1.2. Tujuan
Untuk mengetahui pengaruh-pengaruh yang ditimbulkan terhadap hasil pencelupan
dengan menggunakan zat warna bejana dengan resep dan metode yang berbeda dan untuk
mengetahui hasil pencelupan yang memiliki kerataan dan ketuaan warna yang terbaik
C H 2O H H O H C H 2O H H O H
dengan menggunakan
H
metode
O H
danH resep yangH optimum untukO pencelupan
H H
dengan zat warna
H H H H
bejana.
O H H H O H
O H H H H O H H H
H
H O H C H 2O H H O H C H 2O H
II. Teori Dasar
A. Serat kapas
Gugus-gugus hidroksil yang dimilki oleh serat selulosa mampu menarik gugus hidroksil dari
molekul lainnya, selain itu juga mampu menarik gugus hidroksil dalam molekul air. Sehingga serat
yang memiliki banyak gugus hidroksil akan lebih mudah menyerap air. Maka akan dengan
mudahnya molekul-molekul air terserap kedalam serat dan hal tersebut akan menyebabkan serat
mudah dicelup. Namun hal tersebut hanya berlaku pada zat warna yang larut dalam air, dan zat
warna bejana larut. Zat warna yang digunakan kali ini sifatnya tidak larut dalam air sehingga
diperlukan zat pembantu yang dapat melarutkannya dengan air, zat pembantu yang digunakan yaitu
yang bersifat reduktor seperti hidrosulfit.
2. Pektin
Pektin adalah karbohidrat dengan berat molekul tinggi dan mempunyai struktur molekul seperti
selulosa. Terutama terdiri dari susunan linier asam d-galakturonat dalam garam-garam kalsium dan besi yang
tidak larut. Selulosa pecah menjadi glukosa, tetapi pektin terurai menjadi galaktosa, pentosa, asam
poligalakturonat, dan metil alkohol.
3. Zat-zat yang mengandung protein
Diperkirakan bahwa zat-zat ini merupakan sisa-sisa protoplasma yang tertinggal di dalam lumen
setelah selnya mati ketika buah membuka.
4. Lilin
Lilin merupakan lapisan pelindung yang tahan air pada serat-serat kapas mentah. Lilin seluruhnya
melelh pada dinding primer.
5. Abu
Abu timbul kemungkinan karena adanya bagian-bagian daun, kulit buah, dan kotoran-kotoran yang
menempel pada serat. Abu tersebut mengandung magnesium, kalsium, atau kalium karbonat, fosfat, atau
klorida, dan garam-garam karbonat yang merupakan bagian terbesar.
B. Zat Warna Bejana
Zat warna bejana merupakan salah satu zat warna alam, zat warna ini telah lama
dipergunakan untuk seratserat tekstil. Dibanding zat warna lain, zat warna bejana relatif lebih
tahan terhadap zat kimia seperti oksidator dan reduktor. Zat warna ini juga tidak larut dalam air
sehingga ketahanan luntur terhadap pencuciannya tinggi. semua zat warna bejana tidak larut dalam
air dan tak mungkin digunakan untuk mencelup apabila tidak dirubah dahulu struktur molekulnya.
Dengan diberi sedikit reduktor yaitu hidrosulfit, senyawa tersebut dibejanakan artinya dirubah
menjadi bentuk leuko yakni bentuk zat warna bejana yang tereduksi yang akan larut dalam larutan
alkali. Senyawa leuko tersebut memiliki substantivitas terhadap selulosa sehingga dapat
mencelupnya. Dengan perantara suatu oksidator atau dengan oksigen dari udara, bentuk leuko yang
berada dalam serat akan teroksidasi kembali ke bentuk semula yakni pigmen zat warna bejana.
Senyawa-senyawa leuko memiliki warna-warna yang lebih muda daripada warna pigmen aslinya.
4 tahap pencelupan dengan menggunakan dengan zat warna bejana sebagai zat
pencelupnya yaitu :
a. pembejanaan yaitu dengan membuat larutan bejana yang mengandung senyawa
leuko
b. pencelupan serat-serat tekstil dengan senyawa leuko
c. oksidasi senyawa leuko menjadi senyawa asal
d. pencucian dengan sabun
Berdasarkan struktur kimia molekulnya, zat warna bejana digolongkan menjadi 2 macam, yaitu :
1. Golongan indigoida
Golongan ini mengandung kromofor CO-C=C-CO- dan pada umumnya merupakan derivat dari
indigotin atau tioindigo. Sifat : senyawa leukonya berwarna kuning muda dan larut dalam alkali
lemah.
2. Golongan antrakinon
lebih
tua dari pada warna aslinya
- larut dalam alkali kuat
Contoh struktur zat warna bejana jenis antrakuinon dan indigo lainnya
Persiapan Larutan Induk Zat Warna
1. Pembejanaan (pembuatan leuco / Reduksi zat warna)
Na2S2 O4 + 2NaOH + 2H2O 2Na2S2O4 + 6Hn
D=C=O + Hn D=C-OH
(pigmen ZW)
Pengoksidasian
Hasil pencelupan yang telah diperas, dioksidasikan dengan oksidator Leuko yang telah
terserap diubah kembali kebentuk semula , pigmen) sehingga tidak larut dan tidak dapat keluar
karena ukuran molekulnya lebih besar daripada serat.
Pencucian
Hasil celupan yang telah dioksidasi dicuci dengan sabun panas sampai bersih untuk
menghilangkan zat warna yang tidak terfiksasi dan selanjutnya dibilas sampai bersih.
III. Alat dan Bahan
a. Alat
Gelas ukur
Termometer
Pengaduk
Pipet Volume
Neraca
Kasa dan Kaki tiga dan pembakar bunsen
b. Bahan
Zat warna Bejana Cottestren Red BBC
Wetting Agent
NaOH
Kain Kapas
Na2S2O4
H2O2
NaCl
Na2CO3
Cara standar
bahan
Zw bejana 70-90oC
Pembasah NaCl
NaOH 40oC
Na2S2O4
-
30oC
30
10 30 30
bahan 70-90oC
Zw bejana
Pembasah
Na2S2O4
60oC
NaOH
30oC
Na2S2O4
bahan NaOH
Zw bejana l
Pembasah
70-90oC
NaCl
60oC
30oC
DAFTAR PUSTAKA
Djufri, Rasyid, Ir., M.Sc., Teknologi Pengelantangan, Pencelupan dan Pencapan, Sekolah