Anda di halaman 1dari 41

PENCELUPAN POLIAKRILAT

DENGAN ZAT WARNA BASA


Oleh : Dede Karyana S.Teks., M.Si.
Poliakrilat

Poliakrilat adalah polimer dari vinil sianida


H–[CH2-CH]n H
CN
Serat tersebut sangat kuat, sangat
hidrofob dan sukar dicelup.
Oleh karena itu kemudian dimodifikasi
berupa kopolimer dengan monomer lain
yang mengandung gugus yang bersifat
anionik seperti karboksil atau sulfonat
sehingga serat poliakrilat yang sekarang
ini dapat dicelup dengan zat warna basa
yang dalam larutan celup bersifat kationik.

[CH2-CH]n – [CH2 – CH]m - [CH2-CH]


CN COOCH3 CN
Daya serap serat poliakrilat
terhadap zat warna basa
• Kemampuan maksimum serat
poliakrilat menyerap zat warna
basa bervariasi tergantung pada
banyaknya gugus karboksil atau
sulfonat yang terkandung dalam
serat.
• Hal tersebut biasanya dinyatakan
dengan nilai faktor A dari serat.
faktor A dari serat poliakrilat

Jenis poliakrilat A Jenis poliakrilat A


• Orlon 42 2,1 Dralon DK 2,2
• Acrilan 16 1,4 Crilenka 2,1
• Courtele (pH 4,5) 2,8 Leacril 16 2,0
• Courtele (pH 3,6) 2,1 Vonnel 17 1,2
• Cashmilon FW 2,0 Velicren HB 2,0
• Toraylon 2,7

MAKIN TINGGI NILAI A MAKIN TINGGI KEMAMPUAN SERAT MENYERAP ZAT


WARNA KATIONIK.
Faktor yang perlu diperhatikan
• Sifat penting lainnya yang perlu
diperhatikan pada proses pencelupan
adalah bahwa serat poliakrilat kurang
tahan panas .
• Pengerjaan panas diatas 110 0C akan
menyebabkan warna serat berubah
kekuning-kuningan hingga hitam akibat
berubahnya struktur serat menjadi
senyawa lingkar sebagai berikut :
Struktur poliakrilat rusak kena panas

CH CH
C C C-CH2—
HC C C-NH2
N N
Warna kain jadi kekuning-kuningan
Oleh karena itu suhu pencelupan
tertinggi untuk serat poliakrilat
adalah 105 0C.
Suhu titik gelas kedua (Tg)
poliakrilat
• Suhu titik gelas kedua (Tg) serat poliakrilat
berkisar antara 65 0C hingga 85 0C. Mulai suhu
tersebut ikatan hidrogen antar rantai polimer
poliakrilat mulai putus sehingga serat mulai
mengembang.
• Dalam proses pencelupan mulai suhu Tg
tersebut akan terjadi peningkatan kecepatan
penyerapan zat warna yang besar, sehingga
mulai suhu tersebut kenaikan suhu pencelupan
perlu dikontrol agar hasil celupnya tidak belang.
Zat Warna Basa

Dalam bentuk basa, zat warna basa


termasuk zat warna yang tidak larut,
tetapi dalam larutan yang bersifat asam
zat warna akan berubah menjadi bentuk
garam yang mudah larut

Zw-NH2 + HCl Zw-NH3+ + Cl-


tidak larut larut
Ikatan ionik poliakrilat – zat warna basa

• Zat warna basa secara alami bersifat


kationik, sehingga dapat digunakan untuk
mencelup serat akrilat, wool, sutra dan
nylon , dimana zat warna basa akan
berikatan secara ionik dengan gugus-
gugus sulfonat atau karboksilat yang ada
dalam serat sehingga tahan lunturnya
cukup baik.
Ikatan ionik poliakrilat – zat warna basa

- [CH2-CH] – [CH2 – CH] - [CH2-CH] -

CN COO- CN
Ikatan ionik
+
Zw- NH3
Struktur Zat Warna Basa
• Berdasakan jenis kromogennya, zat warna
basa dapat digolongkan sebagai berikut :
1. Trifenil metan 2. Oksazin
3. Tiazin 4. Azo

O NH2

+ -
O NH CH2N H(CH3)2Cl

C.I. Basic Blue 47


Sifat Zat Warna Basa

1. Kelarutan Zat warna


Dari struktur zat warna diatas terlihat bahwa
zat warna basa terdapat dalam bentuk basa
dan bentuk garam.
Dalam bentuk basa, zat warna basa sukar
larut, tetapi dengan penambahan asam zat
warna basa akan berubah menjadi bentuk
garam zat warna basa yang mudah larut. Oleh
karena itu kelarutan zat warna basa sangat
tergantung pada pH larutan celup.
2. Kecerahan Warna
Karena ukuran molekul zat wana basa
relatif paling kecil, maka bila dibanding
zat warna organik lainnya zat warna
basa merupakan zat warna yang paling
cerah (nomor 2 setelah zat warna
pigmen jenis metalik).
3. Daya Celup Zat Warna Basa pada Serat Akrilat
• Daya celup zat warna basa sangat tergantung
pada banyaknya gugus amin yang bermuatan
positip yang terkandung dalam tiap molekul zat
warna.
• Mengingat terbatasnya tempat-tempat yang
bermuatan negatif (gugus karboksil atau
sulfonat) dalam serat poliakrilat, maka untuk
zat warna basa yang tiap molekulnya
mengandung gugus amin (muatan positip)
lebih banyak akan lebih sedikit jumlah
maksimum zat warna basa yang dapat diikat
serat poliakrilat, dan sebaliknya.
• Guna memudahkan pemakai, maka tiap zat
warna basa diberi nilai f yang berkisar antara 0,6
hingga 1,5
• persentase maksimum zat warna basa yang
dapat terserap poliakrilat adalah :
%maks Zw = A/f
• pemakaian zat warna basa diatas persentase
maksimum tidak akan menambah ketuaan hasil
celup lebih lanjut, sebab semua tempat negatif
(gugus sulfonat atau karboksilat) pada serat
poliakrilat sudah terisi/ berikatan dengan kation
zat warna basa.
• Harga faktor f zat warna, juga tergantung pada
kemurnian zat warna.
4. Ketahanan luntur, Laju Penyerapan dan
Kerataan Zat Warna Basa
• Meskipun ukuran molekul zat warna basa
relatif kecil, namun ukuran molekul zat
warna basa juga bervariasi.
• Zat warna yang ukuran molekulnya lebih
besar memp. substantifitas yang lebih
besar dan cenderung sukar rata. Sedang
untuk zat warna yang lebih kecil ukuran
molekulnya, substantifitasnya lebih kecil
dan lebih mudah rata.
• Parameter ketahanan luntur dan
kemudahan rata dari tiap zat warna basa
adalah CV (Compability Value) yang
nilainya antara 1 hingga 5.
• Harga CV = 5 artinya zat warna tersebut
mudah rata tapi kerataan lunturnya
rendah, dan sebaliknya untuk yang CV
nya = 1
• Harga CV zat warna basa sangat penting
diperhatikan, terutama bila pencelupan
menggunakan campuran 2 zat warna atau lebih,
dalam hal ini perlu dipilih zat warna basa yang
harga CV-nya relatif sama.
• Pada pencelupan campuran zat warna ini, laju
penyerapan masing-masing zat warna
umumnya relatif akan lebih rendah dibanding
laju penyerapan zat warna pada pencelupan
warna tunggalnya, akibat adanya persaingan
antar zat warna dalam mengisi tempat-tempat
negatif pada serat.
• Pada produk yang berbeda harga CV
dinyatakan dengan nilai K
Mekanisme Pencelupan Poliakrilat dengan
Zat Warna Basa.

• Karena ikatan yang terjadi antara serat dan zat


warna adalah ikatan ionik maka migrasi zat
warna dalam serat agak sukar, terutama ketika
melakukan pencelupan warna muda.
• Oleh karena itu pencelupan warna muda relatif
akan lebih sukar rata dibanding pencelupan
warna tua, dimana pada pencelupan warna tua
masalah sukarnya migrasi zat warna akan
agak tertutup oleh adanya penurunan laju
penyerapan zat warna.
Efek pH Larutan Celup
• Untuk menjamin terbentuknya kation zat warna
basa (seluruh zat warna basa larut sempurna)
maka pencelupan perlu dilakukan dalam
suasana asam. Dalam hal ini pH larutan celup
yang optimal adalah 4,5 dan perlu dikontrol
dengan ketat,
• bila pH lebih besar dari 4,5 maka kelarutan zat
warna akan agak berkurang dan λ maksimum
zat warna akan berubah kearah yang lebih
pendek (corak berubah, contoh dari merah ke
arah orange), hasil celup lebih muda dan kurang
rata.
Efek pH Larutan Celup
• Dilain pihak bila bila pH larutan celup
lebih rendah dari 4,5 maka terbentuknya
muatan negatif pada gugus sulfonat atau
karboksilat pada serat akan lebih sulit,
sehingga laju pencelupan akan lebih
lambat, dalam hal ini hasil celup akan
lebih rata namun ketuaan warna akan
lebih muda dan ada kemungkinan terjadi
penurunan kekuatan bahan yang dicelup.
Efek Suhu Pencelupan

1. Suhu titik gelas kedua serat akrilat yaitu antara


60 – 85 0C tergantung jenis seratnya. Mulai
suhu tersebut serat mulai mengembang
sehingga laju penyerapan zat warna akan lebih
cepat sehingga bila kenaikan suhu terlalu cepat
maka akan menimbulkan hasil celup yang
belang.
2. Untuk pencelupan yang sukar rata, pada suhu
tersebut sebaiknya dilakukan penahanan suhu
selama 10 hingga 30 menit (arrest temperatur
system) sebelum selanjutnya suhu dinaikkan
dengan laju kenaikan suhu 1 – 1,5 0C.
3. Suhu pencelupan poliakrilat dibatasi oleh
relatif kurang tahannya poliakrilat
terhadap panas. Suhu pencelupan
maksimum poliakrilat adalah 110 0C,
tetapi pencelupan poliakrilat biasanya
dilakukan pada suhu didih (100 0C) atau
diatas suhu didih (105 0C).
Pencelupan pada suhu diatas suhu didih
tersebut dimaksudkan agar migrasi zat
warna meningkat sehingga hasil celup
lebih rata dan juga agar waktu celup
lebih singkat.
4. Laju penurunan suhu setelah selesai
pencelupan sebaiknya dilakukan secara
perlahan-lahan hingga suhunya dibawah
60 %, baru kemudian sisa larutan celup
dibuang. Hal tersebut dimaksudkan
untuk mencegah terjadinya kekusutan
bahan setelah proses pencelupan akibat
terjadinya deformasi bahan pada proses
pendinginan suhu pencelupan.
Metoda Pencelupan
• Diagram alir pencelupan poliakrilat
dengan zat warna basa adalah sebagai
berikut

Pelarutan Pencelupan Pencucian


zat warna
Pelarutan Zat Warna Basa

• 1 gram zat warna basa didispersikan


dengan 10 cc air dan 0,5 cc pendispersi
non ionik, lalu dilarutkan dengan
penambahan 0,5 cc asam asetat 35 %
dan air panas ( 70 o C) sehingga menjadi
100 cc, lalu diaduk hingga larut sempurna
(tampak jernih).
Resep pencelupan :
• Zat warna basa x%
• Asam Asetat 35% 2 – 3 cc/l
• Pendispersi 0 – 0,5 cc/l
nonionik
• Vlot 1 : 10
Skema Pencelupan (Standar)
100 –105 0C
- Zat warna basa
- Asam asetat
- Pendispersi

40 0C

5’ 30 ‘ 30-45’ 20’
Waktu celup (menit)

Catatan : pH pencelupan 4-5, agar pH lebih stabil sebaiknya


menggunakan sistem penyangga pH seperti
campuran asam asetat dan natrium asetat.
Pencucian dengan sabun (proses soaping)

• Proses ini dimaksudkan untuk menghilangkan


zat warna yang hanya menempel dipermukaan
serat, sehingga tahan luntur hasil
pencelupannya akan lebih baik.
• Resepnya adalah sebagai berikut :
• Sabun : 0,5 cc/l
• Na2CO3 : 1 g/l
• Vlot 1 : 10
• Suhu 60 0C, 10 menit
Zat Perata untuk Pencelupan Poliakrilat
dengan Zat Warna Basa.
• Pada pencelupan poliakrilat terdapat beberapa zat yang
dapat befungsi sebagai retarder dan leveller yaitu : zat
pendispersi nonionik, perata kationik, perata anionik
bekerja sebagai retarder dan zat penggelembung serat
yang bekerja sebagai leveller.
• Zat perata yang dijual dapat berupa zat tunggal, tetapi
kebanyakan berupa campuran agar daya perataannya
lebih baik, contoh campuran pendispersi nonionik +
perata kationik + zat penggelembung serat.
• Meskipun zat perata dapat memperbaiki kerataan hasil
pencelupan, perlu juga diperhatikan konsentrasi
pemakaiannya agar tidak berlebihan, sebab bila
berlebihan pemakaiannya dapat menurunkan
kemampuan penyerapan zat warna basa pada serat
sehingga warnanya akan lebih muda.
Perata dengan Pendispersi
Nonionik
Adanya penambahan zat pendispersi
nonionik kedalam larutan celup, akan
mendispersikan sebagian zat warna basa
dalam bentuk pigmen zat warna basa
yang tidak larut, sehingga akan
menghambat terjadinya pembentukan
kation zat warna basa, akibatnya
penyerapan zat warna diperlambat
Perata Kationik
• Zat perata kationik umumnya dimasukkan kedalam
larutan celup 5 – 10 menit sebelup zat warna
dimasukkan. Zat perata kationik berperan sebagai
pesaing kation zat warna basa dalam mengisi tempat-
tempat negatif dalam serat, ia akan lebih dulu mengisi
tempat-tempat tersebut, kemudian ikatannya dengan
serat lepas ketika suhu dinaikkan dan tempatnya dalam
serat sedikit demi sedikit digantikan oleh kation zat
warna.
• Dari cara kerjanya tersebut diatas, jelas perata ini akan
memperlambat laju penyerapan zat warna, sehingga
termasuk zat perata yang disebut retarding agent
• Keunggulan zat perata kationik pada pencelupan
poliakrilat dengan zat warna basa adalah dapat
menghilangkan efek barrines, dan dapat digunakan
untuk pencelupan poliakrilat dalam bentuk grey.
Perata Anionik
• Zat perata anionik dipakai bersamaan dengan
zat warna basa, dimana zat perata ini akan
membentuk komplek terlebih dahulu dengan zat
warna basa, sehingga tidak dapat diserap
bahan. Kemudian ketika suhu pencelupan
dinaikkan ikatan antara zat perata anionik
dengan kation zat warna basa akan lepas sedikit
demi sedikit, pada saat itu mulailah terjadi
penyerapan kation zat warna basa oleh serat.
Jadi zat perata anionik ini berperan sebagai
penghambat penyerapan zat warna sehingga
termasuk zat perata jenis retarder
Penggelembung Serat
• Zat perata jenis penggelembung serat
akan memberi efek perataan dengan cara
memperbesar migrasi zat warna dalam
serat, sehingga zat perata jenis ini
termasuk zat perata jenis leveler (leveling
agent).
Modifikasi Proses Pencelupan

• Apabila pencelupan dengan skema


pencelupan standar hasilnya kurang
memuaskan seperti sukar rata atau
waktu celup terlalu lama, dapat dilakukan
perubahan skema pencelupan sebagai
berikut :
Pencelupan dengan sistim penahanan suhu
(arrest temperatur system)
- zat warna basa 100 –105 0C
- asam asetat
- pendispersi
nonionik 70 0C

40 0C
5’ 20’ 10 ‘ 20’ 30-45’ 20’

Waktu celup (menit)


Pencelupan dengan retarder
kanionik
- retarder kationik
- asam asetat 100 –105 0C
zat warna basa

40 0C

10’ 10’ 30’ 30-45’ 20’

t (menit)
Pencelupan dengan retarder
anionik
- asam asetat 100 –105 0C
-zat warna basa
-retarder anionik

40 0C

10’ 10’ 30’ 30-45’ 20’


t (menit)
Pencelupan dengan retarder
kationik dan anionik
- retarder kationik
- asam asetat 100 –105 0C
-zat warna basa
-retarder anionik

40 0C
10’ 10’ 30’ 30-45’ 20’
t (menit)
Sekian

Terima kasih atas perhatiannya

Anda mungkin juga menyukai