Anda di halaman 1dari 9

Pencelupan kapas dengan zat warna bejana

I. Maksud dan Tujuan


1.1. Maksud
Mengetahui hasil pencelupan kain kapas dengan menggunakan zat warna bejana
disertai dengan resep yang berbeda.

1.2. Tujuan
Untuk mengetahui pengaruh-pengaruh yang ditimbulkan terhadap hasil pencelupan
dengan menggunakan zat warna bejana dengan resep dan metode yang berbeda dan untuk
mengetahui hasil pencelupan yang memiliki kerataan dan ketuaan warna yang terbaik
C H 2O H H O H C H 2O H H O H
dengan menggunakan
H
metode
O H
danH resep yangH optimum untukO pencelupan
H H
dengan zat warna
H H H H
bejana.
O H H H O H
O H H H H O H H H
H

H O H C H 2O H H O H C H 2O H
II. Teori Dasar

A. Serat kapas

Serat kapas merupakan serat alam dengan komposisi sebagai berikut:


1. Selulosa
Serat yang digunakan pada pencelupan zat warna bejana ini adalah serat kapas, yang
merupakan serat selulosa. Serat selulosa bila dilihat dalam struktur secara kimia memiliki kelarutan
terhadap air karena memiliki gugusan hidroksil. Gugus –OH primer pada selulosa merupakan gugus
fungsi yang berperan untuk mengadakan ikatan dengan zat warna bejana berupa ikatan fisika (Van
Der Waals).

Struktur kimia serat Selulosa

Gugus-gugus hidroksil yang dimilki oleh serat selulosa mampu menarik gugus hidroksil dari
molekul lainnya, selain itu juga mampu menarik gugus hidroksil dalam molekul air. Sehingga serat
yang memiliki banyak gugus hidroksil akan lebih mudah menyerap air. Maka akan dengan
mudahnya molekul-molekul air terserap kedalam serat dan hal tersebut akan menyebabkan serat
mudah dicelup. Namun hal tersebut hanya berlaku pada zat warna yang larut dalam air, dan zat
warna bejana larut. Zat warna yang digunakan kali ini sifatnya tidak larut dalam air sehingga
diperlukan zat pembantu yang dapat melarutkannya dengan air, zat pembantu yang digunakan yaitu
yang bersifat reduktor seperti hidrosulfit.
2. Pektin
Pektin adalah karbohidrat dengan berat molekul tinggi dan mempunyai struktur molekul seperti
selulosa. Terutama terdiri dari susunan linier asam d-galakturonat dalam garam-garam kalsium dan besi yang
tidak larut. Selulosa pecah menjadi glukosa, tetapi pektin terurai menjadi galaktosa, pentosa, asam
poligalakturonat, dan metil alkohol.
3. Zat-zat yang mengandung protein
Diperkirakan bahwa zat-zat ini merupakan sisa-sisa protoplasma yang tertinggal di dalam lumen
setelah selnya mati ketika buah membuka.
4. Lilin
Lilin merupakan lapisan pelindung yang tahan air pada serat-serat kapas mentah. Lilin seluruhnya
melelh pada dinding primer.
5. Abu
Abu timbul kemungkinan karena adanya bagian-bagian daun, kulit buah, dan kotoran-kotoran yang
menempel pada serat. Abu tersebut mengandung magnesium, kalsium, atau kalium karbonat, fosfat, atau
klorida, dan garam-garam karbonat yang merupakan bagian terbesar.
B. Zat Warna Bejana
Zat warna bejana merupakan salah satu zat warna alam, zat warna ini telah lama
dipergunakan untuk serat–serat tekstil. Dibanding zat warna lain, zat warna bejana relatif lebih
tahan terhadap zat kimia seperti oksidator dan reduktor. Zat warna ini juga tidak larut dalam air
sehingga ketahanan luntur terhadap pencuciannya tinggi. semua zat warna bejana tidak larut dalam
air dan tak mungkin digunakan untuk mencelup apabila tidak dirubah dahulu struktur molekulnya.
Dengan diberi sedikit reduktor yaitu hidrosulfit, senyawa tersebut dibejanakan artinya dirubah
menjadi bentuk leuko yakni bentuk zat warna bejana yang tereduksi yang akan larut dalam larutan
alkali. Senyawa leuko tersebut memiliki substantivitas terhadap selulosa sehingga dapat
mencelupnya. Dengan perantara suatu oksidator atau dengan oksigen dari udara, bentuk leuko yang
berada dalam serat akan teroksidasi kembali ke bentuk semula yakni pigmen zat warna bejana.
Senyawa-senyawa leuko memiliki warna-warna yang lebih muda daripada warna pigmen aslinya.

 4 tahap pencelupan dengan menggunakan dengan zat warna bejana sebagai zat
pencelupnya yaitu :
a. pembejanaan yaitu dengan membuat larutan bejana yang mengandung senyawa
leuko
b. pencelupan serat-serat tekstil dengan senyawa leuko
c. oksidasi senyawa leuko menjadi senyawa asal
d. pencucian dengan sabun
 Berdasarkan struktur kimia molekulnya, zat warna bejana digolongkan menjadi 2 macam, yaitu :
1. Golongan indigoida

Golongan ini mengandung kromofor –CO-C=C-CO- dan pada umumnya merupakan derivat dari
indigotin atau tioindigo. Sifat : senyawa leukonya berwarna kuning muda dan larut dalam alkali
lemah.

2. Golongan antrakinon

Sifat : - senyawa leuko berwarna

lebih
tua dari pada warna aslinya
- larut dalam alkali kuat

Bentuk zat warna bejana ada 4 macam, yaitu :


1. Powder : - berkadar tinggi
- molekul berukuran besar
- memerlukan vlot besar
- kerataan rendah
2. Microfine powder : - lebih lembut dari pada Powder
- untuk proses kontinyu atau semi kontinyu
- proses dengan sistem padding
3. Micro powder : - lebih halus dari pada Microfine powder
- pemakaian dengan konsentrasi tinggi
- kerataan cukup baik
4. Colloisal : - berbentuk pasta
- sangat cocok untuk proses kontinyu
- pemakaian dengan konsentrasi rendah
 Sedangkan berdasarkan pemakaiannya, zat warna bejana digolongkan dalam 4 macam, yaitu :
1. Indanthrene Kalt : - kebutuhan alkalinya sedikit
- suhu pencelupan dan pembejanaan rendah ( suhu kamar )
- kurang baik terserap ( perlu garam banyak )
2. Indanthrene Warm : - kebutuhan alkali dan reduktor banyak
- suhu pencelupan dan pembejanaan 45-50oC
- memerlukan garam dalam pencelupan
3. Ind. Normal : - kebutuhan alkali dan reduktor lebih banyak lagi
- suhu pencelupan dan pembejanaan 50-60oC
- dapat terserap dengan baik
4. IN Spesial : - kebutuhan alkali paling banyak
- suhu pencelupan dan pembejanaan >60oC
- tidak memerlukan garam
- terutama untuk warna hitam

Contoh struktur zat warna bejana jenis antrakuinon dan indigo lainnya
 Persiapan Larutan Induk Zat Warna
1. Pembejanaan (pembuatan leuco / Reduksi zat warna)
Na2S2 O4 + 2NaOH + 2H2O  2Na2S2O4 + 6Hn

D=C=O + Hn  D=C-OH
(pigmen ZW)

D=C-OH + NaOH  D=C-Ona


(leuko ZW, larut, substantive)
1 gram zw bejana dipastakan dengan ditambah 1 tetes pendispersi nonionik dan 10 ml
air panas (800C), kemudian ditambahkan 3 gram Na2S2O4 dan 2 ml NaOH 38oBE, sambil
diaduk-aduk ditambahkan air panas lagi sampai menjadi 100 ml, pemanasan dilanjutkan
pada bunsen hingga zat warna seluruhnya menjadi garam leuco yang larut ( warna
berubah dan larutan leuco zat warna tampak jernih).
2. Pendispersian zat warna
1 gram zat warna bejana dipastakan agar menjadi system koloid dengan 1 tetes
pendispersi nonionik ditambahkan 10 ml air panas (80o C), kemudian ditambahkan
air panas lagi sampai menjadi 100 ml.
 Pencelupan
Leuko dituangkan kedalam larutan celup yang sesuai vlotnya dan pencelupan dilakukan
berdasar resep dan metodanya.

 Pengoksidasian
Hasil pencelupan yang telah diperas, dioksidasikan dengan oksidator Leuko yang telah
terserap diubah kembali kebentuk semula , pigmen) sehingga tidak larut dan tidak dapat keluar
karena ukuran molekulnya lebih besar daripada serat.

 Pencucian
Hasil celupan yang telah dioksidasi dicuci dengan sabun panas sampai bersih untuk
menghilangkan zat warna yang tidak terfiksasi dan selanjutnya dibilas sampai bersih.
III. Alat dan Bahan
a. Alat
 Gelas ukur
 Termometer
 Pengaduk
 Pipet Volume
 Neraca
 Kasa dan Kaki tiga dan pembakar bunsen
b. Bahan
 Zat warna Bejana Cottestren Red BBC
 Wetting Agent
 NaOH
 Kain Kapas
 Na2S2O4
 H2O2
 NaCl
 Na2CO3

IV. Diagram Alir praktikum Proses Pencelupan Zat Warna Bejana


V. Resep
 Resep pencelupan
 Zat warna bejana : 1% owf
 Pembasah : 1 ml/L
 Na2SO4 : 1-2 g/L
 NaCl : 30 g/l
 NaOH : 3 g/L
 Vlot : 1:20
 Suhu : 90°C
 Waktu : 30 menit

 Resep oksidasi (pembangkitan warna) :


 H2O2 35% : 5 mL/L
 Vlot : 1 : 20
 Waktu : 15 menit
 Suhu : 80o C
 Resep pencucian :
 Sabun : 1 mL/L
 Na2CO3 : 2 g/L
 Vlot : 1 : 20
 Waktu : 15 menit
 Suhu : 80o C
VI. Fungsi zat
a. Zat warna bejana : sebagai zat pemberi warna pada serat atau bahan tekstil
b. NaOH : Berfungsi sebagai pemberi suasana alkali pada larutan
reduktor dan untuk membantu menguraikan Na2S2O4 menjadi Hn dan merubah asam
leuko menjadi garam leuko yang larut.
c. Na2S2O4 : Berfungsi sebagai reduktor yang akan mereduksi pigmen zat
warna menjadi bentuk leuko sehingga tidak akan terjadi premature warna pada bahan.
d. Pendispersi nonionik : untuk mendipersikan zat warna bejana yang belum berubah
jadi leuco
e. Pembasah : Berfungsi menurunkan tegangan permukaan sehingga bahan
mudah terbasahi dan zat warna dapat lebih terserap ke dalam bahan.
f. H2O2 : Berfungsi untuk mengoksidasi leuko larutan zat warna
bejana, sehingga dapat membangkitkan warna.
g. Na2CO3 : Berfungsi untuk menurunkan kesadahan air dan
mempercepat reaksi zat H2O2.

VII. Skema proses

 Cara standar
bahan
Zw bejana 70-90oC
Pembasah NaCl
NaOH 40oC
Na2S2O4
-

30oC
30’
10’ 30’ 30’

 Cara semi pigmentasi

bahan 70-90oC
Zw bejana
Pembasah

Na2S2O4
60oC
NaOH

30oC

10’ 30’ 30’ 30’

 Cara full pigmentasi

Na2S2O4
bahan NaOH
Zw bejana l
Pembasah
70-90oC
NaCl
60oC

30oC

10’ 30’ 30’ 30’

DAFTAR PUSTAKA

Bahan Ajar Praktikum PENCELUPAN 1 (PENCELUPAN SERAT KAPAS, WOL, DAN

SUTRA). Sekolah Tinggi Teknologi Tekstil. Bandung. 2005.

Djufri, Rasyid, Ir., M.Sc., Teknologi Pengelantangan, Pencelupan dan Pencapan, Sekolah

Tinggi Teknologi Tekstil Bandung,1973.

Lubis, Arifin, S.Teks. Teknologi Persiapan Penyempurnaan. Bandung : Sekolah Tinggi

Teknologi Tekstil. 1994.

Anda mungkin juga menyukai