Anda di halaman 1dari 20

I.

Maksud dan Tujuan


1.1 Maksud
Agar praktikan dapat mengetahui dan memahami bagaimana cara
melakukan proses pencelupan pada kain kapas dengan zat warna reaktif dingin
dengan baik dan benar.

1. 2 Tujuan
1. Mengetahui faktor-faktor yang berpengaruh dalam proses pencelupan
pada kain kapas dengan zat warna reaktif dingin.
2. Mengetahui pengaruh variasi penggunaan waktu dan konsentrasi urea
pada pencelupan kain kapas menggunakan zat warna reaktif dingin.
3. Mengetauhi hasil evaluasi dari proses pencelupan pada kain kapas
dengan zat warna reaktif dingin, berupa ketuaan warna, kerataan warna
dan ketahanan luntur terhadap pencucian.

II. Teori Dasar


2.1 Serat Kapas
Referensi : Teknologi Tekstil
https://teknologitekstil.com/sifat-fisik-serat-kapas.html
Serat kapas merupakan jenis serat selulosa (berasal dari tumbuhan) yang
dikenal sejak 1500 tahun SM, India adalah Negara tertua yang menggunakan
serat kapas. Serat kapas dibawa ke Mesir oleh Alexander Agung. Serat kapas
dihasilkan dari rambut biji tanaman yang termasuk dalam jenis Gossypium,
antara lain :
a. Gossypium Arboreum ( berasal dari India )
b. Gossypium Herbaceum
c. Gossypium Barbadense (berasal dari Peru)
d. Gossypium Hirsutum (berasal dari Meksiko Selatan, Amerika Tengah dan
Kepulauan Hindia Barat)
Sifat kimia serat kapas :
 Tahan terhadap penyimpanan,pengolahan dan pemakaian yang normal.
 Kekuatan menurun oleh zat pengoksidasi, karena terjadi oksi selulosa,
biasanya dalam pemutihan berlebihan, penyinaran dalam keadaan lembab
atau pemanasan yang lama pada suhu diatas 1400C.

Proses Pencelupan Kain Kapas dengan Zat Warna Reaktif Dingin : Kelompok 8 2K2 1
 Kekuatan menurun oleh zat penghidrolisa, asam dapat menyebabkan
terjadinya hidro-selulosa.
 Alkali berpengaruh sedikit terhadap serat, kecuali alkali kuat dengan
konsentrasi yang tinggi dapat menyebabkan penggelembungan serat.
 Kapas mudah diserang jamur dan bakteri dalam keadaan lembab dan
pada suhu hangat.
Sifat fisika serat kapas :
 Warna tidak putih tetapi kecoklat-coklatan.
 Kekuatan serat kapas dipengaruhi oleh kadar selulosa dalam serat.
 Kekuatan dalam keadaan basah lebih kuat dari pada dalam keadaan
kering.
 Kekuatan mulur serat kapas 13-14% rata-rata 7%.
 Keliatan serat kapas relatif tinggi dibandingkan serat wol dan sutera.
 Mempunyai moisture regain 7-8%.
 Berat jenis 1.5-1.56.
 Indeks bias 1.58 dalam keadaan sejajar sumbu serat dan 1.53 melintang
pada sumbu.
Penampang serat kapas:
 Penampang melintang
Penampang melintang serat kapas berbentuk sangat bervariasi
hampir bulat tetapi pada umumnya berbentuk seperti ginjal.
 Penampang membujur
Penampang membujur serat kapas berbentuk seperti pita terpuntir.
Kedewasaan serat kapas dapat dilihat dari tebal tipisnya dinding
serat,makin dewasa makin tebal dinding seratnya, dimana lebih besar
dari setengah lumennya. Serat-serat yang belum dewasa kekuatannya
rendah dan dalam pengolahan menimbulkan banyak limbah, misalnya
timbul nep yaitu sejumlah serat yang kusut membentuk bulatan-bulatan
kecil yang tidak dapat diuraikan kembali.

Proses Pencelupan Kain Kapas dengan Zat Warna Reaktif Dingin : Kelompok 8 2K2 2
Gambar 1 : PENAMPANG MEMBUJUR (KIRI) DAN MELINTANG (KANAN) SERAT KAPAS
Sumber : W.V.Bergen and W. Krauser, “Textile Fiber Atlas” p.22, 1994

Kain kapas yang digunakan dalam praktikum ini merupakan kain


tenun grey atau dengan kata lain kain ini mengalami proses pertenunan
sehingga disebut kain tenun. Kain grey adalah kain mentah yang masih
mengandung banyak kotoran-kotoran baik berupa kotoran alam maupun
kotoran yang berasal dari luar. Kotoran alam adalah kotoran yang
timbul bersama tumbuhnya serat seperti malam, lemak/lilin, pigmen
dan lainnya. Kotoran luar adalah kotoran yang timbu lkarena proses
pengerjaan dari pengolahan serat sampai menjadi kain seperti noda
minyak, potongan daun, ranting, debu, dan kanji yang sengaja
ditambahkan sebelum pertenunan. Lemak, malam/lilindan kanji bersifat
menghalangi penyerapan larutan (hidrofob).
Kain grey kapas mengandung kotoran – kotoran baik berupa
kotoran alam maupun kotoran luar. Selain itu, terdapat pula kotoran
berupa bulu–bulu serat pada permukaannya sebagai akibat dari gesekan-
gesekan mekanik dan peregangan-peregangan pada waktu proses
pertenunan, bulu-bulu pada permukaan kain menyebabkan hasil
pencelupan warnanya kurang cerah dan pada pencapan menyebabkan
warna blobor dan motif kurang tajam. Kotoran–kotoran berbentuk bulu
tersebut terdapat pula pada kain grey rayon, wol, dan kain grey
campuran. Serat sutera mengandung kotoran alam berupa serisin.

Proses Pencelupan Kain Kapas dengan Zat Warna Reaktif Dingin : Kelompok 8 2K2 3
 Struktur Serat Selulosa

Gambar 2 : Struktur serat selulosa


Sumber : www.seratselulosa.com

Pada serat kapas diatas memiliki gugus hidroksil yang


memberikan sifat penyerapannya terhadap air. Meskipun demikian,
selulosa yang banyak mengandung gugus hidroksil dapat bersifat tidak
larut didalam air. Hal tersebut dimungkinkan karena berat molekul
selulosa yang sangat besar, juga karena terjadinya ikatan hidrogen antar
molekul selulosa yang mempersulit kelarutan selulosa didalam air. Gugus
hidroksil tersebut selain dapat menarik gugus hidroksil dari molekul
lainnya, juga dapat menarik gugus hidroksil air. Hal tersebut membuat
serat yang mengandung banyak gugus hidroksil akan mudah menyerap
air sehingga serat tersebut memiliki moisture regain yang tinggi. Dengan
kemudahan molekul air terserap kedalam serat, menyebabkan serat
mudah menyerap zat warna yang berbentuk pasta atau larutan.

2.2 Pencelupan
Referensi : Teori pencelupan Serat – serat tekstil (Dyeing of Textile Fiber)
http://smk3ae.wordpress.com/2009/01/05teori-pencelupan-serat---serat -
teksti-dyeing-of-textile-fiber/
Pencelupan adalah suatu proses pemberian warna pada bahan tekstil
secara merata dan baik, sesuai dengan warna yang diinginkan. Sebelum
pencelupan dilakukan maka harus dipilih zat warna yang sesuai dengan
serat. Pencelupan dapat dilakukan dengan berbagai macam teknik dengan
menggunakan alat – alat tertentu pula.
Pencelupan pada umumnya terdiri dari melarutkan atau mendispersikan
zat warna dalam air atau medium lain, kemudian memasukkan bahan tekstil
kedalam larutan tersebut sehingga terjadi penyerapan zat warna kedalam
serat. Penyerapan zat warna kedalam serat merupakan suatu reaksi
eksotermik dan reaksi kesetimbangan. Beberapa zat pembantu misalnya

Proses Pencelupan Kain Kapas dengan Zat Warna Reaktif Dingin : Kelompok 8 2K2 4
garam, asam, alkali atau lainnya ditambahkan kedalam larutan celup dan
kemudian pencelupan diteruskan hingga diperoleh warna yang dikehendaki.
Pencelupan terjadi tiga tahap, yaitu :
1. Tahap pertama merupakan molekul zat warna dalam larutan yang selalu
bergerak, pada suhu tinggi gerakan molekul cepat. Kemudian bahan
tekstil dimasukkan kedalam larutan celup. Serat tekstil dalam larutan
bersifat negatif pada permukaannya sehingga dalam tahap ini terdapat
dua kemungkinan yakni molekul zat warna akan tertarik oleh serat atau
tertolak menjauhi serat. Oleh karena itu perlu penambahan zat – zat
pembantu untuk mendorong zat warna lebih mudah mendekati
permukaan serat. Peristiwa tahap pertama tersebut sering disebut difusi
zat warna dalam larutan.
2. Dalam tahap kedua molekul zat warna yang mempunyai tenaga cukup
besar dapat mengatasi gaya – gaya tolak dari permukaan serat, sehingga
molekul zat warna tersebut dapat terserap menempel pada permukaan
serat. Peristiwa ini disebut adsorpsi.
3. Tahap ketiga yang merupakan bagian yang terpenting dalam pencelupan
adalah penetrasi atau difusi zat warna dari permukaan serat kepusat.
Tahap ketiga merupakan proses yang paling lambat sehingga
dipergunakan sebagai ukuran menentukan kecepatan celup.

2.2.1 Tujuan Proses Pencelupan


Tujuan dari proses pencelupan dengan zat warna reaktif dingin pada
serat kapas adalah untuk mendapatkan kerataan warna yang permanen
pada serat yang telah mengalami pencelupan

2.2.2 Jenis Ikatan pada Proses Pencelupan


Agar supaya pencelupan dan hasil celupan baik dan tahan cuci maka
gaya gaya ikat antara zat warna dan serat harus lebih besar dari pada
gaya-gaya yang bekerja antara zat warna dan air. Hal tersebut dapat
tercapai apabila molekul zat warna mempunyai susunan atom-atom yang
tertentu, sehingga akan memberikan daya tembus yang baik terhadap
serat dan pula memberi ikatan yang kuat.

Proses Pencelupan Kain Kapas dengan Zat Warna Reaktif Dingin : Kelompok 8 2K2 5
Pada dasarnya dalam pencelupan terdapat empat jenis gaya ikat
yang menyebabkan adanya daya tembus atau tahan cuci suatu zat warna
pada serat, yaitu :
 Ikatan hidrogen
Ikatan hidrogen merupakan ikatan sekunder yang terbentuk karena
atom hidrogen pada gugusan hidroksi atau amina mengadakan ikatan
yang lemah dengan atom lainnya, misalnya molekul-molekul air yang
mendidih pada suhu yang jauh lebih tinggi daripada molekul-molekul
senyawa alkana dengan berat yang sama.

Gambar 3 : Ikatan Hidrogen antar Selulosa


Sumber : www.pencelupan.com

Pada umumnya molekul –molekul zat warna dan serat mengandung


gugusan gugusan yang memungkinkan terbentuknya ikatan hidrogen.
 Ikatan elektrovalen
Ikatan antara zat warna dan serat yang kedua merupakan ikatan yang
timbul karena gaya tarik-menarik antara muatan yang berlawanan.
Dalam air seratserat bermuatan negatif sedangkan pada umumnya zat
warna yang larut merupakan suatu anion sehingga penetrasi akan
terhalang. Oleh karena itu perlu penambahan zat-zat yang berfungsi
menghilangkan atau mengurangi sifat negatif dari serat atau zat warna,
sehingga zat warna dan serat dapat lebih saling mendekat dan gaya-
gaya non polar dapat bekerja lebih baik. Maka pada pencelupan serat-
serat selulosa perlu penambahan elektrolit, misalnya garam dapur atau
garam glauber dan pada pencelupan serat wol atau poliamida perlu
penambahan asam.
Gugusan amina dan karboksil pada serat wol di dalam larutan akan
terionisasi. Bila ke dalamnya ditambahkan suatu asam maka ion
hidrogen langsung diserap oleh wol dan menetralkan ion karboksilat
sehingga serat wol akan bermuatan positif yang kemudian langsung
menyerap anion asam. Pada tahap selanjutnya anion zat warna yang

Proses Pencelupan Kain Kapas dengan Zat Warna Reaktif Dingin : Kelompok 8 2K2 6
berkerak lebih lambat karena molekul lebih besar akan masuk ke
dalam serat dan mengganti kedudukan anion asam. Hal tersebut
mungkin sekali terjadi karena selain penarikan oleh muatan yang
berlawanan juga terjadi gaya-gaya non-polar.
 Gaya-gaya non polar
Pada umumnya terdapat kecenderungan bahwa atom-atom atau
molekulmolekul satu dan lainnya saling tarik menarik. Pada proses
pencelupan daya tarik antara zat warna dan serat akan bekerja lebih
sempurna bila molekulmolekul zat warna tersebut berbentuk
memanjang dan datar, atau antara molekul zat warna dan serat
mempunyai gugusan hidrokarbon yang sesuai sehingga waktu
pencelupan zat warna ingin lepas dari air dan bergabung dengan
serat. Gaya-gaya tersebut sering disebut gaya-gaya Van der Waals
yang mungkin merupakan gaya-gaya dispersi, London ataupun ikatan
hidrofob.
 Ikatan kovalen
Zat warna reaktif terikat pada serat dengan ikatan kovalen yang
sifatnya lebih kuat dari pada ikatan-ikatan lainnya sehingga sukar
dilunturkan. Meskipun demikian dengan pengerjaan larutan asam atau
alkali yang kuat beberapa celupan zat warna reaktif akan meluntur.
2.2.3 Mekanisme Pencelupan
Pencelupan pada umumnya terdiri dari melarutkan atau
mendispersikan zat warna dalam air atau medium lain, kemudian
memasukkan bahan tekstil ke dalam larutan tersebut, sehingga terjadi
penyerapan zat warna ke dalam serat. Penyerapan ini terjadi karena
reaksi eksotermik (mengeluarkan panas) dan keseimbangan. Jadi pada
pencelupan terjadi tiga peristiwa penting, yaitu :
1. Difusi zat warna dalam larutan
Didalam larutan zat warna reaktif panas berbentuk molekul tunggal
dan beragregat. Molekul-molekul ini dalam keadaan gerak dan tidak
mempunyai arah tertentu. Gerakan secara terarah akan terjadi jika ada
gaya penggeraknya. Gaya penggerak ini dapat disebabkan karena
adanya gradien konsentrasi dalam larutan atau perbedaan pontensial

Proses Pencelupan Kain Kapas dengan Zat Warna Reaktif Dingin : Kelompok 8 2K2 7
elektro statik dibagian-bagian tertentu di dalam larutan. Gerakan yang
ditimbulkan oleh adanya perbedaan konsentrasi tersebut disebut difusi.
Difusi merupakan proses pemindahan dengan adanya proses difusi
maka akan terjadi proses pemindahan zat warna dari bagian larutan
yang berkonsentrasi tinggi kebagian yang berkonsentrasi rendah.
2. Adsorpsi zat warna ke permukaan serat
Serat dalam larutan cenderung bermuatan negatif, demikian pula zat
warna reaktif panas dalam larutan juga bermuatan negatif. Dengan
demikian akan terjadi gaya tolak menolak antara zat warna dengan
serat.
3. Difusi zat warna kedalam serat
Adsorpsi zat warna pada permukaan serat menyebabkan konsentrasi
dipermukaan serat menjadi tinggi, sedangkan di dalam serat
konsentrasi mula-mula adalah nol. Apabila butir-butir zat warna
tersebut mempunyai energi untuk masuk ke dalam serat maka akan
terjadi proses pemindahan zat warna dari permukaan serat ke dalam
serat. Mula-mula butir zat warna dalam bentuk molekul tunggal atau
agregat kecil masuk ke dalam serat melalui daerah amorf. Dengan
bantuan panas serta mengembangnya kapas, maka butir-butir zat
warna akan masuk lebih cepat dan bermigrasi ke bagian kristalin lewat
antar molekul selulosa.
4. Ikatan zat warna dengan serat
Setelah berada dalam serat, kemudian zat warna tersebut
mengadakan ikatan hidrogen dengan serat. Ikatan hidrogen terjadi
antara gugus-gugus yang bertindak sebagai pemberi elektron atau
gugus-gugus yang mengandung hidrogen dan dapat mengadakan
ikatan hidrogen dalam zat warna dengan gugus-gugus hidroksil
didalam serat.
Apabila zat warna terlalu cepat terfiksasi maka kemungkinan
diperoleh celupan yang tidak rata. Sebaliknya, apabila zat warna
memerlukan waktu yang cukup lama untuk fiksasinya, agar diperoleh
waktu yang sesuai dengan yang diharapkan, diperlukan peningkatan
suhu atau penambahan zat-zat pembantu lainnya. Berdasarkan hal-hal
tersebut di atas, maka dalam pencelupan faktor-faktor pendorong

Proses Pencelupan Kain Kapas dengan Zat Warna Reaktif Dingin : Kelompok 8 2K2 8
seperti suhu, penambahan zat pembantu dan lamanya pencelupan
perlu mendapatkan perhatian yang sempurna. Zat warna dapat
terserap ke dalam bahan sehingga mempunyai sifat tahan cuci.

2.3 Faktor yang berpengaruh


1. Ketepatan pemilihan zat warna pencelupan terutama mengenai jenis dan
sifatnya.
2. Konsentrasi zat pencelupan.
3. Kondisi proses seperti pH, suhu dan waktu
4. Metode yang digunakan

2.4 Metoda Proses Pencelupan


Metode pencelupan bermacam – macam tergantung efektifitas dan efisiensi
yang akan diharapkan. Metode pencelupan bahan tekstil diantaranya adalah:
a. Metode pencelupan, Mc Winch, Jet/ over flow, package, dan beam.
 Metode normal proses, penambahan garam secara bertahap.
 Metode all – in proses.
 Metode migrasi proses.
 Metode isotermal proses.
b.Metode pencelupan cara jigger
c.Metode pencelupan cara pad – batch.
d.Teknik pencelupan lainnya adalah sistem kontinyu atau semi kontinyu,
exhoution, teknik migrasi, cara carrier atau pengemban, cara HT/HP atau
tekanan dan suhu tinggi, cara thermosol, dengan pelarut organik, dengan
larutan celup tuggal/ ganda, cara satu bejana celup, dengan pemeraman,
dan sebagainya.

2.5 Zat Warna


2.5.1 Zat Warna Reaktif
Referensi : Zat Warna Reaktif Dingin
Khanifarifin.blogspot.co.id/2010/12/zat-warna-reaktif-dingin.html?m=1
Zat warna reaktif adalah zat warna yang dapat bereaksi dengan
seratselulosa secara kovalen. Oleh karenanya mempunyai ketahanan

Proses Pencelupan Kain Kapas dengan Zat Warna Reaktif Dingin : Kelompok 8 2K2 9
luntur yang sangat baik. Zat warna ini terdiri dari dua jenis yaitu reaktif
panas dan reaktif dingin.Reaktif dingin mempunyai gugus reaktif yang
lebih banyak sehingga kurang memerlukan suhu tinggi (jenis
triklorotriazin) sedang reaktif panas memerlukan suhu tinggi dalam
penggunaannya. Proses fiksasi zat warna ini berlangsung dengan
bantuan alkali, untukitu dipilih medium pengental yang tahan terhadap
alkali. Zat warna reaktif adalah suatu zat warna yang dapat mengadakan
reaksi dengan serat sehingga zat warna tersebut merupakan bagian
dariserat. Oleh karena itu, hasil celupan zat warna reaktif mempunyai
ketahanan cuci yang sangat baik. Demikian pula karena berat molekul zat
warna reaktif kecil maka kecerahan warnanya akan lebih baik dari pada
zat warna direk.
Khromofor zat warna reaktif mempunyai berat molekul yang kecil agar daya
serap terhadap serat tidak besar sehingga zat warna yang tidak
bereaksidengan serat mudah dihilangkan. Gugus penghubung dapat
mempengaruhi daya serap dan ketahanan zat warna terhadap asam atau
basa. Agar reaksi dapat berjalan dengan baik diperlukan penambahan
alkali misalnya NatriumSilikat dan KOH karena apabila telah dikerjakan
dengan alkali bahan akan tahan pencucian dan penyabunan. Disamping
terjadi reaksi antara zat warna dengan serat yang membentuk ikatan
pseude ester dan eter, molekul air juga
Yang termasuk zat warna reaktif dingin adalah Procion M dengan
system reaktif diklorotriazin (DCT) dan drimarene K engan system reaktif
dyfluoro-monokhlro-pirimidin. Keduannya termasuk zat warna reaktif yang
bereaksi dengan serat melalui mekanisme substitusi nukleofilik.
Kereaktifan zat warna reaktif dingin sangat tinggi sehingga proses
pencelupannya dapat dilakukan pada suhu 30oC – 40OC. Oleh karena itu
kromogen zat warna reaktif dingin relative kecil sehingga warnannya lebih
cerah dari zat warna reaktif panas.
Hal yang sangat perlu dilakukan diperhatikan dalam proses
pencelupannya adalah zat warnanya sangat kurang stabil, sangat mudah
rusak terhidrolisis, sehingga perlu dilakukan usaha-usaha guna
menguirangi terjadinnya reaksi hidrolisis.

Proses Pencelupan Kain Kapas dengan Zat Warna Reaktif Dingin : Kelompok 8 2K2 10
Salah satu cara mengurangi terjadinya hidrolisis zat warna reaktif
dingin adalah pada proses persiapan larutan celup, persiapan larutan
alkali dan zat warna dipisah pada tangki yang berbeda, dari resep
pencelupan biasanya dibuat dengan perbandigan 4 : 1 dan keduannya
baru dicampurkan sesaat ketika hendak dipakai.
Dibanding dengan zat warna reaktif panas, karena lebih reaktif
maka pemakaiannya alkali untuk zat warna reaktif dingin lebih sedikit
(hamper setengahnya dari jumlah alkali untuk zat warna reaktif panas ),
selain itu kecerahan zat warna reaktif dingin lebih cerah dari zat warna
reaktif panas karena kromogennya (D) lebih kecil dari kromogen zat
warna reaktif panas.
2.5.2 Zat Pembantu Pencelupan Selulosa dengan Zat Warna Reaktif Dingin
Zat pembantu yang perlu ditambahkan pada larutan celup antara
lain elektrolit (Na2SO4, NaCl), Na2CO3, dan pembasah. Selain itu dapat
juga ditambahkan zat pelunak air, zat anti crease mark dan zat anti
reduksi. Setiap zat pembantu tekstil mempunyai fungsi masing-masing
yang dapat memperlancar proses pencelupan.
Adapun mekanisme pencelupan terdiri dari tiga tahap yaitu :
1. Pertama : Difusi zat warna dalam larutan
Molekul zat warna dalam larutan yang selalu bergerak pada
temperatur tinggi pergerakan tersebut lebih cepat. Kemudian bahan
tekstil dimasukan kedalam larutan celup.
2. Kedua : Adsorpsi
Kedua molekul zat warna yang mempunyai tenaga yang cukup besar
dapat mengatasi gaya-gaya tolak dari permukaan serat, sehingga
molekul zat warna dapat terserap menempel pada permukaan serat.
3. Ketiga : Fiksasi
Penyerapan atau difusi zat warna dari permukaan serat ke pusat
serat secara bersamaan, sehingga zat warna yang terserap dapat
menyebar secara merata.
Gugusan hidroksil dalam molekul selulosa memegang peranan
penting pada pencelupan dengan zat warna direk. Apabila atom hydrogen
dari gugusan hidroksil tersebut diganti dengan gugusan asetil maka serat
tak dapat mencelup zat warna direk lagi. Hal tersebut disebabkan karena

Proses Pencelupan Kain Kapas dengan Zat Warna Reaktif Dingin : Kelompok 8 2K2 11
gugusan hidroksil dalam molekul selulosa dapat mengadakan ikatan
hidrogen dengan gugusan-gugusan hidroksil, amina dan azo dalam
molekul zat warna.
2.5.3 Struktur Molekul Zat Warna Reaktif Dingin
Struktur zat warna reaktif dibuat sedemikian rupa agar dapat
memberikan sifat zat warna reaktif yang dikehendaki, seperti mempunyai
tingkat efisiensi fiksasi yang tinggi, stabil pada penyimpanannya, mudah
pemakaiannya, tahan luntur warnanya tingi, dan secara teknis maupun
ekonomis mudah membuuatnya.
Faktor mendasar yang lazim dipertimbangkan dalam mendisain struktur
zat warna reaktif tertentu adalah sifat primer zat warna reaktif, yaitu
kereaktifan, substantifitas, koefisien difusi dan kelarutannya.
Konsep yang umum dilakukan dalam mendesain struktur zat warna reaktif
adalah :
 Mengatur kereaktifan zat warna sedemikian rupa guna memperbesar
reaksi fiksasi dan berusaha memperkecil reaksi hidrolisis. Hal ini
penting karena zat warna reaktif yang terhidrolisa tidak dapat bereaksi
dengan serat, sehingga akan menurunkan tingkat fiksasi zat warna.
Kereaktifan juga akan berpengaruh terhadap stabilitas penyimpanan
dan ketahanan luntur warna hasil celupannya.
 Subtantifitas zat warna reaktif biasanya diatur tidak terlalu tinggi, agar
zat warnanya bersifat mudah rata dan untuk memudahkan dalam
proses pencucianketika membuang sisa zat warna yang tidak fiksasi.
Substantivitas zat warna reaktif juga tidak boleh terlalu rendah sebab
akan mengurangi jumlah penyerapan zat warna.
 Ketahanan luntur hasil zat warna reaktif terhadap pencucian sangat
tergantung pada kestabilan ikatan antara serat dengan zat warna serta
kesempurnaan proses pencucian dalam membuang zat warna yang
tidak fiksasi. Untuk mendapatkan zat warna reaktif yang sifat – sifatnya
sesuai dengan yang diharapkan, dalam mendesain struktur zat warna
reaktif perlu dipilih jenis gugus reaktif yang sesuai, umumnya digabung
dengan kromofor yang substantifitasnya tidak terlalu tinggi dan
mempunyai kelarutan yang optimum.

Proses Pencelupan Kain Kapas dengan Zat Warna Reaktif Dingin : Kelompok 8 2K2 12
Gambar 4 : struktur zat warna reaktif dingin
Sumber : https://pencelupan-zatwarnareaktifdingin.html

III. Peralatan
3.1 Alat dan Bahan
3.1.1 Alat
1. Beaker Glass 500 ml
2. Piala gelas
3. Pengaduk kaca
4. Timbangan Analitik
3.1.2 Bahan
1. Zat warna Reaktif Dingin ( Reaktif Red X3B )
2. Urea
3. Na2CO3
4. Air
5. Kain kapas 100%

3.2 Diagram Alir

Proses Pencelupan Kain Kapas dengan Zat Warna Reaktif Dingin : Kelompok 8 2K2 13
Mempersiapkan kain kapas yang akan dilakukan proes
pencelupan dengan zat warna reaktif dingin

Mempersiapkan kebutuhan larutan celup sesuai dengan resep yang


digunakan

Melakukan pencelupan pada larutan yang sudah disiapkan terlebih


dahulu

Memeram kain yg telah di celup selama 5 jam

Mencuci menggunakan larutan deterjen pada suhu 60oC dalam waku


15 menit

Mengeringkan bahan yang telah di cuci

Mengevaluasi hasil pencelupan secara visual yaitu kerataan warna,


ketuaan warna dan tahan luntur

3.3 Resep dan Fungsi Zat


3.3.1 Resep Proses pencelupan Kain Kapas
1 2 3
Zat warna reaktif dingin (g/l) 15
Pembasah (ml/L) 1
Urea (g/L) 0 20 20
Na2CO3 (g/L) 10
Vlot 1 : 20
Waktu Pemeraman ( jam ) 4 4 6
WPU (%) 70

3.3.2 Resep Proses Pencucian Kain Kapas

Proses Pencelupan Kain Kapas dengan Zat Warna Reaktif Dingin : Kelompok 8 2K2 14
− Deterjen : 1 g/L
− Suhu : 600C
− Vlot : 1:20
− Waktu : 15 menit

3.3.3 Fungsi Zat


Zat Warna Reakif : Memberikan warna pada serat selulosa
secara merata dan permanen.
Pembasah : Meratakan dan mempercepat proses pembasahan
kain.
Na2CO3 : Memperbaiki kelarutan zat warna, sedangkan
pada pencucian akan membantu kelarutan sabun
dan mengurangi tingkat kesadah larutan.
Urea : Zat higroskopis yang berfungsi untuk
mempertahankan keseimbangan kelembaban kain
terutama bila kain memakai metode fiksasi baking
atau curing.
Sabun : Menghilangkan sisa-sisa zat warna yang
menempel dipermukaan dan tidak berfiksasi
dengan serat, agar tahan luntur zat warna menjadi
baik.
Air : Untuk melarutkan semua zat.

3.4 Skema Proses Pencelupan

Proses Pencelupan Kain Kapas dengan Zat Warna Reaktif Dingin : Kelompok 8 2K2 15
3.4.1 Skema proses Pad – Batch 1 Tahap Cold Pad Batch 30oC

padding batch

zw + alkali
3.4.2 Skema Proses Pencucian

( oC )
S
U Deterjen
Air Kain
H 600 C
U
300 C
300C

10 10 15 10

Waktu ( Menit )

3.5 Perhitungan Zat


3.5.1 Resep Pencelupan
1. Resep ke-1 (Reinhar Raja Bunjabi)
 Berat Bahan : 2,59 gram
15
 Zat warna : x 100 = 1,5 gram
1000
1
 Pembasah : x 100 = 0,1 ml
1000
10
 Na2CO3 : x 100 = 1 gram
1000
 Kebutuhan air : 100 ml
2. Resep ke-2 ( Dwi Puspa Melathi )

Proses Pencelupan Kain Kapas dengan Zat Warna Reaktif Dingin : Kelompok 8 2K2 16
 Berat Bahan : 3,18 gram
15
 Zat warna : x 100 = 1,5 gram
1000
1
 Pembasah : x 100 = 0,1 ml
1000
10
 Na2CO3 : x 100 = 1 gram
1000
20
 Urea : x 100 = 2 gram
1000
 Kebutuhan air : 100 ml
3. Resep ke-3 (Kanthi Inayah Rahmawati)
 Berat Bahan : 3,16 gram
15
 Zat warna : x 100 = 1,5 gram
1000
1
 Pembasah : x 100 = 0,1 ml
1000
10
 Na2CO3 : x 100 = 1 gram
1000
20
 Urea : x 100 = 2 gram
1000
 Kebutuhan air : 100 ml

3.5.2 Resep Pencucian


1. Resep ke-1 (Reinhar Raja Bunjabi)
 Berat Bahan : 2,59 gram
 Kebutuhan Larutan : 20 x 6,52 = 51,8 ml
1
 Deterjen : x 51,8 = 0,05 ml
1000
2. Resep ke-2 (Dwi Puspa Melathi)
 Berat Bahan : 3,18 gram
 Kebutuhan Larutan : 20 x 3,18 = 63,6 ml
1
 Deterjen : x 63,6 = 0,06 ml
1000

Proses Pencelupan Kain Kapas dengan Zat Warna Reaktif Dingin : Kelompok 8 2K2 17
3. Resep ke-3 (Kanthi Inayah Rahmawati)
 Berat Bahan : 3,16 gram
 Kebutuhan Larutan : 20 x 3,16 = 63,2 ml
1
 Deterjen : x 63,2 = 0,06 ml
1000

IV. Diskusi

Proses Pencelupan Kain Kapas dengan Zat Warna Reaktif Dingin : Kelompok 8 2K2 18
Berdasarkan hasil praktikum proses pencelupan menggunakan zat warna
reaktif dingin pada kain kapas dengan variasi waktu dan konsentrasi urea dapat
didiskusikan beberapa hal terkait hasil yang didapat, diantaranya:
4.1 Proses Pengujian
4.1.1 Ketahanan Luntur
Penilaian tahan luntur warna dilakukan dengan melihat adanya
perubahan warna asli sebagai tidak perubahan, ada sedikit perubahan, cukup
berubah dan berubah sama sekali. Penilaian secara visual dilakukan dengan
membandingkan perubahan warna yang terjadi dengan suatu stndar perubahan
warna
 Perbandingan Resep 1 dengan Resep 2
??????????????????
 Perbandingan Resep 2 dengan Resep 3
????????????????????
4.1.2 Kerataan warna
% Mengkeret lusi dan pakan menunjukan perubahan susunan benang
pada kain setelah dikerjakan pada larutan alkali. Hasilnya dibahas sebagai
berikut:
 Perbandingan Resep 1 dengan Resep 2
???????????????????????????????????
 Perbandingan Resep 2 dengan Resep 3
????????????????????????

V. Kesimpulan
Berdasarkan hasil praktikum proses pencelupan menggunakan zat warna
reaktif panas pada kain kapas dapat disimpulkan bahwa perbedaan metode
dapat mempengaruhi ketahanan luntur pada serat dan kerataan warna
dimana resep terbaik adalah resep ke ?????? dengan penggunaan
konsentrasi NaCl ????????????.

VI.Daftar Pustaka

Proses Pencelupan Kain Kapas dengan Zat Warna Reaktif Dingin : Kelompok 8 2K2 19
Dede Kariyana, Elly K. Pedoman Praktikum Pencelupan 1. Bandung.
Sekolah Tinggi Teksnologi Tekstil.2005
Zat Warna Tekstil (31/03/2016 ; 20:11)
http://firtanahadi.blogspot.co.id/2011/03/zat-warna-tekstil.html
Pewarnaan dan Pencelupan (31/03/2016 ; 20.15 )
http://h5hclimacus.blogspot.co.id/2011/04/
Widiarty,Wiwiet.“Zat Warna Reaktif”. (06/04/2016 ; 18.37 )
https://superakhwat08.wordpress.com/2014/11/16/150/
Ramadhani,Bagus.”Zat Warna Reaktif”. (06/04/2016 ; 18:43 )
http://borosh.blogspot.com/2014/02/zat-warna-reaktif-smk-tekstil-
texmaco.html
“Pencelupan kapas dengan zat warna reaktif dingin”. (06/04/2016 ; 18:55 )
http://www.scribd.com/doc/87197379/Proses-Pencelupan-Kapas-Dengan-
Zat-Warna-Reaktif-Dingin#scribd
“Teori dasar zat warna reaktif”. (06/04/2016 ; 19.03 )
http://www.scribd.com/doc/79737302/Teori-Dasar-Zw-Reaktif-
Dingin#scribd
Teknologi Tekstil (06/04/2016 ; 19.12 )
https://teknologitekstil.com/sifat-fisik-serat-kapas.html
Teori pencelupan Serat – serat tekstil (Dyeing of Textile Fiber)
(06/04/2016 ; 19.18)
http://smk3ae.wordpress.com/2009/01/05teori-pencelupan-serat---serat -
teksti-dyeing-of-textile-fiber/

Proses Pencelupan Kain Kapas dengan Zat Warna Reaktif Dingin : Kelompok 8 2K2 20

Anda mungkin juga menyukai