(p-Chloroanilin)
(1-Amino-8-naphthol-4,6-disulfonic acid)
HO3S
a. HCl = pemberi suasana asam, untuk melarutkan senyawa aril amin dan
untuk membentuk zat penitrosasi, oleh karena itu pemakaiannya harus
sedikit berlebih.
b. NaNO2 = sebagai zat penitrosasi sehingga seluruh aril amin terdiazotasi
sempurna menjadi garam diazonium. Penambahannya harus tepat karna
bila terjadi kekurangan penambahan NaNO2 akan menyebabkan adanya
sisa aril amin yang tidak terdiazotasi, yang mungkin akan menjadi produk
samping karena dapat terjadi kopling dengan garam diazonium yang
telat terbentuk atau membentuk senyawa diazomina (Ar-N=N-NH-Ar),
demikian pula bila penambahan NaNO2 berlebih, maka kelebihannya
mungkin akan mengganggu proses kopling terutama bila susana proses
koplingnya asam karna dapat mendiazotasi sebagian komponen kopling
yang ditambahkan.
c. Gugus NH2 yang ada pada senyawa aril amin akan mempercepat dan
memudahkan proses diazotasi, selain itu juga garam diazonium yang
dihasilkan relatif stabil.
d. Gugus OH pada kopling sebagai gugus pemberi elektron yang dalam
reaksi subtitusi elektorfil tersebut bersifat sebagai pengarah orto dan
para dan mengaktivasi reaksi sehingga garam diazonium sebagai
elektrofil yang masuk pada posisi para atau orto dari gugus OH dan
reaksi koplingnya akan lebih cepat.
Tahapan utama proses pembuatan zat warna azo adalah proses diazotasi
(pembentukan garam dizonium) komponen diazotasi berupa senyawa amina
aromatik primer dan proses kopling antara garam diazonium yang terbentuk
dengan komponen kopling sebelumnya dapat juga dilakukan proses tambahan
seperti proses asilasi, asetilasi, sulfonasi, nitrasi, dan proses lainnya baik pada
senyawa aril amin maupun pada komponen koplingnya guna mendapat struktur
zat warna azo yang diinginkan. Sedangkan setelah proses kopling dapat
ditambahkan pula proses lainnya seperti pembuatan zat warna bubuk berupa
proses salting out, proses pengeringan,a proses penambahan aditif (blending)
standarisasi intensitas dan cork warna dan proses evaluasi hasil.
Diazotasi dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu :
1. Diazotasi langsung, pada proses diazotasi langsung larutan sodium
nitrit direaksikan dengan komponen diazo (zat antara yang mempunyai
gugus amina aromatic) yang sudah diasamkan.
2. Diazotasi tidak langsung, pada proses diazotasi tidak langsung larutan
sodium nitrit dicampurkan pada komponen diazo, lalu direaksikan
dengan campuran asam dan es.
Faktor-faktor yang mempengaruhi reaksi diazotasi:
1. Konsentrasi komponen diazo (senyawa aril amin) dan konsentrasi zat
penitrosasi Tahap pembentuksan zat penitrosasi dan masuknya zat
tersebut menyerang gugus amin merupakan tahapan yang paling
lambat sehingga tahap tersebut yang menentukan.
Diazotasi
5. Lakukan proses diatas hingga larutan natrium nitrit di dalam buret habis,
kemudian lanjutkan pengadukan hingga sekitar 10 menit.
Kopling
2) Proses Kopling
- Campurkan senyawa chloroaniline (6,35 gram 0,05 mol) yang telah melalui proses
diazotasi dengan larutan soda dari asetil amin H yang telah didinginkan dengan es
- Setelah 12 jam, buatlah zat warna bubuk dengan cara keadaan dingn (dikalkulasi
terdapat 20% garam dalam volu vereaksi)
Uji Pendahuluan
5.) Pencelupan
- Buat larutan pasta zat warna dengan air panas kemudian disarin
- Isi gelas piala 500 cc dengan air kemudian tambahkan Zat Pend asetat, dan zat
pengemban sesuai resep.
- Tambahkan pasta zat warna, lalu aduk kembali. Naikkan suhu hingga 98 oC, kemudian
aduk-aduk selama 45 men ditiriskan dan dibilas dengan air dingin.
5. Hipotesis
Zat warna yang dihasilkan adalah zat warna asam, karena mempunyai
struktur molekulnya kecil, mempunyai gugus pelarut (SO3H). Dan biasanya
digunakan untuk kain poliamida karena struktur seratnya lebih rapat.
6. Diagram Alir