Pencapan Kain Nylon dengan Zat Warna Asam dengan menggunakan metode
Steaming
Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Praktikum Teknologi Pencapan 2
KELOMPOK : 2 (DUA)
ANGGOTA :1. FATMA MULIYARDI (15020010)
2. ARI IMAN NOVIYANSA (16020104)
3. MILLA NURAIDA (16020111)
4. YOGI ADITYA PRATAMA (16020115)
GROUP : 3K4
DOSEN : SUKIRMAN, S.ST., MIL
ASISTEN : 1. DESIRIANA
2. DESTI M., S.ST
PENDAHULUAN
1.1 Maksud
1.1.1 Menegetahui dengan baik prinsip dasar proses pencapan kain nylon dengan zat warna
asam.
1.1.2 Memahami karakter kain nylon, zat warna asam, zat pembantu dan alat yang di
gunakan.
1.1.3 Mengetahui faktor-faktor penting yang mempengaruhi hasil proses pencapan kain
nylon dengan zat warna asam.
1.2 Tujuan
1.2.1 dapat membuat perencanaan proses pencapan kain nylon dengan zat warna asam.
1.2.2 Mampu melakukan pencapan kain Nylon dengan zat warna asam dengan hasil yang
rata, tajam, tahan luntur dan ketuaan warna yang di inginkan.
Serat Nylon
Nylon ditemukan oleh Wallace H.Carothers pada tahun 1928. Mula –mula
Carothers mencoba membuat polyester dari heksametilena diamina glikol dengan asam
adipat, tetapi serat yang terbuat dari polyester ini kurang kuat sehingga Carothers
kemudian mengalihkan perhatiannya pada nylon yang terbuat dari asam adipat asam
adipat (HOOC(CH2)4COOH) dengan Heksametilena diamina (H2N(CH2)6NH2) sehingga
nylon mempunyai gugus COOH yang bersifat asam dan NH2 yang bersifat basa yang
berperan dalam reaksi kimia nylon. Nylon yang dibuat dari zat – zat kimia ini kemudian
lebih dikenal dengan Nylon 66.
NH2(CH2)6NH2 + HOOC(CH2)4COOH NH2(CH2)6NHCO(CH2)4COOH +H2O
Heksametilena diamina Asam adipat Nylon
Selain terbuat dari kedua zat diatas nylon juga bisa terbuat dari heksametilena
diamina dengan asam sebasat (HOOC(CH2)8COOH) yang kemudian dikenal dengan
nama nylon 610. Nylon lain yang dikenal dengan nylon 6 dibuat dari kaprolaktan , selain
itu dikenal pula nylon 7 dan nylon 11 yang sejenis dengan nylon 6.
Serat nylon dibuat untuk tujuan yang berbeda . Nylon untuk keperluan industri
mempunyai kekuatan sangat tinggi dengan mulur kecil sedang yang ditujukan untuk
pakaian mempunyai kekuatan yang sangat rendah dengan mulur yang lebih tinggi.
Adapun sifat – sifat Nylon selengkapnya sebagai berikut :
Kekuatan 4,3 – 8,8 gr/denier dan mulur 18-45 % dengan kekuatan dan mulur
dalam keadaan basah 80-90 % kekuatana kering
Tahan gosok 4 – 5 kali gosokan wool
Elastisitas dan mulur yang tinggi
Berat jenis 1,14
Titik leleh 2630 C
Nylon sangat tahan terhadap basa dan tidak tahan terhaap asam pekat
Tahan terhadap serangan jamur, serangga dan bakteri
Mempunyai MR 4,2 %
Benang nilon mengkeret dalam keadaan basah, panjang dalam keadaan basah 5%
lebih kecil dari keadaan keringnya.
Nilon mempunyai tahan tekukan dan gosokan yang tinggi.
Seperti serat tekstil lainnya, nilon akan terdegredasi oleh pengaruh sinar, tetapi
ketahanannya masih jauh lebih baik dibandingkan sutera.
Sifat listrik nilon adalah isolator yang baik, sehingga dapat menimbulkan listrik
statik.
Pengerjaan panas dan lembab akan memberikan bentuk yang tetap pada nilon
yaitu bentuknya akan tetap selama nilon tersebut dikerjakan pada suhu pengerjaan
pertama.
Struktur fisika serat nilon terdiri dari dua bagian, yaitu :
Bagian pertama adalah bagian yang molekulnya teratur dan sejajar, dimana
orientasinya baik, mudah membentuk kristal disebut gugus kristalin, dan bagian
yang kedua adalah bagian yang letak molekulnya menyebar tidak teratur disebut
amorf.
Kekuatan Nylon sangat tinggi membuat nylon sangat baik untuk kain parasut, tali
temali, benangban, terpal, pita penarik, jala, dan untuk tekstil industri lainnya.Selain
untuk keperluan industri , nylon a juga dipakai untuk bahan pakaian terutama pakaian
wanita dan kaos kaki dan tekstil rumah tangga.
Zat warna asam adalah zat warna yang pada proses pencelupannya menggunakan
asam untuk membantu penyerapan zat warna. Zat warna asam mempunyai afinitas terhadap
serat-serat protein misalnya serat wol, sutera, dan serat nilon.
Zat warna asam merupakan asam organik yang diperjual belikan dalam bentuk garam
(DSO3Na), larut dalam air dan dapat terionisasi menjadi Na+ dan (DSO3)– keasamannya
disebabkan oleh molekul dari gugus SO3H sedangkan jumlah warna tergantung daripada
muatan negatif (DSO3)– dimana D menggambarkan molekul-molekul organik yang kompleks.
Jadi dalam hal ini komponen anionnya yang mengandung warna, biasanya sifat-sifat asamnya
terdiri dari golongan Sulfonat (-SO3H), Karboksilat (-COOH) Nitro (-NO2).
Zat warna asam dapat digolongkan menjadi beberapa golongan, yaitu :
a. Berdasarkan Kelarutan
Zat warna asam dapat dibagi menjadi dua golongan, yaitu :
1. Molekul Terdispersi
Zat warna dari golongan ini mudah sekali larut dalam air dan terdisosiasi sempurna
didalam larutannya. 10 molekul zat warna –Na 10 Na+ + 10 zat warna.
Larutannya berwarna jernih dan dalam keadaan netral afinitasnya terhadap protein
kecil. Diladal pewarnaan, baik dalam pencelupan maupun didalam pencapan biasanya
menggunakan asam sebagai zat pembantu utama.
2. Zat warna asam yang Beragregasi
Jenis ini merupakan zat warna asam yang larut dalam gugusan molekul. Disosiasinya
dalam air dapat ditulis sebagai berikut :
10 mol . ZW . Na 3 Na+ + (Na7 + ZW10)–
zat warna dari golongan ini sukar sekali larut. Larutannya tidak jernih terutama dalam
keadaan dingin. Dalam keadaan netral afinitas zat warna terhadap serat wol besar
sekali.dan dalam pencelupan sering digunakan asam asetat (CH3COOH). Untuk
mendapatkan hasil celupan yang rata sangat sukar, tetapi tahan luntur terhadap cucian
baik sekali.
b. Berdasarkan struktur kimianya
Berdasarkan struktur kimianya, zat warna asam daopat digolongkan sebagai berikut :
1. Golongan 1
Yakni zat warna asam Derivat Trifenil metan, misalnya Xylene Blue VS
(C.I. Acid Blue).
2. Golongan 2
Yakni zat warna asam Derivat Xanten, misalnya Lissamine Rhodamine B
(C.I. Acid Red 52).
3. Golongan 3
Yakni zat warna asam yang merupakan senyawa-senyawa Nitro aromatic, misalnya
Acid Yellow 1 (C.I. Acod Yellow 1).
4. Golongan 4
Yakni zat warna asam yang merupakan senyawa-senyawa azo, misalnya Azo
Garanine 2G (C.I. Acid Red 1).
5. Golongan 5
Yakni zat warna asam yang mempunyai inti Pirazolon, misalnya Tartrazine.
6. Golongan 6
Yakni zat warna asam Derivat Antrakinon, misalnya Solvav Blue
(C.I. Acid Blue 45).
c. Berdasarkan Penggunaannya
Berdasarkan penggunaannya, zat warna asam dapat dibagi menjadi tiga golongan :
1. Levelling Dyes
2. Milling Dyes
3. Super Milling Dyes.
Sifat masing-masing golongan tersebut dapat dibedakan seperti tercantum pada table
berikut.
3.1 ALAT
Neraca Analitik
Batang Pengaduk
Nampan Plastik
Wadah atau Gelas Plastik
Screen
Rakel
Meja Cap
Gelas Ukur
Kompor atau Penangas Air
Kasa Asbes
Gunting
Selotip
Kertas
Mesin Stenter
Seperangkat Alat Steamer
Mixer
3.2 BAHAN
Kain Poliamida
Zat Warna Asam Merah
Zat Warna Asam Kuning
Asam Asetat
Gliserin
Pengental Alginat (Duraprint H8 600 g)
Natrium Asestat
Air
Teepol
Na2CO3
3.3 RESEP
Pencapan
Zat Warna Asam : 30 gram
Asam Asetat : 5 gram
Gliserin : 100 gram
Natrium Asetat : 15 gram
Pengental Alginat (10%) : 700 gram
Balance : 150 gram
Pengental Induk
Alginat : 10%
Air : 90%
Pencucian
Teepol : 1 mL/L
Na2CO3 : 1 g/L
Suhu : 70°C
Waktu : 10 menit
Vlot : 1:20
Pengental Induk
700
Total Pengental = x 50 x 3 x 2
1000
= 210 gram
10
Alginat = x 210
100
= 21 gram
Air = 210 – 21 = 189 gram
Pencucian
Kebutuhan Larutan = 450 mL (untuk 4 kain)
1
Teepol = x 450 = 0,45 mL
1000
1
Na2CO3 = x 450 = 0,45 gram
1000
Pencapa
n Drying Steaming Drying
Pencucia
100°C 2
n suhu
menit
Persiapa 70°C 10 Evaluasi
n Pasta menit
Cap
3.7 DIAGRAM ALIR
Proses Pencapan
Steaming
Pengeringan
Evaluasi Hasil
3.8 LANGKAH KERJA
Pembuatan Pengental Emulsi
Alginat sebanyak 21 gram ditimbang dengan menggunakan neraca analitik kemudian
dimasukkan ke dalam bejana.
Menambahkan air sebagai balance sesuai dengan perhitungan yang sudah dilakukan.
Diaduk secara merata dengan menggunakan mixer hingga terbentuk emulsi yang
kental.
Pencapan
Kain yang akan dicap dipasang pada meja cap dengan posisi terbuka sempurna.
Screen yang akan digunakan diletakkan tepat berada di atas kain yang akan dicap.
Pasta cap dibubuhkan pada screen dan sebisa mungkin jangan sampai mengenai
motif.
Screen ditahan agar tetap menempel dan mengepres pada kain, kemudian dilakukan
proses pencapan dengan cara memoles screen dengan pasta cap menggunakan
rakel.
Pada proses pencapan, penarikan rakel harus kuat dan menekan ke bawah agar dapat
mendorong zat warna masuk ke motif. Adapun penekanannya harus konstan untuk
setiap bahan yang akan dicap agar seragam.
Screen kemudian dilepaskan ke atas secara perlahan.
Setelah selesai, dilakukan proses pengeringan. Dimana proses pengeringan ini
berfungsi untuk mencegah terjadinya migrasi pasta cap pada kain. Untuk itu, proses
tersebut perlu dilakukan dengan sebaik mungkin hingga pasta cap pada kain benar-
benar kering.
Selanjutnya yaitu proses steaming (pengukusan). Proses steaming ini dilakukan agar
zat warna bisa terfiksasi dengan serat. Adapun waktu proses steaming ini divariasikan
mulai dari 8, 12, 16, dan 20 menit guna melihat mana yang hasilnya lebih optimal.
Jika sudah selesai, selanjutnya dilakukan pencucian panas dan dingin untuk
menghilangkan pengental sisa proses pencapan tadi yang ada pada kain. Serta proses
cuci sabun pada suhu 70°C selama 10 menit untuk menghilangkan sisa-sisa zat warna
yang tidak terfiksasi dan masih menempel dipermukaan serat.
Kain dikeringkan kemudian dilakukan evaluasi.
Data pengamatan :
4. Hasil Pencapan
5. Persiapan Proses Steaming
Kain 4
BAB IV
PENUTUP
Diskusi
Pada praktikum kali ini telah dilakukan pencapan pada kain nylon dengan zat warna asam
dengan memvariasikan waktu steaming. Waktu steaming akan berpengarh terhadap fiksasi zat
warna, Pengaruh waktu pada proses fiksasi zat warna pada serat terjadi proses pencapan
setempat. Sedangkan waktu steaming yang diberikan pada proses fiksasi zat warna asam pada
nilon memberikan pengaruh untuk menambah jumlah zat warna yang diserap serta mempercepat
proses fiksasi
Dan hasil yang di daatkan adalah sebagai berikut:
Ketuaan Warna
Waktu steaming berpengaruh terhadap ketuaan warna, karena semakin lama
waktu steaming yang dilakukan, warna yang dihasilkan akan lebih tua karena akan
semakin banyak pasta cap yang terfiksasi. Resep 4 mendapatkan ketuaan warna yang
paling baik bila dibandingkan dengan resep lainya, hal ini disebabkan karena resep 4
waktu steamingnya paling lama yakni selama 20 menit.
Penodaan/stening
Penodaan dapat terjadi karena kemungkinan zat warna tidak terfiksasi sempurna
sehngga pada saat pencucian zat warna yang tidak terfiksasi dapat menodai kain
selain itu stening juga dapat di sebabkan oleh pasta cap yang belobor karena
viskositas yang rendah. Pada keempat kain yang dilakukan pencapan hanya sedikit
yang stening dan penodaan yang paling sedikit adalah kain ke 4 karena pada kain 4
waktu steaming paling lama sehingga zat warna dapat terfiksasi sempurna kedalam
serat.
Ketajaman Motif
Pada ketajaman motif resep 4 didapat nilai paling tinggi, karena pada resep 4
perakelan screen yang baik dan penggunaan pasta cap dan viskositasnya pas,
sehingga saat pencapan tidak terjadi blobor atau ketajaman motif yang didapat pas.
Meskipun begitu motif screen yang digunakan pula motifnya kurang tajam sehingga
motif hasil pencapannya terlihat tidak tajam.
Kerataan warna
Kerataan didapat hasil yang optimum pada resep 4, karena yang harus
diperhatikan adalah waktu perakelan waktu 20 menit yang menghasilkan kerataan
maksimum pada data percobaan.
Handfeel
Hand feel pada proses percobaan sangat dipengaruhi oleh gliserin/urea yang
berfungsi sebagai pemberi kelembaban pada kain, sehingga menyebabkan semakin
mudah masuknya zat warna secara rata, karena menurnunnya tegangan permukaan
dan zat warna mudah masuk dan kelembaban kainpun meningkat dengan penurunan
tegangan permukaan. Dan semua kain yang dicap terasa halus dan langsai.
Kesimpulan
Berdasarkan hasil percobaan didapatkan hasil terbaik sebagai berikut:
Ketuaan warna : Resep 4
Ketahanan cuci : Resep 4
Hand Feel : semua resep/kain
Ketajaman motif : Resep 4
Kerataan warna : Resep 4
Sehingga dapat disimpulkan bahwa resep yang paling optimum adalah kain 4 dengan
waktu steaming selama 20 menit.
Daftar Pustaka