifat pelemasan yang permanen pada serat
karena tidak bereaksi dengan serat, melainkan hanya membentuk lapisan film tipis pada
permukaan serat saja. Oleh karena itulah, maka ketahanan cucinya kurang baik. Pada
umumnya, zat pelemas ini banyak digunakan dalam campuran dengan zat pelemas
anionik atau kationik. Kerja zat pelemas ini tidak terpengaruh oleh pH larutan, stabil
terhadap elektrolit, tidak terpengaruh oleh air sadah dan tidak memberikan efek kekuning-
kuningan. Salah satu contoh dari resin golongan ini adalah silikon.
Senyawa silikon berbentuk emulsi silikon yang dapat dipakai pada bahan dari
kapas, wol, sintetik dan serat campuran.senyawa silikon dapat digunkan sebagai zat
pelemas (softener), zat anti busa (antifoam agent), zat tolak air (water repellent agent),
dan lain-lain. Stabilitas ikatan Si-O dan Si-C yang tinggi menyebabkannya mempunyai
yang bagus terhadap panas, cuaca, kelembaban, oksidasi dan bantingan-bantingan
selama penyimpanan. Tekanan permukaan yang rendah dari kelompok metil,
memberikanya sifat kebebasan dan pelumasan (release and lubrication) yang baik.
Mekanisme kerja zat pelemas terhadap bahan ada beberapa cara yaitu :
PRAKTIKUM
2.2 RESEP
a. Resep Praktek
Kapas 2 cms 1,88 cms 1,72 cms 1,5 cms 1,325 2,2 cms
cms
Poliester 2 cms 2,04 cms 2,13 cms 1,98 cms 1,85 cms 2,3 cms
T/R 1,5 1,49 cms 1,47 cms 1,42 cms 1,35 cms 1,65 cms
cms
Suhu 700C
WPU : 70 %
lebih lembut
Drying 1000C,1’
Cure1600C,2’
Persiapkan alat dan bahan yang dibutuhkan (mesin pad, gelas piala, pengaduk,
timbangan, pemanas, kain kapas, T/R, dan poliester).
Timbang resep yang dibutuhkan untuk membuat larutan pelemas
Pembuatan larutan pelemas
Tuangkan larutan pelemas dalam baki/wadah.
Rendam kain kapas, poliester/kapas dan poliester di dalam pelemas
Kain di pad, dan langsung di drying pada mesin stenter dengan suhu 1000C selama
1 menit.
Setelah di drying kain di curring pada suhu 1600C selama 2 menit.
Kemudian lakukan evaluasi pada kain yang telah di sempurnakan.
Tabel 2.6 Data Pengujian Kekakuan Arah Lusi Setelah Penganjian Pada Kain
Kapas, Poliester Dan T/R Dengan Konsentrasi Tapioka Yang Berbeda
Kain
Kapas 2 cms 1,88 cms 1,72 1,5 cms 1,325 2,2 cms
cms cms
Suhu 700C
3
2 Kapas
cms
T/R
1
Poliester
0
5 10 15 20 25 Blanko konsentrasi
resin
2.6 SAMPLE KAIN
PENUTUP
3.1 DISKUSI
Pada kain TR menunjukkan bahwa kekakuan terbaik adalah 1,35 cms pada
konsentrasi 20 g/L dengan jenis resin Sunsoflon, sedangkan untuk kain kapas adalah
1,325 cms pada konsentrasi 20 g/L dengan jenis resin Sunsoflon. Semakin bertambah
konsentrasi resinnya maka semakin besar cms drape yang dihasilkan dan semakin rapat
molekul dari resin yang melapisi kain sehingga menjadi langsai atau lembut. Namun
disamping itu pula juga dapat terjadi penurunan cms drape yang mana dalam hal ini resin
memiliki titik optimum untuk cms drape. Karena dalam hal ini semakin bertambah
konsentrasi resin makin berkurang nilai cms drape yang dihasilkan. Hal ini tak lepas dari
penggunaan jenis resin, setiap serat tunggal maupun campuran serat akan memiliki
perbedaan pada penggunaan jenis resin. Terlihat pada data percobaan bahwa pada jenis
resin sunsoflon dengan konsentrasi 20 g/L memberikan hasil optimal pada serat
campuran yakni Kain T/R, Kain Kapas dan Kain Poliester.
3.2 KESIMPULAN
Pada kain T/R, nilai kekakuan yang tertinggi adalah 1,42 cms
Pada kain Poliester, kekakuan yang tertinggi adalah 1,98 cms
Pada kain katun, nilai kekakuan yang tertinggi adalah 1,5 cms
DAFTAR PUSTAKA