Anda di halaman 1dari 24

LAPORAN PRAKTIKUM PENGUJIAN DAN EVALUASI KERUSAKAN

SERAT

ANALISA KUANTITATIF (KEDEWASAAN SERAT, BAN, BT,


MIKROSKOP DAN PELARUTAN)

Disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Praktikum Pengujian dan Evaluasi
Kerusakan Serat

Disusun Oleh
Nama : Rindy Eka Pratiwi
NPM : 21420054
Grup : 2K3
Dosen : 1. Luciana, S.Teks., M.Pd
2. Mia K., S.ST.
3. Mia E., S.ST.

PROGRAM STUDI KIMIA TEKSTIL


POLITEKNIK STTT BANDUNG
2022/2023
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Judul
1.1.1 Kedewasaan Serat
1.1.2 Barium Activity Number (BAN)
1.1.3 Bilangan Tembaga
1.1.4 Mikroskopik dan Pelarutan

1.2 Maksud dan Tujuan


1.2.1 Kedewasaan Serat
Mengetahui persen serat jumlah serat dewasa dari contoh
serat kapas yang tidak mengalami proses kimia baik yang belum
diolah maupun yang diuraikan dari bahan tekstilnya dan dapat
membedakan antara penampang kapas dewasa dan kapas muda.
1.2.2 Barium Activity Number (BAN)
Mengidentifikasi angka aktivitas barium pada kain kapas baik
yang dimerser mau pun tidak dimerser.
1.2.3 Bilangan Tembaga
Melakukan pengujian agar dapat menentukan nilai bilangan
tembaga dengan cara Trotman serta cara Cliben & Geacke.
Mengetahui dan dapat menetapkan dan menganalisa kerusakan
serat selulosa menggunakan cara penetapan bilangan tembaga.
1.2.4 Mikroskopik Dan Pelarutan
Untuk mengetahui jenis dan komposisi pada serat contoh uji
dengan cara mikroskop dan pelarutan

1.3 Dasar teori


Analisa kuantitatif serat tekstil berhubungan erat dengan identifikasi
serat. Analisa kuantitatif baru dapat dilakukan setelah dilakukan
identifikasi serat. Analisa kuantitatif dapat dilakukan dengan tiga cara
yaitu :
1. Cara Mekanika, Analisa kuantitatif cara mekanika hanya dapat
dilakukan apabila jenis benang berbeda maka jenis seratnya juga
berbeda, misalnya jenis serat benang lusi berbeda dengan jenis
serat benang pakan. Pada keadaan ini analisanya dilakukan dengan
memisahkan benang-benang pada jenis serat yang berbeda,
kemudian ditimbang. Analisa cara mekanika juga dapat dilakukan
untuk membantu analisapada bahan tekstil yang terdiri dari campuran
serat walaupun jenis jenis serat pada bahan tekstil tersebut jarang
sekali terpisah satu dengan lainnya dengan nyata, misalnya benang
lusi terdiri dari campuran serat yang berbeda jenis-jenisnya dengan
campuran serat dari benang pakan. Apabila kuantitatifnya akan lebih
mudah dikerjakan, jika mula-mula dilakukan pemisahan benang lusi
dengan benang pakan, kemudian dari masing-masing benang
tersebut dilakukan analisa menurut cara lain.
2. Cara Kimia, Prinsip analisa kuantitatif cara kimia yaitu dengan cara
melarutkan setiap jenis serat satu per satu dengan pelarut yang
sesuai. Kemudian setelah selesai pelarutan pada setiap jenis serat
dilakukan penimbangan sisa seratnya. Pelarut yang digunakan pada
cara ini harus betulbetul dipilih dan memenuhi syarat, karena jika
seratnyatidak larut maka hasilnya akan salah. Kadang-kadang serat
yang akan dilarutkan larut kurang sempurna, sedangkan serat yang
seharusnya tidak larut, terlarutkan sedikit,sehingga dalam hal ini perlu
diberi faktor koreksi. Untuk mendapatkan hasil Analisa yang teliti,
sebaiknya pengujian-pengujian dilakukan menurut standar.
3. Cara Mikroskop, Analisa kuantitatif cara mikroskop didasarkan
terutama pada perhitungan jumlah serat. Disamping itu perlu pula
dilakukan pengukuran diameter serat dan berat jenis serat. Oleh
karena itu cara ini memerlukan waktu yang lama, sukar dan sangat
bergantung dari pengalaman pemeriksa dalammengidentifikasi serat.
Untuk Analisa ini diperlukan mikroskop dengan perbesaran 200-250
kali, dengan tempat kaca obyek yang dapat digeser dan okuler
dengan garis silang. Contoh uji berupa kain diambil benang lusi dan
benang pakannya sesuai dengan perbandingan tetal-lusi dan pakan,
kemudian dipotong kecil-kecil.

1.3.1 Kedewasaan Serat


Serat kapas merupakan serat alam yang dihasilkan dari
tanaman Gossypium. Jenis tanaman ini dapat tumbuh dengan
baik di daerah lembab dan banyak disinari oleh sinar matahari.
Sifat dan kualitas kapas tergantung pada tempat kapas itu tumbuh
dan berkembang.

Morfologi Serat Kapas:


Penampang membujur serat kapas seperti pipa terpilin

Penampang melintang serat kapas seperti ginjal

Sifat Kimia Serat Kapas


Kekuatan menurun pada zat pengoksidasi karena terjadi
oksi-selulosa, biasanya dalam proses pemutihan dan pengerjaan
pada suhu diatas 140°C. Kekuatan menurun pada zat
penghidrolisa. Asam-asam menyebabkan terjadinya
hidroselulosa.
Alkali berpengaruh kecil pada serat, kecuali alkali dengan
kosentrasi tinggi yang menyebabkan penggelembungan. Seperti
pada proses merserisasi yangmenggunakan Natrium Hidroksida
dengan konsentrasi diatas 18%.
Kapas mudah terserang bakteri dan jamur dalam suasana
lembab dan suhu hangat.Sifat dan kualitas kapas tergantung pada
tempat kapas itu tumbuh dan berkembang.
Serat dewasa adalah serat kapas yang didalam larutan
NaOH menggelembung, kehilangan puntiran dan tampak seperti
bentuk batang, tebal dindingnya sama atau lebih besar dari
setengah lebar lumennya. Serat belum dewasa atau muda adalah
serat kapas yang dalam larutan NaOH Nampak menggelembung
namun masih berbentuk spiral, tetap pipih dan hampir tembus
pandang (transparan).

1.3.2 Barium Activity Number


Dipergunakan untuk identifikasi benang dan kain dari
kapas yang telah dimerser baik yang telah maupun yang tidak di
celup, secara kuantitatif dankualitatif. Proses merserisasi adalah
dengan mengerjakannya dalam NaOH lebih kurang 30o-36oBe
pada suhu kamar dan diikuti dengan pencucian. Makin tinggi
derajat merserisasi kapas, makin banyak barium hidroksida yang
diserap oleh kapas dari larutannya. Sisa barium hidroksida di
dalam larutan ditentukan dengan cara titrasi menggunakan larutan
HCl ditambah dengan indikator PP. Cara pengujian ini untuk
menunjukan adanya reaksi yang sempurna antara kapas dan
larutan merserisasi. Cara pengujian ini tidakdapat memberikan
hasil yang memuaskan apabila terdapat serat-serat bukan kapas
dan bahan penyempurnaan permanen pada bahan yang di uji.

1.3.3 Bilangan Tembaga


Bilangan tembaga adalah jumlah tembaga yang direduksi
dari kupri (Cu2+) menjadi kupro (Cu+) oleh 100 g selulosa apabila
dikerjakan dalam larutan fehling atau larutan sejenisnya.
Pengujian dapat dilakukan dengan cara Trotman atau cara
Clieben dan Geake. Cara Trotman menggunakan alkali kuat
sehingga apabila pengerjaannya kurang hati-hati, alkali kuat dapat
mengubah gugus pereduksi menjadi non–pereduksi , hal ini dapat
mengakibatkan nilai bilangan tembaga menjadi lebih kecil daris
seharusnya.
Tabel 1. nilai bilangan tembaga dari berbagai tingkat kerusakan
Jenis serat Bilangan tembaga Fluiditas larutan 0,5%
Kapas murni <1 1-2
Rayon viskosa 0,8-1,5 8-14
Rayon kupro 0,5-1,5 2,5-6
Rayon asetat 2,8-3,2 53-54
Kerusakan oleh zat kimia
Asam 10% 0,3 10
Asam 30% 0,8 18
Asam 50% 1,4 27
Oksidasi 10% 0,5 10
Oksidasi 30% 2,0 20
Oksidasi 50% 4,2 27
Alkali 10% 0,2 10
Alkali 20% 0,5 20
Alkali 30% 1,8 27
*)diuji pada fluiditas larutan 2%

Reaksi kimia yang terjadi dengan cara Trotman dan cara Clieber and
Geake adalah :
Reaksi kimia yang terjadi dengan cara Trotman

Reaksi kimia yang terjadi dengan cara Clieben and Geake


Titrasi permanganometri
Permanganometri merupakan metode titrasi dengan
menggunakan kalium permanganat, yang merupakan oksidator kuat
sebagai titran. Titrasi ini didasarkan atastitrasi reduksi dan oksidasi atau
redoks. Kalium permanganat telah digunakan sebagai pengoksida secara
meluas lebih dari 100 tahun. Reagensia ini mudah diperoleh, murahdan
tidak memerlukan indikator kecuali bila digunakan larutan yang sangat
encer. Permanganat bereaksi secara beraneka, karena mangan dapat
memiliki keadaan oksidasi +2, +3, +4, +6, dan +7 (Day, 1999).
Asam sulfat adalah asam yang paling sesuai, karena tidak
bereaksi terhadap permanganat dalam larutan encer. Dengan asam
klorida, ada kemungkinan terjadi reaksi:
2MnO4- + 10Cl- + 16H+ 2Mn2+ + 5Cl2 + 8H2O

1.3.4 Mikroskopik dan Pelarutan


Uji kuantitatif serat adalah pengujian yang dilakukan untuk
menentukan jenis serat suatu bahan tekstil. Metode kuantitatif
merupakan metode yang digunakan ketika melakukan penelitian
berkaitan dengan data numerik. Metodi ini memerlukan data
bersifat numerik dalam jumlah besar dan bisa dihitung
menggunakan rumus-rumus statistika.
Uji Pembakaran
Dengan uji pembakaran kita tidak dapat langsung
mengidentifikasi jenis seratnya secara detail dan akurat. Tetapi
hanya bisa mengidentifikasi serat secara umum saja, apakah
serat tersebut tergolong jenis serat selulosa,protein, atau sintetik
melalui bau yang tercium ketika bahan tekstil tersebut dibakar.
Selain itu, uji pembakaran akan sulit dilakukan jika digunakan
untuk menguji serat campuran.
Uji Mikroskopik
Cara ini digunakan untuk memeriksa morfologi serat
menggunakan mikroskop. Dengan alat ini kita dapat memeriksa
serat dimana terdapat campuran serat yang berbeda jenisnya.
Selain itu kita juga dapat menentukan jenis serat secara spesifik
karena bentuk penampang serat secara membujur dan melintang
pada serat alam baik selulosa maupun protein mempunyai
karakter masing-masing yang khas. Dari karakteristik khas
tersebut kita dapat menentukan jenis serat dengan mudah.
Sedangkan serat sintetk tidak dapat langsung diidentifikasi secara
mikroskopik karena bentuk serat sintetik bisa saja sama dengan
jenis serat sintetik yang lain.
Uji Pelarutan
Uji pelarutan berhubungan erat dengan sifat kimia dari
masing-masing serat. Pengujian ini sangat penting terutama untuk
jenis serat sintetik yang memiliki morfologi hampir sama satu
sama lain. Dengan melihat kelarutan serat dalam berbagai
macam pelarut, maka dapat disimpulkan jenis seratnya. Prinsip
dari pengujian ini adalah dengan melarutkan serat pada
bermacam-macam pelarut kemudian diamati sifat kelarutannya,
apakah serat tersebut tahan atau larut terhadap bahan kimia
pelarutnya
BAB II
PERCOBAAN

2.1 Alat dan Bahan


2.1.1 Kedewasaan Serat
ALAT: BAHAN:
1. Mikroskop dengan lensa - Serat contoh E
perbesaran 400 kali - Larutan NaOH 18%
2. Cover glass - Lak merah
3. Slide glass
4. Gabus
5. Jarum
6. Benang
2.1.2 Barium Activity Number (BAN)
ALAT : BAHAN :
1. Erlenmeyer tutup asah - Contoh uji kain kapas sampel 31
2. Buret 50 ml dan statif - Kapas Standar
3. Mesin shaker - Larutan BaOH 0,25 N
4. Pipet volume 10 ml - HCl 0,1 N
5. Pipet volume 30 ml
6. Ball Filler
2.1.3 Bilangan Tembaga
Cara Trotman
ALAT: BAHAN:
1. Erlenmeyer 250 ml - Kain contoh sampel 4
2. Piala Gelas 100 ml - Larutan fehling A1 (70 g/L CuSO4)
3. Pendingin Refluks - Larutan fehling B1 (140 g NaOH dan
4. Penyaring Goach 346 g K. Na, Tartrat dalam 1 L air)
5. Pompa Vacum - Larutan ferric alum dalam asam
sulfat pekat
- Larutan H2SO4 2N
- KMnO4 0,1 N

Cara Clieber and Geake


ALAT : BAHAN :
1. Erlenmeyer 250 ml - Kain contoh sampel 4
2. Piala Gelas 100 ml - Larutan fehling A1 (100 g/L CuSO4)
3. Pendingin Refluks - Larutan fehling B1 (50 g NaHCO3
4. Penyaring Goach dan 350 g Na2CO3 dalam 1 L air)
5. Pompa Vacum - Larutan NaHCO3 20 g/L
- Larutan H2SO4 2N

2.1.3 Mikroskopik dan Pelarutan


ALAT: BAHAN:
1. Tabung reaksi - Kain Contoh
2. Shaker - HNO3
3. Erlemeyer asah - Air
4. Gelas ukur
5. Bunsen
6. Oven
7. Mikroskop
8. Kaca Preparat
9. Cover Glass

2.2 Cara Kerja


2.2.1 Kedewasaan Serat
Penampang membujur
1) Mengambil serat kapas kemudian diratakan sejajar diatas kaca objek
dengan menggunakan jarum sehingga serat menjadi terbuka.
2) lalu ditutup dengan coverglass dan ditetesi dengan larutan NaOH 18%.
3) Mengamati penampang serat tersebut menggnbakan perbesaran 400 kali.
4) Menghitung serat dewasa dan muda dengan umlah minimal 100.
Penampang melintang
1) Mengambil serat kapas kemudian diratakan lalu diberi lak merah biarkan
sampai kering.
2) Menyiapkan jarum kemudian beri benang.
3) Menyiapkan gabus dan memasukkan jarum kedalam gabus, terik jarum
Sebagian sampai terdapat lengkungan dan masukkan sekelompok serat
yang sudah diberi lak merah, tarik Perlahan-lahan. 
4) Mengiris serat yang terdapat digabus setipis mungkin dengan
menggunakan silet atau silet simpan diatas kaca objek dan tutup dengan
kaca penutup tetesi dengan NaOH 18%.
5) Mengamati penampang serat secara melintang, perbesaran sampai 400
kali.
6) Menghitung jumlah serat yang dewasa dan muda dengan jumlah minimal
100.
2.2. Barium Activity Number
2
1) Potong dadu contoh uji kapas dan masukan pada Erlenmeyer tutup asah
sebanyak 1 g.
2) Masukan kapas standar kedalam Erlenmeyer yang berbeda sebanyak 1
g.
3) Masing masing Erlenmeyer dimasukan 30 ml Barium Hidroksida 0,25 N,
dan juga tambah satu lagi Erlenmeyer untuk blanko.
4) Masing masing Erlenmeyer tersebut dikocok di mesin shaker selama 90
menit dengan kecepatan 120 rpm.
5) Setelah dikocok masing masing larutan tersebut termasuk blanko diambil
10 ml dan tambahkan 1 tetes indikator fenolftalin sampai warna merah
muda seulas.
6) Titrasi dengan hcl 0,1N sampai warna tepat hilang.
7) Hitung perbandingan volume antara contoh uji, kapas standar dan
blanko.Hasil perbandingan dikali 100
2.2.3 Bilangan Tembaga
Cara Trotman
1) Potong contoh uji dengan ukuran 1x1 cm, ditimbang teliti sebanyak 1 g
2) Masukkan kedalam Erlenmeyer
3) Masukkan 25 ml larutan fehling A1 dan 25 ml larutan fehling B1 dan 50 ml
air, tambahkan batu didih
4) Didihkan menggunakan refluks selama 15 menit (diukur dari saat
mendidih)
5) Saring dengan menggunakan penyaring, kemudian bilas menggunakan air
mendidih sampai bersih
6) Pindahkan contoh uji kedalam piala gelas dan tambahkan tapat 10 ml
larutan ferric alum – asam sulfat
7) Pastikan warna merah pada contoh uji sudah hilang. apabila masih
berwarna merah, tambahkan lagi ferric alum dengan volume tepat sampai
warna merah hilang.
8) Siapkan penampung filtrat dalam keadaan bersih
9) Saring contoh uji dengan penyaring goach dan tamping filtratnya
10) Cuci dengan 10 ml H2SO4 2N
11) Bilas dengan aquades sampai bersih
12) Titrasi filtrat dengan KMnO4 0,1 N
13) Lakukan titrasi blanko untuk larutan ferric alum sesuai dengan volume
yang digunakan.
Cara Clieber and Geake
1) Potong contoh uji dengan ukuran 1x1 cm, ditimbang teliti sebanyak 2,5 g
2) Masukkan kedalam erlenmeyer
3) Masukkan 5 ml larutan Fehling A2 ditambah 95 ml Larutan Fehling B2,
tambahkan batu didih dan aduk jangan sampai berbusa
4) Didihkan contoh uji dengan menggunakan refluks selama 1 jam dihitung
dari waktu mendidih
5) Saring menggunakan saringan, bilas dengan menggunakan Larutan
NaHCO3 2% dan bilas dengan air mendidih sampai bersih
6) Pindahkan contoh uji kedalam piala gelas dan tambahkan 25 ml larutan
ferric alum –asam sulfat
7) Pastikan warna merah pada contoh uji sudah hilang. apabila masih
berwarna merah, tambahkan lagi ferric alum dengan volume tepat sampai
warna merah hilang.
8) Siapkan penampung filtrat dalam keadaan bersih
9) Saring contoh uji dengan penyaring goach dan tamping filtratnya
10) Cuci dengan 10 ml H2SO4 2N
11) Bilas dengan aquades sampai bersih
12) Titrasi filtrat dengan KMnO4 0,1 N
13) Lakukan titrasi blanko untuk larutan ferric alum sesuai dengan volume
yang digunakan.

2.2. Mikroskopik dan Pelarutan


2
Pelarutan
1) Setelah mengetahui jenis serat, tiras kain contoh uji kemudia masukkan
ke erlemyer tutup asah kemudian tambahkan salah satu pelarut yang
melarutkan salah satu contohnya
2) Sheaker selama 45 menit
3) Sebelum shaker pastikan terlebuh dahulu suhu larutan panas
4) Saring sisa kain kemudian masukkan kedalam oven
5) Oven selama I jam suhu 105℃
6) Timbang contoh uji yang sudah kering
Mikroskop
- Cara pengukuran diameter serat
1) Buatlah irisan penampang melintang serat dan letakan pada objek,
teteskan air pada contoh, tutup dengan cover glass kemudian amati
dibawah mikroskop yang sudah dilengkapi mikrometer
2) himpitkan salah satu garis mikrometer okuler dengan salah satu tepi
bayangann serta, dengan cara membuat lensa okuler sehingga garis-
garis pada mikrometer sejajar dengan tepi mikrometer
3) hirung jarak antara dua tepi bayangan serat menggunakan skala
mikrometer dengan teliti
- Cara pelaksanaan Analisa
1) Siapkan mikroskop dengan mikrometer
2) Buatlah irisan penampang melintang benang, benang harus seluruhnya
terpotong
3) Hitunglah jumlah penampang serat minimum 1000 serat
4) Hitung diameter masing-masing serat minimal 100 kali kemudian dirata-
ratakan, untuk diameter berbentuk bulat dihitung diameternya, jika serat
berbentuk tidak beraturan maka dihitung rata-rata seratnya dengan
mengkalikan Panjang dan lebarnya.

2.3 Evaluasi
2.2.1 Kedewasaan Serat
Bila jumlah serat dewasa:
70% = kapas dewasa/kapas baik
68 - 70% = kapas cukup
<68% = kapas kurang/muda

2.2.2 Barium Activity Number


Evaluasi
1. Benang
- BAN 100-105 menunjukan contoh uji tidak dimerser
- BAN 106-120 menunjukan contoh uji dimerser lemah
- BAN >120 menunjukan contoh uji dimerser
2. Kain
- BAN 100-105 menunjukan contoh uji tidak dimerser
- BAN 100-115 menunjukan contoh uji dimerser lemah
- BAN >116 menunjukan contoh uji dimerser

2.2.3 Bilangan Tembaga


Cara Trotman dan Cara Clieber and Geake
( a−b ) × N KMnO 4 × BA Cu×100
BT ¿
berat contoh uji(mg)
Keterangan
a = titar contoh uji
b = titar blanko

2.2.2 Mikroskopik dan Pelarutan


Pelarutan
gram serat A
% Serat A = x 100 %
gram awal
gram serat B
% Serat B = x 100 % atau % Serat B = 100% - % serat A
gram awal
Mikroskopik
Komposisi A:B = NA × DA2 × BA : NB × DB2 × BB
NA: Jumlah serat A
DA: Rata- rata kuadrat diameter serat A
BA: Berat jenis serat A

NB: Jumlah serat B


DB: Rata- rata kuadrat diameter serat B
BB : Berat jenis serat B

BAB III
DATA PERCOBAAN

3.1 Kedewasaan Serat data terlampir


(Gambar terlampir)

Penampang Membujur

Dewasa Muda

81 43

68 21

54 28

98 51

87 26

Total = 388 Total = 169

Penampang Melintang

Dewasa Muda

12 2

13 8

15 10

20 11

25 5

Total = 85 Total = 36

PERHITUNGAN
 Penampang membujur
jml serat dewasa
kapas dewasa= × 100 %
jml serat ( dewasa+ muda )
388
kapas dewasa= × 100 %=69,6588 %
169+388
 Penampang melintang
jml serat dewasa
kapas dewasa= × 100 %
jml serat ( dewasa+ muda )
85
kapas dewasa= ×100 %=70,2479 %
36+85

3.2 Barium Activity Number (BAN)


 Sampel no 31
 Titrasi blanko (a) = 21,5 ml
 Titrasi standar (pembanding) = 20,3 ml
 Titrasi 1 CU = 19,3 ml
 Titrasi 2 CU = 20,9 ml
 Rata rata titrasi CU = 20,1 ml
a−b 21,5−20,1
× 100 %= ×100 %=116 %
a−c 21,5−20,3

3.3 Bilangan Tembaga


 Data pengamatan cara Trotman
Berat contoh uji = 1,0716 gram

Titrasi A1 Titrasi A2 Titrasi B1 Titrasi B2

0,5 ml 0,6 ml 0,1 ml 0,2 ml

a−b × N KMnO 4 × BM Cu
BT= × 100
berat Cu
( 0,5−0,1 ) ×0,1 ×63,5
BT 1= ×100
1,0716 × 1000
BT 1=0,237 %
( 0,6−0,2 ) × 0,1× 63,5
BT 2= ×100
1,0716× 1000
BT 2=0,237 %
 Data pengamatan cara Clieben dan Geake
Berat contoh uji = 1,0070 grm
BM Contoh uji = 63,5

Titrasi A Titrasi B

0 – 4 = 4 ml 4 – 5,4 = 1,4 ml

a−b × N KMnO 4 × BM Cu
BT= × 100
berat Cu
( 4−1,4 ) × 0,1 ×63,5
BT= × 100
1,0070× 1000
BT=1,639 %

3.4 Mikroskopik dan Pelarutan


 Mikroskop
Bj polyester = 1,38
Bj rayon = 1,52
N polyester = 26
N rayon = 93
D2 poliester = 15,896
D2 rayon = 20,3401
 Rayon
N × D 2× Bj
26 ×20,3401 ×1,52=803,8407
 Polyester
N × D 2× Bj
93 ×15,896 × 1,38=2.040,0926
rata−rata=rayon+ poliester=803,8407+2.040,0926=2.843,93
 Rayon
803,8407
× 100=28,26 %
2.843,93
 Polyester
2.040,0926
×100=71,73 %
2.843,93

 Pelarutan
Gram sebelum = 1,0525 (rayon + polyester)
Gram sesudah = 0,7631 (polyester)
0,7631
% poliester= ×100=72,50 %
1,0525
1,0525−0,7631
% rayon= ×100=27,49 %
1,0525
BAB IV
DISKUSI

4.1 Kedewasaan Serat


Pada praktikum mengenai analisa kedewasaan serat kapas adalah
analisa untuk menentukan persentase serat dewasa dari contoh serat kapas
yang tidak mengalami proses kimia baik yang belum diolah maupun yang
diuraikan dari bahan tekstilnya. Pertama-tama serat dilihat bagian
penampangnya baik penampang melintang maupun penampang
membujurnya. Serat kapas yang dewasa pada penampang membujur akan
terlihat seperti pipa lurus dan tidak berpilin sedangkan kapas muda masih
berpilin. Serat kapas yang dewasa pada penampang melintang akan terlihat
seperti bulatan dan besar tebal sekundernya sama dengan bahkan lebih
tebal lumennya sedangkan kapas yang masih muda masih berbentuk seperti
ginjal dan tebal dinding sekundernya lebih tipis dari pada tebal lumennya.
Dalam praktikum ini dapat menghitung jumlah serat, agar mendapatkan
nilai kapas dewasa maka pada penampang membujur harus dihitung nilai
kapas jumlah kapas muda dan kapas dewasa. Setelah dilakukan percobaan
dan hasil perhitungan pada sampel E didapatkan hasil jumlah kapas dewasa
lebih banyak dari kapas muda sehingga contoh uji tersebut dapat dipastikan
bahwa kapas tersebut merupakan kapas cukup karena hasil yang didapatkan
yaitu untuk penampang membujur mendapatkan hasil 69,6588% dan pada
penampang melintang mendapatkan hasil 70,2479% kedua hasil tersebut
berada pada range 68-70% menandakan serat kapas cukup

4.2 Barium Activity Number (BAN)


Pada praktikum pengujian Barium Activity Number (BAN) dapat
menentukan nilai dari serat kapas yang sudah dimerser maupun yang tidak
dilakukan proses dimerser. Dalam melakukan percobaan BAN pada proses
titrasi dengan HCl pada contoh uji didalam Erlenmeyer sampai warna merah
tepat hilang dan titrasi dilakukan secara duplo agar mendapatkan nilai hasil
yang lebih akurat. Selama penambahan Barium Hidroksida diusahakan
supaya tidak terjadi hubungan antara udara dengan Barium Hidroksida.
Sebab adanya karbondioksida diudara akan membentuk Barium Karbonat,
mempengaruhi konsentrasi Barium Hidroksida dan membentuk lapisan tipis
sehingga mengakibatkan kesalahan pembacaan, untuk larutan Barium
Hidroksida harus merendam seluruh contoh uji.
Hasil pada proses praktikum yang sudah dilaksanakan, kain sampel
nomor 31 mendapatkan hasil uji dengan presentase 116% dimana sampel 31
menunjukkan bahwa kain tersebut termasuk kedalam contoh uji merser kuat
(strong mercer)

4.3 Bilangan Tembaga


Pada praktikum pengujian Bilangan Tembaga dapat menentukan adanya
gugus karboksil dan aldehida dalam serat dapat menentukan bahwa serat
kapas rusak oleh zat kimia tertentu berdasarkan bilangan tembaga yang
terdapat pada tabel.
Proses oksidasi baik dalam keadaan basa (adanya oksigen pada udara)
maupun asam menimbulkan oksi selulosa yang mempunyai gugus aldehid
dan juga gugus karboksil. Penitaran dengan larutan KMnO4 dengan keadaan
larutan yang dititar harus dengan suhu agak tinggi (70o-80oC) supaya tidak
terjadi senyawa kompleks yang akan mengganggu hasil penitaran dan
diperoleh larutan berwarna merah muda yang permanen.
Pada pengujian sampel 4 dengan cara Trotman mendapatkan hasil 0,237
dan cara clibben and Geake sebesar 1,639. Dari hasil yang didapatkan
terjaadi perbedaan Antara cara Trotman dan cara clibben and Geake,
seharusnya dari kedua cara tersebut mendapatkan hasil yang sama.
Kesalahan yang terjadi kemungkinan besar karena buret yang digunakan
adalah buret yang transparan, tidak menggunakan buret coklat. Maka
praktikan mengalami kesulitan untuk menentukan angka yang didapatkan
dari hasil titrasi.

4.4 Mikroskopik dan Pelarutan


Pada pengujian kali ini dilakukan dengan cara mikroskop dan pelarutan.
Pengujian mikroskopik untuk mengetahui jenis serat apa yang terkandung
dalam kain contoh uji. Pertama tiras benang dari kain contoh uji dengan arah
pakan dan lusi. Setelah itu tambahkan lak merah secukupnya, masukkan
kedalam gabus dan oven sebentar hingga lak merah mengering. Setelah itu
iris benang dan taruh diatas kaca objek ditutup dengan cover glass dan
tambahkan air lalu amati dibawah mikroskop. Pada saat pengujian ini
didapatkan hasil bahwa kain tersebut mengandung serat polyester dan rayon
viskosa karena bentuk penampangnya yang bergerigi dan oval. Terdapat
kendala yang praktikkan alami pada percobaan kali ini, yaitu pada mikroskop
pembesaran 400x lensa tidak begitu focus sehingga harus teliti dalm melihat
dan kesulitan pada saat memasukkan data kedalam aplikasi.
Cara pelarutan untuk mengetahui berapa % kandungan serat dalam kain
contoh. Pertama tama, uji pendahuluan kain dengan pembakaran, yang
didapkan hasil bahwa kain tersebut tergolong serat campuran sintetis dan
selulosa, setelah itu lakukan pengujian menggunakan larutan H2SO4 59,5%
dan ternyata kain contoh uji larut sebagian yang diduga kain tersebut
mengandung serat rayon viskosa. Setelah itu, tiras kain ukuran 10x10 cm
hingga berat mencapai 1 gram lalu masukkan kedalam Erlenmeyer dan
tambahkan larutan H2SO4 59,5% hingga kain terendam semua. Setelah itu
shaker pada mesin shaker selama 1 jam, setelah 1 jam buang larutan hingga
tersisa kain contoh uji saja. Cuci bersih kain contoh uji lalu keringkan dalam
oven dan timbang berat akhir dari contoh uji tersebut.
Hasil pengujian mikroskop dan pelarutan mendapatkan hasil bahwa
contoh uji yang diberikan mengandung serat polyester dan rayon viskosa.
Karena dapat dilihat pada cara mikroskop bahwa penampang yang terlihat
menunjukkan bentuk bergerigi, oval dan larut pada H2SO4 59,5%
menunjukkan serat rayon viskosa. Setelah melakukan pengujian tersebut
mendapatkan kesimpulan bahwa kain contoh uji mengandung campuran
serat polyester dan rayon viskosa.
BAB V
KESIMPULAN

Berdasarkan hasil pengujian kuantitatif dapat disimpulkan bahwa:


5.1 Kedewasaan Serat
Hasil pengujian pada sampel contoh E, penampang membujur mendapatkan
hasil 69,6588% adalah termasuk kapas cukup dan pada penampang
melintang mendapatkan hasil 70,2479% termasuk kapas cukup.

5.2 Barium Activity Number (BAN)


Hasil pengujian pada sampel 31 mendapatkan persentase 116%
menandakan bahwa contoh uji nomor 31 termasuk kedalam strong mercer.

5.3 Bilangan Tembaga


Hasil pengujian pada sampel 4
Cara Trotman mendapatkan hasil 0,237
Cara Clibben and Geake mendapatkan hasil 1,639

5.4 Mikroskopik dan Pelarutan


Pada pengujian kuantitatif mendapatkan hasil ialah:
Uji Mikroskopik Uji Pelarutan
Polyester = 72,50% Polyester = 71,73%
Rayon = 27,49% Rayon = 28,26%
DAFTAR PUSTAKA

Evaluasi Tekstil Bagian Kimia, Institut Teknologi Tekstil, Bandung, 1975.


Penuntun Praktikum Evaluasi Kimia Tekstil I, Sekolah Tinggi Teknologi
Tekstil,Bandung, 1993.
Hariyanti Rahayu, H. O. (2005). Bahan Ajar Praktikum Evaluasi Kimia 1 Analisa
Kualitatif dan Kuantitatif Kerusakan Serat Tekstil.

Merdoko, W. D. Pengujian Evaluasi Tekstil. Bandung: Institut Teknologi Tekstil

https://id.scribd.com/document/392417567/Lap-Bilangan-Tembaga [online]
diakses pada 28 November 2022

https://www.scribd.com/embeds/400994729/content?
start_page=1&view_mode=scroll&access_key=key-
fFexxf7r1bzEfWu3HKwf [online] diakses pada 28 November 2022
LAMPIRAN

Gambar kedewasaan serat

Penampang membujur

Penampang melintang

Anda mungkin juga menyukai