Anda di halaman 1dari 23

LAPORAN PRAKTIKUM

PENCELUPAN 1
PROSES PENCELUPAN KAPAS DENGAN ZAT WARNA
REAKTIF DINGIN
Nama Anggota

: Amelia Puspitasari
Ririn Rizki Nuraeni

(13020080)

Thari Agustini

(13020085)

Amelia Puspita Sari

(13020087)

Group

: 2K4

Kelompok

:1

Dosen / Asisten Dosen

: M. Ichwan, AT,MS.Eng.
Ir. Elly K., Bk. Teks.
Priatna

Tanggal Praktikum

(13020075)

: 13 April 2015

POLITEKNIK STTT
BANDUNG
2015

PROSES PENCELUPAN KAPAS DENGAN ZAT WARNA REAKTIF PANAS


I.

MAKSUD
:
Agar praktikan mengetahui, memahami, dan mempelajari perencanaan dan
melakukan proses pencelupan kapas dengan zat warna reaktif dingin.
TUJUAN
:
Mengetahui faktor-faktor yang berpengaruhdalam proses pencelupan kapas
-

dengan zat warna rekatif dingin, diantaranya :


Zat warna reaktif dingin
zat pembantu
konsentrasi yang digunakan
Kondisi proses (suhu, waktu, pH)
Memahami keunggulan dan kekurangan tiap metoda celup yang berbeda
Dapat melakukan proses pencelupan dengan hasil celupan yang rata dan tahan

luntur yang baik


Dapat mengevaluasi dan menganalisa hasil proses pencelupan

II.

TEORI DASAR
II.1Serat Kapas
Kapas adalah salah satu jenis serat tumbuh-tumbuhan yang banyak
dipergunakan dalam industri tekstil, baik sebagai 100 % serat kapas maupun
sebagai campuran serat lainnya. Sebagai bahan campuran serat kapas dapat
memperbaiki kekurangan dari serat lainnya seperti daya tahan panas dan daya serat
air, karena kedua sifat tersebut sangat baik pada serat kapas. Serat kapas terutama
terutama tersusun dari zat selulosa, oleh karena itu sifat kimia dan fisika serat kapas
tergantung pada sifat kimia dan fisika selulosa.
Zat-zat selain selulosa yang terdapat dalam serat kapas harus dihilangkan.
Cara menghilangkannya itu adalah dengan cara pemasakan dalam larutan NaOH.
Semua zat kecuali pigmen dan selulosa akan hilang. Pigmen dihilangkan dengan
proses pengelantangan yang menggunakan zat oksidator seperti NaOCl, CaOCl 2
dan sebagainya.
1. Struktur serat kapas
a. Morfologi
Penampang Melintang
Bentuk penampang serat kapas sangat bervariasi dari pipih sampai
bulat tetapi pada umumnya berbentuk seperti ginjal.
Serat kapas dewasa, penampang lintangnya terdiri dari 6 bagian.
- Kutikula
Merupakan lapisan terluar yang mengandung lilin, pektin dan protein.
Adanya lilin menyebabkan lapisan ini halus, sukar tembus air dan zat
pewarna. Berfungsi melindungi bagian dalam serat.
- Dinding primer
Merupakan dinding tipis sel yang asli, terutama terdiri dari selulose tetapi
juga mengandung pektin, protein, dan zat-zat yang mengandung lilin.
Selulose dalam dinding primer berbentuk benang yang sangat halus yang
tidak

tersusun

sejajar

mengelilingisumbu serat.

sepanjang

serat

tetapi

membentuk

spiral

- Lapisan antara
Merupakan lapisan pertama dari dinding sekunder dan strukturnya sedikit
berbeda dengan dinding primer.
- Dinding sekunder
Merupakan lapisan-lapisan selulose, yang merupakan bagian utama serat
kapas. Dinding ini juga merupakan lapisan benang yang halus yang
membentuk spiral mengelilingi sumbu serat. Arah putarannya berubahubah.
- Dinding lumen
Dinding lumen lebih tahan terhadap zat kimia tertentu dibanding dinding
sekunder.
- Lumen
Merupakan ruang kosong di dalam serat. Bentuk dan ukurannya bervariasi
dari serat ke serat lain maupun sepanjang satu serat.
Gambar 1.2 berikut adalah penampang serat kapas.

Melintang

Membujur

b. Komposisi kimia
1. Selulosa
Analisa serat kapas menunjukkan bahwa serat kapas terutama
tersusun dari zat selulosa. Derajat polimerisasi selulosa serat kapas kirakira 10.000 dan berat molekulnya kira-kira 1.580.000.

2. Pektat
Pektat adalah suatu karbihidrat dengan berat molekul yang tinggi.
Struktur molekulnya seperti struktur molekul selulosa. Pektat terutama
tersusun oleh susunan linier sisa-sisa asam galakturonat dalam garamgaram kalsium dan besi yang tidak larut.
3. Lilin
Karena adanya lilin, maka akan mengurangi gaya gesekan
sehingga kekuatan benang akan lebih rendah.
4. Zat-zat yang mengandung Protein
Zat-zat protein yang dalam kapas diduga berasal dari sisa-sisa
protoplasma kering yang tinggal dalam lumen setelah selnya mati.
5. Abu
Zat abu terutama terdiri dari garam-garam magnesium, kalsium
atau kalium pospat, sulfat atau khlorida. Garam-garam karbonat
merupakan bagian yang paling besar.
6. Pigmen dan zat lainnya.
Komposisi kimia serat kapas mentah tercantum dalam tabel
dibawah ini.
Komposisi Kimia Serat Kapas Mentah.
Macam Zat

% terhadap berat kering

Selulosa

94

Protein

1,3

Pektat

1,2

Lilin

0,6

Abu

1,2

Pigmen dan zat lainnya

1,7

Kandungan air

2. Selulosa
Selulosa merupakan bagian pokok serat kapas, oleh karena itu untuk
mengetahui mekanisme pencelupan serat kapas dengan zat warna direk
diperlukan keterangan mengenai selulosa. Zat-zat selain selulosa yang terdapat
dalam serat kapas merupakan kotoran dan harus dihilangkan karena akan
mengganggu proses pencelupan.
Kotoran tersebut dapat dihilangkan dengan proses pemasakan dalam
larutan NaOH, semua kotoran kecuali pigmen dan selulosa akan hilang
sehingga persentase kotoran dalam serat kapas menjadi sangat kecil. Pigmen
dapat dihilangkan dengan proses pengelantangan yang menggunakan oksidator
seperti NaOCl, CaOCl2 dan sebagainya.
a. Struktur molekul selulosa
Selulosa adalah sebuah polimer karbohidrat yang mempunyai berat
molekul yang tinggi, selulosa tersusun dari monomer d-glukosa yang
dihubungkan satu sama lain oleh suatu ikatan 1 4 glikosida, sehingga
membentuk suatu rantai yang sangat panjang. Derajat polimerisasi selulosa
serat kapas kira-kira 10.000 sedangkan berat molekulnya kira-kira
1.580.000.
Rumus empiris selulosa yang asli adalah ( C 6H12O6 ) n ( n 1 )
H2O. tetapi oleh karena n merupakan bilangan yang sangat besar maka satu
dapat diabaikan terhadap n, sehingga rumus empiris selulosa dapat ditulis
menjadi ( C6H10O6 )n.
b. Struktur fisika selulosa
Polimer selulosa tersebut kemudian bergabung satu sama lain oleh
suatu ikatan hidrogen diantara gugus-gugus hidroksil, sehingga membentuk
zat yang besar yang menyebabkan serat selulosa dapat terlihat oleh mata.
Berdasarkan penyelidikan dengan menggunakan sinar X oleh Meyer
penggabungan rantai-rantai molekul selulosa tersebut terdiri dari dua bentuk
yaitu :

1. Bagian yang berbentuk Kristalin


Bagian ini terdiri dari gabungan rantai-rantai molekul yang
tersusun secara teratur, yaitu rantai-rantai molekul tersebut sejajar satu
sama lain.
2. Bagian yang berbentuk Amorf.
Terdiri dari gabungan rantai-rantai molekul selulosa yang
susunannya tidak beraturan. Bagian yang kristalin tidak dapat dimasuki
air atau pereaksi-pereaksikimia lainnya,sedangkan bagian amorf dapat
dimasukinya. Oleh karena itu kecepatan pencelupan selulosa tergantung
dari banyak sedu\ikitnya selulosa tersebut, mengandung bagian yang
amorf.
Selulosa serat kapas mengandung 70 80 % bagian yang kristalin
dan sisanya yaitu 20 30 % merupakan bagian amorf.
3. Sifat-sifat serat kapas
a. Sifat Fisika
Warna
Serat kapas berwarna putih kekuning-kuningan
Kekuatan
Kekuatan serat kapas cukup tinggi, kekuatan dalam keadaan basah lebih
tinggi daripada kekuatan dalam keadaan kering, sehingga sangat
menguntungkan untuk proses pencelupan, karena pada proses
pencelupan akan ada tarikan-tarikan pada kain kapas tersebut
Mulur
Mulur serat kapas 4 13 %
Kandungan Air
Dalam keadaan standart, serat kapas mengandung 7 8,5 % air terhadap
berat kering.

Berat Jenis

Berat jenis serat kapas 1,5 1,56


Indeks Bias
Indeks bias sejajar sumbu serat 1,58.
Indeks bias melintang sumbu serat 1,53.
b. Sifat Kimia
Oksidasi
Serat kapas dapat teroksidasi membentuk oksiselulosa sehingga
kekuatan serat akan turun.
Asam
Serat kaps akan terhidrolisa oleh asam membentuk hidroselulosa.
Degradasi serat kapas akan lebih cepat didalam asam kuat dan pekat.
Alkali
Serat kapas tahan akan alkali, alkali kuat dengan konsentrasi yang tinggi
hanya akan menggelembungkan serat. Oleh karena itu, alkali
dipergunakan untuk proses merserisasi.
Jamur dan Bakteri
Dalam kondisi yang lembab dan temperatur yang hangat, jamur dan
bakteri akan menyerang serat kapas.

2.2

Zat Warna Reaktif Dingin


Zat warna reaktif adalah zat warna yang dapat bereaksi dengan

seratselulosa secara kovalen. Oleh karenanya mempunyai ketahanan luntur


yangsangat baik. Zat warna ini terdiri dari dua jenis yaitu reaktif panas dan
reaktif dingin.Reaktif dingin mempunyai gugus reaktif yang lebih banyak
sehinggakurang memerlukan suhu tinggi (jenis triklorotriazin) sedang reaktif
panasmemerlukan suhu tinggi dalam penggunaannya.Proses fiksasi zat warna ini
berlangsung dengan bantuan alkali, untukitu dipilih medium pengental yang tahan
terhadap alkali.Zat warna reaktif adalah suatu zat warna yang dapat
mengadakanreaksi dengan serat sehingga zat warna tersebut merupakan bagian

dariserat. Oleh karena itu, hasil celupan zat warna reaktif mempunyai
ketahanancuci yang sangat baik. Demikian pula karena berat molekul zat warna
reaktif kecil maka kecerahan warnanya akan lebih baik dari pada zat warna direk.
Khromofor zat warna reaktif mempunyai berat molekul yang kecil agardaya serap
terhadap serat tidak besar sehingga zat warna yang tidak bereaksidengan serat
mudah dihilangkan. Gugus penghubung dapat mempengaruhidaya serap dan
ketahanan zat warna terhadap asam atau basa. Agar reaksidapat berjalan dengan
baik diperlukan penambahan alkali misalnya NatriumSilikat dan KOH karena
apabila telah dikerjakan dengan alkali bahan akantahan pencucian dan penyabunan.
Disamping terjadi reaksi antara zat warnadengan serat yang membentuk ikatan
pseude ester dan eter, molekul air juga
Sifat Zat Warna Reaktif
Zat Warna Reaktif Dingin
Yang termasuk zat warna reaktif dingin adalah Procion M dengan system
reaktif diklorotriazin (DCT) dan drimarene K engan system reaktif dyfluoromonokhlro-pirimidin. Keduannya termasuk zat warna reaktif yang bereaksi dengan
serat melalui mekanisme substitusi nukleofilik.
Kereaktifan zat warna reaktif dingin sangat tinggi sehingga proses
pencelupannya dapat dilakukan pada suhu 30oC 40OC. Oleh karena itu kromogen
zat warna reaktif dingin relative kecil sehingga warnannya lebih cerah dari zat
warna reaktif panas.
Hal yang sangat perlu dilakukan diperhatikan dalam proses pencelupannya
adalah zat warnanya sangat kurang stabil, sangat mudah rusak terhidrolisis,
sehingga perlu dilakukan usaha-usaha guna menguirangi terjadinnya reaksi
hidrolisis.
Salah satu cara mengurangi terjadinya hidrolisis zat warna reaktif dingin
adalah pada proses persiapan larutan celup, persiapan larutan alkali dan zat warna
dipisah pada tangki yang berbeda, dari resep pencelupan biasanya dibuat dengan
perbandigan 4 : 1 dan keduannya baru dicampurkan sesaat ketika hendak dipakai.
Dibanding dengan zat warna reaktif panas, karena lebih reaktif maka
pemakaiannya alkali untuk zat warna reaktif dingin lebih sedikit (hamper
setengahnya dari jumlah alkali untuk zat warna reaktif panas ), selain itu kecerahan
zat warna reaktif dingin lebih cerah dari zat warna reaktif panas karena
kromogennya (D) lebih kecil dari kromogen zat warna reaktif panas.

Zat Pembantu pencelupan selulosa dengan zat warna reaktif dingin


Zat pembantu yang perlu ditambahkan pada larutan celup antara lain
elektrolit (Na2SO4, NaCl), Na2CO3, dan pembasah. Selain itu dapat juga
ditambahkan zat pelunak air, zat anti crease mark dan zat anti reduksi. Setiap zat
pembantu tekstil mempunyai fungsi masing-masing yang dapat memperlancar
proses pencelupan.
Adapun mekanisme pencelupan terdiri dari tiga tahap yaitu :
Pertama : Difusi zat warna dalam larutan
Molekul zat warna dalam larutan yang selalu bergerak pada temperatur tinggi
pergerakan tersebut lebih cepat. Kemudian bahan tekstil dimasukan kedalam
larutan celup.
Kedua : Adsorpsi
Kedua molekul zat warna yang mempunyai tenaga yang cukup besar dapat
mengatasi gaya-gaya tolak dari permukaan serat, sehingga molekul zat warna dapat
terserap menempel pada permukaan serat.
Ketiga : Fiksasi
Penyerapan atau difusi zat warna dari permukaan serat ke pusat serat secara
bersamaan, sehingga zat warna yang terserap dapat menyebar secara merata.
Gugusan hidroksil dalam molekul selulosa memegang peranan penting pada
pencelupan dengan zat warna direk. Apabila atom hydrogen dari gugusan hidroksil
tersebut diganti dengan gugusan asetil maka serat tak dapat mencelup zat warna
direk lagi. Hal tersebut disebabkan karena gugusan hidroksil dalam molekul
selulosa dapat mengadakan ikatan hidrogen dengan gugusan-gugusan hidroksil,
amina dan azo dalam molekul zat warna.
Faktor-Faktor yang Berpengaruh
Pengaruh elektrolit
Pengaruh elektrolit akan memperbesar jumlah zat warna yang terserap oleh
zat warna, meskipun zat warna mempunyai kepekaan yang berbeda. Elektrolit yang
digunakan adalah garam dapur (NaCl). Zat warna dengan gugus sulfonat yang
banyak akan lebih mudah ditolak oleh serat dari pada yang sedikit, sehingga perlu
ditambahkan elektrolit.

Pengaruh Temperatur
Pada umumnya termasuk proses pencelupan eksotermis yang pada keadaan
setimbang jika temperaturnya tinggi penyerapannya akan rendah dibanding pada
temperatur rendah. Oleh karena itu pencelupan zat warna direk ini diperlukan
temperatur yang tinggi untuk mempercepat reaksi. Sehingga apabila temperaturnya
tinggi, maka jumkah zat warna yang terserap lebih besar, kemudian berkurang
kembali.
Pengaruh pH
Zat warna direk digunakan dalam suasana netral. Apabila dilakukan
penambahan alkali, maka akan memperhambat penyerapan. Sehingga sering
ditambahkan abu soda 3% untuk mengurangi kesadahan air atau untuk
mempervaiki kelarutan zat warna.
Pengaruh Perbandingan Larutan
Perbandingan larutan celup artinya perbandingan antara besarnya larutan
terhadap berat bahan tekstil yang di proses. Dalam kurva isoterm terlihat bahwa
kenaikan konsentrasi zat warna dalam larutan akan menambah besarnya
penyerapan. Pada dasarnya dilakukan untuk memperkecil zat warna yang terbuang
atau hilang. Sehingga dapat mengurangi pemborosan dalam pemakaian zat warna.
Dan hanya mempergunakan larutan simpan bekas celupan dengan menambahkan
zat warna baru pada larutan tersebut, maka dapat diperoleh larutan celup dengan
konsentrasi seperti semula Maka untuk mencelup warna-warna tua di usahakan
untuk memakai perbandingan laruta celup yang kecil sehingga zat warna yang
terbuang hanya sedikit.

III.

PERCOBAAN
III.1

Resep

Resep Pencelupan

ZW Reakif Dingin (%
owf)
Zat pembasah (mL/L)
Na2CO3 (g/L)
NaCl (g/L)
Vlot (1:x)
Waktu (menit)
Urea (g/L)
Zat Migrasi (g/L)
WPU (%)
Drying (C)
Baking (C)
Batching (Jam)
Steaming (C)
Skema

Resep 1

Resep 2

Resep 3

Resep 4

12,5

12,5

12,5

1
10
30
1 : 20
60
5
I

1
10
50
5
80
(100C,1)
(190C,1)
II

1
10
25
5
80
8
III

1
10
25
5
80
(100C,1)
(103C,4)
IV

Resep Pencucian
Resep 1
1
1
80
15
1 : 20

Sabun (g/L)
Na2CO3 (g/L)
Suhu (C)
Waktu (menit)
Vlot (1:x)

III.2

Resep 2
1
1
80
15
1 : 20

Resep 3
1
1
80
15
1 : 20

Resep 4
1
1
80
15
1 : 20

Diagram Alir

Persiapan
Larutan
Celupdan
Persiapan
Larutan
Bahan
Celup
Proses Pencelupan
Proses Pencucian Sabun
Panas
Bilas
Dry
Evaluasi
Kerataan warna

Ketuaan warna

III.2.1 Pencelupan cara perendaman (exhaust)


PersiapanIII.2.2
lar. celup
Prosespengeringanpencelupan pemanggangan
Proses
pencucian
Metoda rendam peras1 tahap
(pad-dry-bake)
Pad larutan ZW
Pemanggangan
Pengeringan
Pencucian
+ alkali
(curing/baking)
III.2.3 Metoda rendam peras- pemeraman
1 tahap (pad-batch)
Pad larutan ZW
Pemeraman (Batching)
Pencucian
+ alkali
III.2.4 Metoda rendam peras-pengeringan- pengukusan 1 tahap (paddry steam)
Steaming Pad
larutan ZW +
alkali

Pengeringan

Pengukusan
(steaming)

Pencucian

III.3
Skema Proses
III.3.1 Pencelupan cara perendaman (exhaust)

NaCl

Na2CO3

30C

10

40

60

menit

III.3.2 Metoda rendam peras-pengeringan-pemanggangan 1 tahap (paddry-bake)

Padding

Dry

Baking

Washing hot

Dry

III.3.3 Metoda rendam peras- pemeraman 1 tahap (pad-batch)

Rolling

Padding

Baking (8 jam)

III.3.4 Metoda rendam peras- pengeringan- pengukusan 1 tahap (paddry-steam)

Padding

III.4
1.
2.
3.

Steaming

Dry

Washing hot

Dry

Fungsi Zat
Na 2 CO 3
: untuk fiksasi zat warna

Pembasah
: untuk meratakan dan mempercepat proses pembasahan kain
Urea : sebagai zat higroskopis berfungsi untuk menjaga kelembaban kain
(mencegah terjadinya over drying yang menimbulkan pergerakan zat warna

4.

dipermukaan kain).
Zat anti migrasi

: pengikat sementara zat warna dipermukaan bahan

untuk menghindarkan terjadinya migrasi ketika proses pengeringan pada


5.

mesin pengering hot flue dryer, sehingga tidak menimbulkan belang


NaCl : proses pencelupan cara perendaman berfungsi untuk mendorong
penyerapan zat warna, sedangkan pada pencelupan cara pad 2 tahap (pada
larutan alkali) berfungsi sebagai penjenuh larutan alkali guna mencegah

6.

terjadinya pelunturan zat warna reaktif pada larutan alkali


Sabun : proses pencucian setelah proses pencelupan guna menghilangkan
zat warna reaktif yang terhidrolisis yang ada dalam kain hasil celupan.
III.5

Alat dan Bahan

No
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
III.6
-

Alat
Piala Porselen
Gelas Piala
Gelas Ukur
Pipet
Pengaduk
Gunting
Bunsen
Mesin stenter
Mesin padding
Mesin pad-steamer
Timbangan
Plastik pembungkus

Bahan
Kain kapas
ZW Reaktif dingin
Pembasah
Na2CO3
NaCl
Sabun
Urea
Zat anti migrasi

Prosedur
Memilih satu zat warna reaktif dingin untuk pencelupan serat kapas
yang warna dan tahan lunturnya sesuai target.

Membuat rencana proses pencelupannya meliputi, penyusunan diagram


alir proses, pembuatan skema proses, pemilihan zat pembantu dan
penyusunan resep pencelupan.

Menghitung kebutuhan bahan, zat warna, air, zat pembantu pencelupan


sesuai dengan resep yang dibuat.

Melakukan proses pencelupan sesuai skema proses.

Mengevaluasi dan menganalisa hasil pencelupan.

III.7

ZW
Reakif
Dingin (%

Resep 1
1% x 4,10 = 0,041
100 mL
0,041 x
=
1 gr
4,1 mL

owf)
Zat
pembasah

Perhitungan

1
100

x 82 = 0,082

Resep Pencelupan
Resep 2
Resep 3
12,5 mL
x 50 mL
12,5 mL
1000
1000 x 50 mL =
=
0,625 gr
0,625 gr
1
1
x
50mL
=
1000
1000 x 50mL =

(mL/L)
Na2CO3
(g/L)

0,05
10
1000
30
1000

Vlot (1:x)
(menit)
Urea (g/L)

x 50 mL =

x 82 = 2,46

(C/menit)
Baking
(C/menit)
Batching
(C/Jam)
Steaming
(C/menit)
Skema

1
1000

x 50mL = 0,05

10
1000

x 50 mL = 0,5

10
1000

x 50 mL = 0,5

4,10 x 20 = 82 mL

60

(g/L)
Drying

0,625 gr

Zat

WPU (%)

x 50 mL =

0,05

50
1000

x 50 mL =

25
1000

2,5
Migrasi

12,5 mL
1000

0,5

NaCl (g/L)

Waktu

x 82 = 0,082

10
1000

Resep 4

5
1000

x 50 mL =

x 50 mL =

25
1000

1,25
5
1000

x 50 mL =

x 50 mL =
1,25

5
1000

x 50 mL =

0,25

0,25

0,25

80

80

80

80

100Oc , 1

100Oc , 1

140Oc , 1

103Oc ,4

II

III

IV

Sabun (g/L)

Na2CO3 (g/L)
Suhu (C)
Waktu (menit)
Vlot (1:x)

Resep 1
1g
1000 mL x 82 =

Resep Pencucian
Resep 2
1g
1000 mL x 90,8

Resep 3
1g
1000 mL x 85,2 =

Resep 4
1g
1000 mL x 100,6

0,082
1g
1000 mL x 82 =

= 0,0908
1g
1000 mL x 90,8

0,0852
1g
1000 mL x 85,2 =

= 0,1006
1g
1000 mL x 100,6

0,082
70
15
4,10 x 20 = 82 mL

= 0,0908
70
15
4,54 x 20 = 90,8 mL

0,0852
70
15
4,26 x 20 = 85,2 mL

= 0,1006
70
15
5,03 x 20 = 100,6 mL

III.8 Data Hasil dan Evaluasi


Resep 1

Contoh Uji

Resep 2

Resep 3

Resep 4

IV.

DISKUSI
Dalam proses pencelupan kapas dengan zat warna reaktif dingin banyak
faktor yang harus diperhatikan seperti ketepatan pemilihan dan konsentrasi zat
pembantu, suhu, waktu, dan skema proses yang digunakan. Fungsi NaCl untuk
mendorong penyerapan zat warna sedang Na2CO3 untuk fiksasi zat warna.
Penambahan urea bertujuan untuk menjaga kelembaban kain. Dalam percobaan kali
ini kami membandingkan hasil percobaan dengan skema yang berbeda.
Perbandingan antara skema I (exhaust) dan II (pad-baking)
Pada skema I penambahan NaCl dilakukan pada 10 menit pertama setelah kain
direndam dalam larutan celup pada suhu 30 0C, dan penambahan Na2CO3 pada
menit ke 40. Sedangan pada skema II tidak ada penambahan larutan NaCl hanya
ada penambahan Na2CO3. Namun pada skema II larutan zat warna dan larutan
alkali dibuat terpisah dengan perbandingan 4:1 untuk memperkecil hidrolisis
yang terjadi.
Jika dilihat dari ketuaan warna, kain dengan menggunakan metode pad-baking
menghasilkan warna yang lebih pekat dibandingkan dengan kain yang
menggunakan metode exhaust. Karena penggunaan air lebih sedikit sehingga
hidrolisis yang terjadi sangat kecil dan larutan yang digunakan lebiih pekat, yang
menghasilkan warna kain lebih tua. Penggunaan urea yang berlebih pada proses
pad-baking bertujuan untuk melembabkan kain, sehingga setelah kain melalui
proses drying akan tetap lembab dan zat warna mudah berpenetrasi ke dalam
serat.
Jika dilihat dari kerataan warna, kain dengan menggunakan metode exhaust
lebih baik karena pada proses ini menggunakan suhu kamar sehingga adsopsi zat
warna lambat dan fiksasi zat warna tinggi yang mengakibatkan kain lebih rata
namun ketuaannya buruk karena hidrolisisnya tinggi.

Perbandingan antara skema II dan III


Pada skema II tidak ada penambahan NaCl hanya ada penambahan Na 2CO3.
Namun pada skema II larutan zat warna dan larutan alkali dibuat terpisah dengan
perbandingan 4:1 untuk memperkecil hidrolisis yang terjadi.
Jika dilihat dari ketuaan warna, kain dengan menggunakan metode pad-baking
menghasilkan warna yang lebih pekat dibandingkan dengan kain yang
menggunakan metode pad-batching. Karena penggunaan urea yang berlebih
pada proses pad-baking bertujuan untuk melembabkan kain, sehingga setelah
kain melalui proses drying akan tetap lembab dan zat warna mudah berpenetrasi

ke dalam serat. Suhu yang digunakan pada proses pad-baking lebih


tinggidibandingkan proses pad-batching.
Jika dilihat dari kerataan warna

Perbandingan skema III dan IV


Pada skema III dan IV tidak ada penambahan NaCl hanya ada penambahan
Na2CO3. Juga pada skema III dan IV larutan zat warna dan larutan alkali dibuat
terpisah dengan perbandingan 4:1 untuk memperkecil hidrolisis yang terjadi.
Jika dilihat dari ketuaan warna, kain dengan menggunakan metode pad-batching
menghasilkan warna yang lebih pekat dibandingkan dengan kain yang
menggunakan metode pad-dry-steam dan jika dilihat dari kerataan warna, kain
dengan menggunakan metoda pad-bacthing menghasilkan warna yang lebih rata
dibandingkan dengan menggunakan metoda pad-dry-steam, karena suhu yang
digunakan pada metoda pad-batching suhu rendah sehingga proses adsorpsi
berjalan lambat dan waktu yang digunakan pada proses pad-batching lebih lama
sehingga ikatan zat warna dengan serat lebih maksimal.

Perbandingan skema IV dan I


Skema IV dilakukan dengan proses padding dan skema I dengan proses exhaust.
Pada proses padding pemberian zat warna dan alkali tidak boleh secara
bersamaan dikhawatirkan akan terjadi reaksi hidrolisis, begitu pula dengan
skema I setelah 40 menit kemudian diberikan alkali, hanya saja pada skema IV
pemberian alkali tidak tergantung waktu tetapi hendak akan di padding baru
diberikan alkali, hal ini menghindari reaksi hidrolisis sekecil mungkin. Tetapi
pada skema I pemberian alkali yang dibiarkan 20 menit menyebabkan fiksasinya
tinggi dan hidrolisisnya tinggi sehingga skema I hasil kain sangat muda
dibanding kain yang di proses padding dan kerataan pada skema I terlihat lebih
rata karena perendaman yang lama. Pada skema IV proses dry-steam
menyebabkan migrasi pada saat dikenai hembusan udara, oleh karena itu
diberikan zat anti migrasi untuk mencegah terjadinya belang pada saat proses
pengeringan berlangsung.

V.

KESIMPULAN
Dari perobaan proses pencelupan kapas dengan zat warna reaktif dingin
dapat disimpulkan bahwa metoda yang paling bagus untuk proses ini adalah
metoda rendam peras- pengeringan- pemanggangan 1 tahap (pad-dry-bake).

VI.

DAFTAR PUSTAKA

Sumber dari buku :


Karyana,Dede.2005.PENCELUPAN I.Bandung.Sekolah Tinggi Teknologi Tekstil

Sumber dari internet :


Widiarty,Wiwiet.Zat Warna Reaktif.18 April 2015.

https://superakhwat08.wordpress.com/2014/11/16/150/
Ramadhani,Bagus.Zat Warna Reaktif.18 April 2015.
http://borosh.blogspot.com/2014/02/zat-warna-reaktif-smk-tekstiltexmaco.html
Pencelupan kapas dengan zat warna reaktif dingin.15 April 2015.
http://www.scribd.com/doc/87197379/Proses-Pencelupan-Kapas-Dengan-ZatWarna-Reaktif-Dingin#scribd
Teori dasar zat warna reaktif.15 April 2015.
http://www.scribd.com/doc/79737302/Teori-Dasar-Zw-Reaktif-Dingin#scribd

Anda mungkin juga menyukai